Kementrian Lembaga: Menaker

  • Program Magang Nasional Dimulai 20 Oktober, Sasar 20.000 Peserta

    Program Magang Nasional Dimulai 20 Oktober, Sasar 20.000 Peserta

    Program Magang Nasional Dimulai 20 Oktober, Sasar 20.000 Peserta
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Sekretaris Kabinet (Seskab) Letkol Teddy Indra Wijaya mengatakan, program Magang Nasional tahap pertama akan dimulai pada 20 Oktober mendatang dengan menyasar 20.000 peserta yang baru lulus sarjana atau diploma (
    fresh graduate
    ).
    Teddy mengungkapkan, pada tahap awal, program ini akan menyasar 20.000 peserta.
    Dirinya mengecek kesiapan pelaksanaan Program Magang Nasional dan rapat bersama Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker) seperti dilihat dalam unggahan Instagram resmi Sekretariat Kabinet, pada Sabtu (11/10/2025).
    “Anda bayangkan tanggal 20 Oktober, beliau-beliau sudah kerja sama dengan berbagai ribuan perusahaan, tanggal 20 Oktober nanti langsung bekerja,” kata Teddy, lewat akun Instagram @sekretariat.kabinet, Sabtu.
    Teddy mengatakan, program magang nasional tahap pertama ini akan menyasar 20.000 peserta.
    Namun, jumlah peserta
    fresh graduate
    akan ditambah secara berkala hingga mencapai ratusan ribu di seluruh Indonesia.
    “Jadi, bulan Oktober sebagai awal gelombang pertama 20.000, tentunya segera kita buka lagi bisa 20.000, 30.000, sampai ratusan ribu,” ujar dia.
    Selain mendapat pengalaman kerja, Teddy menyebut para lulusan baru juga akan mendapat uang saku yang disesuaikan dengan upah minimum kabupaten/kota (UMK) di masing-masing daerah.
    “Uang sakunya berapa? Sesuai dengan upah minimum dari kabupaten dan kota yang nanti akan memperkerjakan di perusahaan itu,” ucap Teddy.
    “Jadi contohnya berapa? Misalnya di Jakarta, ya berarti upah minimum di sini Rp 5,4-5,5. Tiap bulannya para sarjana yang bekerja, yang magang, ya dapat segitu,” sambung dia.
    Seskab memastikan program ini akan dikawal dan dicek agar pelaksanaannya berjalan dengan baik.
    Teddy juga mengapresiasi kerja cepat dari Menteri Ketenagakerjaan Yassierli dan jajaran Kementerian Ketenagakerjaan.
    “Programnya tadi kita cek betul bagaimana dapat bermanfaat langsung. Sudah dilaksanakan, gerak cepat oleh Menaker,” kata Teddy.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Ini Bocoran UMP 2026 dari Menaker Yassierli

    Ini Bocoran UMP 2026 dari Menaker Yassierli

    Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Yassierli memastikan proses pembahasan dan kajian penetapan upah minimum provinsi (UMP) 2026 masih berlangsung dan akan rampung sesuai jadwal yang ditetapkan pemerintah.

    “Masih ada waktu. Kan kita punya batas waktu bulan November ya, November itu untuk UMP 2026. Tenang aja, masih ada waktu insya Allah,” ujar Yassierli usai memberikan pemaparan dalam Indonesia International Sustainability Forum (ISF) 2025 di Jakarta International Convention Center (JICC), Sabtu (11/10/2025).

    Meski begitu, Yassierli tidak merinci sejauh mana perkembangan pembahasannya. Padahal, penetapan UMP setiap tahun dilakukan paling lambat pada 21 November, sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2023 tentang Pengupahan.

    Sekadar informasi, Pemerintah akan mengumumkan UMP 2026 dalam beberapa waktu ke depan. Belum diketahui, berapa besaran kenaikan UMP pada tahun depan. Namun, pada 2025 pemerintah menetapkan UMP naik 6,5%.

    Adapun, formula penetapan UMP 2026 tengah dirumuskan di Dewan Pengupahan Nasional (Depenas). Dikutip dari situs Satu Data Kemnaker, UMP 2025 telah ditetapkan pemerintah berdasarkan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan (Permenaker) No.16/2024.

    Dari 38 provinsi yang ada, Kemnaker mencatat rata-rata upah minimum nasional sebesar Rp3.315.761. UMP tertinggi dicatatkan DKI Jakarta dengan nilai Rp5.396.761, sedangkan yang terendah ialah Jawa Tengah sebesar Rp2.169.349.

    Berikut daftar lengkap UMP 2025 di 38 provinsi:

    Aceh: Rp3.685.616
    Sumatra Utara: Rp2.992.559
    Sumatra Barat: Rp2.994.193
    Riau: Rp3.508.776
    Jambi: Rp3.234.535
    Sumatra Selatan: Rp3.681.571
    Bengkulu: Rp2.670.039
    Lampung: Rp2.893.070
    Bangka Belitung: Rp3.876.600
    Kepulauan Riau: Rp3.623.654
    DKI Jakarta: Rp5.396.761
    Jawa Barat: Rp2.191.232
    Jawa Tengah: Rp2.169.349
    DI Yogyakarta: Rp2.264.080
    Jawa Timur: Rp2.305.985
    Banten: Rp2.905.119
    Bali: Rp2.996.561
    Nusa Tenggara Barat (NTB): Rp2.602.931
    Nusa Tenggara Timur (NTT): Rp2.328.969
    Kalimantan Barat: Rp2.878.286
    Kalimantan Tengah: Rp3.473.621
    Kalimantan Selatan: Rp3.496.195
    Kalimantan Timur: Rp3.579.313
    Kalimantan Utara: Rp3.580.160
    Sulawesi Utara: Rp3.775.425
    Sulawesi Tengah: Rp2.915.000
    Sulawesi Selatan: Rp3.657.527
    Sulawesi Tenggara: Rp3.073.551
    Gorontalo: Rp3.221.731
    Sulawesi Barat: Rp3.104.430
    Maluku: Rp3.141.700
    Maluku Utara: Rp3.408.000
    Papua Barat: Rp3.615.000
    Papua Barat Daya: Rp3.614.000
    Papua: Rp4.285.850
    Papua Selatan: Rp4.285.850
    Papua Tengah: Rp4.285.848
    Papua Pegunungan: Rp4.285.850

  • Yassierli Blak-blakan soal 4 Tantangan Bangun Tenaga Kerja Hijau di Indonesia

    Yassierli Blak-blakan soal 4 Tantangan Bangun Tenaga Kerja Hijau di Indonesia

    Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Yassierli menyoroti empat tantangan utama yang harus diselesaikan Indonesia untuk membangun pekerjaan dan keterampilan ramah lingkungan di tengah percepatan transisi energi.

    Menurutnya, sektor energi hijau akan menjadi sumber pertumbuhan tenaga kerja baru dalam beberapa tahun mendatang, namun membutuhkan penyesuaian besar dalam sistem pelatihan, sertifikasi, dan pemerataan akses.

    Berbicara dalam Indonesia International Sustainability Forum (ISF) 2025 di Jakarta International Convention Center (JICC), Sabtu (11/10/2025), Yassierli mengungkapkan bahwa menurut perkiraan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), jumlah pekerjaan ramah lingkungan di sektor energi diproyeksikan mencapai lebih dari dua juta posisi pada 2029 atau sekitar enam kali lipat dibandingkan 2022.

    “Artinya, akan ada enam kali lebih banyak dibandingkan tahun 2022. Ini peluang besar bagi kita untuk tidak hanya menciptakan pekerjaan yang lebih baik, tetapi juga mengurangi pengangguran di Indonesia,” ujarnya.

    Namun, Yassierli menegaskan, peluang besar tersebut datang bersama empat tantangan utama yang perlu segera dijawab oleh pemerintah, industri, dan lembaga pendidikan.

    Pertama, dia menyoroti ketidaksesuaian antara kebutuhan industri dan kurikulum pelatihan kejuruan, terutama di bidang energi terbarukan, serta minimnya skema sertifikasi nasional (SKKNI) yang relevan untuk pekerjaan hijau.

    “Tantangan pertama adalah menyelaraskan kurikulum pelatihan kejuruan dengan program transisi energi,” katanya.

    Kedua, menurut Yassierli, terdapat kesenjangan regional yang besar antara Pulau Jawa dan kawasan lain seperti Kalimantan dan Sulawesi. Padahal, sebagian besar potensi energi terbarukan justru berada di luar Jawa.

    “Sebagian besar pusat pelatihan kejuruan dan universitas masih terkonsentrasi di Jawa. Ini menjadi pekerjaan rumah dalam membangun keterampilan hijau yang merata secara regional,” ujarnya.

    Ketiga, dia menyoroti fasilitas dan tenaga instruktur pelatihan yang belum memadai. Banyak peralatan di pusat pelatihan kejuruan (BLK) yang sudah ketinggalan zaman, sementara sebagian instruktur belum memiliki pengalaman langsung di industri energi hijau.

    “Teknologi ramah lingkungan akan menjadi hal baru bagi mereka, sehingga kita juga perlu program training for trainers,” ungkapnya.

    Keempat, tantangan terakhir berkaitan dengan produktivitas industri. Menurutnya, inisiatif produktivitas yang berjalan saat ini belum cukup mendorong permintaan terhadap pekerjaan hijau.

    “Namun kabar baiknya, kami bekerja sama dengan Asian Productivity Organization (APO) untuk mengembangkan skema pelatihan dan kerangka kerja produktivitas ramah lingkungan,” ujarnya.

    Yassierli menjelaskan bahwa Indonesia kini tengah membangun dasbor dan kalkulator produktivitas hijau untuk mengukur kontribusi sektor industri terhadap efisiensi energi dan pengurangan emisi.

    Menurutnya, langkah ini diharapkan menjadi landasan bagi perencanaan tenaga kerja hijau nasional dalam mendukung komitmen Indonesia mencapai net zero emission 2060.

    “Kita melihat transisi hijau bukan ancaman, tapi peluang besar untuk memperkuat ekonomi, memperluas lapangan kerja, dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat,” pungkas Yassierli.

  • Menaker Yassierli Siapkan Sejuta Pekerja Hijau per Tahun Antisipasi Krisis Iklim

    Menaker Yassierli Siapkan Sejuta Pekerja Hijau per Tahun Antisipasi Krisis Iklim

    Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Yassierli Indonesia berupaya untuk terus menyiapkan 1 juta pekerja hijau per tahun dalam mengantisipasi tantangan krisis iklim.

    Dia memperingatkan bahwa dunia berpotensi kehilangan hingga 18 persen Produk Domestik Bruto (PDB) dalam tiga dekade ke depan akibat dampak perubahan iklim.

    Menurutnya, nilai tersebut setara dengan sekitar US$58 triliun per tahun, menggambarkan besarnya ancaman ekonomi global jika transisi menuju ekonomi hijau tidak dilakukan dengan cepat dan terencana.

    “Akan ada pengurangan PDB dunia sekitar 18% dalam 30 tahun ke depan. Ini setara dengan sekitar 58 triliun dolar AS kerusakan global per tahun. Saya pikir angka itu cukup tinggi,” ujar Yassierli saat memberikan pemaparan dalam Indonesia International Sustainability Forum (ISF) 2025 di Jakarta International Convention Center (JICC), Sabtu (11/10/2025).

    Yassierli menegaskan, Indonesia berkomitmen mencapai net zero emission atau emisi nol bersih pada 2060, dengan target mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 32% pada 2030 dibandingkan dengan skenario business as usual. Namun, menurutnya, keberhasilan transisi energi tidak hanya bergantung pada kebijakan, melainkan juga pada kesiapan masyarakat dan tenaga kerja.

    “Transisi ini hanya akan berhasil jika masyarakat kita sudah siap. Oleh karena itu, Kementerian Ketenagakerjaan berkomitmen untuk menjalankan program peningkatan keterampilan dan pelatihan ulang bagi setidaknya satu juta orang per tahun hingga 2029,” jelasnya.

    Dia menambahkan, pemerintah telah mengintegrasikan pekerjaan ramah lingkungan ke dalam rencana pembangunan nasional, menyusun Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) di bidang hijau, serta memperkuat Balai Latihan Kerja (BLK) Komunitas agar masyarakat di tingkat akar rumput memiliki akses terhadap pelatihan keterampilan hijau.

    Yassierli juga menyoroti hasil studi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tahun 2025 yang mengidentifikasi sekitar 2.000 jenis pekerjaan baru ramah lingkungan di berbagai sektor.

    “Kita melihat transisi energi bukan sebagai ancaman, melainkan sebagai peluang. Akan ada hampir 2.000 pekerjaan baru yang telah diidentifikasi sebagai pekerjaan ramah lingkungan ini peluang besar bagi kita,” ujarnya.

    Menurut data tersebut, sekitar 90% pekerjaan hijau akan muncul di subsektor tenaga dan kelistrikan, seiring dengan kebijakan RUPTL 2025–2034 yang menargetkan 75% pembangkit listrik baru berasal dari sumber energi terbarukan.

    “Penting memastikan bahwa perubahan menuju ekonomi hijau tidak hanya menciptakan lapangan kerja baru, tetapi juga mewujudkan pekerjaan yang lebih baik, berkeadilan, dan berkelanjutan bagi seluruh pekerja Indonesia,” tandas Yassierli.

  • Kemenaker Tingkatkan Sistem Maganghub untuk Optimalkan Layanan
                
                    
                        
                            Nasional
                        
                        9 Oktober 2025

    Kemenaker Tingkatkan Sistem Maganghub untuk Optimalkan Layanan Nasional 9 Oktober 2025

    Kemenaker Tingkatkan Sistem Maganghub untuk Optimalkan Layanan
    Penulis
    KOMPAS.com
    – Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker) tengah melakukan peningkatan sistem Maganghub guna mempermudah layanan pendaftaran program pemagangan agar lebih optimal dan mudah diakses oleh masyarakat.
    Langkah ini dilakukan menyusul meningkatnya jumlah pengguna yang menyebabkan perlunya penyesuaian sistem untuk peningkatan layanan.
    Kepala Biro Humas Kemenaker Sunardi Manampiar Sinaga menyampaikan permohonan maaf atas ketidaknyamanan layanan yang dialami pengguna sistem Maganghub.
    “Saat ini Kemenaker terus berupaya melakukan peningkatan sistem agar masyarakat lebih mudah mengakses Maganghub. Kami pastikan hari ini sistem sudah dapat diakses kembali. Sesuai arahan Profesor Menaker Yassierli, waktu pendaftaran juga diberikan tambahan,” jelasnya, Kamis (9/10/2025).
    Pada kesempatan terpisah, Kepala Barenbang Kemenaker Anwar Sanusi menyampaikan bahwa pendaftaran perusahaan diperpanjang hingga 14 Oktober 2025, sedangkan pendaftaran calon peserta program pemagangan diperpanjang hingga 15 Oktober 2025.
    Adapun seleksi dan pengumuman akan berlangsung pada 16–18 Oktober, sementara pelaksanaan program dijadwalkan mulai 20 Oktober 2025.
    “Kami berharap kesempatan ini dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh generasi muda untuk meningkatkan kompetensi dan memperoleh pengalaman kerja yang berharga,” ujar Anwar.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Ironi Warga RI: Lapangan Kerja Terbatas, PHK Datang Silih Berganti

    Ironi Warga RI: Lapangan Kerja Terbatas, PHK Datang Silih Berganti

    Bisnis.com, JAKARTA – Survei Bank Indonesia (BI) mencatat indeks keyakinan konsumen terendah sejak 3 tahun terakhir. Rendahnya keyakinan konsumen itu terjadi karena masyakarat mulai pesimistis terhadap ketersediaan lapangan pekerjaan.

    Indeks ketersediaan lapangan kerja menjadi satu-satunya indikator yang berada di zona pesimis atau di bawah nilai acuan di level 92.

    Sementara itu, investasi yang digembar-gemborkan naik ternyata cukup lamban dalam menyerap tenaga kerja. Padahal, kalau merujuk kepada pernyataan Menteri Ketenagakerjaan Yassierli belum lama ini, ada sekitar 7 juta warga negara Indonesia yang menganggur, belum lagi hingga Agustus 2025 lalu sekitar 44.333 pekerja terkena pemutusan hubungan kerja PHK.

    Di sisi lain, alih-alih menciptakan lapangan kerja baru, pemerintah justru hanya menyediakan program magang bukan kepada mahasiswa tetapi kepada lulusan fresh graduate. Berbagai program deregulasi yang dimulai dari pemberlakukan Online Single Submission (OSS), implementasi Undang-undang Cipta Kerja, hingga berbagai kemudahan dari aspek fiskal, tidak mampu sepenuhnya menyerap angkatan kerja yang tersedia.

    Ironisnya, dari sekitar 7 jutaan pengangguran, kalau merunut pernyataan Menaker Yassierli, 1 juta di antaranya berstatus sebagai sarjana.

    Persoalan semakin pelik kalau melihat struktur tenaga kerja setidaknya sampai Februari 2025 lalu. Pekerja informal tetap mendominasi angkatan kerja Indonesia. Masih merujuk data BPS, statistik juga menunjukkan bahwa sebanyak 86,58 juta orang bekerja di sektor informal dari total angkatan kerja sebanyak 153,05 juta orang. Itu artinya, hampir 60% orang bekerja di Indonesia berada di sektor informal.

    Sebaliknya, pada periode tersebut juga, hanya 59,19 juta orang yang bekerja di sektor formal atau sebesar 40,60% dari total angkatan kerja. 

    Besaran persentase pekerja sektor informal pun naik dari periode Februari 2024 atau setahun sebelumnya, yakni dari 59,17%. Bahkan, pada Februari 2023 sempat menyentuh 60,12%. 

    Adapun kalau melihat data secara lebih rinci, jika dibandingkan dengan Februari 2024, jumlah pekerja yang berstatus sebagai buruh, pegawai atau karyawan juga mengalami penurunan secara persentase. Sekadar contoh, pada Februari 2025 lalu jumlah penduduk yang berstatus sebagai buruh, pegawai dan karyawan hanya sebesar 37,08%, turun dibandingkan Febuari 2024 yang tercatat sebesar 37,31%.

    1 dari 7 Anak Muda Menganggur

    Sementara itu, laporan Bank Dunia (World Bank) menyebut generasi muda Asia kesulitan mendapatkan pekerjaan layak termasuk di Indonesia, dengan banyak yang terjebak di sektor informal berproduktivitas rendah. 

    Dalam laporan pembaruan ekonomi regional yang dirilis Selasa (7/10/2025), Bank Dunia mencatat adanya kesenjangan signifikan antara pekerja muda dan berpengalaman di sejumlah negara Asia. 

    Laporan tersebut memaparkan, di China dan Indonesia, satu dari tujuh anak muda masih menganggur. Lembaga tersebut juga memperingatkan bahwa jumlah penduduk yang rentan jatuh ke jurang kemiskinan kini lebih besar dibandingkan kelas menengah di sebagian besar negara.

    “Secara umum tingkat ketenagakerjaan tinggi, tetapi anak muda kesulitan menemukan pekerjaan. Sebagian besar masyarakat di Asia yang mencari kerja memang mendapatkannya, namun banyak yang terjebak di sektor informal atau berproduktivitas rendah,” tulis Bank Dunia.

    Partisipasi angkatan kerja juga masih rendah di negara-negara Pasifik dan di kalangan perempuan. 

    Data yang dipaparkan oleh Bank Dunia itu juga sejalan dengan data BPS, bahwa jumlah penduduk di usaia produktif misalnya 15 -59 tahun mewakili 19,2% dari total tingkat pengangguran terbuka.

    Apa Kata Pengamat?

    Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Andalas Syafruddin Karimi mengaku tidak heran dengan perkembangan turunnya keyakinan konsumen yang salah satunya dipicu oleh pesimisme terhadap ketersediaan lapangan kerja. 

    “IKK jatuh ke kisaran 115 karena mesin ekspektasi rumah tangga tertekan dari tiga sisi sekaligus: harga pangan merangkak, pasar kerja terasa sepi, dan porsi cicilan menyita pendapatan,” ujar Syafruddin kepada Bisnis, Rabu (8/10).

    Dia menjelaskan banyak laporan terdahulu yang sudah menunjukkan sinyal pelemahan ekonomi. Contohnya, IKK Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) merosot ke 90,5 pada September 2025 dengan alasan “harga sembako naik” dan “kondisi kerja sulit”.

    Selain itu, Bank Indonesia sudah memberi peringatan sejak Agustus: IKK turun ke 117,2, sedangkan Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja (IKLK) berada di zona pesimis di sekitar 93, yang menandai persepsi bahwa lowongan menyempit.

    Pada saat yang sama, sambungnya, porsi pendapatan yang tersedot cicilan meningkat, sehingga rumah tangga menahan belanja besar. “Kombinasi tekanan biaya hidup, akses kerja yang dirasa makin sulit, dan ruang belanja yang mengecil mendorong konsumen menilai masa kini berat dan masa depan belum meyakinkan—cukup untuk menyeret IKK ke titik terendah dalam sekitar 3,5 tahun,” jelas Syafruddin.

    Dalam IKK, salah satu komponen yang dinilai adalah ekspektasi ketersediaan lapangan kerja. Sejak Mei 2025, indeks ketersediaan lapangan kerja (IKLK) terus berada di zona pesimis atau di bawah nilai acuan.

    IKLK berada di level 92 pada September 2025. Angka itu turun dari bulan sebelumnya atau Agustus 2025, yang berada di level 93,2. Padahal, pemerintah telah meluncurkan berbagai program stimulus untuk menjaga daya beli dan menciptakan lapangan kerja, seperti program magang fresh graduate, pajak penghasilan karyawan ditanggung pemerintah (PPh 21 DTP) untuk sektor pariwisata dan padat karya, iuran JKK dan JKM untuk lepas, hingga Padat Karya Tunai.

    Syafruddin menilai program-program tersebut belum mengangkat ekspektasi ketersediaan kerja secara signifikan karena sebagian besar stimulus masih bersifat mereduksi biaya dan menyerap tenaga kerja sementara, bukan menambah pesanan produksi yang memicu perekrutan permanen.

    Dia mencontohkan, program Padat Karya Tunai memang membantu masyarakat berpendapatan rendah, tetapi bersifat harian dan jangka pendek sehingga tidak cukup kuat untuk mengubah persepsi peluang kerja di masyarakat. Begitu pula insentif PPh 21 DTP dan diskon iuran JKK/JKM yang menurunkan beban perusahaan dan pekerja, namun dinilai tidak otomatis mendorong peningkatan permintaan tenaga kerja.

    “Tanpa lonjakan order yang jelas—entah dari ekspor, pariwisata, pengadaan pemerintah yang membeli output UKM, atau proyek bernilai tambah—perusahaan cenderung menunda kontrak baru. Hasilnya, publik masih membaca sinyal pasar kerja sebagai ‘ketat,’ dan IKLK bertahan di bawah 100 walau stimulus diumumkan,” tutup Syafruddin.

  • Menaker Sebut Komisi IX DPR Setuju Anggaran Kemnaker 2026 Ditambah Rp 144 M

    Menaker Sebut Komisi IX DPR Setuju Anggaran Kemnaker 2026 Ditambah Rp 144 M

    Jakarta

    Komisi IX DPR RI melaksanakan rapat tertutup dengan Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) RI hari ini. Dalam rapat tersebut, disepakati adanya tambahan anggaran bagi Kemnaker untuk 2026 sebesar Rp 144 miliar.

    “Ada dua hal yang pertama kita dapat alokasi tambahan anggaran. Seperti biasa, kalau pagu anggaran harus persetujuan dari mitra DPR,” kata Menteri Ketenagakerjaan, Yassierli, di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (8/10/2025).

    Yassierli juga menyampaikan progres dari program Magang Nasional yang baru-baru ini digagas oleh pemerintah. Ia menyebut Komisi IX DPR RI mendukung program tersebut untuk membuka lapangan pekerjaan seluas-luasnya bagi lulusan baru.

    “Yang kedua kita juga menyampaikan progres terkait dengan magang karena memang secara resmi baru sekarang kesempatan kita bertemu dengan mitra kita di Komisi IX. Jadi kita tadi menyampaikan latar belakang tujuan dan sudah sampai di mana persiapan,” ujar Yassierli.

    “Sekaligus kita menerima masukan dari Komisi IX terkait dengan harapan mereka program magang. Alhamdulillah Komisi IX mendukung sepenuhnya program ini kemudian tentu harus kita lakukan yang terbaik pelaksanaannya,” tambahnya.

    Dalam kesempatan berbeda, Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Putih Sari mengatakan anggaran tambahan untuk Kemnaker 2026 sebesar Rp 144 miliar. Adapun tambahan anggaran ini di luar program Magang Nasional.

    “Kalau untuk penambahan pagu anggaran itu untuk tahun 2026, ada Rp 144 miliar untuk peningkatan kompetensi, maupun peningkatan produktivitas tenaga kerja itu ada beberapa program strategis yang memang diperluas targetnya,” ucap Putih Sari.

    Putih mengatakan pagu anggaran keseluruhan untuk Kemnaker di 2026 berkisar di angka Rp 500 miliar. Ia berharap anggaran tersebut bisa digunakan dengan maksimal.

    “Rp 144 miliar itu di luar yang pemagangan. Yang pemagangan itu anggarannya ya sudah ada, tapi memang untuk di tahun 2025 itu sudah dialokasikan ya dengan buka blokir efisiensi,” tutur Putih Sari.

    “Hanya saja memang di sisa tahun 2026 karena target pelaksanaannya kan sampai April 2026 sehingga kami juga tadi menyetujui untuk dilakukan penambahan untuk sisa waktu program pemagangan tersebut, sampai April 2026,” sambungnya.

    Ia menegaskan anggaran keseluruhan Kemnaker untuk 2026 sebesar kurang lebih Rp 500 miliar. Adapun tambahan anggaran Rp 144 miliar belum termasuk dari program Magang Nasional.

    “(Total 226) Rp 500 sekian miliar ya tadi, saya lupa rincian belakangnya berapa. kurang lebih segitu lah Rp 500 miliar. Itu di luar program pemagangan ya, (tambahan) Rp 144 miliar,” imbuhnya.

    Halaman 2 dari 2

    (dwr/maa)

  • Investasi Tak Cepat Serap Tenaga Kerja, PHK Tembus 40.000, 1 Juta Sarjana Nganggur

    Investasi Tak Cepat Serap Tenaga Kerja, PHK Tembus 40.000, 1 Juta Sarjana Nganggur

    Bisnis.com, JAKARTA — Aktivitas investasi yang selalu diklaim naik setiap tahun ternyata tidak sebanding dengan penyerapan tenaga kerja.

    Berdasarkan data Kementerian Investasi dan Hilirisasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), realisasi investasi mencapai Rp942,9 triliun pada semester I/2025. Dari realisasi itu, penyerapan tenaga kerjanya mencapai 1.259.868 orang.

    Dengan demikian, setiap 1 tenaga kerja yang terserap memerlukan investasi sekitar Rp748 juta. Apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu atau pada semester I/2024, realisasi investasi ‘hanya’ mencapai Rp829,9 triliun (lebih rendah Rp113 triliun atau 13,6% dibandingkan realisasi tahun ini). Kendati demikian, penyerapan tenaga kerjanya mencapai 1.225.042 orang.

    Dengan demikian, setiap 1 orang tenaga kerja yang terserap ‘hanya’ memerlukan investasi sekitar Rp677 juta (lebih rendah Rp71 juta dibandingkan tahun ini).

    Data itu mengonfirmasi terjadi penurunan rasio penyerapan tenaga kerja terhadap realisasi investasi: serapan tenaga kerja malah memburuk ketika nilai investasi langsung tumbuh positif.

    PHK Per Agustus Tembus 4.333

    Di sisi lain, Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) mencatat jumlah pekerja yang terdampak pemutusan hubungan kerja (PHK) bertambah 830 orang sehingga totalnya menjadi 44.333 orang sepanjang Januari-Agustus 2025.

    Kemenaker melaporkan jumlah pekerja yang kena PHK pada Agustus 2025 tercatat menurun dibandingkan Juli 2025 sebanyak 1.118 orang. Namun demikian, apabila ditotal, Kemnaker mencatat jumlah PHK sepanjang tahun ini mencapai 44.333 orang.

    Mengutip Satu Data Kemnaker, Jawa Barat tercatat sebagai provinsi penyumbang angka PHK terbanyak pada bulan kedelapan tahun ini, yakni 261 pekerja.

    “Tenaga kerja ter-PHK paling banyak terdapat di Provinsi Jawa Barat yaitu sekitar 29,07% dari total tenaga kerja ter-PHK yang dilaporkan,” demikian penjelasan dalam data tersebut, dikutip pada Rabu (10/9/2025).

    Lebih lanjut, Sumatra Selatan juga mencatatkan 113 tenaga kerja ter-PHK, diikuti Kalimantan Timur sebanyak 100 orang, serta Jawa Timur sebanyak 51 pekerja.

    Sejumlah provinsi lain yang menyumbang jumlah PHK terbanyak di antaranya DKI Jakarta sebesar 48 orang, Sulawesi Selatan 38 orang, Banten 36 orang, Sumatra Barat 33 orang, dan Jawa Tengah 32 orang.

    Terdapat pula Sulawesi Tenggara yang mencatat 25 pekerja terkena PHK, Sulawesi Tengah 15 orang, Riau 11 orang, dan sejumlah provinsi yang mencatat pekerja ter-PHK pada rentang 1 hingga 9 orang.

    Sementara itu, Kemnaker tidak melaporkan adanya PHK di empat provinsi, yakni Maluku, Maluku Utara, Nusa Tenggara Barat (NTB), serta Nusa Tenggara Timur (NTT) pada Agustus tahun ini.

    7 Juta Pengangguran, 1 Juta Sarjana 

    Adapun, pada Juli 2025 lalu, Kemnaker mencatat sebanyak 7,28 juta orang pengangguran pada 2025. Terungkap pula lulusan universitas yang masih menganggur mencapai 1 juta orang.

    Berdasarkan tampilan layar yang dibagikan Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Yassierli dalam acara Seminar Nasional Kajian Tengah Tahun Indef 2025 di Jakarta, terlihat sebanyak 1,01 juta lulusan universitas menganggur pada 2025.

    Adapun, jumlah lulusan universitas yang menganggur itu setara 6,2% dari total pengangguran yang mencapai 7,28 juta orang di Indonesia.

    Selain dari universitas, data Kemnaker juga mengungkap sebanyak 177.399 lulusan diploma merupakan pengangguran.

    Sementara itu, lulusan dengan angka pengangguran terbanyak berasal dari tingkat SD dan SMP yang mencapai 2,42 juta orang atau setara 3% dari total pengangguran di Indonesia. Kemudian, sebanyak 2,03 juta lulusan SMA dan 1,63 juta lulusan SMK juga berstatus pengangguran.

    Secara keseluruhan, jumlah angkatan kerja mencapai 145,77 juta orang, sedangkan 7,28 juta orang adalah pengangguran.

    Dominasi Pekerja SMA-SMK

    Yassierli menyebut kualitas tenaga kerja di Indonesia masih didominasi lulusan SMA/SMK. “Unfortunately kualitas tenaga kerja kita ini juga problem. 85% itu adalah lulusan SMA, SMK maksimum. Nah ini menjadi tantangan kita. Ya kalau pengangguran standar lah ya,” kata Yassierli di Jakarta, Rabu (2/7/2025).

    Di sisi lain, Yassierli juga mengungkap status angkatan kerja di Indonesia masih didominasi sektor informal yang mencapai 60%. Bahkan, dia menyebut angka tenaga kerja di sektor ini bisa terus menggulung.

    Merujuk data Kemnaker, sebanyak 56,57% angkatan kerja bekerja di sektor informal (termasuk setengah pengangguran), 38,67% pekerja sektor formal, dan 4,76% merupakan pengangguran.

    “Sektor informal itu sekarang 60% dan ini bisa bertambah gitu ya. Ini juga tergantung definisi sektor informalnya. Dan sepertinya memang tren akan semakin besar,” ujarnya.

    Menurutnya, pekerja dari sektor informal menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah, termasuk dalam hal perlindungan sosial. Dia juga menyoroti angka produktivitas Indonesia yang rendah. Padahal, ungkap dia, beberapa studi mengatakan total produktivitas berbanding lurus dengan pertumbuhan ekonomi.

    “Kalau produktivitas kita bicara long term. Nggak bisa kita ingin meningkatkan produktivitas 10% langsung kemudian dalam 2 tahun—3 tahun. Itu panjang,” jelasnya.

  • Komisi IX DPR Rapat Tertutup Bareng Menaker, Bahas Anggaran-Magang Nasional

    Komisi IX DPR Rapat Tertutup Bareng Menaker, Bahas Anggaran-Magang Nasional

    Jakarta

    Komisi IX DPR RI menggelar rapat tertutup dengan Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) pagi ini. Adapun rapat ini akan membahas soal rencana kerja dan anggaran (RKA) Kemnaker tahun anggaran 2026.

    Rapat terselenggara di Ruang Komisi IX DPR RI, Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (8/10/2025). Rapat dihadiri langsung oleh Menaker Yassierli.

    “Pembahasan dan persetujuan RKA Kemnaker TA 2026,” kata Wamenaker Afriansyah Noor dikonfimasi.

    Afriansyah menyebut rapat hari ini membahas pagu anggaran yang ditetapkan oleh Kementerian Keuangan. “Pagu yang ditetapkan oleh Kemenkeu,” tambahnya.

    Dikonfirmasi terpisah, anggota Komisi IX DPR RI Irma Chaniago membenarkan rapat ini membahas soal anggaran. Ia menyebut akan ada pembahasan pula terkait program magang nasional.

    Untuk diketahui, Program Magang Nasional telah dibuka mulai 7 sampai 12 Oktober 2025. Kuota peserta untuk program ini sebanyak 20 ribu orang.

    Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto memastikan program magang pemerintah akan dilanjutkan pada 2026. Kuota peserta magang akan ditambah secara bertahap hingga mencapai 100 ribu orang.

    Airlangga menerangkan saat ini pemerintah baru membuka kuota peserta magang sebanyak 20 ribu orang. Jika di tahap ini tercapai, kuota peserta magang bisa bertambah.

    “Tahap awal 20 ribu, jadi begitu 20 ribu tercapai, kita bisa tingkatkan lagi 20 ribu lagi,” kata Airlangga saat dijumpai di kantor Dewan Ekonomi Nasional (DEN), Jakarta Pusat, Jumat (3/10) malam.

    (dwr/maa)

  • Menaker Heran Produktivitas Tenaga Kerja RI Rendah, Padahal di Era 90-an masih Membahana

    Menaker Heran Produktivitas Tenaga Kerja RI Rendah, Padahal di Era 90-an masih Membahana

    JAKARTA – Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Yassierli mengaku heran terkait dengan rendahnya produktivitas tenaga kerja di Indonesia. Padahal, menurut dia, produktivitas tenaga kerja RI cukup baik pada kisaran tahun 90-an.

    Bahkan, Yassierli mengaku, hal tersebut yang membuat dirinya mengambil jurusan teknik industri semasa kuliah.

    “Mengapa Indonesia sepertinya kata-kata produktivitas dulu sempat hangat membahana tahun 80 sampai 90-an awal, yang menjadi daya tarik saya kuliah di teknik industri itu adalah produktivitas awalnya. Tapi, sesudah saya lulus akhir tahun 90-an kata-kata itu seperti hilang,” ujar Yassierli dalam Peluncuran Dokumen Master Plan Produktivitas Nasional yang dipantau secara daring melalui YouTube Bappenas RI, Selasa, 7 Oktober.

    Padahal, kata Yassierli negara-negara tetangga di Asia Tenggara (ASEAN) masih terus mempertahankan konsistensinya terkait dengan produktivitas tersebut.

    “Ternyata, dari negara-negara APO (Asian Productivity Organization) lain mereka masih konsisten. Dari Vietnam, kami lihat Thailand, Malaysia, Jepang. Kami cenderung somehow, saya juga kurang paham,” katanya.

    Untuk itu, Kemnaker telah menyiapkan sejumlah inisiatif untuk meningkatkan produktivitas nasional tersebut. Berdasarkan paparan yang ditampilkan, inisiatif-inisiatif tersebut meliputi penyiapan ekosistem.

    Penyiapan ekosistem itu terdiri dari jejaring internasional melalui Asian Productivity Organization (APO), Indonesia Productivity Summit tahunan, productivity center di perguruan tinggi dan productivity award di level nasional.

    Inisiatif kedua ialah penyiapan sumber daya. Antara lain, penyiapan productivity specialist tersertifikasi APO; penyusunan SKKNI dan KKNI produktivitas; pelatihan ahli produktivitas dan SDM produktif tersertifikasi SKKNI; talent & innovation hub; project based learning; serta program pelatihan dan peningkatan kompetensi lainnya.

    Inisiatif terakhir adalah intervensi peningkatan produktivitas. Menurut Yassierli, pihaknya akan mulai intervensi ahli produktivitas untuk bisa melakukan perubahan di berbagai perusahaan pada tahun depan.

    “Langkah yang sama sebenarnya dilakukan oleh semua negara. Apakah itu Vietnam, Jepang, Thailand, China, bagaimana kami intervensi perusahaan-perusahaan fokus kepada industri-industri yang memang kami ingin boosting produktivitasnya,” jelas dia.

    “Bahasa saya produktivitas itu adalah mindset, produktivitas adalah culture, produktivitas adalah practices. Kalau secara hitung-hitungan rumus matematikanya memang ada, tapi secara esensinya itu. Kami ingin membangun Indonesia produktif, artinya kami juga harus aada perhatian terkait orangnya,” pungkas Yassierli.