Kementrian Lembaga: LPS

  • RUU Koperasi Ditargetkan Sah Bulan Ini, KSP Bisa Dijamin Jamkrida Cs

    RUU Koperasi Ditargetkan Sah Bulan Ini, KSP Bisa Dijamin Jamkrida Cs

    Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Koperasi (Kemenkop) menargetkan Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang Perubahan Ketiga atas UU Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian akan disahkan menjadi UU pada April 2025.

    Nantinya, lembaga pembiayaan maupun lembaga perkreditan, seperti Jamkrida Cs bisa mendukung pengembangan usaha koperasi, khususnya koperasi simpan pinjam (KSP).

    Deputi Bidang Pengawasan Koperasi Kemenkop Herbert H. O. Siagian menuturkan bahwa hingga saat ini tidak ada lagi isu yang menjadi perdebatan dalam penyelesaian RUU Perkoperasian.

    “Semuanya sudah disepakati sejauh ini, tetapi kita sedang mencari waktu antara pemerintah dengan DPR untuk kita bisa bertemu dan menunggu juga dari DPR untuk mereka melakukan jadwal paripurnanya,” kata Herbert dalam konferensi pers di Kantor Kementerian Koperasi, Jakarta, Rabu (16/4/2025).

    Apalagi, Herbert menjelaskan bahwa biasanya, ada banyak RUU yang tengah menunggu giliran untuk segera diparipurnakan oleh DPR.

    “Jadi kami tinggal menunggu [paripurna], mudah-mudahan bulan ini bisa diselesaikan [RUU Perkoperasian menjadi UU], tetapi tidak ada lagi isu-isu yang menjadi perdebatan sejauh ini,” imbuhnya.

    Lebih lanjut, dia menyebut bahwa RUU Perkoperasian sudah siap untuk diundangkan menjadi UU dan kini tinggal selangkah dibawa ke paripurna.

    “Mungkin juga karena ada banyak Undang-Undang yang nanti akan diparipurnakan bersama dengan UU Perkoperasian,” ujarnya.

    Di sisi lain, Herbert juga menyampaikan bahwa Wakil Menteri Koperasi (Wamenkop) Ferry Juliantono meminta agar dalam pengembangan usaha koperasi, khususnya usaha simpan pinjam (KSP), mendapatkan dukungan dari lembaga pembiayaan atau lembaga perkreditan.

    Terlebih, KSP memiliki risiko yang sangat besar atau tergolong dalam high risk business. Hal ini mengingat ada beberapa koperasi yang masih dalam proses revitalisasi imbas masalah gagal bayar, seperti KSP Indosurya Cipta.

    Herbert menyebut, banyaknya koperasi bermasalah di Tanah Air disebabkan mereka belum maksimal mengikutsertakan lembaga penjaminan ke dalam kegiatan usaha simpan pinjam.

    “Peran lembaga penjamin simpanan itu nanti akan diformulasikan dalam rancangan Undang-Undang Perkoperasian, sehingga nanti aktivitas usaha koperasi itu akan didukung oleh lembaga penjamin simpanan,” ungkapnya.

    Untuk itu, Kemenkop berharap lembaga penjaminan daerah melalui Asosiasi Perusahaan Penjaminan Daerah (Aspenda) bisa mendukung kegiatan koperasi yang mempunyai risiko sangat besar, terutama KSP.

  • THR Masih Sisa? Ini 5 Pilihan Investasi yang Patut Dicoba

    THR Masih Sisa? Ini 5 Pilihan Investasi yang Patut Dicoba

    Jakarta, Beritasatu.com – Kebutuhan Lebaran telah terpenuhi, dan sisa tunjangan hari raya (THR) masih tersisa. Daripada digunakan untuk pengeluaran konsumtif yang tidak terlalu mendesak, ada baiknya sisa THR dimanfaatkan sebagai modal awal untuk berinvestasi.

    Langkah ini tidak hanya menjadi bentuk pengelolaan keuangan yang bijak, tetapi juga dapat memberikan manfaat jangka panjang dalam bentuk peningkatan nilai aset dan kestabilan finansial.

    Berikut ini beberapa pilihan investasi yang dapat dipertimbangkan.

    Investasi untuk Sisa THR

    1. Reksa dana

    Reksa dana adalah wadah yang mengumpulkan dana dari banyak orang untuk diinvestasikan ke berbagai instrumen, seperti saham, obligasi, atau pasar uang, oleh manajer investasi profesional.

    Ada beberapa jenis reksa dana yang bisa dipilih, seperti reksa dana pasar uang, reksa dana pendapatan tetap, hingga reksa dana saham. Reksa dana sangat cocok untuk pemula karena pengelolaannya dilakukan oleh pihak profesional dan modal awal yang dibutuhkan relatif kecil.

    2. Deposito

    Deposito merupakan produk simpanan di bank yang memberikan bunga lebih tinggi dibandingkan tabungan biasa. Dana yang disetorkan akan dikunci dalam jangka waktu tertentu, mulai dari satu bulan hingga sampai beberapa tahun.

    Keuntungan dari deposito adalah risikonya rendah, karena dijamin oleh lembaga penjamin simpanan (LPS). Cocok bagi Anda yang menginginkan keamanan dan kepastian imbal hasil, meskipun return-nya tidak sebesar instrumen lain.

    3. Emas

    Investasi emas juga dapat dipilih karena sifatnya yang tahan terhadap inflasi dan nilainya cenderung meningkat dalam jangka panjang. Emas juga mudah dicairkan dan dapat dibeli dalam bentuk fisik maupun digital melalui aplikasi investasi tepercaya.

    Instrumen ini cocok bagi Anda yang ingin menyimpan nilai aset secara aman dalam jangka menengah hingga panjang.

    4. Saham

    Saham adalah surat berharga yang menunjukkan kepemilikan atas suatu perusahaan. Dengan memiliki saham, Anda berhak atas pembagian keuntungan (dividen) dan potensi kenaikan harga saham di pasar.

    Meski menawarkan potensi keuntungan yang tinggi, saham juga memiliki risiko yang besar karena harga bisa naik atau turun secara drastis. Oleh karena itu, investasi saham lebih cocok untuk individu dengan pemahaman pasar yang baik dan profil risiko agresif.

    5. Obligasi

    Obligasi adalah surat utang yang diterbitkan oleh pemerintah dan dapat dibeli oleh individu dengan jumlah tertentu. Contohnya seperti obligasi ritel Indonesia (ORI) dan sukuk ritel (SR).

    Instrumen ini menawarkan bunga atau imbal hasil tetap setiap bulan, dan pokok investasi akan dikembalikan saat jatuh tempo. Keamanan obligasi ini relatif tinggi karena dijamin oleh negara, menjadikannya pilihan menarik untuk investasi jangka menengah hingga panjang.

  • Bos LPS Bantah Ekonomi RI Balik ke 1998, Ini Buktinya!

    Bos LPS Bantah Ekonomi RI Balik ke 1998, Ini Buktinya!

    Jakarta

    Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa menampik anggapan keadaan ekonomi Indonesia kembali lagi ke era kejatuhan ekonomi di tahun 1998. Menurutnya, anggapan itu salah besar dan tidak didasari oleh data di lapangan.

    Dia mengungkapkan ekonomi Indonesia sampai saat ini masih jauh dari krisis terbukti dari survei leading economic index (LEI) yang dilakukan oleh pihaknya. Survei menggambarkan kondisi ekonomi dalam 6 hingga 12 bulan ke depan.

    Secara historis, dia menggambarkan setiap ada krisis ekonomi melanda mulai dari tahun 1998, tahun 2008, dan 2020 saat ada pandemi COVID-19, indeks LEI menunjukkan adanya penurunan. Namun yang terjadi saat ini indeks LEI sedang mengalami kenaikan.

    LEI, dalam paparan Purbaya, nampak berada di titik terendah pada September 2020, saat itu LEI berada di bawah 100 poin. Sejak saat itu LEI terus naik dan per Maret 2025, LEI tercatat di rentang 150 poin lebih.

    Bila mau dibandingkan dengan tahun 1998 pun indeks LEI sudah sangat jauh berbeda. Kala itu, indeks LEI berada di bawah 90 poin.

    “Jadi itu bola kristalnya Indonesia. Biasanya ini nggak pernah salah, ini di 2020 turun ke bawah tapi setelah itu naik ke atas, sekarang trennya naik ke atas, artinya dari Maret ini ke depan, sampai tahun depan, ekonomi kita masih ekspansif,” beber Purbaya dalam Sarasehan Ekonomi Bersama Presiden di Menara Mandiri, Jakarta Selatan, Selasa (8/4/2025).

    Bukan cuma LEI, beberapa indeks perekonomian lainnya juga tercatat menunjukkan angka yang ekspansif. Misalnya saja, penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) perbankan tercatat tumbuh 5,3% year on year (yoy) menjadi Rp 8.599,4 triliun pada Januari 2025, atau lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang tumbuh 4,1% (yoy).

    Kemudian, data Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur Indonesia tercatat masih berada di level ekspansif sebesar 52,4 poin pada Maret 2025, meskipun menurun dibandingkan sebelumnya sebesar 53,6 poin pada Februari 2025.

    Lalu, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) juga masih berada pada level optimis sebesar 126,4 poin pada Februari 2025, meskipun menurun dibandingkan sebelumnya di level 127,2 poin pada Januari 2025. Berdasarkan sederet data ini, Purbaya menilai pihak yang bilang ekonomi Indonesia melemah seperti krisis ekonomi 1998 adalah salah besar.

    “Jadi pandangan orang di luar bahwa kita seperti 98 lagi itu salah kaprah, dan mereka nggak negerti data seperti apa,” beber Purbaya.


    Lihat juga video: Situasi Ekonomi RI Akibat Kebijakan Tarif Impor Trump

    (hal/rrd)

  • Tenang, Sekarang Waktunya Beli Saham!

    Tenang, Sekarang Waktunya Beli Saham!

    Jakarta, Beritasatu.com – Investor diimbau untuk tetap tenang menyikapi indeks harga saham gabungan (IHSG) yang anjlok. Menurut Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa, kondisi pasar saat ini justru memberikan peluang emas bagi investor.

    “Bapak-bapak, Ibu-ibu, yang suka main saham, jangan lupa sekarang, it’s a good time to buy,” kata Purbaya dalam Sarasehan Ekonomi Bersama Presiden RI di Menara Mandiri, Jakarta, Selasa (8/4/2025).

    Purbaya menjelaskan, koreksi tajam pada IHSG adalah hasil dari reaksi pasar yang berlebihan terhadap sentimen negatif global, terutama kebijakan tarif impor Presiden AS Donald Trump.

    Market Overreacting, IHSG Dianggap di Bawah Fundamental

    Purbaya menyebutkan, berdasarkan data leading economic index LPS yang mengukur proyeksi ekonomi 6-12 bulan ke depan, kondisi Indonesia saat ini masih sangat solid meski IHSG anjlok pada perdagangan hari ini.

    “Ketika merah jatuh, merah naik, leading naik, IHSG juga naik. Kalau sekarang leading naik dan IHSG turun, bisa disimpulkan market overreacting,” jelasnya.

    Seperti diketahui, IHSG sempat anjlok hingga 9,19 persen dan langsung terkena trading halt pada sesi pembukaan perdagangan Selasa (8/4/2025) seusai libur panjang Lebaran 2025.

    Ekonomi Indonesia Masih Kuat Hingga 2030

    Lebih lanjut, Purbaya menepis kekhawatiran sebagian pihak Indonesia akan mengalami krisis seperti tahun 1998. “Pandangan orang di luar kita mau 1998 lagi itu salah kaprah dan mereka enggak ngerti data seperti apa,” tegasnya.

    Purbaya bahkan memproyeksikan ekonomi Indonesia akan terus ekspansi hingga 2030, dengan siklus koreksi sekitar 10 tahun sekali meski IHSG anjlok pada perdagangan hari ini.

  • Ekonomi Indonesia Aman sampai 2030, Saatnya Beli Saham!

    Ekonomi Indonesia Aman sampai 2030, Saatnya Beli Saham!

    Jakarta, Beritasatu.com – Kondisi ekonomi Indonesia dipastikan masih aman hingga 2030 dan jauh dari ancaman krisis seperti pada 1998. Hal itu disampaikan Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Purbaya Yudhi Sadewa.

    “Pandangan orang di luar kita mau 1998 lagi itu salah kaprah dan mereka enggak ngerti data seperti apa,” tegasnya dalam acara Sarasehan Ekonomi Bersama Presiden RI di Menara Mandiri, Jakarta, Selasa (8/4/2025).

    Indeks Ekonomi LPS Tunjukkan Tren Positif

    Purbaya menjelaskan, prediksi LPS ini berdasarkan leading economic index milik lembaganya yang menggambarkan kondisi ekonomi 6-12 bulan ke depan. Menurut dia, tren saat ini masih menunjukkan arah ekspansif yang kuat.

    “Ini adalah bola kristalnya ekonomi Indonesia. Sekarang trennya naik ke atas, artinya kita aman,” ujarnya.

    Purbaya menambahkan, perekonomian Indonesia diperkirakan akan tetap ekspansif hingga Maret 2026. Kondisi tersebut, jauh berbeda dari tekanan ekonomi pada 1998 maupun 2008.

    IHSG Dianggap Terlalu Murah, Saatnya Beli?

    Purbaya juga menyinggung indeks harga saham gabungan (IHSG) yang menurutnya telah turun jauh di bawah level fundamental.

    “Kalau bapak-bapak suka main saham, jangan lupa sekarang good time to buy,” kata Purbaya sambil menyarankan pelaku pasar memanfaatkan kondisi saat ini.

    Ekonomi Aman, Kepanikan Tak Perlu

    Dengan melihat tren yang ada, Purbaya meyakinkan publik tidak perlu khawatir akan terjadinya krisis dalam waktu dekat. Ekspansi ekonomi yang dimulai sejak 2020 diperkirakan akan terus berlanjut hingga satu dekade mendatang.

    “Ekonomi kita akan ekspansi terus. Kita mulai ekspansi lagi pada 2020, harusnya sampai 2030 kita masih aman,” pungkasnya terkait kondisi ekonomi Indonesia.

  • Cara Menghitung Bunga Deposito Blu BCA, Nabung 1 Juta Dapat Berapa?

    Cara Menghitung Bunga Deposito Blu BCA, Nabung 1 Juta Dapat Berapa?

    PIKIRAN RAKYAT – Jika kamu sedang mempertimbangkan menabung di bank digital, Blu by BCA Digital bisa menjadi pilihan yang menarik. Salah satu produk unggulannya adalah deposito berjangka yang memberikan keuntungan berupa bunga tetap sesuai tenor yang kamu pilih.

    Nabung 1 juta di Blu BCA dapat bunga berapa? Secara umum, suku bunga deposito Blu BCA bersaing dengan produk sejenis dari bank digital lainnya. Suku bunga yang ditawarkan biasanya ditentukan berdasarkan jumlah dana yang disetor dan jangka waktu simpanannya. Misalnya, semakin lama kamu menempatkan dana di deposito, semakin besar potensi keuntungan yang bisa kamu terima.

    Selain itu, deposito di Blu BCA juga sudah dijamin aman karena terdaftar dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), serta dijamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Jadi kalau kamu sempat bertanya-tanya, “Deposito di Blu BCA apakah aman?”, jawabannya: iya, selama sesuai ketentuan batas jaminan LPS.

    Untuk mengetahui secara pasti berapa keuntungan yang bisa kamu peroleh, kamu perlu menghitungnya. Jadi, jika kamu penasaran dan ingin mengetahui perhitungan lengkapnya, kamu bisa mencoba dua cara di bawah ini.

    Cara Menghitung Bunga Deposito Blu BCA

    Cara mana yang ingin kamu coba untuk menghitung bunga deposito?

    1. Menghitung dari Total Investasi Setelah Jatuh Tempo

    Jika kamu ingin tahu berapa bunga yang akan kamu terima setelah deposito Blu BCA jatuh tempo, kamu bisa menggunakan pendekatan yang menghitung total investasi akhir. Cara ini memberikan gambaran jelas tentang hasil akhir dari dana yang kamu tempatkan. Rumus dasarnya yaitu:

    Total Investasi = Dana Awal + (Bunga Kotor – Pajak Bunga)

    Langkah awal yang perlu kamu lakukan adalah menghitung bunga kotor yang diperoleh dari deposito. Rumusnya:

    Bunga Kotor = Dana Awal x Suku Bunga Tahunan x Jumlah Hari / 365

    Kemudian, dari hasil tersebut, kamu harus mengurangkan pajak bunga deposito. Pajak yang berlaku saat ini untuk bunga deposito adalah 20%. Jadi, perhitungannya menjadi:

    Pajak Bunga = Bunga Kotor x 20%

    Sebagai contoh, kamu mendepositokan Rp1.000.000 di Blu BCA selama 6 bulan (180 hari), dengan suku bunga 5% per tahun. Maka perhitungan detailnya seperti ini:

    Bunga Kotor = (Rp1.000.000 x 5% x 180) / 365 = Rp24.658

    Pajak Bunga = Rp24.658 x 20% = Rp4.931

    Total Saldo Akhir = Rp1.000.000 + (Rp24.658 – Rp4.931) = Rp1.019.727

    Dengan begitu, jika kamu menyimpan Rp1 juta di Blu BCA selama 6 bulan, kamu akan menerima saldo total sebesar Rp1.019.727 saat jatuh tempo.

    2. Menghitung dari Keuntungan Bunga Tiap Bulan

    Kalau kamu lebih tertarik untuk mengetahui berapa penghasilan bersih yang kamu dapat setiap bulan dari deposito Blu, kamu bisa menghitungnya dengan metode bunga per bulan. Rumus ini praktis karena langsung menunjukkan keuntungan bulanan setelah dipotong pajak.

    Rumusnya adalah:

    Bunga Bersih Bulanan = (Suku Bunga x Dana Awal x 30 x 80%) / 365

    Perlu kamu tahu, angka 80% di sini adalah hasil dari pengurangan 100% dikurangi pajak bunga 20%, karena keuntungan deposito dikenai potongan pajak otomatis.

    Sebagai ilustrasi, kamu mendepositokan Rp1.000.000 dengan suku bunga tahunan 5%. Maka perhitungannya:

    (5% x Rp1.000.000 x 30 x 80%) / 365 = Rp3.288

    Jadi, dengan nominal tersebut, kamu akan menerima Rp3.288 per bulan secara bersih dari bunga deposito.

    Metode ini sangat cocok kalau kamu ingin mengoptimalkan dana sebagai pemasukan pasif bulanan dari tabungan jangka pendek yang aman dan stabil.

    Demikian penjelasan tentang cara menghitung bunga deposito Blu BCA. Gunakan cara yang paling cocok denganmu. Selamat berdeposito!***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Pengusaha Pusat Belanja Tak Berharap Banyak saat Libur Lebaran, Daya Beli Masyarakat Lagi Loyo – Halaman all

    Pengusaha Pusat Belanja Tak Berharap Banyak saat Libur Lebaran, Daya Beli Masyarakat Lagi Loyo – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Tingkat kunjungan ke pusat perbelanjaan pada momen libur Lebaran tahun ini diprediksi tak meningkat signifikan. Penjualan ritel juga diproyeksi hanya meningkat sedikit.

    Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Alphonzus Widjaja mengatakan, meskipun tingkat kunjungan ke pusat perbelanjaan selama Ramadan dan Idulfitri tahun ini mengalami peningkatan, kenaikannya tidak akan besar.

    “Pertumbuhan tingkat kunjungan ke pusat perbelanjaan sampai dengan akhir liburan Idulfitri nanti diperkirakan hanya sekitar 10 persen saja,” kata Alphonzus kepada Tribunnews, Rabu (2/4/2025).

    Hal serupa juga terjadi pada penjualan ritel. Meski diperkirakan ada kenaikan dibandingkan dengan 2024, angka pertumbuhannya tetap tidak signifikan.

    “Rata-rata tingkat pertumbuhannya hanya akan single digit saja atau kurang dari 10 persen,” ujar Alphonzus.

    Di tengah kondisi melemahnya daya beli masyarakat, khususnya kelas menengah ke bawah, pilihan berkunjung ke mal memang masih ada.

    Namun, Alphonzus mencatat adanya perubahan pola belanja, di mana masyarakat memilih membeli barang dengan harga yang lebih terjangkau.

    “Masyarakat kelas menengah bawah cenderung membeli barang ataupun produk yang harga satuannya (unit price rendah/kecil),” ujarnya.

    Alphonzus menjelaskan bahwa belanja masyarakat selama Ramadan lebih banyak terkonsentrasi pada produk sandang seperti busana, tas, sepatu, aksesoris, serta peralatan rumah tangga dan barang non-makanan.

    Sementara itu, pada saat Idulfitri, belanja masyarakat lebih banyak berfokus pada makanan dan minuman serta hiburan.

    Dihubungi terpisah, Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Esther Sri Astuti mengungkap di kondisi libur Lebaran tahun ini daya beli masyarakat memang sedang melemah.

    Ia menyebutkan ada dua faktor utama penyebabnya, yaitu inflasi yang naik lebih cepat daripada kenaikan upah dan penurunan pendapatan riil.

    Esther juga mengungkapkan beberapa tanda pelemahan daya beli masyarakat.

    Antara lain, penurunan konsumsi, terutama pada barang tahan lama seperti pakaian, serta turunnya jumlah pemudik

    Berdasarkan survei Badan Kebijakan Transportasi Kementerian Perhubungan, jumlah pemudik Lebaran 2025 diperkirakan sebesar 146,48 juta orang atau sekitar 52 persen dari penduduk Indonesia.

    Angka tersebut turun 24 persen dari tahun lalu yang mencapai 193,6 juta pemudik.

    Lebih lanjut, Esther menyebutkan bahwa jumlah uang yang beredar dan transaksi keuangan (baik tunai maupun non-tunai) juga mengalami penurunan.

    Dari proyeksi Center of Economic and Law Studies (CELIOS), perputaran uang di momen Ramadan dan Idulfitri akan melemah dibanding dengan tahun lalu

    Tambahan Jumlah Uang yang Beredar (JUB) dalam artian sempit (M1) di momen Ramadan dan Idulfitri 2025 akan melemah sebesar minus 16,5 persen dibandingkan momen yang sama di tahun 2024.

    Tambahan uang beredar hanya di angka Rp 114,37 triliun. Sementara pada 2024, tambahan uang beredar ketika momen Ramadan danIdulfitri mencapai Rp 136,97 triliun

    Selain itu, kata Esther, turunnya jumlah tabungan sejumlah Rp 100 juta juga menjadi pertanda.

    Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) mencatat adanya penurunan simpanan nasabah dengan nominal di bawah Rp 100 juta pada awal 2025.

    Data distribusi simpanan LPS pada Januari 2025 menunjukkan, tiering nominal simpanan di bawah Rp 100 juta minus 2,6 persen secara bulanan.

    Pertanda terakhir menurut Esther adalah naiknya jumlah pengangguran. 

    Berdasarkan data Kementerian Ketenagakerjaan, jumlah pekerja yang mengalami Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) sepanjang Januari -Desember 2024 mencapai 77.965 orang.

    Jumlah tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan total pekerja yang terkena PHK sepanjang 2023, yaitu 64.855 orang. 

  • OJK sarankan warga mengadu bila alami kendala layanan keuangan

    OJK sarankan warga mengadu bila alami kendala layanan keuangan

    Jakarta (ANTARA) – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyarankan warga mengadu melalui laman maupun aplikasi pesan instan bila mengalami kendala atau masalah terhadap transaksi atau layanan keuangan agar mendapatkan penanganan.

    “Kalau ada kendala dalam transaksi, terkait produk maupun layanan bisa diadukan ke OJK. Bisa ke web pengaduan nasabah di 157.ojk.go.id. ke aplikasi pengaduan nasabah yakni Aplikasi Portal Perlindungan Konsumen (APPK),” kata Direktur Pengawasan Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, Perlindungan Konsumen dan Layanan Manajemen Strategis Kantor OJK Jabodebek, Nuning Isnainijati di Jakarta, Rabu.

    Masyarakat juga bisa mengadu melalui nomor 157 atau layanan pesan instan WhatsApp di 0811-157- 157-157.

    Nuning mengingatkan agar warga memiliki lembaga keuangan yang berizin dan diawasi oleh OJK agar mendapatkan perlindungan apabila nantinya muncul masalah.

    Masyarakat yang menempatkan dana di lembaga berizin dan diawasi OJK, nantinya akan mendapatkan jaminan perlindungan, termasuk dari Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).

    “Sebelum menempatkan dana dan sebagainya, cek dulu lembaga tersebut legal atau tidak, atau kalau misalnya ada kesulitan, tanya ke 157,” kata dia.

    Pada tahun 2024, OJK telah menerima 31.099 pengaduan melalui Aplikasi Portal Pelindungan Konsumen (APPK). Dari aduan tersebut, sektor perbankan dan financial technology (fintech) mendominasi yakni 11.901 pengaduan.

    Selanjutnya, 10.961 dari industri financial technology, 6.496 dari perusahaan pembiayaan, 1.322 dari perusahaan asuransi, serta sisanya terkait dengan sektor pasar modal dan industri keuangan non-bank lainnya.

    Selain pengaduan terkait jasa keuangan formal, OJK juga mencatat 15.350 pengaduan mengenai kegiatan keuangan ilegal selama periode Januari hingga November 2024.

    Dari jumlah tersebut, sebanyak 14.364 pengaduan terkait pinjaman online ilegal dan 986 lainnya menyangkut investasi ilegal.

    Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
    Editor: Syaiful Hakim
    Copyright © ANTARA 2025

  • Bocoran Dividen hingga Nama-Nama Calon Kuat Pergantian Direksi

    Bocoran Dividen hingga Nama-Nama Calon Kuat Pergantian Direksi

    PIKIRAN RAKYAT – PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) resmi menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) pada Senin, 24 Maret 2025 pukul 14.00 WIB. Dua agenda utama yang mencuri perhatian publik adalah pembagian dividen besar serta kemungkinan perubahan susunan direksi.

    Dividen Jumbo, BRI Siap Tebar Rp51,54 Triliun

    Salah satu keputusan penting dalam RUPST ini adalah penetapan pembagian laba bersih tahun buku 2024. BRI mencatatkan laba tahun berjalan konsolidasian sebesar Rp60,15 triliun.

    Manajemen BRI mengusulkan pembagian dividen dengan rasio payout mencapai 85% dari laba bersih. Ini berarti pemegang saham akan menikmati dividen sebesar Rp51,54 triliun.

    Menariknya, BRI juga sudah lebih dulu membagikan dividen interim pada 15 Januari 2025 sebesar Rp135 per saham, dengan total Rp20,33 triliun. Dengan demikian, sisa dividen final yang akan dibagikan mencapai Rp31,21 triliun, membuat BRI tetap menjadi salah satu emiten dengan pembagian dividen terbesar di Indonesia.

    Sejarah Dividen BRI dalam Lima Tahun Terakhir

    Melihat rekam jejak pembagian dividen BRI, konsistensinya dalam membagikan laba patut diacungi jempol. Berikut ringkasan dividen BRI selama lima tahun terakhir:

    2019: Rp20,62 triliun (60% payout ratio) 2020: Rp12,12 triliun (65% payout ratio) 2021: Rp26,40 triliun (85% payout ratio) 2022: Rp43,49 triliun (85% payout ratio) 2023: Rp48,10 triliun (80,04% payout ratio)

    Tren dividen jumbo ini menunjukkan komitmen BRI dalam menjaga imbal hasil menarik bagi para pemegang saham.

    Perombakan Direksi, Siapa Pengganti Sunarso?

    Selain dividen, isu pergantian direksi juga menjadi sorotan utama. Direktur Utama BRI saat ini, Sunarso, telah memasuki akhir masa jabatannya setelah lima tahun memimpin. Nama-nama calon kuat penggantinya mulai bermunculan, di antaranya:

    Hery Gunardi
    Direktur Utama PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI), sebelumnya menjabat Wakil Direktur Utama Bank Mandiri. Catur Budi Harto
    Wakil Direktur Utama BRI sejak 2019, dikenal sebagai bankir karir yang pernah menjabat di BNI dan BTN. Alexandra Askandar
    Wakil Direktur Utama Bank Mandiri, dikabarkan juga menjadi kandidat, meski santer disebut akan menempati posisi strategis di Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).

    Nama Hery dan Catur disebut-sebut sebagai kandidat paling kuat untuk menduduki kursi Dirut BRI. Sementara itu, Alexandra kemungkinan besar akan mengisi jabatan Wakil Ketua Dewan Komisioner atau Ketua Dewan Komisioner LPS, seiring berakhirnya masa jabatan Lana Soelistyaningsih.

    Selain posisi Direktur Utama, beberapa posisi direksi lain juga berpotensi mengalami perombakan, mengingat sejumlah direksi sudah menjabat lebih dari satu periode, seperti Supari, Agus Sudiarto, Noorsanto, Ahmad Solichin Lutfiyanto, dan Handayani.

    Agenda Lain: Green Bond dan Recovery Plan

    RUPST BRI 2025 juga membahas agenda lain yang tak kalah penting, di antaranya:

    Laporan realisasi penggunaan dana Obligasi Berwawasan Lingkungan Berkelanjutan I Tahap III tahun 2024 dengan total Rp2,49 triliun. Persetujuan pengkinian Rencana Aksi Pemulihan (Recovery Plan) untuk menjaga ketahanan dan keberlanjutan operasional BRI di tengah tantangan ekonomi.

    RUPST BRI 2025 menegaskan posisi bank pelat merah ini sebagai salah satu emiten unggulan di pasar modal Indonesia. Dividen besar Rp51,54 triliun jadi kabar baik bagi investor, sementara pergantian direksi berpotensi membawa dinamika baru bagi arah strategi bisnis BRI ke depan.

    Dengan performa keuangan yang solid dan komitmen menjaga shareholder value, BRI tampaknya masih akan menjadi primadona di portofolio para investor dalam waktu lama. Kita tunggu saja, siapa yang akhirnya akan menduduki kursi panas Direktur Utama BRI!***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Baleg DPR setujui RUU Perkoperasian jadi RUU usul inisiatif

    Baleg DPR setujui RUU Perkoperasian jadi RUU usul inisiatif

    “Apakah hasil penyusunan RUU tentang Perubahan keempat atas UU Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian dapat diproses lebih lanjut sesuai peraturan perundang-undangan?”

    Jakarta (ANTARA) – Badan Legislasi (Baleg) DPR RI menyetujui Rancangan Undang-Undang (RUU) Perubahan Keempat atas Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian untuk menjadi usul inisiatif DPR RI

    “Apakah hasil penyusunan RUU tentang Perubahan keempat atas UU Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian dapat diproses lebih lanjut sesuai peraturan perundang-undangan?” kata Ketua Baleg DPR RI Bob Hasan di kompleks parlemen, Jakarta, Senin, yang dijawab setuju oleh peserta rapat.

    Ketua Panitia Kerja (Panja) RUU Perkoperasian DPR RI Sturman Panjaitan mengungkapkan bahwa Panja secara intensif telah membicarakan dan membahas rancangan undang-undang sejak tanggal 19 sampai dengan 24 Maret 2025.

    Menurut dia, RUU tersebut terdiri dari 122 pasal yang telah dibahas hingga diputuskan secara musyawarah mufakat.

    Adapun beberapa poin perubahan dalam RUU tersebut mulai dari memperjelas definisi koperasi, modal pokok dan modal wajib serta definisi lain yang perlu diatur dalam undang-undang. Kemudian RUU itu juga merekonstruksi asas dan tujuan koperasi

    Selanjutnya, RUU itu juga mengatur perangkat organisasi yang mencakup rapat anggota pengurus, pengawas, dewan pengawas syariah dan tata kelola jenjang tunggal, termasuk di dalamnya pendelegasian sebagian keuangan rapat anggota kepada rapat pengurus.

    Kemudian, dia mengatakan RUU itu mengatur restrukturisasi koperasi, termasuk mengenai kepailitan pembubaran dan penyelesaian.

    Selain itu, ekosistem koperasi dan peran pemerintah serta pemerintah daerah juga diatur, khususnya dalam pembinaan koperasi literasi dan pendidikan demokrasi serta dukungan kepada koperasi dengan program pinjaman dana bergulir.

    Adapun RUU itu juga bakal mengatur ketentuan sanksi administrasi dan sanksi pidana jika ada permasalahan perkoperasian.

    “Masih terdapat beberapa ketentuan yang akan kami laporkan ke rapat pleno Badan Legislasi, di antaranya terkait dengan rumusan mengenai judul subbab koperasi syariah, perluasan usaha koperasi dengan membentuk badan usaha, serta ketentuan mengenai otoritas pengawas koperasi dan lembaga penjamin simpanan koperasi,” kata Sturman.

    Pewarta: Bagus Ahmad Rizaldi
    Editor: Agus Setiawan
    Copyright © ANTARA 2025