Kementrian Lembaga: KPI

  • Jamal, Komandan Energi Terbarukan dari Dusun Bondan Jawa Tengah

    Jamal, Komandan Energi Terbarukan dari Dusun Bondan Jawa Tengah


    PIKIRAN RAKYAT –
    Dusun Bondan, Desa Ujungalang, Kecamatan Kampung Laut, Cilacap, Jawa Tengah punya perjalanan panjang untuk menikmati kebutuhan dasar listrik. Sepanjang perjalanan untuk mengakses kampungnya, sehingga menjadi sebuah tantangan tersendiri.

    Untuk menjangkau wilayah ini harus menggunakan perahu compreng atau kapal kecil dengan jarak tempuh sekitar 1,5 jam dari Dermaga Sleko, yang lokasinya tak jauh dari Nusakambangan.

    Saat malam tiba, dusun ditelan kegelapan. Warga umumnya menggunakan pelita minyak tanah untuk penerangan seadanya. Sebagian warga ada yang menarik kabel dari kelurahan lain untuk mengalirkan listrik dengan jarak hingga lima kilometer.

    Kondisi ini meresahkan hati Mohamad Jamaludin, pemuda Dusun Bondan. Menggandeng PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) Unit Cilacap, dilakukan analisis permasalahan dan potensi yang ada di Dusun Bondan. Hingga lahirlah program Desa Energi Berdikari E-mas Bayu & E-Mbak Mina yang merupakan akronim dari Energi Mandiri Tenaga Surya dan Angin (Bayu) dan Energi Mandiri Tambak Ikan (Mina).

    “Kami memulai perjalanan membangkitkan listrik pada 2017. Dimulai dengan masuknya teknologi Hybrid Energy One Pole atau HEOP, yang menggabungkan sel surya dan kincir angin”, jelas Jamaludin.

    Dua tahun berikutnya, Pembangkit Listrik Tenaga Hibrida (surya dan angin) dikembangkan dengan kapasitas yang lebih besar, terdiri dari 5 unit kincir angin dan 24 unit panel surya.

    “Selain mampu menerangi 78 rumah dan fasilitas umum, PLTH juga dimanfaatkan untuk aktivitas tambak ikan dan pengolahan air payau menjadi layak konsumsi dengan sistem desalinasi. Semua hal itu atas inisiasi dari PT KPI Unit Cilacap,” terang Jamaludin.

    Selain digunakan untuk menghasilkan penerangan, listrik dimanfaatkan untuk pengoperasian alat desalinasi air dari payau menjadi tawar. Juga alat aerator tambak milik kelompok nelayan, melalui program E-Mbak Mina.

    “Aerator tambak atau mesin penghasil gelembung udara berfungsi untuk menggerakkan air di dalam akuarium, kolam atau tambak. Supaya kaya kandungan oksigennya,” jelas Jamal.

    Pemanfaatan aerator tambak, mendukung program intensifikasi tambak ikan dengan teknologi tambak polikultur biofilter. Berupa teknologi untuk meningkatkan produksi ikan bandeng, dengan memadukan antara tanaman mangrove dan sejumlah biota yang dibudidayakan seperti ikan bandeng, udang, dan kerang totok.

    Kini Dusun Bondan mampu berdiri sendiri dengan keberadaan energi baru terbarukan, meningkatkan ekonomi masyarakat hingga mewujudkan kesadaran akan manfaat menjaga lingkungan menjadi modal yang ditanamkan di dalam masyarakat.

    “Saat kita terus bersahabat dan peduli dengan alam, ia tidak pernah kejam dan membiarkan kita tenggelam dalam kelam,” ujar Jamaludin.

    Kembangkan Kemampuan

    Untuk meningkatkan pengembangan pemanfaatan energi bersih, Jamal mengikuti program sertifikasi ketenagalistrikan yang diadakan Pertamina bekerja sama dengan Kementerian ESDM. Hal itu sebagai wujud pengembangan energi bersih menuju target Net Zero Emission 2060.

    Sertifikasi yang diselenggarakan ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi teknis Local Heroes di bidang regulasi, instalasi, dan pemeliharaan listrik. Peserta diharapkan mampu menerapkan pemeliharaan instalasi listrik dengan aman, efisien, dan profesional sesuai standar yang berlaku.

    Selain itu, sertifikasi ini memberikan pengakuan resmi sebagai tenaga teknik ketenagalistrikan, sehingga para peserta dapat bersaing di tingkat profesional. Pada program Desa Energi Berdikari (DEB) sertifikasi ini menjadi langkah strategis untuk memastikan keberlanjutan pengoperasian dan pemeliharaan PLTS yang tersebar di berbagai wilayah binaan.

    Jamal yang menjadi salah satu peserta dari 22 Local Heroes yang berasal dari 12 provinsi di Indonesia, mewakili enam subholding Pertamina, mengungkapkan bahwa ia mendapatkan manfaat yang besar dari program ini.

    “Program sertifikasi ini sangat membantu memantapkan pengelolaan PLTS di Dusun Bondan. Dengan wawasan dan ilmu yang saya dapatkan, saya berharap PLTS ini dapat terus berjalan dan memberikan manfaat bagi masyarakat di masa depan,” katanya.

    VP Corporate Communication PT Pertamina (Persero) Fadjar Djoko Santoso mengungkapkan, program DEB merupakan inisiatif Pertamina yang bertujuan menciptakan kemandirian energi berbasis sumber daya lokal. Hingga saat ini, program DEB melibatkan berbagai komunitas di Indonesia dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya energi terbarukan, seperti Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), untuk memenuhi kebutuhan energi lokal secara berkelanjutan.

    “Pertamina menjalankan program DEB di berbagai wilayah di Indonesia. Program DEB menjadi sarana yang tepat mengenalkan energi bersih yang berkelanjutan kepada masyarakat pedesaan, mendukung swasembada energi nasional dan ketahanan pangan, serta menurunkan emisi karbon dan mendorong perekonomian desa,” kata Fadjar.

    Pertamina sebagai perusahaan pemimpin di bidang transisi energi, berkomitmen dalam mendukung target net zero emission 2060 dengan terus mendorong program-program yang berdampak langsung pada capaian Sustainable Development Goals (SDGs). Seluruh upaya tersebut sejalan dengan penerapan Environmental, Social & Governance (ESG) di seluruh lini bisnis dan operasi Pertamina. ***

     

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Mengenal Jamal, Komandan Energi Terbarukan dari Dusun Bondan

    Mengenal Jamal, Komandan Energi Terbarukan dari Dusun Bondan

    Mengenal Jamal, Komandan Energi Terbarukan dari Dusun Bondan
    Tim Redaksi
    KOMPAS.com –
     Dusun Bondan, Desa Ujungalang, Kecamatan Kampung Laut, Cilacap, Jawa Tengah (Jateng), harus melalui perjalanan panjang untuk menikmati kebutuhan dasar listrik. Pasalnya, akses menuju kampung ini menjadi tantangan tersendiri.
    Untuk menjangkau wilayah itu, harus menggunakan perahu compreng atau kapal kecil dengan jarak tempuh sekitar 1,5 jam dari Dermaga Sleko, yang lokasinya tak jauh dari Nusakambangan.
    Saat malam tiba, dusun ditelan kegelapan. Warga umumnya menggunakan pelita minyak tanah untuk penerangan seadanya. Sebagian warga ada yang menarik kabel dari kelurahan lain untuk mengalirkan listrik dengan jarak hingga 5 km.
    Kondisi tersebut membuat hati pemuda Dusun Bondan, Mohamad Jamaludin, resah. Maka dari  itu, ia menggandeng PT Kilang
    Pertamina
    Internasional (KPI) Unit Cilacap, untuk melakukan analisis permasalahan dan potensi yang ada di Dusun Bondan.
    Dari upaya itu, lahirlah program
    Desa Energi Berdikari
    E-mas Bayu & E-Mbak Mina yang merupakan akronim dari Energi Mandiri Tenaga Surya dan Angin (Bayu) serta Energi Mandiri Tambak Ikan (Mina).
    “Kami memulai perjalanan membangkitkan listrik pada 2017. Dimulai dengan masuknya teknologi Hybrid Energy One Pole (HEOP) yang menggabungkan sel surya dan kincir angin,” jelas pria yang akrab disapa Jamal itu dalam rilis yang diterima Kompas.com, Minggu (23/3/2025).
    Dua tahun berikutnya,
    Pembangkit Listrik
    Tenaga Hibrida (surya dan angin) atau PLTH dikembangkan dengan kapasitas yang lebih besar, yakni terdiri dari lima unit kincir angin dan 24 unit panel surya.
    “Selain mampu menerangi 78 rumah dan fasilitas umum, PLTH juga dimanfaatkan untuk aktivitas tambak ikan dan pengolahan air payau menjadi layak konsumsi dengan sistem desalinasi. Semua hal itu atas inisiasi dari PT KPI Unit Cilacap,” terang Jamal.
    Selain digunakan untuk menghasilkan penerangan, listrik pun dimanfaatkan untuk pengoperasian alat desalinasi air dari payau menjadi tawar. Listrik juga dimanfaatkan untuk alat aerator tambak milik kelompok nelayan melalui program E-Mbak Mina.
    “Aerator tambak atau mesin penghasil gelembung udara berfungsi untuk menggerakkan air di dalam akuarium, kolam, atau tambak. Supaya kaya kandungan oksigennya,” jelas Jamal.
    Pemanfaatan aerator tambak tersebut mendukung program intensifikasi tambak ikan dengan teknologi tambak polikultur biofilter. Teknologi dapat meningkatkan produksi ikan bandeng dengan memadukan antara tanaman mangrove dan sejumlah biota yang dibudidayakan, seperti ikan bandeng, udang, dan kerang totok.
    Kini, Dusun Bondan mampu berdiri sendiri dengan keberadaan energi baru terbarukan. Hal ini pun mampu meningkatkan ekonomi masyarakat hingga mewujudkan kesadaran akan manfaat menjaga lingkungan sebagai modal yang ditanamkan di dalam masyarakat.
    “Saat kita terus bersahabat dan peduli dengan alam, ia tidak pernah kejam dan membiarkan kita tenggelam dalam kelam,” ujar Jamal.
    Untuk meningkatkan pengembangan pemanfaatan energi bersih, Jamal mengikuti program sertifikasi ketenagalistrikan yang diadakan Pertamina yang bekerja sama dengan Kementerian ESDM. program sertifikasi ini merupakan wujud pengembangan energi bersih menuju target Net Zero Emission (NZE) 2060.
    Sertifikasi yang diselenggarakan itu bertujuan untuk meningkatkan kompetensi teknis
    local heroes
    di bidang regulasi, instalasi, dan pemeliharaan listrik. Peserta diharapkan mampu menerapkan pemeliharaan instalasi listrik dengan aman, efisien, dan profesional sesuai standar yang berlaku.
    Selain itu, sertifikasi tersebut juga memberikan pengakuan resmi kepada peserta sebagai tenaga teknik ketenagalistrikan sehingga mereka dapat bersaing di tingkat profesional.
    Pada program Desa Energi Berdikari (DEB), sertifikasi ketenagalistrikan itu menjadi langkah strategis untuk memastikan keberlanjutan pengoperasian dan pemeliharaan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (
    PLTS
    ) yang tersebar di berbagai wilayah binaan.
    Sebagi perwakilan enam
    subholding
    Pertamina, Jamal menjadi salah satu peserta dari 22
    local heroes
    yang berasal dari 12 provinsi di Indonesia. Ia mengungkapkan bahwa dirinya mendapatkan manfaat yang besar dari program tersebut.
    “Program sertifikasi ini sangat membantu memantapkan pengelolaan PLTS di Dusun Bondan. Dengan wawasan dan ilmu yang saya dapatkan, saya berharap PLTS ini dapat terus berjalan dan memberikan manfaat bagi masyarakat di masa depan,” katanya.
    Vice President (VP) Corporate Communication PT Pertamina (Persero) Fadjar Djoko Santoso mengungkapkan, program DEB merupakan inisiatif Pertamina yang bertujuan menciptakan kemandirian energi berbasis sumber daya lokal.
    Hingga saat ini, program DEB melibatkan berbagai komunitas di Indonesia dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya energi terbarukan, seperti PLTS, untuk memenuhi kebutuhan energi lokal secara berkelanjutan.
    “Pertamina menjalankan program DEB di berbagai wilayah di Indonesia. Program DEB menjadi sarana yang tepat mengenalkan energi bersih yang berkelanjutan kepada masyarakat pedesaan, mendukung swasembada energi nasional dan ketahanan pangan, serta menurunkan emisi karbon dan mendorong perekonomian desa,” kata Fadjar.
    Sebagai perusahaan pemimpin di bidang transisi energi, Pertamina berkomitmen mendukung target NZE 2060 dengan terus mendorong program-program yang berdampak langsung pada capaian Sustainable Development Goals (SDGs).
    Seluruh upaya tersebut sejalan dengan penerapan prinsip
    environmental, social, and governance
    (
    ESG
    ) di seluruh lini bisnis dan operasi Pertamina.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Berkenalan Dengan Jamal, Komandan Energi Terbarukan dari Dusun Bondan

    Berkenalan Dengan Jamal, Komandan Energi Terbarukan dari Dusun Bondan

    Jakarta, CNBC Indonesia – Dusun Bondan, Desa Ujungalang, Kecamatan Kampung Laut, Cilacap, Jawa Tengah, punya perjalanan panjang untuk menikmati kebutuhan dasar listrik. Sepanjang perjalanan untuk mengakses kampungnya, sehingga menjadi sebuah tantangan tersendiri.

    Untuk menjangkau wilayah ini harus menggunakan perahu compreng atau kapal kecil dengan jarak tempuh sekitar 1,5 jam dari Dermaga Sleko, yang lokasinya tak jauh dari Nusakambangan.

    Saat malam tiba, dusun ditelan kegelapan. Warga umumnya menggunakan pelita minyak tanah untuk penerangan seadanya. Sebagian warga ada yang menarik kabel dari kelurahan lain untuk mengalirkan listrik dengan jarak hingga lima kilometer.

    Kondisi ini meresahkan hati Mohamad Jamaludin, pemuda Dusun Bondan. Menggandeng PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) Unit Cilacap, dilakukan analisis permasalahan dan potensi yang ada di Dusun Bondan. Hingga lahirlah program Desa Energi Berdikari E-mas Bayu & E-Mbak Mina yang merupakan akronim dari Energi Mandiri Tenaga Surya dan Angin (Bayu) dan Energi Mandiri Tambak Ikan (Mina).

    “Kami memulai perjalanan membangkitkan listrik pada 2017. Dimulai dengan masuknya teknologi Hybrid Energy One Pole atau HEOP, yang menggabungkan sel surya dan kincir angin,” jelas Jamaludin.

    Dua tahun berikutnya, Pembangkit Listrik Tenaga Hibrida (surya dan angin) dikembangkan dengan kapasitas yang lebih besar, terdiri dari 5 unit kincir angin dan 24 unit panel surya.

    “Selain mampu menerangi 78 rumah dan fasilitas umum, PLTH juga dimanfaatkan untuk aktivitas tambak ikan dan pengolahan air payau menjadi layak konsumsi dengan sistem desalinasi. Semua hal itu atas inisiasi dari PT KPI Unit Cilacap,” terang Jamaludin.

    Selain digunakan untuk menghasilkan penerangan, listrik dimanfaatkan untuk pengoperasian alat desalinasi air dari payau menjadi tawar. Juga alat aerator tambak milik kelompok nelayan, melalui program E-Mbak Mina.

    “Aerator tambak atau mesin penghasil gelembung udara berfungsi untuk menggerakkan air di dalam akuarium, kolam atau tambak. Supaya kaya kandungan oksigennya,” jelas Jamal.

    Pemanfaatan aerator tambak, mendukung program intensifikasi tambak ikan dengan teknologi tambak polikultur biofilter. Berupa teknologi untuk meningkatkan produksi ikan bandeng, dengan memadukan antara tanaman mangrove dan sejumlah biota yang dibudidayakan seperti ikan bandeng, udang, dan kerang totok.

    Kini Dusun Bondan mampu berdiri sendiri dengan keberadaan energi baru terbarukan, meningkatkan ekonomi masyarakat hingga mewujudkan kesadaran akan manfaat menjaga lingkungan menjadi modal yang ditanamkan di dalam masyarakat.

    “Saat kita terus bersahabat dan peduli dengan alam, ia tidak pernah kejam dan membiarkan kita tenggelam dalam kelam,” ujar Jamaludin.

    Kembangkan Kemampuan

    Untuk meningkatkan pengembangan pemanfaatan energi bersih, Jamal mengikuti program sertifikasi ketenagalistrikan yang diadakan Pertamina bekerja sama dengan Kementerian ESDM. Hal itu sebagai wujud pengembangan energi bersih menuju target Net Zero Emission 2060.

    Sertifikasi yang diselenggarakan ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi teknis Local Heroes di bidang regulasi, instalasi, dan pemeliharaan listrik. Peserta diharapkan mampu menerapkan pemeliharaan instalasi listrik dengan aman, efisien, dan profesional sesuai standar yang berlaku.

    Selain itu, sertifikasi ini memberikan pengakuan resmi sebagai tenaga teknik ketenagalistrikan, sehingga para peserta dapat bersaing di tingkat profesional. Pada program Desa Energi Berdikari (DEB) sertifikasi ini menjadi langkah strategis untuk memastikan keberlanjutan pengoperasian dan pemeliharaan PLTS yang tersebar di berbagai wilayah binaan.

    Jamal yang menjadi salah satu peserta dari 22 Local Heroes yang berasal dari 12 provinsi di Indonesia, mewakili enam subholding Pertamina, mengungkapkan bahwa ia mendapatkan manfaat yang besar dari program ini.

    “Program sertifikasi ini sangat membantu memantapkan pengelolaan PLTS di Dusun Bondan. Dengan wawasan dan ilmu yang saya dapatkan, saya berharap PLTS ini dapat terus berjalan dan memberikan manfaat bagi masyarakat di masa depan,” katanya.

    VP Corporate Communication PT Pertamina (Persero) Fadjar Djoko Santoso mengungkapkan, program DEB merupakan inisiatif Pertamina yang bertujuan menciptakan kemandirian energi berbasis sumber daya lokal. Hingga saat ini, program DEB melibatkan berbagai komunitas di Indonesia dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya energi terbarukan, seperti Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), untuk memenuhi kebutuhan energi lokal secara berkelanjutan.

    “Pertamina menjalankan program DEB di berbagai wilayah di Indonesia. Program DEB menjadi sarana yang tepat mengenalkan energi bersih yang berkelanjutan kepada masyarakat pedesaan, mendukung swasembada energi nasional dan ketahanan pangan, serta menurunkan emisi karbon dan mendorong perekonomian desa,” kata Fadjar.

    (rah/rah)

  • Klarifikasi Hasan Nasbi Usai Bikin Heboh Soal Teror ‘Kepala Babi’ Jurnalis Tempo

    Klarifikasi Hasan Nasbi Usai Bikin Heboh Soal Teror ‘Kepala Babi’ Jurnalis Tempo

    Bisnis.com, JAKARTA – Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan Hasan Nasbi, menuai kontroversi setelah mengeluarkan pernyataan yang meminta supaya jurnalis Tempo yang menerima paket kepala babi untuk memasaknya. 

    Belakangan, Hasan Nasbi mengklarifikasi dan menjelaskan arti pernyataan ‘dimasak saja’ saat ditanya oleh wartawan mengenai sikap Istana terhadap teror yang menimpa jurnalis Tempo.

    Hasan kepada Bisnis mengemukakan bahwa pernyataan ‘dimasak saja’ tidak dimaksudkan untuk melecehkan kebebasan pers, melainkan caranya untuk mengecilkan aksi teror tersebut.  

    Hasan mengaku hanya menyempurnakan respons dari salah seorang jurnalis Tempo Francisca Christy Rosana terhadap teror kepala babi tersebut yang diunggahnya melalui akun X agar peneror mengirimkan daging babi secara utuh dan bukan hanya kepala saja.

    Dia menyebut bahwa pernyataan kepala babi itu sebaiknya dimasak saja, justru dapat membuat peneror kehilangan tujuannya dalam menebar ketakutan dengan memperkecil aksi tersebut.  

    “Justru respons yang benar itu adalah dengan mengecilkan si peneror. Kalau dia tidak mendapatkan efek ketakutan yang diinginkan, maka KPI [Key Performance Indicator] penerornya tidak tercapai,” ujarnya kepada Bisnis melalui sambungan telepon, Sabtu (22/3/2025).

    Menanggapi kritik bahwa pernyataannya dianggap meremehkan kebebasan pers, Hasan menegaskan bahwa pemerintah tidak mengekang kebebasan media.

    Hal ini pun menurutnya sudah dilakukan melalui praktik sehari-hari.

    “Soal kebebasan pers, pemerintah tidak pakai teori lagi, tapi sudah pembuktian. Tidak ada media atau wartawan yang diperkarakan, tidak ada yang dilarang bikin berita, podcast, atau masuk ke Istana karena bersikap kritis,” tegasnya.  

    Menurutnya, pemerintah hanya berupaya meluruskan kesalahpahaman di ruang publik tanpa menghalangi kebebasan berbicara.  

    Saat ditanyakan mengenai respons dari Presiden Prabowo Subianto, Hasan juga menyatakan bahwa tidak ada pembahasan khusus terkait insiden ini dalam pemerintahan.

    Penyebabnya, dia menegaskan bahwa dari sisi kebebasan pers, tidak ada masalah yang perlu dibahas lebih lanjut.  

    “Tidak ada pembahasan soal ini. Karena memang enggak ada masalah kan? Tidak masalah dari sisi kebebasan pers enggak ada masalah. Jadi tidak ada pembahasan soal ini,” pungkas Hasan. 

  • Penjelasan Hasan Nasbi soal Respons Teror Kepala Babi Jurnalis Tempo yang Tuai Kritik – Halaman all

    Penjelasan Hasan Nasbi soal Respons Teror Kepala Babi Jurnalis Tempo yang Tuai Kritik – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan, Hasan Nasbi memberikan penjelasan terkait responsnya terhadap teror kepala babi yang diterima jurnalis media Tempo, Francisca Christy Rosana (Cica).

    Pernyataan Hasan Nasbi yang menyarankan agar kepala babi itu dimasak saja menuai kritikan Koalisi Masyarakat Sipil.

    Hasan Nasbi mengaku apa yang dia sampaikan selaras dengan cara Cica memberikan tanggapan untuk mengecilkan si peneror.

    Diketahui, pascateror pengiriman kepala babi yang diterimanya, Cica memberikan tanggapan melalui unggahan X pribadi miliknya, @chichafrancisca.

    “Lain kali ngirim jangan kepala babi, daging babi gitu lho yg enak. Mana telinganya udah ga ada,” tulis Cica, Kamis (20/3/2025).

    Hasan mengaku justru mendukung cara jurnalis Tempo tersebut merespons.

    “Justru teror harus direspons dengan cara seperti Fransisca merespons teror itu. Biar KPI (target, red) si peneror enggak kesampaian,” ungkap Hasan saat dihubungi Tribunnews.com, Sabtu (22/3/2025).

    “Saya hanya menyempurnakan cara untuk mengecilkan si peneror,” imbuhnya.

    Hasan juga memberi tanggapan terkait penilaian sejumlah pihak yang menganggap pernyataannya tidak pantas.

    “Saya enggak khawatir sama sekali dengan penilaian itu,” ungkapnya.

    Dikritik Koalisi Masyarakat Sipil

    Sebelumnya, Koalisi Masyarakat Sipil mengecam respons Hasan Nasbi terkait teror pengiriman kepala babi yang diterima Cica.

    Hasan Nasbi memberi tanggapan supaya kepala babi itu dimasak saja.

    Menurut Koalisi Masyarakat Sipil, respons Hasan Nasbi tidak menunjukkan empati dan dukungan bagi kebebasan pers.

    Diketahui, Koalisi Masyarakat Sipil terdiri dari Centra Initiative, Imparsial, PBHI, ELSAM, Walhi, HRWG, DeJuRe, dan Setara Institute.

    “Pernyataan Hasan Nasbi yang seolah menyuruh ‘memasak kepala babi’ yang tergeletak di jalan itu, selain tidak berempati, juga melanggar prinsip kebebasan pers,” ungkap pernyataan Koalisi Masyarakat Sipil yang diterima dari Ketua Pehimpunan Bantuan Hukum dan HAM Indonesia (PBHI) Julius Ibrani, Sabtu (22/3/2025).

    “Pernyataan tersebut cenderung merendahkan, tidak patut disampaikan oleh seorang Kepala Kantor Komunikasi Presiden,” imbuhnya.

    Pernyataan Hasan Nasbi disampaikan pada Jumat (21/3/2025) di Kompleks Istana Kepresidenan.

    “Udah dimasak aja,” ujar Hasan.

    Awak media sempat mengonfirmasi kembali mengenai pernyataannya.

    Tetapi, Hasan tetap dengan pernyataannya awal.

    “Udah dimasak aja,” tegas Hasan.

    Hasan menilai kasus ini bukan menjadi ancaman bagi Cica lantaran melihat sikap Cica di media sosial tampak santai.

    “Saya lihat ya saya lihat dari media sosialnya Francisca yang wartawan Tempo itu, itu dia justru minta dikirimin daging babi,” ungkap Hasan.

    Komnas HAM: Ancaman Kerja Jurnalistik

    Wakil Ketua Komnas HAM, Abdul Haris Semendawai angkat bicara soal teror kepala babi kepada wartawan Tempo. 

    Menurutnya hal itu sebagai ancaman dari kerja jurnalistik. 

    “Mengirim kepala babi kepada seseorang simbolnya bisa ditafsirkan macam-macam. Selama ini seringkali disimbolkan sebagai salah satu bentuk ancaman,” kata Dawai, sapaannya kepada awak media di Jakarta, Jumat (21/3/2025) malam. 

    Ancaman itu menurut Dawai ditafsirkan lagi karena ditujukan kepada seseorang yang berprofesi jurnalis.

    “Bisa jadi sebagai ancaman karena dia melahirkan sejumlah karya-karya jurnalistik yang mungkin tidak disukai oleh orang tertentu,” terangnya. 

    Sehingga kata Dawai, kemudian seseorang mengirimkan kepala babi itu sebagai salah satu bentuk ancaman agar yang bersangkutan tidak lagi melakukan kerja jurnalistik. 

    “Kalau memang seperti itu tentunya kita sangat menyesalkan. Karena bagaimanapun setiap orang punya hak untuk bebas menyampaikan pendapat dan berekspresi,” imbuhnya. 

    Menurutnya sebagai jurnalis dilindungi dan diberikan hak untuk mencari informasi. 

    “Kalau seorang jurnalis dibatasi ruang geraknya, diancam-ancam itu akan berimplikasi pada tertutupnya informasi kepada publik. Ini berbahaya akhirnya publik hanya dapat informasi yang tertentu saja,” tegasnya. 

    (Tribunnews.com/Gilang Putranto, Rahmat F Nugraha)

  • Alasan Hasan Nasbi Buat Pernyataan Kepala Babi Dimasak Saja, Menyikapi Teror Dengan Candaan

    Alasan Hasan Nasbi Buat Pernyataan Kepala Babi Dimasak Saja, Menyikapi Teror Dengan Candaan

    TRIBUNJATENG.COM – Setelah pernyataannya terkait teror kepala babi kepada jurnalis viral, Kepala Komunikasi Kepresidenan/PCO Hasan Nasbi memberikan penjelasan.

    Hasan sebelumnya melayangkan pernyataannya itu di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Jumat (21/3/2025) malam. 

    Namun terbaru, Hasan menyatakan setuju dengan sikap Francisca, yang menanggapi teror itu dengan candaan pula, yakni mengaku lain kali akan memasak kepala babi tersebut lebih enak.

    “Justru saya setuju dengan Francisca menyikapi teror itu. Kan Fransisca merecehkan teror itu sehingga KPI si peneror enggak kesampaian kan.”

    “Ya berarti kan salah orang itu, berarti kan enggak sampai itu,” kata Hasan dikutip Kompas.com, Sabtu (22/3/2025).

    Hasan mengaku, ia jarang setuju dengan Tempo.

    Namun kali ini, ia setuju dengan respons yang dibuat Cica agar tidak memperkuat teror.

    Dengan begitu kata Hasan, peneror akan kehabisan akal dan stres karena niatnya tak tersampaikan.

    “Menurut saya kalau dilecehkan begitu, kan si pelaku KPI-nya enggak sampai. Tujuannya enggak sampai. Saya rasa kalau sekaligus dimasak, jedot-jedotin kepala itu si peneror. Ya gimana, gagal deh,” ucap Hasan.

    Menurut Hasan, cara merespons Cica termasuk elegan.

    Respons terhadap teror semacam itu pernah terjadi pada peristiwa bom Thamrin 2016 silam.

    Reaksi publik terhadap teror kala itu tidak menunjukkan ketakutan.

    Warga cuek saja membanjiri area bekas bom.

    Bahkan ada yang berjualan sate, gorengan, hingga kopi kemasan.

    “Itu aktor intelektualnya pasti stres berat. Kan targetnya si peneror bukan soal berapa jumlah korban dan berapa ledakannya, tapi warga Jakarta enggak takut.”

    ” Jadi KPI-nya enggak kesampaian,” jelas dia.

    Hasan menilai, semua pihak yang memiliki konsen yang sama bahwa teror semacam mengirimkan paket berisi kepala babi, sudah ketinggalan zaman.

    Oleh karenanya, ia pun menanggapi teror itu dengan candaan “dimasak saja”.

    Ia pun menampik pernyataannya justru mengecilkan kebebasan pers alih-alih peneror.

    Dirinya mendorong Tempo untuk melaporkan teror ke aparat penegak hukum dan mendorong penegak hukum untuk menindaklanjutinya.

    “Kita kan enggak tahu urusan mereka dengan siapa. Tapi yang diminta tanggapan Istana. Makanya saya merasa ya proporsional saja menjawabnya.”

    “Menurut saya kalau dilaporkan ke polisi, polisi harus cari tahu tuh siapa yang mengirimkan itu. Tapi dari sisi kita, kita kan enggak tahu apa-apa. Dari sisi si wartawan Tempo itu sudah benar,” tandasnya.

    Kronologi teror kepala babi

    Sebelumnya diberitakan, Redaksi Tempo mendapat kiriman seonggok kepala babi dengan kondisi kedua telinganya terpotong melalui paket dari orang tak dikenal. Kepala babi itu dibungkus dengan kardus, styrofoam, dan plastik.

    Tidak ada surat yang mengiringi paket, hanya sebuah kata “Cica” — mengacu pada seorang jurnalis dan host sinar Bocor Alur Politik Tempo, Francisca Christy Rosana alias Cica.

    Adapun paket diterima pihak keamanan kantor pada Rabu (19/3/2025), dan baru diterima Cica pada Kamis (20/3/2025) sore, sekembalinya dari liputan.

    Saat dibuka, bau busuk menguar. Redaksi Tempo lantas membawanya ke luar ruangan, karena khawatir membahayakan.

    Setelah dibuka, tampak kepala babi yang masuk terbungkus plastik lekat-lekat. “Nah di kantor dibuka, baunya menyengat. Sehingga itu dibawa ke luar, lalu dibuka. Ya itu isinya kepala babi,” kata Wakil Pemimpin Redaksi Tempo, Bagja Hidayat saat dihubungi, Kamis (20/3/2025).

    Menanggapi hal itu, Hasan berkelakar dengan kalimat “dimasak saja”. “Sudah dimasak aja, sudah dimasak aja,” ucapnya, semalam.

    Hasan meminta masalah itu tidak dibesar-besarkan mengingat pemerintahan Presiden Prabowo Subianto berkomitmen terhadap kebebasan pers.

    “Ada yang dihalang-halangi bikin berita? Kalau enggak ada yang dihalang-halangi bikin berita, itu artinya kebebasan pers kita bagus. Ada yang di-stop buat bikin berita dan wawancara? Enggak ada.

    Itu artinya kebebasan pers kita bagus,” beber Hasan.

    “Ada yang takut enggak sekarang bikin berita? Ada yang dihalang-halangi enggak untuk liputan di Istana? Kan enggak. Itu artinya enggak ada kebebasan pers yang dikekang. Kayak misalnya Tempo masih boleh menulis berita enggak? Boleh kan? Masih boleh siaran Bocor Alus enggak? Tetap boleh kan? Itu artinya pemerintah enggak ikut campur sama sekali, enggak ganggu sama sekali,” lanjut dia. (*)

  • Hasan Nasbi: Saya Bukan Mengecilkan Kebebasan Pers, tapi Mengecilkan Peneror!

    Hasan Nasbi: Saya Bukan Mengecilkan Kebebasan Pers, tapi Mengecilkan Peneror!

    Hasan Nasbi: Saya Bukan Mengecilkan Kebebasan Pers, tapi Mengecilkan Peneror!
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Kepala Kantor Komunikasi Presiden (PCO) Hasan Nasbi menegaskan, pernyataan “dimasak saja” yang diucapkannya terkait
    teror kepala babi
    ke redaksi Tempo, bukanlah bentuk mengecilkan kebebasan pers.
    Pernyataan Hasan itu justru ditujukan untuk mengecilkan pihak yang mengirim kepala babi tersebut.
    “Jadi, saya bukan mengecilkan kebebasan pers, tapi justru kita harus mengecilkan si peneror,” ungkap Hasan kepada Kompas,com, Sabtu (22/3/2025).
    Hasan bermaksud, dengan mengatakan agar kepala babi tersebut dimasak saja, membuat pelaku tidak mencapai tujuannya, yakni menebar teror.
    “Menurut saya, kalau benar dimasak, bisa jedot-jedotin kepala itu si peneror. Gagal deh, kata dia, begitu kan,” lanjut Hasan.
    Pernyataan Hasan itu pula sejalan dengan respons salah seorang jurnalis perempuan Tempo, Francisca Christy Rosana, terhadap teror kepala babi tersebut.
    Diketahui, melalui akun X, Francisca merespons teror kepala babi itu dengan candaan. Berikut ini unggahan Fransisca:
    “Lain kali ngirim jangan kepala babi, daging babi gitu lho yg enak. Mana telinganya sudah ga ada,” tulis Cica, sapaan akrabnya.
    Menurut Hasan, Fransisca sudah menyikapi teror ini dengan benar.
    “Saya tuh jarang lho setuju sama Tempo. Tapi kali ini saya setuju dengan cara Francisca merespons teror itu. Supaya yang meneror itu kehabisan akal dan stres karena KPI-nya enggak kesampaian,” ujar Hasan.
    Ia pun mendorong kasus teror kepala babi ini diusut tuntas oleh kepolisian supaya motif si pengirim dapat terungkap jelas sehingga persepsi publik tidak semakin liar.
    Diberitakan sebelumnya, redaksi Tempo mendapat kiriman seonggok kepala babi dengan kondisi kedua telinganya terpotong melalui paket dari orang tak dikenal.
    Kepala babi itu dibungkus dengan kardus, styrofoam, dan plastik. Tidak ada surat yang mengiringi paket, hanya sebuah kata “Cica” — mengacu pada seorang jurnalis dan host sinar Bocor Alur Politik Tempo, Francisca Christy Rosana alias Cica.
    Adapun paket diterima pihak keamanan kantor pada Rabu (19/3/2025), dan baru diterima Cica pada Kamis (20/3/2025) sore, sekembalinya dari liputan.
    Saat dibuka, bau busuk menguar. Redaksi Tempo lantas membawanya ke luar ruangan, karena khawatir membahayakan. Setelah dibuka, tampak kepala babi yang masuk terbungkus plastik lekat-lekat.
    “Nah di kantor dibuka, baunya menyengat. Sehingga itu dibawa ke luar, lalu dibuka. Ya itu isinya kepala babi,” kata Wakil Pemimpin Redaksi Tempo, Bagja Hidayat saat dihubungi, Kamis (20/3/2025).
    Mengenai peristiwa itu, wartawan lantas bertanya kepada Hasan Nasbi sebagai perwakilan pemerintah. Sebab, ada dugaan bahwa kepala babi itu merupakan simbol teror bagi kebebasan pers di Indonesia.
    Tetapi, Hasan hanya menjawab singkat “dimasak saja”.
    “Sudah dimasak aja, sudah dimasak aja,” ucap Hasan, semalam.
    Hasan kemudian meminta masalah itu tidak dibesar-besarkan mengingat pemerintahan Presiden Prabowo Subianto berkomitmen terhadap kebebasan pers.
    “Ada yang dihalang-halangi bikin berita? Kalau enggak ada yang dihalang-halangi bikin berita, itu artinya kebebasan pers kita bagus. Ada yang di-stop buat bikin berita dan wawancara? Enggak ada. Itu artinya kebebasan pers kita bagus,” beber Hasan.
    Redaksi Tempo sendiri telah resmi melaporkan peristiwa teror pengiriman kepala babi ke Bareskrim Polri pada Jumat (21/3/2025).
    Laporan bernomor STTL/153/III/2025/BARESKRIM tersebut telah diterima pihak Bareskrim pada Jumat sore.
    “Jadi, pasalnya tadi yang dipakai pasal 18 ayat 1 pasal pidana di pers yang menghambat kerja jurnalistik, itu ancaman pidananya dua tahun penjara,” ujar Erick saat dihubungi Kompas.com, Jumat.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • KPI produksi Smooth Fluid untuk tingkatkan capaian TKDN

    KPI produksi Smooth Fluid untuk tingkatkan capaian TKDN

    SF yang dihasilkan KPI semakin diminati oleh Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) karena memiliki TKDN yang cukup tinggi

    Jakarta (ANTARA) – PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) memproduksi Smooth Fluid (SF) di Kilang Dumai, Kilang Balikpapan, dan Kilang Cilacap untuk meningkatkan capaian Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN).

    “SF merupakan produk KPI yang dihasilkan dari Kilang Dumai, Kilang Balikpapan dan Kilang Cilacap. KPI memiliki 3 varian SF yaitu SF02, SF04 dan SF05,” kata Corporate Secretary KPI Hermansyah Y Nasroen di Jakarta, Jumat.

    SF merupakan material yang dipergunakan sebagai lumpur pengeboran. Kemampuan KPI dalam memproduksi SF, kata Hermansyah, merupakan bukti kapabilitas KPI dalam menghasilkan produk berkualitas tinggi.

    Kegiatan pengeboran merupakan salah satu proses penting dalam kegiatan hulu. Dalam prosesnya, tutur Hermansyah, diperlukan pengendalian tekanan yang berasal dari titik pengeboran. Salah satunya dilakukan dengan penggunaan lumpur pengeboran yang tepat.

    “Selain karena produk ini berkualitas, SF yang dihasilkan KPI semakin diminati oleh Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) karena memiliki TKDN yang cukup tinggi,” ucap Hermansyah.

    Produk SF05 memiliki kandungan TKDN sekitar 75 persen, sementara produk SF02 memiliki kandungan TKDN yang jauh lebih tinggi yaitu sekitar 95 persen.

    “Sepanjang tahun 2024, KPI telah memproduksi 134 ribu barel SF. Kami tentu berharap produk ini semakin dapat meningkat produksinya di masa depan seiring dengan semakin meningkatnya pemakaian SF di industri hulu migas,” kata Hermansyah.

    Menurut Hermansyah, keunggulan lain yang dimiliki KPI adalah pengelolaan kilang yang terintegrasi. Jika dulu varian produk SF dihasilkan sesuai dengan kilangnya, kini produk tersebut dapat juga diproduksi oleh kilang lainnya sesuai kebutuhan.

    Dari ketiga varian SF, produk SF05 merupakan produk SF yang paling banyak digunakan.

    “SF-05 mulai pertama kali diproduksi di Kilang Balikpapan pada tahun 2007, dan ini menjadi salah satu produk andalan KPI. Sekarang, Kilang Dumai pun telah mampu memproduksi produk sejenis,” kata Hermansyah.

    Kilang Dumai sebelumnya telah memiliki produk SF 02. Produk ini memiliki karakteristik yang sedikit berbeda dengan SF-05. Berbeda dengan produk sebelumnya SF-02 yang unggul untuk kegiatan pengeboran di laut, produk SF-05 ini unggul untuk kegiatan eksplorasi di darat dengan keunggulan impurities yang rendah.

    Keberhasilan Kilang Dumai memproduksi produk SF-05, lanjut Hermansyah, menunjukkan kemampuan KPI dalam mengintegrasikan proses bisnisnya.

    Pewarta: Putu Indah Savitri
    Editor: Faisal Yunianto
    Copyright © ANTARA 2025

  • Berapa Gaji Orang Anak Buah Haji Isam yang Kini Jabat Dirut ID Food?

    Berapa Gaji Orang Anak Buah Haji Isam yang Kini Jabat Dirut ID Food?

    Jakarta

    Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir resmi menunjuk salah satu orang terdekat Haji Isam, Ghimoyo, sebagai Direktur Utama PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) atau ID Food, menggantikan Sis Apik Wijayanto.

    Resmi menjabat sebagai Direktur Utama ID Food, Ghimoyo diperkirakan bisa menerima gaji/honorarium sebesar Rp 95.400.000 per bulan. Angka ini didapat dari perhitungan remunerasi dalam Laporan Tahunan Persero terakhir pada 2023 lalu.

    “Penetapan remunerasi Direksi mempertimbangkan hasil penilaian KPI dengan meninjau dan memperhatikan rumusan strategic objectives serta target, ukuran pencapaian, dan strategic initiatives,” tulis ID Food dalam Laporan Tahunannya.

    Di luar itu, Ghimoyo bersama dewan direksi lain berhak mendapatkan tunjangan berupa tunjangan hari raya (THR) Keagamaan, tunjangan perumahan, serta santunan purna jabatan melalui program asuransi.

    Dalam Laporan Tahunan 2023 tersebut, jumlah remunerasi Direktur Utama ID Food dalam bentuk gaji sebesar Rp 244.000.000.

    “Jumlah remunerasi Dewan Komisaris dan Direksi selama tahun 2023 telah dipertimbangkan oleh tiga indikator penetapan remunerasi yang meliputi aspek penilaian, indikator penilaian, dan bobot serta disetujui oleh Pemegang Saham melalui RUPS,” terang ID Food.

    Sebagai informasi, sebelumnya Ghimoyo resmi diangkat sebagai Direktur Utama PT Rajawali Nusantara Indonesia atau ID Food melalui Surat Keputusan Menteri BUMN Nomor SK-57/MBU/03/2025 tentang Pemberhentian dan Pengangkatan Direktur Utama Perusahaan Perseroan (Persero) PT Rajawali Nusantara Indonesia, yang dilaksanakan pada Selasa (18/3).

    Diketahuinya Ghimoyo merupakan orang terdekat Haji Isam, dari sebuah acara pemberian bantuan kepada korban bencana kebakaran di Kelurahan Tungkaran Pangeran, Kecamatan Simpang Empat, Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan pada Juli 2024 lalu. Dalam kesempatan itu, dikutip dari Antara, Ghimoyo merupakan CEO Jhonlin Group.

    Dalam catatan detikcom, Jhonlin Group, perusahaan milik Haji Isam. Jhonlin Group yakni perusahaan bergerak di berbagai macam industri, salah satu yang besar adalah pertambangan. Perusahaannya berbasis di Batu Licin Kalimantan Selatan.

    Tidak ada sumber terbuka yang menyebutkan total kekayaan milik Haji Isam. Hanya saja sebelumnya, Haji Isam pernah dikabarkan memiliki penghasilan per bulan mencapai Rp 40 miliar.

    Lihat juga Video: Para Pengusaha Besar Temui Prabowo di Istana, Dari CT hingga Haji Isam

    (fdl/fdl)

  • Pertamina Segera Uji Coba Produksi Bioavtur Berbahan Minyak Jelantah

    Pertamina Segera Uji Coba Produksi Bioavtur Berbahan Minyak Jelantah

    Bisnis.com, JAKARTA – PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) akan memulai uji coba produksi bioavtur berbahan baku minyak jelantah (used cooking oil) pada kuartal II/2025. 

    Direktur Utama KPI Taufik Aditiyawarman mengatakan, uji coba dilakukan di Kilang Cilacap, Jawa Tengah dengan target produksi awal sebesar 9.000 barel per hari. 

    “Kilang Cilacap bisa memproses used cooking oil 9.000 barel per hari,” ujar Taufik melalui keterangan resmi dikutip Rabu (14/3/2025).

    Menurutnya, langkah ini menjadi bagian dari upaya holding PT Pertamina (Persero) dalam mengembangkan bahan bakar ramah lingkungan untuk sektor penerbangan. Dia mengatakan, produksi bioavtur ini bisa menjadi solusi bagi maskapai penerbangan yang harus memenuhi standar energi bersih. 

    Taufik menjelaskan, produksi bioavtur ini menggunakan metode coprocessing dengan campuran minyak jelantah sebanyak 3% dalam setiap produksi harian. Dengan skema ini, untuk 9.000 barel avtur yang diproduksi, dibutuhkan sekitar 270 barel minyak jelantah. 

    “KPI telah menyiapkan kerja sama dengan berbagai kolektor minyak jelantah guna memastikan ketersediaan bahan baku,” imbuh Taufik. 

    Selain itu, KPI juga menjalin sinergi dengan PT Pertamina Patra Niaga untuk memperoleh pasokan minyak jelantah. Pertamina menargetkan bioavtur ini dapat memenuhi kebutuhan penerbangan internasional yang sudah menerapkan kebijakan bahan bakar ramah lingkungan. 

    Taufik menyebut, negara seperti Singapura dan Malaysia telah mewajibkan maskapai menggunakan 1% bahan bakar berkelanjutan dalam operasionalnya. Dengan produksi bioavtur ini, maskapai yang transit di Indonesia dapat mengisi ulang bahan bakar sesuai regulasi yang berlaku di negara tujuan.

    Dia menuturkan, bioavtur berbahan minyak jelantah ini juga akan dilakukan pengujian sebelum digunakan. Adapun, pengujian tersebut meliputi uji statis dan uji terbang untuk memastikan kualitas dan performa bahan bakar. 

    Dalam tahap awal, Pelita Air akan menjadi maskapai pertama yang menggunakan bioavtur dari minyak jelantah ini. Sebelumnya, uji coba serupa telah dilakukan dengan campuran 2,4% menggunakan bahan baku refined bleached deodorized palm kernel oil (RBDPKO).

    Kilang Cilacap menjadi lokasi pertama produksi bioavtur berbahan minyak jelantah, dan apabila ekosistem bisnisnya telah berjalan secara sustain, maka kilang Plaju dan Kilang Dumai juga bisa menjadi opsi kilang lainnya untuk memproduksikan avtur berbahan minyak jelantah ini. 

    Dengan tambahan fasilitas ini, kapasitas produksi biavtur nantinya bisa meningkat dan memaksimalkan penggunaan bioavtur di Indonesia.

    Dalam proyek ini, tidak diperlukan banyak investasi baru dalam pengembangan kilang karena mengandalkan teknologi coprocessing yang sudah ada.

    “Skema kemitraan strategis dengan kolektor minyak jelantah dan pelaku pasar sedang dijajaki untuk mendukung kelangsungan proyek ini.” ujar Taufik.