Kementrian Lembaga: Kopassus

  • 2
                    
                        Jawaban Letkol Teddy soal Isu Pencopotan Kapolri: Baru Saja Menghadap Pak Presiden…
                        Nasional

    2 Jawaban Letkol Teddy soal Isu Pencopotan Kapolri: Baru Saja Menghadap Pak Presiden… Nasional

    Jawaban Letkol Teddy soal Isu Pencopotan Kapolri: Baru Saja Menghadap Pak Presiden…
    Editor
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Sekretaris Kabinet
    Teddy Indra Wijaya
    angkat bicara mengenai isu bahwa Presiden
    Prabowo Subianto
    akan mencopot Jenderal Listyo Sigit dari jabatannya sebagai Kepala Polri.
    Teddy tidak menjawab lugas mengenai isu tersebut, tetapi prajurit Kopassus itu memastikan bahwa saat ini Listyo Sigit masih berkomunikasi intens dengan Presiden Prabowo.
    “Kemarin baru saja (Kapolri) menghadap Pak Presiden memberikan laporan bulanan seperti biasanya,” kata Seskab Teddy, Rabu (4/6/2025), dikutip dari
    Antara
    .
    Pada Kamis (5/6/2025) ini, Listyo Sigit juga dijadwalkan mendampingi Presiden Prabowo menghadiri acara panen raya di Bengkayang, Kalimantan Barat.
    “Pak Kapolri juga akan ikut dalam kunjungan kerja Presiden ke Kalimantan Barat, mau meninjau panen jagung,” ujar dia.
    Diberitakan sebelumnya, isu
    pergantian kapolri
    ini muncul dalam beberapa hari terakhir lewat sejumlah unggahan di media sosial.
    Anggota Komisi III DPR Nasir Djamil mengaku belum mendapatkan informasi ihwal soal
    pergantian Kapolri
    .
    Namun, jika benar akan ada pergantian Kapolri, ia melihat bahwa Presiden Prabowo Subianto akan menunjuk sosok yang mengetahui betul internal kepolisian.
    “Jadi, menurut saya, memang Presiden Prabowo itu (pasti) memilih orang-orang yang di dalam kepolisian, yang dia (
    calon Kapolri
    ) tahu bagaimana institusi kepolisian begitu ya. Nah, dia paham betul bagaimana di dalamnya itu,” ujar Nasir, Selasa (3/6/2025).
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Fufufafa Pintu Masuk Pemakzulan Gibran

    Fufufafa Pintu Masuk Pemakzulan Gibran

    USULAN Forum Purnawirawan Prajurit (FPP) TNI untuk memakzulkan Gibran Rakabuming Raka dari jabatan wakil presiden berpotensi menjadi bom waktu politik.

    Wacana pemberhentian Gibran tidak bisa dilepaskan dari kontroversi di sekitar proses pencalonannya pada Pilpres 2024. 

    Keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang mengubah batas usia minimal calon presiden dan wakil presiden membuka jalan bagi Gibran, yang saat itu belum berusia 40 tahun, untuk bisa maju dalam kontentasi pilpres. 

    Namun keputusan tersebut dibayangi konflik kepentingan karena Ketua MK kala itu, Anwar Usman yang merupakan ipar Jokowi sekaligus paman Gibran. Meskipun akhirnya Anwar Usman dinyatakan melanggar etik berat dan dicopot dari jabatan Ketua MK, dampak politiknya tetap bergema dan menjadi bahan tuntutan moral serta hukum.

    Secara konstitusional, mekanisme pemberhentian wakil presiden diatur dalam Pasal 7B UUD 1945. Prosesnya dimulai dari usul DPR kepada Mahkamah Konstitusi untuk melakukan pemeriksaan atas dugaan pelanggaran hukum atau perbuatan tercela oleh presiden atau wakil presiden. 

    Dalam hal ini, jika MK menyatakan terbukti, maka MPR dapat memberhentikan yang bersangkutan. Artinya, pemberhentian wakil presiden bukan sekadar manuver politik, melainkan proses hukum dan konstitusional yang memerlukan pembuktian yang ketat dan tidak dapat dilakukan sembarangan.

    Salah satu isu yang menjadi sorotan publik belakangan ini adalah dugaan keterlibatan Gibran dalam akun media sosial anonim bernama Fufufafa. Akun tersebut diduga kerap menyebarkan hinaan dan serangan terhadap Prabowo Subianto beserta keluarganya. 

    Meski dugaan keterlibatan Gibran dalam akun Fufufafa belum terbukti secara hukum, isu ini telah memicu kegaduhan politik. Dengan demikian, boleh jadi isu ini mungkin bisa menjadi amunisi bagi para pengkritik Wapres Gibran, termasuk mungkin dari kalangan Forum Purnawirawan Prajurit TNI.

    Tidak menutup kemungkinan, isu akun Fufufafa turut menjadi latar belakang Forum Purnawirawan Prajurit TNI mengajukan sejumlah tuntutan kepada lembaga negara. 

    Mereka merilis delapan pernyataan sikap yang ditandatangani oleh 103 jenderal, 73 laksamana, 65 marsekal, dan 91 kolonel. Usulan pemberhentian Wapres Gibran menjadi hal yang paling mengemparkan publik. 

    Sejumlah tokoh purnawirawan terkemuka turut membubuhkan tanda tangan dalam pernyataan tersebut, antara lain mantan Wakil Panglima ABRI Jenderal TNI (Purn) Fachrul Razi, mantan KSAD Jenderal TNI (Purn) Tyasno Soedarto, mantan KSAL Laksamana TNI (Purn) Slamet Soebijanto, dan mantan KSAU Marsekal TNI (Purn) Hanafi Asnan. 

    Tokoh paling senior dan disegani yang juga turut menandatangani adalah mantan Wakil Presiden Jenderal TNI (Purn) Try Sutrisno.

    Pernyataan sikap tersebut ditandatangani pada 17 April 2025. Dalam poin kedelapan, Forum Purnawirawan Prajurit TNI mengusulkan atau mendesak MPR RI untuk mempertimbangkan pemberhentian Gibran, yang dinilai telah menjadi simbol penyimpangan hukum dan etika konstitusional. Kendati demikian, mereka tetap menyatakan dukungan terhadap pemerintahan Prabowo.

    Antara Loyalitas Politik, Tekanan Moral, dan Kepentingan Nasional

    Lahirnya pernyataan sikap dari Forum Purnawirawan Prajurit TNI yang memuat delapan tuntutan jelas menempatkan Presiden Prabowo dalam dilema besar. 

    Di satu sisi, Wapres Gibran adalah pasangan resminya dalam Pilpres 2024. Di sisi lain, kedekatan personal dan politik antara Presiden Prabowo dengan Presiden ke-7 sekaligus ayah Gibran, Jokowi, merupakan faktor penting yang tidak bisa diabaikan.

    Prabowo sendiri telah secara terbuka mengakui bahwa dirinya bisa menjadi Presiden karena dukungan besar dari Jokowi. 

    Pada satu kesempatan, Prabowo bahkan meneriakkan yel-yel “Hidup Jokowi!” sebagai bentuk penghormatan sekaligus penegasan atas hubungan erat keduanya. 

    Yang masih segar dalam ingatan publik adalah ketika Presiden Prabowo mempercayakan Jokowi sebagai utusan khusus Indonesia dalam acara pemakaman Paus Fransiskus di Vatikan.

    Terlepas dari hal tersebut, usulan pemberhentian Wapres Gibran dari para purnawirawan yang merupakan senior-senior Prabowo di tubuh TNI tidak bisa diabaikan. 

    Apalagi, suara mereka disampaikan atas dasar idealisme konstitusional dan moral. Prabowo sendiri merupakan bagian dari kalangan purnawirawan TNI yang dikenal sangat menghormati para seniornya.

    Dalam konteks ini, upaya memberhentikan Gibran bisa berpotensi menciptakan turbulensi politik dalam hubungan antara Presiden Prabowo Subianto, Wapres Gibran, dan Joko Widodo. Hal ini bahkan juga berpotensi mencederai persepsi publik yang menginginkan kesinambungan, stabilitas, serta rekonsiliasi nasional.

    Namun, mempertahankan Gibran sebagai wapres juga bukan tanpa risiko. Kritik terhadap dugaan praktik politik dinasti masih cukup kuat di kalangan masyarakat sipil. Selain itu, dugaan keterlibatan Jokowi yang dianggap terlalu dominan dalam pemerintahan Prabowo berpotensi memunculkan persepsi bahwa Prabowo tidak memiliki kendali penuh atas kekuasaannya.

    Presiden Prabowo tampaknya perlu mengambil langkah politik strategis layaknya “kuda catur” untuk memenangkan kepercayaan penuh dari publik. 

    Dalam konteks ini, pemisahan secara simbolik dari bayang-bayang Jokowi, melalui pemberhentian Wapres Gibran, boleh jadi dapat dimaknai sebagai langkah afirmatif menuju kemandirian kepemimpinan Prabowo.

    Namun demikian, langkah ekstrem seperti pelengseran Wapres Gibran berisiko membuka preseden yang berbahaya. Jika keputusan Mahkamah Konstitusi yang bersifat final dan mengikat dijadikan dasar untuk mendelegitimasi hasil Pemilu 2024, maka kepercayaan publik terhadap sistem hukum dan demokrasi bisa terguncang. 

    Terlebih lagi, keputusan tersebut telah diperkuat oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan tidak dibatalkan oleh Mahkamah Konstitusi dalam sengketa hasil pemilu. 

    Kendati demikian, jika terdapat alasan yang kuat dan sesuai dengan ketentuan konstitusi, pemberhentian wakil presiden atau Wapres tetap dimungkinkan secara legal. Dugaan keterlibatan Wakil Presiden Gibran dalam akun Fufufafa mungkin saja dapat menjadi pintu masuk menuju proses pergantian wakil presiden. 

    Namun, hal tersebut harus terlebih dahulu dibuktikan melalui keputusan hukum yang sah dan proses peradilan yang adil. Tanpa putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap, langkah tersebut dapat dianggap sebagai tindakan ilegal dan bertentangan dengan hukum.

    Terkait hal tersebut, pernyataan Presiden Prabowo yang disampaikan melalui Penasihat Khususnya, Jenderal (Purn) Wiranto, menunjukkan sikap kehati-hatian yang tinggi. Ia menegaskan bahwa aspirasi Forum Purnawirawan Prajurit TNI sangat dihargai, namun Presiden belum mengambil keputusan karena masih diperlukan kajian mendalam terhadap seluruh isi tuntutan. 

    Sikap Presiden Prabowo ini mencerminkan prinsip kehati-hatian dalam menghadapi tekanan politik yang besar. Terlihat jelas bahwa mantan Komandan Pasukan Khusus (Kopassus), Jenderal TNI (Purn) Prabowo, tidak ingin tergesa-gesa mengambil langkah yang berisiko mengganggu stabilitas pemerintahan.

    Tuntutan pemberhentian Wapres Gibran memang menjadi titik paling sensitif dari keseluruhan delapan tuntutan Forum Purnawirawan. 

    Jika diakomodasi, maka stabilitas politik dan hubungan antara Prabowo dan Jokowi bisa terguncang. Jika diabaikan, maka akan muncul kesan bahwa aspirasi moral dan etika konstitusional dari para senior militer dikesampingkan. Oleh karena itu, komunikasi politik yang jujur, terbuka, dan berlandaskan hukum sangat diperlukan dalam menghadapi dilema ini.

    Kesimpulannya, wacana pemberhentian Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka bukan sekadar urusan personal atau dinamika antara tiga tokoh besar Indonesia—Prabowo, Gibran, dan Jokowi. 

    Isu ini menyentuh langsung pada integritas hukum, stabilitas politik nasional, dan masa depan demokrasi kita. Presiden Prabowo harus mampu menimbang antara loyalitas politik, tekanan moral, serta kepentingan nasional yang lebih luas, untuk menghasilkan keputusan yang benar-benar adil, konstitusional, dan berpihak pada kepentingan rakyat.

    *Penulis adalah Ketua Himpunan Masyarakat Nusantara (Hasrat) 

  • Prabowo Terima Tanda Jasa Kehormatan dari Pemerintah Perancis, Macron Serahkan Langsung di Akmil Magelang
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        29 Mei 2025

    Prabowo Terima Tanda Jasa Kehormatan dari Pemerintah Perancis, Macron Serahkan Langsung di Akmil Magelang Regional 29 Mei 2025

    Prabowo Terima Tanda Jasa Kehormatan dari Pemerintah Perancis, Macron Serahkan Langsung di Akmil Magelang
    Tim Redaksi
    MAGELANG, KOMPAS.com
    – Presiden Prancis,
    Emmanuel Macron
    , memberikan tanda jasa kehormatan kepada Presiden
    Prabowo Subianto
    , dalam rangkaian kunjungannya ke
    Akademi Militer Magelang
    , Jawa Tengah, pada Kamis (29/5/2025).
    Prabowo, yang juga mantan Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus (Kopassus), dianugerahi Grand-croix of the Legion of Honor, penghargaan dari Pemerintah Prancis ke sosok yang diakui memiliki jasa terhadap militer dan sipilnya.
    Dalam acara tersebut, Macron menyematkan pin tanda jasa di dada kiri Prabowo dan mengalungkan selempang kepada Ketua Umum Partai Gerindra tersebut.
    Setelah penyematan penghargaan, keduanya berpelukan dan bersalaman.
    Prabowo memberikan hormat yang dibalas dengan senyuman oleh Macron.
    Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin menjelaskan bahwa kunjungan Macron ke Akademi Militer bertujuan untuk melihat langsung laboratorium Bahasa Prancis yang dimiliki oleh TNI.
    Dalam kursus Bahasa Prancis tersebut, terdapat 104 peserta yang terdiri dari 40 personel TNI Angkatan Darat, 30 personel TNI Angkatan Laut, 30 personel TNI Angkatan Udara, serta empat pelatih dari Akmil.
    “Program ini didukung oleh tenaga pengajar dari Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bahasa Kementerian Pertahanan serta dosen dari Universitas Negeri Yogyakarta,” ungkap Kepala Pusat Penerangan TNI, Mayjen Kristomei Sianturi, dalam keterangan tertulis pada 9 Mei 2025.
    Setelah lawatan di Akademi Militer, Macron dan Prabowo melanjutkan perjalanan mereka menuju
    Candi Borobudur
    yang terletak di Kabupaten Magelang.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Letjen TNI Purn Jadi Bos Bea Cukai, Pengamat Tantang Ini

    Letjen TNI Purn Jadi Bos Bea Cukai, Pengamat Tantang Ini

    FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Pengamat Kebijakan Publik, Gigin Praginanto, turut mengomentari penunjukan Letjen TNI (Purn) Djaka Budhi Utama sebagai Direktur Jenderal Bea dan Cukai.

    Dikatakan Gigin, penunjukan mantan perwira tinggi Kopassus tersebut menimbulkan ekspektasi tinggi di tengah berbagai persoalan pelik yang membayangi institusi tersebut.

    “Letjen Kopassus ditunjuk menjadi Dirjen Bea Cukai karena dianggap jagoan,” ujar Gigin di X @giginpraginanto (28/5/2025).

    Ia juga menyinggung isu besar yang hingga kini belum terungkap secara tuntas, yakni dugaan penyelundupan jutaan ton nikel ke Tiongkok.

    “Saya jadi penasaran pada keberaniannya membongkar dan menangkapi pelaku penyelundupan 5 juta ton nikel ke Cina yang sudah bertahun-tahun mengendap,” tandasnya.

    Penunjukan Djaka Budhi Utama memantik beragam reaksi dari publik. Di satu sisi, kehadiran figur berlatar militer dianggap sebagai sinyal pembenahan serius atas maraknya praktik korupsi dan penyelundupan di lingkungan Bea Cukai.

    Namun di sisi lain, publik mempertanyakan efektivitas pendekatan tersebut dalam menghadapi persoalan yang telah mengakar.

    Sebelumnya, Letjen TNI (Purn) Djaka Budhi Utama resmi menjabat sebagai Direktur Jenderal (Dirjen) Bea dan Cukai Kementerian Keuangan RI, dengan status sebagai Aparatur Sipil Negara berjenis Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).

    Penjelasan ini disampaikan oleh Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan (PCO), Hasan Nasbi, guna merespons berbagai pertanyaan publik mengenai status kepegawaian Djaka Budhi pasca-pelantikannya oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati di Jakarta pada Jumat (22/5/2025).

  • Jebolan Baret Merah Kopassus Jadi Danpaspampres! Ini Profil Mayjen Edwin

    Jebolan Baret Merah Kopassus Jadi Danpaspampres! Ini Profil Mayjen Edwin

    FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto resmi memutasi Mayjen TNI Edwin Adrian Sumantha dari jabatan Komandan Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat (Danseskoad) menjadi Komandan Pasukan Pengamanan Presiden (Danpaspampres).

    Mutasi tersebut tercantum dalam Keputusan Panglima TNI Nomor Kep/667/V/2025 yang ditetapkan pada 27 Mei 2025, yang mengatur pemberhentian dan pengangkatan sejumlah jabatan strategis di lingkungan TNI.

    Dengan mutasi ini, Edwin menggantikan posisi Mayjen TNI Achiruddin sebagai Danpaspampres.

    Sementara jabatan Danseskoad yang ditinggalkan Edwin akan diisi oleh Mayjen TNI Hendry Antariksa, yang sebelumnya menjabat sebagai Komandan Koopssus TNI.

    Edwin merupakan alumni Akademi Militer tahun 1997 dan mengawali karir militernya di satuan elite Komando Pasukan Khusus (Kopassus), tepatnya di Grup 3 (kini Grup 4) Kopassus.

    Kiprahnya di satuan elite baret merah ini menjadi fondasi awal karir militer yang cemerlang.

    Ia pernah meraih penghargaan Dean of Academic Affair Writing Award dari Joint Forces Staff College, National Defense University, Amerika Serikat, serta dinyatakan sebagai lulusan terbaik Dikreg XLVII Sesko TNI pada tahun 2020.

    Di lingkungan TNI AD, Edwin dipercaya mengemban berbagai jabatan strategis. Ia bahkan tercatat dua kali menjabat sebagai Komandan Kodim 0501/Jakarta Pusat, yakni pada periode 2014–2015 dan 2017, termasuk saat pelaksanaan Asian Games.

    Keberhasilannya di lapangan membawanya ke posisi prestisius sebagai Ajudan Wakil Presiden. Karier Edwin kemudian menanjak hingga dipercaya menjadi Karo Humas Setjen Kementerian Pertahanan ketika Prabowo Subianto menjabat Menhan.

  • Mayjen Edwin, pasukan elit yang menjelma jadi perisai utama presiden

    Mayjen Edwin, pasukan elit yang menjelma jadi perisai utama presiden

    Jakarta (ANTARA) – Panglima TNI Jenderal TNI Agus Subiyanto memutasi Komandan Sekolah Staf dan Komando TNI Angkatan Darat (Seskoad) Mayjen TNI Edwin Adrian Sumantha ke jabatan baru sebagai Komandan Pasukan Pengamanan Presiden (Danpaspampres).

    Mutasi itu tertuang dalam Keputusan Panglima TNI Nomor Kep/667/V/2025 yang ditetapkan pada 27 Mei 2025 tentang pemberhentian dan pengangkatan jabatan di lingkungan Tentara Nasional Indonesia.

    Berdasarkan telegram tersebut, Edwin menggantikan Mayjen TNI Achiruddin yang sebelumnya menjabat Danpaspampres.

    Sedangkan posisi yang ditinggalkan Edwin yakni Danseskoad akan diisi oleh Mayjen TNI Hendry Antariksa yang sebelumnya menjabat Dankoopssus TNI.

    Edwin merupakan lulusan Akademi Militer tahun 1997. Usai lulus menjadi seorang perwira, Edwin langsung masuk ke satuan elit AD yakni Komando Pasukan Khusus atau Kopassus.

    Sejak tahun saat itu, dirinya mengabdi diri di Kopassus tepatnya di grup 3 Kopassus yang sekarang berganti menjadi grup 4 Kopassus.

    Karirnya yang begitu cemerlang membuat dirinya mendapat banyak penghargaan, terutama saat dirinya mengenyam pendidikan Dean of Academic Affair Writing Award dari JFSC National Defense University, USA.

    Dirinya juga dinyatakan sebagai lulusan terbaik saat mengenyam pendidikan di Dikreg XLVII Sesko TNI tahun 2020.

    Beberapa jabatan strategis juga sempat dipegang Edwin selama berkarir di TNI AD. Salah satu yang paling mentereng adalah dua kali menjadi Dandim 0501/Jakarta Pusat pada 2014-2015 dan pada 2017.

    Kala itu, Edwin memegang peranan penting lantaran harus menjaga pusat pemerintahan negara di Jakarta Pusat selama perhelatan internasional Asian Games.

    Karena dianggap sukses, dirinya dianggap berhasil mengemban tugas, Edwin dipercaya menjadi Ajudan Wakil Presiden.

    Setelah itu, bak pesawat lepas landas, karir Edwin semakin lama semakin menanjak.

    Bersama Prabowo

    Edwin dan Presiden Prabowo Subianto memiliki beberapa kesamaan. Salah satu yang paling menonjol adalah mereka berdua sama sama jebolan baret merah Kopassus, dahulu bernama Kopassandha di era Prabowo.

    Beberapa jabatan di Kopassus pernah Edwin emban seperti kala berdinas di Makopassus sebagai Pabandya Lidgal Sintel Kopassus dari tahun 2011 hingga 2012. Selanjutnya Kolonel Inf Edwin menjabat sebagai Danyon 31 Grup 3 Kopassus.

    Edwin benar benar kembali bekerja dengan Prabowo kala dia menjabat sebagai Karo Humas Setjen Kemenhan. Kala itu Prabowo masih menjabat sebagai Menteri Pertahanan di era ke dua pemerintahan Presiden Joko Widodo.

    Setelah Prabowo terpilih menjadi presiden, Edwin yang saat itu masih berpangkat Brigjen TNI mendapat tugas baru menjadi Danseskoad. Setelah itu, Edwin mendapat kenaikan pangkat menjadi Mayjen TNI dan mengemban tanggung jawab baru sebagai Danpaspampres.

    Kini Edwin akan kembali mendampingi Prabowo di Istana Kepresidenan.

    Pewarta: Walda Marison
    Editor: Agus Setiawan
    Copyright © ANTARA 2025

  • Panglima TNI Tunjuk Eks Komandan Pengawal Jokowi Jadi Sekretaris Utama BIN

    Panglima TNI Tunjuk Eks Komandan Pengawal Jokowi Jadi Sekretaris Utama BIN

    GELORA.CO – Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto menunjuk Mayjen Rafael Granada Baay menjadi Sekretaris Utama Badan Intelijen Negara (Sestama BIN).

    Rafael menjadi Sestama BIN menggantikan posisi Letjen TNI (Purn) Djaka Budi Utama yang diangkat menjadi Dirjen Bea Cukai beberapa waktu lalu oleh Presiden Prabowo Subianto.

    Hal ini teruang dalam dalam Keputusan Panglima TNI Nomor Kep/667/V/2025 tanggal 27 Mei 2025.

    Sebelum ditunjuk menjadi Sestama BIN, Rafael menjabat sebagai Pangdam Jaya sejak 2024. Selanjutnya, Panglima TNI menunjuk Mayjen Deddy Suryadi menjadi Pangdam Jaya menggantikan Rafael.

    Untuk mengisi kekosongan Deddy, Panglima menunjuk Mayjen Achiruddin sebagai Pangdam IV/Diponegoro. Sebelumnya Achiruddin menjabat sebagai Danpaspampres sejak Presiden Jokowi hingga Prabowo.

    Posisi Danpaspampres kini diemban Mayjen Edwin Adrian Sumantha yang sebelumnya Danseskoad.

    Mayjen Hendy Antariksa yang sebelumnya menjabat Dankoopsus TNI ditunjuk menjadi Danseskoad.

    Brigjen Yudha Airlangga yang sebelumnya menjabat Wadanjen Kopassus ditunjuk menjadi Dankoopsus TNI. Jabatan lamanya sebagai Wadanjen Kopassus kini diemban Brigjen Ferdial Lubis yang sebelumnya Danpusdiklatpassus Kopassus.

    Laksma I Made Wira Hady dimutasi dari Kadispenal menjadi Kadisjarahal. Laksma Tunggul yang sebelumnya menjabat Staf Khusus KSAL ditunjuk menjadi Kadispenal.

    Sebagai informasi, Mayjen Rafael sebelumnya merupakan Danpaspempres pada era Presiden Jokowi sejak 2023-2024. Dia merupakan lulusan Akademi Militer (Akmil) tahun 1993 dari kecabangan infanteri atau Kopassus.

    Dunia intelijen memang sudah tidak asing lagi bagi Mayjen Rafael karena sebelumnya dia pernah menduduki jabatan Direktur H Badan Intelijen Strategis (Bais) (2021-2023).

  • Sutiyoso Maafkan Hercules: Sudah Saya Anggap Anak Sendiri
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        28 Mei 2025

    Sutiyoso Maafkan Hercules: Sudah Saya Anggap Anak Sendiri Megapolitan 28 Mei 2025

    Sutiyoso Maafkan Hercules: Sudah Saya Anggap Anak Sendiri
    Editor
    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Mantan Kepala BIN, Letnan Jenderal (Purn)
    Sutiyoso
    telah memaafkan Ketua Umum DPP Gerakan Rakyat Indonesia Bersatu (GRIB) Jaya,
    Hercules
    Rosario Marshal.
    Sutiyoso mengaku sudah menganggap Hercules seperti adik dan anak sendiri. Kesalahpahaman yang terjadi dianggapnya sebagai hal yang manusiawi.
    “Jadi Hercules saya anggap sebagai adik, anak sendiri,” kata Sutiyoso dalam keterangannya, Rabu (28/5/2025).
    Mantan Gubernur Jakarta itu juga mengapresiasi Hercules yang sudah datang langsung untuk meminta maaf. Dia mengaku tidak tersinggung dengan pernyataan Hercules.
    “Aku sama sekali enggak masukan ke hati. Apalagi dia sudah minta maaf di media, itupun aku sudah terima minta maafnya dia dan sekarang datang lagi itu luar biasa bagi saya,” ungkap pria disapa Bang Yos ini.
    Dia meminta Hercules melupakan peristiwa yang sudah terjadi. Saat ini hubungan dirinya dengan Hercules terjalin dengan baik.
    “Saya memberikan rasa hormat dan bangga kepada kamu ya. Sudah lupakan yang kemarin kita anggap tidak terjadi apa-apa, kita kembali hubungan sebagai anak dan bapak,” ujar Sutiyoso yang tangannya dicium Hercules.
    Sementara itu, Hercules menyampaikan permintaan maaf secara tulus atas ucapan spontannya yang sempat menyinggung Sutiyoso.
    Ia juga menyerahkan kain Timor sebagai simbol permintaan maaf secara adat Timor Leste, yang diterima baik oleh Sutiyoso.
    “Mudah-mudahan bapak terima. Karena saya anggap bapak ini bapak saya sendiri. Kami ini dididik bapak-bapak dari baret merah, kami diajarin kesetiaan, diajari loyalitas,” tutur Hercules yang mencium tangan Sutiyoso.
    Adapun dikutip dari Tribunnews.com, awal mula ketegangan antara Hercules dengan Gatot dan Yayat karena Hercules dianggap melecehkan purnawirawan TNI, Letjen TNI (Purn) Sutiyoso.
    Terkait dengan perkara ini, Hercules menyampaikan permohonan maaf kepada Sutiyoso karena sempat menyebut bau tanah.
    “Saya minta maaf kepada Pak Sutiyoso, minta maaf yang sebesar-besarnya kepada Pak Sutiyoso, kepada anak cucu dan keluarganya semua. Karena Pak Sutiyoso dari Komando Pasukan Khusus (Kopassus) baret merah, saya sangat hormat dan saya sangat kagum sama beliau,” kata Hercules dikutip Tribunnews dari tayangan kanal YouTube Seleb On Cam, Jumat (2/5/2025).
    “Atas kesalahan saya kemarin mengucap itu, saya minta maaf yang sebesar-besarnya,” sambungnya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Hercules Minta Maaf, Sutiyoso: Dia Ngomong Salah, Enggak Saya Masukan ke Hati
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        28 Mei 2025

    Hercules Minta Maaf, Sutiyoso: Dia Ngomong Salah, Enggak Saya Masukan ke Hati Megapolitan 28 Mei 2025

    Hercules Minta Maaf, Sutiyoso: Dia Ngomong Salah, Enggak Saya Masukkan ke Hati
    Editor
    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Mantan Kepala BIN, Letnan Jenderal (Purn)
    Sutiyoso
    , mengaku tidak tersinggung dengan pernyataan Ketua Umum DPP Gerakan Rakyat Indonesia Bersatu (GRIB) Jaya,
    Hercules Rosario Marshal
    .
    Sutiyoso mengapresiasi Hercules yang sudah datang langsung untuk meminta maaf.
    “Dia (Hercules) ngomong salah, ya manusia biasa. Aku sama sekali enggak masukkan ke hati. Apalagi dia sudah minta maaf di media, itu pun aku sudah terima minta maafnya dia dan sekarang datang lagi itu luar biasa bagi saya,” kata Sutiyoso dalam keterangannya, Rabu (28/5/2025).
    Ia pun menegaskan bahwa Hercules dianggapnya seperti adik dan anak sendiri sehingga kesalahpahaman yang terjadi sebagai hal yang manusiawi.
    “Jadi kalau Hercules yang saya anggap sebagai adik, anak sendiri, terus dia ngomong salah, ya manusia biasa aku sama sekali enggak masuk ke hati. Apalagi dia sudah minta maaf di media, itu pun aku sudah terima minta maafnya dia dan sekarang datang lagi itu luar biasa bagi saya,” ungkap Bang Yos.
    Dia juga mengatakan, hubungan dirinya dengan Hercules mulai terjalin saat Kopassus dan Tenaga Bantuan Operasi (TBO) membela Timor Leste sebagai bagian dari NKRI.
    Ketika itu, Hercules dan Ketua Forum Komunikasi Pejuang Timor-Timur (FKPT) Erico Gutteres merupakan orang yang setia kepada NKRI.
    “Jadi sejarahnya kayak begitu gitu, kita punya sejarah hubungan emosional yang terbangun dengan berdarah-darah, bukan terbangun karena mesra-mesraan. Itu tidak bisa dilupakan,” ujar Sutiyoso.
    Dalam kesempatan itu, Hercules menyampaikan permintaan maaf secara tulus atas ucapan spontannya yang sempat menyinggung Sutiyoso.
    Ia juga menyerahkan kain Timor sebagai simbol permintaan maaf secara adat Timor Leste, yang diterima baik oleh Sutiyoso.
    “Mudah-mudahan bapak terima. Karena saya anggap bapak ini bapak saya sendiri. Kami ini dididik bapak-bapak dari baret merah, kami diajarin kesetiaan, diajari loyalitas,” tutur Hercules yang mencium tangan Sutiyoso.
    Selain itu, Hercules juga menyampaikan permintaan maaf kepada istri, anak, cucu, dan seluruh keluarga besar Sutiyoso.
    Adapun dikutip dari
    Tribunnews.com
    , awal mula ketegangan antara Hercules dengan Gatot dan Yayat karena Hercules dianggap melecehkan
    purnawirawan TNI
    , Letjen TNI (Purn) Sutiyoso.
    Terkait dengan perkara ini, Hercules menyampaikan permohonan maaf kepada Sutiyoso karena sempat menyebut bau tanah.
    “Saya minta maaf kepada Pak Sutiyoso, minta maaf yang sebesar-besarnya kepada Pak Sutiyoso, kepada anak cucu dan keluarganya semua. Karena Pak Sutiyoso dari Komando Pasukan Khusus (Kopassus) baret merah, saya sangat hormat dan saya sangat kagum sama beliau,” kata Hercules dikutip Tribunnews dari tayangan kanal YouTube Seleb On Cam, Jumat (2/5/2025).
    “Atas kesalahan saya kemarin mengucap itu, saya minta maaf yang sebesar-besarnya,” sambungnya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Panglima TNI mutasi Pangdam IV/Diponegoro jadi Pangdam Jaya

    Panglima TNI mutasi Pangdam IV/Diponegoro jadi Pangdam Jaya

    Jakarta (ANTARA) – Panglima TNI Jenderal TNI Agus Subiyanto memutasi Pangdam IV/Diponegoro Mayjen TNI Deddy Suryadi menjadi Pangdam Jaya menggantikan Mayjen TNI Rafael Granada Baay, sementara Komandan Paspampres Mayjen TNI Achiruddin dipromosikan menjadi Pangdam IV/Diponegoro.

    Kebijakan rotasi tersebut tertuang dalam Keputusan Panglima TNI Nomor Kep/667/V/2025 yang ditetapkan pada 27 Mei 2025 tentang pemberhentian dan pengangkatan jabatan di lingkungan Tentara Nasional Indonesia.

    Dalam surat rotasi jabatan tersebut, dijelaskan bahwa Deddy mengganti posisi Mayjen TNI Rafael Granada Baay yang sebelumnya menjabat sebagai Pangdam Jaya.

    Kini Rafael ditempatkan dalam posisi baru sebagai Sekretaris Utama Badan Intelijen Negara (BIN).

    Panglima pun telah menunjuk sosok lain untuk menempati jabatan Pangdam IV/ Diponegoro yang ditinggalkan Deddy Suryadi.

    Sosok itu ialah Mayjen TNI Achiruddin yang sebelumnya menjabat sebagai Komandan Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres).

    Deddy Suryadi diketahui pernah menduduki beberapa jabatan strategis selain menjadi Ajudan Presiden Ke-7 Joko Widodo. Dia diketahui pernah menjadi Komandan Jenderal Kopassus sejak 28 April 2023 hingga 21 Februari 2024, Kepala Staf Komando Daerah Militer IV/Diponegoro sejak 4 November 2022 – hingga 28 April 2023 dan Wakil Danjen Kopassus pada periode 2 Agustus 2021 hingga 4 November 2022.

    Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) Mabes TNI Mayjen TNI Kristomei Sianturi saat dikonfirmasi Antara Rabu, mengatakan rotasi jabatan ini merupakan bagian dari upaya penyegaran di tubuh TNI.

    “Mutasi ini bukan sekadar proses administratif, tapi merupakan strategi pembinaan karier dan penyegaran organisasi untuk meningkatkan efektivitas tugas,” jelas Kristomei saat dikonfirmasi.

    Rotasi jabatan ini juga merupakan bukti dari kesiapan TNI dalam memperkuat jajaran demi menghadapi dinamika pertahanan di dalam maupun luar negeri.

    Kristomei melanjutkan, beberapa posisi strategis pun ditempati oleh pejabat baru berdasarkan rotasi jabatan ini.

    Beberapa diantaranya Wakil Kepala Staf TNI Angkatan Udara (Wakasau), Panglima Komando Operasi Udara Nasional (Pangkoopsudnas), Komandan Pasukan Pengamanan Presiden (Danpaspampres), Panglima Kodam Jayakarta (Pangdam Jaya), hingga Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Laut (Kadispenal). Selain itu, sejumlah jabatan kunci di lingkungan Mabes TNI dan ketiga matra juga turut mengalami perombakan.

    “Rotasi ini menjadi bukti nyata komitmen Panglima TNI dalam mendorong modernisasi dan peningkatan kinerja satuan, sejalan dengan visi TNI yang Prima (Profesional, Responsif, Integratif, Modern, dan Adaptif),” kata Kristomei.

    Dengan adanya rotasi jabatan ini, Kristomei berharap Mabes TNI dapat memberikan kinerja terbaik demi melindungi dan memperkuat pertahanan negara.

    Pewarta: Walda Marison
    Editor: Hisar Sitanggang
    Copyright © ANTARA 2025