Kesaksian Mahasiswa Indonesia di Iran Saat Serangan Israel: Internet Sempat Diputus, WhatsApp Tak Bisa
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com
– Seorang mahasiswa Indonesia bernama Abdul Fattaah Ar Ridho menggambarkan bagaimana situasi di
Iran
saat terjadi serangan pertama dari Israel.
Ridho mengatakan, aplikasi pesan singkat WhatsApp tidak bisa digunakan sejak serangan pertama karena internet sempat diputus.
“Di Iran sendiri, internet sempat diputus untuk Whatsapp dan lain sebagainya. Jadi, kita menggunakan aplikasi yang dari Iran sendiri,” kata Ridho kepada
Kompas.com
, Minggu (22/6/2025).
“Memang Whatsapp sendiri di Iran itu sudah diputus dari sejak penyerangan pertama,” ujarnya lagi.
Ridho juga menceritakan, detik-detik saat terdengar suara ledakan dari kejauhan. Kemudian, terdengar serangan Israel tersebut beberapa kali mampu ditahan oleh Iran.
Dia mengatakan, suara serangan terdengar cukup jauh lantaran dia saat itu berada di Kota Qom, Iran. Sedangkan serangan Israel banyak terjadi Kota Teheran.
“Dan informasi yang saya dapatkan sampai saat ini, itu masih dibilang aman ya karena semua serangan yang dari sana, dari Israel itu masih bisa ditahan di langit, tertahan oleh iron dome Iran,” katanya.
Meski demikian, Ridho mengatakan, orang tuanya sangat panik saat mengetahui adanya serangan Israel ke Iran.
Dia pun harus meyakinkan bahwa situasi di Iran masih cukup aman saat itu.
“Untuk keluarga saya pribadi ketika ada penyerangan itu memang sempat panik, benar, karena informasi yang beredar itu di Iran mencekam karena ada serang dan lain sebagainya,” ujar Ridho.
Lebih lanjut, Ridho mengatakan, Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) pada Kamis, 19 Juni 2025, membawa mereka dari KBRI di Teheran menuju Astara, Iran yang berbatasan dengan Azerbaijan. Kemudian, rombongan yang menaiki bus berlanjut ke kota Baku, Azerbaijan.
Dia mengungkapkan, Duta Besar (Dubes) RI untuk Azerbaijan juga menyambut para warga negara Indonesia (WNI) dari Iran dengan baik dengan memfasilitasi hotel untuk menginap.
Menurut Ridho, saat ini, dia masih menunggu imformasi terkait keberangkatannya ke Tanah Air pada pekan depan.
“Sampai saat ini untuk berita kepulangan ke Tanah Air itu masih menunggu konfirmasi dari KBRI Indonesia yang ada di Teheran. Untuk tiketnya apakah kita akan kirim pesawat dan lain sebagainya, ataukah kita akan pulang secara bertahap,” katanya.
Seperti diketahui, Israel dan Iran tengah terlibat konflik yang berawal dari serangan Israel ke perumahan hingga fasilitas nuklir Iran pada 13 Juni lalu.
Iran kemudian melakukan serangan balasan ke Israel pada keesokan harinya, 14 Juni 2025.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Kementrian Lembaga: Kemlu
-
/data/photo/2025/06/13/684bbaee17e53.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
6 Kesaksian Mahasiswa Indonesia di Iran Saat Serangan Israel: Internet Sempat Diputus, WhatsApp Tak Bisa Nasional
-

Menlu Iran Bertolak ke Moskow, Bujuk Rusia Lawan AS?
GELORA.CO – Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi dijadwalkan mengunjungi Rusia untuk mengadakan pembicaraan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. Kunjungan ini terkait serangan Amerika Serikat (AS) ke Iran, Ahad.
Berbicara pada konferensi pers di Istanbul pada Ahad pagi, diplomat top Iran mengumumkan bahwa dia akan mengunjungi Moskow pada Senin. Kunjungan itu untuk melakukan konsultasi serius di Rusia.
“Rusia adalah teman Iran dan kami menikmati kemitraan strategis,” katanya. “Kami selalu berkonsultasi satu sama lain dan mengoordinasikan posisi kami,” kata Araghchi.
Ia menambahkan menyebutkan bahwa Rusia adalah salah satu penandatangan JCPOA. “Saya akan melakukan konsultasi serius dengan Presiden Rusia besok dan kami terus bekerja sama.” Kunjungan Araghchi ke Moskow terjadi di tengah agresi Israel dan AS di wilayah Iran.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Iran mengatakan Israel dan AS telah “meledakkan” diplomasi dengan serangan udara mereka dalam beberapa pekan terakhir. Ia menegaskan, Iran tak bisa lagi dirayu kembali ke perundingan karena bukan mereka yang meninggalkan meja perundingan itu.
Hal ini disampaikan Abbas Araghchi menanggapi seruan dari Inggris dan Uni Eropa agar Iran kembali ke meja perundingan. Dalam postingannya di X, dia berkata: “Pekan lalu, kami melakukan negosiasi dengan AS ketika Israel memutuskan untuk menghentikan diplomasi tersebut.”
“Pekan ini, kami mengadakan pembicaraan dengan E3/EU ketika AS memutuskan untuk menghentikan diplomasi tersebut. Kesimpulan apa yang akan Anda ambil?” Ia tak habis pikir, bagi Inggris dan Perwakilan Tinggi UE, Iranlah yang harus ‘kembali’ ke meja perundingan. “Tapi bagaimana Iran bisa kembali ke diplomasi yang tidak pernah ia tinggalkan, apalagi diledakkannya?”
Ketika ditanya apakah masih ada ruang untuk diplomasi setelah serangan AS, Araghchi menekankan “tidak sekarang”. “Pintu diplomasi harus selalu terbuka, namun hal tersebut tidak terjadi saat ini,” kata Menteri Luar Negeri Iran.
“Negara saya sedang diserang, di bawah agresi, dan kami harus merespons berdasarkan hak sah kami untuk membela diri.” Serangan AS terhadap fasilitas nuklir Iran, katanya, “merupakan pelanggaran hukum internasional yang tidak dapat dimaafkan”.
Dmitry Medvedev, wakil ketua Dewan Keamanan Rusia, mengatakan “mayoritas” negara menentang “tindakan Israel dan Amerika Serikat”. “Trump, yang datang sebagai presiden pembawa perdamaian, memulai perang baru untuk AS,” katanya di saluran Telegram-nya setelah serangan AS terhadap Iran. “Amerika Serikat terlibat dalam konflik baru dengan prospek operasi darat. Dengan keberhasilan seperti ini, Trump tidak akan memenangkan Hadiah Nobel Perdamaian.”
Rusia sebelumnya telah memberikan peringatan kepada Amerika Serikat untuk tidak ikut menyerang Iran karena langkah itu akan secara radikal mengganggu stabilitas Timur Tengah. Hal itu diutarakan Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov pada Rabu (18/6/2025), sambil menuding serangan Israel ke Iran berisiko memicu sebuah kehancuran nuklir.
Pada Januari 2025, Rusia dan Iran menandatangani perjanjian kerja sama strategis. Rusia diketahui juga memiliki hubungan diplomatik dengan Israel meski belakangan merenggang lantaran akibat perang Rusia-Ukraina.
Sementara, Kepala Badan Intelijen Asing Rusia, Sergei Naryshkin, mengatakan situasi ketegangan antara Iran dan Israel saat ini berada dalam kondisi kritis. Adapun, juru bicara Kementerian Luar Negeri Maria Zakharova mengatakan, serangan Israel terhadap infrastruktur nuklir Iran berarti dunia berjarak ‘milimeter’ terhadap kehancuran.
Sementara, menteri Luar Negeri Perancis mengatakan negaranya tidak ambil bagian dalam serangan AS terhadap fasilitas nuklir Iran. Jean-Noel Barrot mengatakan dalam sebuah pesan di media sosial pada hari Ahad bahwa Prancis “telah memelajari dengan penuh keprihatinan” atas tindakan militer AS terhadap tiga situs nuklir.
“Kami tidak terlibat dalam serangan-serangan ini atau dalam perencanaan mereka,” kata Barrot, seraya menambahkan bahwa Perancis “mendesak semua pihak untuk menahan diri guna menghindari eskalasi yang dapat menyebabkan perpanjangan konflik.”
Barrot juga menegaskan kembali penolakan Perancis terhadap Iran yang mendapatkan akses terhadap senjata nuklir. “Prancis yakin bahwa solusi jangka panjang terhadap masalah ini memerlukan solusi yang dinegosiasikan dalam kerangka Perjanjian Non-Proliferasi,” katanya. “Mereka tetap siap untuk berkontribusi dalam hal ini bersama dengan mitra-mitranya.”
Menteri Kabinet Jonathan Reynolds mengatakan kepada Sky News bahwa Inggris telah diberitahu AS sebagai sekutu utamanya, meskipun dia tidak mengetahui waktu sebenarnya. Dia mengatakan AS tidak meminta dukungan dan Inggris tidak terlibat.
“Meskipun pemerintah Inggris tidak terlibat dalam serangan ini, kami telah melakukan persiapan ekstensif untuk segala kemungkinan,” kata Reynolds. Dia mengatakan pemerintah sedang berupaya untuk menjaga warga negara Inggris serta pangkalan militer, personel, dan infrastruktur di wilayah tersebut.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan dia “sangat khawatir” dengan penggunaan kekuatan Amerika Serikat, dan menyebut serangan itu sebagai “eskalasi yang berbahaya.” Para pemimpin dunia mengeluarkan seruan untuk diplomasi. “Ada peningkatan risiko bahwa konflik ini dapat dengan cepat menjadi tidak terkendali – dengan konsekuensi bencana bagi warga sipil, kawasan ini, dan dunia,” kata Guterres dalam sebuah pernyataan di X. “Saya menyerukan kepada negara-negara anggota untuk melakukan deeskalasi.”
Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, Kaja Kallas, mengatakan Iran tidak boleh mengembangkan senjata nuklir, namun mendesak untuk menahan diri. “Saya mendesak semua pihak untuk mundur, kembali ke meja perundingan dan mencegah eskalasi lebih lanjut,” katanya dalam postingan media sosial. Kallas akan memimpin pertemuan para menteri luar negeri blok 27 negara tersebut di Brussels pada hari Senin, dengan agenda utama perang Israel-Iran.
Serangan AS terjadi setelah seminggu konflik terbuka antara Israel dan Iran, yang dipicu oleh rentetan serangan mendadak Israel terhadap struktur nuklir dan militer Iran.
Serangan Israel dimulai pada 13 Juni. Menargetkan situs militer dan nuklir Iran, mereka membunuh beberapa pejabat tinggi militer dan ilmuwan nuklir. Iran membalas dengan menembakkan ratusan rudal dan drone ke Israel, beberapa di antaranya menembus sistem pertahanan udara multi-tingkat yang dibanggakan negara itu. Perang sejauh ini telah menewaskan ratusan orang dan melukai lebih dari 1.000 orang di Iran, serta menewaskan puluhan orang dan melukai ratusan lainnya di Israel.
Iran menegaskan program nuklirnya hanya untuk tujuan damai. Namun Israel memandang program nuklir Iran sebagai ancaman nyata dan mengatakan kampanye militernya diperlukan untuk mencegah Iran membuat senjata atom.
Meskipun badan-badan intelijen AS telah menilai bahwa Teheran tidak secara aktif membuat bom, Trump dan para pemimpin Israel berpendapat bahwa Teheran dapat dengan cepat membuat senjata nuklir, sehingga menjadikannya ancaman yang segera terjadi.
Wilayah ini berada dalam ketegangan selama dua tahun terakhir ketika Israel berupaya memusnahkan kelompok militan Hamas, sekutu Iran, di Jalur Gaza, di mana perang masih berkecamuk setelah serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 di Israel selatan.
Presiden Donald Trump mengumumkan “serangan presisi besar-besaran” semalam terhadap situs nuklir Fordo, Isfahan dan Natanz Iran dalam pidato yang disiarkan televisi dari Gedung Putih.
Menggambarkan hal tersebut sebagai “keberhasilan militer yang spektakuler,” ia mengatakan bahwa mereka telah “sepenuhnya melenyapkan” situs-situs nuklir. Iran, katanya, sekarang harus berdamai.
Organisasi Energi Atom Iran membenarkan serangan tersebut, namun menegaskan program nuklirnya tidak akan dihentikan. Iran dan badan pengawas nuklir PBB mengatakan tidak ada tanda-tanda kontaminasi radioaktif di tiga lokasi setelah serangan tersebut.
Situs pengayaan bahan bakar nuklir di Fordo terkubur jauh di bawah gunung, dan serangan terhadap situs tersebut menggunakan bom penghancur bunker yang dirancang untuk menembus tanah sebelum meledak, kata seorang pejabat AS, yang berbicara tanpa menyebut nama saat membahas operasi militer. Hanya Amerika Serikat yang memiliki amunisi seberat 30.000 pon dan pesawat pengebom siluman yang digunakan untuk mengirimkannya.
Trump memperingatkan akan ada serangan tambahan jika Teheran membalas terhadap pasukan AS, sementara Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memuji keputusan Trump untuk menyerang.
-

Sejarah Hubungan Iran-Israel, Dulu Pernah Mesra
Jakarta, CNBC Indonesia — Iran telah melakukan serangan militer ke Israel sejak Sabtu, 13 April 2024 silam. Lebih dari 100 drone milik Iran berhasil masuk ke wilayah Israel.
Gempuran militer tersebut merupakan balasan Iran atas serangan yang dilakukan oleh Israel terhadap konsulatnya di Damaskus pada 1 April 2024. Dalam serangan tersebut, terdapat tujuh petugas Garda Revolusi termasuk dua komandan senior dinyatakan tewas.
Peristiwa tersebut tentu membuat ketegangan kedua negara semakin meningkat, bahkan sampai sekarang. Dalam sejarah, Iran memang tidak senang terhadap keberadaan Israel sejak 1979 lantaran faktor ideologi. Petinggi Iran menganggap Israel sebagai penjajah karena telah terbukti menindas bangsa Palestina.
Berawal dari situ, Iran kemudian sangat galak terhadap Israel dan sekutu setianya, Amerika Serikat (AS). Sama halnya dengan Israel dan AS yang kerap bertindak agresif terhadap Iran. Permusuhan ini tumbuh selama beberapa dekade ketika kedua belah pihak berusaha untuk memperkuat dan mengembangkan kekuatan dan pengaruh mereka di wilayah Timur Tengah.
Kini, Iran mendukung jaringan “poros perlawanan” yang terdiri dari kelompok-kelompok politik dan bersenjata di Lebanon, Suriah, Irak, dan Yaman. Israel juga telah beberapa kali melakukan serangan terhadap Iran, baik itu melalui upaya spionase atau sabotase.
Meski sekarang saling baku hantam, pernah ada suatu periode di mana Iran dan Israel punya hubungan spesial. Sebelum tahun 1979 atau saat Republik Islam Iran belum berdiri, Iran-Israel merupakan sekutu mesra.
Pada saat Israel diproklamirkan, banyak negara Arab yang mayoritas Muslim menentang pendiriannya. Salah satu cara untuk meredam tentangan tersebut adalah lewat kerja sama. Pada titik ini, Iran jadi salah satu negara yang menerima dengan tangan terbuka kerja sama Israel.
Di bawah kuasa Mohammad Reza Pahlavi, Iran akhirnya menyetujui proposal kerja sama diplomatik dengan Israel. Reza yang cenderung pro-Barat sejak awal telah melihat cerahnya masa depan Iran jika hubungan dengan Israel terjalin. Pasalnya, dia takut terhadap agresi Uni Soviet di Timur Tengah. Tidak menutup kemungkinan, sewaktu-waktu Iran terpengaruh oleh rezim komunis bawaan Soviet.
Sebagai upaya mencari bekingan, Iran aktif menjalin hubungan dengan Israel pada 1953. Seperti dugaan Reza, hubungan bersama Israel membuat Iran menjadi jadi cerah, terutama dari sisi ekonomi.
Dalam studi yang dilakukan Marta Furlan dengan judul “Israeli-Iranian Relations” (2022), disebut bahwa beberapa kali Iran mendapat proyek menguntungkan hasil kerja sama Israel dan AS. Proyek ini lantas membuat pendapatan negara meningkat pesat. Selain itu, kedua negara juga saling terlibat di sektor militer.
Kemlu Iran Buka Suara
Pada 1960-an, Iran dan Israel menganggap Irak sebagai ancaman bersama. Keduanya terbukti membantu gerakan Kurdi yang memberontak di Irak. Tak hanya itu, kedua negara tersebut juga sempat mengerjakan persenjataan rudal bersama.
Semua itu dilakukan selama lebih kurang 20 tahun, atau saat berulangkali terjadi aksi penindasan Israel terhadap Palestina, negara yang sangat dibela oleh negara Muslim di seluruh dunia.
Namun, hubungan mesra itu sirna pada 1979. Revolusi Iran membuat Reza Pahlavi terguling dari kursi pemimpin. Revolusi itu juga mengubah Iran menjadi Republik Islam Iran. Kini, Iran menjadi negara yang sangat garang terhadap Israel dan AS.
(mkh/mkh)
[Gambas:Video CNBC]
-

Menlu Sugiono: Evakuasi WNI dari Iran Dimulai, 97 Orang Siap Dievakuasi
Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah Indonesia mulai melakukan evakuasi terhadap warga negara Indonesia (WNI) dari Iran seiring dengan meningkatnya eskalasi konflik bersenjata di kawasan tersebut.
Menteri Luar Negeri Sugiono menyebut, proses evakuasi telah dimulai secara bertahap sejak Jumat (20/6/2025) pagi, dengan pengiriman empat unit bus menuju perbatasan negara tetangga.
“Tadi pagi saya mendapat laporan bahwa sudah ada empat bus yang bergerak ke arah perbatasan negara tetangga. Mungkin sekarang mereka sudah sampai,” ujar Sugiono di Bandara Internasional Pulkovo, St. Petersburg, Sabtu (21/6/2025) waktu setempat.
Evakuasi ini dilaksanakan oleh Kementerian Luar Negeri tanpa keterlibatan militer secara langsung, meskipun koordinasi dengan unsur pertahanan tetap dilakukan dalam skenario darurat. “Sejauh ini masih dari pihak Kementerian Luar Negeri. Belum melibatkan TNI,” jelas Sugiono.
Menurut data Kementerian Luar Negeri, terdapat 386 WNI yang tercatat berada di Iran saat ini. Dari jumlah tersebut, sebanyak 97 orang telah menyatakan kesediaannya untuk dievakuasi ke luar wilayah konflik.
Dia menjabarkan bahwa kelompok WNI tersebut berasal dari berbagai latar belakang, termasuk mahasiswa dan pekerja. “Yang bersedia dievakuasi. Dia [evakuasi] kan [bersifat] bertahap,” kata Sugiono.
-

Pesan Dokter Tifa untuk Jokowi: Anda Sakit Serius, Jangan Hanya Rawat Jalan
FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Pegiat media sosial yang juga dikenal sebagai dokter, Tifauzia Tyassuma atau akrab disapa Dokter Tifa, angkat suara mengenai kondisi kesehatan Jokowi saat tampil di publik dalam peringatan ulang tahunnya yang ke-64 di Solo, Sabtu (21/6/2025).
Tidak main-main, Tifa menyinggung secara spesifik kondisi fisik mantan Presiden Jokowi yang menurutnya menunjukkan tanda-tanda sakit serius.
“Jokowi 21 Juni 2025. Sepertinya masih sakit. Sekali lagi saya ingatkan, Pak Jokowi, anda sakit serius, tidak bisa dibiarkan tanpa perawatan terbaik,” kata Tifa di X @DokterTifa (22/6/2025).
Tifauzia juga menyebut adanya luka memanjang di bagian leher Presiden yang menurutnya dapat menimbulkan rasa tidak nyaman di sekujur tubuh.
“Ada luka memanjang di leher. Pasti gatal sekali rasanya sekujur tubuh,” ucapnya.
Tidak hanya itu, ia menegaskan pentingnya penanganan medis yang lebih serius terhadap kondisi Kepala Negara. Ia mengimbau agar Jokowi tidak hanya mengandalkan perawatan ringan.
“Semoga lekas sembuh, Pak. Segera ke Rumah Sakit, jangan hanya rawat jalan,” tandasnya.
Sebelumnya, ajudan Presiden ke-7 RI, Kompol Syarif Fitriansyah, memastikan bahwa kondisi kesehatan Jokowi tidak mengarah pada penyakit serius.
Ia menepis berbagai spekulasi yang berkembang terkait ruam kulit yang dialami oleh Jokowi.
“Beliau enggak ada ngerasain panas, enggak ada ngerasain gatal. Jadi, pure hanya alergi biasa. Autoimun juga, enggak,” kata Syarif kepada wartawan, kemarin.
Sinyal kekhawatiran publik mencuat setelah Jokowi tidak hadir dalam upacara peringatan Hari Lahir Pancasila di Gedung Pancasila, Kementerian Luar Negeri, Jakarta, pada 2 Juni 2025.
-
/data/photo/2024/10/07/6703d6f779cd2.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Pemulangan Bertahap WNI dari Iran Dimulai Besok, Pakai Pesawat Komersial Nasional 22 Juni 2025
Pemulangan Bertahap WNI dari Iran Dimulai Besok, Pakai Pesawat Komersial
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com
– Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) RI memastikan pemulangan Warga Negara Indonesia (
WNI
) dari
Iran
akan dilakukan secara bertahap. Hal inimenyusul situasi keamanan pasca-serangan Amerika Serikat ke negara tersebut.
“Rencana diterbangkan tahap pertama dengan pesawat komersial pada Senin, 23 Juni, dan tiba di Jakarta 24 Juni,” kata Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia
Kemenlu RI
, Judha Nugraha, Minggu (22/6/2025).
Judha menjelaskan, sebanyak 97 WNI yang sebelumnya dievakuasi dari Iran kini dalam kondisi aman di ibu kota Azerbaijan.
“Untuk evakuasi 97 WNI sudah aman di Baku. Kita terus monitor,” ujarnya.
Kemenlu memastikan bahwa pemerintah terus mencermati perkembangan situasi di Iran guna menentukan langkah selanjutnya.
“Kita terus
assess
situasi pasca
serangan AS
ke Iran,” pungkas Judha.
Presiden Amerika Serikat (AS),
Donald Trump
, mengumumkan bahwa pasukan militer negaranya telah menjatuhkan bom di tiga fasilitas nuklir Iran pada Sabtu (21/6/2025).
Serangan AS
kepada Iran menandai berakhirnya periode pertimbangan selama seminggu mengenai bergabungnya AS ke konflik Timur Tengah antara Iran dan Israel.
“Kami telah menyelesaikan serangan yang sangat sukses terhadap tiga lokasi nuklir di Iran, termasuk Fordow, Natanz, dan Esfahan. Semua pesawat kini berada di luar wilayah udara Iran,” tulis Trump di Truth Social.
Presiden AS itu mengatakan sejumlah muatan bom bahkan telah dijatuhkan di situs nuklir Iran, Fordow. Di akhir pesannya, Donald Trump menyerukan perdamaian.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -
/data/photo/2024/08/09/66b5b64e2b932.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
97 WNI Dievakuasi dari Iran, Kini Aman di Azerbaijan Nasional 22 Juni 2025
97 WNI Dievakuasi dari Iran, Kini Aman di Azerbaijan
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com
– Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia (WNI) dan Badan Hukum Indonesia Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) RI,
Judha Nugraha
, memastikan proses evakuasi terhadap WNI dari
Iran
telah berlangsung aman.
Hal ini disampaikan Judha merespons serangan udara Amerika Serikat (AS) terhadap tiga fasilitas nuklir utama di Iran.
“Untuk evakuasi 97 WNI sudah aman di Baku (
Azerbaijan
). Kita terus monitor,” ujar Judha, Minggu (22/6/2025).
Judha mengatakan, Kemenlu terus melakukan penilaian situasi terkini pasca serangan Amerika Serikat ke Iran.
“Kita terus
assess
situasi pasca
serangan AS
ke Iran,” ucapnya.
Menurut Judha, proses pemulangan WNI akan dilakukan secara bertahap. Tahap pertama direncanakan menggunakan pesawat komersial pada Senin, 23 Juni 2025.
“Rencana diterbangkan tahap pertama dengan pesawat komersial pada Senin, 23 Juni dan tiba di Jakarta 24 Juni,” imbuhnya.
Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, mengumumkan bahwa pasukan militer negaranya telah menjatuhkan bom di tiga fasilitas nuklir Iran pada Sabtu (21/6/2025).
Serangan AS
kepada Iran menandai berakhirnya periode pertimbangan selama seminggu mengenai bergabungnya AS ke konflik Timur Tengah antara Iran dan Israel.
“Kami telah menyelesaikan serangan yang sangat sukses terhadap tiga lokasi nuklir di Iran, termasuk Fordow, Natanz, dan Esfahan. Semua pesawat kini berada di luar wilayah udara Iran,” tulis Trump di Truth Social.
Presiden AS itu mengatakan sejumlah muatan bom bahkan telah dijatuhkan di situs nuklir Iran, Fordow.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -

Kemlu: 97 WNI Berhasil Dievakuasi dari Iran Lewat Jalur Darat
Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Luar Negeri (Menlu) Sugiono menyatakan bahwa pemerintah telah mengevakuasi sebanyak 97 warga negara Indonesia (WNI) dari Iran di tengah memanasnya konflik dengan Israel.
Menlu Sugiono mengatakan evakuasi sejumlah WNI ini dilakukan melalui jalur darat dengan melewati perbatasan antara Iran dan Azerbaijan.
“Hari ini 97 orang WNI yang terdiri dari 93 WNI, 3 Staf kedutaan dan 1 warga negara Iran yang merupakan pasangan dari WNI, alhamdulillah melewati perbatasan Iran – Azerbaijan,” kata Sugiono dikutip dari akun media sosial Kemlu RI, Sabtu (21/6/2025).
Lebih lanjut, dia mengatakan bahwa para WNI tersebut saat ini tengah beristirahat di Baku, Azerbaijan usai menempuh perjalanan darat selama 16 jam.
“Perjalanan yg mereka tempuh sekitar 16 jam dan alhamdulillah berjalan cukup aman dan cukup lancar mengingat situasi perbatasan yang sedikit agak ramai dari biasanya,” ujarnya.
Selain itu, Sugiono mengatakan bahwa pemerintah juga telah mengevakuasi 4 WNI dari Israel melalui Jordan. Dia menyebut kondisi para WNI tersebut saat ini dalam keadaan baik.
“Kita masih melakukan komunikasi dengan warga kita yang lain. Saya akan monitor terus proses evakuasi ini, alhamdulillah tahap pertama yang kita lakukan berjalan baik,” ucap Sugiono.
Diberitakan sebelumnya, Menlu RI telah memerintahkan agar status pelindungan WNI di Iran dinaikkan dari Siaga 2 menjadi Siaga 1 dan agar segera diambil langkah-langkah evakuasi WNI di Iran. Hal tersebut disampaikan Menlu Sugiono di sela-sela mendampingi Presiden RI dalam kunjungan resminya di Rusia (19/6).
“Saya memutuskan untuk meningkatkan level kesiagaan di Kedutaan Tehran dari level Siaga 2 menjadi Siaga 1 dan mulai juga melaksanakan langkah-langkah kontingensi evakuasi WNI. Kami juga telah melakukan komunikasi dengan beberapa negara tetangga Iran, memohon supaya pada saat terjadi evakuasi nanti, warga negara kita diberi kemudahan melewati perbatasan karena situasi semakin tidak menguntungkan,” ujar Sugiono.
Lebih lanjut, Menlu RI menambahkan bahwa pada 21 Juni, OKI akan melakukan konferensi darurat di Istanbul dalam rangka membahas perkembangan situasi di Timur Tengah yang semakin memanas.
Dalam keterangan terpisah, Direktur Pelindungan WNI Kementerian Luar Negeri, Judha Nugraha menyampaikan bahwa Kemenlu dan KBRI Tehran telah mempersiapkan langkah-langkah evakuasi selain melakukan town hall meeting dengan para WNI untuk menyampaikan update situasi keamanan terakhir dan langkah-langkah kontingensi evakuasi yang tengah disiapkan.
Saat ini terdapat 386 WNI di Iran dan telah dilakukan pendataan WNI yang ingin dievakuasi mengingat evakuasi bersifat voluntary dan bukan mandatory.
Untuk 194 orang WNI yang berada di Israel, KBRI Amman juga sudah menyusun langkah kontingensi evakuasi dan Kemlu telah menerima permintaan 11 WNI utuk dievakuasi dari Israel. Sebagai informasi, KBRI Amman sudah menetapkan status Siaga 1 untuk Israel dan Palestina sejak 2023.
-

Iran Diguncang Gempa 5,1 Magnitudo di Tengah Konflik yang Makin Panas dengan Israel
PIKIRAN RAKYAT – Ketegangan di Iran kembali meningkat bukan hanya karena rentetan serangan udara dari Israel penjajah, tetapi juga karena dua gempa bumi yang mengguncang wilayah tersebut dalam waktu berdekatan.
Gempa berkekuatan 5,1 magnitudo yang terjadi pada Jumat 21 Juni 2025 malam di wilayah barat daya Semnan, memicu spekulasi luas, terlebih karena lokasi gempa berdekatan dengan situs strategis Iran, termasuk fasilitas nuklir.
Menurut Survei Geologis Amerika Serikat (USGS), gempa ini terjadi pada kedalaman 10 kilometer, sekitar 37 km dari kota Semnan. Media pemerintah Iran, Tasnim, mencatat kekuatan gempa di angka 5,2. Getaran dilaporkan terasa hingga ke Teheran dan sejumlah wilayah sekitarnya.
“Gempa terjadi pada pukul 21.19 waktu setempat, dan tidak menunjukkan tanda-tanda aktivitas buatan,” ujar seorang pejabat dari Institut Geofisika Universitas Teheran yang tidak disebutkan namanya, dikutip oleh kantor berita IRNA.
Spekulasi Muncul: Ada Hubungan dengan Serangan ke Situs Nuklir?
Spekulasi tak terhindarkan setelah rentetan serangan udara Israel penjajah menghantam sejumlah lokasi penting di Iran sejak 13 Juni 2025, termasuk pusat pengayaan uranium di Natanz dan Fordo. Apalagi, hanya lima hari sebelum gempa ini, gempa kecil bermagnitudo 2,5 tercatat di dekat situs Fordo.
Guncangan berkekuatan menengah yang berdekatan secara spasial dan temporal dengan target serangan Israel penjajah membuat publik bertanya-tanya: apakah gempa ini murni alamiah, atau ada keterkaitannya dengan kegiatan militer atau bahkan nuklir?
Namun, para pakar seismologi menegaskan bahwa gempa tersebut merupakan bagian dari aktivitas seismik alamiah Iran.
“Iran berada di sabuk seismik Alpine-Himalaya yang sangat aktif. Negara ini mengalami ribuan gempa setiap tahun. Secara statistik dan geologi, gempa seperti ini tidak bisa langsung dikaitkan dengan tindakan militer,” tutur Dr. Reza Pourfaraj, seismolog dari Tehran Institute of Technology.
Apa Kata Ilmuwan Tentang Teori Gempa Buatan?
Badan-badan seperti USGS, CTBTO (Organisasi Perjanjian Larangan Uji Coba Nuklir Komprehensif), hingga laboratorium seismologi independen di Amerika Serikat dan Eropa juga ikut angkat suara. Mereka menekankan bahwa gempa yang dipicu oleh ledakan bawah tanah, termasuk uji coba nuklir, memiliki karakteristik berbeda dibanding gempa alami.
“Ledakan nuklir menghasilkan dominasi gelombang P (gelombang kompresional), sedangkan gempa alami mengandung gelombang P dan S (geser),” ujar laporan USGS.
“Dari pola gelombangnya saja, kita bisa melihat ini adalah gempa tektonik biasa,” ucapnya menambahkan.
National Geographic juga menjelaskan bahwa uji nuklir cenderung tidak menimbulkan gempa susulan sebanyak gempa tektonik. Dalam kasus Iran, tidak ditemukan pola-pola yang mendukung hipotesis ledakan atau uji coba sebagai penyebab.
Konflik Membayangi Analisis Sains
Meski para ilmuwan menolak keterkaitan gempa dengan serangan militer atau nuklir, suasana politik yang panas membuat narasi ini tetap hidup di media sosial dan sejumlah platform berita. Ini diperparah oleh laporan satelit yang menunjukkan kerusakan di beberapa situs nuklir Iran setelah gelombang serangan Israel penjajah pekan lalu.
Presiden Israel penjajah dalam pernyataan resminya menyebut bahwa serangan ke situs nuklir dilakukan sebagai bentuk “pembongkaran ancaman strategis”, namun tidak merinci bentuk kerusakan atau dampaknya secara fisik.
Di sisi lain, pemerintah Iran menuding serangan tersebut sebagai “agresi terang-terangan” yang dapat memicu ketidakstabilan kawasan. “Setiap tindakan terhadap infrastruktur vital kami adalah kejahatan perang,” ujar Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Nasser Kanaani, Sabtu pagi.
Gempa Tak Mengurangi Ketegangan
Meski sudah ditegaskan sebagai peristiwa alam, gempa ini menambah atmosfer kecemasan di tengah masyarakat Iran yang masih berduka akibat konflik militer yang belum mereda.
“Saya terbangun karena gempa, tapi saya lebih takut pada rudal,” kata seorang warga Teheran, Mehdi Ahmadi, dikutip Pikiran-Rakyat.com dari India Today.
Saat ini, pemerintah Iran tengah melakukan survei kerusakan di sekitar lokasi gempa, meski belum ada laporan korban jiwa atau bangunan roboh secara signifikan.***
-

Eskalasi Konflik Iran-Israel, Pemerintah Indonesia Lakukan Evakuasi WNI Via Darat
PIKIRAN RAKYAT – Proses evakuasi warga negara Indonesia tengah berjalan menyusul pecahnya konflik Iran-Israel.
Direktur Pelindungan WNI Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia Judha Nugraha menyatakan, evakuasi itu memakai jalur darat.
“Sebelumnya, para WNI berkumpul dan menginap semalam di safe house KBRI Teheran,” kata Judha dalam keterangan tertulisnya, Jumat (20/6/2025). Ia pun meminta doa agar pelaksanaannya bisa berjalan lancar dan aman. Namun, Judha tak menjelaskan berapa WNI yang tengah dievakuasi itu.
Pemerintah Indonesia telah menetapkan status Siaga I bagi wilayah Iran. Kedutaan Besar RI di Teheran pun melakukan tindakan evakuasi bagi WNI yang bersedia. Berdasarkan data, sebanyak 386 WNI berada di Iran dan 194 WNI berada di Israel. Dari 386 WNI di Iran, mayoritas merupakan pelajar dan mahasiswa di Kota Qom. Sementara dari 194 WNI di Israel, mayoritas peserta magang bidang pertanian di Kota Arava, Israel.
Beberapa WNI yang melakukan perjalanan singkat juga mengalami stranded atau tertahan perjalanan karena tutupnya wilayah udara dan berhentinya penerbangan. Mereka antara lain 42 peziarah di Israel, 8 jemaah haji di Jordan dan 2 WNI peziarah di Teheran. Mereka telah mendapat bantuan dari KBRI Amman dan KBRI Teheran. Sebanyak 42 WNI yang stranded di Yerusalem itu sudah kembali ke Indonesia. Demikian pula dengan 8 jamaah haji di Amman dan 2 peziarah di Teheran sudah keluar.
KBRI Teheran juga telah menyampaikan imbauan kepada seluruh WNI agar meningkatkan kewaspadaan dan menjaga keselamatan diri serta menjaga komunikasi dan menginformasikan keadaan dan keberadaan mereka ke KBRI Teheran. WNI yang mengalami situasi kedaruratan bisa menghubungi hotline KBRI Teheran di nomor +989024668889.
Imbauan ditujukan pula bagi WNI yang berencana melakukan perjalanan ke Iran dan Israel. Mereka diimbau agar menunda perjalanan. “Bagi WNI yang memiliki rencana penerbangan melalui wilayah Timur Tengah agar mengantisipasi gangguan jadwal penerbangan,” ucap Judha beberapa waktu lalu. Dalam situasi darurat, WNI dapat menghubungi hotline Perwakilan RI terdekat atau melalui aplikasi Safe Travel Kemlu.
KBRI Teheran meminta para WNI yang tinggal di Iran untuk meningkatkan kewaspadaan serta menjaga keselamatan diri dan keluarganya dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari. Para WNI diimbau pula menjaga komunikasi dan menginformasikan keadaan dan keberadaan mereka ke KBRI. WNI juga diminta menghindari kerumunan massa, daerah rawan dan membatasi pergerakan seminimal mungkin. Selain itu, WNI diimbau menyimpan barang dan dokumen berharga di tempat yang aman serta memastikan sudah memproses lapor diri kepada KBRI Teheran.***