Kementrian Lembaga: Kemlu

  • UGM minta kematian diplomat muda Kemlu RI diusut tuntas

    UGM minta kematian diplomat muda Kemlu RI diusut tuntas

    “Jika meninggalnya almarhum yang nampak tidak wajar, perlu diusut tuntas. Ini demi kemanusiaan dan tanggung jawab perlindungan negara pada warganya,”

    Yogyakarta (ANTARA) – Universitas Gadjah Mada (UGM) meminta agar kasus kematian seorang diplomat muda Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI, Arya Daru Pangayunan alias ADP yang juga alumnus Program Studi Ilmu Hubungan Internasional (HI) UGM diusut tuntas karena dinilai tidak wajar.

    “Jika meninggalnya almarhum yang nampak tidak wajar, perlu diusut tuntas. Ini demi kemanusiaan dan tanggung jawab perlindungan negara pada warganya,” ujar Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Pengabdian kepada Masyarakat, dan Alumni UGM Arie Sujito dalam keterangan di Yogyakarta, Rabu.

    UGM menyampaikan duka cita atas kepergian ADP yang dinilainya sebagai sosok alumni berprestasi dengan karier baik sebagai diplomat.

    “Tentu kita kehilangan sosok alumni berprestasi, alumni Hubungan Internasional Fisipol UGM yang memiliki karier yang baik. Semoga almarhum mendapatkan tempat terbaik di sisi-Nya,” kata Arie.

    Keluarga besar Departemen Ilmu Hubungan Internasional (DIHI) Fisipol UGM juga turut menyampaikan duka cita atas wafatnya Arya Daru Pangayunan.

    Ketua DIHI Fisipol UGM Nur Rachmat Yuliantoro menyebut almarhum sebagai salah satu sosok kebanggaan bagi komunitas akademik HI.

    ADP merupakan alumnus S-1 Ilmu Hubungan Internasional angkatan 2005 UGM.

    “Dikenal sebagai diplomat yang andal, Daru adalah kebanggaan kita semua. Semoga almarhum mendapat tempat terbaik di sisi-Nya, serta keluarga yang ditinggalkan diberi kekuatan dan ketabahan,” ujarnya.

    Sebelumnya, seorang pria berinisial ADP (39) yang diketahui sebagai diplomat Kementerian Luar Negeri ditemukan tewas di sebuah indekos dengan kondisi kepala terlilit lakban. Korban ditemukan oleh penjaga kost yang berada di lokasi kejadian.

    Direktur Pelindungan WNI Kemlu RI Judha Nugraha menyebut staf Kemlu RI itu selama ini bertugas menangani isu-isu yang berkaitan dengan pelindungan Warga Negara Indonesia (WNI) di luar negeri.

    Ia mengatakan Kemlu RI sudah menyerahkan kasus kepada pihak yang berwenang dan menyatakan mendukung proses yang tengah dilakukan kepolisian.

    “Kami tidak ingin berspekulasi, kita tunggu hasil penyelidikan dari pihak kepolisian,” tegas Judha.

    Pewarta: Luqman Hakim
    Editor: Agus Setiawan
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Polisi telah periksa empat saksi terkait kematian diplomat di indekos

    Polisi telah periksa empat saksi terkait kematian diplomat di indekos

    Kepolisian telah memeriksa tiga saksi terkait penemuan mayat seorang diplomat dengan kondisi kepala terlilit lakban di tempat indekos di Menteng, Jakarta Pusat.

    Polisi telah periksa empat saksi terkait kematian diplomat di indekos
    Dalam Negeri   
    Editor: Novelia Tri Ananda   
    Rabu, 09 Juli 2025 – 11:29 WIB

    Elshinta.com – Kepolisian telah memeriksa tiga saksi terkait penemuan mayat seorang diplomat dengan kondisi kepala terlilit lakban di tempat indekos di Menteng, Jakarta Pusat.

    “Sudah empat saksi yang kami periksa dari tetangga, pemilik kos, penjaga kos dan istrinya,” kata Kapolsek Menteng, Polres Metro Jakarta Pusat, Kompol Rezha Rahandhi saat dikonfirmasi di Jakarta, Rabu.

    Selain telah memeriksa tiga saksi, pihaknya juga sudah memeriksa kamera pengawas (CCTV) yang berada di lokasi tersebut. Namun, kata Rezha, CCTV yang ada masih menggunakan kartu memori dan langsung tertancap di kameranya. “Jadi kami periksa satu-satu karena terpotong. Bukan CCTV yang ‘recorder’,” ujarnya.

    Ia menambahkan, pihaknya sampai saat ini masih mengumpulkan keterangan di lokasi kejadian perkara (TKP) penemuan mayat dan belum menggali lebih dalam. Seorang pria berinisial ADP (39) yang diketahui sebagai diplomat Kementerian Luar Negeri ditemukan tewas di sebuah indekos dengan kondisi kepala terlilit lakban. Korban ditemukan oleh penjaga kost yang berada di lokasi kejadian.

    Sumber : Antara

  • Jenazah diplomat di Menteng telah diautopsi

    Jenazah diplomat di Menteng telah diautopsi

    Jakarta (ANTARA) – Polres Metro Jakarta Pusat menyatakan bahwa jenazah ADP (39) yang merupakan seorang diplomat telah diautopsi untuk mengetahui penyebab kematiannya di tempat indekos di kawasan Menteng.

    “Sudah diautopsi, masih menunggu hasilnya,” kata Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Satuan Reserse Kriminal (Kasat Reskrim) Polres Metro Jakarta Pusat Kompol Karyono saat dikonfirmasi di Jakarta, Rabu.

    Menurut dia, pada saat kejadian petugas langsung membawa jenazah ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) untuk dilakukan autopsi.

    Saat ini pihaknya masih mendalami kasus kematian diplomat dengan telah memeriksa empat orang saksi dan juga rekaman kamera pengawas (CCTV).

    Tidak hanya itu, penyidik juga sedang mengumpulkan sejumlah barang bukti untuk mengungkap kasus tersebut.

    “Kami masih dalam proses penyelidikan dan mencari saksi-saksi serta mengumpulkan bukti-bukti,” ujarnya.

    Pada Selasa (8/7) seorang pria berinisial ADP (39) yang diketahui sebagai diplomat Kementerian Luar Negeri ditemukan tewas di sebuah indekos dengan kondisi kepala terlilit lakban. Korban ditemukan oleh penjaga indekos yang berada di lokasi kejadian.

    Pewarta: Khaerul Izan
    Editor: Sri Muryono
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Misteri kematian diplomat Kemlu, polisi telah periksa empat saksi dan CCTV

    Misteri kematian diplomat Kemlu, polisi telah periksa empat saksi dan CCTV

    Jakarta (ANTARA) – Kepolisian telah memeriksa empat saksi terkait penemuan mayat seorang diplomat dengan kondisi kepala terlilit lakban di tempat indekos di Kawasan Menteng, Jakarta Pusat.

    “Sudah empat saksi yang kami periksa dari tetangga, pemilik kos, penjaga kos dan istrinya,” kata Kapolsek Menteng, Polres Metro Jakarta Pusat, Kompol Rezha Rahandhi saat dikonfirmasi di Jakarta, Rabu.

    Selain telah memeriksa saksi, pihaknya juga sudah memeriksa kamera pengawas (CCTV) yang berada di lokasi tersebut.

    Namun, kata Rezha, CCTV yang ada masih menggunakan kartu memori dan langsung tertancap di kameranya. “Jadi kami periksa satu-satu karena terpotong. Bukan CCTV yang ‘recorder’,” ujarnya.

    Ia menambahkan, pihaknya sampai saat ini masih mengumpulkan keterangan di lokasi kejadian perkara (TKP) penemuan mayat dan belum menggali lebih dalam.

    Seorang pria berinisial ADP (39) yang diketahui sebagai diplomat Kementerian Luar Negeri ditemukan tewas di sebuah indekos dengan kondisi kepala terlilit lakban. Korban ditemukan oleh penjaga kost yang berada di lokasi kejadian.

    Pewarta: Khaerul Izan
    Editor: Sri Muryono
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Misteri Tewasnya Diplomat Kemlu: Kamar Kos Terkunci, Tubuh Diselimuti, Kepala Dilakban
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        9 Juli 2025

    Misteri Tewasnya Diplomat Kemlu: Kamar Kos Terkunci, Tubuh Diselimuti, Kepala Dilakban Megapolitan 9 Juli 2025

    Misteri Tewasnya Diplomat Kemlu: Kamar Kos Terkunci, Tubuh Diselimuti, Kepala Dilakban
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – ADP (39), diplomat Kementerian Luar Negeri (Kemenlu), ditemukan tewas di kamar indekosnya di Jalan Gondangdia Kecil Nomor 22, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (8/7/2025) pagi.
    Penemuan jasad ADP berawal dari laporan warga pukul 08.30 WIB. Korban ditemukan dalam kondisi mengenaskan. 
    “Saat ditemukan, korban dalam posisi terbaring di atas kasur dengan kepala tertutup lakban dan tubuh tertutup selimut,” jelas Kapolres Metro Jakarta Pusat Kombes Pol Susatyo Purnomo Condro, Selasa, (8/7/2025).
    ADP diketahui merupakan warga asal Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), lulusan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. 
    Polisi menemukan sejumlah hal mencurigakan terkait kasus tewasnya ADP yang hingga kini masih menjadi misteri. 
    Kapolsek Menteng, Kompol Rezha Rahandi menyebutkan, saat jasad ADP ditemukan, kondisi kamar indekos dalam keadaan terkunci dari dalam. Disebutkan pula bahwa tak ada tanda-tanda kekerasan di tubuh ADP. 
    “Tidak ada kerusakan sama sekali. Bahkan dari hasil visum luar tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan,” katanya.
    Selain itu, tak ada barang yang hilang dari kamar indekos. 
    Meski begitu, Rezha tak menampik adanya kemungkinan unsur pidana dalam kasus ini. Saat ini, polisi masih terus menyelidiki kasus ini. 
    “Belum dipastikan (pembunuhan), saya juga tidak bisa bilang bukan (pembunuhan). Karena tidak ada tanda-tanda kekerasan, tidak ada barang yang hilang. Kami masih selidiki,” ucap dia.
    Sebelum ditemukan tewas, ADP sempat dihubungi sang istri pada Senin (7/7/2025) malam. Komunikasi terakhir keduanya terjadi pada pukul 21.00 WIB. 
    “Terus jam 5 pagi mungkin istrinya mengingatkan shalat atau apalah, tapi enggak bisa-bisa (dihubungi) sampai jam 7 atau jam 8 pagi,” ujar Rezha.
    Karena tidak mendapat respons, sang istri menghubungi penjaga kos. Dari situ, penjaga kos kemudian melaporkan ke Ketua RW, sebelum kemudian menghubungi polisi.
    “Si penjaga kos ke RW, RW ke Bhabinkamtibmas, baru kita datang ke TKP,” kata Rezha.
    Rezha menjelaskan, rumah indekos tempat korban tinggal memiliki sistem keamanan berlapis, sehingga hanya bisa diakses oleh penghuni.
    “Iya kan di situ kan kosan keluarga ya, dan
    double
    pintu, bukan tiba-tiba orang lain masuk langsung nyelonong ke pintu kamar ya, enggak seperti itu,” ujar Rezha.
    Ia juga menyebut, selama hampir dua tahun tinggal di rumah indekos itu, ADP hanya pernah dikunjungi oleh istrinya.
    “Yang datang ke situ pun juga hanya istrinya saja, orang lain tidak pernah datang ke sana. Dan dikuatkan dari keterangan si penjaganya memang yang datang ke sini hanya istrinya saja,” ucapnya.
    Salah satu tetangga indekos, Birvan Ariza Siregarsetela (39), mengaku baru mengetahui ADP merupakan diplomat Kemenlu setelah kejadian ini. Ia menyebut ADP sebagai sosok tertutup.
    “Aku enggak tau dia Kemenlu. Aku kira yang (tetangga lain). Makanya aku bilang, yang aku taunya orang Kemenlu itu paling ujung, di sudut kanan,” ujar Birvan.
    Menurut Birvan, interaksinya dengan korban hanya sebatas saling menyapa singkat saat berpapasan.
    “Kalau ketemu, tiap pagi dia mengelap motor, mengelap mobil. Aku mengelap motor, cuma bilang, ‘halo bang’, gitu aja,” ucapnya.
    Beberapa waktu sebelumnya, ADP disebut sempat menjual mobil. Kabar yang beredar menyebut korban akan pindah ke luar negeri.
    “Bulan lima (Mei) atau bulan enam (Juni) itu dijual mobilnya. Aku dapat info dari Pak Sis, yang jaga kos,” ujar Birvan.
    “Lho, kenapa? ‘Mau pindah ke luar kota’, ke China atau ke mana? ‘Ke luar negeri, mau pindah ke luar negeri’,” lanjutnya menirukan percakapan dengan penjaga kos.
    Polisi pun telah mengevakuasi jasad korban ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta Pusat untuk dilakukan otopsi.
    Sejumlah barang bukti dan rekaman CCTV juga tengah dianalisis untuk mengungkap penyebab kematian.
    “Kita masih menunggu petunjuk otopsi dari RSCM ini,” tutup Rezha.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Kemenlu Enggan Berspekulasi soal Kematian Diplomat Muda yang Terbungkus Lakban

    Kemenlu Enggan Berspekulasi soal Kematian Diplomat Muda yang Terbungkus Lakban

    Kemenlu Enggan Berspekulasi soal Kematian Diplomat Muda yang Terbungkus Lakban
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Direktur Jenderal Perlindungan WNI Kementerian Luar Negeri (
    Kemenlu
    ) Judha Nugraha menegaskan pihaknya tidak akan berspekulasi terkait penyebab
    kematian diplomat
    mudanya,
    Arya Daru Pangayunan
    (39).
    Arya sebelumnya ditemukan tewas di indekos di Menteng, Jakarta Pusat, dengan kondisi kepala terbungkus lakban.
    “Kami tidak ingin berspekulasi, kita tunggu hasil penyelidikan dari pihak polisi,” ujar Judha, di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Selasa (8/7/2025).
    Judha menyebut, Arya memang seorang diplomat fungsional muda dari Kementerian Luar Negeri.
    Selama ini, kata dia, Arya bertugas dalam menangani isu-isu kriminal WNI.
    Judha mengucapkan dukacita atas tewasnya Arya yang meninggalkan seorang istri dan dua anak.
    “Kementerian Luar Negeri saat ini sudah menyerahkan kasusnya kepada pihak yang berwenang. Dan kita akan mengikuti proses yang dilakukan oleh pihak polisi,” imbuh dia.
    Sebelumnya, Kapolres Metro Jakarta Pusat Kombes Susatyo Purnomo Condro mengatakan, ada indikasi mencurigakan dari kematian Arya Daru Pangayunan (39) yang terbungkus lakban.
    Untuk itu, ucap Susatyo, polisi masih menyelidiki kasus itu secara menyeluruh.
    Jasad Arya ditemukan di dalam kamar kos yang berada di Gondangdia, Menteng, Jakarta Pusat, pada Selasa (8/7/2025) pagi.
    Polisi menyita sejumlah barang bukti dari lokasi kejadian.
    “Tim Reskrim Polres Metro Jakarta Pusat bersama Ditreskrimum Polda Metro Jaya masih mendalami dan menganalisa seluruh keterangan saksi, CCTV, dan barang bukti lainnya untuk mengungkap penyebab kematian korban,” kata Susatyo, dalam keterangannya, Selasa.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Harta Karun Dunia Terancam, China Ultimatum Pemberontak Tetangga

    Harta Karun Dunia Terancam, China Ultimatum Pemberontak Tetangga

    Daftar Isi

    Jakarta, CNBC Indonesia – Konflik bersenjata di Myanmar utara kini menjadi ancaman nyata bagi pasokan global tanah jarang berat, yang krusial untuk produksi kendaraan listrik hingga turbin angin.

    Melansir Reuters pada Selasa (8/7/2025), China mengeluarkan ultimatum kepada kelompok pemberontak Tentara Kemerdekaan Kachin (KIA), menambah tekanan terhadap rantai pasok global yang sudah rapuh sejak pandemi dan konflik geopolitik.

    Sejak Desember 2024, KIA menggempur kota strategis Bhamo di negara bagian Kachin, hanya 100 km dari perbatasan China. Wilayah ini menyumbang hampir 50% pasokan global tanah jarang berat seperti disprosium dan terbium. Mineral tersebut diekspor ke China untuk diproses menjadi magnet berteknologi tinggi.

    Namun, Beijing kini mengancam akan memblokir pembelian tanah jarang dari wilayah yang dikuasai KIA, jika kelompok itu tak menghentikan ofensif ke Bhamo. Informasi ini diungkap tiga sumber Reuters yang mengetahui pembicaraan tertutup antara pejabat China dan komandan KIA.

    “Dan jika kami tidak menerimanya, mereka akan memblokir ekspor dari Negara Bagian Kachin, termasuk mineral tanah jarang,” kata seorang pejabat KIA kepada Reuters.

    China Bermain Keras

    Ultimatum ini menunjukkan bagaimana China memanfaatkan dominasinya atas industri tanah jarang untuk menekan kelompok bersenjata demi mendukung junta Myanmar, sekutu utamanya di kawasan.

    Seorang komandan KIA menyebut pembicaraan dilakukan dengan perwakilan Kementerian Luar Negeri China. Namun, belum jelas apakah ancaman ini telah direalisasikan.

    Menanggapi hal ini, juru bicara Kementerian Luar Negeri China mengatakan: “Gencatan senjata dini dan pembicaraan damai antara militer Myanmar dan Tentara Kemerdekaan Kachin merupakan kepentingan bersama Tiongkok dan Myanmar serta rakyat mereka.”

    Beijing juga menawarkan insentif, seperti peningkatan perdagangan lintas batas jika KIA menghentikan serangan ke Bhamo. Namun, para pemimpin KIA tetap percaya diri bisa merebut kota itu dan menilai China pada akhirnya tetap akan membeli tanah jarang karena kebutuhan industrinya.

    Pasokan Global Tertekan

    Tekanan geopolitik ini berdampak langsung ke pasokan. Impor tanah jarang China dari Myanmar anjlok 50% dalam lima bulan pertama 2025 dibanding tahun lalu, menurut data bea cukai Tiongkok.

    Menurut Neha Mukherjee dari Benchmark Mineral Intelligence, jika konflik berlanjut, dunia bisa menghadapi defisit tanah jarang berat pada akhir tahun.

    “Dalam jangka pendek, gangguan pasokan ini bisa mendorong harga di luar China melonjak tajam,” ujarnya.

    Harga disprosium dan terbium memang sudah melonjak sejak KIA membatasi produksi dan menaikkan pajak penambangan setelah merebut sabuk tanah jarang di Kachin tahun lalu.

    Pertempuran Memanas di Bhamo

    Bhamo saat ini menjadi medan tempur krusial. Sekitar 5.000 pasukan KIA dan sekutunya mengepung kota yang merupakan jalur logistik penting bagi junta.

    Namun militer Myanmar masih menguasai langit. Serangan udara tanpa henti telah menghancurkan sebagian besar kota, termasuk sekolah dan rumah ibadah. Serangan ini menewaskan warga sipil, termasuk anak-anak.

    “Saya tidak tahu berapa lama kelompok revolusioner akan mampu melawan tekanan Tiongkok,” kata aktivis Kachin, Khon Ja. Ia menyebut pembatasan perbatasan telah menyebabkan kekurangan bensin dan obat-obatan.

    Sementara itu, pengamat menilai Beijing tak tertarik menyelesaikan konflik secara menyeluruh, melainkan hanya ingin meredakan pertempuran di wilayah vital ekonominya.

    “Tekanan Tiongkok merupakan pendekatan yang lebih umum untuk meredakan konflik,” ujar analis independen David Mathieson.

    Sementara itu, jika KIA berhasil menguasai Bhamo, junta akan kehilangan akses darat dan sungai ke wilayah utara Myanmar. Hal ini akan memperlemah cengkeraman militer atas rute perdagangan dan membuat posisi mereka semakin rapuh.

    “China, yang membutuhkan tanah jarang, hanya dapat menoleransi ini untuk waktu yang terbatas,” kata seorang komandan KIA.

    Kemenangan pemberontak di Bhamo bisa menjadi titik balik, yang memaksa Beijing untuk bernegosiasi langsung dengan pasukan etnis dan perlahan meninggalkan dukungannya terhadap junta.

     

    (luc/luc)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Polisi Temukan Sidik Jari di Lakban Lilit Wajah Diplomat Kemlu Tewas di Menteng

    Polisi Temukan Sidik Jari di Lakban Lilit Wajah Diplomat Kemlu Tewas di Menteng

    Jakarta

    Polisi mengungkap temuan sementara terkait kematian Diplomat Kementerian Luar Negeri, ADP (39) yang ditemukan tewas dalam kamar kos wilayah Menteng, Jakarta Pusat. Polisi menemukan adanya sidik jari korban pada lakban yang melilit wajahnya.

    “Kalau dari olah TKP awal masih kelihatan sidik jari si korban itu (pada lakban),” kata Kapolsek Menteng Kompol Rezha Rahandhi saat dihubungi, Selasa (8/7/2025).

    Dia juga menyampaikan barang bukti lakban tersebut akan dibawa untuk diperiksa di laboratorium. Selain lakban, barang bukti lainnya yang juga ditemukan akan turut diperiksa.

    “Nanti kita bawa ke lab, karena masih kumpulin alat bukti-alat buktinya dulu mengarahnya kemana gitu,” jelas Rezha.

    Jasad ADP pertama kali ditemukan oleh penjaga kos pada Selasa (8/7) pukul 08.30 WIB. Saat ditemukan kepala korban dalam kondisi terlilit lakban.

    Rezha menjelaskan kasus terungkap setelah istrinya berupaya menghubungi lewat telepon. Namun, saat itu ponsel milik korban tidak aktif.

    Sang istri pun akhirnya mencoba menghubungi penjaga kos. Penjaga kos pun mendatangi kamar korban namun tidak ada respons.

    Polisi menjelaskan pihaknya masih belum bisa memastikan penyebab kematian korban. Namun dari hasil olah TKP, pihaknya tidak menemukan adanya tanda kekerasan di tubuh korban.

    “Kalau visum luarnya sih tidak ada tanda tanda kekerasan,” kata Kompol Rezha.

    “Tidak ada tanda tanda kekerasan, tidak ada barang yang hilang. Belum dipastikan (penyebab),” jelas Rezha.

    (wnv/wnv)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Nasib Warga China Ditangkap Usai Maling Rahasia Amerika

    Nasib Warga China Ditangkap Usai Maling Rahasia Amerika

    Jakarta, CNBC Indonesia – Warga China bernama Xu Zewei ditangkap di bandara Malpensa, Milan, Italia, pada Kamis (3/7) pekan lalu. Ia diduga terlibat dalam grup peretas ‘Hafnium’ yang dibekingi pemerintah China untuk mencuri rahasia terkait vaksin Covid-19 di AS pada pandemi 2020 silam.

    Kepolisian Italia mendapat surat perintah penangkapan internasional dari Amerika Serikat (AS) untuk menangkap Xu. Pria berusia 33 tahun tersebut diduga membobol software email Microsoft pada 2021 dalam kampanye espionasi berskala besar, menurut sumber yang familiar dengan isu tersebut.

    Sumber itu juga mengatakan dakwaan AS terhadap 9 orang yang menuduh Xu berpartisipasi dalam peretasan tersebut akan segera dikeluarkan, dikutip dari Financial Times, Selasa (8/7/2025).

    Saat ini Xu ditahan di penjara Italia yang jaraknya tak jauh dari bandara tempat ia ditangkap. Sumber dalam menyebut Xu akan didakwa atas dengan melakukan pembobolan komputer dalam periode Februari 2020 hingga Juni 2021.

    “Xu ditangkap atas permintaan otoritas AS dengan dugaan kejahatan siber yang ditujukan untuk espionase industri,” kata Kementerian Luar Negeri Italia.

    Sementara itu, Kementerian Hukum Italia mengatakan Roma telah menerima permintaan resmi dari AS untuk ekstradisi Xu.

    Departemen Kehakiman AS (DOJ) menolak berkomentar. Pengacara Xu di Italia tak merespons permintaan komentar dari Financial Times.

    Proses ekstradisi Xu dijadwalkan akan dimulai di pengadilan Milan pada Selasa (8/7) ini.

    Penangkapan warga China yang mengaku sebagai spesialis IT disebut akan membawa dilema secara diplomasi bagi Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni. Posisinya terhimpit antara Washington dan Beijing.

    Selama ini, Meloni terus menjaga hubungan personal yang baik dengan Presiden AS Donald Trump. Ia juga menilai AS sebagai salah satu sekutu terpenting bagi Italia, meski hubungan AS dan Eropa sedang tegang.

    Di sisi lain, Meloni juga menjaga hubungan diplomasi yang baik dengan China, meski memutuskan untuk membatalkan keterlibatan Italia dalam program andalan ‘Belt and Road Initiative’ yang dicanangkan Presiden China Xi Jinping.

    Sebagai informasi, di masa pandemi Covid-19, FBI bersama Lembaga Keamanan Infrastruktur dan Keamanan Siber AS beberapa kali menuduh Beijing berupaya mencuri penelitian penting dari AS terkait penyakit tersebut.

    Lembaga-lembaga AS menuduh China mencoba membobol sistem komputer yang digunakan para peneliti AS untuk mempelajari virus Covid-19.

    Pada pertengahan 2020, DOJ mendakwa dua warga China atas dugaan berupaya mengakses penelitian AS, sebagai bagian dari upaya luas untuk mencuri rahasia dagang AS.

    Kala itu, Global Times yang merupakan media bekingan China mengatakan Washington tak memiliki bukti kuat untuk mendukung tuduhannya.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Diplomat Kemlu Ditemukan Tewas Mengenaskan di Indekos Menteng

    Diplomat Kemlu Ditemukan Tewas Mengenaskan di Indekos Menteng

    Bisnis.com, JAKARTA — Polisi telah menemukan Diplomat Kementerian Luar Negeri berinisial (ADP) tewas dalam kondisi muka terbungkus lakban di kamar indekos, Menteng, Jakarta pusat.

    Kapolres Metro Jakarta Pusat Kombes Pol Susatyo Purnomo Condro mengatakan penemuan jasad pegawai Kemenlu itu berdasarkan laporan warga sekitar 08.00 WIB.

    “Korban berinisial ADP, laki-laki, usia 39 tahun, pegawai Kemenlu asal Yogyakarta. Saat ditemukan, korban dalam posisi terbaring di atas kasur dengan kepala tertutup lakban dan tubuh tertutup selimut,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Selasa (8/7/2025).

    Dia menambahkan saat ini, jasad korban telah dievakuasi ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) untuk dilakukan otopsi.

    Di samping itu, Susatyo mengungkap bahwa pihaknya masih melakukan penyelidikan lebih lanjut dengan memeriksa sejumlah saksi, rekaman CCTV, serta mengumpulkan barang bukti di lokasi.

    “Tim Reskrim Polres Metro Jakarta Pusat bersama Ditreskrimum Polda Metro Jaya masih mendalami dan menganalisa seluruh keterangan saksi, CCTV, dan barang bukti lainnya untuk mengungkap penyebab kematian korban. Kami akan sampaikan perkembangan lebih lanjut,” pungkasnya.

    Di samping itu, Kapolsek Metro Meteng, Kompol Rezha Rahandhi menyatakan bahwa pada tubuh korban tidak ditemukan tanda kekerasan maupun barang yang hilang.

    Dengan demikian, kepolisian masih belum bisa menyimpulkan bahwa perkara ini merupakan pembunuhan atau tidak.

    “Belum tentu itu pembunuhan. Kita masih selidiki,” tutur Rezha.