Kementrian Lembaga: Kemlu

  • 5
                    
                        Tanggapi Kesimpulan Polisi, Keluarga Diplomat Kemlu ADP Syok, Yakin Bukan Bunuh Diri, dan Siapkan Pengacara
                        Yogyakarta

    5 Tanggapi Kesimpulan Polisi, Keluarga Diplomat Kemlu ADP Syok, Yakin Bukan Bunuh Diri, dan Siapkan Pengacara Yogyakarta

    Tanggapi Kesimpulan Polisi, Keluarga Diplomat Kemlu ADP Syok, Yakin Bukan Bunuh Diri, dan Siapkan Pengacara
    Editor
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Keluarga diplomat Kementerian Luar Negeri, ADP, menegaskan keyakinan mereka bahwa almarhum tidak meninggal akibat bunuh diri. 
    Hal ini diungkapkan oleh kakak ipar ADP,
    Meta Bagus
    , dalam pernyataan yang disampaikan di Yogyakarta pada Selasa (29/7/2025).
    Adapun ADP meninggal dalam kondisi kepala terlilit lakban saat ditemukan.
    Bagus menjelaskan bahwa selama hidupnya, ADP dikenal sebagai sosok yang ceria dan senang membantu orang lain.
    Berdasarkan pengamatan keluarga selama bertahun-tahun, mereka meyakini bahwa ADP tidak mungkin melakukan tindakan bunuh diri.
    “Kami melihat pengamatan kami terhadap yang bersangkutan itu selama bertahun-tahun. Jadi cukup kami sampaikan bahwa kami meyakini almarhum tidak seperti itu,” kata Bagus.
    Saat ini, keluarga sedang mempertimbangkan untuk mencari kuasa hukum.
    “Opsi itu (mencari kuasa hukum) masih dibicarakan,” ujarnya.
    Keluarga berharap agar penyelidikan yang dilakukan oleh pihak kepolisian tidak dihentikan.
    Bagus menegaskan keyakinan bahwa polisi akan terus melanjutkan penyelidikan.
    “Betul (proses penyelidikan berlanjut). Karena tadi dari Direskrimum juga sudah menyampaikan bahwa ini belum tuntas, ya. Berarti kan masih ada hal-hal yang perlu didalami lagi oleh beliau-beliau, para penyidik,” ungkapnya.
    Keluarga meyakini bahwa penyelidikan yang dilakukan akan mengungkap kebenaran.
    “Pada waktunya nanti, kami juga percaya kebenaran akan terungkap dengan terang, dan membawa keadilan dan ketenangan bagi Daru juga bagi yang ditinggalkan,” tambahnya.
    “Saat ini kami masih dalam posisi berat, masih syok dan sangat berduka,” ujarnya.
    Bagus juga mengungkap kondisi istri ADP, Pita, yang syok.
    “Saya agak ngenes (kasihan) jawabnya,” ujar dia singkat, Selasa (29/7/2025).
    Saat ini, istri ADP yakni Pita berada di Banguntapan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Bagus menyampaikan, saat ini Pita sedang dalam menjalani proses-proses sulit.
    “Saat ini ada di sini (Bantul). Baru sedang menjalani proses ini semua. Kan bukan hal yang mudah bagi Pita untuk menjalani proses ini, mencerna ini semua,” kata dia.
    Untuk membesarkan hati adiknya, Bagus meminta doa dan dukungan kepada masyarakat agar keluarga mampu menjalaninya.
    “Makanya kami atas nama keluarga, juga mohon doa kepada teman-teman dari pers, kepada masyarakat Indonesia juga, untuk mendoakan almarhum dan keluarganya. Kurang lebih seperti itu,” ujar dia.

    Menanggapi pernyataan polisi mengenai akses ADP terhadap layanan bantuan kesehatan mental secara daring pada tahun 2021, Bagus menegaskan bahwa hal tersebut merupakan urusan pribadi almarhum.
    “Namanya konsultasi ya, mengenai berbagai macam hal terkait dengan materi apa pun itu, saya rasa itu kan merupakan hal pribadi,” katanya.
    Meskipun demikian, Bagus menegaskan bahwa ADP tidak pernah mengeluhkan tekanan atau beban kerja.
    “Perlu kami sampaikan juga bahwa namanya orang bekerja itu kan pasti ada beban. Hanya saja sepemahaman dan sepengamatan kami terhadap Daru itu sampai sejauh ini tidak pernah menceritakan beban-beban berat yang ada,” jelasnya.
    Terkait dengan ditemukannya obat-obatan seperti paracetamol di kosan ADP, Bagus menyatakan bahwa hal tersebut adalah hal yang lumrah jika seseorang merasa sakit.
    “Namanya orang sakit itu kan lumrah, ya. Kadang kita pusing, ya minum Paracetamol,” ujarnya.
    Bagus juga menambahkan bahwa komunikasi antara ADP dan istrinya berjalan baik.
    “Memang segala sesuatu itu didiskusikan, dikomunikasikan antara suami dan istri ini, dengan cukup baik,” imbuhnya.
    Ia mengajak publik untuk ikut mengawal proses hukum kasus ini dengan empati dan obyektivitas.
    “Kami juga mengajak kepada teman-teman media dan masyarakat luas, untuk ikut mengawal jalannya proses ini dengan empati, kemudian informasi yang cukup berimbang dan objektif,” kata Meta.
    Keluarga sangat menghargai dukungan dari masyarakat terhadap kasus ini.
    “Kami sangat, sangat menghargai sekali dukungan dari teman-teman media dari seluruh masyarakat Indonesia mengenai kasus ini,” tambahnya.
    Mereka berharap penyelidikan yang dilakukan oleh aparat kepolisian dapat mengungkap fakta sebenarnya di balik kematian ADP.
    “Kami juga percaya bahwa pihak yang berwajib bekerja berdasarkan kaidah-kaidah pekerjaannya yang baik,” tutupnya.
    Menurut Direktur Reserse Kriminal Umum (Dirreskrimum) Polda Metro Jaya, Kombes (Pol) Wira Satya Triputra, hasil penyelidikan menunjukkan bahwa ADP meninggal dunia tanpa keterlibatan pihak lain.
    “Dari hasil pemeriksaan tersebut, disimpulkan bahwa indikator dari kematian ADP mengarah pada indikasi meninggal tanpa keterlibatan pihak lain,” kata dia dalam konferensi pers.
    Polisi juga mengungkap bahwa ADP pernah Ketua Umum Apsifor Nathanael E. J. Sumampouw menyebut ADP dikenal sebagai sosok yang positif, bertanggung jawab, dan peduli terhadap lingkungan kerjanya.
    “Pertama, almarhum individu dikenal di lingkungan sebagai pribadi karakter positif, bertanggung jawab, pekerja keras, sangat diandalkan, dan individu yang peduli pada lingkungannya,” ujar Nathanael.
    Namun, Nathanael menyebut ADP mengalami kesulitan dalam mengekspresikan emosi negatif, terutama dalam tekanan tinggi. ADP cenderung menetralisasi emosi dan tidak menunjukkannya di hadapan orang lain.
    ADP ditemukan tewas di kamar indekosnya di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, pada Selasa (8/7/2025). Saat ditemukan, korban dalam posisi tergeletak di atas kasur.
    Kepalanya terlilit lakban kuning, sementara tubuhnya tertutup selimut biru. Dari hasil olah TKP, polisi menyita sejumlah barang bukti, di antaranya gulungan lakban, kantong plastik, dompet, bantal, sarung celana, dan pakaian milik korban.
    Selain itu, turut ditemukan obat sakit kepala dan obat lambung, meskipun belum dipastikan kaitannya dengan penyebab kematian.
    Penyidik juga menemukan sidik jari ADP pada permukaan lakban yang melilit kepalanya.
    Bunuh diri bisa terjadi di saat seseorang mengalami depresi dan tak ada orang yang membantu.
    Jika Anda memiliki permasalahan yang sama, jangan menyerah dan memutuskan mengakhiri hidup.
    Anda tidak sendiri. Layanan konseling bisa menjadi pilihan Anda untuk meringankan keresahan yang ada.
    Untuk mendapatkan layanan kesehatan jiwa atau untuk mendapatkan berbagai alternatif layanan konseling, Anda bisa simak website Into the Light Indonesia di
    sini
    .
    (Penulis: Kontributor Yogyakarta, Wisang Seto Pangaribowo)
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Polda Metro Jaya Belum Hentikan Kasus Kematian Diplomat Arya, Siap Tampung Info Baru

    Polda Metro Jaya Belum Hentikan Kasus Kematian Diplomat Arya, Siap Tampung Info Baru

    Bisnis.com, JAKARTA — Polda Metro Jaya menyatakan belum menghentikan kasus kematian Diplomat Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Arya Daru Pangayunan (39).

    Direktur Reskrimum Polda Metro Jaya, Kombes Wira Satya Triputra mengatakan pihaknya masih terbuka untuk setiap informasi baru terkait kasus ini.

    “Sementara kami tetap akan menerima masukan apabila ada informasi, kami tetap tampung. Sementara belum [di SP3],” ujar Wira di Polda Metro Jaya, Selasa (29/7/2025).

    Di samping itu, Wira menyatakan pihaknya sudah menarik kesimpulan bahwa dalam kasus kematian Diplomat Arya tidak ada tindak pidana.

    Kemudian, berdasarkan hasil uji lab terhadap jenazah Arya juga tidak ditemukan zat racun. Dengan demikian, kematian Arya disebabkan oleh gangguan pertukaran oksigen pada saluran pernapasan atas.

    Di samping itu, penyidik dengan Asosiasi Psikologi Forensik Himpunan Psikologi Indonesia (Apsifor Himpsi) telah sepakat bahwa dalam perkara ini tidak ada indikator keterlibatan pihak lain.

    “Indikator kuat bahwa kematian ADP mengarah pada indikasi meninggal tanpa keterlibatan pihak lain,” pungkas Wira.

  • 4
                    
                        Terkuaknya Misteri Kematian Diplomat Kemlu: Mati Lemas Tanpa Keterlibatan Pihak Lain
                        Megapolitan

    4 Terkuaknya Misteri Kematian Diplomat Kemlu: Mati Lemas Tanpa Keterlibatan Pihak Lain Megapolitan

    Terkuaknya Misteri Kematian Diplomat Kemlu: Mati Lemas Tanpa Keterlibatan Pihak Lain
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Kepolisian Daerah (Polda) Metro Jaya akhirnya mengumumkan hasil penyelidikan terkait kematian ADP (39), diplomat Kementerian Luar Negeri (Kemlu) yang ditemukan tewas dengan kepala terlilit lakban di kamar kosnya, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (8/7/2025).
    Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Kombes Pol Wira Satya Triputra mengungkapkan, penyelidik sejauh ini belum menemukan unsur pidana terkait kasus tersebut.
    “Disimpulkan bahwa indikator dari kematian ADP mengarah pada indikasi meninggal tanpa keterlibatan pihak lain,” ujar Wira dalam jumpa pers di Polda Metro Jaya, Selasa (29/7/2025).
    Meski begitu, kasus ini tidak ditutup. Polisi masih menerima informasi baru terkait kematian pria asal Yogyakarta tersebut.
    Kompas.com
    merangkum sederet fakta yang ditemukan Subdit Resmob Ditreskrimum Polda Metro Jaya selama proses penyelidikan berlangsung.
    Berdasarkan hasil pemeriksaan luar oleh dokter forensik dari Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo, ditemukan luka lecet pada wajah dan leher, luka terbuka pada bibir, memar pada wajah, bibir, serta lengan kanan, dan adanya tanda-tanda perbendungan.
    Pemeriksaan dalam menunjukkan adanya darah berwarna gelap dan encer, lendir serta busa halus pada batang tenggorok, paru-paru sembab, tanda-tanda perbendungan pada seluruh organ dalam, dan tidak ditemukan penyakit pada organ-organ tersebut.
    Pemeriksaan laboratorium toksikologi tidak menemukan zat yang mengganggu pertukaran oksigen. Tidak ditemukan pula penyakit atau zat yang menyebabkan gangguan pertukaran oksigen pada organ maupun jaringan tubuh.
    “Maka sebab mati almarhum akibat gangguan pertukaran oksigen pada saluran nafas atas yang menyebabkan mati lemas,” tegas dr. G. Yoga Tohijiwa, Sp.F.M., dokter forensik dari Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo.
    ADP sempat memiliki keinginan untuk mengakhiri hidupnya pada 2013, yang kembali menguat pada 2021. Namun, pada kedua periode tersebut, keinginan itu akhirnya dibatalkan oleh yang bersangkutan.
    Berdasarkan hasil pemeriksaan forensik digital ponsel Samsung Note 9, ditemukan riwayat komunikasi antara email daru_c
    @
    yahoo.com dengan salah satu badan amal sebanyak dua segmen.
    Badan amal itu menyediakan layanan dukungan terhadap orang yang memiliki emosional atau perasaan tertekan dan putus asa, termasuk menyebabkan bunuh diri.
    Pada 2013, ADP berkomunikasi dengan layanan badan amal tersebut sebanyak 11 kali, mulai 20 Juni hingga 20 Juli.
    “Di situ sudah saya sampaikan pada penyidik yang menangani. Pada intinya adalah menceritakan tentang alasan, ada keinginan untuk bunuh diri,” ungkap dia.
    Segmen kedua pada 2021, korban berkomunikasi melalui email sebanyak sembilan kali, mulai 24 September hingga 5 Oktober.
    “Intinya adalah sama, ada niatan yang semakin kuat untuk melakukan bunuh diri karena
    problem
    yang dihadapi,” tegas dia.
    Ponsel Samsung Note 9 merupakan ponsel ADP yang sudah tidak lagi digunakan. Ia sehari-hari memakai ponsel Samsung S22 Ultra.
    Menurut pemeriksaan forensik digital, ponsel Samsung Note 9 pertama kali aktif pada 29 Juni 2019 dan berakhir pada 21 September 2022. Namun, ponsel tersebut sempat diaktifkan kembali pada Januari 2024.
    Ponsel Samsung S22 Ultra sampai saat ini belum ditemukan karena masih dalam proses pencarian. Alat komunikasi itu terakhir kali aktif di Grand Indonesia, Jakarta Pusat, Senin (7/7/2025).
    Ketua Umum Asosiasi Psikologi Forensik (Apsifor) Himpunan Psikologi Indonesia (Himpsi), Nathanael Sumampouw, mengungkapkan kondisi psikologis ADP melalui pendekatan otopsi psikologis.
    Pada masa-masa akhir kehidupannya sebagai seorangan diplomat, mendiang mengemban peran melindungi Warga Negara Indonesia (WNI) yang terjebak dalam situasi krisis demi memastikan negara hadir bagi mereka di luar negeri.
    Peran tersebut menuntut korban berempati tinggi, mempunyai kepekaan emosional, serta ketahanan psikologis dan sensitivitas sosial.
    “Yang (peran) ini semua tentu menimbulkan dampak seperti
    burnout
    ,
    compassion fatigue
    atau kelelahan kepedulian, terus menerus terpapar dengan pengalaman-pengalaman penderitaan, trauma,” kata Nathanael.
    Namun, ADP dikenal di lingkungannya sebagai pribadi yang positif, bertanggung jawab, suportif terhadap rekan kerja, pekerja keras, dapat diandalkan, dan peduli terhadap sesama.
    Sebagai pribadi yang berupaya menunjukkan karakter dan kualitas diri di lingkungan sekitar, ADP mengalami kesulitan dalam mengekspresikan emosi negatif, terutama saat menghadapi tekanan tinggi.
    “Tekanan tersebut dihayati secara mendalam sehingga mempengaruhi bagaimana almarhum memandang dirinya, memandang lingkungan, memandang masa depan,” ungkap dia.
    Walau begitu, korban berusaha menginternalisasi berbagai emosi negatif dan tidak menunjukkannya di depan orang lain.
    “Meskipun demikian kami menemukan bahwa pada almarhum ada riwayat di mana berupaya untuk mengakses layanan kesehatan mental secara daring,” ujar dia.
    “Terakhir kali, dari data-data yang dihimpun, kami melihat kurang lebih pada tahun 2021. Awalnya dari data yang dihimpun dari tahun 2013,” tambah dia lagi.
    Meski menghadapi dinamika psikologis yang kompleks, kepribadian ADP yang cenderung menekan perasaan membuatnya sulit mengelola kondisi psikologis negatif secara adaptif dan lebih memilih untuk menutupinya.
    Dinamika batin tersebut membuat almarhum mengalami hambatan pribadi dalam mengakses dukungan, baik dari lingkungan terdekat maupun tenaga kesehatan mental.
    “Setelah terakumulasi penghayatan almarhum tersebut mengenai dirinya, masalah tekanan hidup, di episode terakhir kehidupannya ini, kemudian mempengaruhi proses pengambilan keputusan almarhum terkait cara kematiannya atau upaya untuk mengakhiri kehidupannya,” ungkap Nathanael.
    Berdasarkan hasil pemeriksaan toksikologi, ditemukan sejumlah senyawa obat dalam beberapa organ dan cairan tubuh korban.
    Pada jaringan otak, terdeteksi keberadaan
    paracetamol
    . Sementara itu, pada organ empedu, limpa, hati, lambung, serta pada darah korban, ditemukan senyawa chlorpheniramine. Temuan yang sama juga terdeteksi pada urine, yang mengandung
    paracetamol
    dan
    chlorpheniramine
    .
    Adapun pada ginjal korban, teridentifikasi kombinasi kedua zat tersebut, yaitu
    paracetamol
    dan
    chlorpheniramine
    .
    “Kesimpulannya, pemeriksaan menunjukkan seluruh sampel organ dan cairan tubuh tidak terdeteksi senyawa toksin umum seperti pestisida, sianida, arsenik, alkohol maupun narkoba,” tegas AKP Adi Laksono, pemeriksa dari Subdit Toksikologi Forensik Bareskrim Polri.
    “Namun ditemukan kandungan parasetamol dan
    chlorpheniramin
    pada berbagai jaringan dan cairan tubuh ADP,” tambah dia.
    Menurut studi literatur farmakologi,
    chlorpheniramin
    adalah jenis
    antihistamin
    yang digunakan untuk meredakan gejala alergi, di antaranya hidung tersumbat dan bersin, serta dapat menyebabkan efek samping ringan seperti kantuk.
    “Parasetamol adalah sejenis obat yang dapat meredakan nyeri serta menurunkan demam,” ungkapnya.
    Kombinasi kedua jenis senyawa tersebut umumnya ditemukan pada obat flu dan demam yang beredar di pasaran.
    Temuan ini menunjukkan adanya konsumsi atau paparan obat sebelum kematian.
    Bunuh diri bisa terjadi di saat seseorang mengalami depresi dan tak ada orang yang membantu.
    Jika Anda memiliki permasalahan yang sama, jangan menyerah dan memutuskan mengakhiri hidup. Anda tidak sendiri.
    Layanan konseling bisa menjadi pilihan Anda untuk meringankan keresahan yang ada.
    Untuk mendapatkan layanan kesehatan jiwa atau untuk mendapatkan berbagai alternatif layanan konseling, Anda bisa simak website Into the Light Indonesia di bawah ini:
    https://www.intothelightid.org/tentang-bunuh-diri/hotline-dan-konseling/
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Kriminal kemarin, kematian diplomat Kemlu hingga aksi mesum di TPU

    Kriminal kemarin, kematian diplomat Kemlu hingga aksi mesum di TPU

    Jakarta (ANTARA) – Peristiwa kriminal terjadi di wilayah DKI Jakarta pada Selasa (29/7) mulai dari hasil autopsi dan barang bukti yang diduga milik mendiang diplomat muda sekaligus staf Kementerian Luar Negeri (Kemlu), Arya Daru Pangayunan (ADP) hingga aksi mesum di TPU Kebon Nanas.

    Selain itu, terdapat berita kriminal lainnya yang menarik untuk disimak pada pagi ini. Berikut rangkumannya:

    1. Polisi tampilkan barang bukti terkait kematian diplomat Kemlu

    Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya menampilkan sejumlah barang bukti yang diduga milik mendiang diplomat muda sekaligus staf Kementerian Luar Negeri (Kemlu), Arya Daru Pangayunan (ADP).

    Informasi yang dihimpun oleh ANTARA di lokasi konferensi pers, Aula Satya Haprabu Gedung Ditreskrimum Polda Metro Jaya, Selasa, menyebutkan, barang bukti itu yaitu pakaian, dua unit laptop, lakban kuning, kartu akses gerbang, kartu akses kamar 105, empat unit diska lepas (flashdisk) dan sejumlah perlengkapan pribadi lainnya.

    2. Ini respon Kepala Pengelola TPU Kebon Nanas soal aksi mesum yang viral

    Pengelola Tempat Pemakaman Umum (TPU) Kebon Nanas, Jakarta Timur, angkat bicara terkait aksi mesum yang viral dan memicu keresahan warga di sekitar pemakaman tersebut.

    “Untuk kemarin yang melakukan perbuatan mesum sebetulnya bukan satu-dua ya, tetapi sering. Kemudian aksi yang viral terjadi pada Minggu (27/7) kurang lebih sekitar pukul sembilan pagi,” kata Kepala TPU Kebon Nanas Muhaimin di lokasi Cipinang Besar Selatan, Jakarta Timur, Selasa.

    3. Kepolisian usut aksi pencurian bersenjata api di Jakbar

    Kepolisian menyelidiki aksi pencurian sepeda motor menggunakan senjata api yang terjadi di Jalan Hadiah RT 012/RW 03 Jelambar, Jakarta Barat, pada Selasa siang.

    Kepala Unit Reserse Kriminal (Kanit Reskrim) Polsek Grogol Petamburan AKP Aprino Tamara menyebutkan, pihaknya tengah memeriksa tempat kejadian perkara (TKP).

    4. Hasil autopsi jenazah Arya Daru, ditemukan sejumlah luka

    Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) menemukan sejumlah luka pada jenazah diplomat muda Kementerian Luar Negeri Arya Daru Pangayunan (ADP) berdasarkan hasil autopsi.

    “Dari pemeriksaan luar ditemukan luka-luka lecet pada wajah dan leher, luka terbuka pada bibir, memar-memar pada wajah, bibir dan anggota gerak atas kanan serta terdapat tanda-tanda perbendungan,” kata dr.G.Yoga Tohijiwa dari RSCM saat konferensi pers di Polda Metro Jaya, Jakarta, Selasa.

    5. Dua pria pencuri tas penumpang kereta di Tambora ditangkap

    Polisi menangkap dua pencuri tas penumpang kereta Commuter Line kurang dari 24 jam setelah aksi pelaku terekam kamera pengawas (CCTV) dan viral di media sosial.

    Kejadian ini terjadi pada Rabu (23/7), saat kereta berhenti di Stasiun Tambora, Jakarta Barat.

    Pewarta: Siti Nurhaliza
    Editor: Syaiful Hakim
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Polisi Pastikan Tak Ada Kejanggalan Rekaman CCTV pada Kasus Kematian Diplomat Arya

    Polisi Pastikan Tak Ada Kejanggalan Rekaman CCTV pada Kasus Kematian Diplomat Arya

    Bisnis.com, JAKARTA — Polda Metro Jaya memastikan rekaman CCTV dalam kasus kematian Diplomat Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Arya Daru Pangayunan (39) telah sinkron atau bersesuaian.

    Direktur Reskrimum Polda Metro Jaya, Kombes Wira Satya Triputra mengatakan rekaman kamera pengawas itu telah sinkron dari satu tempat ke tempat lainnya.

    “Pada setiap frame yang saling bersesuaian dengan tidak ditemukan adanya pemotongan ataupun penyisipan pada file multimedia,” ujar Wira di Polda Metro Jaya, Selasa (29/7/2025).

    Dia menjelaskan titik krusial menjelang kematian Arya berdasarkan uji lab forensik digital. Mulanya, Arya terpantau berada di mal Grand Indonesia sekitar 17.52 WIB.

    Tak sendiri, Arya tampak bersama dua rekannya, Vara dan Dion. Setelah berada di GI, Arya kemudian bergegas keluar dengan tujuan menuju bandara.

    Namun, saat di tengah jalan, Arya memutuskan untuk memutar balik tujuannya ke Gedung Kemlu RI. Arya terpantau memasuki Gedung Kemlu sekitar 21.39 WIB.

    “Selanjutnya korban berada di rooftop gedung Kemenlu pada lantai 12 pada pukul 21.43 WIB ini naik ya 21.43 keberadaan daripada korban di rooftop itu kurang lebih selama satu jam 26 menit,” tutur Wira.

    Di atas Gedung Kemlu itu, Arya sempat membawa tas belanja dan tas gendongnya. Namun, saat turun dari rooftop, Arya sudah melepaskan kedua tasnya itu. 

    Dugaannya, Arya juga sempat memanjat tembok di atas rooftop tersebut. Kemudian, sekitar 22.12 WIB, Arya terpantau keluar dari Gedung Kemlu RI.

    Diplomat itu kemudian tiba di rumah kos sekitar 23.23 WIB. Sempat, Arya juga membuang sampah saat tiba di kamar indekosnya, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (7/7/2025).

    Sehari berselang, Arya kemudian ditemukan tewas dengan kepala terbungkus lakban kuning. Posisi Arya juga nampak terlentang dengan tertutup selimut.

  • Apsifor ungkap temuan bermakna terkait kematian Arya Daru

    Apsifor ungkap temuan bermakna terkait kematian Arya Daru

    Jakarta (ANTARA) – Asosiasi Psikologi Forensik (Apsifor) Himpunan Psikologi Indonesia (Himpsi) mengungkapkan adanya sejumlah temuan yang bermakna terkait kematian diplomat muda Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Arya Daru Pangayunan.

    “Kami mewawancarai secara mendalam keluarga, rekan kerja, atasan dan individu-individu yang mengenal almarhum dan juga menelaah dokumen informasi yang relevan tentang kehidupan pribadi dan profesional almarhum,” kata perwakilan Apsifor Himpsi, Nathanael EJ Sumampouw saat konferensi pers di Polda Metro Jaya, Selasa.

    Pertama, kata Nathanael, almarhum merupakan individu yang dikenal lingkungannya sebagai pribadi dengan karakter positif.

    “Beliau bertanggung jawab, suportif terhadap rekan kerja, pekerja keras, sangat diandalkan dan merupakan individu yang peduli terhadap lingkungannya,” kata dia.

    Almarhum juga dikenal sebagai sosok yang selalu berusaha menampilkan karakter diri dan kualitas diri di lingkungan dan mengalami kesulitan dalam mengekspresikan emosi negatif yang kuat, terutama dalam situasi tekanan yang tinggi.

    “Tekanan tersebut dihayati secara mendalam sehingga mempengaruhi bagaimana almarhum memandang dirinya, memandang lingkungan, memandang masa depan,” kata Nathanael.

    Almarhum juga berusaha menginteralisasi berbagai emosi negatif yang dirasakan dan berupaya tidak menunjukkannya di depan orang lain.

    “Meskipun demikian kami menemukan, pada almarhum ada riwayat dimana berupaya untuk mengakses layanan kesehatan mental secara daring. Terakhir kali dari data-data yang dihimpun, kami melihat kurang lebih pada tahun 2013 dan 2021,” katanya.

    Ia juga menyebutkan bahwa di situasi akhir kehidupannya yang bersangkutan mengalami satu tekanan psikologis. “Lalu berkaitan dengan perilaku “self harm”, memang itu sesuatu yang umumnya pada beberapa kasus dilakukan individu,” katanya.

    Namun pada orang yang berinteraksi dengan yang bersangkutan di periode terakhir kehidupannya, tidak teramati hal tersebut.

    Kedua, juga mengenai ‘bullying’, kami mendapatkan data malah sebaliknya. Di lingkungan kerja yang bersangkutan dipersepsikan oleh atasan sebagai staf yang sangat bisa diandalkan,” katanya.

    Almarhum Arya Daru Pangayunan (ADP), menurut dia, dipersepsikan oleh rekan kerja menjadi kolega yang sangat positif, bertanggungjawab dan juga tempat bertanya serta memberikan motivasi kepada rekan kerja kepada junior.

    Pewarta: Ilham Kausar
    Editor: Sri Muryono
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Terungkap! Penjaga Kos Geser CCTV di Depan Kamar Kos Diplomat Kemlu Arya Daru

    Terungkap! Penjaga Kos Geser CCTV di Depan Kamar Kos Diplomat Kemlu Arya Daru

    GELORA.CO –  Misteri pergeseran kamera CCTV di depan kamar kos tempat ditemukannya jenazah Diplomat Kementlu, ADP (39) akhirnya terkuak. 

    Direktur Reserse Kriminal Umum (Dirkrimum) Polda Metro Jaya, Kombes Wira Satya Triputra mengatakan CCTV tersebut digeser atas permintaan istri korban kepada penjaga kos.

    Dijelaskannya, perubahan arah CCTV itu terjadi dalam konteks upaya membuka paksa kamar ADP yang tak kunjung merespons saat dihubungi.

    “Terkait dengan CCTV kenapa bergeser, hal tersebut terjadi setelah adanya permintaan dari istri kepada penjaga kos. Waktu itu lewat telepon sama saksi berinisial S,” katanya kepada awak media, Selasa 29 Juli 2025.

    Diterangkannya, permintaan itu ditujukan agar kamar korban bisa didobrak, karena sang istri khawatir terhadap kondisi suaminya yang tidak bisa dihubungi.

    “Hal tersebut disampaikan (penjaga ke) pemilik kos dengan menggeser sudut CCTV,” terangnya.

    Setelah CCTV digeser, penjaga kos pun akhirnya mendobrak pintu dan jendela kamar ADP. Proses pembukaan paksa itu turut didokumentasikan oleh salah satu teman sekamar ADP, yang juga ikut membantu.

    “Hal ini juga diperkuat dengan adanya video yang diambil oleh teman sekamarnya yang ikut mendobraknya,” ucapnya.

    24 Saksi Diperiksa

    Sementara Polda Metro Jaya telah memeriksa 24 saksi terkait kematian Diplomat Kemenlu, ADP.

    Kasubbid Penmas Polda Metro Jaya, AKBP Reonald Simanjuntak mengatakan bahwa pemeriksaan saksi-saksi tersebut dilakukan untuk mengumpulkan informasi yang lebih banyak tentang kasus ini.

    “Dari 24 saksi yang diperiksa, 6 orang berasal dari tempat tinggal korban, termasuk penjaga kos, 1 orang keluarga yaitu istri korban, 7 orang dari lingkungan kerja, 4 saksi lainnya yang berhubungan dengan korban, termasuk sopir taksi dan dokter rawat jalan,” bebernya.

    Selain itu, 6 orang saksi ahli juga telah diperiksa untuk memberikan keterangan yang lebih spesifik tentang kasus ini.

    Polda Metro Jaya masih terus melakukan penyelidikan untuk mengungkap penyebab kematian Arya Daru Pangayunan. 

    Hasil autopsi telah menunjukkan beberapa temuan yang signifikan dan polisi akan terus memeriksa saksi-saksi lainnya untuk memastikan keadilan bagi korban dan keluarganya.

  • Hasil Lengkap Autopsi Jenazah Diplomat Kemenlu Arya Daru Pangayunan

    Hasil Lengkap Autopsi Jenazah Diplomat Kemenlu Arya Daru Pangayunan

    Bisnis.com, JAKARTA — Dokter Forensik RSCM, Yoga Tohijiwa menyampaikan hasil lengkap autopsi terhadap jenazah Diplomat Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Arya Daru Pangayunan (39).

    Yogi menjelaskan pihaknya telah menerima surat permintaan visum dari kepolisian pada (8/7/2025). Setelah itu, tim medis RSCM langsung melakukan pemeriksaan jenazah Arya.

    Hasilnya, telah ditemukan luka terbuka pada bibir bagian dalam; luka lecet pada wajah dan leher serta memar-memar pada wajah; dan memar anggota gerak atas kanan akibat kekerasan tumpul. 

    Khusus, memar anggota gerak atas kanan akibat gerakan memanjat saat berada di lantai 12 Gedung Kemlu.

    “Diinformasikan oleh penyidik bahwa pada saat di Kemenlu itu di rooftopnya di lantai 12 ada kegiatan untuk memanjat ke tembok. Nah itu yang dapat menyebabkan adanya memar pada lengan atas kanan,” kata Yogi di Polda Metro Jaya, Selasa (29/7/2025).

    Dia menambahkan, pada jenazah Arya juga ditemukan tanda perbendungan seluruh organ dalam. Namun, tidak ditemukan penyakit pada organ dari Arya.

    Selanjutnya, berdasarkan pemeriksaan toksikologi serta histopatologi, pada jenazah Arya juga tidak ditemukan zat yang dapat menyebabkan dampak terhadap pertukaran oksigen.

    Di samping itu, tidak ditemukan juga adanya zat racun seperti sianida, alkohol hingga arsenik. Berdasarkan hasil-hasil autopsi itu, dokter telah berkesimpulan bahwa Diplomat Arya mati akibat gangguan pernafasan.

    “Maka sebab mati almarhum akibat gangguan pertukaran oksigen pada saluran nafas atas yang menyebabkan mati lemas,” pungkas Yogi.

  • Hasil autopsi jenazah Arya Daru, ditemukan sejumlah luka

    Hasil autopsi jenazah Arya Daru, ditemukan sejumlah luka

    Jakarta (ANTARA) – Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) menemukan sejumlah luka pada jenazah diplomat muda Kementerian Luar Negeri Arya Daru Pangayunan (ADP) berdasarkan hasil autopsi.

    “Dari pemeriksaan luar ditemukan luka-luka lecet pada wajah dan leher, luka terbuka pada bibir, memar-memar pada wajah, bibir dan anggota gerak atas kanan serta terdapat tanda-tanda perbendungan,” kata dr.G.Yoga Tohijiwa dari RSCM saat konferensi pers di Polda Metro Jaya, Jakarta, Selasa.

    Yoga menjelaskan, terkait luka memar harus dibedakan lebih dahulu antara lebam dan memar di kedokteran forensik bahwa lebam tersebut terjadi pada saat seseorang telah meninggal.

    “Kemudian berdasarkan hasil gelar perkara diinformasikan oleh penyidik bahwa pada saat di lantai 12 (rooftop) Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) ada kegiatan untuk memanjat ke tembok.

    “Nah itu yang dapat menyebabkan adanya memar pada lengan atas kanan,” katanya.

    Yoga juga menjelaskan organ dalam pada kedua paru ditemukan adanya sembab paru atau pembengkakan pada paru serta pada seluruh organ-organ dalam itu ditemukan adanya pelebaran pembuluh darah dan juga bintik-bintik perdarahan.

    Dari pemeriksaan-pemeriksaan tersebut seluruh organ kita ambil sampel jaringannya, baik itu untuk dilakukan pemeriksaan toksikologi dan juga pemeriksaan istokatologi.

    “Pemeriksaan awal toksikologi di RSCM dilakukan pemeriksaan penyaring napsa dan juga alkohol menggunakan sampel urine didapatkan hasil negatif,” katanya.

    Yoga menambahkan hasil pemeriksaan istokatologi dikonfirmasi luka yang ada di bibir bagian dalam. Didapatkan hasil dari istokatologi forensik bahwa terdapat gambaran perdarahan pada luka tersebut yang sesuai dengan tanda intrafitalitas luka.

    Artinya, luka tersebut terjadi pada saat almarhum masih hidup. “Selanjutnya ditemukan gambaran kekurangan oksigen pada jaringan jantung adanya gambaran jejas kekurangan oksigen akut,” katanya.

    Selanjutnya, pada paru-paru ditemukan adanya gambaran perbendungan disertai pembengkakan serta organ-organ dalam lainnya terdapat gambaran pelebaran pembuluh darah dan adanya ekstravasasi sel darah merah atau keluarnya sel dari pembuluh-pembuluh darah.

    “Dapat kami simpulkan tidak ditemukan adanya penyakit ataupun zat yang dapat menyebabkan gangguan pertukaran oksigen pada organ ataupun jaringan tubuh almarhum,” katanya.

    “Maka sebab mati almarhum akibat gangguan pertukaran oksigen pada saluran nafas atas yang menyebabkan mati lemas,” kata dia.

    Pewarta: Ilham Kausar
    Editor: Sri Muryono
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Ponsel Utama Diplomat Arya Belum Ketemu, Polisi: Posisi Terakhir di Grand Indonesia

    Ponsel Utama Diplomat Arya Belum Ketemu, Polisi: Posisi Terakhir di Grand Indonesia

    Bisnis.com, JAKARTA — Polda Metro Jaya mengakui masih belum menemukan ponsel harian yang digunakan Diplomat Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Arya Daru Pangayunan (ADP).

    Direktur Reskrimum Polda Metro Jaya, Kombes Wira Satya Triputra mengatakan berdasarkan penelusuran pihaknya, ponsel itu terakhir berada di mall Grand Indonesia (GI).

    “Perlu kami sampaikan bahwa handphone ini terakhir off berada di Grand Indonesia,” kata Wira di Polda Metro Jaya, Selasa (29/7/2025).

    Wira juga mengemukakan bahwa kondisi ponsel yang mati atau off menjadi hambatan dalam proses pencariannya. Dengan demikian, penyelidik mengaku kesulitan untuk menemukan ponsel itu.

    “Ya kalau namanya handphone off kita juga susah untuk melacaknya,” imbuhnya.

    Tercatat, Arya sempat mengunjungi GI pada Senin (7/7/2025). Setelahnya, Arya hendak menuju bandara. Namun, setelah berjalan sekitar 300 meter, Arya justru berbalik arah menuju Gedung Kemenlu RI.

    “Jadi enggak sampai, paling baru berjalan sekitar 200-300 meter langsung balik arah menuju ke arah Kemenlu,” tutur Wira.

    Di Gedung Kemlu itu, Arya sempat membawa barang belanjaan dan tas menuju lantai 12 atau rooftop. Sekitar satu jam di lokasi, Arya kemudian kembali ke indekosnya di Menteng, Jakarta.

    Sehari berselang, Arya kemudian ditemukan tewas dengan kondisi kepala dibungkus lakban kuning dan tubuh terlentang. Dalam hal ini, kepolisian menyimpulkan bahwa Arya tewas tanpa melibatkan pihak lain atau bunuh diri.