Kementrian Lembaga: Kemlu

  • Keluarga kenang sosok staf KBRI korban penembakan OTK di Peru

    Keluarga kenang sosok staf KBRI korban penembakan OTK di Peru

    Beliau ini adalah salah satu utusan dari Kemenlu, jadi dia sering tugas ke beberapa negara dan salah satu kebanggaan keluarga. Orangnya low profil ya, terus dia sangat membantu buat keluarga dan teman-temannya

    Tangerang Selatan (ANTARA) – Keluarga staf Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Lima, Peru, Zetro Leonardo Purba (40), yang merupakan korban penembakan orang tak dikenal (OTK) di Lima pada Senin (1/9) malam mengenang sosok almarhum sebagai pribadi yang rendah hati.

    “Saya sendiri ketemunya pas dia mau berangkat tugas ke Peru. Komunikasi ke orang tuanya sendiri itu tiap hari gitu, lewat telepon, lewat WhatsApp video,” kata Maradu Munthe, salah satu keluarga mendiang Zetro di Tangerang, Rabu.

    Oleh karena itu, katanya, kabar kepergiannya membuat seluruh keluarga kaget.

    Kabar duka cita ini disampaikan oleh istri almarhum kepada orang tuanya setelah dilakukan perawatan di rumah sakit pasca-peristiwa nahas itu terjadi.

    “Tadi pagi dari istrinya menelepon ke mama almarhum kalau anaknya sedang dibawa ke rumah sakit. Beberapa menit kemudian, dia telepon lagi kalau Zetro sudah meninggal atau dipanggil Tuhan,” jelasnya.

    Dia menuturkan pertemuannya terakhir kali bersama Zetro saat hendak berangkat untuk bertugas ke Peru. “Komunikasi dengan orang tua dan keluarga tidak ada hambatan atau berjalan lancar,” katanya.

    Selain itu, sosok Zetro menjadi kebanggaan keluarga yang dikenal low profil dan pribadinya dikenal baik kepada keluarga serta rekannya.

    “Beliau ini adalah salah satu utusan dari Kemenlu, jadi dia sering tugas ke beberapa negara dan salah satu kebanggaan keluarga,” tuturnya.

    “Orangnya low profil ya, terus dia sangat membantu buat keluarga dan teman-temannya,” ungkapnya.

    Hingga saat ini, pihak keluarga masih menunggu kepulangan jasad Zetro yang rencananya akan diterbangkan langsung dari Peru ke Indonesia.

    Sebelumnya, Seorang staf Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Lima, Peru, Zetro Leonardo Purba, dilaporkan meninggal dunia setelah menjadi korban penembakan di Lima pada Senin malam (1/9) waktu setempat.

    Menurut laporan media setempat Panamericana Television, yang dipantau di Jakarta pada Selasa, staf KBRI Lima tersebut meninggal setelah ditembak tiga kali oleh seseorang yang tak dikenal beberapa meter dari tempat tinggalnya di wilayah Lince, Lima.

    Penata Kanselerai Muda di KBRI Lima tersebut dilaporkan sedang bersepeda bersama istrinya saat ditembak.

    Ia sempat dievakuasi ke Klinik Javier Prado, namun nyawanya tak dapat diselamatkan.

    Sang istri selamat dari penyerangan tersebut, dan ia saat ini masih di bawah perlindungan kepolisian setempat.

    Menurut informasi dari pihak kepolisian setempat, Zetro baru tiba di Peru untuk tugasnya lima bulan yang lalu. Ia diketahui sempat bertugas di KJRI Melbourne, Australia.

    Kepolisian dan tim forensik setempat telah melakukan olah TKP tempat Zetro ditemukan tewas. Menurut informasi dari media setempat, KBRI Lima telah berkoordinasi dengan Kementerian Luar Negeri Peru terkait peristiwa ini.

    Pewarta: Azmi Syamsul Ma’arif
    Editor: Edy M Yakub
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Mendagri Peru Ungkap Staf KBRI Ditembak di Kepala, Tak Ada Barang Dicuri

    Mendagri Peru Ungkap Staf KBRI Ditembak di Kepala, Tak Ada Barang Dicuri

    Lima

    Otoritas Peru mengungkapkan bahwa staf Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Lima, Zetro Leonardo Purba, tewas usai ditembak di kepala oleh pembunuh bayaran. Otoritas Lima juga mengatakan bahwa tidak ada barang milik staf KBRI itu yang dicuri oleh pelaku usai penembakan.

    Informasi tersebut, seperti dilansir Associated Press, Rabu (3/9/2025), diungkapkan oleh Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Peru, Carlos Malaver, saat berbicara kepada para anggota parlemen negara tersebut pada Selasa (2/9) waktu setempat.

    Zetro yang berusia 40 tahun itu bekerja sebagai Penata Kanselerai Muda di KBRI Lima. Keterangan otoritas Peru menyebut Zetro ditembak tiga kali pada Senin (1/9) malam ketika dia tiba di gedung tempat tinggalnya di Lima usai bersepeda dengan istrinya.

    Dia dilarikan ke rumah sakit setempat dalam kondisi luka parah, namun kemudian dinyatakan meninggal dunia.

    Disebutkan Malaver dalam pernyataannya bahwa penembakan staf KBRI itu merupakan “pembunuhan yang memenuhi syarat dalam bentuk pembunuhan kontrak”.

    “Mereka menunggunya dan peluru-peluru itu mengenai kepalanya; mereka ingin membunuhnya,” kata Malaver membahas para tersangka penembakan tersebut.

    Malaver menambahkan bahwa tidak ada barang yang dicuri dari staf KBRI tersebut, yang baru tiba di Peru sekitar lima bulan lalu.

    Kepolisian setempat telah merilis dua rekaman kamera pengawas yang menunjukkan seseorang yang mengenakan helm, yang diduga pelaku, melepas tembakan sebanyak dua kali ke arah Zetro, yang langsung tumbang ke tanah.

    Tonton juga video “Staf KBRI Tewas Tertembak di Peru Diduga Jadi Korban Perampokan” di sini:

    Rekaman kamera pengawas itu kemudian menunjukkan si terduga pelaku menembak staf KBRI itu untuk ketiga kalinya dan langsung melarikan diri dari lokasi dengan sepeda motor yang dikendarai oleh satu orang lainnya.

    Sejauh ini belum ada penangkapan tersangka terkait penembakan mematikan tersebut. Motif penembakan juga belum diketahui secara jelas. Penyelidikan terhadap kasus tersebut masih berlangsung.

    Kementerian Luar Negeri Peru telah menegaskan bahwa pembunuhan staf KBRI itu “akan diselidiki secara menyeluruh dan semua bantuan serta perlindungan yang diperlukan akan diberikan” kepada Duta Besar dan para staf KBRI.

    Penembakan staf KBRI ini terjadi saat angka kejahatan melonjak di Peru, dengan pemerintahan Presiden Dina Boluarte kesulitan mengatasi peningkatan kasus pembunuhan dan pemerasan di negaranya.

    Data resmi menunjukkan sedikitnya 6.041 orang dibunuh antara Januari hingga pertengahan Agustus — angka tertinggi selama periode yang sama sejak tahun 2017.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Mendagri Peru Ungkap Staf KBRI Ditembak di Kepala, Tak Ada Barang Dicuri

    Polisi Peru Terus Buru Pelaku Pembunuhan Staf KBRI

    Jakarta

    Aparat kepolisian Peru terus memburu pembunuh seorang staf Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) yang ditembak mati di luar kediamannya di ibu kota Peru, Lima.

    Dilansir kantor berita AFP, Rabu (3/9/2025), Zetro Leonardo Purba tewas ditembak orang tak dikenal pada Senin (1/9) malam waktu setempat. Dia ditembak oleh seorang pria yang melarikan diri dengan sepeda motor bersama seorang rekannya, demikian menurut foto yang disebarluaskan oleh media Peru.

    Zetro yang berusia 40 tahun itu bekerja sebagai Penata Kanselerai Muda di KBRI Lima. Menurut otoritas setempat, Zetro ditembak tiga kali pada Senin (1/9) malam waktu setempat ketika dia tiba di kediamannya di Lima usai bersepeda bersama istrinya.

    Staf KBRI itu dilarikan ke rumah sakit setempat dalam kondisi luka parah, namun kemudian dinyatakan meninggal dunia.

    Kementerian Luar Negeri Peru dalam sebuah pernyataan, menawarkan untuk meningkatkan keamanan bagi para staf dan KBRI di Lima, yang seperti wilayah lain di Peru, telah mengalami lonjakan kejahatan kekerasan, khususnya pemerasan.

    Kementerian menambahkan bahwa kepolisian Peru “sedang melakukan investigasi yang diperlukan untuk mengklarifikasi latar belakang di balik serangan tersebut dan untuk mengidentifikasi mereka yang bertanggung jawab.”

    Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Peru, Carlos Malaver, menyebut staf KBRI itu tewas ditembak oleh pembunuh bayaran. Malaver, seperti dilansir Associated Press, Rabu, (3/9/2025), mengatakan dalam rapat dengan para anggota parlemen Peru bahwa serangan itu merupakan “pembunuhan yang memenuhi syarat dalam bentuk pembunuhan kontrak”

    Kepolisian setempat telah merilis dua rekaman kamera pengawas yang menunjukkan seseorang yang mengenakan helm, yang diduga pelaku, melepas tembakan sebanyak dua kali ke arah Zetro, yang langsung tumbang ke tanah.

    Tonton juga video “Peru Janji Usut Tuntas Kasus Penembakan Staf KBRI” di sini:

    Rekaman kamera pengawas itu kemudian menunjukkan si terduga pelaku menembak staf KBRI itu untuk ketiga kalinya dan langsung melarikan diri dari lokasi dengan sepeda motor yang dikendarai oleh satu orang lainnya.

    Malaver menambahkan bahwa tidak ada barang yang dicuri dari staf KBRI tersebut, yang baru tiba di Peru sekitar lima bulan lalu. Zetro memiliki seorang istri dan tiga anak.

    “Mereka menunggunya dan peluru-peluru itu mengenai kepalanya; mereka ingin membunuhnya,” kata Malaver membahas tersangka penembakan tersebut.

    Menlu RI Sugiono, dalam pernyataannya, menyerukan “investigasi menyeluruh, transparan, dan cepat, serta perlindungan semaksimal mungkin bagi para personel diplomatik dan warga negara Indonesia di Peru”.

    Tonton juga video “Detik-detik Penembakan Staf KBRI di Peru” di sini:

    Halaman 2 dari 2

    (ita/ita)

  • Mendagri Peru Ungkap Staf KBRI Ditembak di Kepala, Tak Ada Barang Dicuri

    Mendagri Peru Sebut Staf KBRI Tewas Ditembak Pembunuh Bayaran

    Lima

    Otoritas Peru sedang menyelidiki penembakan yang menewaskan seorang staf Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Lima, Zetro Leonardo Purba. Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Peru, Carlos Malaver, menyebut staf KBRI itu tewas ditembak oleh pembunuh bayaran.

    Zetro yang berusia 40 tahun itu bekerja sebagai Penata Kanselerai Muda di KBRI Lima. Menurut otoritas setempat, Zetro ditembak tiga kali pada Senin (1/9) malam ketika dia tiba di gedung tempat tinggalnya di Lima usai bersepeda dengan istrinya.

    Staf KBRI itu dilarikan ke rumah sakit setempat dalam kondisi luka parah, namun kemudian dinyatakan meninggal dunia.

    Otoritas Peru belum menyebutkan dugaan motif di balik penembakan maut itu.

    Namun, Malaver, seperti dilansir Associated Press, Rabu, (3/9/2025), mengatakan dalam rapat dengan para anggota parlemen Peru bahwa serangan itu merupakan “pembunuhan yang memenuhi syarat dalam bentuk pembunuhan kontrak”.

    Kepolisian setempat telah merilis dua rekaman kamera pengawas yang menunjukkan seseorang yang mengenakan helm, yang diduga pelaku, melepas tembakan sebanyak dua kali ke arah Zetro, yang langsung tumbang ke tanah.

    Rekaman kamera pengawas itu kemudian menunjukkan si terduga pelaku menembak staf KBRI itu untuk ketiga kalinya dan langsung melarikan diri dari lokasi dengan sepeda motor yang dikendarai oleh satu orang lainnya.

    Tonton juga video “Kemlu Tingkatkan Perlindungan Diplomat di LN Buntut Zetro Purba Tewas” di sini:

    Malaver menambahkan bahwa tidak ada barang yang dicuri dari staf KBRI tersebut, yang baru tiba di Peru sekitar lima bulan lalu. Zetro memiliki seorang istri dan tiga anak.

    “Mereka menunggunya dan peluru-peluru itu mengenai kepalanya; mereka ingin membunuhnya,” kata Malaver membahas tersangka penembakan tersebut.

    Menlu RI Sugiono, dalam pernyataannya, menyerukan “investigasi menyeluruh, transparan, dan cepat, serta perlindungan semaksimal mungkin bagi para personel diplomatik dan warga negara Indonesia di Peru”.

    Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Peru telah menegaskan bahwa pembunuhan staf KBRI itu “akan diselidiki secara menyeluruh dan semua bantuan serta perlindungan yang diperlukan akan diberikan” kepada Duta Besar dan staf KBRI.

    Menlu Peru Elmer Schialer mengatakan kepada wartawan bahwa masalah utama Peru adalah “ketidakamanan” dan mengakui bahwa pembunuhan staf KBRI itu merupakan “satu lagi peringatan” terkait masalah semacam itu.

    Tonton juga video “Staf KBRI Tewas Tertembak di Peru Diduga Jadi Korban Perampokan” di sini:

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Kemenlu Respons Sorotan PBB soal Demo: Komitmen Lindungi Hak Warga Negara
                
                    
                        
                            Nasional
                        
                        3 September 2025

    Kemenlu Respons Sorotan PBB soal Demo: Komitmen Lindungi Hak Warga Negara Nasional 3 September 2025

    Kemenlu Respons Sorotan PBB soal Demo: Komitmen Lindungi Hak Warga Negara
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Pemerintah melalui Kementerian Luar Negeri memberikan tanggapan atas sorotan Kantor Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (OHCHR) terhadap aksi unjuk rasa yang berujung anarkis pada 25, 28, 29, 30, dan 31 Agustus 2025.
    Dalam keterangan resmi, Kemenlu RI mencatat seluruh masukan dan perhatian yang disampaikan PBB dan merupakan bagian dari pemenuhan hak asasi manusia internasional.
    “Sebagai negara demokratis, Pemerintah menegaskan komitmennya untuk melindungi hak asasi seluruh warga negara, sebagaimana terjamin pada konstitusi, peraturan perundang-undangan, dan hukum internasional,” tulis Kemenlu RI, dikutip Rabu (3/9/2025).
    Kemenlu RI mengatakan, kebebasan berekspresi dan berpendapat secara damai adalah hak dasar yang diakui di tingkat nasional maupun internasional.
    Sebab itu, pemerintah menyesalkan adanya korban jiwa maupun perusakan fasilitas publik, vandalisme, pembakaran, dan penjarahan yang timbul dalam aksi demonstrasi.
    Kemenlu RI juga menyampaikan rasa duka mendalam kepada keluarga korban, dan dukungan akan terus diberikan bagi masyarakat yang terdampak.
    “Setiap aspirasi publik adalah bagian dari kehidupan berdemokrasi, dan negara berkewajiban untuk memastikan agar hak tersebut dapat disalurkan secara damai,” tulis Kemenlu RI.
    Selain itu, pemerintah juga berkomitmen memproses hukum secara transparan kepada aparat yang melanggar prinsip HAM dalam penanganan aksi.
    Kemenlu RI mengatakan, pemerintah akan terus mendorong dialog terbuka dan konstruktif dengan masyarakat maupun pemangku kepentingan di tingkat nasional dan internasional.
    “Upaya ini mencerminkan komitmen pemerintah untuk menjaga keseimbangan antara kebebasan sipil, ketertiban umum, dan harmoni sosial; serta memastikan demokrasi, penegakan hukum, dan penghormatan terhadap HAM dapat berjalan bersama,” tulis Kemenlu RI.
    Sebelumnya, atensi PBB terkait demonstrasi ini disampaikan langsung oleh juru bicara Kantor HAM PBB, Ravina Shamdasani, melalui keterangan videonya, Senin (1/9/2025).
    “Kami mengikuti dengan cermat rangkaian kekerasan di Indonesia dalam konteks protes nasional atas tunjangan DPR, langkah-langkah penghematan, dan dugaan penggunaan kekuatan yang tidak perlu atau berlebihan oleh aparat keamanan,” katanya.
    Ravina mengatakan, pemerintah bersama DPR sebagai pihak berwenang harus menjunjung tinggi hak untuk berserikat, berkumpul, dan kebebasan berpendapat dengan tetap mempertimbangkan norma ketertiban internasional.
    Pihak berwenang tersebut termasuk aparat kepolisian dan militer yang menjaga aksi demonstrasi di depan umum.
    “Semua aparat keamanan, termasuk militer ketika dikerahkan dalam kapasitas penegakan hukum, harus mematuhi prinsip dasar penggunaan kekuatan dan senjata api oleh aparat penegak hukum,” katanya.
    Selain itu, Ravina juga menegaskan dorongan investigasi menyeluruh terhadap dugaan penggunaan kekuatan berlebihan aparat yang menewaskan setidaknya 10 orang dalam aksi demonstrasi tersebut.
    Dia meminta agar kasus ini diinvestigasi secara mendalam agar memberikan kejelasan terkait penyebab kematian para korban.
    “Penting juga agar media massa diizinkan meliput secara bebas dan independen,” imbuhnya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Ini Profil Diplomat Peru Zetro Leonardo Purba

    Ini Profil Diplomat Peru Zetro Leonardo Purba

    Bisnis.com, JAKARTA — Penata Kanselerai Muda KBRI Lima, Peru pada Kementerian Luar Negeri Zetro Leonardo Purba tutup usia akibat ditembak orang tidak dikenal (OTK) ketika bersepeda di Lima, Peru.

    Zetro Leonardo Purba sering disebut juga Leonardo Zetro Purba merupakan diplomat karier Indonesia. Berusia sekitar 40 tahun dan baru menjalani tugas sebagai Penata Kanselerai Muda di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Lima, Peru, sejak awal 2025 kurang lebih baru lima bulan.

    Jejak Karier Sebelumnya:

    2019–2022: Bertugas di Konsulat Jenderal RI (KJRI) Melbourne sebagai Bendahara & Penata Kerumahtanggaan.   

    2024: Menjabat sebagai Sub Manajer Kinerja Organisasi di Sekretariat Ditjen Kerja Sama ASEAN, Kementerian Luar Negeri RI.  

    2018: Meraih Sertifikasi Bendahara Negara Tersertifikasi (BNT) pada 6 Juni 2018.

    Kolega mengenangnya sebagai pribadi yang ramah, pekerja keras, rendah hati, dan sangat berdedikasi.  Zetro dikenal sebagai sarjana akuntansi yang cukup giat pada bidang pendidikannya.

    Sebelumnya, Penata Kanselerai Muda KBRI Lima, Peru pada Kementerian Luar Negeri Zetro Leonardo Purba tutup usia akibat ditembak orang tak dikenal (OTK) di Lima, Peru.

    Menteri Luar Negeri, Sugiono menegaskan pihaknya akan mengusut tuntas perkara penembakan tersebut. Dia juga mengaku sudah berkoordinasi dengan Kepolisian di Peru dan pihak Kementerian Luar Negeri Peru untuk menyelidiki kasus penembakan itu hingga tuntas.

    “Kami sudah sampaikan ke Kemenlu Peru dan kepolisian di sana untuk menyelidiki kasus ini hingga tuntas,” tuturnya dalam keterangan resminya di Jakarta, Selasa (2/9).

    Dia juga meminta pihak KBRI di Lima Peru untuk mengawal terus perkembangan penyelidikan kasus penembakan tersebut sekaligus mengawal proses pemulangan almarhum ke Tanah Air.

    “Kawal proses pemulangan almarhum ke Indonesia,” katanya.

    Sugiono juga menyampaikan dukacita yang mendalam atas tewasnya Zetro Leonardo Purba yang ditembak OTK beberapa waktu lalu di Lima, Peru.

    “Saya selaku pimpinan Kementerian Luar Negeri luar merasakan duka yang begitu mendalam. Beliau meninggalkan istri dan tiga orang anak,” ujarnya.

    Dia mendoakan almarhum mendapatkan tempat terbaik di sisi Tuhan dan keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan. “Semoga keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan,” tuturnya.

  • Asosiasi Cendekiawan Vonis Israel Lakukan Genosida

    Asosiasi Cendekiawan Vonis Israel Lakukan Genosida

    Jakarta

    Serangan udara dan tembakan artileri berulang kali menggema sejak Israel pekan lalu mendeklarasikan Kota Gaza sebagai zona pertempuran. Di pinggir kota dan di kamp pengungsi Jabaliya, warga mengaku melihat robot bermuatan bahan peledak dikerahkan untuk menghancurkan bangunan.

    “Malam yang mengerikan terjadi lagi di Kota Gaza,” kata Saeed Abu Elaish, seorang tenaga medis kelahiran Jabaliya yang berlindung di sisi barat laut kota.

    Rumah sakit-rumah sakit di Gaza melaporkan sedikitnya 31 orang tewas akibat serangan Israel pada hari Senin (01/09), lebih dari setengah korban itu adalah perempuan dan anak-anak.

    Israel menyatakan hanya menargetkan militan dan menyalahkan Hamas atas jatuhnya korban sipil karena kelompok tersebut — yang kini sebagian besar beroperasi sebagai organisasi gerilya — beroperasi di daerah padat penduduk.

    Ancaman ganda: Perang dan kelaparan

    Banyak warga Kota Gaza, banyak di antaranya telah mengungsi berulang kali akibat perang, kini menghadapi ancaman ganda: pertempuran dan kelaparan. Otoritas tertinggi dunia dalam krisis pangan menyatakan bulan lalu bahwa wilayah tersebut sedang mengalami kelaparan— krisis yang dipicu oleh pertempuran yang terus berlangsung dan blokade Israel, diperparah oleh pengungsian massal berulang kali serta runtuhnya produksi pangan.

    Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, sebanyak 63.557 warga Palestina telah tewas dalam perang, dengan 160.660 lainnya terluka. Kementerian tidak membedakan antara warga sipil dan kombatan dalam laporannya, namun menyebut sekitar setengah dari korban tewas adalah perempuan dan anak-anak.

    Meskipun kementerian tersebut merupakan bagian dari pemerintahan yang dikelola Hamas, stafnya terdiri dari tenaga medis profesional. Badan-badan PBB dan banyak ahli independen menganggap data tersebut sebagai perkiraan korban perang yang paling dapat dipercaya. Israel membantah angka itu, tetapi belum mempublikasikan datanya sendiri.

    Cendekiawan tuduh Israel lakukan genosida

    Organisasi profesional terbesar di dunia dalam bidang studi genosida menyatakan pada hari Senin (01/09) bahwa Israel sedang melakukan genosida di Gaza.

    Israel dengan tegas menolak tuduhan tersebut. Pemerintah di Tel Aviv mengklaim pihaknya telah berusaha semaksimal mungkin untuk menghindari korban sipil, dan bahwa perang ini adalah tindakan bela diri setelah serangan Hamas yang disebut Israel sebagai tindakan genosida.

    Resolusi dari International Association of Genocide Scholars — organisasi dengan sekitar 500 anggota di seluruh dunia, termasuk sejumlah pakar holokaus— menyatakan bahwa “kebijakan dan tindakan Israel di Gaza memenuhi definisi hukum genosida,” serta termasuk kejahatan terhadap kemanusiaan dan kejahatan perang.

    Resolusi tersebut didukung oleh 86% anggota yang memberikan suara, meskipun detail pemungutan suara tidak dipublikasikan.

    “Orang-orang yang ahli dalam studi genosida dapat melihat situasi ini sebagaimana adanya,” kata Melanie O’Brien, presiden organisasi tersebut dan profesor hukum internasional di Universitas Australia Barat, kepada Associated Press.

    Kementerian Luar Negeri Israel menyebut pernyataan itu sebagai “aib bagi profesi hukum dan standar akademik apa pun.” Mereka mengatakan kesimpulan itu “sepenuhnya didasarkan pada kampanye kebohongan Hamas.”

    Pada bulan Juli, dua kelompok hak asasi terkemuka asal Israel — B’Tselem dan Physicians for Human Rights-Israel — juga menyatakan bahwa Israel melakukan genosida di Gaza. Meski pandangan ini tidak mewakili opini arus utama di Israel, ini adalah pertama kalinya organisasi Yahudi lokal melayangkan tuduhan tersebut. Kelompok hak asasi internasional juga telah mengemukakan tuduhan serupa.

    Pelayat luapkan kemarahan di pemakaman

    Ribuan warga Israel berkumpul untuk pemakaman Idan Shtivi, salah satu dari dua sandera yang jenazahnya ditemukan dalam operasi militer pekan lalu. Pemakaman pribadi digelar untuk Ilan Weiss, sandera lainnya.

    Beberapa pelayat meluapkan kemarahan terhadap pemerintah karena belum mencapai kesepakatan dengan Hamas untuk mengakhiri perang dan membebaskan para sandera yang tersisa.

    “Sangat, sangat menyakitkan bahwa tidak ada satu pun orang dari pemerintah ini yang berdiri dan berkata: sudah cukup,” kata Ami Dagan, pelayat dari Rishon Letzion.

    “Ini mengerikan, kesedihan dan duka yang sangat dalam, tidak ada kata-kata yang bisa menggambarkan kemarahan, penghinaan terhadap para sandera, terhadap yang gugur, terhadap para tentara yang dikirim ke Gaza,” kata pelayat lain, Ruti Taro. “Tidak ada yang tahu mengapa, kecuali untuk penguasa yang haus kekuasaan.”

    Banyak warga Israel menuduh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memperpanjang perang untuk kepentingan politik pribadi, dan unjuk rasa massal menuntut gencatan senjata serta pembebasan sandera terus membesar dalam beberapa pekan terakhir.

    Armada kapal aktivis tinggalkan Barcelona setelah tertunda badai

    Sebuah armada kapal aktivis menuju Gaza berangkat dari Barcelona beberapa jam setelah penundaan akibat cuaca buruk.

    Global Sumud Flotilla, yang terdiri dari sekitar 20 kapal dengan peserta dari 44 negara, sebelumnya telah berlayar namun kembali ke pelabuhan karena alasan keselamatan. Misi ini mencakup aktivis iklim Greta Thunberg, yang juga ikut dalam armada sebelumnya yang dicegat pada bulan Juli.

    Armada ini adalah upaya terbesar sejauh ini untuk secara simbolis menembus blokade Israel di Gaza. Semua armada sebelumnya telah dicegat oleh pasukan Israel di laut. Israel menyatakan bahwa blokade tersebut diperlukan untuk mencegah Hamas menyelundupkan senjata, dan bahwa terdapat berbagai jalur lain untuk menyalurkan bantuan ke Gaza.

    Namun, Israel telah mengambil langkah-langkah tambahan untuk membatasi pengiriman makanan ke Gaza utara seiring ofensifnya yang berlanjut di Kota Gaza.

    Editor: Rizki Nugraha

    Tonton juga Video Penampakan Gaza Sebelum dan Setelah Genosida Israel

    (ita/ita)

  • Pimpinan Komisi I Minta Evaluasi Sistem Keamanan Perwakilan RI Usai Diplomat Ditembak di Peru
                
                    
                        
                            Nasional
                        
                        2 September 2025

    Pimpinan Komisi I Minta Evaluasi Sistem Keamanan Perwakilan RI Usai Diplomat Ditembak di Peru Nasional 2 September 2025

    Pimpinan Komisi I Minta Evaluasi Sistem Keamanan Perwakilan RI Usai Diplomat Ditembak di Peru
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Wakil Ketua Komisi I DPR RI Dave Laksono meminta pemerintah mengevaluasi sistem keamanan perwakilan RI di luar negeri, usai ditembaknya diplomat muda Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) yang bertugas di KBRI Lima, Peru, Zetro Leonardo Purba.
    Evaluasi meliputi penempatan personel, koordinasi dengan aparat lokal, dan mitigasi risiko.
    “Pemerintah, khususnya Kemenlu, perlu segera mengevaluasi sistem keamanan bagi seluruh perwakilan RI di luar negeri, termasuk penempatan personel, koordinasi dengan aparat lokal, dan mitigasi risiko,” kata Dave dalam siaran pers, Selasa (2/9/2025).
    Dave juga mendesak otoritas Peru melakukan investigasi yang menyeluruh dan transparan, serta memastikan pelaku diadili sesuai hukum yang berlaku, dengan pengawalan aktif dari Kemenlu melalui jalur diplomatik dan hukum.
    Menurutnya, sebagai mitra kerja Kemenlu di parlemen, pihaknya mendorong langkah-langkah konkret untuk memastikan perlindungan, keadilan, dan akuntabilitas dalam kasus ini.
    “Negara juga wajib hadir memberikan pendampingan psikologis, hukum, dan administratif kepada keluarga almarhum, serta menjamin pemenuhan hak-hak beliau sebagai ASN dan diplomat,” ucapnya.
    Tak hanya itu, ia menyampaikan duka cita yang mendalam atas wafatnya Zetro Leonardo Purba.
    Peristiwa penembakan ini adalah tragedi yang sangat mengusik kemanusiaan.
    “Peristiwa penembakan yang merenggut nyawa beliau adalah tragedi yang sangat mengusik rasa kemanusiaan dan menjadi perhatian serius bagi kami di Komisi I DPR RI,” tandas Dave.
    Sebelumnya diberitakan, Zetro Leonardo Purba menjadi korban penembakan di Lima pada Senin (1/9/2025) waktu setempat.
    Zetro Leonardo Purba ditembak sebanyak tiga kali oleh orang tidak dikenal, tak jauh dari kediamannya di wilayah Lince, Lima, Peru.
    Kepolisian dan tim forensik setempat telah melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) penembakan Zetro Leonardo Purba.
    Menurut informasi dari media setempat, KBRI Lima telah berkoordinasi dengan Kementerian Luar Negeri Peru terkait peristiwa penembakan diplomat RI itu.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Menlu Sugiono Berduka atas Tewasnya Diplomat RI di Peru

    Menlu Sugiono Berduka atas Tewasnya Diplomat RI di Peru

    Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Luar Negeri Sugiono angkat bicara terkait peristiwa penembakan seorang diplomat RI di Peru.

    Dalam video yang diunggah pada akun media sosial Instagram @menluri, Selasa (2/9/2025), Sugiono mengonfirmasi diplomat RI bernama Zetro Leonardo Purba meninggal dunia di Lima, Peru karena ditembak oleh orang yang tidak dikenal.

    “Saya selaku pimpinan kementerian luar negeri merasakan duka yang mendalam. Kami sudah menyampaikan kepada pihak Kementerian Luar Negeri Peru dan kepolisian di sana untuk bisa menyelidiki kasus ini hingga tuntas,” katanya.

    Sugiono menuturkan Zetro meninggalkan seorang istri dan tiga orang anak. Dia juga mengatakan telah melakukan pembicaraan lewat telepon kepada, istri almarhum, Ibu Priscillia dan juga kepada Duta Besar Indonesia untuk Peru, Ricky Suhendar di Lima. 

    Sugiono menambahkan dirinya telah memerintahkan Kedubes RI di Lima untuk mengawal proses penyelidikan kematian Zetro. Selain itu, proses pemulangan jenazah Zetro juga sedang diupayakan.

    Dia juga menyampaikan kepada seluruh jajaran di Kementerian Luar Negeri untuk tetap sabar, tabah, dan tegar, dan tetap menjadikan faktor keselamatan sebagai sesuatu yang utama di dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab kepada bangsa dan negara.

    “Kami sangat berduka kehilangan. Saudara Zetro Purba adalah seorang penata kanselerai di Kedutaan RI di Lima, seorang pegawai yang penuh dedikasi, dan saya harap yang terbaik bisa kita berikan dalam rangka mengusut kasus ini hingga tuntas,” katanya.

    Sebelumnya, dilansir dari situs berita Infobae pada Selasa (2/9/2025), Korban bernama Zetro Leonardo Purba (40), ditembak hingga tiga kali oleh dua pelaku yang mengendarai sepeda motor. Dia sempat dilarikan ke Klinik Javier Prado, namun nyawanya tidak tertolong akibat luka parah.

    Kepolisian Nasional Peru (PNP) juga tengah melakukan penyelidikan di lokasi. “Ini adalah kasus pertama pembunuhan dengan modus pembunuhan berbayar di Distrik Lince tahun ini. Motif penembakan masih belum diketahui,” ujar Komisaris PNP Guívar kepada TV Perú Noticias.

    Dia juga tidak menutup kemungkinan bahwa kasus ini terkait aksi balas dendam. “Kami masih mengidentifikasi pelaku. Berdasarkan rekaman kamera keamanan, diduga pelaku adalah warga asing,” tambahnya.

  • Zetro Leonardo Purba Diplomat Indonesia Tewas Usai Ditembak Tiga Kali di Peru

    Zetro Leonardo Purba Diplomat Indonesia Tewas Usai Ditembak Tiga Kali di Peru

    FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Seorang diplomat Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Lima, Peru, dilaporkan meninggal dunia setelah menjadi korban penembakan pada Senin (1/9/2025) malam waktu setempat.

    Diplomat bernama Zetro Leonardo Purba itu ditembak tiga kali oleh orang tak dikenal (OTK) hanya beberapa meter dari rumahnya di kawasan Lince, Lima. Peristiwa tersebut dilaporkan media lokal Panamericana Television, seperti dikutip Antara News, Selasa (2/9/2025).

    Zetro yang menjabat sebagai Penata Kanselerai Muda di KBRI Lima diketahui sedang bersepeda bersama istrinya saat penembakan terjadi. Ia sempat dilarikan ke Klinik Javier Prado, namun nyawanya tidak dapat diselamatkan.

    Sementara itu, istrinya berhasil selamat dari serangan tersebut dan kini berada di bawah perlindungan kepolisian setempat.

    Menurut keterangan kepolisian, Zetro baru lima bulan bertugas di Peru setelah sebelumnya berdinas di KJRI Melbourne, Australia. Pihak kepolisian dan tim forensik setempat telah melakukan olah TKP dan masih menyelidiki pelaku penembakan.

    Media lokal menyebut KBRI Lima telah berkoordinasi dengan Kementerian Luar Negeri Peru terkait penanganan kasus ini.

    Kementerian Luar Negeri RI melalui akun Instagram resminya @kemlu_ri menyampaikan belasungkawa atas wafatnya Zetro. Namun hingga kini, belum ada keterangan resmi terkait detail kasus penembakan tersebut. (bs-zak/fajar)