Kementrian Lembaga: Kemlu

  • Putin Umumkan ‘Gencatan Senjata Paskah’ Singkat, Ukraina Klaim Masih Diserang

    Putin Umumkan ‘Gencatan Senjata Paskah’ Singkat, Ukraina Klaim Masih Diserang

    Jakarta

    Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan gencatan senjata Paskah secara singkat terkait perang dengan Ukraina. Pihak Ukraina mengklaim wilayahnya masih diserang pascagencatan senjata itu.

    Dilansir CNN, Minggu (20/4/2025), Putin mengatakan “semua permusuhan” akan terhenti antara pukul 6 sore waktu Moskow pada Sabtu (11 pagi ET) dan tengah malam pada Senin (5 sore Minggu ET).

    “Kami berasumsi bahwa pihak Ukraina akan mengikuti contoh kami,” katanya, seraya menambahkan bahwa gencatan senjata akan membantu Rusia menentukan seberapa tulus Kyiv ingin mencapai gencatan senjata.

    Namun, hanya beberapa jam setelah pengumuman tersebut, pejabat Ukraina menuduh pasukan Rusia terus bertempur.

    “Menurut laporan panglima tertinggi, operasi penyerangan Rusia berlanjut di beberapa bagian garis depan dan artileri Rusia terus menembak,” kata Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dalam pidatonya pada Sabtu malam.

    Ukraina menanggapi deklarasi gencatan senjata Putin tersebut dengan skeptis. Zelensky menyoroti Putin yang masih belum menyetujui usulan AS untuk gencatan senjata selama 30 hari.

    “Ini akan menunjukkan niat Rusia yang sebenarnya, karena 30 jam cukup untuk menjadi berita utama, tetapi tidak untuk langkah-langkah membangun kepercayaan yang nyata. Tiga puluh hari dapat memberi kesempatan bagi perdamaian,” katanya.

    Waktu pada pengumuman tersebut juga memicu beberapa pertanyaan karena muncul satu hari setelah pemerintahan Trump yangmengindikasikan kehabisan kesabaran terhadap Rusia dan Ukraina.

    Pengumuman Putin itu juga dilakukan hanya beberapa jam setelah Kementerian Pertahanan Rusia mengumumkan bahwa pasukannya telah mengusir pasukan Ukraina dari salah satu tempat persembunyian terakhir mereka di wilayah Kursk Rusia, tempat Ukraina melakukan serangan mendadak tahun lalu. Namun Ukraina tetap skeptis dengan pengumuman tersebut.

    “Sayangnya, kami memiliki sejarah panjang tentang pernyataan (Putin) yang tidak sesuai dengan tindakannya… Rusia dapat menyetujui kapan saja proposal untuk gencatan senjata penuh dan tanpa syarat selama 30 hari, yang telah dibahas sejak Maret,” kata Menteri Luar Negeri Ukraina Andrii Sybiha di X.

    Serangan Terus Berlanjut

    Zelensky mengatakan pada Sabtu malam waktu setempat bahwa serangan terus berlanjut. Ia menyebut gencatan senjata Paskah Putin belum meluas ke wilayah Kursk dan Belgorod Rusia, tempat pasukan Ukraina beraksi.

    “Permusuhan terus berlanjut, dan serangan Rusia terus berlanjut. Artileri Rusia masih dapat terdengar di beberapa arah garis depan, terlepas dari janji pemimpin Rusia untuk tidak bersuara,” kata Zelensky dalam sebuah posting di X. “Pesawat nirawak Rusia sedang digunakan. Di beberapa daerah, situasinya menjadi lebih tenang.”

    Kepala administrasi militer regional Kherson, Oleksandr Prokudin, mengatakan pada Sabtu malam waktu setempat bahwa sebuah gedung tinggi di distrik Dniprovskyi di Kherson terbakar setelah diserang pesawat nirawak. Pesawat nirawak Rusia juga menyerang desa Urozhayne dan Stanislav, katanya.

    “Penembakan terus berlanjut dan warga sipil kembali diserang,” kata Prokudin. “Ini adalah konfirmasi lain bahwa Rusia tidak memiliki sesuatu yang sakral.”

    CNN telah menghubungi Kementerian Luar Negeri Rusia untuk memberikan komentar.

    Sirene serangan udara berbunyi di Kyiv dan beberapa daerah lain segera setelah pengumuman Putin, dengan administrasi militer kota tersebut memperingatkan adanya serangan pesawat nirawak Rusia. Para pejabat mendesak orang-orang untuk tidak meninggalkan tempat perlindungan sampai peringatan berakhir.

    (yld/gbr)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Kapal Induk Jadi Sasaran Usai Serangan AS Tewaskan 80 Orang di Yaman

    Kapal Induk Jadi Sasaran Usai Serangan AS Tewaskan 80 Orang di Yaman

    Jakarta

    Kelompok Houthi menargetkan dua kapal induk milik Amerika Serikat (AS) setelah Negeri Paman Sam itu melancarkan serangan dengan menewaskan sedikitnya 80 orang di Yaman. Serangan ini dilancarkan Houthi sebagai balasan terhadap perbuatan AS.

    Berawal ketika militer AS mengumumkan bahwa mereka sekali lagi mengerahkan kapal induk ke kawasan Timur Tengah. Pengerahan kapal induk ini diumumkan sehari setelah Washington secara resmi menetapkan kelompok Houthi yang bermarkas di Yaman sebagai organisasi teroris asing.

    Para pejabat AS yang tidak disebut namanya, seperti dilansir Al Arabiya, Kamis (6/3), mengatakan bahwa kapal induk USS Harry S Truman telah kembali ke wilayah tanggung jawab Komando Pusat AS (CENTCOM) di Timur Tengah pekan ini.

    USS Harry S Truman meninggalkan Laut Merah dan berlabuh Teluk Souda bulan lalu, untuk melakukan kunjungan pelabuhan setelah dua bulan terlibat operasi tempur di Laut Merah, terutama untuk melawan serangan Houthi dari Yaman.

    Pengerahan kapal induk AS ini diumumkan setelah kelompok Houthi, pada Selasa (4/3), mengklaim telah menembak jatuh drone MQ-9 Reaper milik AS, yang disebut melakukan “misi permusuhan” di langit Yaman.

    Seorang pejabat pertahanan AS, yang tidak disebut namanya, mengatakan kepada Al Arabiya bahwa Angkatan Udara AS kehilangan kontak dengan satu drone MQ-9 yang beroperasi di Laut Merah, dekat Yaman. Namun disebut oleh pejabat AS itu bahwa hilangnya drone itu sedang diselidiki lebih lanjut.

    Drone MQ-9, menurut pejabat AS itu, sedang melakukan operasi untuk mendukung Operasi Poseidon Archer, yang merujuk pada upaya militer AS dalam menargetkan Houthi.

    80 Orang Tewas

    Foto Kehancuran Terminal Minyak di Yaman: (Al-Masirah TV/Handout via REUTERS)

    Beberapa hari yang lalu, Houthi mengungkapkan AS menyerang pelabuhan bahan bakar Ras Issa di Yaman. Akibat dari peristiwa ini, 80 orang dilaporkan tewas.

    Dilansir AFP, Sabtu (19/4), serangan terhadap Ras Issa itu bertujuan untuk memutus pasokan dan dana bagi pemberontak yang menguasai sebagian besar wilayah negara termiskin di Jazirah Arab itu, kata militer AS.

    Juru bicara kementerian kesehatan Houthi, Anees Alasbahi mengatakan tim penyelamat masih mencari mayat di terminal bahan bakar di Laut Merah, yang menunjukkan jumlah korban tewas dapat meningkat.

    TV Al-Masirah milik pemberontak, mengutip pejabat setempat, mengatakan jumlah korban dari serangan tersebut telah meningkat menjadi 80 orang tewas dan 150 orang terluka.

    Militer AS, dalam pernyataannya pada Kamis (17/4), mengklaim serangannya terhadap area Ras Issa di Yaman bertujuan memutuskan pasokan dan pendanaan bagi Houthi yang menguasai sebagian besar wilayah negara tersebut.

    Iran-Hamas Mengecam

    Foto Kebakaran Ras Issa: (AFP PHOTO/HANDOUT/AL-MASIRAH TV)

    Atas serangan itu, Iran dan Hamas yang merupakan sekutu Houthi pun mengecam serangan AS itu.

    “Mengecam keras serangan udara biadab AS terhadap pelabuhan Ras Issa di Yaman,” ujar Jubir Kemlu Iran Esmaeili Baqaei.

    Kecaman juga dilontarkan oleh Hamas yang menguasai Jalur Gaza dan sedang berperang melawan Israel, sekutu dekat AS. Hamas menyebut rentetan serangan AS sebagai pelanggaran kedaulatan Yaman.

    “Agresi secara terang-terangan ini merupakan pelanggaran berat terhadap kedaulatan Yaman, merupakan kejahatan perang sepenuhnya, dan menegaskan kembali berlanjutnya kebijakan Amerika yang bermusuhan dan menargetkan orang-orang bebas yang menolak hegemoni Zionis dan Amerika di wilayah tersebut,” kata Hamas dalam pernyataannya.

    Houthi Targetkan Kapal Induk AS dan Israel

    Foto ilustrasi kapal induk AS: (AFP/CHRISTINA SEARS)

    Seakan untuk balas dendam, kini Houthi mengumumkan kelompoknya menargetkan dua kapal induk AS dan menyerang wilayah Israel sebagai respons.

    “Peningkatan kekuatan Amerika dan agresi yang terus berlanjut terhadap negara kita hanya akan menyebabkan lebih banyak serangan balik dan operasi penyerangan, bentrokan, dan konfrontasi,” ucap juru bicara militer Houthi, Yahya Saree, dalam pernyataannya, seperti dilansir AFP, Sabtu (19/4).

    Saree menyampaikan pernyataan itu dalam sebuah aksi protes yang digelar Houthi di ibu kota Sanaa pada Jumat (18/4) waktu setempat.

    Ditambahkan oleh Saree bahwa pasukan Houthi juga menargetkan sebuah lokasi militer di dekat bandara utama Israel, selain menyerang dua kapal induk AS yang ada di kawasan.

    Belum ada tanggapan dari AS maupun Israel soal serangan Houthi.

    Halaman 2 dari 4

    (zap/fas)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • China Tepis Zelensky soal Pasok Senjata untuk Rusia

    China Tepis Zelensky soal Pasok Senjata untuk Rusia

    Jakarta

    Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengaku mendapat informasi China telah memasok senjata ke Rusia. China langsung menepis kabar tersebut.

    Dirangkum detikcom dilansir kantor berita AFP, Sabtu (19/4/2025), Zelensky tiba-tiba menyampaikan kabar terkait China dan Rusia. Dia mengaku mendapat informasi China telah memasok senjata ke Rusia.

    “Kami akhirnya menerima informasi bahwa China memasok senjata ke Federasi Rusia,” kata Zelensky.

    Zelensky meyakini perwakilan China terlibat dalam produksi sejumlah senjata di wilayah Rusia. Kendati demikian, Zelensky belum membeberkan wilayah mana saja yang produksi senjatanya melibatkan China.

    “Kami yakin bahwa perwakilan China terlibat dalam produksi sejumlah senjata di wilayah Rusia,” imbuhnya.

    China Bantah Pasok Senjata ke Rusia

    Foto: Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Lin Jian (Dok. Reuters).

    Otoritas China membantah klaim Volodymyr Zelensky soal Beijing memasok persenjataan kepada Rusia untuk digunakan dalam perang di Ukraina. Ditegaskan otoritas China bahwa pihaknya tidak pernah memasok senjata mematikan kepada pihak mana pun dalam konflik tersebut.

    Bantahan ini, seperti dilansir AFP, Sabtu (19/4), disampaikan Kementerian Luar Negeri China setelah Zelensky mengklaim dirinya mendapatkan “informasi” soal Beijing memasok senjata untuk Moskow.

    “Pihak China tidak pernah menyediakan senjata mematikan kepada pihak mana pun dalam konflik tersebut, dan secara ketat mengendalikan barang-barang yang memiliki fungsi ganda,” tegas juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Lin Jian, dalam pernyataannya.

    Otoritas Beijing mengatakan “posisinya mengenai masalah Ukraina sangat konsisten dan jelas”.

    “Kami selalu secara aktif berupaya untuk menghentikan permusuhan dan mengupayakan perundingan damai,” kata Lin.

    China selama ini menggambarkan dirinya sebagai pihak yang netral dalam perang yang berlangsung selama tiga tahun terakhir itu, meskipun ada kritikan dari negara-negara Barat bahwa hubungan dekatnya dengan Rusia telah memberikan dukungan ekonomi dan diplomatik yang penting kepada Moskow.

    Halaman 2 dari 2

    (whn/fas)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Trump Kembali Naikkan Tarif untuk Kapal China, Perang Dagang Berlanjut – Halaman all

    Trump Kembali Naikkan Tarif untuk Kapal China, Perang Dagang Berlanjut – Halaman all

    TRIBUNNESW.COM – Perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China kembali meningkat setelah Presiden Donald Trump mengumumkan rencana untuk mengenakan tarif baru bagi kapal yang berasal dari China.

    Kebijakan ini menjadi bagian dari strategi pemerintah AS dalam menghadapi tantangan yang ditimbulkan oleh dominasi industri perkapalan China.

    Apa yang Menjadi Dasar Pengenaan Tarif Ini?

    Pengenaan tarif baru ini diumumkan Trump di tengah aksi lempar tarif impor yang berlangsung antara Washington dan Beijing.

    Penetapan biaya baru ini dilakukan oleh Perwakilan Dagang AS (USTR) berdasarkan tonase bersih atau jumlah barang yang diangkut oleh setiap kapal.

    Kapal curah akan dikenakan biaya berdasarkan berat muatan, sedangkan kapal kontainer akan dikenakan biaya berdasarkan jumlah kontainer yang diangkut.

    Jamieson Greer, perwakilan dari USTR, menegaskan bahwa “kapal dan pelayaran sangat penting bagi keamanan ekonomi Amerika dan arus perdagangan yang bebas.”

    Dengan kebijakan ini, pemerintah berharap dapat mengurangi ketergantungan pada kapal-kapal yang dibangun di luar negeri dan mengurangi ancaman terhadap rantai pasokan domestik.

    Bagaimana Rincian Tarif Baru Ini?

    Kebijakan tarif baru tersebut rencananya akan mulai diterapkan dalam waktu 180 hari ke depan dan akan dilakukan secara bertahap.

    Meskipun belum ada rincian pasti tentang berapa besar tarif yang akan dikenakan, laporan dari BBC International mengindikasikan bahwa biaya kargo bisa meningkat hingga 30 dollar AS per ton setiap tahun selama tiga tahun ke depan.

    Tarif awal untuk kapal yang dibuat di China dipatok mulai dari 18 dollar AS per ton atau 120 dollar AS per kontainer.

    Untuk kapal yang tidak dibuat di AS tetapi mengangkut mobil, biaya yang dikenakan akan mencapai 150 dollar per kendaraan.

    Namun, tarif ini tidak akan berlaku untuk kapal kosong yang tiba di pelabuhan AS untuk mengangkut barang seperti batu bara atau biji-bijian.

    Mengapa Kebijakan Ini Diterapkan?

    Kebijakan baru ini dilatarbelakangi oleh kekhawatiran tentang dominasi pasar industri perkapalan global oleh China, yang meloncat dari kurang dari 5 persen pada tahun 1999 menjadi lebih dari 50% pada tahun 2023.

    Dominasi ini dianggap mengancam daya saing industri perkapalan domestik AS.

    USTR berharap, dengan memberlakukan tarif ini, permintaan untuk kapal buatan dalam negeri akan meningkat, yang merupakan bagian dari upaya lebih luas untuk menghidupkan kembali industri perkapalan AS.

    Apa Respon China terhadap Kebijakan Ini?

    Menanggapi kebijakan tarif baru AS, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Lin Jian, menyatakan bahwa langkah tersebut merugikan logistik global dan ekonomi AS.

    Ia menekankan, “Itu tidak hanya meningkatkan biaya pengiriman global tetapi juga mengganggu stabilitas industri.”

    Lin juga menegaskan bahwa kebijakan ini akan menambah tekanan inflasi di AS dan tidak akan berhasil dalam merevitalisasi industri pembuatan kapal domestik.

    Sebagai respons, pemerintah China telah mengambil tindakan dengan meminta maskapai nasionalnya untuk tidak membeli atau menyewa pesawat dari Boeing dan juga meningkatkan tarif impor barang-barang AS sebesar 145 persen.

    Langkah-langkah ini menunjukkan komitmen China untuk mempertahankan hak-haknya di tengah ketegangan yang meningkat dalam perang dagang.

    Dengan pengenalan tarif baru ini, pemerintah AS berusaha mengatasi tantangan dari dominasi industri perkapalan China sambil berupaya melindungi industri dalam negeri.

    Meskipun kebijakan ini mendapatkan tanggapan negatif dari China, langkah-langkah tersebut menunjukkan tekad AS dalam mengatur kembali arus perdagangan global dan memperkuat posisi industri domestiknya.

    Perang dagang yang sedang berlangsung ini menunjukkan betapa pentingnya peran kapal dan perkapalan dalam perekonomian global.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Zelensky Tuduh China Kirim Senjata, Ini Respons China – Halaman all

    Zelensky Tuduh China Kirim Senjata, Ini Respons China – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Pemerintah China, di bawah kepemimpinan Presiden Xi Jinping, secara tegas membantah tuduhan dari Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky tentang keterlibatannya dalam pengiriman senjata ke Rusia.

    Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Lin Jian, menyatakan bahwa negaranya tidak pernah menyediakan senjata untuk Moskow selama konflik Rusia-Ukraina yang berkepanjangan.

    Dalam keterangan resminya, Lin menjelaskan, “Kami tidak pernah menyediakan senjata mematikan kepada pihak manapun yang berkonflik dan secara ketat mengontrol ekspor barang-barang dengan fungsi ganda.”

    Pernyataan ini menggarisbawahi komitmen China untuk tetap netral dalam permasalahan Ukraina, meskipun Xi Jinping dan Presiden Rusia Vladimir Putin memiliki hubungan yang kuat sebagai sekutu.

    Apa Posisi China Terkait Konflik Ukraina?

    China menegaskan bahwa posisinya mengenai isu Ukraina adalah “netral, konsisten, dan jelas.”

    Lin Jian juga menambahkan, “Tiongkok secara aktif berkomitmen untuk mendorong gencatan senjata dan mengakhiri konflik serta mendorong perundingan damai.”

    Hal ini menunjukkan upaya China untuk berperan sebagai mediator di tengah ketegangan yang terus berlangsung.

    Mengapa Zelensky Menuduh China?

    Presiden Zelensky sebelumnya mengeklaim bahwa intelijen Ukraina telah menemukan bukti bahwa China memasok senjata kepada Rusia.

    Dalam konferensi pers di Kyiv pada 17 April 2025, Zelensky menyampaikan, “Kami akhirnya menerima informasi bahwa China memasok senjata ke Federasi Rusia.”

    Meskipun tidak memberikan detail lebih lanjut, ia menekankan bahwa Ukraina siap untuk membicarakan hal ini secara mendalam.

    Klaim tersebut muncul setelah militer Ukraina menangkap dua warga negara China yang diduga bertempur bersama pasukan Rusia di Donetsk.

    Apa Reaksi Dari Pihak Ukraina?

    Meski pemerintah China telah menanggapi tuduhan dengan keras, seorang pejabat senior Ukraina, yang identitasnya dirahasiakan, mengatakan kepada AFP bahwa tentara China yang ditangkap kemungkinan adalah sukarelawan yang bergabung dengan pasukan Rusia untuk keuntungan finansial.

    Ini menunjukkan bahwa mereka mungkin bukan tentara yang dikirim langsung oleh Beijing.

    Sebagai respons terhadap situasi ini, Departemen Luar Negeri AS menggarisbawahi bahwa penangkapan dua warga negara China tersebut menunjukkan tingkat dukungan Beijing terhadap Moskow.

    Selain itu, Ukraina juga memutuskan untuk menjatuhkan sanksi kepada tiga perusahaan China, melarang mereka untuk beroperasi di Ukraina dan membekukan aset mereka.

    Bagaimana Dampak Terhadap Hubungan China dan Ukraina?

    Langkah sanksi tersebut menambah kompleksitas situasi, mengingat China selama ini mempertahankan posisi netral sambil memberikan dukungan ekonomi kepada Rusia.

    Dengan demikian, perkembangan terbaru ini tidak hanya mempengaruhi hubungan antara Ukraina dan China, tetapi juga menambah ketegangan dalam hubungan internasional yang lebih luas terkait konflik Rusia-Ukraina.

    Sebagai kesimpulan, meskipun terdapat tuduhan serius dari pihak Ukraina terhadap China, pemerintah Beijing tetap teguh dengan penolakannya dan menegaskan komitmennya untuk menjaga posisi netral dalam konflik ini.

    Pertanyaannya sekarang adalah, bagaimana situasi ini akan berkembang di masa depan dan apakah peran China sebagai mediator bisa terealisasi dengan baik?

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Perang Dagang Berlanjut, Trump Tetapkan Tarif Baru untuk Serang Kapal China – Halaman all

    Perang Dagang Berlanjut, Trump Tetapkan Tarif Baru untuk Serang Kapal China – Halaman all

    TRIBUNNESW.COM – Presiden Amerika Seikat (AS), Donald Trump, mengumumkan rencana untuk memasang tarif baru bagi kapal China yang masuk atau berlabuh di pelabuhan AS.

    Hal itu, diungkap Trump di tengah memanasnya aksi lempar tarif impor hingga memicu perang dagang antara Washington dan Beijing.

    Adapun pengenaan biaya baru pada semua kapal buatan dan milik China ditetapkan Perwakilan Dagang AS (USTR) berdasarkan tonase bersih atau barang yang diangkut pada setiap pelayaran.

    Untuk kapal curah yang terkena dampak, biaya akan didasarkan pada berat muatannya.

    Sedangkan biaya untuk kapal kontainer akan bergantung pada berapa banyak kontainer yang diangkut kapal.

    “Kapal dan pelayaran sangat penting bagi keamanan ekonomi Amerika dan arus perdagangan yang bebas,” ujar Perwakilan Dagang AS (USTR), Jamieson Greer, melalui pemberitahuan Federal Register.

    “Kebijakan pemerintahan Trump ini bakal mulai membalikkan dominasi China, mengatasi ancaman terhadap rantai pasokan AS, dan mengirim sinyal permintaan untuk kapal buatan AS,” sambungnya.

    Rencananya, biaya baru tersebut, akan diberlakukan dalam waktu 180 hari ke depan secara bertahap.

    Pemerintah AS juga membuka kemungkinan biaya yang telah ditetapkan itu dapat naik bertahun-tahun ke depan.

    Belum dirinci berapa besaran tarif pajak kapal yang akan dibebankan AS kepada kapal China.

    Namun mengutip laporan BBC International, per pertengahan Oktober 2025 biaya kargo sebesar 50 dolar AS per ton akan naik sebesar 30 dolar AS per ton, setiap tahun selama tiga tahun ke depan.

    Sementara itu, biaya untuk kapal buatan China mulai dipatok dari 18 dolar AS per ton atau 120 dolar AS per kontainer selama tiga tahun ke depan.

    Khusus kapal yang tidak dibuat di AS, namun membawa mobil akan dikenakan biaya 150 dolar per kendaraan.

    Biaya tersebut, jauh lebih rendah dibandingkan rencana yang diajukan pada bulan Februari lalu.

    Dimana Trump sempat berencana mengenakan biaya hingga 1,5 juta dolar AS per Car Equivalent Unit (CEU) dalam 180 hari.

    Meski tarif impor kapal naik, akan tetapi tarif ini tidak akan diterapkan bagi kapal kosong yang tiba di pelabuhan AS untuk membawa ekspor massal seperti batu bara atau biji-bijian

    Kapal yang memindahkan barang antara pelabuhan Amerika serta dari pelabuhan tersebut ke kepulauan Karibia dan wilayah AS juga dikecualikan dari aturan tersebut, seperti halnya kapal AS dan Kanada yang singgah di pelabuhan di Great Lakes.

    Alasan Trump ‘Serang’ Kapal China

    USTR mengakui perubahan ini dilakukan karena komentar publik pada dua hari sidang tentang denda pada Maret 2025, di mana lebih dari 300 kelompok perdagangan dan pihak berkepentingan lainnya bersaksi.

    Selain itu, pemerintah AS menuduh China telah meningkatkan pangsa pasar industri perkapalan globalnya dari kurang dari 5 persen pada tahun 1999 menjadi lebih dari 50 persen pada tahun 2023.

    Dominasi ini dianggap mengancam daya saing industri perkapalan domestik AS dan ketahanan rantai pasok nasional.

    Dengan memberlakukan biaya tambahan bagi kapal-kapal asal China, pemerintah AS berharap dapat merangsang permintaan untuk kapal-kapal yang dibangun di dalam negeri.

    Inisiatif ini merupakan bagian dari upaya lebih luas untuk menghidupkan kembali industri perkapalan domestik yang telah mengalami penurunan signifikan dalam beberapa dekade terakhir.

    Selain itu, kebijakan ini dimaksudkan untuk melindungi industri strategis AS dari ketergantungan pada kapal-kapal yang dibangun atau dioperasikan oleh entitas yang terkait pemerintah China.

    Merespon sanksi baru yang akan ditetapkan AS, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Lin Jian buka suara.

    Menurutnya, pengenaan biaya pelabuhan dan menambahkan tarif pada peralatan bongkar muat adalah langkah-langkah yang merugikan logistik global dan AS sendiri.

    “Itu tidak hanya meningkatkan biaya pengiriman global dan mengganggu stabilitas industri global tetapi juga meningkatkan tekanan inflasi di AS, merugikan kepentingan konsumen dan bisnis Amerika. Pada akhirnya akan gagal untuk merevitalisasi industri pembuatan kapal AS,” ucap dia.

    Untuk diketahui, pemerintah China tak diam dengan serangan tarif impor dari Trump.

    Terbaru, pemerintah China meminta kepada maskapai nasional tidak membeli atau menyewa pesawat Boeing.

    Tak hanya itu, China turut menaikkan tarif impor atas barang-barang AS sebesar 145 persen.

    Upaya ini dilakukan sebagai respons atas tindakan Trump yang beberapa waktu lalu menetapkan tarif impor sebesar 245 atas produk dan barang China.

    Menegaskan kembali tekad China untuk menyerang di tengah perang dagang yang meningkat pesat.

    Terlebih, saat ini, China merupakan pemegang kunci kekuatan ekonomi global oleh karena itu untuk mengatasi tantangan harus pemerintah berjanji akan terus membela hak pembangunan, serta integritas ekonominya.

    (Tribunnews.com / Namira)

  • Apakah Perang Dagang AS-Tiongkok Akan Berakhir? – Halaman all

    Apakah Perang Dagang AS-Tiongkok Akan Berakhir? – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, baru-baru ini mengisyaratkan adanya kemungkinan penyelesaian konflik perdagangan yang telah berlangsung lama antara AS dan Tiongkok.

    Ia berharap dapat mencapai kesepakatan dengan Presiden Tiongkok, Xi Jinping, dalam waktu tiga hingga empat minggu ke depan.

    Pernyataan ini muncul di tengah ketegangan yang semakin memanas terkait tarif impor yang dikenakan kepada barang-barang asal Tiongkok.

    Mengapa Trump Merasa Optimis?

    Trump menyatakan, “Saya percaya akan memiliki kesepakatan dengan Tiongkok.” Ungkapan ini diucapkan saat penandatanganan perintah eksekutif di Gedung Putih bersama Menteri Perdagangan Howard Lutnick.

    Meskipun demikian, Trump tidak mengungkapkan apakah Xi Jinping juga memiliki keinginan yang sama untuk mengakhiri perang tarif ini.

    Nick Vyas, seorang ahli dari USC Marshall, menjelaskan bahwa perang dagang ini sebenarnya adalah “permainan siapa yang akan berkedip lebih dulu antara dua kekuatan ekonomi dunia.” Menurutnya, Tiongkok memiliki posisi yang kuat karena merasa memiliki semua kartu untuk bertahan.

    Sementara itu, Trump merasa memiliki kekuatan karena AS lebih banyak mengimpor dari Tiongkok dibandingkan sebaliknya.

    Apa Dampak Ancaman Tarif yang Dikenakan?

    Perang dagang semakin memanas setelah Gedung Putih mengumumkan kemungkinan tarif impor hingga 245 persen untuk berbagai barang dari Tiongkok.

    Lembar fakta yang dirilis pada tanggal 15 April 2025 mengklarifikasi bahwa tarif tersebut merupakan kombinasi dari tarif sebelumnya dan tarif baru, termasuk tarif timbal balik dan tarif berdasarkan Pasal 301.

    Strategi ini diharapkan dapat mengurangi ketergantungan AS terhadap impor dari Tiongkok dan mendorong pertumbuhan industri dalam negeri.

    Namun, kebijakan ini juga berdampak negatif, seperti meningkatnya biaya produksi di AS, terganggunya rantai pasokan global, dan konsumen yang harus menghadapi harga yang lebih tinggi.

    Apa Konsekuensi bagi Ekonomi Global?

    Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) memperkirakan bahwa volume perdagangan global akan turun sebesar 0,2 persen pada tahun 2025, dan jika ketegangan ini berlanjut, penurunan perdagangan barang global dapat mencapai 15 persen.

    Ini tentu menjadi perhatian serius bagi negara-negara berkembang yang akan menghadapi kerugian besar.

    Kantor PBB untuk Perdagangan dan Pembangunan (UNCTAD) juga menurunkan proyeksi pertumbuhan global dari 2,5 persen menjadi 2,3 persen, yang sering kali dikaitkan dengan awal resesi global.

    Bagaimana Respons Tiongkok?

    Menanggapi ancaman tarif dari Trump, juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Lin Jian, menegaskan bahwa Tiongkok akan terus melindungi hak dan kepentingannya.

    Ia menyatakan bahwa AS adalah pihak yang memulai perang dagang dan bahwa balasan dari Tiongkok adalah langkah sah untuk mempertahankan keadilan internasional.

    Lin juga meminta AS untuk menghentikan tekanan ekstrem dan mulai berdialog dengan prinsip kesetaraan dan saling menghormati.

    Sebagai balasan, Tiongkok telah menaikkan tarif menjadi 145 persen untuk barang-barang dari AS dan menangguhkan pengiriman logam tanah jarang serta magnet yang digunakan dalam industri militer.

    Langkah ini menunjukkan ketegasan Tiongkok untuk tidak terintimidasi oleh ancaman AS.

    Apakah Ada Harapan untuk Negosiasi?

    Meskipun Trump membuka ruang untuk negosiasi, ia menyatakan bahwa tarif mungkin tidak akan dinaikkan lagi karena khawatir akan menurunkan daya beli konsumen.

    Ia mengisyaratkan keinginan untuk menurunkan tarif dan menginginkan dialog yang konstruktif.

    Namun, meski ada pernyataan positif dari kedua belah pihak, tidak ada tanda-tanda jelas bahwa kesepakatan sudah dekat.

    Trump juga enggan membeberkan detail negosiasi, dan terkait isu TikTok, ia menyebut bahwa kesepakatan divestasi ByteDance akan ditunda hingga masalah perdagangan diselesaikan.

     

    Skenario perang dagang antara AS dan Tiongkok terus berkembang, dengan berbagai ancaman tarif dan respons dari kedua belah pihak.

    Meskipun ada harapan untuk kesepakatan yang dapat mengakhiri konflik ini, banyak tantangan yang harus dihadapi.

    Dengan kondisi yang masih tidak pasti, hanya waktu yang akan menjawab apakah pertempuran perdagangan ini akan berakhir dengan damai.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Trump Tawarkan Damai ke Xi Jinping usai Ancam Tarif 245 Persen, Akankah Perang Dagang Berakhir? – Halaman all

    Trump Tawarkan Damai ke Xi Jinping usai Ancam Tarif 245 Persen, Akankah Perang Dagang Berakhir? – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengisyaratkan kemungkinan ujung dari perang dagang antara AS dan Tiongkok.

    Ia berharap dapat mencapai kesepakatan dengan Presiden Tiongkok Xi Jinping dalam tiga hingga empat minggu ke depan.

    “Saya percaya akan memiliki kesepakatan dengan Tiongkok,” kata Trump saat penandatanganan perintah eksekutif bersama Menteri Perdagangan Howard Lutnick di Gedung Putih, dikutip dari Investing.com, Sabtu (19/4/2025).

    “Saya pikir kami memiliki banyak waktu,” lanjutnya.

    Trump tidak menyebut apakah Xi Jinping juga telah mengambil langkah serupa untuk mengakhiri perang tarif.

    Pernyataan ini menjadi sinyal pertama adanya potensi kesepakatan sejak Trump mengenakan tarif tinggi terhadap barang impor dari Tiongkok.

    Menurut Nick Vyas dari USC Marshall, perang dagang ini adalah “permainan siapa yang akan berkedip lebih dulu” antara dua kekuatan ekonomi dunia.

    “Tiongkok merasa memiliki semua kartu untuk terus bertahan,” ungkap Vyas.

    “Sementara Trump merasa memiliki kekuatan karena Amerika lebih banyak mengimpor dari Tiongkok dibanding sebaliknya,” ujarnya.

    Strategi Trump atau Ancaman Global?

    Perang dagang memanas setelah Gedung Putih mengumumkan potensi tarif impor hingga 245 persen untuk barang-barang dari Tiongkok.

    Lembar fakta yang dirilis Gedung Putih pada Selasa (15/4/2025) menyebutkan angka tersebut sebagai kombinasi dari tarif sebelumnya dan yang baru, termasuk tarif timbal balik, tarif fentanil, dan tarif berdasarkan Pasal 301.

    Gedung Putih mengatakan tarif maksimum itu ditujukan untuk produk-produk tertentu, seperti kendaraan listrik, yang sejak era Biden sudah terkena tarif 100 persen.

    Dikutip dari Newsweek, strategi ini bertujuan mengurangi ketergantungan AS terhadap impor dari Tiongkok dan mendorong pertumbuhan industri dalam negeri.

    Kebijakan ini meningkatkan biaya produksi di AS, mengganggu rantai pasokan global, dan mendorong konsumen menghadapi harga lebih tinggi.

    Perang Tarif dan Ancaman Resesi Global

    Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) memperkirakan volume perdagangan global tahun 2025 akan turun 0,2 persen, atau hampir tiga poin lebih rendah dari skenario tarif rendah.

    Jika eskalasi berlanjut, WTO memperingatkan penurunan perdagangan barang global hingga 1,5 persen dan kerugian besar bagi negara-negara berkembang.

    Kantor PBB untuk Perdagangan dan Pembangunan (UNCTAD) juga menurunkan proyeksi pertumbuhan global dari 2,5 persen menjadi 2,3 persen—level yang sering dikaitkan dengan awal resesi global.

    Trump menyebut tarif ini merupakan respons atas pembatasan ekspor elemen tanah jarang dan mineral penting dari Tiongkok, seperti galium, germanium dan antimon.

    Menurut Times of India, Washington menganggap langkah Beijing sebagai ancaman terhadap industri strategis AS, termasuk pertahanan, kendaraan listrik, dan semikonduktor.

    Trump menandatangani perintah eksekutif yang mengarahkan investigasi apakah impor tanah jarang menimbulkan ancaman terhadap keamanan nasional.

    “Mineral-mineral penting ini adalah tulang punggung pertahanan dan ketahanan ekonomi AS,” kata Gedung Putih dalam pernyataannya.

    AS hanya memiliki satu tambang tanah jarang aktif, sementara Tiongkok menguasai 92 persen kapasitas pemrosesan global untuk material tersebut.

    Respons Tiongkok

    Menanggapi ancaman tarif dari Trump, Juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Lin Jian, menegaskan bahwa China akan terus melindungi hak dan kepentingannya.

    “China tidak mau berperang dan juga tidak takut berperang,” ujarnya seperti dikutip dari China Daily.

    Lin mengatakan AS-lah yang memulai perang dagang dan menyebut balasan dari China adalah langkah sah untuk mempertahankan keadilan internasional.

    Ia juga meminta AS untuk menghentikan tekanan ekstrem dan mulai berdialog berdasarkan prinsip kesetaraan dan saling menghormati.

    Pernyataan serupa juga disampaikan kepada wartawan oleh Lin, seperti dikutip RT, Kamis (17/4/2025).

    Ia memperingatkan bahwa Beijing tidak akan terintimidasi oleh ancaman AS.

    Sebagai balasan, China menaikkan tarif menjadi 145 persen untuk barang-barang AS dan menangguhkan pengiriman logam tanah jarang serta magnet yang digunakan dalam industri militer.

    Bloomberg melaporkan bahwa Beijing juga memerintahkan maskapai China untuk berhenti menerima pengiriman jet dan suku cadang Boeing.

    Trump Buka Ruang Negosiasi, tapi China Tetap Teguh

    Trump menyatakan tarif mungkin tidak akan dinaikkan lagi karena khawatir akan menurunkan daya beli konsumen.

    “Saya mungkin tidak ingin naik ke level terakhir. Bahkan mungkin ingin menurunkan tarif,” ujarnya, dikutip dari Reuters, Sabtu (19/4/2025).

    Trump juga menangguhkan tarif terhadap puluhan negara selama 90 hari dan membuka ruang negosiasi, termasuk dengan Indonesia.

    Beijing, meski telah membalas dengan tarif 145 persen, menyatakan tidak akan lagi bermain dalam “perang angka” dan menyiratkan bahwa tidak akan menaikkan tarif lebih tinggi lagi.

    Sementara kedua pihak menyatakan kesiapan untuk berdialog, belum ada tanda-tanda nyata bahwa kesepakatan sudah dekat.

    Trump enggan membeberkan isi negosiasi dan peran Xi Jinping dalam pembicaraan tersebut.

    Terkait isu TikTok, Trump mengatakan bahwa kesepakatan divestasi ByteDance akan ditunda sampai masalah perdagangan diselesaikan.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

  • Apakah Perang Dagang AS-Tiongkok Akan Berakhir? – Halaman all

    China Bantah Tuduhan Zelensky, Tegaskan Tak Pernah Kirim Senjata Tempur ke Rusia – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Pemerintah China di bawah pimpinan Xi Jinping menegaskan bahwa negaranya tidak pernah menyediakan senjata untuk Moskow selama perang Rusia-Ukraina yang sedang berlangsung.

    Pernyataan itu diungkap langsung oleh Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Lin Jian menanggapi tudingan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky soal Beijing memasok persenjataan kepada

    “Kami tidak pernah menyediakan senjata mematikan kepada pihak manapun yang berkonflik, dan secara ketat mengontrol ekspor barang-barang dengan fungsi ganda,” ujar Lin Jian, dikutip dari The Guardian.

    Dalam kesempatan itu Otoritas Beijing juga menegaskan “posisinya mengenai masalah Ukraina sangat netral, konsisten dan jelas”.

    Meskipun pemimpinnya, Xi Jinping, dan Presiden Rusia Vladimir Putin, adalah sekutu publik, dengan kemitraan “tanpa batas” antara negara mereka.

    “Posisi Tiongkok terkait isu Ukraina selalu jelas. Tiongkok secara aktif berkomitmen untuk mendorong gencatan senjata dan mengakhiri konflik, serta mendorong perundingan damai,” tegas Lin

    Ukraina Klaim Punya Bukti China Pasok Senjata ke Rusia

    Sebelumnya, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan bahwa intelijen Ukraina telah menerima informasi bahwa “China memasok senjata ke Federasi Rusia.”

    Pernyataan itu diungkap Zelensky, dalam konferensi pers di Kyiv pada Kamis (17/4/2025).

    Zelensky mengatakan dirinya mendapatkan “informasi” soal aktivitas China memasok senjata kepada Rusia.

    Zelensky tidak menjelaskan lebih lanjut soal klaimnya tersebut, dan hanya mengatakan bahwa Ukraina “siap” untuk membicarakannya secara detail.

    “Kami akhirnya menerima informasi bahwa China memasok senjata ke Federasi Rusia,” kata Zelensky kepada wartawan. “Kami meyakini bahwa perwakilan China terlibat dalam produksi sejumlah senjata di wilayah Rusia,” kata Zelensky.

    Klaim tersebut muncul hanya sehari setelah Zelensky mengatakan bahwa militer Ukraina telah menangkap dua tentara asal China di kawasan timur Donetsk.

    “Militer kami menangkap dua warga negara China yang bertempur bersama pasukan Rusia. Ini terjadi di wilayah Ukraina di wilayah Donetsk,” kata Zelensky dalam pernyataan via media sosial X.

    “Kami memiliki dokumen para tahanan ini, kartu bank, dan data pribadi,” tambahnya lagi menunjukkan sebuah unggahan di media sosial yang menyertakan video salah satu tahanan China yang diduga.

    Kendati pemerintah China telah menepis tuduhan terkait perekrutan Moskow terhadap 155 warga negaranya.

    Namun seorang pejabat senior Kyiv yang disembunyikan identitasnya mengatakan kepada AFP bahwa para tentara China yang ditangkap pasukan Ukraina kemungkinan warga negara China yang dibujuk untuk menandatangani kontrak dengan militer Rusia, bukan yang dikirim langsung oleh Beijing.

    Pejabat Kiev itu menilai tentara China itu bergabung dengan pasukan Rusia demi keuntungan finansial.

    Sementara Departemen Luar Negeri AS menyebut penangkapan dua warga negara China itu menunjukkan tingkat dukungan Beijing terhadap Moskow.

    Ukraina pada hari Jumat menjatuhkan sanksi kepada tiga perusahaan China, melarang mereka berbisnis di Ukraina dan membekukan aset mereka di negara tersebut. Ukraina tidak memberikan rincian mengapa mereka dimasukkan ke dalam daftar sanksi.

    Hal tersebut menambah kompleksitas situasi, mengingat China selama ini mempertahankan posisi netral sambil memberikan dukungan ekonomi kepada Rusia.

    Imbas isu ini Ukraina pada hari Jumat menjatuhkan sanksi kepada tiga perusahaan China, melarang mereka berbisnis di Ukraina dan membekukan aset mereka di negara tersebut.

    (Tribunnews.com / Namira)

  • 80 Orang Tewas Digempur AS di Yaman, Iran-Hamas Mengecam!

    80 Orang Tewas Digempur AS di Yaman, Iran-Hamas Mengecam!

    Sanaa

    Iran mengecam keras serangan udara Amerika Serikat (AS) yang menewaskan sedikitnya 80 orang di wilayah Yaman, yang sebagian besar dikuasai oleh kelompok Houthi. Kecaman juga disampaikan oleh kelompok Hamas yang merupakan sekutu Houthi.

    Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Esmaeili Baqaei, seperti dilansir AFP, Sabtu (19/4/2025), menyebut rentetan serangan mematikan AS di wilayah Yaman itu sebagai “serangan biadab”. Gempuran militer Washington itu menghantam area Ras Issa, yang merupakan pelabuhan bahan bakar di Yaman.

    “Mengecam keras serangan udara biadab AS terhadap pelabuhan Ras Issa di Yaman,” tegas Baqaei dalam pernyataannya.

    Lebih lanjut, Baqaei menggambarkan serangan udara AS itu sebagai “contoh kejahatan agresif dan pelanggaran terang-terangan terhadap prinsip-prinsip dasar Piagam PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa)”.

    Kecaman juga dilontarkan oleh Hamas yang menguasai Jalur Gaza dan sedang berperang melawan Israel, sekutu dekat AS. Hamas menyebut rentetan serangan AS sebagai pelanggaran kedaulatan Yaman.

    “Agresi secara terang-terangan ini merupakan pelanggaran berat terhadap kedaulatan Yaman, merupakan kejahatan perang sepenuhnya, dan menegaskan kembali berlanjutnya kebijakan Amerika yang bermusuhan dan menargetkan orang-orang bebas yang menolak hegemoni Zionis dan Amerika di wilayah tersebut,” kata Hamas dalam pernyataannya.

    Militer AS, dalam pernyataannya pada Kamis (17/4), mengklaim serangannya terhadap area Ras Issa di Yaman bertujuan untuk memutuskan pasokan dan pendanaan bagi Houthi yang menguasai sebagian besar wilayah negara tersebut.

    Houthi mengumumkan pada Jumat (18/4) bahwa sedikitnya 80 orang tewas dan 150 orang lainnya mengalami luka-luka akibat rentetan serangan udara AS itu — serangan paling mematikan selama 15 bulan terakhir Washington melancarkan operasi militer terhadap kelompok yang didukung Iran tersebut.

    Sebagai respons atas serangan tersebut, Houthi melancarkan serangan balasan terhadap dua kapal induk AS dan terhadap wilayah Israel, tepatnya terhadap lokasi militer di dekat bandara utama Tel Aviv.

    Juru bicara militer Israel, Avichay Adraee, dalam pernyataannya seperti dilansir Anadolu Agency, mengatakan bahwa Angkatan Udara Israel “berhasil mencegat rudal tersebut”. Militer Israel menyebut sirene peringatan serangan udara meraung-raung di beberapa wilayah, namun tidak ada korban jiwa.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini