Kementrian Lembaga: Kementerian Luar Negeri

  • Qatar: Gencatan Senjata Israel-Hamas di Gaza Diperpanjang Dua Hari

    Qatar: Gencatan Senjata Israel-Hamas di Gaza Diperpanjang Dua Hari

    Jakarta, CNN Indonesia

    Israel dan kelompok Hamas sepakat untuk memperpanjang gencatan senjata selama dua hari di Jalur Gaza. Qatar selaku mediator kesepakatan, telah mengonfirmasi kabar ini.

    Juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar Majed-Al-Ansari mengatakan kesepakatan telah dicapai untuk memperpanjang gencatan senjata. 

    “Kesepakatan telah dicapai untuk memperpanjang gencatan senjata kemanusiaan selama dua hari tambahan di Jalur Gaza,” kata dia dalam sebuah pernyataan, dikutip Al Jazeera.

    Majed Al-Ansari menegaskan dalam sebuah pernyataan bahwa “kesepakatan telah dicapai untuk memperpanjang gencatan senjata kemanusiaan selama dua hari tambahan di Jalur Gaza”.

    Dilansir Reuters, Layanan Informasi Negara Mesir (SIS) Diaa Rashwan mengatakan perpanjangan gencatan senjata ini akan mencakup pembebasan 20 sandera Hamas di Gaza. Sebagai imbalan, 60 tahanan Palestina yang ditahan di penjara-penjara Israel juga akan dibebaskan.

    Gencatan senjata tahap pertama selama empat hari yang dimulai sejak Jumat (24/11) lalu, akan berakhir pada Senin (27/11) malam waktu setempat.

    Sebelumnya Hamas disebut menginginkan empat hari perpanjangan gencatan senjata, sementara Israel menginginkan perpanjangan hari demi hari.

    Seorang pejabat Israel menyebut Tel Aviv setuju menambah satu hari gencatan senjata, untuk setiap 10 sandera yang dibebaskan Hamas. Sebagai imbalannya, jumlah tahanan Palestina yang akan dibebaskan akan berjumlah tiga kali lipat dari sandera Israel yang dilepas dari Gaza.

    Pada Minggu (26/11) Hamas membebaskan 17 orang termasuk seorang anak warga Israel-AS berusia 4 tahun, sehingga jumlah total sandera yang dibebaskan kelompok itu sejak Jumat lalu menjadi 58 orang.

    Israel telah membebaskan 39 tahanan remaja Palestina, sehingga menjadikan jumlah warga Palestina yang dibebaskan berdasarkan kesepakatan gencatan senjata menjadi 117 orang.

    Berdasarkan ketentuan kesepakatan gencatan senjata, Hamas akan membebaskan 50 perempuan dan anak-anak Israel pada fase pertama. Tidak ada batasan dalam kesepakatan mengenai jumlah orang asing yang dapat dibebaskan.

    Juru bicara pemerintah Israel mengatakan saat ini jumlah sandera yang masih ditahan di Gaza adalah 184 orang, termasuk 14 orang asing dan 80 warga Israel dengan kewarganegaraan ganda.

    Kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyebut pihaknya kini sedang meninjau daftar tahanan Palestina yang diterima dari Hamas, untuk dibebaskan pada Senin (27/11).

    Sejak agresi Israel ke Palestina pada 7 Oktober lalu dan berlangsung hingga 49 hari, jumlah warga Palestina yang tewas mencapai 14.800 orang. Akibat agresi ini, ratusan ribu orang juga telah mengungsi.

    (dna/dan)

  • Menlu China ke Markas PBB Bahas Resolusi Israel-Hamas

    Menlu China ke Markas PBB Bahas Resolusi Israel-Hamas

    Jakarta, CNN Indonesia

    Menteri Luar Negeri China, Wang Yi, akan melakukan kunjungan ke New York pada minggu ini untuk mengadakan pertemuan dengan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB).

    Kementerian Luar Negeri Beijing, Senin (27/11), menerangkan pertemuan Wang Yi dengan DK PBB membahas mengenai agresi Israel ke Palestina.

    “Saat mereka memegang jabatan presiden bergilir Dewan Keamanan PBB bulan ini, China akan mengadakan pertemuan tingkat tinggi mengenai masalah Palestina-Israel pada tanggal 29 November,” kata juru bicara Wang Wenbin dikutip dari Arab News.

    Pada pertemuan DK PBB kali ini, Wang Yi akan berperan sebagai pemimpin rapat.

    Pekan lalu China menyambut baik kesepakatan Hamas dan Israel untuk menjalankan gencatan senjata yang dimulai pada Jumat (24/11). Gencatan senjata selama beberapa hari ini diikuti pula dengan pembebasan sandera dari Israel dan Hamas.

    Gencatan senjata lanjutan dinilai penting untuk segera terlaksana mengingat lebih dari 15.000 warga sipil tewas, termasuk ribuan anak-anak dan wanita sejak kelompok Hamas menyerbu perbatasan pada 7 Oktober.

    Dengan kesepakatan empat hari terhitung sejak Jumat, maka gencatan senjata akan berakhir pada hari ini.

    Wang Wenbin berharap bahwa pertemuan PBB minggu ini akan mencapai kesepakatan gencatan senjata, berakhirnya perang, dan memberikan kontribusi untuk meringankan krisis kemanusiaan di Gaza.

    China bersimpati kepada warga Palestina atas sejarah perjuangannya mencapai kemerdekaan. China mendukung disepakatinya solusi dua negara untuk mendamaikan Israel dan Palestina.

    Presiden China, Xi Jinping meminta diadakannya ‘konferensi perdamaian internasional’ untuk mengakhiri konflik tersebut.

    (cpa/nva)

  • Kemlu Evakuasi Satu WNI Relawan di Gaza, Dua Lagi Tetap di Palestina

    Kemlu Evakuasi Satu WNI Relawan di Gaza, Dua Lagi Tetap di Palestina

    Jakarta, CNN Indonesia

    Kementerian Luar Negeri RI bakal mengevakuasi satu dari tiga relawan warga negara Indonesia (WNI) dari Jalur Gaza, Palestina. Sebanyak dua relawan lainnya memutuskan menetap di sana.

    Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia Kemlu, Judha Nugraha, mengatakan satu WNI yang akan dievakuasi ialah Farid Zanzabil Al Ayubi. Judha berujar proses evakuasi Farid saat ini masih terus diupayakan agar bisa masuk ke dalam daftar orang yang akan dievakuasi.

    “Iya kami akan evakuasi Mas Farid segera ke tanah air. Saat ini masih terus diupayakan untuk memasukkan ke dalam daftar evacuees yang diizinkan melintas perbatasan Rafah,” kata Judha kepada CNNIndonesia.com, Senin (27/11).

    Judha menuturkan daftar tersebut merupakan proses yang kompleks dan rumit karena melibatkan banyak pihak di Gaza dan kawasan. Meski begitu, pengevakuasian WNI ini akan terus diupayakan hingga yang bersangkutan tiba di Indonesia.

    Fikri Rofiul Haq sebelumnya mengatakan dirinya dan Reza Aldilla Kurniawan bakal menetap di Gaza hingga waktu yang tidak diketahui. Fikri dan Reza adalah dua relawan selain Farid yang tinggal di Gaza demi membantu warga sipil di tengah agresi Israel sejak 7 Oktober lalu.

    “Kami memang [akan menetap di sini] karena akan terus memantau Jalur Gaza dan juga akan terus membantu masyarakat sini terutama Rumah Sakit Indonesia,” kata Fikri dalam pesan suara kepada CNNIndonesia.com, Senin (27/11).

    Meski begitu, Fikri berujar dia dan Reza tidak bisa kembali ke Rumah Sakit Indonesia karena militer Israel telah melarang. Lebih dari itu, kondisi rumah sakit hasil donasi rakyat Indonesia itu pun kini sudah hancur imbas bombardir Negeri Zionis.

    “Kami tidak bisa lagi kembali ke Rumah Sakit Indonesia karena pihak militer Israel sudah melarang, Rumah Sakit Indonesia sudah hancur, dan kami juga menunggu tim-tim medis yang akan Mer-C berangkatkan, salah satunya ada dokter,” tutur dia.

    “Dan juga insya Allah kami juga akan membangun kembali Rumah Sakit Indonesia dan juga akan membangun Rumah Sakit Indonesia tahap tiga. Dan untuk sampai berapa lama kami akan tinggal, kami tidak mengetahui namun untuk saat ini kami akan terus tetap stay di Jalur Gaza,” imbuh dia.

    Pada kesempatan sebelumnya, Fikri sempat mengatakan bahwa para relawan kini berada di sekolah yang dekat rumah sakit Eropa usai dievakuasi. Judha juga mengonfirmasi Fikri dan yang lainnya berada di dekat RS Eropa di Gaza selatan.

    “Mereka saat ini berada di dekat RS Eropa di Gaza selatan. Di madrasah sebelah RS Eropa,” kata Judha.

    Kondisi Fikri dkk sebelumnya membuat cemas lantaran Israel awal pekan ini melancarkan serangan ke RS Indonesia. Serangan itu menewaskan setidaknya 12 orang.

    Fikri dan 2 WNI lainnya tak bisa dihubungi saat serangan itu terjadi. MER-C sudah hilang kontak dengan ketiganya sejak 12 November lalu.

    Pada Rabu (22/11), Ketua Presidium MER-C Sarbini Abdul Murad akhirnya mengabarkan bahwa para relawan sudah bisa dihubungi dan dalam keadaan baik.

    “Mereka dalam kondisi sehat dan selamat,” ujar Sarbini dalam konferensi pers.

    Sarbini juga menyebut 3 WNI ini sedang bersiap-siap untuk dievakuasi. Kemungkinan mereka akan diangkut ke Rumah Sakit Nasser atau Rumah Sakit di Rafah.

    Namun pada Kamis (23/11), pasukan militer Israel dilaporkan kembali menyerang RS Indonesia dan menewaskan satu orang. Militer juga menangkap tiga orang di rumah sakit di Beit Lahiya, Gaza utara, itu.

    Pada hari yang sama, ketiga WNI pun dikabarkan sudah dievakuasi dari RS Indonesia. MER-C menyatakan ketiganya telah tiba di Rafah, perbatasan Palestina dan Mesir.

    “Ketiga relawan saat ini menunggu kesempatan evakuasi keluar dari Gaza,” tulis keterangan organisasi kemanusiaan MER-C melalui unggahan Instagram, Kamis (23/11).

    (blq/bac)

  • Hamas Ingin Perpanjang Gencatan Senjata di Jalur Gaza

    Hamas Ingin Perpanjang Gencatan Senjata di Jalur Gaza

    Jakarta, CNN Indonesia

    Kelompok militan Palestina, Hamas ingin memperpanjang gencatan senjata empat hari dengan Israel. Ini merupakan upaya Hamas agar sandera yang dibebaskan bisa lebih banyak lagi.

    Dalam sebuah pernyataan yang dirilis Minggu malam, Hamas mengatakan bahwa mereka ingin “memperpanjang gencatan senjata setelah periode empat hari berakhir, melalui upaya serius untuk meningkatkan jumlah orang yang dibebaskan dari penjara sebagaimana diatur dalam perjanjian gencatan senjata kemanusiaan.”

    Awal pekan ini, Qatar, yang memainkan peran sentral dalam memediasi kesepakatan tersebut, mengatakan bahwa pihaknya juga berharap untuk memperpanjang gencatan senjata, yang mencakup ketentuan perpanjangan satu hari ekstra untuk setiap sepuluh sandera yang siap dibebaskan Hamas.

    “Apa yang kami harapkan adalah bahwa momentum yang telah dibawa dari pembebasan dan dari kesepakatan empat hari ini akan memungkinkan kami untuk memperpanjang gencatan senjata lebih dari empat hari ini, dan oleh karena itu masuk ke dalam diskusi yang lebih serius tentang sisa sandera,” kata juru bicara kementerian luar negeri Qatar, Majed Al-Ansari, melansir CNN.

    Presiden AS Joe Biden mengatakan pemerintahannya bertujuan memperpanjang gencatan senjata di Gaza. Israel dan kelompok militan Palestina, Hamas sebelumnya hanya menyepakati gencatan senjata selama empat hari.

    Biden mengatakan pihaknya mau memperpanjang masa gencatan senjata di Gaza untuk memungkinkan pembebasan para sandera secara aman dan memungkinkan bantuan yang lebih penting untuk menjangkau warga sipil.

    Dalam sambutannya di Gedung Putih, Biden mengatakan bahwa ia dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu akan tetap “terlibat secara pribadi untuk memastikan bahwa kesepakatan ini diimplementasikan secara penuh dan bekerja untuk memperpanjang kesepakatan tersebut.”

    “Selama berminggu-minggu saya telah menganjurkan jeda dalam pertempuran untuk dua tujuan: untuk meningkatkan bantuan yang masuk ke warga sipil Gaza yang membutuhkan bantuan, dan untuk memfasilitasi pembebasan sandera.”

    Biden mengatakan bahwa kesepakatan yang dicapai antara Israel dan Hamas “terstruktur sehingga dapat diperpanjang untuk terus membangun hasil-hasil ini.”

    “Itulah tujuan kami: untuk menjaga agar jeda ini terus berlanjut hingga besok,” kata Biden.

    Sementara itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan kepada Biden bahwa Israel akan melanjutkan serangan di Gaza dengan kekuatan penuh setelah gencatan senjata sementara berakhir.

    Namun, Netanyahu mengaku menyambut baik rencana perpanjangan gencatan senjata jika hal itu dapat memfasilitasi pembebasan sepuluh sandera tambahan setiap hari, seperti yang telah disepakati dalam kesepakatan awal yang ditengahi oleh Qatar.

    Sebelumnya, Israel dan milisi Hamas sepakat gencatan senjata empat hari usai nyaris 50 hari pasukan Zionis menggempur Palestina. Gencatan senjata ini mulai berlaku pada 24 November pukul 07.00 waktu Gaza atau 12.00 WIB.

    Kesepakatan tersebut mencakup jeda pertempuran, lebih banyak bantuan kemanusiaan yang masuk ke Gaza, hingga pertukaran tahanan atau sandera dari kedua pihak.

    Menyoal pertukaran tahanan ini, mereka sepakat bahwa sandera dari Gaza akan dibebaskan 50 orang, sementara dari Israel 150 orang. Pembebasan ini berlangsung secara bertahap.

    Ini merupakan gencatan senjata pertama dalam konflik tersebut sejak para pejuang Hamas melakukan serangan di Israel selatan pada 7 Oktober, menewaskan 1.200 orang dan menyandera sekitar 240 orang.

    Menanggapi serangan tersebut, Israel bersumpah untuk menghancurkan militan Hamas yang menguasai Gaza, membombardir daerah kantong tersebut dan melancarkan serangan darat di bagian utara.

    Akibat bombardir Israel, otoritas kesehatan Palestina mengatakan sekitar 14.800 orang tewas dan sekitar 40 persen di antaranya adalah anak-anak.

    (tim/dmi)

    [Gambas:Video CNN]

  • Fakta-fakta Sandera Israel yang Dibebaskan Hamas

    Fakta-fakta Sandera Israel yang Dibebaskan Hamas

    Jakarta, CNN Indonesia

    Milisi Hamas dan Israel sepakat gencatan senjata selama empat hari. Salah satu perjanjian ini adalah pertukaran sandera dari kedua belah pihak.

    Berdasarkan kesepakatan, Hamas akan membebaskan 50 sandera dari Gaza, sementara Israel melepas 150 tahanan dari penjara di negara itu.

    Berikut fakta-fakta soal tahanan Israel di Gaza yang dirangkum CNNIndonesia.com.

    Hamas bebaskan 13 warga Israel

    Di fase pertama, Hamas melepas 13 warga Israel yang disandera pada Jumat (24/11) sekitar pukul 16.00 waktu Gaza.

    Mayoritas sandera yang dilepas Hamas adalah anak-anak dan perempuan.

    11 WN asing turut dilepas

    Di hari yang sama, milisi Palestina ini membebaskan 10 warga Thailand, dan satu warga negara Filipina.

    Menurut Kementerian Luar Negeri Qatar, pembebasan itu tak termasuk dalam kesepakatan gencatan senjata.

    Sementara itu, Israel melepas 39 warga Palestina yang berada di penjara.

    Tahanan tahap pertama tiba di Israel

    Militer Israel menyatakan 13 tahanan dari Gaza sudah tiba di negara itu di hari yang sama saat pembebasan.

    Mereka disambut Pasukan Pertahanan Israel (IDF) berupa pelukan dan tanda hormat.

    Dibawa ke RS-mendapat perawatan psikologis

    Setibanya di Israel Badan Keamanan Israel mendampingi mereka menuju rumah sakit untuk pemeriksaan lebih lanjut. Para sandera ini juga akan mendapat perawatan psikologis.

    Hamas kembali lepas 13 sandera warga Israel

    Di hari kedua gencatan senjata, Hamas melepas 13 tahanan Israel pada Sabtu malam waktu setempat. Dari jumlah ini, tujuh di antaranya merupakan anak-anak.

    Milisi di Palestina ini juga melepas empat warga asing.

    Sebagai imbalan, Israel juga telah membebaskan 39 tahanan Palestina.

    Pembebasan sandera sempat tertunda

    Menurut laporan Al Jazeera pertukaran sandera ini sempat tertunda.

    Hamas sempat mengatakan tak akan membebaskan sandera sebelum bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza. Mereka juga mengklaim Israel mencederai kesepakatan gencatan senjata.

    Israel sementara itu, balik mengancam akan kembali menggempur Gaza jika tak ada pembebasan sandera.

    (isa/bac)

    [Gambas:Video CNN]

  • Hamas Kembali Bebaskan 13 Sandera Israel, 7 di Antaranya Anak-anak

    Hamas Kembali Bebaskan 13 Sandera Israel, 7 di Antaranya Anak-anak

    Jakarta, CNN Indonesia

    Kementerian Luar Negeri Qatar mengatakan milisi Hamas sudah melepaskan 13 sandera asal Israel dan empat warga asing, Sabtu malam (25/11) waktu setempat, setelah sempat terjadi penundaan.

    Kesepakatan pembebasan sandera kembali ke jalurnya setelah penundaan sementara karena perselisihan tentang pasokan bantuan ke utara Gaza.

    “13 warga Israel dan empat warga asing diterima oleh ICRC dan sedang dalam perjalanan menuju Rafah,” ujar juru bicara kementerian luar negeri Qatar, Majed Al Ansari, dalam sebuah pernyataan di media sosial X, yang sebelumnya dikenal dengan nama Twitter.

    Gambar-gambar TV menunjukkan kendaraan Palang Merah di penyeberangan Rafah antara Gaza dan Mesir.

    Seorang pejabat Palestina yang mengetahui diplomasi tersebut mengatakan Hamas akan melanjutkan gencatan senjata selama empat hari yang telah disepakati dengan Israel, yang merupakan jeda pertama dalam pertempuran selama tujuh minggu.

    Al Ansari sebelumnya mengatakan penundaan singkat dan hambatan pembebasan sandera telah diatasi melalui kontak Qatar-Mesir dengan kedua belah pihak, dan menambahkan bahwa 39 warga sipil Palestina akan dibebaskan sebagai gantinya.

    Al Ansari mengatakan 13 sandera Israel yang dibebaskan itu, tujuh di antaranya adalah anak-anak dan enam lainnya perempuan. Sementara warga Palestina yang akan dibebaskan dari penjara Israel terdiri dari 33 anak-anak dan enam perempuan.

    Presiden AS Joe Biden sebelumnya juga sudah berbicara dengan Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani mengenai penundaan kesepakatan pembebasan sandera, ujar Adrienne Watson, juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih. Sekitar 3,5 jam setelah panggilan telepon mereka, Gedung Putih mendapat kabar dari pihak Qatar bahwa kesepakatan telah kembali berjalan dan Komite Palang Merah Internasional (ICRC) bergerak untuk mengumpulkan para sandera, tambah Watson.

    Sayap bersenjata Hamas sebelumnya mengatakan bahwa mereka menunda pembebasan sandera putaran kedua yang dijadwalkan pada hari Sabtu hingga Israel memenuhi semua persyaratan gencatan senjata, termasuk berkomitmen untuk mengizinkan truk-truk bantuan masuk ke Gaza utara.

    Juru bicara Hamas Osama Hamdan mengatakan hanya 65 dari 340 truk bantuan yang telah memasuki Gaza sejak Jumat yang telah mencapai Gaza utara, yang merupakan “kurang dari setengah dari yang disepakati Israel.”

    Brigade Al-Qassam juga mengatakan bahwa Israel telah gagal untuk menghormati persyaratan pembebasan tahanan Palestina. Qadura Fares, komisaris Palestina untuk tahanan, mengatakan Israel tidak membebaskan tahanan berdasarkan senioritas, seperti yang diharapkan.

    Menteri Pertanian Avi Dichter, anggota kabinet keamanan Israel, mengatakan kepada Channel 13 News bahwa Israel “mematuhi kesepakatan” dengan Hamas yang dimediasi oleh Qatar.

    Israel mengatakan bahwa 50 truk berisi makanan, air, perlengkapan tempat tinggal dan pasokan medis telah dikirim ke Gaza utara di bawah pengawasan PBB, yang merupakan pengiriman bantuan signifikan pertama ke sana sejak dimulainya perang.

    Perselisihan singkat mengenai gencatan senjata ini menimbulkan kekhawatiran akan kelancaran pelaksanaan kesepakatan pembebasan sandera setelah 13 wanita dan anak-anak Israel dibebaskan oleh Hamas pada hari Jumat. Sebanyak 39 wanita dan remaja Palestina dibebaskan dari penjara Israel.

    Juru bicara militer Israel Olivier Rafowicz mengatakan kepada televisi Prancis bahwa Israel sangat menghormati ketentuan gencatan senjata, dan mengatakan bahwa militer tidak melakukan serangan atau operasi ofensif di Gaza pada hari Sabtu.

    (Reuters/dmi)

    [Gambas:Video CNN]

  • Qatar Pastikan Pembebasan Tawanan Israel-Hamas Berlanjut

    Qatar Pastikan Pembebasan Tawanan Israel-Hamas Berlanjut

    Jakarta, CNN Indonesia

    Pihak Qatar memastikan proses pembebasan tawanan berlanjut setelah Israel dan Hamas menyelesaikan perselisihan mengenai persyaratan.

    Hambatan yang menyebabkan penundaan pembebasan sandera dan tawanan hari ini “telah diatasi” melalui mediasi, kata juru bicara kementerian luar negeri Qatar.

    “Setelah penundaan pelaksanaan pembebasan tahanan dari kedua belah pihak, hambatan-hambatan tersebut telah diatasi melalui komunikasi Qatar-Mesir dengan kedua belah pihak, dan malam ini 39 warga sipil Palestina akan dibebaskan sebagai imbalan atas pembebasan 13 tahanan Israel dari Gaza di samping 7 orang asing di luar kerangka kesepakatan,” kata juru bicara Qatar, Majed Al-Ansari, mengutip CNN, Sabtu (25/11).

    Sebelumnya, Brigade Al Qassam, kelompok sayap militer Hamas memutuskan menunda pembebasan sandera tahap kedua yang sedianya dijadwalkan Sabtu (25/11) sampai Israel berkomitmen mengizinkan truk-truk bantuan masuk ke Gaza utara.

    Brigade Al-Qassam mengatakan pembebasan sandera akan ditunda jika Israel tidak mematuhi persyaratan yang telah disepakati untuk membebaskan orang-orang Palestina yang ditahan.

    Rencananya 13 tawanan Israel diperkirakan akan dibebaskan. Sebagai gantinya, 39 tawanan Palestina akan dibebaskan dari tahanan Israel.

    Di bawah kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas, yang dimediasi oleh Qatar, sebanyak 50 sandera akan ditukar dengan 150 tahanan Palestina, beberapa di antaranya dihukum karena tuduhan senjata dan pelanggaran kekerasan, selama empat hari.

    Dalam pertukaran pertama pada hari Jumat, 13 wanita dan anak-anak Israel yang ditangkap oleh pejuang Hamas dalam sebuah serangan di Israel pada 7 Oktober telah dibebaskan. Sementara 24 wanita dan 15 anak-anak Palestina dibebaskan dari penjara Israel.

    Keputusan ini terjadi hanya beberapa jam setelah Mesir, yang mengontrol penyeberangan perbatasan Rafah ke Gaza selatan di mana pasokan bantuan penting telah dilanjutkan, mengatakan telah menerima “sinyal positif” dari semua pihak mengenai kemungkinan perpanjangan kesepakatan tersebut.

    Diaa Rashwan, kepala Layanan Informasi Negara Mesir (SIS), mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa Kairo sedang mengadakan pembicaraan ekstensif dengan semua pihak untuk mencapai kesepakatan yang berarti “pembebasan lebih banyak tahanan di Gaza dan tahanan Palestina di penjara-penjara Israel.”

    Israel mengatakan bahwa gencatan senjata dapat diperpanjang jika Hamas terus membebaskan sandera dengan kecepatan setidaknya 10 orang per hari. Sebuah sumber Palestina mengatakan bahwa hingga 100 sandera dapat dibebaskan.

    Israel dan Hamas telah mengatakan bahwa pertempuran akan berlanjut setelah gencatan senjata berakhir, meskipun Presiden AS Joe Biden mengatakan pada hari Jumat bahwa ada peluang nyata untuk memperpanjang gencatan senjata.

    (tim/dmi)

    [Gambas:Video CNN]

  • Geger Menteri Israel Bahas Serangan Nuklir, Rusia: Picu Banyak Pertanyaan

    Geger Menteri Israel Bahas Serangan Nuklir, Rusia: Picu Banyak Pertanyaan

    Moskow

    Rusia turut mengomentari pernyataan kontroversial seorang menteri Israel soal opsi serangan nuklir terhadap Jalur Gaza. Moskow mempertanyakan apakah pernyataan menteri Israel itu secara tidak langsung mengindikasikan pengakuan keberadaan senjata nuklir milik Tel Aviv.

    Seperti dilansir Reuters, Selasa (7/11/2023), Menteri Warisan Israel Amihay Eliyahu memicu kontroversi dengan menyebut serangan nuklir bisa menjadi ‘salah satu cara’ dalam serangan Israel ke Jalur Gaza. Sebagai sanksi, Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu telah menonaktifkan Eliyahu dari rapat kabinet ‘sampai pemberitahuan lebih lanjut’.

    Komentar Eliyahu itu menuai banyak kecaman di luar Israel. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, turut memberikan komentarnya.

    “Hal ini menimbulkan banyak pertanyaan,” sebut Zakharova dalam komentarnya, seperti dikutip kantor berita Rusia, RIA News Agency.

    Zakharova menyebut masalah utamanya adalah Israel tampaknya mengakui bahwa mereka memiliki senjata nuklir.

    Israel selama ini tidak secara terbuka mengakui bahwa mereka memiliki senjata nuklir, meskipun Federasi Ilmuwan Amerika memperkirakan negara Yahudi itu memiliki sekitar 90 hulu ledak nuklir.

    “Pertanyaan nomor satu — tampaknya kita sedang mendengar pernyataan resmi soal keberadaan senjata nuklir?” ucap Zakharova dalam pernyataannya.

    Jika demikian, lanjut Zakharova, lalu di manakah Badan Energi Atom Internasional (IAEA) dan para pemeriksa nuklir internasional?

    Belum ada tanggapan resmi Israel atas komentar Rusia tersebut.

    Seruan serupa juga dilontarkan oleh Iran, musuh abadi Israel, yang menyerukan tanggapan internasional yang cepat.

    “Dewan Keamanan PBB dan Badan Energi Atom Internasional harus mengambil tindakan segera dan tanpa gangguan untuk melucuti rezim barbar dan apartheid ini. Besok sudah terlambat,” cetus Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amirabdollahian dalam pernyataan via media sosial X.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Semua Opsi Terbuka untuk Respons Serangan Israel di Gaza

    Semua Opsi Terbuka untuk Respons Serangan Israel di Gaza

    Amman

    Pemerintah Yordania menegaskan semua opsi terbuka untuk merespons serangan Israel yang terus berlanjut terhadap Jalur Gaza. Otoritas Amman secara spesifik menyebut Israel telah gagal dalam membedakan antara target militer dan target sipil dalam pengeboman dan operasi darat yang berlangsung di daerah kantong Palestina itu.

    Seperti dilansir Reuters dan Al Arabiya, Selasa (7/11/2023), penegasan itu disampaikan oleh Perdana Menteri (PM) Bisher al Khasawneh dalam pernyataan terbaru pada Senin (6/11) waktu setempat. Namun Khasawneh tidak menjelaskan lebih detail soal langkah apa yang akan diambil oleh Yordania.

    Beberapa hari lalu, Yordania menarik Duta Besarnya dari Israel sebagai bentuk protes atas serangan tanpa henti Israel terhadap Jalur Gaza, setelah serangan lintas perbatasan oleh Hamas pada 7 Oktober lalu. Para pejabat Tel Aviv melaporkan lebih dari 1.400 orang, yang sebagian besar warga sipil, tewas akibat serangan itu.

    Laporan terbaru otoritas kesehatan Gaza, yang dikuasai Hamas, menyebut lebih dari 10.000 orang tewas akibat serangan Israel yang berlangsung selama sebulan terakhir. Dari jumlah tersebut, lebih dari 4.000 orang di antaranya merupakan anak-anak.

    Pekan lalu, Yordania juga mengumumkan bahwa Duta Besar Israel, yang meninggalkan Amman tak lama setelah serangan Hamas, tidak akan diizinkan kembali ke negara tersebut. Sang Duta Besar Israel itu secara efektif dinyatakan ‘persona non grata’ oleh otoritas Yordania.

    “Semua opsi tersedia bagi Yordania dalam menghadapi agresi Israel terhadap Gaza dan dampaknya,” ucap Khasawneh saat berbicara kepada media pemerintah.

    Yordania diketahui menandatangani perjanjian damai dengan Israel pada tahun 1994 silam.

    Lihat juga Video: Dokter Palestina Lulusan UNS Tewas Imbas Bom Israel

    Lebih lanjut, Khasawneh menyebut pengepungan yang dilakukan oleh Israel terhadap Jalur Gaza yang padat penduduk bukanlah upaya membela diri, seperti yang dikatakan oleh Tel Aviv.

    “Serangan brutal Israel tidak membedakan antara sasaran sipil dan militer, dan meluas ke area-area yang aman dan bahkan terhadap ambulans,” sebutnya.

    Israel membantah telah dengan sengaja menargetkan objek-objek sipil di daerah padat penduduk. Tel Aviv berdalih menyebut Hamas menjadikan warga sipil sebagai perisai manusia, menggali terowongan di bawah rumah-rumah sakit dan menggunakan ambulans untuk mengangkut para anggotanya.

    Kementerian Luar Negeri Israel dalam pernyataannya menyesalkan pernyataan yang disebutnya menghasut dari kepemimpinan Yordania.

    “Hubungan dengan Yordania memiliki kepentingan strategis bagi kedua negara dan kami menyesali pernyataan yang menghasut dari kepemimpinan Yordania,” demikian pernyataan Kementerian Luar Negeri Israel.

    Sementara itu, selain menarik Duta Besar, Yordania sedang meninjau kembali hubungan ekonomi, keamanan dan politik dengan Israel. Menurut para diplomat yang akrab dengan pemikiran Yordania, ada kemungkinan negara itu akan membekukan atau mencabut sebagian dari perjanjian damai jika konfik Jalur Gaza memburuk.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Kesaksian Dokter RS Indonesia di Gaza: Kami Mengandalkan Obor Kecil

    Kesaksian Dokter RS Indonesia di Gaza: Kami Mengandalkan Obor Kecil

    Jakarta

    Peringatan: Artikel ini memuat foto dan video yang berpotensi membuat Anda tidak nyaman.

    Rumah Sakit Indonesia di kawasan Gaza utara kedatangan korban luka dan tewas terbanyak akibat serangan udara Israel ke kamp pengungsian Jabalia, pada Selasa, 31 Oktober lalu. Pengeboman yang menyebabkan 400 korban tewas dan luka itu digambarkan sebagai “hari kiamat” oleh seorang penyintas serangan tersebut.

    Setidaknya 270 orang dilarikan ke Rumah Sakit Indonesia akibat serangan itu, kata Dokter Marwan Sultan, direktur medis di fasilitas kesehatan tersebut.

    Padahal, kata dia, rumah sakit yang dibangun dengan pendanaan dari pemerintah Indonesia dan sumbangan warga Indonesia tersebut hanya memiliki 140 tempat tidur.

    Situasi di Rumah Sakit Indonesia saat itu memburuk karena generator listrik kehabisan bahan bakar. Dua hari setelah pengeboman kamp pengungsian Jabalia atau pada 2 November lalu, rumah sakit itu kehilangan daya listrik.

    “Konsekuensinya kami berhenti melakukan operasi terhadap pasien kecuali operasi itu untuk menyelamatkan nyawa,” ujar Dokter Marwan kepada BBC.

    “Bangsal pasien tidak dapat berfungsi. Kami mengandalkan obor kecil sementara pasien di unit perawatan intensif (ICU) menggunakan generator listrik kecil,” kata Marwan.

    Dokter Marwan Sultan, Direktur Medis RS Indonesia di Gaza. (BBC)

    Dokter Marwan sangat yakin bahwa pada pengeboman kamp pengungsian Jabalia, dia melihat senjata jenis baru yang belum pernah dia lihat sebelumnya. Dia mendasarkan pendapatnya berdasarkan observasi luka para pasiennya.

    Marwan menjelaskan, sebagian besar luka korban bervariasi, antara lain luka laserasi anggota tubuh bagian dalam dan pendarahan internal yang masif akibat tekanan darah tinggi yang terjadi secara instan.

    Kepala Rumah Sakit Indonesia, Dokter Atef Kahlout, menuturkan hal serupa.

    Dia berkata, gelombang kejut akibat serangan Israel itu terasa di rumah sakitnya, yang berjarak dua kilometer dari ledakan.

    “Kami melihat jenis-jenis luka yang jarang terjadi, kata Dokter Atef.

    Berdasarkan observasi medis itu, dia yakin Israel menggunakan amunisi jenis baru saat melancarkan serangan udara ke Gaza.

    Tim penyelamat membawa korban pengeboman Israel di pengungsian Jabalia pada 31 Oktober lalu. (Reuters)

    Seorang juru bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF) berkata kepada BBC bahwa pihaknya tidak bisa membeberkan jumlah atau jenis amunisi yang mereka gunakan.

    Ketika ditanya tentang tuduhan penggunaan senjata ilegal, juru bicara militer Israel itu berkata, “Saya telah beberapa kali mendengar klaim yang dibuat para dokter. Saya dapat mengatakan dengan sangat jelas bahwa IDF tidak menggunakan amunisi yang bertentangan dengan hukum internasional hukum,” ujarnya.

    Baca juga:

    BBC berbicara dengan sejumlah pakar. Mereka menyatakan, senjata yang digunakan Israel setidaknya memiliki daya ledak 226 kilogram. Namun para pakar itu tidak satu suara tentang jenis senjata tersebut.

    Justin Bronk, peneliti di Royal United Services Institute, sebuah lembaga riset pertahanan dan keamanan berbasis di Inggris, menyebut kawah hasil ledakan Israel konsisten dengan dampak yang bisa ditimbulkan senjata jenis JDAM GBU-31.

    Senjata ini memiliki bobot 900 kilogram dan dirancang untuk menembus atau menghancurkan sasaran yang terkubur, termasuk yang berada di bawah bangunan.

    Gempuran Israel terhadap kamp pengungsian di Gaza. (Getty Images)

    Apa kata pemerintah Indonesia?

    Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Indonesia, Lalu Muhammad Iqbal, menyebut Rumah Sakit Indonesia di Gaza adalah fasilitas kesehatan yang “sepenuhnya untuk tujuan kemanusiaan”.

    Iqbal berkata, rumah sakit itu dibangun dengan sumber pendanaan yang berasal dari masyarakat Indonesia. Setelah peresmian, operasional rumah sakit itu diserahkan kepada otoritas Palestina.

    Dari waktu ke waktu, kata dia, sejumlah relawan asal Indonesia turut membantu kinerja para petugas medis di rumah sakit itu.

    Iqbal menuturkan, Rumah Sakit Indonesia di Gaza adalah satu dari sedikit fasilitas kesehatan yang masih mampu melayani pasien saat jumlah korban serangan Israel terus bertambah setiap hari.

    Namun Iqbal menyebut para pekerja medis melayani pasien dengan jumlah yang jauh di batas kapasitas rumah sakit.

    Serangan berujung “hari kiamat”

    Salah satu penyintas serangan Israel ke pengungsian Jabalia adalah Suheil al-Talooli, seorang warga Palestina berusia 70 tahun. Dia tengah berada di rumah bersama 30 anggota keluarganya ketika serangan udara Israel menghantam kamp pengungsi tersebut pekan lalu.

    “Rasanya seperti gempa bumi, letusan gunung berapi, atau Hari Kiamat yang telah tiba,” ujarnya.

    “Serangan itu rasanya seperti sepuluh pengeboman besar-besaran yang terjadi satu demi satu, dan semuanya tiba-tiba berubah menjadi hitam, kata Suheil.

    Pensiunan dokter tersebut mengatakan, dia yakin belum pernah ada orang yang mengalami ledakan sebesar ini di Gaza sebelumnya.

    Suheil al-Talooli, pensiunan dokter berusia 70 tahun, selamat dari ledakan besar pada 31 Oktober. (Suheil al-Talooli)

    Kawah sedalam 10 meter

    Serangan Israel itu membuat kawah sedalam 10 meter, kata Juru Bicara Pertahanan Sipil Gaza, Mahmoud Basal. Kementerian Kesehatan Gaza menyatakan terdapat sekitar 400 korban tewas dan korban luka akibat serangan tersebut.

    Rumah Suheil runtuh menimpanya. Dia pingsan akibat kejadian itu.

    Suheil kembali sadar dan menyaksikan “adegan kehancuran” saat dia ditarik dari reruntuhan bangunan.

    ‘Penghancuran permukiman’

    “Ada debu di mana-mana dan tak seorang pun dapat melihat dengan jelas siapa yang berdiri di samping mereka,” kata Suheil.

    “Saya melihat mayat berserakan di mana-mana. Bagian tubuh terlihat jelas” ujar pensiunan dokter yang tinggal di kamp pengungsi Jabalia yang padat penduduk, di utara Gaza. Dia dan keluarganya telah menetap di pengungsian itu selama 60 tahun.

    “Seluruh permukiman saya telah dihancurkan, ucapnya.

    Saudara laki-laki dan anak-anaknya Suheil selamat, tapi istrinya, Kifah, mengalami cedera kaki dan dilarikan ke rumah sakit.

    Kakak perempuan Suheil mengatakan kepada BBC, 17 sepupunya yang tinggal di dekatnya tewas dalam serangan itu. Dia yakin banyak anggota keluarga lainnya yang masih berada di bawah reruntuhan.

    Serangan udara tanpa henti

    Serangan udara pertama kali menghujani kamp pengungsi Jabalia dengan bom dua hari setelah serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober lalu.

    Serangan udara Israel pertama di pasar Jabalia menewaskan 50 orang, menurut Hamas.

    Lima hari kemudian, Israel memerintahkan warga sipil untuk meninggalkan daerah tersebut. Peringatan itu muncul lebih dari dua minggu sebelum serangan tanggal 31 Oktober.

    Namun Suheil menggambarkan serangan udara hari Selasa itu “berbeda dan lebih ganas dari serangan sebelumnya.

    “Anak-anak tercabik-cabik, katanya.

    ‘Tanah berguncang’

    Mohamed Alaswed, seorang warga kamp pengungsi Jabalia berusia 27 tahun, sedang membeli kebutuhan pokok di pasar, hanya beberapa menit sebelum pengeboman.

    “Tiba-tiba saya mendengar enam ledakan besar. Saya hanya berjarak 400 meter dari lokasi ledakan. Asap hitam dan debu menutupi tempat itu, kata Mohamed, yang menderita luka bakar di kaki.

    Dia bergegas ke lokasi ledakan, di mana dia tahu anggota keluarganya berada. Di lokasi itu, dia menemukan tumpukan puing yang menghalangi ambulans untuk mendekati area yang hancur.

    ‘Saya melihat anak-anak membawa mayat’

    Warga dengan panik membawa jenazah ke paramedis, yang berjuang untuk mencapai pusat ledakan.

    “Saya melihat anak-anak membawa mayat anak-anak lain. Para ibu berteriak dan mencari anak-anak mereka. Sulit untuk melihat atau menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi,” kata Mohamed.

    Dia menambahkan, seluruh area tersebut penuh dengan debu dan asap, dan ketika keadaan menjadi lebih jelas, dia “melihat bagian-bagian tubuh terdampar di lantai atas sebuah bangunan”.

    Pemandangan tersebut “sulit digambarkan dengan kata-kata, kata Mohamed, yang bekerja sebagai juru kamera dan telah tinggal di daerah tersebut sejak masa kecilnya.

    Dia berkata kepada BBC, serangan Israel itu terjadi begitu tiba-tiba sehingga dia bisa melihat mayat-mayat terperangkap di puing-puing,

    Namun Mohamed juga melihat sejumlah warga masih tampak “aktivitas normal”. Seorang perempuan berada di bawah reruntuhan, misalnya, terlihat memegang panci.

    Klaim mengincar komandan Hamas

    Pada tanggal 31 Oktober, militer Israel menyatakan serangan udara mereka membunuh Ibrahim Biari, Komandan Brigade Hamas di Jabalia. Menurut klaim itu, Ibrahim adalah satu dari sejumlah orang yang mengarahkan serangan tanggal 7 Oktober ke Israel.

    “Infrastruktur militer bawah tanah Hamas di bawah bangunan-bangunan ini runtuh dan banyak petinggi Hamas terbunuh,”. demikian klaim Israel.

    Orang-orang berdiri di sekitar tepi kawah raksasa di Jabalia pada tanggal 1 November. (EPA)

    Hamas menyatakan bahwa serangan udara tanggal 31 Oktober menewaskan “tujuh sandera asal Israel, termasuk tiga orang yang memiliki kewarganegaraan ganda”.

    Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Israel, Lior Haiat, berkata tidak mengetahui keadaan para sandera karena Hamas menolak mengizinkan kunjungan Palang Merah kepada para sandera.

    Haiat juga menuduh Hamas tidak memberikan perawatan medis kepada para sandera.

    Tonton Video: Massa Blokir Kapal Militer AS Diduga Bawa Senjata untuk Israel

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu