Kementrian Lembaga: Kementerian Keuangan

  • THR PNS 2025 Cair 17 Maret! Simak Besarannya di Sini – Page 3

    THR PNS 2025 Cair 17 Maret! Simak Besarannya di Sini – Page 3

    Besaran THR PNS 2025 terdiri dari beberapa komponen. Gaji pokok merupakan komponen utama, dan besarannya ditentukan berdasarkan golongan dan masa kerja PNS. Kisaran gaji pokok terendah berada di Golongan IA, sedangkan tertinggi di Golongan IVe.

    Sebagai contoh, untuk PNS di lingkungan Kementerian Keuangan, kisaran gaji pokok bervariasi. Selain gaji pokok, terdapat tunjangan melekat yang meliputi tunjangan keluarga, tunjangan pangan, dan tunjangan jabatan. Tunjangan ini juga akan dibayarkan sebagai bagian dari THR.

    Komponen penting lainnya adalah tunjangan kinerja. PNS akan menerima tunjangan kinerja sebesar 100% dari tunjangan kinerja bulanan yang diterima. Besaran tunjangan kinerja ini bervariasi tergantung pada instansi dan jabatan.

    Sebagai ilustrasi, untuk PNS di lingkungan Kementerian Keuangan, tunjangan kinerja bisa berkisar dari Rp 3.375.000 hingga Rp 46.950.000. Untuk PNS di daerah, besaran THR disesuaikan dengan kemampuan fiskal daerah masing-masing, namun umumnya setara dengan PNS pusat.

    Perlu diingat bahwa besaran gaji pokok PNS ditentukan berdasarkan golongan dan masa kerja. Berdasarkan PP Nomor 5 Tahun 2024, gaji pokok terendah berada di Golongan IA (Rp 1.685.700 hingga Rp 2.522.600) dan tertinggi di Golongan IVe (Rp 3.880.400 sampai Rp 6.373.200). Tunjangan melekat juga mencakup tunjangan suami/istri (5% dari gaji pokok) dan tunjangan anak (2% per anak, maksimal tiga anak).

  • Demi Harga Tiket Pesawat Murah Selama Mudik Lebaran 2025, Sri Mulyani Nombok Pajak Segini – Page 3

    Demi Harga Tiket Pesawat Murah Selama Mudik Lebaran 2025, Sri Mulyani Nombok Pajak Segini – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta Dalam rangka mendukung kelancaran mudik Lebaran 2025, pemerintah melalui Kementerian Keuangan memberikan insentif sebesar Rp 286,1 miliar untuk menurunkan harga tiket pesawat.

    Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu) Suahasil Nazara, menjelaskan bahwa insentif untuk menurunkan harga tiket pesawat ini bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan akan digunakan untuk menanggung Pajak Pertambahan Nilai (PPN) tiket pesawat.

    “Estimasinya adalah sekitar beban APBN-nya Rp286,1 miliar. Jadi langsung dibayari oleh ditanggung oleh pemerintah. PPN-nya tetap dibayar tapi ditanggung oleh belanja negara,” kata Suahasil dalam konferensi Pers APBN KiTa Maret 2025, ditulis, Jumat (14/3/2025).

    Suahasil mengatakan, bahwa penurunan harga tiket pesawat yang diberikan Pemerintah sebesar 13-14% melalui mekanisme PPN yang ditanggung pemerintah. Kebijakan ini berlaku selama 15 hari, mulai dari 24 Maret hingga 7 April 2025.

    “Ini seperti ketika kemarin Natal dan tahun baru, kita lakukan lagi untuk Lebaran ini dan selama masa libur Idul Fitri, 15 hari dari 24 Maret sampai 7 April 2025,” ujarnya.

    Tak hanya tiket pesawat, pemerintah juga memberikan diskon tarif tol selama periode mudik. Diskon sebesar 20% akan berlaku selama enam hari, yaitu empat hari untuk arus mudik (24-27 Maret) dan dua hari untuk arus balik (8-9 April 2025).

    “Kemudian, penurunan tarif tol dan transportasi selama mudik Lebaran. Diskon 20% selama 6 hari, 4 hari arus mudik 24-27 Maret dan 2 hari arus balik 8-9 April 2025,” ujar Suahasil.

    Selain itu, pemudik yang terdampak pengalihan arus melalui tol Cileunyi, Sumedang, dan Dawuan akan mendapatkan tambahan diskon hingga 30%.

    “Diskon tarif tambahan hingga 30% diberikan untuk pemudik yang terdampak pengalihan arus melalui tol Cileunyi, Sumedang, dan Dawuan,” ujarnya.

     

  • Tunjangan Guru Langsung ke Rekening Usai Prabowo Ubah Aturan

    Tunjangan Guru Langsung ke Rekening Usai Prabowo Ubah Aturan

    Jakarta

    Presiden Prabowo Subianto meresmikan aturan baru terkait pengiriman tunjangan guru aparatur sipil negara (ASN). Tunjangan itu kini akan dikirimkan langsung ke rekening guru.

    “Kita dapat berkumpul pada hari untuk melaksanakan acara mekanisme baru penyaluran tunjangan guru ASN daerah langsung ke rekening guru,” kata Prabowo dalam pidatonya di Plaza Insan Berprestasi, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen), Jakarta Pusat, Kamis (13/3/2035).

    Setelah pidato, Prabowo menekan tombol sebagai tanda peluncuran mekanisme baru pengiriman tunjangan guru ASN.

    “Saya ucapkan terima kasih kepada guru se-Indonesia, masa depan bangsa kita ada di pundak para guru kita. Masa depan anak-anak kita ada di pundak guru kita,” ucap Prabowo.

    “Dengan mengucapkan bismillahirrohmanirrohim, saya Prabowo Subianto Presiden Indonesia mendapat kehormatan meluncurkan mekanisme baru peluncuran penyaluran tunjangan guru ASN daerah langsung ke rekening guru,” sambungnya.

    Program tersebut sebagai salah satu langkah strategis Prabowo untuk melaksanakan percepatan pelaksanaan prioritas pembangunan dan capaian program prioritas bidang pendidikan.

    Dikutip laman resmi Kemendikdasmen, tunjangan untuk guru ASN Daerah dan PPPK daerah yang selama ini penyalurannya oleh pemerintah daerah melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) Non Fisik, tahun ini disalurkan langsung oleh Kementerian Keuangan.

    Tunjangan tersebut yakni Tunjangan Profesi Guru (TPG), Tunjangan Khusus Guru (TKG) bagi guru yang sudah memiliki sertifikat pendidik, serta Tambahan Penghasilan atau Tamsil bagi guru yang belum memiliki sertifikat pendidik.

    Perubahan skema penyaluran tersebut tertuang melalui penerbitan Peraturan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Permendikdasmes) Nomor 4 tahun 2025 sebagai perubahan atas Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Permendikbudristek) Nomor 45 tahun 2023. Aturan tersebut terkait petunjuk teknis pemberian tunjangan profesi, tunjangan khusus, dan tambahan penghasilan guru aparatur sipil negara daerah.

    Perubahan tersebut tidak mengubah besaran dan jadwal penyaluran tunjangan. Pada peraturan tersebut tertuang, bahwa besaran tunjangan setara dengan satu kali gaji pokok untuk TPG dan TKG serta Rp250 ribu per bulan untuk Tamsil dan langsung disalurkan ke rekening bank guru yang bersangkutan.

    Penyaluran tunjangan dilakukan sesuai tahapan penyaluran dengan pembayaran dilakukan setiap 3 bulan sekali yang dimulai pada bulan Maret untuk triwulan I dan Juni untuk penyaluran Triwulan II. Sedangkan untuk Triwulan III disalurkan mulai September dan Triwulan IV mulai November.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • APBN Februari 2025 defisit Rp31,2 triliun

    APBN Februari 2025 defisit Rp31,2 triliun

    Sumber foto: Antara/elshinta.com.

    APBN Februari 2025 defisit Rp31,2 triliun
    Dalam Negeri   
    Editor: Sigit Kurniawan   
    Kamis, 13 Maret 2025 – 17:25 WIB

    Elshinta.com – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati melaporkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) per 28 Februari 2025 mengalami defisit sebesar Rp31,2 triliun atau 0,13 persen terhadap produk domestik bruto (PDB).

    “Defisit APBN 2025 didesain Rp616,2 triliun. Jadi, defisit Rp31,2 triliun masih dalam target APBN, yaitu 2,53 persen terhadap PDB atau Rp616,2 triliun,” kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KiTa Edisi Maret 2025 di Jakarta, Kamis.

    Pendapatan negara terealisasi sebesar Rp316,9 triliun atau 10,5 persen terhadap target APBN 2025 yang sebesar Rp3.005,1 triliun.

    Penerimaan perpajakan tercatat sebesar Rp240,4 triliun atau 9,7 persen dari target, dengan rincian Rp187,8 triliun berasal dari penerimaan pajak dan Rp52,6 triliun dari kepabeanan dan cukai.

    Sementara penerimaan negara bukan pajak (PNBP) terserap sebesar Rp76,4 triliun atau 14,9 persen dari target.

    Di sisi lain, realisasi belanja negara hingga akhir Februari 2025 mencapai Rp348,1 triliun atau 9,6 persen dari target sebesar Rp3.621,3 triliun.

    Belanja pemerintah pusat (BPP) tercatat sebesar Rp211,5 triliun atau 7,8 persen dari target. Rinciannya, belanja kementerian/lembaga (K/L) terealisasi sebesar Rp83,6 triliun dan belanja non-K/L Rp127,9 triliun.

    Adapun belanja transfer ke daerah (TKD) terealisasi sebesar Rp136,6 triliun atau 14,9 persen dari target.

    Dengan menghitung selisih dari total pendapatan negara dikurangi belanja negara di luar pembayaran bunga utang, keseimbangan primer tercatat surplus Rp48,1 triliun.

    Keseimbangan primer mencerminkan kemampuan negara mengelola utang. Dengan surplus keseimbangan primer, maka kondisi fiskal dapat dikatakan masih cukup memadai untuk mengelola pendapatan, belanja, dan utang.

    Akan tetapi, realisasi pembiayaan anggaran tercatat mencapai Rp220,1 triliun. Realisasi itu setara 35,7 persen dari target APBN 2025.

    Sri Mulyani pun mengakui terjadi penarikan pembiayaan yang cukup besar pada dua bulan pertama tahun 2025. “Ini berarti ada perencanaan dari pembiayaan yang cukup front loading. Artinya, realisasinya di awal cukup besar,” katanya.

    Dalam kesempatan itu, Menkeu menjelaskan alasan pihaknya baru menyampaikan laporan APBN setelah menundanya selama sebulan.

    Kementerian Keuangan menunggu sampai data cukup stabil sebelum disampaikan kepada publik. Hal itu bertujuan untuk menghindari risiko misinterpretasi terhadap data-data yang disampaikan.

    Sebagai informasi, APBN KiTa merupakan publikasi bulanan mengenai realisasi APBN yang dikeluarkan oleh Kementerian Keuangan. Publikasi itu bertujuan untuk menginformasikan masyarakat mengenai kinerja pendapatan, belanja, dan pembiayaan negara sebagai bentuk tanggung jawab publik dan transparansi fiskal.

    APBN KiTa biasanya dilaporkan pada bulan setelah periode realisasi. Artinya, realisasi APBN Januari umumnya dilaporkan pada Februari, realisasi Februari dilaporkan pada Maret, dan seterusnya.

    Namun kali ini, realisasi Januari hingga Februari 2025 disampaikan dalam satu waktu yang sama, yakni pada konferensi pers APBN KiTa Edisi Maret 2025.

    Sumber : Antara

  • Ada Efisiensi, Bagaimana Kondisi APBN 2025 Sekarang?

    Ada Efisiensi, Bagaimana Kondisi APBN 2025 Sekarang?

    Jakarta: Kinerja Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025 menunjukkan tren yang kurang menggembirakan. Baik dari sisi pendapatan maupun belanja, pertumbuhan negatif menjadi tantangan utama bagi stabilitas fiskal negara.
     
    Per akhir Februari 2025, pendapatan negara tercatat sebesar Rp316,9 triliun atau 10,5 persen dari target APBN 2025. Namun, angka ini mengalami kontraksi sebesar -20,8 persen dibandingkan dengan realisasi pendapatan pada periode yang sama di tahun sebelumnya (year on year/yoy). 
     
    Di sisi lain, belanja negara mencapai Rp348,1 triliun atau 9,6 persen dari alokasi yang tersedia, tetapi tetap mengalami penurunan -7,0 persen dibandingkan tahun lalu.

    Menurut Ekonom Bank Danamon Indonesia, Hosianna Evalita Situmorang, penerimaan pajak menjadi salah satu faktor utama penurunan ini. 
     
    “Penerimaan pajak kurang dari yang diharapkan, hanya mencapai Rp240,4 triliun atau 9,7 persen dari target, dengan pertumbuhan negatif -25 persen secara tahunan. Tren ini menyoroti perlunya strategi penerimaan yang lebih kuat untuk mendukung stabilitas fiskal,” ujar Hosianna dilansir Media Indonesia, Kamis, 13 Maret 2025.
     

    Belanja pemerintah terkendala efisiensi

    Selain pendapatan yang menurun, belanja negara juga mengalami penurunan signifikan, terutama di sektor Kementerian dan Lembaga (K/L). 
     
    Realisasi belanja K/L mencapai Rp83,6 triliun atau 7,2 persen dari target, dengan kontraksi -30,3 persen secara tahunan.
     
    Namun, belanja pemerintah masih menunjukkan peningkatan dalam hal transfer ke daerah (TKD). 
    Kementerian Keuangan mencatat bahwa pada Januari dan Februari, TKD telah mencapai Rp136,6 triliun, atau 14,9 persen dari target, dengan pertumbuhan 1,43 persen dibandingkan tahun lalu.
    Defisit anggaran dan strategi pembiayaan
    Hosianna mengatakan, defisit anggaran kali ini merupakan yang pertama sejak Februari 2021. Hal ini beriringan dengan penerbitan obligasi bruto pemerintah yang mencapai Rp149,44 triliun hingga 10 Maret 2025, meningkat 28,6 persen dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp116,23 triliun.
     
    Defisit anggaran tahun ini diproyeksikan mencapai Rp616,2 triliun atau sekitar 2,53 persen dari PDB. Pemerintah berencana menerbitkan obligasi bruto sebesar Rp1.442,6 triliun, dengan Rp642,6 triliun dalam bentuk penerbitan neto dan Rp800 triliun untuk membayar jatuh tempo utang.
     
    “Meningkatnya jatuh tempo obligasi akibat stimulus pasca-COVID dapat mendorong peningkatan penerbitan hingga tahun 2030,” ucap Hosianna.

     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (ANN)

  • Kemiskinan Ekstrem Jadi Sorotan, Cak Imin Usulkan Optimalisasi Dana Umat

    Kemiskinan Ekstrem Jadi Sorotan, Cak Imin Usulkan Optimalisasi Dana Umat

    PIKIRAN RAKYAT – Menteri Koordinator Bidang Pemberdayaan Masyarakat (Menko PM) Muhaimin Iskandar memimpin rapat tingkat menteri di Kantor Kemenko PM, Jakarta Pusat, Kamis, 13 Maret 2025. Rapat dilakukan bersama kementerian yang menjadi bagian penanganan kemiskinan.

    Muhaimin mengatakan bahwa rapat membahas pengentasan kemiskinan terutama kemiskinan ekstrem. Hal ini juga dalam rangka menyiapkan pelaksanaan Inpres Penanggulangan Kemiskinan.

    Dia menjelaskan salah satu isu penting yang diprioritaskan tersebut adalah konsolidasi seluruh bentuk bantuan sosial dan subsidi agar penyalurannya tepat sasaran dan APBN terdistribusikan dengan efektif dan efisien.

    “Sehingga APBN yang akan menangani kemiskinan ini akan lebih dikonsolidasikan supaya tepat sasaran,” kata Muhaimin atau yang akrab disapa Cak Imin.

    Penyaluran bantuan tepat sasaran

    Cak Imin menyinggung terbentuknya Data Tunggal Sosial Ekonomi Nasional (DTSEN) dalam kaitannya pengentasan kemiskinan untuk memastikan penyaluran bantuan tepat sasaran.

    Lebih lanjut, Cak Imin mengatakan bahwa faktor lain yang dapat diintegrasi untuk pengentasan kemiskinan salah satunya adalah dengan mengkonsolidasikan dana umat.

    Ia meyakini, jika DTSEN digunakan dalam penyaluran bantuan dari lembaga keagamaan, maka target pengentasan kemiskinan diharapkan bisa segera tercapai.

    “Selain APBN yang kira-kira sekitar total di semua kementerian itu ada Rp500 triliun lebih, kita berharap mengkonsolidasikan pundi-pundi dana umat masyarakat agar berfokus kepada kemiskinan, terutama badan amal zakat, Baznas, kita harapkan untuk mengkonsolidir agar prioritasnya ditujukan kepada penanggulangan kemiskinan,” kata Cak Imin memungkasi.

    Dalam rilis Kemenko PM, rapat pengentasan kemiskinan pada lintas kementerian ini meliputi Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi, Menteri Sosial Saifullah Yusuf.

    Kemudian Menteri Agama Nasaruddin Umar, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti, dan Staf Ahli Bidang Pengeluaran Negara Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Sudarto.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Bikin Frustasi! Tommy Kurniawan Ajak Masyarakat Hindari Pinjol Ilegal

    Bikin Frustasi! Tommy Kurniawan Ajak Masyarakat Hindari Pinjol Ilegal

    Jakarta, Beritasatu.com – Artis sekaligus politisi, Tommy Kurniawan mengimbau masyarakat untuk berhati-hati dan tidak tergiur dengan tawaran kemudahan mendapatkan pinjaman online (pinjol).

    Hal tersebut dilakukan untuk menghindari jeratan pinjaman online ilegal yang kini marak di kalangan masyarakat. Pinjol ilegal, menurut Tommy, dapat menimbulkan keresahan dan frustrasi bagi para penggunanya. 

    Pernyataan tersebut disampaikan oleh Tommy, yang juga anggota DPR Komisi XI dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa, melalui akun Instagramnya pada Kamis (13/3/2025).

    “Pinjol ilegal sudah banyak beredar di lingkungan kita. Banyak kasus yang menimbulkan keresahan,” ungkap Tommy Kurniawan dalam unggahannya.

    Tommy menjelaskan, banyak agen pinjaman online ilegal yang menyasar masyarakat yang kurang teredukasi tentang risiko pinjol. Mereka sering kali menggunakan modus yang memikat, menawarkan bantuan untuk meringankan beban keuangan.

    “Modus para agen ini adalah dengan mengiming-imingi masyarakat untuk meringankan keuangan mereka, sehingga banyak yang tergiur. Namun, setelah terjerat, proses penagihan akan sangat meresahkan. Mereka meneror, mengancam dengan kata-kata kasar, dan bahkan mempermalukan korban,” tuturnya.

    Sebagai anggota DPR, Tommy pun berharap pemerintah melalui Kementerian Keuangan dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dapat melakukan seleksi ketat terhadap aplikasi pinjaman online yang beredar di masyarakat. 

    Lebih lanjut, ia menekankan pentingnya pemberantasan pinjol ilegal agar masyarakat tidak terjebak dalam praktik yang merugikan.

    “Saya mengingatkan masyarakat yang membutuhkan uang, baik untuk biaya sehari-hari maupun biaya sekolah, untuk selalu memeriksa legalitas aplikasi pinjaman online yang akan digunakan. Pastikan aplikasi tersebut terdaftar di OJK, karena pinjol yang legal mengikuti aturan pemerintah dalam hal penagihan, suku bunga, dan prosedur peminjaman,” tuturnya.

    Tommy Kurniawan juga menyarankan agar masyarakat selalu lebih berhati-hati dan cermat dalam memilih layanan pinjol guna menghindari masalah hukum atau keuangan yang dapat menimpa mereka pada masa depan.

  • Penerimaan Pajak Turun pada Februari 2025, Pengamat ungkap 3 Penyebab

    Penerimaan Pajak Turun pada Februari 2025, Pengamat ungkap 3 Penyebab

    Bisnis.com, JAKARTA — Anjloknya penerimaan pajak dalam 2 dua bulan terakhir dinilai pengamat merupakan cerminan kondisi di tengah masyarakat.

    Manajer Riset Center for Indonesia Taxation Analysis Fajry Akbar melihat setidaknya ada tiga faktor utama yang menjadikan penerimaan pajak terkontraksi yaitu implementasi Coretax yang bermasalah, penerapan kebijakan tarif efektif rata-rata (TER), dan peningkatan restitusi pajak pertambahan nilai (PPN).

    Menurutnya, tiga faktor utama tersebut seharusnya bersifat sementara. Oleh sebab itu, dia meyakini ke depan penerimaan pajak bisa meningkat lagi atau terjadi perbaikan.

    “Perbaikan ini terjadi karena saya melihat dampak utamanya adalah operational risk [risiko operasional], begitu pula dengan dampak koreksi dari TER maupun restitusi PPN yang akan berkurang dalam beberapa bulan ke depan,” jelas Fajry kepada Bisnis, Kamis (13/3/2025).

    Dia melihat faktor risiko operasional Coretax hingga dampak kebijakan pemerintah, membuat Kemenkeu lebih sulit mencapai target penerimaan pajak.

    Kendati demikian, Fajry menggarisbawahi secara fundamental kinerja pajak lebih dipengaruhi oleh kondisi perekonomian. Oleh sebab itu, jika kondisi perekonomian membaik maka target penerimaan pajak sebesar Rp2.189,3 triliun sepanjang 2025 masih bisa tercapai.

    “Jika kondisi makro tidak jauh dari asumsi APBN—seperti pertumbuhan ekonomi 5,2%—dan masih dikelola oleh orang yang tepat, saya masih yakin dengan kondisi kesehatan keuangan negara kita,” ujarnya.

    Lebih lanjut, Fajry mengaku bingung apabila Kemenkeu menyatakan salah satu alasan penerimaan pajak turun karena kebijakan relaksasi pembayaran pajak periode Januari dan Februari 2025 hingga 10 Maret 2025.

    Padahal, sambungnya, Keputusan Direktorat Jenderal Pajak No. 67/PJ/2025 baru diterbitkan di akhir Februari 2025.

    Sebagai informasi, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) melaporkan penerimaan pajak mencapai Rp187,8 triliun per Februari 2025. Angka tersebut turun 30,2% secara tahunan (year on year/YoY) atau dibandingkan realisasi pajak Februari 2024 senilai Rp269,02 triliun.

    Alasan Kemenkeu

    Wakil Menteri Keuangan Anggito Abimanyu membantah permasalahan implementasi Coretax menjadi penyebab utama penerimaan negara anjlok pada awal tahun.

    Anggito menjelaskan sejak 2022, pola penerimaan pajak selalu sama yaitu naik pada Desember tetapi menurun pada Januari dan Februari.

    “Jadi, tidak ada hal yang anomali [dari penurunan penerimaan pajak selama Januari—Februari 2025]. Jadi sifatnya normal saja,” ujar Anggito dalam konferensi pers di Kantor Kemenkeu, Jakarta Pusat, Kamis (13/3/2025).

  • Kementerian Keuangan Tarik Utang Baru Rp438,1 Triliun per Februari 2025

    Kementerian Keuangan Tarik Utang Baru Rp438,1 Triliun per Februari 2025

    Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Keuangan telah merealisasikan penarikan utang senilai Rp438,1 triliun untuk pembiayaan APBN 2025 sepanjang 1 Januari sampai dengan 28 Februari 2025.

    Wakil Menteri Keuangan Thomas Djiwandono menjelaskan bahwa pemerintah menargetkan penarikan Rp775,9 triliun utang sepanjang 2025. Artinya, realisasi penarikan utang sebesar Rp438,1 triliun tersebut setara 35,7% dari total target.

    “Sebagaimana capaian realisasi tadi, target pembiayaan berjalan sesuai rencana dengan tetap menjaga biaya yang efisien serta resiko yang terkendali,” ujar Thomas dalam konferensi pers APBN Kita di Kantor Kemenkeu, Jakarta Pusat, Kamis (13/3/2025).

    Dia merincikan bahwa realisasi tersebut berasal dari surat berharga negara (SBN) dikurangi pinjaman. Hingga akhir Februari 2025, Kementerian Keuangan telah merealisasikan penerbitan SBN senilai Rp238,8 triliun dan pinjaman sebanyak Rp14,4 triliun.

    Lebih lanjut, Thomas menjelaskan jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu maka terlihat pertumbuhan yang stagnan. Hingga akhir Februari 2024, realisasi pembiayaan utang mencapai Rp185 triliun atau setara 35,4% dari target APBN 2024.

    Keponakan Presiden Prabowo Subianto itu mengaku, langkah-langkah penarikan utang tersebut telah dilakukan untuk mendukung arah dan target APBN 2025.

    “Pembiayaan APBN akan terus dikelola dengan prinsip kehati-hatian dan terukur dengan mempertimbangkan efisiensi anggaran serta dinamika pasar keuangan,” jelas Thomas yang juga keponakan Presiden Prabowo itu.

    Sementara itu, secara keseluruhan posisi utang pemerintah mencapai Rp8.909,13 triliun per 31 Januari 2025 atau setara 39,6% terhadap produk domestik bruto (PDB).

    Jumlah tersebut naik senilai Rp108,05 triliun dibandingkan posisi utang pemerintah pada bulan sebelumnya atau Desember 2024. Komposisi utang pemerintah terdiri atas Rp7.817,23 triliun dari SBN dan pinjaman Rp1.091,9 triliun.

  • Setoran PPN DN Rontok 92,75% pada Januari 2025, Efek Error Coretax?

    Setoran PPN DN Rontok 92,75% pada Januari 2025, Efek Error Coretax?

    Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Keuangan melaporkan penerimaan pajak pertambahan nilai dalam negeri alias PPN DN hanya sebesar Rp2,58 triliun pada Januari 2025. Angka tersebut turun hingga 92,75% dari realisasi PPN DN pada Januari 2024 senilai Rp35,6 triliun.

    Data tersebut terungkap dalam dokumen APBN KiTa edisi Februari 2025, yang berisi data fiskal per Januari 2025. 

    Dibandingkan jenis pajak lain, penerimaan PPN DN memang menjadi yang paling besar anjloknya. PPh Badan menjadi jenis pajak yang penurunannya terbesar kedua: pada Januari 2025, realisasi PPh Badan sebesar Rp4,16 triliun atau anjlok hingga 77,14% dari perolehan Januari 2024 senilai Rp18,2 triliun.

    Kemudian, PPh 21 menjadi jenis pajak yang persentase penurunannya terbesar ketiga. Pada Januari 2025, realisasi PPh 21 sebesar Rp15,96 triliun atau anjlok hingga 43,64% dari perolehan Januari 2024 senilai Rp28,3 triliun.

    Ketua Pengawas Ikatan Konsultan Pajak Indonesia Prianto Budi Saptono menjelaskan setoran pajak yang bermasalah tersebut semua adalah dari jenis pajak yang dikelola Direktorat Jenderal (Ditjen) Pajak.

    Oleh sebab itu, Prianto meyakini permasalahan implementasi Coretax alias sistem inti administrasi perpajakan yang dikelola Ditjen Pajak menjadi penyebab utama penurunan penerimaan tersebut.

    Dia menjelaskan setelah diluncurkan pada 1 Januari 2025, Coretax terus mengalami masalah teknis. Masalahnya, proses bisnis pembayaran pajak hanya bisa dilakukan melalui Coretax.

    “Makanya, secara praktis pembayaran pajak tidak dapat dilakukan di bulan Januari 2025 ketika Coretax bermasalah,” jelas Prianto kepada Bisnis, Rabu (12/3/2025).

    Prianto meyakini performa penerimaan pajak akan pulih pada bulan-bulan selanjutnya. Pengajar Ilmu Administrasi Fiskal Universitas Indonesia itu beralasan, Ditjen Pajak telah memberikan kelonggaran penyetoran pajak melalui dua skema sejak Februari 2025.

    Skema pertama melalui menu deposit yang ada di Coretax. Skema kedua, menu pembuatan SPT pemotongan/pemungutan PPh juga dapat menghasilkan kode billing sehingga berdasarkan kode billing tersebut pembayaran pajak bisa dilakukan melalui berbagai bank seperti sebelum diberlakukan Coretax.

    Oleh sebab itu, diharapkan penyetoran pajak tidak terhambat lagi. Prianto menyimpulkan, secara prinsip penyetoran pajak terhambat hanya karena ada pergeseran waktu setor.

    “Jadi, target di APBN 2025 masih tetap dapat dipertahankan [Rp2.189,31 triliun],” jelas Direktur Eksekutif Pratama-Kreston Tax Research Institute itu.

    Jenis Pajak
    Jan-24
    Jan-25
    %

    PPN DN
    35,6
    2,58
    -92,7%

    PPh 21
    28,3
    15,95
    -43,6%

    PPh Badan
    18,2
    4,16
    -77,1%

    PPh Final
    11,5
    11,57
    0,6%

    PPh 22 Impor
    6,3
    6,09
    -3,3%

    PPh 26
    9,3
    8,94
    -3,8%

    PPh OP
    0,5
    0,46
    -8%

    PPN Impor
    19,6
    20,21
    3,1%

    *nilai pajak dalam triliun rupiah

    Sebagai informasi, dokumen APBN KiTa edisi Februari 2025 (yang berisi data APBN per Januari 2025) muncul di situs resmi Kemenkeu pada Rabu (12/3/2025) pagi. Namun, ketika Bisnis memeriksanya lagi pada pukul 14.30 WIB, dokumen itu sudah tidak tersedia.

    Sementara itu, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menggelar Konferensi Pers APBN Kita edisi Maret 2025 pada Kamis (13/3/2025). Dalam konferensi pers tersebut, Kemenkeu tidak menyampaikan data realisasi penerimaan pajak Januari 2025, melainkan langsung memaparkan data per Februari 2025.

    Disampaikan, penerimaan pajak mencapai Rp187,8 triliun per Februari 2025. Angka tersebut turun 30,2% dibandingkan realisasi pajak Februari 2024 senilai Rp269,02 triliun.

    Tak Bahas Coretax

    Dalam penjelasannya, Wakil Menteri Keuangan Anggito Abimanyu membantah permasalahan implementasi Coretax menjadi penyebab utama penerimaan negara anjlok pada awal tahun.

    Anggito menjelaskan sejak 2022, pola penerimaan pajak selalu sama yaitu naik pada Desember tetapi menurun pada Januari dan Februari.

    “Jadi, tidak ada hal yang anomali [dari penurunan penerimaan pajak selama Januari—Februari 2025]. Jadi sifatnya normal saja,” ujar Anggito dalam konferensi pers di Kantor Kemenkeu, Jakarta Pusat, Kamis (13/3/2025).

    Hanya saja, dia tidak menampik bahwa penurunan penerimaan pajak pada awal tahun ini lebih besar daripada tahun-tahun sebelumnya. Menurutnya, ada dua faktor utama yang menyebabkan itu.

    Pertama, faktor penurunan harga komoditas utama Indonesia seperti batu bara (-11,8%), Brent (-5,2%), dan nikel (-5,9%). Kedua, faktor administrasi.

    Terkait faktor administrasi, Anggito menjelaskan adanya sejumlah kebijakan baru yang mempengaruhi penerimaan pajak. Dia mencontohkan kebijakan tarif efektif rata-rata (TER) atas PPh 21 atau pajak atas penghasilan buruh yang mulai belaku Januari 2024.

    Menurutnya, penerapan TER PPh 21 mengakibatkan lebih bayar sebesar Rp165 triliun pada 2024. Anggito menyatakan jika lebih bayar tersebut diklaim pada Januari dan Februari 2025 maka penerimaan pajak jenis PPh 21 akan meningkat (rata-rata Rp21,2 triliun [bruto] pada Desember 2024—Februari 2025) bahkan lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (Rp20,4 triliun [bruto]).

    “Jadi ada kebijakan yang baru pertama kali dilaksanakan pada 2024 yang namanya tarif efektif rata-rata untuk PPh 21. Jadi kalau Anda menghitung cash memang turun, tapi kalau ini adalah efek dari kebijakan TER yang dilaksanakan 2024,” ujar Anggito.

    Selain itu, sambungnya, ada kebijakan relaksasi pembayaran PPN dalam negeri (DN) yaitu pembayaran yang sampai dengan Februari bisa dibayarkan hingga 10 Maret 2025.

    Menurutnya, jika perhitungan dinormalisasikan terhadap aturan relaksasi tersebut maka rata-rata penerimaan PPN DN periode Desember 2024—Februari 2025 mencapai Rp69,5 triliun (bruto) atau lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu (Rp64,2 triliun [bruto]).

    “Jadi itu menjelaskan pola Februari 2025 agak berbeda dengan sebelumnya. Tapi sekali lagi setelah dinormalisasikan dan angka itu diketahui sampai dengan 10 Maret maka polanya sama seperti yang normal,” tutupnya.

    Anggito tidak mengungkapkan permasalahan implementasi Coretax menjadi penyebab penerimaan pajak turun.