Kementrian Lembaga: Kementan

  • Muluskan Lelang 27 Perusahaan Curang, Mentan Amran Copot 11 Pegawai Nakal – Page 3

    Muluskan Lelang 27 Perusahaan Curang, Mentan Amran Copot 11 Pegawai Nakal – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman resmi mencopot 11 pegawai di bagian pengadaan. Pasalnya, pegawai tersebut telah memuluskan lelang proyek terhadap 27 perusahaan penyalur pupuk yang kedapatan nakal.

    Ada 4 perusahaan yang menyalurkan pupuk NPK palsu dan di-blacklist Kementan. 23 perusahaan lainnya diduga menyalurkan pupuk dibawah standar yang diatur. Imbasnya, Mentan Amran mencopot 11 pegawai dari jabatannya di Kementan.

    “Ada pegawai Kementerian Pertanian yang memproses semua lelang ini, kami mohon maaf, kami nonaktifkan 11 orang. Mulai hari ini. Kami sudah minta suratnya dikeluarkan, nonaktif 11 orang,” tegas Mentan Amran di Kantor Kementan, Jakarta, Selasa (26/11/2024).

    Dia merinci, pencopotan pegawai itu terdiri dari Direktur, pejabat eselon II, eselon III, hingga staf di bidang pengadaan pupuk. Selanjutnya, seluruh pegawai tadi akan ditindak oleh Inspektorat Jenderal Kementan.

    “Direktur, Eselon II, Eselon III, kemudian staf yang memproses pengadaan pupuk, kami nonaktifkan. Dan juga ditindaklanjuti oleh Irjen, bila perlu kami kirim ke penegak hukum,” ucapnya.

    Kronologinya, Mentan Amran mengecek penyaluran pupuk oleh beberapa perusahaan nakal tadi. Setelah didapat kesimpulan, pihaknya langsung mencopot 11 pegawai yang terlibat.

    “Setelah kami terima laporan, kami ngecek langsung Direkturnya, kami copot,” ujarnya.

    “Sesuai arahan Bapak Presiden Prabowo, kami tidak akan memberi ruang bagi siapa pun yang merugikan petani. Mafia pupuk dan korupsi harus dihentikan demi keberlanjutan sektor pertanian yang lebih baik,” tegas Mentan Amran Sulaiman.

     

  • Mentan Amran Blacklist 4 Produsen Pupuk Palsu, Rugikan Petani Rp 600 Miliar – Page 3

    Mentan Amran Blacklist 4 Produsen Pupuk Palsu, Rugikan Petani Rp 600 Miliar – Page 3

    Sebelumnya, Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengajak masyarakat di Kampung Wanam, Distrik Ilwayab, Kabupaten Merauke, Papua Selatan untuk mewujudkan swasembada pangan dan bersama meningkatkan kesejahteraan masyarakat adat. 

    Mentan Amran mengatakan program swasembada pangan bukan hanya urusan pangan semata. Program tersebut juga merupakan sarana agar masyarakat adat di Merauke dapat merasakan kesejahteraan dari kegiatan pertanian.

    “Bapak ibu kita gandengan tangan untuk bersama meningkatkan kesejahteraan masyarakat Wanam, masyarakat Merauke. Kita ini bersaudara, kita semua sama, jadi kita saling membantu dan bergotong royong untuk meningkatkan kesejahteraan kita,” kata Mentan Amran saat memimpin Apel Pasukan Batalyon Swasembada Pangan Wanam, Merauke, Minggu (24/11/2024).

    Pada kunjungan kerja ke Merauke, Mentan Amran meninjau langsung cetak sawah di Wanam dan kesiapan Pasukan Batalyon Pangan Wanam. Kata Mentan Amran, Kementerian Pertanian (Kementan) siap memberikan bantuan dan pendampingan untuk mendukung kegiatan pengolahan lahan untuk lokasi cetak sawah.

    “Traktor ini kami hibahkan dalam bentuk Brigade Pangan. Kami hibahkan traktor, nanti kita berikan benih gratis, pupuk, kita bangun sama-sama lahan ini,” ucapnya.

    Mentan Amran memproyeksikan Wanam sebagai pusat pertumbuhan ekonomi dengan melibatkan masyarakat sekitar. Ia menyebutkan sebelumnya Kementan telah merintis di Kurik dan hasil produksinya baik.

    “Kami sudah rintis di Kurik, dulu produksinya 2 ton, Bapak Presiden tanya langsung sekarang produksinya 7 ton. Dulu tanam 1 kali sekarang menjadi 3 kali tanam, dan ada operator combine harvester (mesin panen) bisa mendapat penghasilan 6 juta per bulan. Jadi kita harapkan juga ini terjadi di Wanam agar kesejahteraan masyarakat di sini meningkat,” jelasnya.

  • Kementan Perkuat Ketahanan Pangan Lewat Program Upland di 13 Kabupaten

    Kementan Perkuat Ketahanan Pangan Lewat Program Upland di 13 Kabupaten

    Malang: Kementerian Pertanian (Kementan) terus menggencarkan program pertanian dataran tinggi atau Upland. Program ini bertujuan meningkatkan produktivitas pertanian sekaligus mendongkrak pendapatan petani dengan melibatkan mereka di 13 kabupaten di Indonesia.

    Koordinator Tim Pemantau dan Pengendali Program Upland, Rahmanto, menyampaikan program ini berfokus pada pengembangan produk unggulan di setiap daerah. Salah satu contoh sukses adalah pengembangan bawang merah di Malang, Jawa Timur.

    “Upland hadir untuk meningkatkan produksi, menjaga ketahanan pangan, dan memastikan komoditas utama seperti bawang merah tetap stabil meskipun menghadapi tekanan inflasi,” ujar Rahmanto dalam keterangannya, Senin, 25 November 2024.

    Menurutnya, fluktuasi harga bawang merah yang kerap dipengaruhi inflasi menjadi perhatian khusus. Program Upland bertujuan memastikan kestabilan produksi bawang merah guna menjaga daya beli petani sekaligus pasokan di pasar.

    “Jika produksi bawang merah meningkat, kesejahteraan petani akan terangkat, dan inflasi bisa lebih terkendali,” imbuhnya.

    Selain bawang merah, program ini juga mencakup komoditas lain seperti manggis, kopi, beras organik, dan bawang putih. Kementan turut mengembangkan kualitas produk agar lebih kompetitif di pasar domestik maupun internasional.

    “Kami berupaya mengurangi biaya produksi dengan menyediakan mesin pertanian, membangun infrastruktur, serta mendukung irigasi dan pemasaran,” jelas Rahmanto.

    Rahmanto menambahkan, pelatihan pemasaran juga menjadi salah satu prioritas. Petani diajarkan cara menjual hasil panen mereka dengan harga yang lebih baik melalui strategi pemasaran yang efektif.

    “Produk yang meningkat harus bisa terjual dengan baik. Kami membantu petani menemukan pembeli yang tepat agar hasil panen mereka bernilai optimal,” kata dia.

    Keberhasilan program Upland, menurut Rahmanto, akan terlihat dari kualitas produk yang dihasilkan. Jika produk unggulan memenuhi standar kualitas, daya saingnya akan meningkat di pasar global.

    “Dengan kualitas yang terjaga, produk kami bisa diterima dengan baik, baik di pasar nasional maupun internasional,” ujarnya.

    Program Upland merupakan kolaborasi antara pemerintah Indonesia dengan Islamic Development Bank (IsDB) dan International Fund for Agricultural Development (IFAD).

    Country Director South East Asia and The Pacific IFAD, Hani A Elsadani Salem, menjelaskan kerja sama ini bertujuan memperkuat ketahanan pangan sekaligus meningkatkan penghidupan para petani.

    “Program ini memiliki dua tujuan utama, yaitu meningkatkan ketahanan pangan dan meningkatkan kesejahteraan petani serta pelaku pertanian lainnya,” kata Elsadani Salem.

    Senada, Resident Representative and Director IsDB, Amer Bukvic, menyoroti potensi besar Indonesia dalam mengelola sumber daya alamnya.

    “Kami juga fokus meningkatkan efisiensi pemasaran produk pertanian, baik di pasar lokal maupun internasional. Kami ingin mendukung pencapaian visi Indonesia Emas 2045,” tegas Amer.

    Melalui program Upland, pemerintah berharap ketahanan pangan nasional semakin kuat, sementara kesejahteraan petani terus meningkat seiring pengembangan berbagai komoditas unggulan.

    Malang: Kementerian Pertanian (Kementan) terus menggencarkan program pertanian dataran tinggi atau Upland. Program ini bertujuan meningkatkan produktivitas pertanian sekaligus mendongkrak pendapatan petani dengan melibatkan mereka di 13 kabupaten di Indonesia.
     
    Koordinator Tim Pemantau dan Pengendali Program Upland, Rahmanto, menyampaikan program ini berfokus pada pengembangan produk unggulan di setiap daerah. Salah satu contoh sukses adalah pengembangan bawang merah di Malang, Jawa Timur.
     
    “Upland hadir untuk meningkatkan produksi, menjaga ketahanan pangan, dan memastikan komoditas utama seperti bawang merah tetap stabil meskipun menghadapi tekanan inflasi,” ujar Rahmanto dalam keterangannya, Senin, 25 November 2024.
    Menurutnya, fluktuasi harga bawang merah yang kerap dipengaruhi inflasi menjadi perhatian khusus. Program Upland bertujuan memastikan kestabilan produksi bawang merah guna menjaga daya beli petani sekaligus pasokan di pasar.
     
    “Jika produksi bawang merah meningkat, kesejahteraan petani akan terangkat, dan inflasi bisa lebih terkendali,” imbuhnya.
     
    Selain bawang merah, program ini juga mencakup komoditas lain seperti manggis, kopi, beras organik, dan bawang putih. Kementan turut mengembangkan kualitas produk agar lebih kompetitif di pasar domestik maupun internasional.
     
    “Kami berupaya mengurangi biaya produksi dengan menyediakan mesin pertanian, membangun infrastruktur, serta mendukung irigasi dan pemasaran,” jelas Rahmanto.
     
    Rahmanto menambahkan, pelatihan pemasaran juga menjadi salah satu prioritas. Petani diajarkan cara menjual hasil panen mereka dengan harga yang lebih baik melalui strategi pemasaran yang efektif.
     
    “Produk yang meningkat harus bisa terjual dengan baik. Kami membantu petani menemukan pembeli yang tepat agar hasil panen mereka bernilai optimal,” kata dia.
     
    Keberhasilan program Upland, menurut Rahmanto, akan terlihat dari kualitas produk yang dihasilkan. Jika produk unggulan memenuhi standar kualitas, daya saingnya akan meningkat di pasar global.
     
    “Dengan kualitas yang terjaga, produk kami bisa diterima dengan baik, baik di pasar nasional maupun internasional,” ujarnya.
     
    Program Upland merupakan kolaborasi antara pemerintah Indonesia dengan Islamic Development Bank (IsDB) dan International Fund for Agricultural Development (IFAD).
     
    Country Director South East Asia and The Pacific IFAD, Hani A Elsadani Salem, menjelaskan kerja sama ini bertujuan memperkuat ketahanan pangan sekaligus meningkatkan penghidupan para petani.
     
    “Program ini memiliki dua tujuan utama, yaitu meningkatkan ketahanan pangan dan meningkatkan kesejahteraan petani serta pelaku pertanian lainnya,” kata Elsadani Salem.
     
    Senada, Resident Representative and Director IsDB, Amer Bukvic, menyoroti potensi besar Indonesia dalam mengelola sumber daya alamnya.
     
    “Kami juga fokus meningkatkan efisiensi pemasaran produk pertanian, baik di pasar lokal maupun internasional. Kami ingin mendukung pencapaian visi Indonesia Emas 2045,” tegas Amer.
     
    Melalui program Upland, pemerintah berharap ketahanan pangan nasional semakin kuat, sementara kesejahteraan petani terus meningkat seiring pengembangan berbagai komoditas unggulan.
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (ALB)

  • Gokil! Petani Milenial Merauke Raup Cuan Rp 15-20 Juta Per Bulan, Bagaimana Bisa?

    Gokil! Petani Milenial Merauke Raup Cuan Rp 15-20 Juta Per Bulan, Bagaimana Bisa?

    FAJAR.CO.ID, MERAUKE — Upaya pemerintah dalam mengembangkan pertanian modern di lumbung pangan Merauke mulai menunjukkan hasil nyata. Pada kunjungan Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman ke lokasi optimasi lahan rawa di Kurik, Merauke, Senin (25/11/2024) pagi waktu setempat, salah seorang petani milenial Kurik bernama Matius, turut berbagi cerita suksesnya.

    Di hadapan Mentan Amran, Matius bercerita dengan menggunakan teknologi modern, ia mampu menghasilkan pendapatan hingga Rp15-20 juta per bulan.

    “Per hektare, bisa menghasilkan Rp 1,25 juta. Kalau 3 hektare, bisa dapat lebih dari Rp3,6 juta,” tutur Mathius.

    Matius adalah bagian dari petani milenial Kurik yang mengelola lahan hasil optimasi lahan rawa (oplah). Kementerian Pertanian (Kementan) bersama pemerintah daerah telah mengoptimasi 40 ribu hektare lahan rawa di Merauke pada tahun 2024, dengan 10 ribu hektare di antaranya berada di Kecamatan Kurik.

    “Saya bangga dan terharu mendengar keberhasilan Matius. Kita harus bangunkan lahan tidur di Merauke, bangunkan para pemuda di Merauke. Saat ini Merauke sudah menyala, semangat swasembada pangan sudah ada di sini,” terang Mentan Amran.

    Mentan Amran menyebut keberhasilan Matius sebagai bukti nyata pentingnya teknologi dalam mendukung produktivitas petani.

    “Kita tidak bisa hanya menggunakan cangkul untuk mengolah lahan 40 ribu hektare. Tapi dengan traktor, semuanya bisa selesai dalam 3 bulan. Dari hulu ke hilir, semuanya harus menggunakan teknologi,” ujarnya. .

    Ia juga menekankan teknologi lain yang digunakan, seperti rice transplanter untuk penanaman, combine harvester untuk panen, hingga dryer dan gudang modern untuk pascapanen. Teknologi ini tidak hanya meningkatkan efisiensi, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan petani.

  • Pemkab Sumbawa Lanjutkan Program Upland untuk Swasembada Pangan

    Pemkab Sumbawa Lanjutkan Program Upland untuk Swasembada Pangan

    Sumbawa: Pemerintah Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB) mendukung upaya Kementerian Pertanian (Kementan) mewujudkan swasembada pangan sebagai salah satu asta cita Presiden Prabowo Subianto dengan melanjutkan pertanian dataran tinggi atau program Upland Kementan.

    Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Sumbawa, Budi Prasetiyo, mengatakan program ini memberikan kontribusi besar dalam meningkatkan kesejahteraan petani, khususnya pendapatan dan produktivitas.

    “Program Uplang telah memberikan kebaikan dan asas manfaat yang sangat berharga bagi petani-petani kita untuk peningkatan kesejahteraan dan peningkatan pendapatan mereka,” kata Budi Prasetiyo dalam keterangan pers, Senin, 25 November 2024.
     

    Budi menjelaskan meskipun Program Upland akan berhenti dalam waktu beberapa tahun ke depan, pemerintah Kabupaten Sumbawa berencana mengembangkan dan melanjutkan program tersebut. Program ini dianggap terobosan yang dapat mendukung program swasembada pangan Kementan.

    Budi berharap para petani dapat mengambil pelajaran berharga dari sistem pertanian yang diterapkan lewat program ini. Khususny, dalam meningkatkan produktivitas bawang merah di Kabupaten Sumbawa.

    Sementara Manajer Program Upland Kementan, Muhammad Ikhwan, mengungkapkan berbagai kegiatan telah dilaksanakan di NTB. Dia berharap program ini dapat terus berjalan dan dimanfaatkan petani.

    “Kami berharap dapat memudahkan petani dalam meningkatkan produktivitas hasil pertanian mereka,” kata Ikhwan.

    Program UPLAND yang didanai oleh Islamic Development Bank (IsDB) dan International Fund for Agricultural Development (IFAD) memiliki tujuan meningkatkan kesejahteraan petani. Berbagai kegiatan telah dilaksanakan, termasuk pembentukan korporasi petani yang diharapkan dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk menampung hasil pertanian.

    “Selain meningkatkan produktivitas, kami juga berharap korporasi yang telah dibentuk dapat menjadi wadah yang efektif, sehingga hasil pertanian mereka bisa terdistribusi dengan lebih baik,” ungkap Ikhwan.

    Sumbawa: Pemerintah Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB) mendukung upaya Kementerian Pertanian (Kementan) mewujudkan swasembada pangan sebagai salah satu asta cita Presiden Prabowo Subianto dengan melanjutkan pertanian dataran tinggi atau program Upland Kementan.
     
    Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Sumbawa, Budi Prasetiyo, mengatakan program ini memberikan kontribusi besar dalam meningkatkan kesejahteraan petani, khususnya pendapatan dan produktivitas.
     
    “Program Uplang telah memberikan kebaikan dan asas manfaat yang sangat berharga bagi petani-petani kita untuk peningkatan kesejahteraan dan peningkatan pendapatan mereka,” kata Budi Prasetiyo dalam keterangan pers, Senin, 25 November 2024.
     

    Budi menjelaskan meskipun Program Upland akan berhenti dalam waktu beberapa tahun ke depan, pemerintah Kabupaten Sumbawa berencana mengembangkan dan melanjutkan program tersebut. Program ini dianggap terobosan yang dapat mendukung program swasembada pangan Kementan.
    Budi berharap para petani dapat mengambil pelajaran berharga dari sistem pertanian yang diterapkan lewat program ini. Khususny, dalam meningkatkan produktivitas bawang merah di Kabupaten Sumbawa.
     
    Sementara Manajer Program Upland Kementan, Muhammad Ikhwan, mengungkapkan berbagai kegiatan telah dilaksanakan di NTB. Dia berharap program ini dapat terus berjalan dan dimanfaatkan petani.
     
    “Kami berharap dapat memudahkan petani dalam meningkatkan produktivitas hasil pertanian mereka,” kata Ikhwan.
     
    Program UPLAND yang didanai oleh Islamic Development Bank (IsDB) dan International Fund for Agricultural Development (IFAD) memiliki tujuan meningkatkan kesejahteraan petani. Berbagai kegiatan telah dilaksanakan, termasuk pembentukan korporasi petani yang diharapkan dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk menampung hasil pertanian.
     
    “Selain meningkatkan produktivitas, kami juga berharap korporasi yang telah dibentuk dapat menjadi wadah yang efektif, sehingga hasil pertanian mereka bisa terdistribusi dengan lebih baik,” ungkap Ikhwan.
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (DEN)

  • Pendapatan Petani Garut Terbantu Program Pertanian Dataran Tinggi

    Pendapatan Petani Garut Terbantu Program Pertanian Dataran Tinggi

    Garut: Program pertanian dataran tinggi atau Upland disebut berkontribusi besar meningkatkan pendapatan petani di Garut, Jawa Barat, sejak 2021.

    Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Garut Haeruman melaporkan program Upland telah mengembangkan total 200 hektare lahan di empat desa; Sukawargi 100 hektare, Cikanang 30 hektare, Simpang 40 hektare, dan Margamulya 40 hektare. 

    “Proyek Upland telah meningkatkan pendapatan petani, sehingga mereka kini lebih mandiri secara ekonomi,” kata Haeruman dalam keterangan pers, Senin, 25 November 2024.
     

    Proyek ini bertujuan menghasilkan benih kentang bersertifikat dan meningkatkan taraf hidup petani. Dukungan infrastruktur, seperti jalan usaha tani, embung, irigasi sprinkler, dan ternak domba, menjadi faktor pendukung keberhasilan proyek ini.

    Ia berharap program ini dapat diperluas ke desa lain pada 2025. Namun, ia juga menekankan pentingnya penguatan kelembagaan kelompok tani agar keberlanjutan aset, seperti gudang benih, tetap terjaga melalui pengelolaan berbasis peraturan desa (Perdes).

    “Dengan kontribusi petani dan keberlanjutan infrastruktur, potensi kentang di Garut dapat mendukung swasembada pangan nasional,” ungkapnya.

    Upland merupakan program hasil kerja sama pemerintah lewat Kementerian Pertanian (Kementan) dengan Islamic Development Bank (IsDB) dan International Fund for Agricultural Development (IFAD).

    Tim IFAD melaksanakan supervisi untuk meninjau progres pelaksanaan Upland di Garut yang dimulai pada 2021. Kegiatan ini bertujuan memastikan efektivitas program dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat di wilayah dataran tinggi.

    Anggota Tim Supervisi Misi IFAD, Rahmi Khalida, menjelaskan bahwa evaluasi difokuskan pada komponen peningkatan produktivitas dan fasilitas pendukung yang telah diterapkan. 

    “Kami ingin memastikan infrastruktur, manajemen lahan, serta sarana seperti gudang, jalan usaha tani, dan alat transportasi seperti truk telah berjalan optimal dan dimanfaatkan oleh penerima manfaat,” ujar Rahmi.

    Program Upland berorientasi pada peningkatan kesejahteraan petani dataran tinggi, khususnya melalui budidaya tanaman seperti kentang. Namun, sejumlah tantangan utama mengemuka, salah satunya perubahan pola tanam dari petani kentang konsumsi menjadi penangkar benih. Proses ini membutuhkan komitmen untuk mengikuti standar operasional prosedur (SOP) yang ditetapkan. Kestabilan harga juga masih menjadi kendala. 

    “Meski koperasi telah berjalan selama setahun, diperlukan waktu untuk membangun kepercayaan petani agar mau menjual hasil produksi kepada koperasi,” beber Rahmi.

    Seiring dengan fokus pemerintah pada ketahanan dan swasembada pangan, Rahmi menyoroti potensi besar pertanian dataran tinggi. Dengan dukungan iklim dan kesuburan tanah, kawasan ini dinilai sangat potensial untuk pengembangan tanaman pangan dan hortikultura.

    “Akan sangat disayangkan jika program ini tidak berkesinambungan dengan agenda pemerintah,” ungkap Rahmi.

    Rahmi juga menegaskan alasan Indonesia dipilih sebagai lokasi implementasi program Upland. Indonesia telah lama menjadi anggota IFAD. “Sebagai negara berkembang dengan potensi besar di sektor pertanian, program ini selaras dengan visi IFAD untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pedesaan,” ujar Rahmi.

    Garut: Program pertanian dataran tinggi atau Upland disebut berkontribusi besar meningkatkan pendapatan petani di Garut, Jawa Barat, sejak 2021.
     
    Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Garut Haeruman melaporkan program Upland telah mengembangkan total 200 hektare lahan di empat desa; Sukawargi 100 hektare, Cikanang 30 hektare, Simpang 40 hektare, dan Margamulya 40 hektare. 
     
    “Proyek Upland telah meningkatkan pendapatan petani, sehingga mereka kini lebih mandiri secara ekonomi,” kata Haeruman dalam keterangan pers, Senin, 25 November 2024.
     

    Proyek ini bertujuan menghasilkan benih kentang bersertifikat dan meningkatkan taraf hidup petani. Dukungan infrastruktur, seperti jalan usaha tani, embung, irigasi sprinkler, dan ternak domba, menjadi faktor pendukung keberhasilan proyek ini.
    Ia berharap program ini dapat diperluas ke desa lain pada 2025. Namun, ia juga menekankan pentingnya penguatan kelembagaan kelompok tani agar keberlanjutan aset, seperti gudang benih, tetap terjaga melalui pengelolaan berbasis peraturan desa (Perdes).
     
    “Dengan kontribusi petani dan keberlanjutan infrastruktur, potensi kentang di Garut dapat mendukung swasembada pangan nasional,” ungkapnya.
     
    Upland merupakan program hasil kerja sama pemerintah lewat Kementerian Pertanian (Kementan) dengan Islamic Development Bank (IsDB) dan International Fund for Agricultural Development (IFAD).
     
    Tim IFAD melaksanakan supervisi untuk meninjau progres pelaksanaan Upland di Garut yang dimulai pada 2021. Kegiatan ini bertujuan memastikan efektivitas program dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat di wilayah dataran tinggi.
     
    Anggota Tim Supervisi Misi IFAD, Rahmi Khalida, menjelaskan bahwa evaluasi difokuskan pada komponen peningkatan produktivitas dan fasilitas pendukung yang telah diterapkan. 
     
    “Kami ingin memastikan infrastruktur, manajemen lahan, serta sarana seperti gudang, jalan usaha tani, dan alat transportasi seperti truk telah berjalan optimal dan dimanfaatkan oleh penerima manfaat,” ujar Rahmi.
     
    Program Upland berorientasi pada peningkatan kesejahteraan petani dataran tinggi, khususnya melalui budidaya tanaman seperti kentang. Namun, sejumlah tantangan utama mengemuka, salah satunya perubahan pola tanam dari petani kentang konsumsi menjadi penangkar benih. Proses ini membutuhkan komitmen untuk mengikuti standar operasional prosedur (SOP) yang ditetapkan. Kestabilan harga juga masih menjadi kendala. 
     
    “Meski koperasi telah berjalan selama setahun, diperlukan waktu untuk membangun kepercayaan petani agar mau menjual hasil produksi kepada koperasi,” beber Rahmi.
     
    Seiring dengan fokus pemerintah pada ketahanan dan swasembada pangan, Rahmi menyoroti potensi besar pertanian dataran tinggi. Dengan dukungan iklim dan kesuburan tanah, kawasan ini dinilai sangat potensial untuk pengembangan tanaman pangan dan hortikultura.
     
    “Akan sangat disayangkan jika program ini tidak berkesinambungan dengan agenda pemerintah,” ungkap Rahmi.
     
    Rahmi juga menegaskan alasan Indonesia dipilih sebagai lokasi implementasi program Upland. Indonesia telah lama menjadi anggota IFAD. “Sebagai negara berkembang dengan potensi besar di sektor pertanian, program ini selaras dengan visi IFAD untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pedesaan,” ujar Rahmi.
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (DEN)

  • Program Upland Kementan Permudah Akses Kebutuhan Petani di Sumbawa

    Program Upland Kementan Permudah Akses Kebutuhan Petani di Sumbawa

    Sumbawa: Bantuan akses layanan keuangan mikro yang digagas program Upland Kementerian Pertanian (Kementan) memberikan dampak positif bagi pemberdayaan ekonomi kelompok tani. Bantuan ini secara langsung mendukung petani dalam berbagai tahapan, mulai dari penanaman, hingga produksi hasil pertanian. 

    Salah satu kelompok tani di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB), Ayubeta, mengaku sangat terbantu program keuangan mikro ini. Ketua kelompok tani, Rusbianto, menyampaikan bantuan akses layanan keuangan yang disalurkan melalui PT Bank Perkreditan Rakyat (BPR) NTB memiliki dampak yang signifikan bagi mereka.

    “Terima kasih kepada Upland Project yang telah menyalurkan dana melalui Bank BPR NTB. Kami, para petani, merasa bangga dan sangat terbantu oleh program ini,” ujar Rusbianto dalam keterangannya, Jumat, 22 November 2024.

    Ia mengatakan proses pencairan dana melalui Bank BPR NTB cepat dan tidak memberatkan petani. Dengan prosedur yang sederhana, bantuan tersebut memberikan kemudahan bagi petani untuk memenuhi kebutuhan pertanian mereka. 
     

    “Alhamdulillah, bantuan ini sangat meringankan beban kami. Proses pencairannya juga tidak dipersulit oleh pihak Bank BPR NTB,” ungkapnya.
     
    Anggota Kelompok Tani Ayubeta lainnya, Susi Susanti, juga senada. Ia menyebutkan bantuan tersebut digunakan untuk berbagai keperluan, seperti pembelian bibit bawang, obat-obatan, hingga pupuk. 

    “Kami menggunakan bantuan ini untuk modal menanam bawang, membeli obat-obatan, pupuk, bibit, dan kebutuhan lainnya. Terima kasih kepada Upalnd Project. Semoga bantuan ini membuat kami semakin sejahtera,” tutur Susi. 

    Project Manager Upland Project Muhammad Ikhwan mengungkapkan program keuangan mikro bertujuan memberikan akses permodalan kepada kelompok tani agar mereka dapat berkembang dan meningkatkan kesejahteraan. 

    “Program ini tidak hanya berupa pinjaman modal, tetapi juga pelatihan dan pendampingan dalam pemanfaatan bantuan bagi penerima manfaat,” jelas Ikhwan. 

    Ia menyebut pendampingan tersebut sangat penting untuk memastikan keberlanjutan dan pengembangan usaha petani dalam jangka panjang. Program ini merupakan bagian dari dukungan Islamic Development Bank (IsDB) dan International Fund for Agriculture Development (IFAD), yang bertujuan mempermudah akses keuangan bagi para petani. 

    Selain bantuan akses keuangan, Upland juga memberikan dukungan lain, mulai dari hulu hingga hilir. Bantuan tersebut meliputi pembangunan Jalan Usaha Tani (JUT), irigasi perpompaan, alat dan mesin pertanian (alsintan), prasarana pengangkut produk pertanian, fasilitas penyimpanan, tempat pengolahan, pasar, hingga dukungan pemasaran. 

    Upland Project telah membina ribuan petani yang tersebar di 13 kabupaten di Indonesia. Semua upaya ini disebut bertujuan meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan ekonomi para petani.

    “Program Upland juga ingin membantu mewujudkan program swasembada pangan,” tutur Ikhwan.

    Sumbawa: Bantuan akses layanan keuangan mikro yang digagas program Upland Kementerian Pertanian (Kementan) memberikan dampak positif bagi pemberdayaan ekonomi kelompok tani. Bantuan ini secara langsung mendukung petani dalam berbagai tahapan, mulai dari penanaman, hingga produksi hasil pertanian. 
     
    Salah satu kelompok tani di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB), Ayubeta, mengaku sangat terbantu program keuangan mikro ini. Ketua kelompok tani, Rusbianto, menyampaikan bantuan akses layanan keuangan yang disalurkan melalui PT Bank Perkreditan Rakyat (BPR) NTB memiliki dampak yang signifikan bagi mereka.
     
    “Terima kasih kepada Upland Project yang telah menyalurkan dana melalui Bank BPR NTB. Kami, para petani, merasa bangga dan sangat terbantu oleh program ini,” ujar Rusbianto dalam keterangannya, Jumat, 22 November 2024.
    Ia mengatakan proses pencairan dana melalui Bank BPR NTB cepat dan tidak memberatkan petani. Dengan prosedur yang sederhana, bantuan tersebut memberikan kemudahan bagi petani untuk memenuhi kebutuhan pertanian mereka. 
     

    “Alhamdulillah, bantuan ini sangat meringankan beban kami. Proses pencairannya juga tidak dipersulit oleh pihak Bank BPR NTB,” ungkapnya.
     
    Anggota Kelompok Tani Ayubeta lainnya, Susi Susanti, juga senada. Ia menyebutkan bantuan tersebut digunakan untuk berbagai keperluan, seperti pembelian bibit bawang, obat-obatan, hingga pupuk. 
     
    “Kami menggunakan bantuan ini untuk modal menanam bawang, membeli obat-obatan, pupuk, bibit, dan kebutuhan lainnya. Terima kasih kepada Upalnd Project. Semoga bantuan ini membuat kami semakin sejahtera,” tutur Susi. 
     
    Project Manager Upland Project Muhammad Ikhwan mengungkapkan program keuangan mikro bertujuan memberikan akses permodalan kepada kelompok tani agar mereka dapat berkembang dan meningkatkan kesejahteraan. 
     
    “Program ini tidak hanya berupa pinjaman modal, tetapi juga pelatihan dan pendampingan dalam pemanfaatan bantuan bagi penerima manfaat,” jelas Ikhwan. 
     
    Ia menyebut pendampingan tersebut sangat penting untuk memastikan keberlanjutan dan pengembangan usaha petani dalam jangka panjang. Program ini merupakan bagian dari dukungan Islamic Development Bank (IsDB) dan International Fund for Agriculture Development (IFAD), yang bertujuan mempermudah akses keuangan bagi para petani. 
     
    Selain bantuan akses keuangan, Upland juga memberikan dukungan lain, mulai dari hulu hingga hilir. Bantuan tersebut meliputi pembangunan Jalan Usaha Tani (JUT), irigasi perpompaan, alat dan mesin pertanian (alsintan), prasarana pengangkut produk pertanian, fasilitas penyimpanan, tempat pengolahan, pasar, hingga dukungan pemasaran. 
     
    Upland Project telah membina ribuan petani yang tersebar di 13 kabupaten di Indonesia. Semua upaya ini disebut bertujuan meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan ekonomi para petani.
     
    “Program Upland juga ingin membantu mewujudkan program swasembada pangan,” tutur Ikhwan.
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (WHS)

  • Petani Milenial Merauke Raup Pendapatan hingga 20 Juta Per Bulan

    Petani Milenial Merauke Raup Pendapatan hingga 20 Juta Per Bulan

    Merauke, Beritasatu.com – Upaya pemerintah dalam mengembangkan pertanian modern di lumbung pangan Merauke mulai menunjukkan hasil nyata. Pada kunjungan Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman ke lokasi optimasi lahan rawa di Kurik, Merauke, Senin (25/11/2024) pagi waktu setempat, salah seorang petani milenial Kurik bernama Matius, turut berbagi cerita suksesnya.

    Di hadapan Mentan Amran, Matius bercerita dengan menggunakan teknologi modern, ia mampu menghasilkan pendapatan hingga Rp 15-20 juta per bulan.

    “Per hektare, bisa menghasilkan Rp 1,25 juta. Kalau tiga hektare, bisa dapat lebih dari Rp 3,6 juta,” tutur Matius.

    Matius adalah bagian dari petani milenial Kurik, Merauke, yang mengelola lahan hasil optimasi lahan rawa (oplah). Kementerian Pertanian (Kementan) bersama pemerintah daerah telah mengoptimasi 40.000 hektare lahan rawa di Merauke pada 2024, dengan 10.000 hektare di antaranya berada di Kecamatan Kurik.

    “Saya bangga dan terharu mendengar keberhasilan Matius. Kita harus bangunkan lahan tidur di Merauke, bangunkan para pemuda di Merauke. Saat ini Merauke sudah menyala, semangat swasembada pangan sudah ada di sini,” terang Mentan Amran.

    Mentan Amran menyebut, keberhasilan Matius sebagai bukti nyata pentingnya teknologi dalam mendukung produktivitas petani.

    “Kita tidak bisa hanya menggunakan cangkul untuk mengolah lahan 40.000 hektare, tetapi dengan traktor, semuanya bisa selesai dalam tiga bulan. Dari hulu ke hilir, semuanya harus menggunakan teknologi,” ujarnya.

    Ia juga menekankan teknologi lain yang digunakan, seperti rice transplanter untuk penanaman, combine harvester untuk panen, hingga dryer dan gudang modern untuk pascapanen. Teknologi ini tidak hanya meningkatkan efisiensi, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan petani.

    Ia menambahkan, potensi Merauke sebagai lumbung pangan nasional sangat besar. Didukung oleh sumber daya alam yang melimpah, lahan pertanian luas, dan generasi milenial yang inovatif, Merauke diharapkan menjadi pilar utama swasembada pangan nasional.

    “Kita harus merebut kembali swasembada yang dulu pernah kita raih tanpa bantuan negara lain. Swasembada pangan bisa kita raih dengan kerja keras rakyat Indonesia,” pungkas Mentan Amran setelah melihat kesuksesan petani milenial di Merauke.

  • Lagi! Polisi Panggil Eks Ketua KPK Firli Bahuri Kamis (28/7)

    Lagi! Polisi Panggil Eks Ketua KPK Firli Bahuri Kamis (28/7)

    Bisnis.com, JAKARTA — Polda Metro Jaya kembali melayangkan surat pemanggilan terhadap eks Ketua KPK Firli Bahuri untuk diperiksa pada Kamis (28/11/2024).

    Direktur Reskrimsus Polda Metro Jaya, Kombes Ade Safri Simanjuntak mengatakan pemeriksaan terhadap Firli terkait dengan pemenuhan berkas perkara atau P-19.

    “Dalam rangka pemenuhan P-19 maupun hasil koordinasi penuntut umum pada Kejati DKI,” ujar Ade di Jakarta, Senin (25/11/2024).

    Dia menambahkan, pemeriksaan ini merupakan pemanggilan kedua yang dilakukan pihaknya. Selain itu, Firli nantinya bakal diperiksa di Gedung Bareskrim Polri sekitar 10.00 WIB. 

    Hanya saja, Ade tidak menjelaskan alasan pihaknya melakukan pemeriksaan Firli di Bareskrim.

    Meskipun begitu, dia menekankan bahwa penyidikan kasus dugaan pemerasan Firli di Kementan ini dilakukan oleh penyidik gabungan Polda Metro Jaya dan Kortastipidkor Polri.

    “Jadi tempat pemeriksaan bisa dilakukan disitu atau tempat lain yang telah ditentukan itu bisa,” pungkasnya.

    Sebagai informasi, Firli telah ditetapkan menjadi tersangka oleh Polda Metro Jaya sejak Rabu (22/11/2023). Firli jadi tersangka lantaran diduga melakukan pemerasan saat menangani kasus di Kementerian Pertanian.

    Adapun, barang bukti penetapan tersangka Firli Bahuri di antaranya dokumen valas senilai Rp7,4 miliar dan beberapa dokumen penggeledahan hingga bukti elektronik yang diserahkan KPK.

    Di sisi lain, Firli juga terjerat dalam kasus tindak pidana karena diduga melanggar Pasal 36 juncto 65 UU KPK. Pasal 36 UU KPK itu mengatur tentang larangan anggota KPK bertemu langsung dengan tersangka atau pihak yang berhubungan dengan perkara tindak pidana korupsi.

  • Raup Pendapatan 15-20 Juta Per Bulan, Petani Milenial Merauke Makin Menyala – Page 3

    Raup Pendapatan 15-20 Juta Per Bulan, Petani Milenial Merauke Makin Menyala – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta Hasil nyata mulai ditunjukkan upaya pemerintah dalam mengembangkan pertanian modern di lumbung pangan Merauke mulai menunjukkan hasil nyata. Pada kunjungan Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman ke lokasi optimasi lahan rawa di Kurik, Merauke, Senin (25/11/2024) pagi waktu setempat, salah seorang petani milenial Kurik bernama Matius, turut berbagi cerita suksesnya.

    Di hadapan Mentan Amran, Matius bercerita dengan menggunakan teknologi modern, ia mampu menghasilkan pendapatan hingga Rp15-20 juta per bulan. “Per hektare, bisa menghasilkan Rp1,25 juta. Kalau 3 hektare, bisa dapat lebih dari Rp3,6 juta,” tutur Mathius.

    Matius adalah bagian dari petani milenial Kurik yang mengelola lahan hasil optimasi lahan rawa (oplah). Kementerian Pertanian (Kementan) bersama pemerintah daerah telah mengoptimasi 40 ribu hektare lahan rawa di Merauke pada tahun 2024, dengan 10 ribu hektare di antaranya berada di Kecamatan Kurik.

    “Saya bangga dan terharu mendengar keberhasilan Matius. Kita harus bangunkan lahan tidur di Merauke, bangunkan para pemuda di Merauke. Saat ini Merauke sudah menyala, semangat swasembada pangan sudah ada di sini,” terang Mentan Amran.

     

    Mentan Amran menyebut keberhasilan Matius sebagai bukti nyata pentingnya teknologi dalam mendukung produktivitas petani. “Kita tidak bisa hanya menggunakan cangkul untuk mengolah lahan 40 ribu hektare. Tapi dengan traktor, semuanya bisa selesai dalam 3 bulan. Dari hulu ke hilir, semuanya harus menggunakan teknologi,” ujarnya.

    Ia juga menekankan teknologi lain yang digunakan, seperti rice transplanter untuk penanaman, combine harvester untuk panen, hingga dryer dan gudang modern untuk pascapanen. Teknologi ini tidak hanya meningkatkan efisiensi, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan petani.

    Ia menambahkan, potensi Merauke sebagai lumbung pangan nasional sangat besar. Didukung oleh sumber daya alam yang melimpah, lahan pertanian luas, dan generasi milenial yang inovatif, Merauke diharapkan menjadi pilar utama swasembada pangan nasional.

    Kita harus merebut kembali swasembada yang dulu pernah kita raih tanpa bantuan negara lain. Swasembada pangan bisa kita raih dengan kerja keras rakyat Indonesia,” pungkas Mentan Amran.