Kementrian Lembaga: Kementan

  • Kementan: Distribusi sapi kurban dari NTB diatur ulang, pasokan aman

    Kementan: Distribusi sapi kurban dari NTB diatur ulang, pasokan aman

    Dari 13 kapal ternak yang tersedia, masing-masing mampu memuat 10 sampai 12 truk. Ada 143 truk yang mau berangkat

    Jakarta (ANTARA) – Kementerian Pertanian (Kementan) menyatakan pemerintah mengatur ulang distribusi atau pengiriman sapi dari Nusa Tenggara Barat ke Pulau Jawa untuk mengantisipasi lonjakan kebutuhan hewan kurban menjelang Idul Adha 1446 H dan memastikan pasokan aman.

    “Melalui skema pengiriman kombinasi laut-darat yang melintasi Pulau Bali, pengangkutan ternak dilakukan dengan tetap memperhatikan aspek kesehatan dan kesejahteraan hewan,” kata Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan Agung Suganda dikonfirmasi di Jakarta, Jumat.

    Ia menyampaikan sebanyak 186 ekor sapi telah diberangkatkan melalui Pelabuhan Gili Mas, Lombok Barat, Selasa (22/4) menggunakan truk.

    Rute yang digunakan yakni Gili Mas – Padang Bai – Gilimanuk – Ketapang. Jalur itu dipilih untuk mengurai antrean truk pengangkut sapi di pelabuhan utama NTB.

    “Dari 13 kapal ternak yang tersedia, masing-masing mampu memuat 10 sampai 12 truk. Ada 143 truk yang mau berangkat,” ujarnya.

    Penggunaan jalur alternatif itu merupakan hasil koordinasi antara Kementerian Pertanian, Kementerian Perhubungan dan Badan Karantina Indonesia, serta dukungan pemerintah daerah.

    “Skema ini diputuskan setelah mempertimbangkan mitigasi risiko penyakit hewan dan efektivitas logistik,” tutur Agung.

    Direktur Kesehatan Hewan Ditjen PKH Kementan Imron menyampaikan seluruh ternak yang dikirim wajib bebas gejala penyakit seperti penyakit mulut dan kuku (PMK), lumpy skin disease (LSD) dan anthrax.

    “Persyaratan kesehatan hewan harus lengkap dan diverifikasi oleh pejabat karantina di titik keberangkatan dan tujuan,” ujarnya.

    Ia juga mengacu pada Peraturan Menteri Pertanian Nomor 17 Tahun 2023 yang memperbolehkan transit ternak tanpa bongkar muat, selama pengawasan tetap dilakukan oleh otoritas veteriner.

    Sementara itu, Direktur Standar Karantina Hewan, Wisnu Wasisa menjelaskan tindakan karantina tetap dilakukan melalui biosekuriti dan pemberian segel truk pengangkut ternak.

    “Truknya nanti disegel, jadi terpantau apakah dalam perjalanan terjadi pembongkaran atau tidak. Selain itu pengecekan juga dilakukan terhadap kesesuaian dokumen, misalnya nomor polisi truk, pengemudi, jenis dan jumlah ternak, dan pastinya kondisi kesehatan ternaknya itu sendiri,” katanya.

    Wisnu juga menambahkan bahwa Jika terjadi kematian di perjalanan, telah disiapkan fasilitas pemusnahan bangkai di Pelabuhan Ketapang.

    Terkait tindakan karantina Direktur Tindakan Karantina Hewan, Cicik Sukarsih menambahkan untuk dilakukan tindakan desinfeksi di pelabuhan pemasukan.

    Provinsi NTB merupakan salah satu lumbung ternak nasional. Setiap tahun, wilayah ini menyuplai ribuan ekor sapi ke Pulau Jawa, terutama untuk kebutuhan hewan kurban.

    Kelancaran distribusi ternak sangat menentukan stabilitas pasokan dan harga di pasar, khususnya menjelang Hari Raya Idul Adha.

    Dengan adanya skema alternatif ini, pemerintah optimistis penumpukan distribusi di Pelabuhan Gili Mas dapat terurai dalam waktu dekat.

    Pewarta: Muhammad Harianto
    Editor: Agus Salim
    Copyright © ANTARA 2025

  • Serikat Petani Bicara Peluang RI Buka Keran Ekspor Beras

    Serikat Petani Bicara Peluang RI Buka Keran Ekspor Beras

    Bisnis.com, JAKARTA – Serikat Petani Indonesia (SPI) buka suara mengenai peluang Indonesia untuk mengekspor beras usai Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengeklaim stok beras nasional dapat mencapai sekitar 4 juta ton pada Mei 2025.

    Ketua Umum SPI Henry Saragih mengatakan, produksi beras yang berlebih saat ini kemungkinan tidak hanya berasal dari produksi nasional, tetapi juga dari penugasan impor tahun lalu yang cukup besar. 

    Untuk diketahui, Perum Bulog mendapatkan penugasan untuk mendatangkan 3,6 juta ton beras di 2024. Oleh karena itu, dia belum dapat memastikan, apakah Indonesia dapat mengekspor beras tahun ini.

    “Kalau itu kita belum tahu, mengingat kita baru saja impor. Boleh saja kelebihan produksi yang ada sekarang ini adalah akibat dari impor yang begitu besar tahun lalu,” kata Henry kepada Bisnis, dikutip Kamis (24/4/2025).

    Sebelumnya, Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman memperkirakan, stok beras dalam negeri dapat mencapai 4 juta ton pada Mei 2025. 

    Amran mengatakan, perkiraan tersebut datang dari stok beras yang ada saat ini, yang telah mencapai sekitar 3,3 juta ton dan juga perkiraan stok pada awal Mei 2025 sekitar 3,5 juta ton – 3,7 juta ton. 

    “Kemungkinan di Mei itu masuk 4 juta ton,” kata Amran ketika ditemui di Kantor Kementerian Pertanian (Kementan), Selasa (22/4/2025). 

    Menurutnya, perkiraan stok tersebut merupakan yang tertinggi dalam 20-30 tahun. Kondisi ini, lanjut dia, bahkan tidak pernah terjadi selama Indonesia merdeka.

    Di sisi lain, Amran sempat mengungkap rencana Malaysia untuk mengimpor beras dari Indonesia, lantaran stok yang kurang hingga tingginya harga beras di negara tersebut.

    “[Soal pertemuan dengan Malaysia] menarik, tadi menanyakan apa bisa kami [Malaysia] impor beras dari Indonesia?” kata Amran dalam konferensi pers di Kantor Kementan, Selasa (22/4/2025). 

    Menanggapi permintaan tersebut, Amran menyebut bahwa Indonesia untuk sementara waktu belum bisa mengekspor beras. Pasalnya, Indonesia saat ini fokus menjaga stok beras dalam negeri.

    “Saya katakan untuk sementara kami menjaga stok dulu. Kita lihat iklim, jangan sampai tidak bersahabat,” ujarnya.

  • Wacana Indonesia Ekspor Beras Dinilai Berisiko Tinggi

    Wacana Indonesia Ekspor Beras Dinilai Berisiko Tinggi

    Bisnis.com, JAKARTA – Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) menilai situasi saat ini belum mendukung Indonesia untuk mengekspor beras.

    Hal tersebut disampaikan Pengamat Pertanian dari AEPI Khudori sekaligus menanggapi pernyataan Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman yang mengungkap soal rencana Malaysia untuk mengimpor beras dari Indonesia.

    “Situasinya masih amat riskan kalau Indonesia gegabah mengekspor beras ke Malaysia,” kata Khudori kepada Bisnis, dikutip Kamis (24/4/2025).

    Khudori menuturkan, Indonesia dalam 3-4 bulan ini memang mengalami surplus beras. Kendati begitu, surplus itu terjadi karena Maret-April 2025 merupakan musim panen raya.

    Dia memperkirakan produksi beras pada Juli dan seterusnya akan melandai, dan bahkan produksi biasanya rendah pada 3 bulan terakhir jelang pergantian tahun.

    “Surplus saat ini itu penting untuk menutup kebutuhan pada saat produksi rendah,” ujarnya.

    Lebih lanjut, Khudori menyebut bahwa surplus atau tidak, harus dihitung selama setahun penuh. 

    Dia mengatakan, produksi beras tahun ini memang diperkirakan lebih baik dari tahun lalu, mengingat pada 2024, Indonesia mengalami defisit. Rendahnya produksi pada 2024, kata dia, terjadi lantaran pada 4 bulan pertama, Indonesia dilanda fenomena cuaca El-Nino. 

    Sementara itu, lanjut Khudori, cuaca tahun ini dipastikan normal dan semua sumber daya seperti sumber daya manusia (SDM) dan anggaran difokuskan ke penanaman padi sehingga diharapkan dapat meningkatkan produksi dalam negeri.

    Namun demikian, Khudori belum dapat memastikan apakah produksi beras tahun ini dapat menyamai produksi 2018 yang mencapai 33,94 juta ton.

    “Dugaan saya sulit. Tahun lalu produksi beras hanya 30,62 juta ton, sementara konsumsi 30,91 juta ton,” pungkasnya. 

    Sebelumnya, Mentan Amran mengungkap rencana Malaysia untuk mengimpor beras dari Indonesia, lantaran stok yang kurang hingga tingginya harga beras di negara tersebut.

    “[Soal pertemuan dengan Malaysia] menarik, tadi menanyakan apa bisa kami [Malaysia] impor beras dari Indonesia?” kata Amran dalam konferensi pers di Kantor Kementan, Selasa (22/4/2025). 

    Menanggapi permintaan tersebut, Amran menyebut bahwa Indonesia untuk sementara waktu belum bisa mengekspor beras. Pasalnya, Indonesia saat ini fokus menjaga stok beras dalam negeri.

    “Saya katakan untuk sementara kami menjaga stok dulu. Kita lihat iklim, jangan sampai tidak bersahabat,” ujarnya. 

    Sementara itu, Amran memperkirakan stok beras dalam negeri dapat mencapai 4 juta ton pada Mei 2025. Amran mengatakan, perkiraan tersebut datang dari stok beras yang ada saat ini, yang telah mencapai sekitar 3,3 juta ton dan juga perkiraan stok pada awal Mei 2025 sekitar 3,5 juta ton – 3,7 juta ton. 

    “Kemungkinan di Mei itu masuk 4 juta ton,” ungkapnya.

  • Program Cetak Sawah, Ditjen PSP Tinjau Tanam Perdana Padi di Kapuas

    Program Cetak Sawah, Ditjen PSP Tinjau Tanam Perdana Padi di Kapuas

    Kapuas, Beritasatu.com – Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (Ditjen PSP) menegaskan komitmen untuk menyukseskan Program Cetak Sawah yang digulirkan pemerintah.

    Keseriusan ini ditunjukkan Dirjen PSP Andi Nur Alam Syah yang meninjau kegiatan penanaman perdana padi pada lahan cetak sawah di Desa Karya Bersama, Kecamatan Kapuas Murung, Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah, Kamis (24/4/2025). 

    Kegiatan ini merupakan bagian dari percepatan program strategis dalam rangka mendukung upaya swasembada pangan nasional. 

    Proses cetak sawah ini juga akan dilakukan secara bertahap dan langsung dilanjutkan dengan pengolahan tanah serta penanaman saat konstruksi lahan dinyatakan siap. Tujuannya untuk menghemat waktu dan memastikan lahan cepat produktif.

    Selain itu, program cetak sawah ini tidak hanya memperluas lahan sawah dan areal tanam, tetapi juga menciptakan lapangan kerja baru, untuk memberdayakan petani lokal, serta memperkuat ketahanan pangan nasional. 
     

  • Kementan tanam perdana di lahan cetak sawah 100 ha di Kapuas Murung

    Kementan tanam perdana di lahan cetak sawah 100 ha di Kapuas Murung

    ANTARA – Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (Ditjen PSP) memulai kegiatan tanam perdana di lahan cetak sawah seluas 100 hektare, di Desa Karya Bersama, Kecamatan Kapuas Murung, Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah Kamis (24/4). Kegiatan ini merupakan bagian dari program strategis nasional dalam rangka mendukung upaya swasembada pangan. (Redianto Tumon Sp/Chairul Fajri/Rijalul Vikry)

  • Mentan sebut siapkan petani muda untuk masa depan Indonesia

    Mentan sebut siapkan petani muda untuk masa depan Indonesia

    Sekarang generasi muda adalah generasi yang harus kita persiapkan untuk mengawal Indonesia menjadi negara emas.

    Jakarta (ANTARA) – Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengatakan petani muda harus disiapkan mulai dari sekarang demi mewujudkan pertanian Indonesia yang lebih modern, efisien, dan mewujudkan visi Indonesia Emas 2045.

    “Sekarang generasi muda adalah generasi yang harus kita persiapkan untuk mengawal Indonesia menjadi negara emas. 20 tahun kemudian mereka yang akan memimpin republik ini. Kita harapkan mereka lebih baik dan lebih hebat dari kita,” ujar Amran dalam keterangannya di Jakarta, Kamis.

    Salah satu program Kementerian Pertanian (Kementan) untuk mencetak petani muda adalah Youth Entrepreneurship and Employment Support Services (YESS) dari Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementan.

    Proyek tersebut juga menjadi percontohan dalam forum internasional South-South and Triangular Cooperation (SSTC) 2025.

    Sebanyak 12 peserta delegasi hadir dalam ajang SSTC yang diikuti oleh lima negara, yakni India, Gambia, Papua Nugini, Kenya, dan Rwanda. Para peserta diharapkan dapat melihat langsung lokasi binaan YESS yang dapat direplikasi di negara masing-masing.

    Kepala BPPSDMP Kementan Idha Widi Arsanti mengatakan bahwa untuk meningkatkan minat generasi muda dalam bidang pertanian perlu adanya pendampingan, baik dalam bentuk mentoring maupun akses permodalan.

    “Program ini ditujukan bagi para pemuda untuk mengembangkan perekonomian melalui kewirausahaan dan menambah peluang kerja, khususnya di wilayah pedesaan,” kata Idha.

    Kepala Pusat Pendidikan Pertanian BPPSDMP Muhammad Amin menyampaikan apresiasi atas terpilihnya program YESS sebagai studi kasus dalam forum internasional ini. Ia menilai ajang ini sebagai bentuk penghargaan bagi para petani milenial.

    “Ini merupakan pengakuan yang sangat berarti, bukan hanya bagi institusi kami, tetapi juga bagi para pemuda di wilayah pedesaan yang telah merasakan manfaat langsung dari program ini,” ujar Amin.

    Program YESS merupakan kerja sama antara Kementerian Pertanian dan International Fund for Agricultural Development (IFAD) yang bertujuan membuka potensi pemuda pedesaan dan menempatkan mereka di garis depan inovasi serta kewirausahaan pertanian.

    Selama lima tahun pelaksanaannya, program ini telah menjangkau lebih dari 309 ribu pemuda. Sebanyak 75.158 di antaranya telah mengembangkan usaha berbasis pertanian, dan 43.517 pemuda mengalami peningkatan pendapatan.

    “Capaian ini menegaskan pentingnya investasi pada pemuda sebagai agen perubahan dalam revitalisasi kawasan pedesaan,” kata Amin menegaskan.

    Ia juga menyoroti peran lembaga pendidikan vokasi (TVET), terutama Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) Bogor yang menjadi tuan rumah kegiatan. Dari seluruh alumni TVET yang terlibat dalam program, 11.436 orang berhasil memperoleh pekerjaan di sektor berbasis pertanian melampaui target awal sebanyak 11.000 orang.

    Menurut Muhammad Amin, Program YESS menunjukkan bahwa pemuda pedesaan masa kini tidak hanya berperan sebagai petani, tetapi juga sebagai wirausaha, inovator, dan pemimpin perubahan yang mengusung pertanian berkelanjutan dan berbasis teknologi.

    Amin juga menyampaikan apresiasi kepada IFAD Country Office atas dukungan yang terus mengalir selama program berlangsung. Ia berharap para peserta SSTC dapat menyaksikan secara langsung berbagai pencapaian YESS dan mendengar kisah-kisah inspiratif para penerima manfaat.

    “Kami berkomitmen untuk terus belajar dari berbagai pandangan peserta SSTC demi memperluas keberhasilan YESS ke program lain yang fokus pada pemberdayaan pemuda,” ujarnya pula.

    Pewarta: Fianda Sjofjan Rassat
    Editor: Budisantoso Budiman
    Copyright © ANTARA 2025

  • Krisis Beras Hantui Negeri Jiran, Peluang RI Genjot Produksi

    Krisis Beras Hantui Negeri Jiran, Peluang RI Genjot Produksi

    Bisnis.com, JAKARTA — Malaysia dikabarkan berencana mengimpor beras dari Indonesia. Negeri Jiran kesulitan dan hanya mampu memenuhi 50% dari kebutuhan beras.

    Hal tersebut diungkapkan Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman usai melakukan pertemuan dengan Menteri Pertanian dan Keterjaminan Makanan Malaysia Mohamad Bin Sabu di Kantor Kementerian Pertanian (Kementan), Selasa pagi (22/4/2025).

    “[Soal pertemuan dengan Malaysia] menarik, tadi menanyakan apa bisa kami [Malaysia] impor beras dari Indonesia?” kata Amran dalam konferensi pers di Kantor Kementan, Selasa (22/4/2025).

    Menanggapi permintaan tersebut, Amran menyebut bahwa Indonesia untuk sementara waktu belum bisa mengekspor beras. Pasalnya, Indonesia saat ini fokus menjaga stok beras dalam negeri.

    “Saya katakan untuk sementara kami menjaga stok dulu. Kita lihat iklim, jangan sampai tidak bersahabat,” ujarnya. 

    Amran mengungkap, harga beras di Negeri Jiran saat ini cukup tinggi lantaran kurangnya pasokan. Dia menyebut, Malaysia saat ini hanya mampu memenuhi sekitar 40%-50% dari kebutuhan nasional.

    Selain Malaysia, Amran mengatakan bahwa Menteri Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Jepang juga berencana untuk datang ke Indonesia  pada 29 April 2025 untuk membahas mengenai stok beras.

    Sama seperti Malaysia, Amran menyebut bahwa harga beras di Negeri Sakura melambung, bahkan mencapai sekitar Rp93.000 – Rp100.000 per kilogram (kg).

    Bekerja mengangkut karung beras

    Stok Indonesia 

    Di tengah potensi permintaan beras, Amran menuturkan stok beras yang ada per hari ini mencapai 3,3 juta ton. Stok tersebut diperkirakan terus bertambah pada musim panen Mei 2025.

    Amran memperkirakan, stok beras nasional dapat tembus 4 juta ton pada Mei 2025. Menurutnya, pasokan beras 4 juta ton tidak pernah terjadi selama Indonesia merdeka. 

    “Kemungkinan di Mei itu masuk 4 juta ton dan itu tidak pernah terjadi selama merdeka. Ini kerja keras kita semua,” ujarnya.

    Sebagaimana diketahui, produksi beras dalam negeri diproyeksi cukup bagus tahun ini. 

    Berdasarkan hasil Survei Kerangka Sampel Area (KSA) Februari 2025, total produksi padi pada Januari-Mei 2025 diperkirakan mencapai 34,47 ton GKP. 

    Jika produksi padi dikonversikan menjadi beras untuk konsumsi masyarakat, produksi beras sementara mencapai sekitar 16,62 juta ton beras pada periode Januari-Mei 2025.

    Jumlah tersebut mengalami peningkatan sebesar 1,83 juta ton beras atau 12,40% dibandingkan produksi beras pada periode yang sama tahun lalu yang tercatat sebanyak 14,78 juta ton beras. 

    Malaysia Menunggu

    Sementara itu, Menteri Pertanian dan Keterjaminan Makanan Malaysia Mohamad Bin mengatakan bahwa meski pun saat ini belum ada arahan resmi untuk mendatangkan beras dari Indonesia, pihaknya akan membahas lebih lanjut mengenai rencana tersebut.

    “Sekarang ini belum lagi, tapi kita akan bincang,” kata Mohamad dalam konferensi pers.

    Kendati begitu, dia menegaskan bahwa Malaysia berencana untuk melakukan kerja sama dengan Indonesia, seperti pertukaran teknologi pertanian dan pelatihan,  utamanya dalam meningkatkan produksi beras di negaranya. 

    Peluang Ekspor Beras

    Badan Pangan Nasional (Bapanas) mengungkapkan kemungkinan Indonesia membuka keran ekspor untuk komoditas beras seiring dengan melimpahnya stok dalam negeri.

    Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi menyampaikan, Indonesia bisa saja ekspor beras selama cadangan pangan dalam negeri tercukupi dan produksi melimpah. Adapun, stok cadangan beras pemerintah (CBP) yang dikuasai Perum Bulog minimal 1 juta ton.

    “Kalau cadangan pangan kita sudah siap, kemudian produksinya melimpah, misalnya 32 juta ton, kenapa nggak?” kata Arief ketika ditemui di Kantor Kementerian Pertanian (Kementan), Selasa (22/4/2025).

    Ilustrasi beras impor

    Kendati begitu, Arief menyebut bahwa keputusan untuk membuka keran ekspor beras ada di tangan Presiden Prabowo Subianto. Mengingat, rencana ekspor dan impor harus melalui rapat terbatas (ratas) bersama dengan Kepala Negara.

    “Terserah Pak Presiden, karena kalau mau ekspor, mau impor, itu ratas dengan Pak Presiden,” ujarnya.

    Pengamat Pertanian dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Khudori sebelumnya mengatakan, produksi tahun ini memiliki pola yang mirip dengan pola produksi di 2022, dengan puncak produksi terjadi pada Maret. 

    “Ini berbeda dengan pola produksi tahun lalu yang puncak panennya di April,” kata Khudori kepada Bisnis, Kamis (10/4/2025). 

    Dia mengatakan, produksi yang cukup baik ini didukung oleh iklim cuaca yang normal. Khudori merujuk Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut, cuaca tahun ini diperkirakan normal. 

    Dengan demikian, besar kemungkinan di bulan-bulan berikutnya, produksi juga tidak tertekan seperti 2023 imbas adanya fenomena El Nino. 

    Melihat kondisi tahun ini, Khudori meyakini produksi tahun ini lebih besar dibanding tahun lalu.  

    Merujuk data KSA BPS, produksi beras pada 2024 untuk konsumsi pangan masyarakat mencapai 30,62 juta ton. Jumlah tersebut turun sebanyak 480.040 ton atau 1,54% dibanding produksi beras di 2023 yang mencapai 31,10 juta ton.  

    Khudori mengatakan, produksi di 2024 merupakan yang terendah dalam 7 tahun terakhir.  

    Sementara itu, Khudori memperkirakan bahwa produksi beras tahun ini tak jauh berbeda dengan produksi di 2022. Masih merujuk data KSA BPS, produksi beras di tahun tersebut mencapai sekitar 31,54 juta ton, atau naik sebesar 184,50 ribu ton atau 0,59% dibandingkan produksi beras di 2021. 

    “Perkiraan saya, produksi tahun ini tak jauh dari produksi 2022,” ujarnya.

  • Bapanas Ungkap Alasan Beras SPHP dan Bansos Belum Digelontorkan

    Bapanas Ungkap Alasan Beras SPHP dan Bansos Belum Digelontorkan

    Bisnis.com, JAKARTA – Badan Pangan Nasional (Bapanas) mengungkapkan alasan pemerintah belum menggelontorkan beras baik untuk Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) maupun bantuan sosial (bansos), meski stok dalam negeri melimpah.

    Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi menyampaikan, program SPHP akan dijalankan ketika harga beras dalam negeri melonjak. Mengingat, tujuan program SPHP adalah sebagai stabilisasi pasokan dan harga.

    “Kalau misalnya harga beras naik, ya kita [gelontorkan beras] SPHP,” kata Arief kepada wartawan di Kantor Kementerian Pertanian (Kementan), Selasa (22/4/2025).

    Sama halnya dengan bansos. Arief mengatakan, pemerintah akan menggelontorkan bantuan berupa beras ketika harga beras dalam negeri melonjak. 

    Mengenai kekhawatiran penurunan kualitas beras, Arief menyebut bahwa beras yang ada di gudang Bulog akan dijaga kualitasnya oleh Perum Bulog.

    Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman sebelumnya memperkirakan, stok beras dalam negeri dapat mencapai 4 juta ton pada musim panen Mei 2025.

    Amran mengatakan, perkiraan tersebut datang dari stok beras yang ada saat ini, yang telah mencapai sekitar 3,3 juta ton dan juga perkiraan stok pada awal Mei 2025 sekitar 3,5 juta ton – 3,7 juta ton.

    “Kemungkinan di Mei itu masuk 4 juta ton,” kata Amran ketika ditemui di Kantor Kementan, Selasa (22/4/2025).

    Menurutnya, perkiraan stok tersebut merupakan yang tertinggi dalam 20-30 tahun. Kondisi ini, lanjut dia, bahkan tidak pernah terjadi selama Indonesia merdeka.

    “Itu tidak pernah terjadi selama [Indonesia] merdeka. Ini kerja keras kita semua,” ujarnya.

    Adapun, produksi beras dalam negeri diproyeksi cukup bagus tahun ini. Berdasarkan hasil Survei Kerangka Sampel Area (KSA) Februari 2025, total produksi padi pada Januari-Mei 2025 diperkirakan mencapai 34,47 ton GKP. 

    Jika produksi padi dikonversikan menjadi beras untuk konsumsi masyarakat, produksi beras sementara mencapai sekitar 16,62 juta ton beras pada periode Januari-Mei 2025.

    Jumlah tersebut mengalami peningkatan sebesar 1,83 juta ton beras atau 12,40% dibandingkan produksi beras pada periode yang sama tahun lalu yang tercatat sebanyak 14,78 juta ton beras.

  • Bos Bapanas Jelaskan Maksud Prabowo soal Kuota Impor Dihapus

    Bos Bapanas Jelaskan Maksud Prabowo soal Kuota Impor Dihapus

    Bisnis.com, JAKARTA — Badan Pangan Nasional (Bapanas) kembali mengklarifikasi mengenai pernyataan Presiden Prabowo Subianto soal penghapusan kuota impor, utamanya untuk komoditas yang menyangkut hajat hidup orang banyak.

    Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi mengatakan, pernyataan tersebut bukan berarti pemerintah membebaskan semua komoditas untuk diimpor.

    “Pak Presiden itu maksudnya bukan membebaskan impor semuanya masuk bukan, bukan itu. Orang salah mendefinisikan,” kata Arief kepada wartawan di Kantor Kementerian Pertanian (Kementan), Selasa (22/4/2025).

    Dia menuturkan, impor untuk sejumlah komoditas tetap diatur dengan mempertimbangkan produksi dalam negeri dan kebutuhan nasional. Jika stok dalam negeri tidak mencukupi, maka kekurangan tersebut akan dipenuhi dari pengadaan luar negeri alias impor.

    Misalnya, kata dia, kebutuhan nasional untuk komoditas bawang putih mencapai 600.000 ton dan produksi dalam negeri hanya 50.000 ton. Untuk memenuhi kebutuhan nasional, pemerintah perlu mengimpor sekitar 550.000 ton.

    Rencana pengadaan ini, kata dia, yang kemudian dibuka untuk semua pihak. Artinya, semua pihak dapat mengimpor bawang putih sesuai dengan rencana pengadaan yang telah dibuat oleh pemerintah. Dengan demikian, kegiatan importasi tidak dikuasai oleh kelompok tertentu.

    “Nah itu jangan dikuasai oleh Pak Jafar sendiri atau pak Arief sendiri, tapi di-open semua orang supaya bisa [impor]. Itu maksudnya Pak Presiden, bukan dibuka semuanya sebanyak-banyaknya,” jelasnya. 

    Dia mengatakan, kegiatan importasi harus dilakukan dengan perhitungan yang pas agar tidak merugikan petani dan peternak dalam negeri.

    “Jadi Pak Presiden itu maksudnya tetap ada hitungan seperti itu. Ya kalo nggak ada hitungan terus nanti lama-lama kita kayak Singapura loh, kita nggak punya petani, nggak punya peternak,” pungkasnya. 

    Kepala Negara sebelumnya memerintahkan kementerian/lembaga terkait untuk menghilangkan kuota impor, utamanya untuk komoditas yang menyangkut hajat hidup orang banyak.

    Pernyataan tersebut disampaikan Prabowo di hadapan pengusaha, ekonom hingga akademisi pada acara Silaturahmi Ekonomi Bersama Presiden RI di Menara Mandiri, Jakarta, Selasa (8/4/2025).

    Perintah tersebut disampaikan Prabowo ke Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, dan Ketua DEN Luhut B. Pandjaitan. 

    “Yang jelas, Menko, Menkeu, Gubernur BI, Ketua DEN, saya sudah kasih perintah hilangkan kuota-kuota impor terutama untuk barang-barang yang menyangkut hajat hidup orang banyak,” kata Prabowo dalam Silaturahmi Ekonomi Bersama Presiden RI di Menara Mandiri, Jakarta, Selasa (8/4/2025).

    Dalam kesempatan itu, Kepala Negara juga meminta Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman dan Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso untuk tidak lagi memberlakukan kebijakan kuota impor. 

    “Siapa mau impor daging silakan, siapa saja boleh impor. Silakan buka saja, rakyat juga pandai kok, enggak usah ada kuota [impor],” ujarnya

  • Duet Kompak Mentan Amran dan Wamentan Sudaryono Capai Swasembada Pangan Nasional – Halaman all

    Duet Kompak Mentan Amran dan Wamentan Sudaryono Capai Swasembada Pangan Nasional – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM — Upaya percepatan swasembada pangan nasional tidak lepas dari peran duet kepemimpinan Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman dan Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Sudaryono. Keduanya tampil sebagai ujung tombak di Kementerian Pertanian (Kementan), menggerakkan mesin pertanian nasional dengan strategi yang kompak, cepat, dan terarah.

    Duet kompak Mentan dan Wamentan ini tidak bisa dilepaskan dari kejelian Presiden Prabowo Subianto dalam memilih pasangan kerja yang saling melengkapi. Wamentan Sudaryono mampu mengimbangi kecepatan kerja Mentan Amran yang dikenal sebagai sosok pekerja keras, penuh dedikasi, dan tidak kenal waktu. Kombinasi ini menjadikan keduanya duet yang efektif dalam menjalankan visi besar Presiden Prabowo, yaitu meraih swasembada pangan secepat-cepatnya.

    “Kalau kita kompak, program cepat jalan dan hasilnya langsung dirasakan rakyat. Ini bukan hanya soal kebijakan, tapi soal keberpihakan pada petani,” tegas Mentan Amran.

    Sosok Wamentan Sudaryono kerap mendapat pujian dari Mentan Amran. Pada awal duet mereka, Wamentan Sudaryono disebut Mentan Amran sebagai energi baru bagi Kementerian Pertanian. 

    “Alhamdulillah, ada Wamen. Ini energi baru, sebab tantangan pertanian ke depan makin kompleks, semua harus diselesaikan dengan secepatnya,” sebut Mentan Amran.

    Maka tak heran, dengan besarnya tugas yang dijalani, mereka pun berbagi tugas secara terstruktur. Mentan Amran memimpin pada tataran kebijakan makro, menyusun langkah strategis serta melakukan diplomasi pangan di tingkat nasional dan internasional. Sementara itu, Wamentan Sudaryono mengawal langsung teknis pelaksanaan di lapangan, memastikan program berjalan tepat sasaran dan berdampak langsung bagi petani.

    “Pak Menteri selalu menekankan pentingnya eksekusi cepat dan kerja konkret. Kami bergerak bersama dengan semangat yang sama untuk memastikan petani benar-benar merasakan hasilnya,” ujar Wamentan Sudaryono beberapa waktu lalu.

    Pembagian tugas ini mempercepat berbagai agenda prioritas seperti Optimasi Lahan (Oplah), peningkatan pupuk bersubsidi, percepatan tanam, dan penguatan infrastruktur pertanian. Keduanya juga aktif turun langsung ke lapangan dan berbagi wilayah kerja agar seluruh potensi lahan di Indonesia dimanfaatkan secara optimal.

    Penunjukan Wamentan sebagai Ketua Dewan Pengawas Perum Bulog pun memperkuat sinergi antara Kementan dan Bulog. Hingga pertengahan April 2025, Bulog tercatat telah menyerap 2,7 juta ton gabah. Langkah ini menjadi salah satu strategi kunci dalam menjaga harga di tingkat petani serta ketahanan stok nasional.

    Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa produksi beras nasional sepanjang Januari–Mei 2025 mencapai 16,62 juta ton, mengalami peningkatan 1,83 juta ton dibandingkan periode yang sama tahun lalu. 

    Dengan tingginya kapasitas penyerapan gabah dan potensi produksi sejauh ini, Mentan Amran bahkan memprediksi stok beras yang ada di gudang Perum Bulog dapat mencapai 3,3 juta ton pada musim panen Mei 2025.  Stok beras ini merupakan yang tertinggi dalam 10 hingga 20 tahun terakhir.

    Kepemimpinan yang saling melengkapi antara Mentan dan Wamentan menjadi kekuatan utama di tubuh Kementan. Duet yang solid di level tertinggi kementerian ini terbukti menjadi ujung tombak dalam mewujudkan swasembada pangan nasional. (*)