Kementrian Lembaga: Kementan

  • Beras Keluar dari Cipinang Tembus 11 Ribu Ton, Mentan Curiga Ada yang Main

    Beras Keluar dari Cipinang Tembus 11 Ribu Ton, Mentan Curiga Ada yang Main

    Jakarta

    Kementerian Pertanian (Kementan) menemukan adanya kejanggalan data beras di Food Station Tjipinang Jaya. Hal ini diungkapkan Amran di tengah harga beras mulai merangkak naik saat stok melimpah.

    Awalnya, Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menyebut stok beras di Pasar Induk Cipinang kurang sehingga harga melambung di pasar. Saat melihat data resmi dari Food Station Tjipinang, dalam lima tahun terakhir stok beras terpantau stabil di atas angka 30 ribu ton. Bahkan pada 2025, stok beras di sana mencapai 50 ribu ton.

    “Ini Januari (stok awal beras di Cipinang) 50 ribu ton banyak kan? Ini Januari benar nggak 50 ribu ton lebih tinggi dari 3 tahun sebelumnya atau 4 tahun sebelumnya. Ini kan 50 (ribu ton beras), 50 (ribu ton beras), terus 46 (ribu ton) naik lagi, 48 (ribu ton beras),” kata Amran saat Konferensi Pers di kantornya, Jakarta Selatan, Selasa (3/6/2025).

    Saat ditelusuri lebih lanjut, Amran menemukan kejanggalan data pada 28 Mei 2025. Data tersebut menunjukkan, stok awal beras di Food Station Tjipinang Jaya mencapai 55.853 ton.

    Sementara, beras yang masuk 2.108 ton dan beras yang keluar sebesar 11.410 ton. Padahal selama lima tahun terakhir, beras keluar dari gudang Cipinang rata-rata berkisar 1.400 hingga 3.500 ton.

    Saat ditanya lebih lanjut mengenai 11 ribu ton digelontorkan ke mana, Amran menyebut pihaknya belum menemukan jawaban. Saat ini Kementan bersama dengan Satgas Pangan Polri tengah menyelidiki motif tersebut. Namun, pihaknya sudah mengantongi dugaan sementara.

    “Ini dimainkan. Kalau stok kita tidak banyak apa yang terjadi? Pasti minta impor kan, benar nggak? Apa mau minta impor dengan kondisi kita stok 4 juta ton? (Mereka minta) dikeluarkan SPHP apa jawabannya? Untuk di-blending untuk dicampur dengan beras lokal, baru dijual mahal. Ini kan nggak benar yang seperti ini,” terang Amran.

    Sementara itu, Kepala Satgas Pangan Polri Helfi Assegaf mengatakan pihaknya terus mendalami terkait motif serta fakta yang terjadi di lapangan dengan kesesuaian data.

    “Kita lakukan pendalaman, tapi awal mereka belum bisa menyampaikan barang itu ada di mana sekarang, barang itu keluar. Mereka ditanya oleh penyidik kita, tidak bisa menyampaikan. Barang itu ke arah mana perginya, keluarnya dari mana, belum bisa disampaikan kepada kita,” kata Helfi.

    Apabila tidak sesuai dengan data yang disampaikan, Helfi menerangkan ada tindakan manipulasi data. Di sisi lain, dia juga menyoroti temuan tersebut muncul bersamaan dengan pedagang Pasar Induk Cipinang yang meminta importasi beras.

    “Kalau dia memanipulasi data, sedangkan muncul bersamaan dengan itu ada berita pedagang di pasar induk minta supaya segera realisasikan importasi. Nyambungan kan ya? Dengan adanya laporan tersebut, maka manipulasi data itu terjadi, artinya mereka memberikan data yang tidak benar,” ujar Helfi.

    Helfi menambahkan penyampaian data resmi kepada pemerintah menjadi penting. Sebab, data tersebut menjadi salah satu pertimbangan untuk membuat kebijakan.

    “Sehingga pemerintah salah mengambil kebijakan karena tidak sesuai dengan data yang sebenarnya. Ada berdampak. Sementara saat ini sedang surplus beras. Ya kalau memang realisasi (impor) nanti betul-betul terjadi, kan dampaknya besar nih, over yang saat ini saja sudah banyak barang, masuk lagi barang importasi. Ini tidak akan menyentuh keuntungan untuk petani, yang ada petani akan makin jatuh,” jelas Helfi.

    (acd/acd)

  • Kemendagri minta pemda optimalkan sawah tadah hujan untuk pangan

    Kemendagri minta pemda optimalkan sawah tadah hujan untuk pangan

    Jakarta (ANTARA) – Sekretaris Jenderal Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) Tomsi Tohir meminta pemerintah daerah (pemda) mengoptimalkan sawah tadah hujan guna mendukung swasembada pangan nasional.

    Dia menyampaikan program irigasi dan pompanisasi akan digencarkan sebagai antisipasi musim kemarau. Ia menekankan pentingnya kejelasan teknis di lapangan, termasuk terkait bentuk bantuan, waktu pelaksanaan, serta penanggung jawab program dari masing-masing kementerian/lembaga (K/L).

    “Hal-hal yang tentunya akan dibantu dari Kementerian Pertanian (Kementan) dan Kementerian PU ini ke daerah berupa apa, kemudian nilainya berapa, kapan akan dilaksanakan, kemudian siapa yang bertanggung jawab. Apakah pelaksananya diserahkan kepada daerah atau ke pusat,” kata Tomsi dalam Rapat Koordinasi Percepatan Swasembada Pangan Menghadapi Musim Kemarau 2025 yang digelar secara hybrid dari Ruang Sidang Utama (RSU) Kantor Pusat Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), Jakarta, Selasa.

    Sementara itu, Sekjen Kementan Ali Jamil menjelaskan bahwa dalam mendukung program swasembada pangan yang diusung Presiden Prabowo Subianto, pemerintah menginstruksikan agar seluruh lahan sawah di Indonesia ditanami padi, bukan komoditas lain.

    Dia menyoroti kecenderungan pengalihan fungsi sawah di sejumlah daerah seperti Jawa Tengah dan Jawa Timur, yang pada musim kemarau sering ditanami jagung, tembakau, atau kacang tanah. Untuk itu, keterlibatan pemda hingga TNI-Polri dianggap krusial dalam mendukung optimalisasi lahan padi.

    “Itu yang kita gerakkan semua ke daerah-daerah, tentu teman-teman para kepala dinas, baik dari provinsi maupun kabupaten mengawal itu, kegiatan itu, untuk bisa kita, tadi, bagaimana meningkatkan Indeks Pertanaman padi di sawah tadah hujan,” ujar Ali.

    Lebih lanjut, Kementan juga telah menyalurkan berbagai bantuan seperti alat dan mesin pertanian (alsintan), termasuk pompa air dan pipa. Ali menjelaskan sawah yang berada di sekitar sungai akan diberdayakan melalui pompanisasi dan sistem irigasi perpipaan, yang diharapkan dapat berfungsi optimal.

    “Bahkan relatif tidak pakai pompa kalau irigasi perpipaan ini, tapi pipa yang kita berikan nanti alirannya melalui gravitasi. Jadi gravitasi dari puncak bukit atau gunung nanti ke bawah melalui pipa, tidak melalui permukaan tanah lagi,” tambahnya.

    Pemerintah juga mendorong pemanfaatan lahan rawa serta penanaman padi gogo. Saat ini, lahan rawa yang berpotensi untuk pertanian tersebar di berbagai wilayah, seperti Aceh, Sumatera Selatan, dan Papua Selatan.

    Namun, lahan-lahan tersebut belum dimanfaatkan secara maksimal dan menjadi target prioritas pengembangan.

    “Ada program kita juga optimasi lahan, optimasi lahan namanya itu juga di lahan rawa. Tahun 2024 kita punya program ini Pak, Bapak-Ibu semua para Gubernur, Bupati, Wali Kota, itu ada sekitar 349.000 hektare. Di rawa kita juga, lahan sawah kita yang di rawa, itu luasnya kira-kira lebih dari 1 juta [hektare],” ungkap Ali.

    Ia menambahkan lahan rawa yang dalam dan berada di wilayah cekungan perlu dioptimalkan agar tetap produktif. Dengan intervensi yang tepat, sawah tadah hujan dapat ditingkatkan produktivitasnya dari satu kali tanam di musim hujan menjadi dua hingga tiga kali tanam dalam setahun.

    “Supaya kita bisa panen padi yang lebih besar lagi. Artinya, tidak sama dengan yang dulu-dulu itu Pak, maka produksi beras kita harapannya, baik di Juni, Juli ini dan seterusnya, nanti sampai September, mudah-mudahan bisa kita bertanam, para petani kita bisa bertanam,” pungkasnya.

    Pewarta: Narda Margaretha Sinambela
    Editor: Budi Suyanto
    Copyright © ANTARA 2025

  • Harga Beras Naik, Mentan Cium Gelagat Mencurigakan di Gudang Cipinang

    Harga Beras Naik, Mentan Cium Gelagat Mencurigakan di Gudang Cipinang

    Jakarta

    Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengungkapkan adanya keanehan di mana harga beras naik saat stok melimpah. Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS), rata-rata harga beras naik di tingkat grosir dan eceran.

    Sementara, harga rata-rata beras turun di tingkat penggilingan. Melihat hal itu, Amran menilai apabila harga beras di tingkat penggilingan turun, seharusnya harga beras di tingkat eceran juga ikut turun.

    “Ini kalau harga di tingkat penggilingan, penggilingan itu identik petani, kenapa? Berada di sawah, itu turun berarti harus eceran? Turun,” kata Amran saat Konferensi Pers di kantornya, Jakarta Selatan, Selasa (3/6/2025).

    Di sisi lain, Amran melihat ada anomali data stok pada gudang beras di Cipinang yang terjadi pada bulan Mei. Amran menyebut ada sebanyak 11 ribu ton beras yang keluar dari gudang Cipinang pada 28 Mei 2025. Padahal selama lima tahun terakhir, beras keluar dari gudang Cipinang rata-rata berkisar 1.400 hingga 3.500 ton.

    “Ini (beras yang dikeluarkan dari Cipinang) 3 ribu ton, 3 ribu ton, 4 ribu ton, 2 ribu ton,1 ribu ton, ini masuk akal nggak ini 11.000 (beras) keluar satu hari? Aneh kan? Ya selesai ini jawabannya (harga beras naik),” terang Amran.

    Menurut Amran, hal tersebut harus diinvestigasi lebih lanjut dengan Satgas Pangan. Menurut Amran, hal ini tak lepas dari permainan mafia.

    “BPS mengatakan (harga rata-rata beras di tingkat penggilingan turun Mei 2025), artinya apa? Ada middle man yang mempermainkan. Inilah terkadang kita sebut mafia,” terang Amran.

    Sementara itu, Kepala Satgas Pangan Polri Helfi Assegaf mengatakan pihaknya akan menggandeng auditor dari Kementan untuk menyelidiki persoalan tersebut. Pihaknya akan mengecek langsung ke lapangan untuk membuktikan data tersebut.

    “Nah, dengan basic data nanti setelah kita bisa dapatkan proses penghitungnya seperti apa. Kita lakukan pendalaman, mengecek secara fisik 11.410 ribu ton itu siapa yang ngambil? Kita cek gudangnya, betul enggak?” ujar Helfi.

    Menurut Helfi, sebanyak 6.000 ton beras yang keluar di Cipinang dapat mengundang antrean dan padat hingga tak bisa selesai dalam satu hari. Apalagi dengan mengeluarkan stok beras sebesar 11 ribu ton.

    “Apalagi 11.000 ton beras, dua kali lipat, sangat tidak mungkin. Data awal dari itu, kita tampung. Kita lakukan pendalaman, tapi awal mereka belum bisa menyampaikan barang itu ada di mana sekarang, barang itu keluar. Mereka ditanya oleh penyedik kita, tidak bisa menyampaikan. Barang itu ke arah mana perginya, keluarnya dari mana, belum bisa disampaikan kepada kita,” terang Helfi.

    Lihat juga Video: Satgas Pangan Polda Metro Jaya Cek Pasar Induk Beras Cipinang

    (acd/acd)

  • Jelajah Daulat Pangan 2025: Mendorong Petani Milenial Tanam Cabai di Pekarangan Rumah

    Jelajah Daulat Pangan 2025: Mendorong Petani Milenial Tanam Cabai di Pekarangan Rumah

    Bisnis.com, KARAWANG — Dinas Pertanian Ketahanan Pangan (DPKP) Karawang mendorong petani milenial memanfaatkan lahan di pekarangan rumah untuk ditanami cabai. Hasil panen diklaim dapat memenuhi kebutuhan hidup pribadi.

    Ketua Tim Hortikultura DPKP Karawang Asep Saprudin menuturkan, pihaknya berkolaborasi dengan salah satu petani milenial yang sukses, yakni Rifki Habibi.

    Rifki Habibi merupakan seorang petani milenial asal Karawang yang sukses dalam pengembangan pertanian, khususnya cabai rawit. Dia adalah Ketua Pemuda Tani Indonesia DPC Kabupaten Karawang dan dikenal sebagai Young Ambassador Agriculture 2024 serta mewakili Karawang dalam berbagai ajang nasional.

    “Untuk petani-petani milenial, kami memang mengajak untuk penanaman di hortikultura. Memanfaatkan pekarangan,” kata Asep kepada Bisnis di kantornya, Senin (2/5/2025).

    Mengacu Peraturan Menteri Pertanian RI Nomor 4 Tahun 2019 tentang Pedoman Gerakan Pembangunan Sumber Daya Manusia Pertanian Menuju Lumbung Pangan Dunia 2045, definisi dari petani milenial merupakan petani berusia 19 tahun-39 tahun, dan/atau petani yang adaptif terhadap teknologi digital.

    Berdasarkan data terakhir dari Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah petani berusia 19 tahun hingga 39 tahun yang memanfaatkan teknologi mencapai 9.190 orang per 2023.

    Selain di pekarangan, Asep mengatakan pihaknya juga mengajak para petani milenial yang memiliki kebun luas untuk ditanami hortikultura, khususnya cabai. Maklum, cabai juga merupakan salah satu komoditas penyumbang inflasi.

    Asep juga mengatakan, hasil panen dari para petani milenial itu cukup memuaskan. Setidaknya, kata dia, uang hasil tani itu bisa memenuhi kebutuhan pribadi.

    “Alhamdulillah kalau untuk petani milenial, untuk kebutuhan pribadi mungkin bisa, ya. Bisa-bisa untuk memungkinkan kebutuhannya. Dan intinya, bisa memanfaatkan pekarangannya. Pekarangan yang melahan tidur, kemudian kebun-kebunnya bisa dimanfaatkan,” tutur Asep.

    Seperti diketahui, Hasil Sensus Pertanian 2023 menunjukkan jumlah petani milenial yang berusia di rentang 19–39 tahun mencapai 6,18 juta orang pada 2023. Proporsinya sekitar 21,93% dari total petani di Indonesia yang sebanyak 28,19 juta orang.

    Namun, petani milenial yang menggunakan teknologi digital lebih sedikit dibandingkan yang tidak menggunakan. Perinciannya, petani milenial yang menggunakan teknologi digital sebanyak 2,6 juta orang. Sedangkan petani milenial yang tidak menggunakan teknologi digital adalah sebanyak 3,57 juta orang.

    Kementerian Pertanian (Kementan) pun berjanji mengakomodir para petani usia muda tersebut. Kementan menyatakan anak muda yang masuk sebagai petani milenial bisa mengantongi cuan hingga Rp10 juta per bulan.

    Salah satu jurus ini disebut mampu menarik minat anak muda menjadi petani milenial, sekaligus meningkatkan ketahanan pangan. Namun yang perlu diingat, pendapatan Rp10 juta per bulan itu merupakan proyeksi hasil panen dan bukan gaji tetap dari pemerintah. Adapun, petani milenial ditargetkan hingga 50.000 pendaftar.

  • Kementan Prediksi Kebutuhan Hewan Kurban Tahun Ini Naik 1,98%

    Kementan Prediksi Kebutuhan Hewan Kurban Tahun Ini Naik 1,98%

    Bisnis.com, PONTIANAK – Kementerian Pertanian (Kementan) memperkirakan kebutuhan hewan kurban nasional tahun ini meningkat dibanding tahun lalu. Kendati begitu, ketersediaan hewan kurban nasional tercatat mengalami surplus tahun ini.

    Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan Agung Suganda menyampaikan, kebutuhan hewan kurban diperkirakan mencapai 2,07 juta ekor. 

    “Kebutuhan hewan kurban nasional pada 2025 diperkirakan mencapai 2.074.269 ekor, meningkat 1,98% dibandingkan tahun sebelumnya,” ungkap Agung dalam keterangan tertulisnya, dikutip Senin (2/6/2025).

    Selain kebutuhan nasional yang mengalami peningkatan, Agung menyebut bahwa ketersediaan hewan kurban nasional tercatat mencapai 3,21 juta ekor. Dengan demikian, kata dia, terdapat surplus sekitar 1,14 juta ekor hewan kurban.

    Kendati pasokan hewan kurban mencukupi, Agung meminta semua pihak untuk tetap waspada terhadap penyakit hewan menular strategis (PHMS) seperti Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), Lumpy Skin Disease (LSD), dan antraks. Sejalan dengan hal itu, Kementan juga telah menerbitkan surat edaran kewaspadaan terhadap zoonosis menjelang Iduladha.

    Di samping itu, Agung juga mengimbau agar hewan kurban yang tidak terjual, tidak dikembalikan ke daerah asal. Alih-alih mengembalikan ke daerah asal, pemerintah meminta agar hewan kurban tersebut dipotong di rumah potong hewan (RPH) atau dijual di wilayah sekitar untuk mencegah potensi penyebaran penyakit.

    “…mengimbau agar hewan kurban yang tidak terjual tidak dikembalikan ke daerah asal, melainkan dipotong di RPH atau dijual di wilayah sekitar untuk mencegah potensi penyebaran penyakit,” imbaunya. 

    Di sisi lain, Ditjen PKH melaporkan bahwa kebutuhan sapi kurban Bantuan Kemasyarakatan (Banmas) Presiden tahun ini mencapai 756 ekor. Nantinya, sapi kurban tersebut akan didistribusikan ke 38 masjid provinsi, 514 masjid kabupaten/kota, masjid Istana Presiden di daerah, masjid sekitar kediaman Presiden, serta organisasi masyarakat Islam.

    Pekan lalu, Kementan telah melepas sebanyak 9.743 petugas pemantau hewan kurban untuk memastikan pelaksanaan kurban di seluruh Indonesia berjalan sesuai prinsip Aman, Sehat, Utuh, dan Halal (ASUH).

    Agung menuturkan, pelaksanaan pengawasan hewan kurban tahun ini akan fokus pada pemeriksaan dokumen Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH), pemeriksaan ante-mortem dan post-mortem, legalitas tempat pemotongan, serta jaminan penerapan prinsip Kesehatan Masyarakat Veteriner (Kesmavet) dan Kesejahteraan Hewan (Kesrawan).

    “Kami ingin memastikan hewan kurban sehat, bebas dari penyakit, dan proses penyembelihan memenuhi prinsip kesehatan masyarakat veteriner dan kesejahteraan hewan,” ujarnya.

  • Stok Cadangan Beras Pemerintah Capai 4 Juta Ton, Indonesia Siap Perkuat Posisi di Pangan Global

    Stok Cadangan Beras Pemerintah Capai 4 Juta Ton, Indonesia Siap Perkuat Posisi di Pangan Global

    Jakarta, Beritasatu.com – Stok cadangan beras pemerintah (CBP) resmi menembus 4 juta ton, pencapaian tertinggi sejak Bulog berdiri pada 1969. Lonjakan stok ini menjadi bukti nyata ketahanan pangan nasional yang kuat, sekaligus menegaskan kesiapan Indonesia untuk memainkan peran lebih besar dalam sistem pangan global, meskipun menghadapi tekanan seperti perubahan iklim, krisis geopolitik, dan gangguan rantai pasok internasional.

    Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menyampaikan bahwa ketika banyak negara mengalami tekanan pangan, Indonesia justru mencatatkan peningkatan produksi dan stok secara signifikan.

    “Kita tidak lagi hanya bicara swasembada, tapi sudah bicara kedaulatan. Dengan angka serapan seperti ini, Indonesia secara tidak langsung siap mengambil peran lebih besar dalam sistem pangan dunia,” ujar Mentan Amran dalam keterangannya Sabtu (31/5/2025).

    Dalam beberapa waktu terakhir, menteri-menteri yang membidangi pertanian dari berbagai negara berkunjung langsung ke Indonesia, mulai dari Malaysia, Jepang, hingga Chile. Negara-negara tersebut mengapresiasi capaian serta langkah strategis yang dilakukan Indonesia dalam upaya mewujudkan kedaulatan pangan nasional.

    “Kita juga ingin belajar dari Indonesia bagaimana mereka bisa berjaya dalam memproduksi beras sehingga saat ini beras Indonesia berlimpah,” ujar Menteri Pertanian dan Keterjaminan Makanan Malaysia Datuk Seri Mohammad Bin Sabu saat berkunjung ke Kantor Pusat Kementerian Pertanian (Kementan) akhir April lalu. 

    Potensi ekspor beras terbuka lebar mengingat capaian saat ini. Pemerintah turut mempertimbangkan negara-negara yang meminta pasokan beras ke Indonesia. Potensi terbesar datang dari negara tetangga Malaysia dengan catatan mempertimbangkan sudah terpenuhinya pasokan dalam negeri.

    “Kami terima laporan B2B (business to business) bertandatangan meminta 24 ribu ton, ke Malaysia. Mereka sudah tandatangan, tapi nanti kita lihat ke depan,” terang Mentan Amran.

    Capaian ini menurut Mentan Amran tidak terlepas dari sejumlah kebijakan strategis yang digagas oleh Presiden Prabowo Subianto yang meliputi peningkatan kuota pupuk bersubsidi hingga dua kali lipat, reformasi sistem distribusi pupuk agar lebih tepat sasaran, serta penetapan harga gabah petani sebesar Rp 6.500 per kilogram yang memberikan kepastian dan insentif bagi petani untuk terus meningkatkan produksi.

    Kebijakan tersebut terbukti efektif terlihat dari lonjakan signifikan serapan beras lokal oleh Bulog. Hingga 31 Mei 2025 pukul 12.14 WIB, serapan mencapai 2,429 juta ton, pencapaian tertinggi dalam 57 tahun terakhir. Angka ini melonjak lebih dari 400 persen dibandingkan dengan periode yang sama dalam lima tahun terakhir. Data ini mengindikasikan bahwa produksi dalam negeri tidak hanya meningkat, tetapi juga terserap secara besar-besaran langsung dari petani.

    “Dulu, angka seperti ini baru tercapai dalam waktu satu tahun. Sekarang, kita sudah mencapainya hanya dalam lima bulan. Ini bukan sekadar progres, tapi lompatan besar,” kata Mentan Amran.

    Lebih lanjut, Mentan Amran menegaskan bahwa lonjakan serapan ini sepenuhnya berasal dari produksi dalam negeri, tanpa ada tambahan beras medium impor sejak awal tahun 2025.   

    “Keberhasilan ini sepenuhnya berasal dari panen petani kita sendiri, tanpa campur tangan impor sama sekali. Masyarakat harus menyadari bahwa pencapaian ini merupakan buah kerja keras petani dan dukungan kebijakan pemerintah yang pro-rakyat,” tegasnya. 

    Sementara itu produksi beras nasional pada periode Januari hingga Mei 2025 mengalami peningkatan signifikan. Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat produksi beras mencapai 16,55 juta ton, naik 11,95 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

    Peningkatan produksi beras ini juga mendapat pengakuan dari Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA). Dalam laporan terbarunya, USDA memperkirakan produksi beras Indonesia pada musim tanam 2024/2025 mencapai 34,6 juta ton. Angka tersebut merupakan yang tertinggi di ASEAN, mengungguli Thailand dan Vietnam, serta melampaui target produksi pemerintah sebesar 32 juta ton.

    Menteri Pertanian Amran menyatakan lonjakan produksi beras memberikan kontribusi besar terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat sektor pertanian menyumbang 10,52 persen terhadap PDB pada triwulan I 2025 secara year on year, angka tertinggi sepanjang sejarah.

    Mentan Amran menilai pencapaian ini menunjukkan kebijakan pemerintah yang mendukung produksi dalam negeri berjalan efektif. Dengan hasil tersebut, Indonesia semakin dekat dengan swasembada beras dan melangkah menuju kedaulatan pangan.

  • Mentan: RI Punya 4 Juta Ton Stok Cadangan Beras

    Mentan: RI Punya 4 Juta Ton Stok Cadangan Beras

    Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Pertanian (Kementan) mencatat stok cadangan beras pemerintah (CBP) yang diamankan Perum Bulog telah mencapai 4 juta ton.

    Berdasarkan laporan real-time per Kamis (29/5/2025) pukul 21.41 WIB, serapan setara beras oleh Bulog telah mencapai 2.407.257 ton dan total stok beras nasional resmi tercatat sebesar 4.001.059 ton.

    Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengatakan, angka ini menjadi simbol konkret keberhasilan kolaborasi nasional dalam memperkuat ketahanan pangan dan menyejahterakan petani Indonesia.

    “Semua pihak telah bekerja bahu-membahu hingga Indonesia mencapai cadangan beras terbesar dalam sejarah,” kata Amran dalam keterangan tertulis, Jumat (30/5/2025)

    Amran mengatakan, capaian ini tak lepas dari gagasan Presiden Prabowo Subianto yang mendorong berbagai terobosan strategis melalui penerbitan Instruksi Presiden (Inpres) untuk memperkuat produksi dan memudahkan petani dalam berusaha tani.

    Adapun, harga pembelian pemerintah (HPP) gabah kering panen (GKP) ditetapkan sebesar Rp6.500 per kilogram.

    “Petani kini menikmati harga jual yang menguntungkan, bahkan di saat panen raya,” ujarnya.

    Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), produksi beras nasional pada Januari—Mei 2025 diperkirakan mencapai 16,55 juta ton.

    Menurut Amran, capaian tersebut sejalan dengan kinerja serapan Bulog yang mencatat rekor tertinggi dalam 57 tahun terakhir. Hingga akhir Mei 2025, Bulog telah menyerap lebih dari 2,4 juta ton beras lokal, atau naik lebih dari 400% dibandingkan rata-rata serapan dalam periode sama 5 tahun terakhir yang hanya berada di kisaran 1,2 juta ton.

    “Ini menunjukkan bahwa produksi dalam negeri tidak hanya meningkat, tapi juga diserap secara masif langsung dari petani. Langkah ini efektif memperkuat cadangan nasional dan menjaga kestabilan harga di tingkat petani,” imbuhnya.

    Kendati demikian, Amran menegaskan pencapaian 4 juta ton bukan sekadar angka statistik, melainkan simbol kuat dari meningkatnya kesejahteraan petani dan kemandirian bangsa.

    “Dulu saat panen raya, harga gabah kerap anjlok dan petani merugi. Kini, mayoritas petani bisa menjual GKP minimal Rp6.500 per kilogram sesuai HPP, bahkan lebih. Ini buah dari kebijakan yang berpihak pada petani,” tuturnya.

    Di samping itu, dia mengapresiasi pada strategi agresif jemput bola yang dilakukan oleh Bulog dalam menyerap gabah petani secara langsung yang dinilai sangat efektif. Amran juga menyebut, langkah ini bukan hanya memperkuat cadangan beras pemerintah, melainkan juga memberikan kepastian harga dan pasar bagi petani.

  • Petani Sawit Jambi Sukses Panen Perdana Padi Gogo – Page 3

    Petani Sawit Jambi Sukses Panen Perdana Padi Gogo – Page 3

    Sementara itu, Wakil Ketua RSI sekaligus Direktur Hubungan Kelembagaan PTPN IV PalmCo Irwan Perangin Angin menyampaikan ucapan terima kasih kepada Kementerian Pertanian (Kementan) cq Direktorat Jenderal Perkebunan (Ditjenbun) yang telah memberikan dukungan atas penanaman padi gogo di lahan PSR.

    “Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jambi dan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Muaro Jambi yang juga men-support kami sehingga panen perdana ini dapat terlaksana dengan baik,” kata Irwan.

    Sebagai informasi luas lahan padi di Provinsi Jambi pada 2023 seluas 61.035 hektare (ha) yang menghasilkan padi gogo sebesar 274.056 ton. Sementara itu pada 2024 meningkat menjadi 64.120 ha yang menghasilkan panen sebanyak 291.037 ton.

    Program penanaman padi ini didukung penuh Kementerian BUMN melalui kolaborasi strategis bersama Kementerian Koordinator Bidang Pangan, Kementerian Pertanian, serta Institut Pertanian Bogor (IPB University). Kegiatan ini merupakan bagian dari komitmen perusahaan untuk memperkuat ketahanan pangan nasional sesuai Asta Cita Presiden Prabowo Subianto. *

  • Dedie Rachim Pastikan Kesehatan Ternak di Bursa Hewan Qurban Terjamin

    Dedie Rachim Pastikan Kesehatan Ternak di Bursa Hewan Qurban Terjamin

    JABAR EKSPRES – Menyambut Hari Raya Idul Adha 2025, Bursa Hewan Qurban (BHQ) yang berada di area Pusat Perakitan dan Modernisasi Peternakan dan Kesehatan Hewan (PPMPKH), Jalan Pajajaran, Kota Bogor resmi dibuka.

    BHQ yang diakomodir oleh Badan Perakitan dan Modernisasi Pertanian (BRMP) ini berlangsung selama 11 hari dilaksanakan sejak 27 Mei hingga 6 Juni 2025.

    Wali Kota Bogor, Dedie A. Rachim, menuturkan BHQ tersebut bisa menjadi pilihan untuk memilih dan membeli hewan kurban yang memenuhi persyaratan kesehatan dan juga sesuai syariat.

    Sebab, sambung dia, hewan kurban di BHQ telah melalui pemeriksaan kesehatan oleh dokter hewan dari Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Bogor dan Sekolah Vokasi IPB University.

    “Kenapa ini kita prioritaskan dan kita rekomendasikan, karena dari sisi kesehatan ternaknya ini terjamin dan sesuai syariat,” kata Dedie A. Rachim dikutip Rabu (28/5).

    “Kemudian tentu karena lahannya disiapkan oleh BRMP melalui PPMPKH, sehingga tidak ada alokasi anggaran yang dikeluarkan oleh pedagang sehingga harganya relatif lebih ekonomis,” imbuhnya.

    Selain itu, Dedie menyebut, BHQ masyarakat diberikan edukasi terkait bagaimana cara memilih hewan kurban dan cara menyembelihnya.

    Dedie juga mengingatkan dan mendorong masyarakat untuk melanjutkan tradisi membungkus daging hewan kurban tidak dengan plastik, namun menggunakan wadah yang terbuat dari anyaman bambu atau bonsang.

    “Agar masyarakat memperhatikan limbah sisa penyembelihan agar tidak menimbulkan masalah lingkungan ke depan,” tegas dia.

    Kepala Badan Perakitan dan Modernisasi Pertanian (BRMP), Fadjry Djufry, mengatakan BRMP ini memiliki peran strategis, di antaranya adalah dalam menjamin lalu lintas hewan kurban yang akan diperoleh masyarakat sudah sesuai prosedur.

    “Jadi semua hewan ternak di sini sudah mengikuti standar prosedur yang sudah ditetapkan, jadi terkait dengan kesehatan dan yang lain-lain sudah terjamin dan masyarakat bisa memilih banyak pilihan hewan kurban,” ucapnya.

    Berkaca dari tahun sebelumnya, Fadjry menyebut antusias masyarakat yang membeli hewan kurban melalui BHQ sangat tinggi. Bahkan seluruh hewan kurban terjual habis.

    Ketua Panitia BHQ, Agus Susanto mengatakan pelaksanaan BHQ merupakan yang ke-23 kalinya diadakan, dengan kerja sama antara Kementerian Pertanian (Kementan) melalui BRMP dan PPMPKH dengan Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor melalui DKPP serta Sekolah Vokasi IPB University dan paguyuban peternak.

  • Kementan pastikan terus dorong hilirisasi riset peternakan

    Kementan pastikan terus dorong hilirisasi riset peternakan

    Ilustrasi – Peternak memerah susu kambing etawa di kandang milik koperasi Pondok Pesantren Al Urwatul Wutsqo, Sindang, Indramayu, Jawa Barat. bANTARA FOTO/Dedhez Anggara/wsj.b

    Kementan pastikan terus dorong hilirisasi riset peternakan
    Dalam Negeri   
    Editor: Calista Aziza   
    Selasa, 27 Mei 2025 – 20:08 WIB

    Elshinta.com – Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan (Ditjen PKH) Kementerian Pertanian memastikan terus mendorong hilirisasi riset peternakan guna meningkatkan daya saing, inovasi, dan kesejahteraan peternak secara berkelanjutan.

    “Pemerintah melalui Kementerian Pertanian memastikan mendorong hilirisasi riset peternakan,” kata Sekretaris Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan Tri Melasari dalam keterangan dikonfirmasi di Jakarta, Selasa, merespon adanya temuan molekul dalam susu kambing yang dapat membuat anak sehat dan cerdas oleh Prof. Dr. Epi Taufik dari IPB University, Bogor.

    “Apa yang disampaikan Prof. Epi adalah bukti bahwa inovasi tidak hanya soal teknologi besar, tapi juga pada pemanfaatan potensi lokal yang selama ini tersembunyi,” ujar Tri Melasari.

    Dia menegaskan bahwa Kementerian Pertanian sangat mendukung agar riset-riset semacam itu bisa diadopsi ke dalam kebijakan strategis pangan nasional.

    Sebelumnya, dalam pidato pengukuhan sebagai guru besar tetap Fakultas Peternakan IPB University, Bogor, pada 24 Mei 2025, Prof. Dr. Epi Taufik menyampaikan satu gagasan yakni susu bukan sekadar minuman bergizi tetap adalah sumber molekul ajaib.

    “Molekul itu bernama oligosakarida. Oligosakarida ini seperti makanan premium bagi bakteri baik di usus kita, Di dalam tubuh, mereka tak langsung dicerna, tapi justru memberi makan mikroba yang baik. Hasilnya? Sistem imun lebih kuat, pencernaan lebih sehat, dan otak berkembang lebih optimal,” ujar Prof. Epi.

    Dalam ASI, katanya, kandungan oligosakarida jumlahnya ratusan, tapi ternyata kambing juga punya versi yang cukup menjanjikan, khususnya kambing leranakan etawah, ras lokal unggulan Indonesia.

    Melalui riset bertahun-tahun, Prof. Epi dan timnya berhasil mengidentifikasi oligosakarida jenis 3’-SL dan 6’-SL dalam kolostrum (susu awal) kambing PE. Dua jenis ini dikenal berfungsi sebagai pelindung alami bayi dari infeksi, sekaligus mendukung tumbuh kembang otak.

    Ia menerangkan susu kambing memiliki struktur mirip ASI dan kandungan laktosa tinggi, menandakan banyak oligosakarida tersembunyi yang dapat dipisahkan serta dimurnikan menggunakan teknologi modern seperti HPLC dan NMR.

    “Bayangkan kalau oligosakarida ini bisa ditambahkan ke dalam produk makanan atau minuman sehari-hari dari susu bubuk, biskuit, sampai probiotik,” katanya.

    Menurutnya, hal itu memiliki potensi komersial yang cukup tinggi. Di luar negeri, katanya, beberapa perusahaan besar sudah lebih dulu mengembangkan suplemen oligosakarida dari susu untuk bayi dan lansia. Indonesia punya peluang serupa, bahkan bisa lebih unggul karena ragam ternak lokalnya.

    “Namun, tantangan masih ada. Selama ini perhatian kita terhadap molekul bioaktif susu masih minim. Padahal ini peluang strategis, apalagi dengan adanya program nasional Makan Bergizi Gratis,” ujarnya.

    Ia berharap ke depan Indonesia bisa memproduksi sendiri oligosakarida berbasis susu lokal, bukan hanya untuk konsumsi dalam negeri, tapi juga sebagai komoditas ekspor bernilai tinggi.

    Prof. Epi menambahkan susu kambing dengan oligosakarida lokal dinilai mampu menjawab isu gizi sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi peternak kecil melalui pengembangan produk bioaktif bernilai tambah dari kambing lokal secara berkelanjutan.

    Sumber : Antara