Kementrian Lembaga: Kemensos

  • Sekda Tuban dan Sentra Margo Laras Kemensos Kucurkan Bantuan Disabilitas

    Sekda Tuban dan Sentra Margo Laras Kemensos Kucurkan Bantuan Disabilitas

    Tuban (beritajatim.com) – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tuban bersama Sentra Margo Laras Kementerian Sosial (Kemensos) di Pati kucurkan bantuan Asistensi Rehabilitasi Sosial (Atensi) Kluster Penyandang Disabilitas di ruang Dandang Wacana Setda Tuban.

    Adapun Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Tuban, Dr. Ir. Budi Wiyana bersama didampingi Kepala Sentra Margo Laras Pati, Proboretno Kuncororini menyerahkan bantuan secara seremonial untuk Atensi kepada penerima manfaat.

    Sekda Tuban Budi Wiyana mengatakan bahwa Pemkab Tuban di bawah kepemimpinan Bupati Tuban, Aditya Halindra Faridzky ini selalu memberikan perhatian terhadap keberadaan PMKS, utamanya penyandang disabilitas.

    “Hingga Saat ini kami terus melakukan pendataan terhadap Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) dan penyandang disabilitas di Kabupaten Tuban,” terang Budi Wiyana.

    Pria yang akrab disapa Budi ini juga menambahkan,
    data yang telah dikumpulkan tersebut nantinya akan menjadi data terpadu untuk digunakan sebagai dasar penetapan kebijakan. Mengingat setiap PMKS maupun penyandang disabilitas memerlukan penanganan khusus.

    Maka dari itu, pihaknya menegaskan bahwa dukungan TKSK maupun pendamping sosial lainnya sangat diperlukan guna pemutakhiran data yang ada, selain itu untuk penyaluran bantuan, Pemkab Tuban juga mengupayakan adanya program pemberdayaan bagi penyandang disabilitas yang memiliki potensi.

    “Potensi yang dimaksud diantaranya, kursus menjahit, sulam, pijat maupun kemampuan lainnya,” kata dia.

    Ia berharap dengan bantuan yang diberikan ini mampu menjadikan PMKS bisa mandiri, baik untuk mengurus dirinya bahkan mendukung ekonomi keluarga penerima manfaat.

    “Kami juga sampaikan terima kasih atas kepedulian dan perhatian Sentra Margo Laras Kemensos terhadap PMKS dan penyandang disabilitas di Kabupaten Tuban. Kedepannya, kerjasama semacam ini diharapkan dapat terus dijalankan dan ditingkatkan, baik penerima maupun jenis bantuan,” tutup Sekda.

    Sementara itu, Kepala Sentra Margo Laras Kemensos di Pati, Proboretno Kuncororini mengungkapkan bahwa pihaknya akan menyalurkan sejumlah bantuan Atensi kluster penyandang disabilitas di kabupaten Tuban dengan berbagai jenis bantuan seperti alat bantu kursi roda dan walker.

    “Selain itu juga ada bantuan tongkat penuntun adaptif sebanyak 25 paket, paket nutrisi sebanyak 58 paket, bantuan kewirausahaan sebanyak 57 penerima manfaat,” terang Proboretno Kuncororini.

    Perempuan berhijab ini juga menyampaikan bahwa proses penyaluran dilakukan selama 2 hari ke depan sejak 24-25 April 2024 dan diserahkan kepada penerima, yang mana sebelumnya telah melakukan verifikasi dan validasi atas usulan calon penerima yang diusulkan oleh Dinsos setempat.

    “Data yang diterima dilakukan pendataan lanjutan dan assessment untuk selanjutnya dilakukan proses penyaluran bantuan,” ungkap dia.

    Sehingga ia berharap bantuan yang diberikan dapat membantu mempermudah mobilitas penyandang disabilitas sehari-hari. Sehingga, memotivasi penyandang disabilitas untuk kian berdaya dan mandiri.

    “Kalau untuk bantuan kewirausahaan yang dapat menjadi stimulus bagi penerima manfaat semoga dapat dimaksimalkan menjadi salah satu pendapatan bulanan,” pungkasnya. [ayu/aje]

     

  • Dapur Umum Kemensos Bantu Pengungsi Korban Longsor Tana Toraja

    Dapur Umum Kemensos Bantu Pengungsi Korban Longsor Tana Toraja

    Tana Toraja (beritajatim.com) – Kementerian Sosial (Kemensos) telah bergerak cepat dalam menangani bencana tanah longsor di dua lokasi di Kabupaten Tana Toraja, Sulawesi Selatan, yang terjadi pada Sabtu (13/4).

    Sejak Minggu (14/4), Kemensos telah mendirikan dapur umum untuk menyediakan makanan bagi para pengungsi.

    Dapur umum tersebut memproduksi 1.200 nasi bungkus setiap hari yang didistribusikan tiga kali sehari. Selain itu, Kemensos juga memberikan bantuan logistik berupa kasur lipat, selimut, makanan anak, perlengkapan keluarga, dan tenda keluarga.

    Hingga Selasa (16/4), masih terdapat 104 jiwa yang mengungsi di rumah kerabat terdekat. Sebanyak 16 tenda telah didirikan untuk menampung para pengungsi, dengan rincian 2 tenda serbaguna dan 15 tenda keluarga.

    Dapur Kemensos di Tana Toraja

    1 unit tenda serbaguna difungsikan untuk mendukung aktivitas dapur umum, 1 unit tenda serbaguna untuk layanan psikososial, dan 15 unit tenda keluarga sebagai persediaan untuk mengantisipasi kemungkinan bertambahnya jumlah pengungsi atau jika terjadi longsor susulan.

    Para pengungsi memilih untuk tidak kembali ke rumah mereka karena masih trauma dan khawatir dengan potensi longsor susulan.

    Bencana tanah longsor di Kelurahan Manggau, Kecamatan Makale, dan Desa Lembang Randan Batu, Kecamatan Makale Selatan, pada Sabtu malam (13/4) telah menyebabkan 20 orang meninggal dunia. 16 orang berasal dari Kelurahan Manggau dan 4 orang dari Desa Lembang Randan Batu. Dua orang lainnya mengalami luka ringan dan 7 rumah warga hancur tertimbun longsor.

    Kemensos terus berkoordinasi dengan berbagai pihak terkait untuk membantu para korban bencana tanah longsor di Tana Toraja. Bantuan yang diberikan diharapkan dapat meringankan beban para korban dan membantu mereka untuk kembali pulih dari musibah ini. (ted)

  • Mensos Risma Tinjau Langsung Kondisi Korban Longsor Tana Toraja

    Mensos Risma Tinjau Langsung Kondisi Korban Longsor Tana Toraja

    Tana Toraja (beritajatim.com) – Masih dalam suasana lebaran, Menteri Sosial Tri Rismaharini mengambil langkah cepat dengan berkunjung ke lokasi tanah longsor di Kabupaten Tana Toraja pada hari Rabu, 17 April.

    Tujuan kunjungan Mensos Risma adalah untuk memeriksa kondisi para penyintas dan memberikan bantuan kepada keluarga korban yang telah meninggal. Sebelum kedatangannya, tim dari Kementerian Sosial sudah berada di lokasi untuk membantu.

    Demi efisiensi waktu, Mensos Risma memilih rute udara dari Jakarta dengan transit di Makassar, lalu melanjutkan perjalanan menggunakan helikopter ke Tana Toraja. Pilihan ini diambil karena perjalanan darat dari Makassar ke Toraja memakan waktu sekitar 8 jam melalui jalur berbukit.

    Setibanya di Tana Toraja, Mensos Risma langsung berinteraksi dengan keluarga korban, menanyakan kebutuhan mereka dan berjanji untuk memberikan bantuan. “Apa yang Ibu perlukan? Saya akan membantu,” ujar Mensos Risma kepada setiap keluarga korban yang ditemuinya.

    Menteri Sosial Tri Rismaharini di Tana Toraja

    Mensos Risma juga mengarahkan stafnya untuk mencatat kebutuhan warga dan meminta stakeholder terkait untuk mengumpulkan data yang akan diserahkan ke Kementerian Sosial. Banyak dari keluarga korban memerlukan dukungan modal usaha, mengingat sebagian besar korban merupakan tulang punggung keluarga.

    Lurah Maggau dari Kecamatan Makale, Kabupaten Tana Toraja, Lukas Duma Tarukkada, mengkonfirmasi bahwa kebutuhan terbesar keluarga korban adalah dukungan ekonomi.

    Mensos Risma menekankan pentingnya kesejahteraan keluarga yang ditinggalkan dan berkomitmen untuk pendekatan individual dalam mendukung kelangsungan ekonomi mereka.

    Sebelumnya, pada 13 April 2024, Mensos Risma telah mendistribusikan bantuan awal dari gudang Dinas Sosial Toraja. Bantuan lanjutan dikirim dari beberapa gudang logistik di Kota Makassar.

    Bantuan yang disalurkan meliputi tenda gulung, tenda keluarga portabel, tenda serbaguna, toilet portabel, penjernih air, genset powerbank, perlengkapan dapur keluarga, kasur, selimut, matras, family kit, kidsware, makanan siap saji, makanan anak, dan beras, dengan total nilai bantuan mencapai Rp713,6 juta. (ted)

  • Forum OECD di Paris Ambil Jawaban Risma sebagai Kesimpulan Ketahanan Infrastruktur Bencana

    Forum OECD di Paris Ambil Jawaban Risma sebagai Kesimpulan Ketahanan Infrastruktur Bencana

    Paris (beritajatim.com) – Forum Infrastruktur Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD) baru-baru ini mengadakan diskusi penting di Paris, Rabu (10/04/2024). Diskusi ini berfokus pada mekanisme efektif untuk melibatkan masyarakat dan pemangku kepentingan dalam membangun ketahanan infrastruktur.

    Diskusi ini menjadi semakin relevan dengan tren peningkatan bencana alam seperti banjir, badai, tanah longsor, gempa, dan kekeringan/kebakaran. Pelibatan masyarakat menjadi isu penting dalam diskusi ini, mengingat tantangan yang dihadapi dalam melibatkannya.

    Menteri Sosial RI, Tri Rismaharini, menjadi salah satu pembicara dalam diskusi tersebut. Risma memaparkan bagaimana Indonesia mengantisipasi, menangani, dan memulihkan dampak bencana dengan pendekatan berbasis masyarakat.

    Kementerian Sosial telah melatih dan membina lebih dari 25.000 relawan Taruna Siaga Bencana (Tagana) dari masyarakat di seluruh Indonesia. Program seperti Tagana Masuk Sekolah dan Kampung Siaga Bencana telah diluncurkan untuk meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana.

    Selain itu, ada lebih dari 49.000 pendamping sosial yang siap membantu saat terjadi bencana dan dalam masa pemulihan pasca bencana. Ada juga 613 Lumbung Sosial di 328 kabupaten/kota yang dikelola oleh komunitas untuk menyediakan logistik yang dibutuhkan masyarakat saat terjadi bencana.

    Mensos Risma juga menjelaskan bagaimana partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah telah membantu Surabaya, kota yang sebelumnya rentan banjir, menjadi kota yang bebas banjir. Pengalaman ini kemudian diterapkan Risma dalam strategi penanganan bencana di tingkat nasional.

    Diskusi ini menghasilkan kesimpulan bahwa pemulihan infrastruktur seharusnya tidak hanya direncanakan secara top-down, tetapi juga memperhatikan pemikiran masyarakat (bottom-up). Ini menunjukkan betapa pentingnya melibatkan masyarakat dalam upaya membangun ketahanan infrastruktur. [ian]

  • Dari Reyot Menjadi Layak Huni, Impian Warga Subang Ini Terwujud Berkat Kemensos

    Dari Reyot Menjadi Layak Huni, Impian Warga Subang Ini Terwujud Berkat Kemensos

    Subang (beritajatim.com) – Senyum bahagia terpancar dari wajah Kasmi (52) saat tim Kementerian Sosial (Kemensos) datang untuk mengevaluasi hasil perbaikan rumahnya di Kabupaten Subang, Jawa Barat. Kini, rumah yang dulunya reyot dan nyaris roboh telah berubah menjadi hunian yang layak huni dan nyaman.

    “Terima kasih sudah dibuatkan rumah, dari yang asalnya reyot sekarang jadi layak huni. Terima kasih, Ibu Menteri (Sosial),” ujar Kasmi penuh rasa syukur, didampingi anak tunggalnya, Wahyudin (42).

    Perubahan drastis ini merupakan hasil dari bantuan Kemensos melalui program Rumah Sejahtera Terpadu (RST). Berawal dari aduan yang diterima melalui Sistem Informasi Kesejahteraan Sosial Command Center (SIKS-CC) pada 28 Agustus 2023, tim Kemensos langsung bergerak cepat untuk meninjau kondisi rumah Kasmi.

    “Saat kami datang, kondisi rumah sangat tidak layak huni. Dindingnya reyot, penuh sampah, dan lembab. Kasmi pun tinggal di rumah adiknya karena kondisinya yang lemah,” ungkap Dudi Juhana, Pekerja Sosial Madya dari Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BBPPKS) di Bandung.

    Melihat kondisi tersebut, Kemensos segera menindaklanjutinya dengan menggelontorkan dana senilai Rp20 juta untuk perbaikan rumah. Proses pembangunannya pun dilakukan secara gotong royong oleh warga setempat.

    Hanya dalam waktu singkat, rumah Kasmi yang dulunya reyot telah berubah menjadi hunian yang kokoh dan nyaman. Tak hanya itu, Kemensos juga melengkapinya dengan berbagai perlengkapan rumah tangga dan bantuan sembako.

    “Semoga rumah ini menjadi harapan baru bagi Kasmi dan Wahyudin,” harap Dudi.

    Kisah Kasmi menjadi bukti nyata komitmen Kemensos dalam mewujudkan kesejahteraan sosial bagi masyarakat, khususnya mereka yang kurang mampu. Program RST telah membantu banyak keluarga di seluruh Indonesia untuk mendapatkan hunian yang layak huni dan meningkatkan kualitas hidup mereka. (ted)

  • Cahaya Harapan di Usia Senja: Mamah Asal Garut Dapat Bantuan Kemensos

    Cahaya Harapan di Usia Senja: Mamah Asal Garut Dapat Bantuan Kemensos

    Garut (beritajatim.com) – Di tengah hutan, di sebuah gubuk kecil beratapkan terpal, tinggallah seorang wanita tua bernama Mamah (72). Jauh dari keramaian, di Kampung Cidatar, Desa Bojong, Kecamatan Banjarwangi, Kabupaten Garut, Mamah hidup sebatang kara.

    Sudah hampir setahun Mamah menempati gubuk sederhana itu. Hari-harinya dihabiskan dengan berkebun di sekitar gubuknya untuk menyambung hidup.

    Sebelumnya, Mamah sempat tinggal bersama saudaranya yang ekonominya pun pas-pasan. Ia juga pernah tinggal bersama cucu tirinya, namun sang cucu yang bekerja sebagai buruh tani tak mampu mencukupi kebutuhannya.

    Kisah pilu Mamah sampai ke telinga Kementerian Sosial. Tim Kemensos, bekerja sama dengan unsur kewilayahan setempat, turun tangan membantu Mamah. Sebuah rumah layak huni pun dibangun untuknya, berkat swadaya masyarakat.

    Bantuan Asistensi Rehabilitasi Sosial (ATENSI) juga diberikan kepada Mamah. Perlengkapan rumah, sarana kamar, dan sarana dapur disediakan untuk membantu Mamah menjalani kehidupannya. Tak hanya itu, Kemensos pun memberikan bantuan uang tunai untuk memenuhi kebutuhan dasar Mamah.

    “Alhamdulillah, rumahnya sudah dibangun. Kami akan terus memantau dan memastikan kebutuhan sehari-hari Mamah terpenuhi,” kata Adi Juliyanto, salah seorang petugas Sentra Terpadu Pangudi Luhur (STPL) Bekasi.

    Kisah Mamah adalah contoh nyata kepedulian Kemensos terhadap masyarakat yang membutuhkan. Di usia senjanya, Mamah akhirnya merasakan secercah harapan di tengah keterbatasannya. (ted)

  • Kisah Keluarga Disabilitas, Mensos Beri Bantuan Usaha Ternak Bebek

    Kisah Keluarga Disabilitas, Mensos Beri Bantuan Usaha Ternak Bebek

    Karangasem (beritajatim.com) – Di tengah keterbatasan, Ni Negah Tini (45) dan suaminya I Ketut Suiti (46) tetap berjuang merawat dua anak disabilitas mereka. Tinggal di Banjar Dinas Kebung Kauh Dusun, Desa Telaga Tawang, Kecamatan Sideman Kabupaten Karangasem, Bali, keluarga ini hidup di rumah sederhana di perbukitan.

    Dua anak mereka, Ni Luh Sukawati (21) dan I Komang Wisnu Angga Wiguna (5), menderita lumpuh folia dan lumpuh layu sejak lahir. Keduanya membutuhkan bantuan orang lain untuk beraktivitas sehari-hari. Sementara itu, anak kedua mereka, Ni Kadek Mei Antari (12), hidup normal dan saat ini duduk di kelas 4 sekolah dasar.

    I Komang Wisnu Angga telah menjalani terapi sejak usia dua tahun. Namun, karena jarak rumah ke Rumah Sakit Karangasem yang jauh dan kendala transportasi, ia tidak menjalani fisioterapi selama satu tahun terakhir. “Fisioterapi sangat penting bagi I Komang Wisnu,” kata Ni Putu Esti, Pekerja Sosial Ahli Madya.

    Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, I Ketut Suiti bekerja sebagai buruh harian lepas. Ia memanjat pohon kelapa untuk mencari nira dengan upah Rp 25.000 per hari. Selain itu, ia juga bekerja sebagai buruh proyek bangunan dengan upah Rp 100.000 per hari ketika ada proyek. Sementara itu, Ni Nengah Tini menghabiskan hari-harinya merawat dan mendampingi kedua anaknya yang disabilitas.

    Kementerian Sosial memberikan perhatian pada kasus ini. Melalui Sentra Mahatmiya Bali, tim melakukan asesmen kebutuhan dan memberikan bantuan. Ni Luh Sukawati telah diantar untuk menjalani fisioterapi. “Karena menggunakan BPJS, maka pelayanan harus berjenjang dari fasilitas kesehatan pertama,” jelas Esti.

    Kandang ternak dari Kemensos untuk keluarga yang memiliki dua anak lumpuh di Desa Telaga Tawang, Kecamatan Sideman Kabupaten Karangasem, Bali.

    Kemensos juga memberikan bantuan kewirausahaan berupa ternak bebek. Bantuan ini berupa 1 kandang berukuran 4 m x 5 m beserta perlengkapannya, yang berisi 40 ekor bebek betina dan 4 ekor bebek jantan, serta satu sak pakan ternak sebagai modal usaha. Bantuan ini diharapkan dapat meningkatkan ekonomi keluarga Ni Nengah Tini.

    Bantuan ini diberikan karena Ni Nengah Tini dan I Ketut Suiti memiliki pengetahuan dasar tentang pemeliharaan bebek dari pengalaman kerja mereka di peternakan bebek. Lingkungan tempat tinggal mereka yang dekat dengan sumber air juga mendukung usaha ternak bebek ini. Bantuan pemenuhan hidup layak berupa sembako, tambahan nutrisi, dan alat kebersihan diri juga diberikan.

    Perlengkapan ternak bebek untuk keluarga yang memiliki dua anak lumpuh di Desa Telaga Tawang, Kecamatan Sideman Kabupaten Karangasem, Bali.

    Kemensos bersama Dinas Sosial Kabupaten Karangasem terus melakukan pendampingan selama proses terapi dan memantau perkembangan usaha yang mereka jalani. [ian]

  • Jawaban Mensos Soal Sengketa Pilpres, Risma: Kami Hanya Salurkan Bansos dalam Bentuk Tunai

    Jawaban Mensos Soal Sengketa Pilpres, Risma: Kami Hanya Salurkan Bansos dalam Bentuk Tunai

    Jakarta (beritajatim.com) – Mensos Tri Rismaharini, dengan tegas menyatakan bahwa Kementerian Sosial (Kemensos) hanya akan menyalurkan bantuan sosial (bansos) dalam bentuk tunai.

    Sejak tahun 2021, tidak ada lagi penyaluran bantuan berupa bahan pangan atau barang. Bantuan tunai ini disalurkan melalui Himpunan Bank Pemerintah (Himbara) dan kantor pos.

    “Untuk bansos reguler, kami 100% menggunakan transfer ke rekening penerima manfaat. Tidak ada lagi penyaluran dalam bentuk natura atau barang, kecuali dalam kasus-kasus tertentu,” ungkap Mensos Risma.

    Penegasan ini disampaikan oleh Menteri Sosial Tri Rismaharini saat menjawab pertanyaan Hakim Mahkamah Konstitusi, Suhartoyo, dalam sidang Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU) atau sengketa Pilpres 2004. Sidang tersebut berlangsung di Mahkamah Konstitusi, Medan Merdeka Barat, Jakarta, pada Jumat (5/4).

    Mensos Risma juga menjelaskan bahwa bantuan sosial berbentuk barang hanya disalurkan dalam kondisi-kondisi khusus. Misalnya, bagi penyandang disabilitas atau penerima manfaat yang sakit, di mana mereka benar-benar membutuhkan bantuan berupa sembako dan alat kebersihan diri.

    Sebelumnya, bansos pernah disalurkan dalam bentuk barang. Namun, karena risiko kerusakan barang yang tinggi, serta potensi masalah hukum dan keuangan, Mensos Risma memutuskan untuk menggantinya dengan bantuan tunai.

    Menteri Keuangan Sri Mulyani menambahkan bahwa bantuan pangan seperti beras memiliki risiko, terutama dari segi kualitas. Kualitas beras yang disalurkan kepada masyarakat bisa saja lebih rendah dari yang semestinya. Selain itu, pengiriman barang beresiko, misalnya rusak terkena hujan saat pengiriman. “Dengan penyaluran tunai, pengawasan lebih mudah, dan ini juga dapat menggerakan perekonomian di sekitar rumah penerima bansos,” kata Sri Mulyani.

    Mensos Risma menegaskan bahwa bansos yang dikelola oleh Kemensos pasti tepat sasaran dan akan diterima oleh Penerima Manfaat (PM). Semua data penerima bansos tersimpan rapi dan diperbarui setiap bulan. “Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) harus diupdate setiap enam bulan menurut undang-undang. Namun, sejak saya menjabat sebagai Menteri, data diperbarui setiap bulan agar kita dapat memastikan jika ada PM yang sudah meninggal atau pindah alamat,” kata Mensos Risma.

    Kemensos juga selalu terbuka untuk masukan dari masyarakat terkait penerima bansos yang tidak sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Masyarakat dapat melaporkan ketidaksesuaian tersebut melalui Command Center Kemensos yang aktif 24 jam setiap harinya, serta melalui fitur usul sanggah di aplikasi Cek Bansos.

    “Jika ada keluhan, kami memiliki Command Center yang siap menerima laporan. Seseorang dapat melaporkan jika tidak menerima bansos pada bulan tertentu atau jika ada yang tidak berhak menerima. Fitur usul sanggah juga tersedia,” kata Mensos.

    Melalui aplikasi tersebut, masyarakat dapat membuat laporan dengan menyertakan foto rumah yang tidak sesuai. Petugas akan memeriksa langsung dan jika terbukti tidak layak menerima bansos, data akan dikirim kembali ke daerah untuk diperbarui. [ian]

  • Hadir Buka Puasa Bersama TKN Prabowo-Gibran, ini Alasan Puan Maharani

    Hadir Buka Puasa Bersama TKN Prabowo-Gibran, ini Alasan Puan Maharani

    Jakarta (beritajatim.com) – Ketua DPP PDI Perjuangan (PDIP) Puan Maharani menghadiri buka bersama di kediaman Ketua TKN Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, Rosan Roeslani. Selain Puan turut hadir sejumlah tokoh lain di antaranya Ketua MPR Bambang Soesatyo, Menteri ATR/BPN Agus Harimurti Yudhoyono, dan Anggota Komisi I DPR Dave Laksono.

    Dia pun mengungkap alasan kehadirannya dalam acara tersebut. “Dalam rangka bulan Ramadan bersilaturami, apalagi banyak sekali acaranya. Itu acaranya tadarusan, khataman Quran, acaranya bukan sekadar makan-makan,” imbuh Puan usai Rapat Paripurna DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (4/3/2024).

    “Sebagai sahabat, sebagai teman silahturahmi itu tidak akan pernah salah, tidak akan pernah tidak dilakukan apalagi di bulan Ramadan,” lanjut Puan.

    Puan pun menanggapi saat ditanya apakah silaturahmi itu akan dilanjutkan dengan silaturahmi bersama Prabowo. “Insyaallah selalu akan dilakukan silahturahmi dengan siapa saja,” kata Puan.

    Puan juga ditanya mengenai kemungkinan pertemuan antara Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri dan Prabowo terkait isu rekonsiliasi pasca Pemilu 2024. Ia menjawab singkat soal apakah ada kemungkinan rencana pertemuan itu setelah Lebaran nanti. “Lebaran dulu ya, Insyaallah,” ungkapnya.

    Mengenai isu PDIP akan menjadi oposisi, Puan menyatakan proses pergantian Pemerintah masih cukup lama. “Masih lama. Oktober masih lama, sabar,” ujar Puan.

    Apakah terbuka peluang PDIP bergabung dengan koalisi Prabowo-Gibran? “Masih lama,” sebut cucu Bung Karno tersebut.

    Saat pidato penutupan masa sidang DPR, Puan sempat menyinggung mengenai proses hukum sengketa Pilpres 2024. Ia menegaskan PDIP bersama koalisi Ganjar Pranowo-Mahfud Md menghormati proses hukum yang saat ini sedang berjalan. “Kita hormati proses yang sedang berjalan di MK (Mahkamah Konstitusi) sampai tanggal 22, ya kita ikuti semua proses tersebut sampai selesai,” ungkap Puan.

    Dalam proses sengketa Pilpres itu, MK disebut akan memanggil 4 orang menteri untuk menjadi saksi, termasuk Menteri Sosial Tri Rismaharini. Puan memastikan kader PDIP itu siap apabila mendapat panggilan dari MK. “Siap untuk memberikan keterangan,” tutupnya. [kun]

  • Mensos Risma Berikan Harapan Baru untuk Anak-Anak Yatim di Sinjai

    Mensos Risma Berikan Harapan Baru untuk Anak-Anak Yatim di Sinjai

    Sinjai (beritajatim.com) –  Menteri Sosial (Mensos) Risma berinisiatif memberikan harapan baru bagi lima bersaudara yatim yang tinggal dalam kondisi prasejahtera di Desa Gunung Perak, Kecamatan Sinjai Barat, Kabupaten Sinjai.

    Pada Senin (1/4), Mensos Risma melakukan kunjungan ke rumah sederhana berdinding kayu dan beratap seng yang menjadi tempat tinggal lima bersaudara tersebut. Dalam kunjungannya, Mensos Risma menawarkan kesempatan bagi mereka untuk merasakan kehidupan yang lebih baik di Makassar.

    Mensos Risma mengajak Nadia, kakak tertua dari lima bersaudara tersebut, untuk bekerja di tempatnya dan mengajak adik-adiknya untuk pindah sekolah ke Makassar. “Kamu mau ikut saya ke Makassar ya? Kakak (Nadia) kerja di tempat saya. Nanti adik-adik pindah sekolah ya? Di sana banyak teman, bisa belajar apa saja,” ujar Mensos Risma.

    Lima bersaudara tersebut tinggal bersama nenek mereka yang sudah sakit-sakitan. Nadia (20) merantau di Makassar sebagai penjaga toko sedangkan ibu mereka saat ini bekerja di Kalimantan dan telah memiliki keluarga baru. Meski Nadia dan ibu mereka kerap mengirimkan hasil kerjanya, namun kadang uang kiriman tersebut tidak mencukupi karena pekerjaan Nadia pun tidak menentu.

    Mensos Risma terus memberikan semangat kepada anak-anak tersebut agar mereka bisa meraih kesuksesan di masa depan. “Saat ibu seusia kamu, ibu tinggal dengan banyak anak yatim. Kini mereka ada yang jadi dokter, jadi kepala dinas PU, kepala kantor agama. Jadi bisa. Tidak ada yang ga bisa. Dah, ayo bisa ya, harus semangat,” ujar Mensos Risma.

    Tidak hanya lima bersaudara tersebut, Mensos Risma juga menemui Ardi (23) dan Rezky (13), kakak beradik yang hidup sebatang kara di Desa Saotengah, Kecamatan Sinjai Tengah, Kabupaten Sinjai. Mensos Risma membujuk Ardi agar mau bekerja di balai Kemensos yang ada di Makassar dan akan menanggung biaya hidupnya.

    Namun, Ardi awalnya ragu menerima tawaran tersebut karena takut akan tinggal jauh dari adiknya. Mensos Risma pun meyakinkan keduanya akan dibawa ke Makassar, terlebih lagi Rezky yang belum pernah merasakan bangku sekolah formal.

    Dengan bantuan pihak desa, akhirnya Rezky pun setuju untuk turut serta ke Makassar. Mendengar persetujuan Rezky, Mensos Risma pun tersenyum lega. “Saya nggak bisa tidur kalau mereka masih tinggal di sini, kepikiran,” ungkap Mensos Risma. [ian]