Kementrian Lembaga: kemenperin

  • PMI Manufaktur Ekspansif ke 51,5 pada Agustus, Menperin Ingatkan Industri Butuh Iklim Kondusif

    PMI Manufaktur Ekspansif ke 51,5 pada Agustus, Menperin Ingatkan Industri Butuh Iklim Kondusif

    JAKARTA – S&P Global merilis data Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur Indonesia pada Agustus 2025 yang tumbuh sebesar 51,5 atau naik 2,3 poin dari Juli yang berada di level 49,2. Peningkatan itu mengembalikan posisi ke fase ekspansi setelah empat bulan berturut-turut mengalami kontraksi.

    Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menyampaikan, lonjakan PMI manufaktur Indonesia tersebut memperlihatkan kepercayaan pelaku industri semakin tinggi dalam menjalankan usahanya.

    Hal itu menjadi bukti ketahanan industri manufaktur dalam negeri di tengah dinamika politik dan ekonomi nasional maupun global. Terlebih, sektor pengolahan nonmigas menghadapi banyak tantangan dari dalam negeri maupun global.

    “Kami menyambut baik laporan PMI manufaktur Agustus ini yang menunjukkan adanya pemulihan kinerja manufaktur nasional. Peningkatan ini didorong oleh bertambahnya pesanan baru, baik itu dari pasar domestik maupun ekspor serta juga meningkatnya aktivitas pada produksi,” kata Agus dalam keterangan tertulisnya, Senin, 1 September.

    Secara teknikal, penguatan PMI pada Agustus 2025 terutama ditopang oleh meningkatnya pesanan baru (new orders) yang melonjak dari 48,3 pada Juli menjadi 52,3 atau naik 4,0 poin. Lonjakan itu turut didukung oleh pertumbuhan pesanan ekspor baru yang naik 2,8 poin menjadi 51,2, menandakan adanya peningkatan permintaan dari pasar global.

    Aktivitas produksi (output/activity) juga meningkat signifikan dari 49,0 ke 52,6 atau naik 3,6 poin, sehingga kapasitas produksi industri kembali ke level ekspansif.

    Perusahaan pun menambah tenaga kerja, tercermin dari indeks employment yang naik menjadi 50,4 serta meningkatkan aktivitas pembelian bahan baku, dengan quantity of purchases naik 3,1 poin ke level 51,6.

    Perbaikan lain terlihat pada stocks of purchases yang meningkat 2,2 poin ke 51,1 serta membaiknya waktu pengiriman pemasok (suppliers delivery times) yang naik ke 50,0. Kombinasi variabel-variabel utama inilah yang mendorong PMI manufaktur Indonesia menembus kembali fase ekspansif pada Agustus 2025.

    Namun, Agus mengingatkan keberlanjutan tren positif industri manufaktur sangat erat kaitannya dengan stabilitas nasional. Industri butuh kondisi kondusif dalam menjalankan operasionalnya.

    “Situasi yang mengarah ke destabilisasi, makar atau kerusuhan dikhawatirkan akan menurunkan kembali tingkat optimisme para pelaku industri,” tegas dia.

    Menurut Agus, manufaktur berbeda dengan sektor lain karena memiliki ekosistem luas dan sensitif. Manufaktur melibatkan banyak kegiatan, mulai dari forward linkages; backward linkages; investasi; UMR; bahan baku; logistik; hingga sumber daya energi yang harus dijaga semuanya agar optimisme tetap tumbuh.

    Dia bilang, PMI manufaktur tidak pernah dijadikan tolak ukur oleh Kemenperin sebagai landasan menganalisa kondisi lapangan, tetapi hanya dipandang sebagai salah satu indikator tambahan untuk melengkapi analisis.

    “Bagi kami, IKI jauh lebih representatif karena melibatkan responden lebih besar, yaitu sebanyak 2.5003.000 perusahaan industri dari 23 subsektor,” ucapnya.

    PMI manufaktur Indonesia pada Agustus 2025 mampu melampaui PMI manufaktur Prancis (49,9); Jerman (49,9); Jepang (49,9); Myanmar (50,4); Filipina (50,8); Korea Selatan (48,3); Taiwan (47,4); Inggris (47,3); dan China (50.5).

    Lebih lanjut, kata Agus, peningkatan tersebut sekaligus menjadi sinyal positif sektor industri manufaktur tetap tangguh dan mampu menjadi motor penggerak ekonomi nasional.

    “Kami berkomitmen untuk mewujudkan arahan Bapak Presiden Prabowo, Indonesia akan tumbuh menjadi negara industri kuat dan tidak kalah dengan negara lain. Semangat yang disampaikan oleh Bapak Presiden merupakan arah sekaligus energi baru bagi kami semua,” pungkasnya.

  • Mobil Listrik Impor BYD Cs Perlu ‘Ganti Rugi’ ke Pemerintah Jika…

    Mobil Listrik Impor BYD Cs Perlu ‘Ganti Rugi’ ke Pemerintah Jika…

    Jakarta

    Pabrikan mobil listrik yang masih impor diminta memenuhi kewajibannya untuk produksi lokal serta meningkatkan tingkat kandungan dalam negeri (TKDN).

    Masa impor CBU peserta program bakal berakhir pada 31 Desember 2025. Setelah itu, insentif berupa pembebasan Bea Masuk dan PPnBM yang sudah diterima akan disetop.

    Selanjutnya, mulai 1 Januari 2026 hingga 31 Desember 2027 para produsen wajib memproduksi mobil listrik di Indonesia dengan jumlah setara kuota impor CBU. Produksi ini harus menyesuaikan aturan TKDN yang sudah ditetapkan.

    Saat ini terdapat enam produsen yang sudah mengikuti program tersebut, antara lain BYD Auto Indonesia (BYD), Vinfast Automobile Indonesia (Vinfast), Geely Motor Indonesia (Geely), Era Industri Otomotif (Xpeng), National Assemblers (Aion, Citroen, Maxus dan VW) serta Inchape Indomobil Energi Baru (GWM Ora).

    “Dalam perjalanannya, perusahaan juga harus memperhatikan nilai, besaran nilai TKDN. Dari 40 persen harus secara bertahap naik menjadi 60 persen besaran nilai TKDN,” ujar Direktur Industri Maritim, Alat Transportasi dan Alat Pertahanan Kementerian Perindustrian Mahardi Tunggul Wicaksono dikutip dari siaran resmi Kemenperin.

    Aturan tentang TKDN mobil listrik telah ditetapkan di Peraturan Presiden Nomor 79 Tahun 2023 tentang Perubahan atas Perpres Nomor 55 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai untuk Transportasi Jalan. Menurut Perpres itu, TKDN mobil listrik produksi lokal wajib mencapai 40 persen pada 2022-2026. Lalu naik menjadi 60 persen pada 2027-2029 dan 80 persen mulai 2030.

    “Yang dilakukan melalui CKD (Completely Knocked Down) sampai dengan 2026, dan pada2027 dilakukan melalui IKD (Incompletely Knocked Down). Karena kalau masih tetap CKD, nggak akan tercapai angka 60 persen. Kemudian angka 80 persen dicapai melalui skema manufaktur part by part,” ucap Tunggul.

    Tunggul menyebutkan, enam perusahaan yang mengikuti program insentif CBU akan melakukan penambahan total investasi sebesar Rp 15 triliun serta rencana penambahan kapasitas produksi sebesar 305 ribu unit. Dari enam perusahaan tersebut, dua perusahaan melakukan kerja sama perakitan dengan assembler lokal, yakni PT Geely Motor Indonesia dan PT Era Industri Otomotif.

    Sementara itu, dua perusahaan melakukan perluasan kapasitas produksi, yakni PT National Assemblers dan PT Inchcape Indomobil Energi baru, dan dua perusahaan membangun pabrik baru, yakni PT BYD Auto Indonesia dan PT Vinfast Automobile Indonesia.

    Bagi pabrikan yang tidak memenuhi ketentuan impor dan lokalisasi, maka pemerintah bisa mengambil uang ‘ganti rugi’ dari bank garansi.

    Bank garansi ini menjadi jaminan bagi pemerintah. Jika produsen gagal memenuhi komitmen produksinya sesuai target yang ditetapkan, maka bank garansi tersebut akan dicairkan atau hangus untuk mengembalikan insentif yang telah diberikan oleh pemerintah.

    “Satu unit mereka importasi, 1 unit sudah harus bisa memproduksi, dengan tipe dan jenis yang sama,” kata Tunggul.

    “Dan 2028 sudah mulai melakukan klaim dan pencairan bank garansi, jadi nanti sudah mulai dihitung, 1 banding 1 komitmen ini ada minusnya tidak,” kata Tunggul.

    (riar/rgr)

  • Petaka Baru di China, Muncul Fenomena “Anak dengan Ekor Busuk”

    Petaka Baru di China, Muncul Fenomena “Anak dengan Ekor Busuk”

    Jakarta, CNBC Indonesia – Banyak pekerja muda China yang kesulitan untuk mencari kerja sesuai jurusan kuliah. Hal ini pun menimbulkan fenomena yang disebut “Anak dengan Ekor Busuk”.

    Kondisi ini terungkap dalam laporan CNA berjudul “Mengapa Sarjana Muda Banyak Menganggur di China”. Banyak dari pencari kerja yang ditemui CNA di bursa kerja atau job fair Lishuiqiao, Beijing, akhir pekan lalu menyatakan mereka sulit mencari kerja sesuai bidang studinya selama masa di kampus.

    “Saya melihat peluangnya cukup suram, pasar tenaga kerja sepi, akhirnya saya mengurungkan niat mengejar posisi tertentu,” kata Hu Die, pencari kerja berusia 22 tahun yang merupakan sarjana desain dari Harbin University of Science and Technology kepada CNA, dikutip Sabtu (15/3/2025).

    Li Mengqi, sarjana teknik kimia dari Institut Teknologi Shanghai yang telah berusia 26 tahun, sudah delapan bulan menganggur setelah lulus kuliah. Gara-garanya sama, ia tak menemukan pekerjaan yang sesuai dengan jurusannya saat menempuh pendidikan di universitas.

    Chen Yuyan, 26 tahun, lulusan Guangdong Food and Drug Vocational College pada 2022, bahkan akhirnya harus bekerja sebagai petugas sortir paket di sebuah cabang agen kurir.

    Ia mengatakan, meskipun telah mendapatkan pendidikan vokasi, baginya sulit untuk memperoleh pekerjaan dengan standar gaji yang mencukupi. Sebab, banyak lowongan kerja yang mencantumkan syarat-syarat menyulitkan.

    “Banyak perusahaan mencari kandidat yang sudah berpengalaman-orang-orang yang bisa langsung bekerja. Sebagai lulusan baru, kami tidak punya cukup pengalaman. Mereka sering mengatakan tidak memiliki sumber daya untuk melatih karyawan baru, dan gaji yang ditawarkan sangat rendah,” ucap Chen.

    Krisis Pasar Tenaga Kerja di China

    Pendiri Young China Group, lembaga think tank atau pemikir yang berbasis di Shanghai, Zak Dychtwald mengatakan, apa yang terjadi dengan Li, Hu, dan Chen merupakan gambaran krisis pasar kerja di China bagi para pemudanya, yang berharap bisa berkarir sesuai bidang keahliannya.

    “Salah satu masalah terbesar saat ini adalah ketimpangan antara kerja keras yang mereka lakukan saat kuliah dan pekerjaan yang menanti ketika lulus,” kata Zak Dychtwald.

    Asisten profesor Sosiologi di University of Michigan, Zhou Yun, mengamati meskipun lulusan dari sekolah-sekolah elite dan jurusan automasi ataupun AI banyak dicari, namun para sarjana masih kesulitan mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan keahlian mereka akibat meningkatnya persaingan di bursa kerja.

    “Industri yang secara tradisional menjadi penyerap utama lulusan perguruan tinggi, seperti startup internet dan pendidikan, juga mengalami penyusutan dalam beberapa tahun terakhir. Jadi, ada alasan struktural yang mendalam di baliknya,” katanya.

    Memburuknya pasar kerja di China telah memunculkan istilah “anak dengan ekor busuk” di China sebagai gambaran sarjana muda yang terpaksa bekerja dengan gaji rendah dan bergantung pada orang tua, lantaran tidak mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan pendidikan mereka. Istilah ini diambil dari “gedung ekor busuk”, proyek perumahan yang mangkrak dan menjadi beban ekonomi China sejak 2021.

    Eli Friedman, profesor Global Labor and Work di Cornell University, menyoroti adanya pergeseran budaya yang memengaruhi sikap generasi muda terhadap pekerjaan.

    Ancam Kepastian Ekonomi

    Berbeda dengan generasi orangtua mereka, sarjana muda saat ini lebih enggan menerima pekerjaan berkualitas rendah atau tidak stabil, bahkan di tengah tekanan ekonomi. Bahkan, mereka juga enggan memulai usaha kecil untuk bisa mengembangkan bisnis.

    “Saat ini jika Anda berusia 22 atau 23 tahun dan baru lulus universitas di China, saya rasa Anda tidak akan mau berjualan barang-barang kecil di jalanan, lalu menabung dan menggunakannya untuk memulai bisnis kecil-kecilan. Secara budaya, saya rasa itu bukan lagi jalan yang dipilih kebanyakan orang,” kata Friedman.

    Pergeseran sikap ini telah melahirkan istilah “merunduk” atau tangping dalam bahasa Mandarin, ketika kaum muda memilih mundur dari persaingan kerja yang hiperkompetitif. Beberapa anak muda enggan “menerima pekerjaan apa pun yang tersedia” karena semakin kecewa dengan model tradisional pengembangan karir, menurut Friedman.

    Zhou dari University of Michigan menyoroti dampak psikologis mendalam akibat pengangguran berkepanjangan, terutama di kalangan lulusan yang sebelumnya dijanjikan masa depan yang stabil.

    “Ketidakmampuan mendapatkan pekerjaan tidak hanya menciptakan ketidakpastian ekonomi, tetapi juga menghilangkan martabat dan tujuan hidup. Bagi para lulusan, hal ini meruntuhkan narasi yang selama ini mereka yakini – bahwa pendidikan akan memberikan kehidupan yang lebih baik,” ujarnya.

    Tahun ini jumlah lulusan universitas di China akan mencapai rekornya, 12,22 juta orang, naik dari 9 juta orang pada 2021. Pemerintah China telah mengakui solusi untuk mengatasi tantangan lapangan pekerjaan di negara itu sangat mendesak.

    “Ketidakcocokan antara pasokan dan permintaan sumber daya manusia semakin mencolok,” kata Menteri Sumber Daya Manusia dan Jaminan Sosial China, Wang Xiaoping, dalam konferensi pers pada 9 Maret lalu di sela-sela pertemuan tahunan Lianghui atau Dua Sesi.

    Laporan Kerja Pemerintah China 2025 merinci rencana untuk mengatasi pengangguran kaum muda, dengan menekankan perluasan peluang kerja, bantuan keuangan yang lebih terarah, dan dukungan baru bagi kewirausahaan.

    Langkah-langkah spesifik yang diusulkan meliputi pengembalian premi asuransi pengangguran, pemotongan pajak dan biaya, subsidi pekerjaan, serta dukungan langsung bagi industri padat karya.

    China telah menetapkan target untuk menciptakan lebih dari 12 juta pekerjaan baru di daerah perkotaan tahun ini, sebagaimana dirinci dalam Laporan Kerja Pemerintah pada Dua Sesi.

    Meskipun jumlah lulusan yang memasuki pasar kerja tahun ini mencapai rekor tertinggi, China masih menghadapi kekurangan tenaga kerja terampil, terutama di sektor manufaktur.

    Menurut laporan China Daily pada Juli lalu, yang mengutip panduan pengembangan tenaga kerja manufaktur dari Kementerian Perindustrian dan Teknologi Informasi serta departemen terkait, China diperkirakan akan mengalami kekurangan sekitar 30 juta pekerja terampil di 10 sektor manufaktur utama pada tahun 2025.

    (fsd/fsd)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Huawei Mate XTs Rilis 4 September 2025, Bawa Chipset Baru dan Dukungan Stylus – Page 3

    Huawei Mate XTs Rilis 4 September 2025, Bawa Chipset Baru dan Dukungan Stylus – Page 3

    Huawei Pura 80 dipastikan meluncur di pasar Indonesia, setelah sebelumnya HP model Pro dan Ultra lolos sertifikasi TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negeri).

    Pantuan tim Tekno Liputan6.com di situs resmi P3DN milik Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Kamis (7/8/2025), perangkat HP Huawei dengan nomor model HED-LX9 telah memenuhi syarat nilai TKDN sebesar 37,28 persen.

     Informasi ini memperkuat peluncuran resmi Huawei Pura 80 Series di pasar Indonesia tinggal menunggu waktu saja.

    Apalagi, Pura 80 Pro dan Pura 80 Ultra sudah mengantongi sertifikat postel dari Komdigi (Kementrian Komunikasi dan Digital).

    Berdasarkan ini, besar kemungkinan raksasa teknologi asal China tersebut akan memboyong seluruh lini Huawei Pura 80 ke Indonesia.

    Belum diketahui secara pasti kapan tanggal rilis Huawei Pura 80 Series di Tanah Air, namun kehadiran model reguler ini diyakini akan menyasar pengguna yang ingin ponsel flagship dengan harga lebih terjangkau.

  • Mobil Listrik Impor Lagi Bulan Madu di Indonesia, Awalnya Cuma Nyicipin

    Mobil Listrik Impor Lagi Bulan Madu di Indonesia, Awalnya Cuma Nyicipin

    Jakarta

    Penjualan mobil listrik impor diibaratkan sedang menjalani masa “bulan madu”. Produsen yang mengimpor memiliki beragam kemudahan imbas kebijakan insentif mobil listrik CBU.

    Keringanan pajak untuk mobil listrik impor itu berdampak positif dari penjualan pasar. Ragam pabrikan yang memiliki komitmen investasi berbondong-bondong masuk ke Indonesia.

    “BEV (battery electric vehicles) CBU itu BEV honey moon, sebenarnya tujuannya nyicip-nyicip dulu,” kata Peneliti Senior dari LPEM FEB UI, Riyanto belum lama ini di Kantor Kemenperin.

    “Akhirnya sampai dicicipin sudah enak kan, harusnya diproduksi di sini,” kata dia.

    “Sehingga dengan demikian sebenarnya kalau kita lihat sebenarnya harusnya sudah harus 2025 berakhir, nyicipin sudah dikasih waktu, sudah kelihatan pasarnya, sudah bisa meraba,” jelasnya lagi.

    “Kalau tidak salah ngetes pasar juga ini. Ngetes bagaimana konsumen Indonesia dalam memilih kendaraan, sudah terlihat,” kata dia.

    Berdasarkan data Gaikindo yang dipaparkan, penjualan dari merek peserta program insentif CBU menunjukkan bahwa BYD mencatat penjualan terbanyak dengan total 16 ribu unit, diikuti oleh Denza sebanyak 6 ribu unit, AION sebanyak 3 ribu unit, Geely sebanyak 1.500 unit, Citroën sebanyak 839 unit, Xpeng sebanyak 75 unit, dan Maxus sebanyak 66 unit. Semuanya memiliki komitmen untuk melokalisasi produknya di Indonesia.

    Dalam paparan Kemenperin, perusahaan yang memanfaatkan fasilitas insentif impor CBU antara lain Citroen, Aion, Maxus, VW, BYD, Geely, VinFast, Xpeng, hingga Great Wall Motors (GWM).

    Aturan singkat insentif impor mobil listrik CBU

    Menyoal aturan insentif mobil listrik tercantum dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 12 Tahun 2025 (PMK 12/2025), yang diterbitkan dan mulai berlaku tanggal 4 Februari 2025. Melalui beleid tersebut, insentif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) ditanggung pemerintah (DTP) yaitu PPN DTP 10 persen dari harga jual untuk mobil listrik dengan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) paling rendah 40 persen dan 5 persen untuk bus hingga Desember 2025.

    Kemudian Peraturan Menteri Investasi Nomor 6 Tahun 2023 junto Nomor 1 Tahun 2024, sejak Februari 2024 pemerintah menerapkan insentif berupa pembebasan bea masuk dan PPnBM untuk impor mobil listrik berbasis baterai dalam bentuk utuh.

    Namun terdapat ketentuan bank garansi bagi setiap unit impor yang masuk Indonesia. Masa berlaku insentif ini akan berakhir hingga Desember 2025.

    Selanjutnya produsen yang memanfaatkan fasilitas terkait diwajibkan berkomitmen memproduksi kendaraan di dalam negeri setelah impor dengan rasio 1:1. Nah, komitmen ini perlu dilakukan para pengimpor mulai tahun depan.

    Pasar mobil listrik pun melonjak dari tahun 2021 mencapai 0,08% menjadi 9,70% pada periode Juli 2025. Sebaliknya, kendaraan berbasis Internal Combustion Engine (ICE) saat ini turun dari 99,64 persen menjadi 82,2 persen.

    Mobil listrik sekarang harganya yang kompetitif meskipun statusnya impor utuh alias Completely Built Up (CBU). Hal ini berkat insentif yang diberikan pemerintah Indonesia.

    Dia menjelaskan populasi meningkat hingga dua kali lipat dibandingkan tahun 2023 yang tercatat hanya mencapai 116.439 unit.

    “Total populasi dari tahun lalu mencapai 207.478 unit menjadi 274.802 unit,” kata Direktur Industri Maritim, Alat Transportasi, dan Alat Pertahanan (ILMATAP) Kemenperin, Mahardi Tunggul Wicaksono.

    Lebih rinci, kendaraan roda empat berpenumpang merupakan kontributor terbanyak yaitu mencapai 77.277 unit. Kemudian diikuti kendaraan roda dua sebanyak 15.064 unit, kendaraan roda tiga 617 unit, sisanya komersial dan lain-lain. Data ini diambil dari SRUT Kementerian Perhubungan per 24 Juni 2025.

    “Yang ikut program itu penjualannya jauh di atas yang tidak ikut program, karena itu wajar, pemerintah mau dorong ekosistem, memperbanyak kendaraan listrik di jalan, yang impor diberikan insentif,” kata Riyanto.

    (riar/dry)

  • Diam-Diam Banyak Pabrik Tahan Beli Bahan Baku, Ada Masalah Apa?

    Diam-Diam Banyak Pabrik Tahan Beli Bahan Baku, Ada Masalah Apa?

    Jakarta, CNBC Indonesia – Juru Bicara Kementerian Perindustrian Febri Hendri Antoni Arief mengungkapkan, ada banyak perusahaan yang menahan pembelian bahan baku, hal ini terungkap dari variabel produksi yang mengalami kontraksi. 

    “Bukan berarti semua pabrik berhenti, tapi masih banyak yang produksi namun proses produksinya itu masih ditahan, masih banyak wait and see,” kata Febri dalam rilis Indeks Kepercayaan Industri (IKI) di kantor Kemenperin, Kamis (28/8/2025).

    Variabel produksi pada bulan ini berada di level 44,84 atau turun 4,15 poin dibandingkan Juli 2025. Penahanan produksi sejalan dengan dari impor bahan baku. Tercatat tidak ada peningkatan impor bahan baku dan barang konsumsi pada dua bulan terakhir, Juni dan Juli.

    Selain faktor kondisi ekonomi global dan domestik, ada kendala pasokan bahan baku, terutama pasokan gas yang sempat menipis, khususnya Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT) ke sejumlah industri. Akibatnya pelaku industri was-was sehingga berdampak pada produksi.

    “Kami mengapresiasi Menteri ESDM yang sudah bergerak cepat mengantisipasi masalah pasokan gas itu, dan juga memastikan harga gas yang diterima oleh industri itu sesuai dengan regulasi yang ada,” kata Febri.

    Secara umum, Indeks Kepercayaan Industri (IKI) pada bulan Agustus 2025 tercatat mencapai 53,55, masih ekspansi dengan peningkatan sebesar 0,66 poin dibandingkan dengan bulan Juli 2025 yang sebesar 52,89. Selain itu, nilai IKI juga meningkat 1,15 poin dibandingkan dengan nilai IKI Agustus tahun lalu yang sebesar 52,40.

    Dari 23 subsektor industri pengolahan yang dianalisis, terdapat 21 subsektor mengalami ekspansi dan 2 subsektor mengalami kontraksi. Subsektor yang ekspansi memiliki kontribusi sebesar 95,6% terhadap PDB Industri Pengolahan Nonmigas Triwulan II 2025.

    “Dua subsektor dengan nilai IKI tertinggi adalah Industri Alat Angkutan Lainnya (KBLI dan Industri Pencetakan dan Reproduksi Media Rekaman (KBLI 18),” kata Febri.

    Sekretaris Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Kemenperin Sri Bimo Pratomo menambahkan, variabel produksi dan persediaan Industri Barang Logam, Bukan Mesin dan Peralatannya mengalami kontraksi dikarenakan masih adanya stok persediaan produk. Sehingga, para pelaku industri mengurangi kapasitas produksi, meskipun pesanan meningkat.

    Foto: Juru Bicara Kementerian Perindustrian, Febri Hendri Antoni Arif dalam konferensi pers IKI, Kamis (28/8/2025). (CNBC Indonesia/Ferry Sandi)
    Juru Bicara Kementerian Perindustrian, Febri Hendri Antoni Arif dalam konferensi pers IKI, Kamis (28/8/2025). (CNBC Indonesia/Ferry Sandi)

    (dce)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Kemenperin: Penurunan tarif AS buka peluang pasar produk TPT

    Kemenperin: Penurunan tarif AS buka peluang pasar produk TPT

    ini harus kita gunakan untuk memperluas pasar dan memperkuat daya saing ekspor produk TPT nasional

    Jakarta (ANTARA) – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menilai penurunan tarif bea masuk ke Amerika Serikat (AS) menjadi peluang pelaku industri tekstil dan produk tekstil (TPT) untuk meningkatkan jangkauan pasar dan daya saing.

    “Momentum penurunan tarif bea masuk ke pasar Amerika Serikat bagi produk TPT Indonesia, dari 32 persen menjadi 19 persen per 1 Agustus 2025 ini harus kita gunakan untuk memperluas pasar dan memperkuat daya saing ekspor produk TPT nasional,” ujar Direktur Industri Kulit dan Alas Kaki Kemenperin Rizky Aditya Wijaya dalam keterangan bersama KSO Sucofindo-Surveyor Indonesia dan GINSI di Jakarta, Kamis.

    Rizky melanjutkan industri TPT merupakan salah satu sektor strategis nasional yang memberikan kontribusi signifikan terhadap penciptaan lapangan kerja, nilai tambah dan ekspor.

    Pada semester I tahun 2025, sektor TPT tumbuh sebesar 4,5 persen dengan kontribusi 1,22 persen terhadap PDB nasional.

    Lebih lanjut, ekspor semester I tahun 2025 untuk sektor ini tercatat mencapai 5,86 miliar dolar AS dengan surplus nilai perdagangan sebesar 1,3 miliar dolar AS.

    “Saat ini, industri TPT bersama industri kulit dan alas kaki, juga menyerap lebih dari 3,76 juta tenaga kerja, atau sekitar 19,18 persen dari total tenaga kerja industri manufaktur nasional,” kata Rizky.

    Ia menilai dalam rantai nilai industri TPT, sektor hilir yakni industri pakaian jadi, memegang peranan yang sangat strategis.

    Selain menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar, sektor ini juga menjadi penggerak utama bagi industri hulu seperti benang dan kain.

    Adapun pemerintah telah menerbitkan Permendag Nomor 16 Tahun 2025 tentang Ketentuan Umum Impor, dan Permendag Nomor 17 Tahun 2025 tentang Kebijakan dan Pengaturan Impor Tekstil dan Produk Tekstil.

    Sebagai tindak lanjut, Kementerian Perindustrian menerbitkan Permenperin Nomor 27 Tahun 2025, yang menggantikan Permenperin Nomor 5 Tahun 2024.

    Melalui peraturan ini, pemerintah memastikan impor bahan baku dan penolong tetap difasilitasi secara selektif berdasarkan neraca pasokan dan kebutuhan nasional.

    Dari sisi industri, Wakil Kepala Kerja Sama Operasi Sucofindo dan Surveyor Indonesia (KSO SCSI) Rohindra Meison, mengatakan pihaknya mendukung implementasi kebijakan impor nasional yang lebih tertib dan transparan.

    Sementara, Wakil Ketua Umum BPP Gabungan Importir Nasional Seluruh Indonesia (GINSI) Erwin Taufan, menilai Permenperin Nomor 27 Tahun 2025 bertujuan untuk menyeimbangkan kebutuhan industri dengan perlindungan produk dalam negeri dan memberikan kepastian bagi importir TPT.

    “Sehingga memberikan kepastian hukum dan pemahaman yang jelas bagi para importir komoditas TPT, tas, dan alas kaki terkait prosedur dan persyaratan impor,” kata Taufan.

    Pewarta: Arnidhya Nur Zhafira
    Editor: Agus Salim
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Apple Academy Hadir di Bali, Bagian dari Syarat Investasi

    Apple Academy Hadir di Bali, Bagian dari Syarat Investasi

    Jakarta

    Kementerian Perindustrian (Kemenperin) meresmikan beroperasinya Apple Developer Academy @BINUS Bali. Apple Developer Academy @BINUS Bali merupakan bagian dari pemenuhan komitmen investasi Apple di Indonesia.

    Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan, kehadiran akademi ini menjadi tonggak penting dalam pengembangan ekosistem talenta digital nasional serta mendukung penerapan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) berbasis inovasi.

    Agus juga mengapresiasi keberlanjutan program Apple Developer Academy di Indonesia. Apple Developer Academy telah menyediakan fasilitas dan kurikulum yang membantu para pelajar Indonesia dalam mengembangkan pola pikir inovatif, keterampilan digital, serta keahlian yang diperlukan untuk menjadi pengembang kelas dunia.

    “Peresmian ini tidak hanya menandai kemajuan investasi Apple dalam inovasi di Indonesia, tetapi juga membuka peluang lebih besar bagi tumbuhnya inovasi di dalam negeri. Kami menantikan kemitraan yang terus berlanjut dengan Apple di Indonesia,” kata Agus dalam keterangan tertulis, Kamis (28/8/2025).

    Menperin menegaskan, kerja sama ini telah diformalkan melalui nota kesepahaman antara Kemenperin dan Apple. Penandatanganan MoU antara Kemenperin dengan Apple menjadi dasar penting dalam pelaksanaan berbagai program pengembangan inovasi.

    Lalu, Apple Professional Developers Institute, serta Pusat Penelitian dan Pengembangan Perangkat Lunak Apple di Indonesia bersama-sama dengan perguruan tinggi di Indonesia melalui Indonesia Chips Design Collaborative Center (ICDEC) .

    “Pembukaan Apple Developer Academy @BINUS Bali pada hari ini merupakan bagian dari komitmen tersebut, sekaligus bukti nyata kontribusi Apple dalam meningkatkan kapasitas talenta digital Indonesia dan memperkuat ekosistem inovasi nasional,” tambah Agus.

    Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) Setia Diarta yang hadir pada peresmian tersebut menegaskan pentingnya program ini bagi ekosistem industri nasional.

    “Kehadiran Apple Developer Academy @BINUS Bali merupakan bukti nyata pemenuhan komitmen investasi Apple, sekaligus kontribusi konkret dalam mencetak talenta digital kelas dunia yang akan memperkuat ekosistem inovasi nasional,” ungkapnya.

    Apalagi, pada triwulan I tahun 2025, sektor industri barang logam, komputer, barang elektronik, optik, dan peralatan listrik memiliki tumbuh sebesar 6,18%, meningkat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya dan mampu melampaui pertumbuhan ekonomi nasional.

    Khusus subsektor perangkat handphone, komputer genggam, dan tablet (HKT), produksi dalam negeri sepanjang tahun 2024 tercatat sebanyak 48,89 juta unit, dan hingga triwulan II tahun 2025 telah mencapai 14,27 juta unit.

    Apple Developer Academy @BINUS Bali berlokasi di Parc23, Denpasar, dengan kapasitas mencapai 220 peserta per angkatan. Fasilitas ini dirancang modern dengan ruang kolaborasi, area pembelajaran fleksibel, dan ruang konferensi, sehingga mendukung terciptanya lingkungan belajar yang kreatif dan inklusif.

    Akademi ini merupakan Apple Developer Academy internasional pertama di Asia, hasil kolaborasi antara Apple dengan BINUS University. Program intensif selama 9 bulan penuh ini terbuka untuk individu berusia 18 tahun ke atas, tanpa memandang latar belakang pendidikan.

    (ily/fyk)

  • Kemenperin resmikan Apple Academy di Bali, perkuat inovasi domestik

    Kemenperin resmikan Apple Academy di Bali, perkuat inovasi domestik

    bukti nyata pemenuhan komitmen investasi Apple, sekaligus kontribusi konkret dalam mencetak talenta digital kelas dunia

    Jakarta (ANTARA) – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) meresmikan beroperasinya Apple Developer Academy BINUS Bali, sebagai bagian dari pemenuhan komitmen investasi Apple di Indonesia.

    Kehadiran akademi ini menjadi tonggak penting dalam pengembangan ekosistem talenta digital nasional serta mendukung penerapan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) berbasis inovasi.

    “Peresmian ini tidak hanya menandai kemajuan investasi Apple dalam inovasi di Indonesia, tetapi juga membuka peluang lebih besar bagi tumbuhnya inovasi di dalam negeri. Kami menantikan kemitraan yang terus berlanjut dengan Apple di Indonesia,” kata Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita di Jakarta, Kamis.

    Ia menyampaikan Apple Developer Academy telah menyediakan fasilitas dan kurikulum yang membantu para pelajar Indonesia dalam mengembangkan pola pikir inovatif, keterampilan digital, serta keahlian yang diperlukan untuk menjadi pengembang kelas dunia.

    Menperin menegaskan kerja sama ini telah dikukuhkan melalui nota kesepahaman (MoU) antara Kemenperin dan Apple.

    Penandatanganan MoU antara Kemenperin dengan Apple menjadi dasar penting dalam pelaksanaan berbagai program pengembangan inovasi, termasuk keberlanjutan Apple Developer Academy, rencana pendirian Apple Developer Academy baru, pembentukan Apple Innovation and Software Technology Institute, Apple Professional Developers Institute, serta Pusat Penelitian dan Pengembangan Perangkat Lunak Apple di Indonesia bersama-sama dengan perguruan tinggi melalui Indonesia Chips Design Collaborative Center (ICDEC) .

    “Pembukaan Apple Developer Academy BINUS Bali pada hari ini merupakan bagian dari komitmen tersebut, sekaligus bukti nyata kontribusi Apple dalam meningkatkan kapasitas talenta digital Indonesia dan memperkuat ekosistem inovasi nasional,” katanya.

    Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin Setia Diarta yang hadir di peresmian tersebut menegaskan pentingnya program ini bagi ekosistem industri nasional.

    “Kehadiran Apple Developer Academy BINUS Bali merupakan bukti nyata pemenuhan komitmen investasi Apple, sekaligus kontribusi konkret dalam mencetak talenta digital kelas dunia yang akan memperkuat ekosistem inovasi nasional,” ungkapnya.

    Apalagi, pada triwulan I tahun 2025, sektor industri barang logam, komputer, barang elektronik, optik dan peralatan listrik memiliki kinerja yang gemilang dengan tumbuh sebesar 6,18 persen, meningkat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya dan mampu melampaui pertumbuhan ekonomi nasional.

    Khusus subsektor perangkat handphone, komputer genggam dan tablet (HKT), produksi dalam negeri sepanjang tahun 2024 tercatat sebanyak 48,89 juta unit, dan hingga triwulan II tahun 2025 telah mencapai 14,27 juta unit.

    Apple Developer Academy BINUS Bali berlokasi di Parc23, Denpasar, dengan kapasitas mencapai 220 peserta per angkatan.

    Fasilitas akademi ini dirancang modern dengan ruang kolaborasi, area pembelajaran fleksibel dan ruang konferensi, sehingga mendukung terciptanya lingkungan belajar yang kreatif dan inklusif.

    Akademi ini merupakan Apple Developer Academy internasional pertama di Asia, hasil kolaborasi antara Apple dengan BINUS University. Program intensif selama sembilan bulan penuh ini terbuka untuk individu berusia 18 tahun ke atas, tanpa memandang latar belakang pendidikan.

    Melalui pendekatan Challenge-Based Learning (CBL), peserta dilatih tidak hanya dalam keterampilan teknis seperti coding dan desain, tetapi juga dalam keterampilan profesional seperti komunikasi, kepemimpinan dan pemecahan masalah.

    Sejak hadir di Indonesia, Apple Developer Academy telah melahirkan lebih dari 2.000 alumni, dengan 89 persen di antaranya terserap di dunia kerja di berbagai sektor industri, termasuk startup teknologi, perbankan, kesehatan dan manufaktur.

    Beberapa karya inovatif yang lahir dari akademi ini antara lain HerLens, aplikasi berbasis kecerdasan buatan (AI) untuk deteksi dini kanker serviks, serta PetaNetra, aplikasi navigasi berbasis augmented reality untuk penyandang disabilitas netra.

    Pewarta: Ahmad Muzdaffar Fauzan
    Editor: Agus Salim
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Tambah Ramai, Tiga Merek Mobil Baru Bakal Gabung Gaikindo

    Tambah Ramai, Tiga Merek Mobil Baru Bakal Gabung Gaikindo

    Jakarta

    Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mengatakan saat ini ada tiga merek yang hendak mendaftar menjadi anggota.

    “Ini ada tiga yang lagi diproses. Sekarang 59, kalau ini masuk jadi 62,” kata Sekretaris Umum Gaikindo, Kukuh Kumara di Kemenperin, Senin (25/8/2025).

    Kukuh belum bisa menyebut siapa saja merek baru yang menjadi anggota Gaikindo. Termasuk apakah merek baru itu juga memasarkan model mobil listrik. Saat ini pendaftaran anggota masih dalam tahap verifikasi.

    “Saya belum baca, karena baru dikasih tahu mau ada yang daftar lagi tiga. Kemarin (minggu lalu),” kata Kukuh.

    “Datanya belum lengkap,” jelas dia lagi.

    Gaikindo saat ini menaungi berbagai merek kendaraan roda empat atau lebih. Ada sekitar 43 merek yang masih aktif melaporkan penjualannya di Indonesia. Merek-merek tersebut meliputi Toyota, Daihatsu, Honda, Suzuki, Mitsubishi Motors, Mitsubishi Fuso, Scania, GWM, Aion, VinFast, UD Trucks, Lexus, BMW, Mini, Peugeot, Polytron, Subaru, DFSK, Wuling, Mazda, Neta, Nissan, Ford, Chery, BYD, Jaecoo, Volkswagen, Audi, Maxus, Isuzu, Hyundai, Denza, Seres, Neta, Citroen, Hino, Geely, FAW, Mercedes-Benz, Volvo, Kia, Baic, VinFast, Jeep, Jetour dan Morris Garage.

    Ada beberapa merek China yang belum masuk Gaikindo namun bakal menjual mobil listrik di Indonesia. Pertama Changan Automobil melalui Indomobil. Merek lain yang belum gabung Gaikindo ialah Aletra. PT Aletra Mobil Nusantara resmi memperkenalkan dan mulai menjual mobil listrik Aletra L8 EV pada ajang Gaikindo Jakarta Auto Week (GJAW) 2024. Jika melihat langkah Aletra di Indonesia, Aletra merupakan produk hasil kerjasama strategis antara Aletra dan Livan Auto, bagian dari Geely Auto Group.

    Selain itu, ada pula produsen roda empat asal China, JAC Motors, yang baru masuk Indonesia. Mereka menggandeng Indomobil Group untuk menjalankan bisnis dan produksi kendaraan di Tanah Air.

    Kemudian Lepas, ini merupakan sub-merek premium baru dari Chery yang meluncur pertama kali di Indonesia dalam ajang GIIAS 2025. Merek ini juga terpantau belum ada dalam data penjualan Gaikindo.

    (riar/rgr)