Kementrian Lembaga: Kemenkes

  • Kenapa Kemenkes Dorong Jamu jadi Solusi Kesehatan Modern?

    Kenapa Kemenkes Dorong Jamu jadi Solusi Kesehatan Modern?

    Jakarta, Beritasatu.com – Dengan memanfaatkan kekayaan hayati Indonesia, jamu dan obat berbahan alam diintegrasikan ke dalam sistem kesehatan nasional untuk memenuhi kebutuhan era modern.

    “Dari jamu kita meresapi budaya, memperoleh manfaat kesehatan, dan melihat potensi ekonomi yang besar,” ujar Direktur Produksi dan Distribusi Farmasi Kemenkes Dita Novianti Sugandi, dalam peringatan Hari Jamu Nasional, yang dikutip dari Antara.

    Potensi Besar Jamu sebagai Obat Herbal Modern

    Indonesia, dengan keanekaragaman hayatinya, memiliki potensi besar untuk mengembangkan obat herbal modern. Salah satu contoh nyata adalah temulawak, yang ditetapkan sebagai tanaman obat Indonesia unggulan (TOIU) karena keunggulannya dari sisi farmakologi, klinis, dan ekonomi.

    Melalui Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan dan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2024, Kemenkes memiliki landasan hukum yang kuat untuk mengintegrasikan jamu dan obat tradisional ke dalam layanan medis nasional.

    Tujuannya adalah menyediakan jamu di rumah sakit dan puskesmas sebagai bagian dari sistem kesehatan modern. Kemenkes juga telah membuka klinik herbal di RSUP Dr Sardjito Yogyakarta untuk mengembangkan wisata kebugaran dan kesehatan berbasis jamu serta obat bahan alam.

    Masa Depan Cerah Jamu dalam Sistem Kesehatan

    Dukungan regulasi dan penelitian ilmiah menjadi fondasi kuat untuk menjadikan jamu bagian integral dari layanan kesehatan modern. Langkah ini tidak hanya melestarikan nilai budaya, tetapi juga memberdayakan ekonomi masyarakat dan memperkuat kemandirian nasional di bidang farmasi.

    Dengan menggabungkan inovasi ilmiah dan warisan leluhur, Indonesia optimistis menjadi pelopor pengembangan obat herbal yang aman, efektif, dan terjangkau. Jamu tidak hanya akan memenuhi kebutuhan kesehatan dalam negeri, tetapi juga berpotensi menembus pasar global.

    Jamu jadi solusi kesehatan modern yang menggabungkan kearifan lokal dengan inovasi ilmiah. Didukung regulasi pemerintah dan penelitian, jamu siap menjadi bagian dari layanan kesehatan nasional, sekaligus memperkuat budaya dan ekonomi.

  • Jatim Ungguli Provinsi Lain, Khofifah Dinilai Berhasil Bangun Kerja Tim dan Tak ‘One Man Show’ – Page 3

    Jatim Ungguli Provinsi Lain, Khofifah Dinilai Berhasil Bangun Kerja Tim dan Tak ‘One Man Show’ – Page 3

    Salah satu bukti nyata keberhasilan Khofifah untuk masyarakat yakni menurunkan angka prevalensi stunting di Jatim. Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2024 yang dirilis oleh Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK) Kemenkes RI 26 Mei, prevalensi stunting Jatim turun signifikan menjadi 14,7 persen dari sebelumnya 17,7 persen dan merupakan terbaik kedua setelah Bali.

    Maka dari itu, Adib menegaskan, kepemimpinan Khofifah sudah teruji di tengah tantangan politik dan media sosial yang terlampau ingar bingar. Menurutnya, Khofifah merupakan pemimpin yang bekerja nyata sekaligus mengutamakan kesejahteraan maupun kepentingan rakyatnya.

    “Di tengah tantangan politik, Khofifah menunjukkan bahwa kepemimpinan tidak harus berakar dari kekuatan partai, melainkan dari legitimasi publik dan kepercayaan rakyat,” tandasnya.

  • Makin Banyak Anak Muda Kena Penyakit Jantung, Dokter Ungkap Penyebabnya

    Makin Banyak Anak Muda Kena Penyakit Jantung, Dokter Ungkap Penyebabnya

    Jakarta: Penyakit jantung dan kardiovaskular merupakan penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI angka kematian akibat penyakit ini mencapai 650. 000 penduduk per tahun.

    Tapi tahukah kamu bahwa penyakit ini tidak hanya diderita orang usia lanjut loh. Saat ini makin banyak anak muda Indonesia di bawah 40 tahun terdiagnosa menderita penyakit jantung dan kardiovaskular.

    “Penyakit jantung kini menyerang kelompok usia muda yang sedang berada di masa produktif. Ini sangat memengaruhi kehidupan mereka dan keluarga, karena mereka harus menyesuaikan diri untuk mengelola penyakit ini seumur hidup,” jelas Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah, dr. BRM Ario Soeryo Kuncoro, Sp.JP (K) dalam dialog Philips ‘The digital transformation of cardiovascular care: advancements, challenges and the path forward’ di Jakarta Selatan, Rabu, 28 Mei 2025.

    Ia mengungkapkan ada beberapa faktor yang menyebabkan anak muda berusia 20–30 tahun menderita penyakit jantung dan kardiovaskular. Seperti kurang berolahraga, merokok, dan pola diet yang buruk. 

    “Makin banyak anak muda sudah merokok dan perempuan juga pakai rokok, baik itu elektrik atau vape. Selain itu gaya hidup itu susah, bisa dilihat nggak banyak bergerak kita jadi negara paling sedikit berjalan kaki dari negara lain,” ungkap dr. Ario yang juga merupakan Ketua Bidang Medis Yayasan Jantung Indonesia (YJI).

    Karena itu dr. Ario menekankan pentingnya untuk mempercepat upaya edukasi, pencegahan, serta deteksi dan pengobatan dini. Menurutnya semakin cepat dikenali, semakin besar peluang untuk menghindari komplikasi dan meringankan beban layanan kesehatan nasional.

    Untuk deteksi dini ada beberapa pemeriksaan yang bisa dilakukan secara berkala, seperti tekanan darah, kadar kolesterol jahat, dan kadar gula darah dalam tubuh.
     

    Ketua Umum Asosiasi Rumah Sakit Swasta Indonesia (ARSSI), drg. Iing Ichsan Hanafi, MARS., MH, juga menekankan hal ini. 

    “Meningkatnya jumlah pasien muda penderita penyakit jantung menjadi peringatan bagi seluruh rumah sakit. Kita harus meningkatkan kesiapan, tidak hanya dalam pengobatan, tetapi juga dalam deteksi dini dan pencegahan. Fokus pelayanan harus bergeser ke arah yang lebih proaktif, cepat, dan berpusat pada pasien, untuk semua kelompok usia,” ujarnya. 

    Semua pemangku kepentingan sepakat bahwa pencitraan, pengobatan, dan pemantauan berbasis AI, serta integrasi data pasien lintas fasilitas kesehatan merupakan solusi penting untuk menjembatani kesenjangan layanan.
     

    Jakarta: Penyakit jantung dan kardiovaskular merupakan penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI angka kematian akibat penyakit ini mencapai 650. 000 penduduk per tahun.
     
    Tapi tahukah kamu bahwa penyakit ini tidak hanya diderita orang usia lanjut loh. Saat ini makin banyak anak muda Indonesia di bawah 40 tahun terdiagnosa menderita penyakit jantung dan kardiovaskular.
     
    “Penyakit jantung kini menyerang kelompok usia muda yang sedang berada di masa produktif. Ini sangat memengaruhi kehidupan mereka dan keluarga, karena mereka harus menyesuaikan diri untuk mengelola penyakit ini seumur hidup,” jelas Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah, dr. BRM Ario Soeryo Kuncoro, Sp.JP (K) dalam dialog Philips ‘The digital transformation of cardiovascular care: advancements, challenges and the path forward’ di Jakarta Selatan, Rabu, 28 Mei 2025.

    Ia mengungkapkan ada beberapa faktor yang menyebabkan anak muda berusia 20–30 tahun menderita penyakit jantung dan kardiovaskular. Seperti kurang berolahraga, merokok, dan pola diet yang buruk. 
     
    “Makin banyak anak muda sudah merokok dan perempuan juga pakai rokok, baik itu elektrik atau vape. Selain itu gaya hidup itu susah, bisa dilihat nggak banyak bergerak kita jadi negara paling sedikit berjalan kaki dari negara lain,” ungkap dr. Ario yang juga merupakan Ketua Bidang Medis Yayasan Jantung Indonesia (YJI).
     
    Karena itu dr. Ario menekankan pentingnya untuk mempercepat upaya edukasi, pencegahan, serta deteksi dan pengobatan dini. Menurutnya semakin cepat dikenali, semakin besar peluang untuk menghindari komplikasi dan meringankan beban layanan kesehatan nasional.
     
    Untuk deteksi dini ada beberapa pemeriksaan yang bisa dilakukan secara berkala, seperti tekanan darah, kadar kolesterol jahat, dan kadar gula darah dalam tubuh.
     

     
    Ketua Umum Asosiasi Rumah Sakit Swasta Indonesia (ARSSI), drg. Iing Ichsan Hanafi, MARS., MH, juga menekankan hal ini. 
     
    “Meningkatnya jumlah pasien muda penderita penyakit jantung menjadi peringatan bagi seluruh rumah sakit. Kita harus meningkatkan kesiapan, tidak hanya dalam pengobatan, tetapi juga dalam deteksi dini dan pencegahan. Fokus pelayanan harus bergeser ke arah yang lebih proaktif, cepat, dan berpusat pada pasien, untuk semua kelompok usia,” ujarnya. 
     
    Semua pemangku kepentingan sepakat bahwa pencitraan, pengobatan, dan pemantauan berbasis AI, serta integrasi data pasien lintas fasilitas kesehatan merupakan solusi penting untuk menjembatani kesenjangan layanan.
     
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (RUL)

  • Benarkah Menteri Kesehatan Wajibkan Penumpang Pesawat Vaksin TBC? Ini Faktanya

    Benarkah Menteri Kesehatan Wajibkan Penumpang Pesawat Vaksin TBC? Ini Faktanya

    Jakarta – Viral di media sosial unggahan yang menampilkan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin berbicara seolah-olah pemerintah mewajibkan vaksin tuberkulosis (TBC) untuk penumpang pesawat.

    Dalam poster tersebut, dinarasikan bahwa penumpang wajib sudah divaksin TBC dan menunjukkan surat vaksin sebagai syarat naik pesawat untuk mencegah penyebaran lewat udara. Berikut narasinya:

    “Semua penumpang yang akan naik pesawat agar sudah di vaksin TBC dan menunjukan surat vaksin. Tujuannya untuk mencegah menyebaran lewat udara.”

    Penjelasan:

    Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes) memberikan klarifikasi melalui akun Instagram resminya bahwa pernyataan tersebut tidak benar atau hoaks. Ia menyatakan bahwa tidak ada aturan yang mewajibkan vaksin TBC sebagai syarat perjalanan udara.

    Kemenkes juga mengimbau masyarakat agar tidak mudah percaya dengan informasi yang belum terverifikasi dan selalu melakukan pengecekan fakta.

    “Beredar narasi tidak benar soal kewajiban vaksin TBC untuk naik pesawat. Faktanya, tidak ada aturan yang mewajibkan vaksin TBC untuk naik pesawat,” bunyi keterangan itu.

    Vaksin TBC menjadi sorotan setelah Indonesia terlibat dalam uji klinis fase 3 vaksin TBC M72 yang didanai Bill Gates. Total partisipan uji klinik fase 3 ini berjumlah 20.081 orang dari lima negara. Afrika Selatan menjadi kontributor terbesar dengan 13.071 partisipan, diikuti Kenya (3.579), Indonesia (2.095), Zambia (889), dan Malawi (447).

    Di Indonesia, kegiatan ini dilaksanakan di berbagai institusi medis terkemuka, termasuk RSUP Persahabatan, RS Islam Cempaka Putih Jakarta, RS Universitas Indonesia (RSUI), Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (FK UNPAD) Bandung, dan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI).

    Seluruh pelaksanaan uji klinik vaksin M72 di Indonesia diawasi secara ketat oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Kementerian Kesehatan RI, serta para ahli vaksin TBC nasional dan global.

    (kna/kna)

  • COVID-19 Masih Ada, Ini Saran Dokter Buat yang Bepergian saat Long Weekend

    COVID-19 Masih Ada, Ini Saran Dokter Buat yang Bepergian saat Long Weekend

    Jakarta

    COVID-19 belakangan mulai menjadi perbincangan banyak orang. Ini karena kasus infeksi SARS-CoV2 meningkat di beberapa negara Asia seperti Singapura, Hong Kong, dan Thailand.

    Salah satu varian yang virus COVID-19 yang terdeteksi adalah XEC yang merupakan turunan dari Omicron. Varian ini menyebar tujuh kali lebih cepat daripada flu.

    Namun, Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes) Aji Muhawarman mengatakan COVID-19 varian XEC belum masuk di Indonesia.

    “Sampai data minggu lalu, pekan ke 20 belum ada masuk varian lain selain JN.1, jadi yang nyebar di Malaysia dan Indonesia sama,” kata Aji saat ditemui di Jakarta Pusat, Selasa (27/5/2025).

    Namun, masyarakat tetap diimbau untuk waspada. Pasalnya, status terkait COVID-19 adalah endemi, yakni virus tersebut ada di sekitar kita, tetapi dalam tahap bisa dikontrol.

    Lalu, bagaimana cara menjaga daya tahan tubuh agar tidak mudah terinfeksi COVID-19?

    Spesialis penyakit dalam dr Muthmainnah, Sp.PD K-AI memberikan beberapa tips yang bisa dilakukan agar daya tahan tubuh tetap bagus dalam menghadapi serangan COVID-19.

    “Saat liburan biasanya konsumsi makanan nggak sebaik kalau kita lagi di rumah. Cenderung kita makan fast food, kurang air. Satu lagi kurang istirahat,” kata dr Muthmainnah saat berbincang dengan detikcom di Depok, (28/5/2025).

    “Jadi harus banyakin (makan) buah, istirahat cukup, sama minum air putih cukup. Secara umum kan buah kaya vitamin C, jadi vitamin C sudah terbukti meningkatkan imun tubuh,” sambungnya.

    Terkait perlindungan tambahan, dr Muthmainnah menambahkan memakai masker saat berada di kerumunan juga bisa dilakukan. Terlebih bagi mereka yang liburan ke negara-negara dengan kasus COVID-19 meningkat.

    “Pasti harus tetap pakai masker kalau lagi liburan. Apalagi ke daerah-daerah yang memang sudah ada data peningkatan COVID-19 ya,” tutupnya.

    (dpy/kna)

  • Kemenkes Izinkan PPDS Penyakit Dalam di RS Kandou Dibuka Kembali

    Kemenkes Izinkan PPDS Penyakit Dalam di RS Kandou Dibuka Kembali

    Jakarta – Kementerian Kesehatan dan Kementerian Pendidikan, Sains, dan Teknologi resmi membuka kembali program residensi Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Program Studi Penyakit Dalam di Rumah Sakit Umum Pusat Prof Dr RD Kandou Manado. PPDS ini berada di bawah naungan Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi (Unsrat).

    Kemenkes mengatakan pembukaan kembali program residensi ini menjadi tonggak penting dalam upaya memperbaiki sistem pendidikan kedokteran di Indonesia, khususnya dalam menciptakan lingkungan belajar yang sehat, profesional, dan bebas dari perundungan atau bullying.

    “Pembukaan program PPDS di RS Kandou ini adalah bukti nyata komitmen kita bersama untuk meningkatkan kualitas layanan kesehatan di Indonesia. Terima kasih kepada seluruh pihak yang telah mendukung, terutama Universitas Sam Ratulangi dan Rumah Sakit Kandou,” ujar dr Azhar Jaya, Direktur Jenderal Kesehatan Lanjutan dalam keterangannya, Rabu (28/5/2025).

    Sebagai wujud nyata perubahan, RS Kandou dan FK Unsrat telah mengimplementasikan 35 langkah perbaikan sistem residensi, di antaranya, pengaturan jam kerja yang wajar untuk menjaga kesehatan fisik dan mental residen, pemanfaatan CCTV untuk memastikan pengawasan yang transparan, penggunaan logbook sebagai alat evaluasi yang adil dan objektif, serta perjanjian kerja yang melindungi hak-hak residen sebagai peserta didik.

    Kemenkes juga menegaskan komitmen pengawasan secara berlapis, melibatkan Dekan FK Unsrat, Direktur RS Kandou, dan Kemenkes melalui mekanisme pelaporan khusus. Bila ditemukan pelanggaran, akan dilakukan investigasi hingga audit ulang.

    “Rumah Sakit Kandou telah menjalankan sistem, bukan berarti menjamin tidak akan ada bullying, tapi ini adalah langkah awal menciptakan sistem pendidikan yang lebih baik. Kalau laporan bullying masih tinggi, kami dari pusat akan melakukan audit lagi,” jelas dr. Azhar.

    Dengan dibukanya kembali program PPDS ini, para residen yang sebelumnya mengalami kesulitan dalam mendapatkan tempat pendidikan kini dapat melanjutkan kembali pendidikannya. Harapannya, mereka dapat menjadi dokter spesialis yang kompeten dalam sistem pendidikan yang lebih sehat, adil, dan transparan.

    “Everything sudah memenuhi standar dan bisa dimulai kembali,” tutup dr Azhar.

    (kna/kna)

  • Menkes AS Setop Rekomendasikan Vaksin COVID-19 untuk Bumil dan Anak-anak

    Menkes AS Setop Rekomendasikan Vaksin COVID-19 untuk Bumil dan Anak-anak

    Jakarta

    Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS atau Centers for Disease Control and Prevention (CDC) tidak akan lagi merekomendasikan vaksin COVID-19 rutin untuk anak-anak yang sehat dan wanita hamil. Hal ini diumumkan oleh Menteri Kesehatan AS Robert F. Kennedy Jr.

    “Kami sekarang selangkah lebih dekat untuk mewujudkan janji @POTUS untuk Membuat Amerika Sehat Lagi,” katanya dalam sebuah postingan di X.

    Kennedy mengatakan vaksin tidak akan lagi direkomendasikan untuk “wanita hamil yang sehat,” tetapi tidak jelas siapa yang akan memenuhi syarat. CDC mendaftarkan kehamilan sebagai kondisi yang menempatkan orang pada risiko tinggi untuk komplikasi COVID-19.

    Perubahan dari CDC terjadi seminggu setelah Komisaris Administrasi Makanan dan Obat-obatan Dr Marty Makary mengumumkan bahwa agensi tersebut berencana untuk membatasi penggunaan vaksin COVID-19 untuk orang tua, anak-anak dan orang dewasa dengan kondisi medis yang mendasarinya.

    Kennedy memiliki sejarah panjang menentang berbagai vaksin, termasuk suntikan COVID-19. Pada tahun 2021, dia mengajukan petisi warga yang meminta agar FDA mencabut otorisasi vaksin. Pada tahun yang sama, dia menggambarkan vaksin COVID sebagai “vaksin paling mematikan yang pernah dibuat,” khususnya karena kasus miokarditis yang jarang terjadi pada pria muda.

    Tidak ada mandat di AS bagi siapa pun untuk mendapatkan vaksin COVID.

    Tetapi para ahli mengatakan bahwa jutaan orang, bahkan mereka yang telah mengalami infeksi COVID sebelumnya, mungkin masih membutuhkan dosis lain karena mereka rentan terhadap penyakit parah dari virus, terutama orang dewasa yang lebih tua, orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah dan wanita hamil.

    (kna/kna)

  • Menkes Ungkap 300 Rumah Sakit Belum Siap Jalankan KRIS BPJS Kesehatan

    Menkes Ungkap 300 Rumah Sakit Belum Siap Jalankan KRIS BPJS Kesehatan

    Jakarta, CNBC Indonesia – Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan, sekitar 300 rumah sakit di Indonesia belum memenuhi kriteria Kelas Rawat Inap Standar (KRIS). Padahal rencananya, KRIS akan dijalankan mulai Juni 2025.

    Budi menuturkan baru sebanyak 2.554 RS sudah melakukan pengisian kesiapan implementasi KRIS di aplikasi RS online. Dari 2.554 tersebut, sebanyak 88% RS sudah hampir siap mengimplementasikan KRIS. Rinciannya, 1.436 RS yang sudah memenuhi 12 kriteria KRIS, lalu 786 RS sudah memenuhi 9 sampai 11 kriteria KRIS.

    “Jadi harusnya by 2025 itu bisa hampir 90% bisa selesai. Memang yang agak bermasalah ada sekitar 300 RS yang belum memenuhi kriteria KRIS. Tapi 90% dari 2.500-an RS sebenarnya di akhir tahun ini harusnya memenuhi kriteria,” ungkap Budi.

    Budi mengungkapkan masalah utama yang membuat rumah sakit belum memenuhi standar KRIS berasal dari kriteria yang sebenarnya tidak terlalu sulit untuk dipenuhi RS, yakni kelengkapan tempat tidur dan tirai partisi. Adapun, kriteria lain yang belum dapat dipenuhi RS termasuk kepadatan ruangan dan jarak tempat tidur.

    Seperti diketahui ada 12 kriteria yang harus dipenuhi rumah sakit a.l. ventilasi udara, nakas, partisi, kamar mandi untuk rawat inap, dan outlet oksigen. Akibat kesiapan ini, Menkes mengusulkan agar masa transisi KRIS bisa diperpanjang hingga Desember 2025.

    (haa/haa)

  • Video: Kemenkes Ungkap Alasan Pengidap Thalasemia Meningkat Setiap Tahun

    Video: Kemenkes Ungkap Alasan Pengidap Thalasemia Meningkat Setiap Tahun

    Jakarta – Pengidap thalasemia di Indonesia terus meningkat dari 3 juta menjadi 14 juta orang di tahun 2023. Kemenkes pun menjelaskan beberapa faktornya.

    Indonesia disebut berada dalam sabuk thalasemia bersama dengan negara Malaysia dan Singapura, hingga warga lebih aware dengan melakukan skrining ke dokter. Direktur P2PTM Kemenkes Siti Nadia mengimbau agar pengidap thalasemia tidak saling menikah karena dapat mengakibatkan anaknya harus transfusi darah seumur hidup.

    (/)

  • Fakta-fakta Kenaikan COVID-19 di Asia, RI Juga Perlu Waspada

    Fakta-fakta Kenaikan COVID-19 di Asia, RI Juga Perlu Waspada

    Jakarta

    Kasus COVID-19 di beberapa negara Asia dilaporkan mengalami kenaikan. Di antaranya Singapura, Thailand, Hong Kong, dan China.

    Prof Tjandra Yoga Aditama, Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara periode 2018-2020, mengingatkan virus Corona belum benar-benar hilang. Meski kasusnya tidak seganas di masa puncak pandemi, virus ini masih perlu dipantau dengan ketat oleh para ahli di berbagai negara, termasuk Indonesia.

    “Beberapa negara tetangga mengalami peningkatan kasus. Itu terjadi karena mereka punya sistem surveilans yang rapi dan konsisten. Bahkan saat situasi normal, mereka tetap rajin mencatat dan melaporkan,” kata Prof Tjandra baru-baru ini.

    Menurut Prof Tjandra, kenaikan kasus COVID-19 yang terjadi ini menandakan kemungkinan adanya fluktuasi kasus. Untuk dapat mengetahuinya, otoritas kesehatan perlu terus memantau jumlah kasus, angka kematian, hingga pola genomik virus.

    “Sampai sekarang, belum ada varian baru yang jadi penyebab lonjakan kasus. Varian yang mendominasi masih JN.1 dan turunannya seperti LF.7 dan NB.1.8,” sambungnya.

    Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) Aji Muhawarman memastikan belum ada varian XEC sublineage atau turunan dari Omicron masuk ke Indonesia. Salah satu varian terbaru SARS-CoV2 tersebut belakangan tengah menyebar antara lain di Thailand.

    “Yang XEC itu masih di Jepang, Singapura, sama Thailand. Jadi masih belum masuk ke sini. Kami dapat laporan XEC itu ringan gejalanya,” kata Aji saat ditemui di Jakarta Pusat, Selasa (27/5/2025).

    Dokter Paru Minta RI Tak Lengah

    Pengurus Perhimpunan Dokter Spesialis Paru Indonesia (PDPI) Dr dr Erlina Burhan, SpP(K), MSc, menegaskan bahwa COVID-19 masih ada, tapi jumlahnya sangat sedikit. Jadi, ia menyarankan untuk tetap waspada dan tidak lengah terhadap virus tersebut.

    “Intinya yang saya sampaikan adalah kita jangan lengah, karena buktinya negara tetangga naik kasusnya,” terang Prof Erlina saat dihubungi detikcom, Selasa (27/5).

    “Tapi, jangan panik juga. Karena tren yang sekarang menyerang itu adalah tren dari anak cucunya Omicron yaitu JN.1. Dan JN.1 ini gejalanya ringan-ringan saja, persis seperti flu. Jadi gejalanya ringan,” sambungnya.

    Namun, orang-orang dengan imunitas yang kurang bagus, orang tua atau lansia, dan orang dengan komorbid harus perlu hati-hati terhadap COVID-19. Prof Erlina menyebut, orang-orang yang harus dirawat di rumah sakit akibat COVID-19 umumnya orang-orang tua di atas 64 tahun, dengan komorbid, dan belum divaksin.

    NEXT: Wanti-wanti jelang long weekend

    Wanti-wanti Dokter Paru Jelang Long Weekend

    Spesialis paru dr Erlang Samoedro, SpP(K) menjelaskan infeksi COVID-19 saat ini sudah mirip dengan flu musiman. Gejala yang cenderung ringan karena daya tahan tubuh masyarakat yang jauh lebih baik pasca pandemi.

    Maka dari itu, pencegahan COVID-19 jelang long weekend atau libur panjang ini cukup dilakukan dengan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat secara umum saja.

    “Karena ini sudah dianggap ringan, jadi kita ya untuk kewaspadaan sendiri aja. Terutama untuk orang-orang yang punya komorbid, kemudian orang-orang yang punya orang tua, kemudian anak-anak itu yang rentan terhadap infeksi seperti itu,” kata dr Erlang ketika berbincang dengan detikcom, Selasa (27/5).

    “Iya betul, perilaku hidup bersih sehat sama seperti COVID yang dulu, pakai masker, cuci tangan, hindari kerumunan itu aja sih,” sambungnya.

    Meski gejala yang timbul akibat COVID-19 saat ini cenderung ringan, dr Erlang menekankan untuk jangan sampai terlena hingga tidak menerapkan perlindungan sama sekali.

    Khususnya bagi kelompok lansia dan orang dengan komorbid, seperti diabetes, penyakit paru kronik, penyakit jantung, stroke, dan sebagainya.

    “Yang jadi masalah sebenarnya, kalau pada orang-orang yang rentan. Seperti anak-anak atau bayi, balita, kemudian orang tua dan yang punya komorbid, itu kadang-kadang infeksi yang sedikit saja, yang ringan saja, itu membuat komorbidnya jadi tambah berat,” pungkasnya.

    Simak Video “Video: Kasus Covid-19 di Singapura Melonjak, Bagaimana dengan Indonesia?”
    [Gambas:Video 20detik]