Kementrian Lembaga: Kemenkes

  • Drager Indonesia Produksi Alat Bantu Pernapasan Perdana di Cikarang

    Drager Indonesia Produksi Alat Bantu Pernapasan Perdana di Cikarang

    Bisnis.com, JAKARTA — Dräger Indonesia, produsen ventilator asal Jerman, meluncurkan produk alat bantu pernapasan Savina 300 ID pertama kali di dalam negeri.

    Perakitan ventilator tersebut dilakukan di pabrik PT PHC Indonesia di Cikarang, Jawa Barat. 

    Managing Director Dräger Indonesia, Ratna Kurniawati mengatakan kehadiran produk Savina 300 ID yang dibuat lokal menjadi salah satu upaya pihaknya mempertahankan sistem kesehatan yang baik di tengah ancaman kesehatan global. 

    “Lebih dari itu, kami juga mempersiapkan peningkatan kapabilitas tenaga kesehatan karena transformasi kesehatan juga harus sejalan dengan transformasi pilar kelima yaitu SDM kesehatan,” kata Ratna dalam Launching Ventilator Savina 300 ID di Cikarang, Kamis (19/6/2025). 

    Adapun, sebelumnya Indonesia telah mengimpor produk ventilator Drager lebih dari 1.000 unit untuk ke rumah sakit di berbagai wilayah. Sementara secara keseluruhan produk Drager telah didistribusikan hingga 11.000 instalasi di berbagai wilayah. 

    Dia menerangkan, Savina 300 ID dapat digunakan di RS yang belum memiliki instalasi sentral gas udara tekan. 

    Savina 300 ID memiliki beragam fitur dan aplikasi seperti untuk pasien dengan berat mulai dari 5kg, memiliki baterai internal dan eksternal, memiliki indikator untuk pengukuran CO2, pilihan bahasa Indonesia untuk memudahkan pengoperasian, layar sentuh yang berwarna dengan interface sesuai standar global. 

    Ratna menambahkan pihaknya sudah memiliki peta jalan yang telah dikonsultasikan dengan Kementerian Kesehatan. 

    “Next stage-nya seperti apa, dalam jangka waktu berapa lama, bukan hanya mengenai line produksi, tapi juga mengenai kandungan lokal kontennya, apa saja yang bisa kita perbaiki, tambahkan di tahun-tahun yang akan datang,termasuk produk apalagi yang akan kita bawa ke depannya,” ujarnya. 

    Pada kesempatan yang sama, Direktur PT PHC Indonesia Taufik Niode mengatakan komponen lokal atau tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) dari produk Savina 300 ID saat ini di atas 25% dengan Bobot Manfaat Perusahaan (BMP) 9,3% 

    “Pastinya tidak berhenti di sini, ada beberapa fase juga yang harus kita jalani, lokalisasi, kenaikan proses juga di Indonesia, yang sudah kita, tiga parti ya komitmen ya, antara PHCI, DREGER, dan juga Kemenkes. Untuk step-step berikutnya itu harus kita laksanakan juga,” tuturnya. 

    Sementara itu, dia menerangkan bahwa saat ini kapasitas produksi Drager Indonesia untuk ventilator ini telah dibuka satu line dengan volume 530 unit per tahun. 

  • Netanyahu Emosi Iran Serang Rumah Sakit di Israel, Ancam Serangan Balasan

    Netanyahu Emosi Iran Serang Rumah Sakit di Israel, Ancam Serangan Balasan

    Jakarta

    Sebuah rudal Iran menghantam rumah sakit utama di Israel selatan pada Kamis dini hari, melukai banyak orang dan menyebabkan “kerusakan parah,” menurut fasilitas medis tersebut. Media Israel menayangkan rekaman jendela yang pecah dan asap hitam pekat.

    Diberitakan APNrews, rudal lainnya menghantam gedung bertingkat tinggi dan beberapa bangunan tempat tinggal lainnya di sedikitnya dua lokasi dekat Tel Aviv. Sedikitnya 40 orang terluka dalam serangan itu, menurut layanan penyelamatan Magen David Adom Israel.

    Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengutuk serangan itu dan berjanji akan memberikan balasan.

    “Pagi ini, para diktator teroris Iran menembakkan rudal ke Rumah Sakit Soroka di Beer Sheva dan ke warga sipil di pusat negara itu. Kami akan membuat para tiran di Teheran membayar hukuman berat,” tulis Netanyahu.

    Rudal tersebut menghantam Pusat Medis Soroka, yang memiliki lebih dari 1.000 tempat tidur dan menyediakan layanan bagi sekitar 1 juta penduduk di selatan Israel.

    Sebuah pernyataan rumah sakit mengatakan beberapa bagian dari pusat medis tersebut rusak dan ruang gawat darurat menangani beberapa luka ringan. Rumah sakit tersebut ditutup untuk semua pasien baru kecuali untuk kasus yang mengancam jiwa. Tidak segera jelas berapa banyak yang terluka dalam serangan itu.

    Next: Respons Menkes Israel

    Menteri Kesehatan Israel Uriel Bosso menyebut serangan itu sebagai tindakan terorisme dan pelanggaran batas.

    “Kejahatan perang oleh rezim Iran yang sengaja dilakukan terhadap warga sipil tak berdosa dan tim medis yang berdedikasi untuk menyelamatkan nyawa. Kementerian Kesehatan telah bersiap sebelumnya, dan berkat tindakan segera yang kami ambil, bencana yang sangat serius dapat dihindari,” kata dia.

    Banyak rumah sakit di Israel mengaktifkan rencana darurat dalam seminggu terakhir, mengubah parkir bawah tanah menjadi lantai rumah sakit dan memindahkan pasien ke bawah tanah, terutama mereka yang menggunakan ventilator atau sulit dipindahkan dengan cepat.

    baca juga

  • Obgyn Beberkan Gejala Kanker Serviks, Termasuk Darah Haid Menggumpal?

    Obgyn Beberkan Gejala Kanker Serviks, Termasuk Darah Haid Menggumpal?

    Jakarta

    Viral di media sosial X terkait darah menstruasi atau haid yang menggumpal bisa menjadi tanda penyakit serius. Beberapa warganet bahkan ada yang khawatir jika kondisi tersebut mengindikasikan kanker serviks.

    “aku haid udh hari keempat & keluar d4r4h segede itu normalkah? agak nyeri saat keluar itu. bahaya gak sih? ini first time keluar segede itu, biasanya ga segede itu. pas udh keluar rasanya plong gitu,” tutur salah satu akun X @tan******, dikutip Kamis (19/6.2025).

    “kak aku gamau bikin takut tp kalo itu agak lembek, takut kayak ibuku, agak banyak keluarnya gumpalan darah gitu lembek dan gede gede, lalu ibuku positif kanker serviks :(,” imbuh @cou***********.

    Lantas, apa saja sih tanda kanker serviks?

    Spesialis obstetri dan ginekologi dr Dinda Derdameisya, SpOG, mengatakan keluhan kanker serviks memang bisa berupa perdarahan yang menggumpal. Biasanya hal ini disebabkan karena Human Papilloma Virus (HPV) yang merusak mulut rahim atau serviks.

    Namun, penting untuk diketahui bahwa tidak semua perdarahan dari organ intim menandakan adanya masalah pada serviks. Menurut dr Dinda, warna darah, jumlahnya, atau menggumpal, tidak bisa dijadikan patokan utama untuk memastikan adanya kanker serviks.

    “Meskipun kanker leher rahim atau kanker serviks memberikan gejala bisa jadi perdarahan. Tapi sebenarnya yang benarnya, stage awal tidak memberikan gejala sama sekali,” ucapnya saat dihubungi detikcom, Selasa (17/6/2025).

    Menurut dr Dinda, kanker serviks yang sudah stadium lanjut dapat memicu banyak gejala, termasuk perdarahan yang keluar saat berhubungan intim. Ini sebabnya mengapa deteksi dini melalui pemeriksaan seperti Pap smear atau tes HPV sangat penting, terutama bagi perempuan yang sudah aktif secara seksual.

    “Ada gejala keluar darah. Tapi itu gejala kanker serviks yang sudah lanjut dan bukan hanya itu gejalanya. Gejalanya itu banyak, salah satunya berhubungan keluar darah. Jenis darahnya kita tidak bisa menunjukkan ini kanker serviks atau nggak kalau dilihat dari warnanya,” sambungnya.

    Beberapa gejala lain kanker serviks yang perlu diwaspadai, seperti dikutip dari Kemenkes RI.

    Pendarahan tidak normal, terutama setelah hubungan seksual, menstruasi, atau menopause.Keputihan yang berubah, berbau tidak sedap, atau berdarah.Nyeri panggul yang tidak biasa atau nyeri saat berhubungan seksual.Penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan.Kelelahan yang persisten.

    (suc/kna)

  • Kemenkes Catat 32 Jemaah Haji RI Positif COVID-19

    Kemenkes Catat 32 Jemaah Haji RI Positif COVID-19

    Jakarta

    Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat ada 32 orang jemaah haji Indonesia yang positif Corona atau COVID-19. Para jemaah itu sudah mendapat perawatan dan sudah sembuh.

    Kemenkes mengatakan jumlah jemaah terinfeksi COVID-19 itu merupakan data hingga 17 Juni 2025 pukul 16.00 waktu Arab Saudi. Jemaah yang positif COVID itu mengalami gejala seperti demam disertai sesak napas.

    “Para jemaah ini mengalami gejala demam disertai sesak napas dan dirujuk ke Rumah Sakit Arab Saudi di Madinah dan Makkah. Setelah diobservasi dan menjalani serangkaian tes seperti MERS-CoV dan COVID-19, mereka terdiagnosis pneumonia/radang paru-paru dan terkonfirmasi positif COVID-19,” kata Kepala Pusat Kesehatan Haji Liliek Marhaendro Susilo seperti dikutip dari keterangan tertulis Kemenkes, Rabu (18/6/2025).

    Dia mengatakan para jemaah positif COVID membaik setelah mendapat penanganan di RS Arab Saudi dan mendapat pengawasan dari PPIH Bidang Kesehatan dan Tenaga Kesehatan Haji Kloter (TKHK). Dia menyebut para jemaah yang sempat positif COVID telah kembali ke penginapan dan beberapa jemaah telah tiba di Tanah Air.

    “KKHI di Makkah dan Madinah juga beberapa kali merawat pasien COVID-19 pasca kepulangan dari RSAS karena mereka masih memerlukan penanganan untuk gejala sesak napas akibat pneumonianya,” ucap Liliek.

    Liliek berpesan agar para jemaah menjaga kesehatan dan menggunakan masker saat berada di luar ruangan. Dia mengatakan masker dapat membantu mencegah penularan penyakit seperti flu hingga COVID-19.

    Dia juga meminta jemaah haji yang memiliki penyakit penyerta atau komorbid rutin mengonsumsi obat. Dia mengatakan jemaah yang telah kembali ke Indonesia juga harus menjalankan protokol kesehatan dan segera memeriksakan diri jika mengalami batuk, pilek atau sesak napas dalam 14 hari setelah tiba di Tanah Air.

    (haf/rfs)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Wamendagri Ribka Minta Kemenkes Segera Bangun Rumah Sakit di Papua

    Wamendagri Ribka Minta Kemenkes Segera Bangun Rumah Sakit di Papua

    Bisnis.com, Jakarta — Kementerian Dalam Negeri minta Kementerian Kesehatan agar membangun rumah sakit tipe A atau B di 6 provinsi di Papua.

    Wakil Menteri Dalam Negeri Ribka Haluk mengatakan bahwa pembangunan rumah sakit di Tanah Papua merupakan hal yang mendesak agar akses kesehatan yang adil dan merata bisa segera terwujud di Bumi Cendrawasih itu.

    “Jadi kalau memang kita serius menjadikan kesehatan sebagai dasar hidup masyarakat Papua, maka sudah saatnya kita pikirkan secara by design kebutuhan rumah sakit tipe A di setiap provinsi,” tuturnya dalam keterangan resminya di Jakarta, Rabu (18/6).

    Menurut Ribka, Kementerian Dalam Negeri sudah siap berkoordinasi dengan seluruh gubernur di Papua, Menteri PU dan para Menteri Koordinator, sehingga ada rumah sakit yang layak di 6 provinsi di Papua.

    “Kami siap berkoordinasi dengan Menteri PU, Menko, dan para gubernur di Papua untuk menghitung biaya dan merancang skema pembangunan rumah sakit tersebut. Daerah juga harus berinovasi,” katanya.

    Ribka memastikan pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka tidak akan mengesampingkan kesehatan masyarakat Papua karena pemerintah pusat komitmen untuk memberikan akses kesehatan kepada masyarakat.

    “Jadi melalui kolaborasi lintas sektor dan pendekatan berbasis riset, Indonesia juga diharapkan mampu menghadirkan keadilan kesehatan bagi seluruh rakyat, menuju visi besar Indonesia Emas 2045,” ujarnya.

  • Makin Banyak Gen X-Milenial Kena Kanker di Organ Pencernaan, Ini Gejala Awalnya

    Makin Banyak Gen X-Milenial Kena Kanker di Organ Pencernaan, Ini Gejala Awalnya

    Jakarta

    Kanker usus buntu paling banyak mengintai generasi X dan milenial. Hal ini juga dialami Chris Williams yang mendatangi rumah sakit 2021 lalu, dengan keluhan awal sakit perut yang berdenyut-denyut dan mual. Keesokan paginya, rasa sakitnya semakin parah.

    Di rumah sakit, ia didiagnosis mengidap radang usus buntu dan menjalani operasi pengangkatan usus buntu. Sekitar seminggu kemudian, ia bertemu dengan tim medisnya untuk melepas staples dan mendiskusikan langkah selanjutnya, saat itulah ia menerima berita mengejutkan.

    “Mereka menemukan tumor di usus buntu saya, dan melakukan biopsi terhadap tumor itu, memastikan bahwa itu adalah kanker,” kata Williams, yang berusia 48 tahun saat itu, dikutip dari CNN, Selasa (17/6/2025).

    “Bagi saya, ini benar-benar anugerah dan berkah untuk mendeteksi tumor tersebut, tumor tersebut memicu usus buntu saya hampir pecah sehingga mereka dapat menemukannya karena kemudian, mereka menemukan bahwa itu stadium III. Jika tumor itu tetap berada di dalam tubuh saya lebih lama, itu akan menjadi stadium IV,” yang merupakan stadium kanker paling lanjut dan lebih sulit diobati.

    Williams, yang kini bebas kanker setelah menyelesaikan pengobatan pada November 2022, termasuk dalam kelompok pasien kanker usus buntu yang terus bertambah di Amerika Serikat, didiagnosis pada usia muda.

    Meskipun kanker usus buntu jarang terjadi, diperkirakan hanya menyerang sekitar 1 atau 2 orang dari setiap 1 juta orang di Amerika Serikat setiap tahun, diagnosis meningkat tajam di kalangan generasi X dan milenial, menurut sebuah studi baru.

    Dibandingkan dengan orang yang lahir antara tahun 1941 hingga 1949, tingkat kejadian kanker usus buntu meningkat tiga kali lipat di antara orang yang lahir antara tahun 1976 dan 1984 dan empat kali lipat di antara orang yang lahir antara tahun 1981 dan 1989, menurut penelitian yang dipublikasikan minggu ini di Annals of Internal Medicine. Peningkatan kejadian ini ditemukan terjadi antara tahun 1975 hingga 2019.

    “Secara keseluruhan, ini mengkhawatirkan,” kata dr Andreana Holowatyj, penulis utama studi dan asisten profesor hematologi dan onkologi di Vanderbilt University Medical Center dan Vanderbilt-Ingram Cancer Center.

    “Kami melihat beberapa efek generasional ini untuk kanker usus besar, rektum, lambung, dan itulah salah satu alasan mengapa kami ingin meneliti hal ini pada kanker usus buntu yang langka. Namun, tingkat dan tren yang kami amati mengkhawatirkan dan mengkhawatirkan,” katanya.

    Para peneliti dalam studi baru tersebut, dari Vanderbilt University Medical Center, West Virginia University, dan University of Texas Health Science Center menganalisis data dari 4.858 orang di Amerika Serikat, berusia 20 tahun atau lebih, yang telah didiagnosis menderita kanker usus buntu antara tahun 1975 hingga 2019. Data tersebut berasal dari basis data Surveillance, Epidemiology, and End Results Program milik National Cancer Institute.

    Data tersebut dipisahkan menjadi kelompok usia lima tahun dan menunjukkan peningkatan angka kejadian kanker usus buntu menurut kelompok kelahiran, khususnya di antara orang yang lahir setelah tahun 1945, tulis para peneliti dalam studi tersebut.

    Meskipun studi baru tersebut tidak meneliti secara spesifik mengapa kejadian ini meningkat, para peneliti mengatakan bahwa hal itu tidak mungkin dijelaskan oleh kemajuan dalam skrining penyakit atau alat diagnostik.

    “Tidak ada teknik skrining standar untuk kanker usus buntu. Banyak di antaranya yang ditemukan secara tidak sengaja setelah timbulnya sesuatu seperti radang usus buntu akut,” kata Holowatyj.

    Sebaliknya, tren tersebut mungkin terkait dengan paparan lingkungan yang dapat meningkatkan risiko bagi generasi yang kini memasuki pertengahan masa dewasa, tulis para peneliti. Dan tren serupa juga telah dilaporkan untuk kanker usus besar, rektum, dan lambung, yang menunjukkan bahwa kemungkinan faktor risiko dapat berkontribusi terhadap kanker gastrointestinal secara keseluruhan.

    Misalnya, obesitas telah diidentifikasi sebagai faktor risiko untuk diagnosis kanker usus buntu dan diakui sebagai faktor risiko kanker usus besar, kata Holowatyj, seraya menambahkan bahwa mengidentifikasi faktor risiko apa yang mungkin mendorong tren dalam kejadian kanker ini dapat membantu mengungkap cara untuk mencegah penyakit.

    “Fakta bahwa kita melihat tren ini paralel di seluruh kanker saluran pencernaan lainnya memberi tahu kita, atau menunjukkan, mungkin ada faktor risiko bersama dan berbeda yang dapat berkontribusi terhadap perkembangan kanker di seluruh generasi muda di saluran pencernaan,” kata Holowatyj.

    “Itu penting untuk dipahami, apa saja faktor-faktor yang sama tersebut, atau bagaimana faktor-faktor risiko tersebut berbeda, baik dalam besaran maupun risiko absolut di antara jenis-jenis kanker gastrointestinal ini – untuk membantu kita mendukung pengembangan strategi pencegahan yang efektif dan pada akhirnya bertujuan untuk mengurangi beban ini atau membalikkan tren ini,” katanya.

    Simak Video “Video Menkes Budi Tekankan Pentingnya Diagnosis Dini Penyakit Kanker”
    [Gambas:Video 20detik]

  • Cerita Dosen di Tegal Idap Hipertensi-Diabetes, Berujung Kena Penyakit Ginjal

    Cerita Dosen di Tegal Idap Hipertensi-Diabetes, Berujung Kena Penyakit Ginjal

    Jakarta

    Seorang pria di Tegal, Jawa Tengah bernama Fatchurrozak Himawan (46) menceritakan kisahnya mengidap tiga penyakit kronis sekaligus yaitu hipertensi, diabetes tipe dua, dan penyakit ginjal. Semua bermula dari 10 tahun lalu ketika ia mengidap hipertensi.

    Karena kondisinya itu, ia harus mengonsumsi obat tekanan darah bila mengalami gejala nyeri kepala. Sampai pada suatu waktu di tahun 2019, pria yang bekerja sebagai pengajar keperawatan di Poltekkes Kemenkes Semarang ini terlibat sebagai responden sebuah penelitian kesehatan.

    Dari hasil penelitian tersebut, terungkap bahwa ia mengalami kondisi prediabetes. Prediabetes merupakan kondisi ketika kadar gula darah sudah cukup tinggi dan berisiko tinggi berkembang menjadi diabetes tipe dua.

    Peneliti saat itu mengimbaunya untuk mengubah gaya hidup secara keseluruhan. Tapi karena merasa tidak ada gejala yang signifikan, ia memilih untuk tidak mengikutinya.

    “Saya nggak percaya (prediabetes). Orang keluarga saya kan nggak ada yang diabetes. Saya juga tahu sampai saat ini nggak pernah ada gejala DM (diabetes melitus). Saya juga nyaman. BAK (buang air kecil) juga tidak ada masalah. Sepertinya kayaknya nggak ada,” kata Himawan ketika dihubungi detikcom, Senin (16/6/2025).

    “Jadi saya tetap seperti biasa, olahraga jarang, makannya bebas, cenderung porsinya banyak,” sambungnya.

    Semua berubah ketika 5 tahun kemudian ia mulai mengalami gejala gangguan penglihatan. Ia menyebut pandangannya saat itu seperti membayang ganda, sehingga terlihat tidak jelas.

    Meski memang memiliki mata minus, gejala yang muncul tidak wajar. Ia akhirnya memutuskan untuk pergi ke rumah sakit demi menjalani pemeriksaan dokter. Terungkap, rupanya ia memiliki masalah diabetes tipe dua.

    Beberapa bulan kemudian, ia kembali melakukan pemeriksaan. Hasilnya lebih parah, terungkap bahwa hipertensi dan diabetes yang diidapnya sudah berpengaruh pada kinerja ginjalnya yang menurun menjadi 80 persen.

    “Kalau saya belajar, itu DM, hipertensi, itu salah satu penyebab utama untuk gagal ginjal. Makanya saya coba mengatasi DM sama hipertensinya,” ceritanya.

    “Pandangan double itu karena gula yang ke mata itu sudah mengganggu penglihatan saya. Itu saya sudah mulai takut,” sambung Himawan.

    Semenjak saat itu, ia mulai melakukan diet secara ketat. Berat badannya bahkan sempat turun 10 kg hanya dalam waktu dua bulan karena begitu takut dengan kondisi kesehatannya.

    Setelah banyak berkonsultasi dan mempelajari literatur kesehatan, ia mengetahui penurunan berat badan terlalu drastis sebenarnya juga tidak baik. Sebaiknya penurunan berat badan dilakukan secara bertahap, agar fungsi ginjal juga tidak terbebani.

    NEXT: Bersyukur karena sakitnya ketahuan

    Pada saat ini, kondisinya sudah jauh lebih terkontrol dengan konsumsi obat-obatan hipertensi dan diabetes. Secara total, ia sudah menurunkan berat badannya sebanyak 12 kg dari 80 kg menjadi 68 kg.

    Meski apa yang dijalaninya berat, ia mengaku sangat bersyukur. Karena sakit dan menjalani pemeriksaan, dirinya bisa mengetahui ada penyakit ginjal kronis di tubuhnya secara lebih dini.

    Jika terlambat, mungkin saja ia harus menjalani cuci darah seumur hidup akibat gagal ginjal. Terlebih, penyakit ginjal umumnya baru menunjukkan gejala di stadium akhir.

    “Saya takut ya, takut akan terjadi gagal ginjal, saya harus ketergantungan alat (cuci darah),” katanya.

    “Tapi kalau (fungsi ginjal) masih 80 persen kayak saya, itu masih memungkinkan untuk perbaikan ginjal. Tapi kalau sudah 30 persen ke bawah, susah harus ketergantungan alat,” tandas Himawan.

  • Video: 8,6 Juta Orang Ikut Cek Kesehatan Gratis, Paling Banyak Perempuan

    Video: 8,6 Juta Orang Ikut Cek Kesehatan Gratis, Paling Banyak Perempuan

    Jakarta – Sejak diluncurkan pada 10 Februari 2025 lalu, program cek kesehatan gratis (CKG) sudah diikuti oleh 8,6 juta orang di 38 provinsi di Indonesia. Perempuan jadi peserta terbanyak yang mengikuti program ini yakni sebesar 5,3 juta jiwa (62,24%).

    Dari hasil pemeriksaan itu ditemukan, 1 dari 2 perempuan mengalami obesitas sentral, dan 1 dari 4 pada laki-laki. Menurut Kementerian Kesehatan (Kemenkes), orang dengan obesitas sentral kemungkinan menderita tekanan darah tinggi (hipertensi) dan penyakit gula (diabetes) sebesar 1.5-2 kali lipat.

    detikers, jangan lupa klik di sini untuk melihat video-video 20Detik lainnya ya!

    (/)

    kemenkes cek kesehatan gratis skrining kesehatan gratis diabetes hipertensi

  • Kemenkes Catat 179 Kasus COVID-19 Sepanjang 2025, Positivity Rate Naik!

    Kemenkes Catat 179 Kasus COVID-19 Sepanjang 2025, Positivity Rate Naik!

    Jakarta

    Positivity rate COVID-19 di Indonesia meningkat, dari semula 2,05 persen pada periode 25 hingga 31 Mei, kini mencapai 3,13 persen di rentang waktu 8 hingga 9 Juni 2025.

    Ada penambahan satu kasus positif pada periode tersebut berdasarkan 32 pemeriksaan yang dilakukan. Tren pemeriksaan atau tes COVID-19 di Indonesia fluktuatif, tertinggi mencapai 775 tes COVID-19 pada minggu kedua 2025.

    “Per 8 hingga 9 Juni 2025, terdapat 1 kasus positif COVID-19 dari 32 pemeriksaan dengan positivity rate sebesar 3,13 persen,” tutur Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kemenkes RI Aji Muhawarman dalam keterangannya, Senin (16/6/2025).

    Total kasus COVID-19 sepanjang 2025 mencapai 179 kasus dari 10.057 spesimen yang diperiksa. Tren catatan tertinggi berada di periode minggu kedua Januari 2025 saat jumlah pemeriksaan juga menjadi yang terbanyak sepanjang tahun.

    Berdasarkan grafik data COVID-19 Kemenkes RI, kenaikan kasus selalu dibarengi dengan tingginya testing yang dilakukan.

    Sementara positivity rate tertinggi berada di dua periode yakni minggu ke-18 dan minggu ke-23 di 2025, masing-masing mencatat 3,62 persen dan 3,67 persen.

    (naf/kna)

  • Video: Menkes Budi Ingin Jenis Layanan Gigi di Puskesmas Ditingkatkan

    Video: Menkes Budi Ingin Jenis Layanan Gigi di Puskesmas Ditingkatkan

    JakartaMenkes Budi Gunadi Sadikin menilai pelayanan kesehatan gigi di tingkat Puskesmas perlu ditingkatkan. Agar bisa melayani selain scaling gigi.

    Karena itu Menkes Budi meminta bantuan Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) untuk memberikan standarisasi pelayanan Dokter Gigi.

    Tonton berita video lainnya di sini!

    (/)