Kementrian Lembaga: Kemenkes

  • KEK Kesehatan Sanur, Hemat Devisa dan Pentingnya Reformasi SDM Medis

    KEK Kesehatan Sanur, Hemat Devisa dan Pentingnya Reformasi SDM Medis

    Jakarta

    Pemerintah baru saja meresmikan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kesehatan di Sanur, Bali. Inisiatif ini layak diapresiasi sebagai langkah nyata menghadirkan layanan kesehatan berstandar internasional di Tanah Air sekaligus strategi jitu untuk mengurangi kebocoran devisa yang setiap tahun menggerus cadangan negara. Tidak kurang dari Rp100 triliun devisa “terbang” ke luar negeri lantaran warga Indonesia berobat ke Malaysia, Singapura, bahkan Jepang dan Korea.

    Hadirnya KEK Sanur menjadi jawaban strategis atas tantangan tersebut. Dengan fasilitas rumah sakit modern seperti Bali International Hospital dan Ngoerah Sun Wellness & Aesthetic Center, masyarakat kini memiliki alternatif layanan kesehatan berkualitas tinggi tanpa harus ke luar negeri. Dari sisi ekonomi, kawasan ini menjadi katalis baru bagi tumbuhnya sektor pariwisata medis, mendorong investasi, membuka lapangan kerja, serta menghidupkan rantai pasok industri kesehatan berbasis domestik.

    Namun, sebaik apa pun infrastruktur yang dibangun, ia tidak akan berdaya guna tanpa sumber daya manusia medis yang kompeten dan merata. Dalam konteks inilah pernyataan Presiden Prabowo Subianto saat peresmian KEK Sanur perlu digarisbawahi:

    “Kita harus tambah juga akademi-akademi perawatan dan kita harus tambah pendidikan spesialis dengan efisien, dan jangan terlalu terhimpit oleh prosedur-prosedur dan peraturan-peraturan kuno.”

    Pendidikan dokter spesialis memang menjadi titik lemah dalam ekosistem kesehatan nasional. Prosedur yang berbelit, kuota terbatas, dan birokrasi yang tidak adaptif membuat distribusi dokter spesialis tidak merata. Beban terberat dirasakan daerah-daerah di luar Jawa yang hingga kini kekurangan tenaga medis berkualitas. Pernyataan Presiden yang secara terbuka menyoroti persoalan ini adalah sinyal penting. Transformasi sistem kesehatan tidak hanya soal infrastruktur megah atau peralatan tercanggih, tetapi juga pembenahan tata kelola dan reformasi kebijakan SDM.

    Reformasi pendidikan kedokteran harus menitikberatkan pada efisiensi dan relevansi tanpa mengorbankan mutu. Prosedur-prosedur yang sudah tidak sesuai perkembangan zaman harus dikaji ulang. Indonesia tidak bisa terus-menerus terpaku pada skema lama yang kurang responsif terhadap krisis kekurangan tenaga medis. Kita memerlukan pendekatan berbasis data, kebutuhan, dan keberpihakan pada kepentingan rakyat luas.

    Di tengah upaya tersebut, kebijakan penguatan peran kolegium melalui regulasi terbaru, di mana kolegium menjadi bagian dari Konsil Kesehatan Indonesia (KKI) yang dikoordinasikan Kementerian Kesehatan, juga patut dicermati. Di satu sisi, kebijakan ini bisa menjadi langkah tepat untuk memastikan akuntabilitas, transparansi, dan integrasi kebijakan pendidikan dengan arah pembangunan kesehatan nasional. Namun di sisi lain, pemerintah perlu memastikan independensi akademik kolegium tetap terjaga agar proses penjaminan mutu pendidikan dokter spesialis tidak dipengaruhi pertimbangan politis atau birokrasi yang tidak relevan dengan profesionalisme kedokteran.

    Sebagai saran, pemerintah dapat mempertimbangkan model kemitraan seimbang: Kemenkes sebagai pengarah kebijakan publik, kolegium sebagai pemegang standar akademik dan profesi, serta organisasi profesi dan perguruan tinggi sebagai mitra aktif dalam proses evaluasi dan pengawasan. Dengan demikian, reformasi sistem pendidikan dokter spesialis tidak hanya lebih efisien dan terbuka, tetapi juga tetap berbasis ilmu dan menjaga integritas profesi.

    “Sistem asuransi kita harus kita perkuat, tidak hanya untuk kalangan atas, tapi juga agar orang yang kurang mampu dari segi ekonomi dapat punya akses.”

    Pernyataan ini amat relevan agar layanan kelas dunia di KEK Sanur dan kawasan sejenis di masa depan tidak menjadi eksklusif hanya untuk segelintir masyarakat mampu. Sebaliknya, harus dirancang agar inklusif dan menjangkau kelompok rentan.

    KEK Kesehatan Sanur adalah langkah besar dan progresif. Namun, agar benar-benar menjadi tonggak transformasi sistem kesehatan nasional, inisiatif ini harus diikuti reformasi menyeluruh di sektor pendidikan spesialisasi, kebijakan pembiayaan, penguatan peran kolegium yang akuntabel namun tetap independen, serta distribusi tenaga medis yang lebih adil. Jika semuanya berjalan beriringan, Indonesia bukan hanya akan berhenti kehilangan devisa, tetapi juga berpeluang menjadi pusat layanan kesehatan unggulan di Asia Pasifik.

    Pentingnya perubahan paradigma dalam perlindungan kesehatan kepada masyarakat berpenghasilan rendah atau masyarakat kurang mampu telah menjadi perhatian sungguh-sungguh pemerintah Prabowo. Oleh karena itu pelaksanaan pelayanan publik di sektor kesehatan harus bertumpu pada kesederajatan dan keadilan layanan, sehingga kebijakan yang diambil pemerintah telah menempatkan pengarusutamaan sinergitas kesehatan dari hulu ke hilir tanpa membedakan kelas-kelas layanan.

    Trubus Rahardiansah. Pakar kebijakan publik Universitas Trisakti.

    (rdp/rdp)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Kemenkes Catat 8 Kasus Virus Hanta, Waspadai Tempat Berisiko Tinggi Penularan

    Kemenkes Catat 8 Kasus Virus Hanta, Waspadai Tempat Berisiko Tinggi Penularan

    Jakarta

    Kementerian Kesehatan RI mengidentifikasi sedikitnya delapan kasus virus Hanta tipe Haemorrhagic fever with renal syndrome (HFRS). Pasien dengan kondisi tersbut mengeluhkan demam, sakit kepala, nyeri badan, malaise (lemas), dan ikterik jaundice atau tubuh menguning.

    Adapun delapan kasus virus Hanta tersebar di empat provinsi yakni DI Yogyakarta, Jawa Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Sulawesi Utara. Kasus tersebut ditemukan berdasarkan surveilans hingga 19 Juni 2025, pasca semula ramai laporan virus Hanta di warga Bandung Barat yang tengah dirawat di RSUP Hasan Sadikin 20 Mei 2025.

    Juru bicara Kementerian Kesehatan RI drg Widyawati memastikan seluruh pasien saat ini sudah sembuh. “Kondisinya seluruh pasien sudah sembuh dengan tingkat kematian atau case fatality rate (CFR) 0 persen,” tegasnya saat dihubungi Senin (30/6/2025).

    Pakar epidemiologi Dicky Budiman menyebut total kasus virus Hanta bisa jadi lebih banyak dari yang terlaporkan. Surveilans yang dilakukan di Indonesia menurutnya relatif masih rendah. Terlebih, gejala virus Hanta relatif mirip dengan sejumlah penyakit lain.

    “Salah satu masalahnya adalah gejala virus Hanta mirip dengan gejala leptospirosis, demam berdarah, dan sepsis, dan ini dapat menjadi penghalang untuk diagnosis dan pengobatan. Virus Hanta belum banyak diteliti di Indonesia, tetapi beberapa penelitian kecil terhadap sampel darah menunjukkan antibodi virus Hanta, yang menunjukkan bahwa beberapa orang di Indonesia sebelumnya telah terinfeksi,” kata Dicky saat dihubungi terpisah, Senin (30/6).

    “Kemampuan kita untuk mendeteksi virus masih terbatas, begitu pula literasi masyarakat tentang penyakit ini. Penyakit ini endemik di beberapa negara dan, menurut pendapat saya, kemungkinan besar akan endemik di Indonesia,” jelasnya.

    Menurutnya, penularan di perumahan padat penduduk relatif lebih mungkin terjadi, terutama pasar yang memiliki sanitasi buruk hingga area pertanian yang tidak dikelola dengan baik. Indonesia juga menghadapi banjir meluas selama musim hujan, yang dapat memicu peningkatan populasi tikus dan penularan hantavirus melalui hewan pengerat.

    “Namun, yang terpenting sekarang adalah meyakinkan masyarakat bahwa ini belum sampai pada tahap yang memungkinkan terjadinya pandemi. Ini bukan pandemi baru, tetapi penyakit yang kemungkinan sudah ada sejak lama, seperti leptospirosis, dan kemungkinan hanya akan menyerang penduduk lokal,” pungkas dia.

    Pada 20 Mei, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat melaporkan temuan satu kasus penyakit virus Hanta di Kabupaten Bandung Barat, kasus ditemukan di RSUP Hasan Sadikin, Kota Bandung. Saat ini pasien sudah dinyatakan sembuh dan sudah kembali bekerja.

    Kementerian Kesehatan bersama dengan Balai Besar Laboratorium Kesehatan Masyarakat Jakarta, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, Dinas Kesehatan Kab Bandung Barat, Puskesmas Ngamprah, dan perangkat Desa Bojongkoneng telah melakukan penyelidikan epidemiologi dan pengendalian binatang pembawa penyakit.

    (naf/kna)

  • Kenali Gejala Awal Virus Hanta yang Mulai Muncul di Bandung

    Kenali Gejala Awal Virus Hanta yang Mulai Muncul di Bandung

    Jakarta

    Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI pada 19 Juni 2025, melaporkan pihaknya telah menemukan 8 kasus terkonfirmasi virus hanta tipe Haemorrhagic fever with renal syndrome (HFRS) melalui surveilans. Kasus ditemukan di 4 provinsi yaitu Jawa Barat, D.I. Yogyakarta, Jawa Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Sulawesi Utara.

    Pada 20 Mei 2025, Dinas Kesehatan Jawa Barat menemukan 1 kasus virus Hanta di Kabupaten Bandung Barat. Pasien sempat dirawat di RSUP Hasan Sadikin Bandung, sebelum akhirnya dinyatakan sembuh dan kembali beraktivitas.

    Apa Itu Virus Hanta?

    Dikutip dari laman Kemenkes, Hantavirus merupakan virus yang ditularkan melalui hewan rodensia atau pengerat, terutama tikus, dapat menyebabkan penyakit serius pada manusia. Penularannya biasanya melalui kontak dengan liur, urine, atau kotoran tikus yang terinfeksi.

    Penyebab penyakit virus hanta adalah genus Orthohantavirus. Jenis tikus yang terkonfirmasi sebagai reservoir virus Hanta di Indonesia adalah Rattus norvegicus (tikus got) dan R.tanezumi (tikus rumah).

    Infeksi virus Hanta dibagi menjadi dua jenis berdasarkan gejalanya, yaitu HFRS yang umum ditemukan di Indonesia dan Hantavirus pulmonary syndrome (HPS).

    Haemorrhagic fever with renal syndrome (HFRS)

    HFRS merupakan tipe yang paling umum di dunia, khususnya benua Eropa dan Asia. Masa inkubasi biasanya 1-2 minggu dengan angka kematian 5-15 persen. Beberapa gejalanya meliputi:

    Demam.Sakit Kepala.Nyeri Punggung.Mual.Mata kemerahan.Ruam.

    Pada kondisi tahap lanjut, pasien HFRS bisa mengalami oliguria, anuria, perdarahan sistem pencernaan, dan gangguan sistem saraf, serta sistem pernapasan.

    Hantavirus pulmonary syndrome (HPS)

    Gejala HPS akibat infeksi virus Hanta lebih umum terjadi di benua Amerika. Masa inkubasi berkisar 14-17 hari dengan angka kematian 60 persen. Beberapa gejalanya meliputi:

    Demam.Nyeri badan.Malaise (lemas).Batuk.Sesak napas.Sakit perut.Muntah.Diare.

    Seiring berkembangnya penyakit, kondisi ini memicu kerusakan jaringan dan penumpukan cairan di paru-paru. HPS juga memicu gangguan serius pada paru dan jantung, serta memunculkan gejala batuk, sulit bernapas, tekanan darah rendah, dan detak jantung tidak teratur.

    Langkah Pencegahan yang Bisa Dilakukan

    Infeksi virus Hanta sebenarnya bisa dicegah. Kemenkes membagikan beberapa langkah yang bisa dilakukan di rumah untuk mencegah penyebaran virusnya:

    Terapkan Hidup Bersih di Rumah

    Menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat merupakan kunci utama pencegahan penyakit. Dalam hal penyebaran hantavirus, pastikan kebersihan rumah tetap terjaga, khususnya ruangan-ruangan yang lama tak dipakai, seperti loteng dan rumah bawah tanah. Ini untuk mencegah hewan pengerat masuk ke rumah.

    Jangan lupa juga untuk mengelola sampah dengan benar. Sampah yang menumpuk dan memicu munculnya hewan pengerat.

    Hindari Hewan Pengerat

    Tempatkan perangkap tikus di sekitar rumah atau tempat kerja untuk mengurangi populasi rodensia. Hindari menyentuh tikus mati atau hidup secara langsung.

    Pakai Pelindung Diri Jika Berisiko

    Orang-orang yang bersinggungan dengan hewan pengerat, seperti petani, buruh bangunan, tenaga laboratorium, dan dokter hewan, sebaiknya menggunakan alat pelindung.

    Hingga saat ini, belum ada pengobatan spesifik untuk penyakit virus Hanta. Pengobatan yang tersedia bersifat suportif dan simtomatis atau sesuai dengan gejala yang dialami pasien.

    (avk/tgm)

  • Virus Hanta Muncul di Bandung, Bahaya atau Bisa Sembuh? Ini Kata Dokter

    Virus Hanta Muncul di Bandung, Bahaya atau Bisa Sembuh? Ini Kata Dokter

    Jakarta

    Infeksi hantavirus atau virus hanta ditemukan di Kabupaten Bandung Barat (KBB) baru-baru ini. Meski infeksi tersebut bisa memicu komplikasi yang lebih fatal, pasien saat ini dilaporkan sudah sembuh.

    “Saat ini kasus sudah dinyatakan sembuh dan sudah kembali bekerja,” tulis Kementerian Kesehatan RI, menyinggung kasus di KBB, dalam laporan yang dipublikasikan pada Sabtu (21/6/2025).

    Kasus infeksi hantavirus di KBB dilaporkan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat pada 20 Mei 2025. Kasus konfirmasi ditemukan di RSUP Hasan Sadikin Kota Bandung.

    Selain kasus di KBB, Kemenkes RI hingga 19 Juni 2025 juga mencatat total 8 kasus infeksi hantavirus di 4 provinsi yakni:

    DI YogyakartaJawa BaratNusa Tenggara TimurSulawesi UtaraApakah Hantavirus Berbahaya?

    Laman The US Center for Disease Control and Prevention (US CDC) menyebut hantavirus merupakan kelompok virus yang dapat memicu penyakit serius dan bahkan mematikan. Kelompok virus tersebut dapat memicu komplikasi sebagai berikut:

    Hantavirus Pulmonary Syndrome (HPS)Hemorrhagic Fever with Renal Syndrome (HFRS)

    Kemenkes RI menyebut, seluruh kasus yang ditemukan di Indonesia memiliki manifestasi klinis HFRS.

    Hantavirus Pulmonary Syndrome (HPS)

    Dikutip dari Mayo Clinic, kasus HPS dapat secara cepat mengancam nyawa. Kondisi keparahan pada HPS dapat dipicu oleh kegagalan jantung memompa oksigen ke seluruh tubuh. Tingkat kematian beragam tergantung jenis virusnya, salah satunya yang ditularkan oleh tikus rusa atau deer mice (Peromyscus) memicu kematian hingga 30-50 persen.

    Gejala yang menyertai HPS dapat muncul pada 4-10 hari sejak fase awal, antara lain:

    fatigue atau kelelahandemamnyeri ototsakit kepalapusingmenggigilgangguan lambung seperti mual, muntah, diare, hingga nyeri perut.

    Hemorrhagic Fever with Renal Syndrome (HFRS)

    HFRS dapat berakibat fatal karena mempengaruhi fungsi ginjal. Gejala biasanya muncul dalam 1-2 pekan sejak paparan, dan dalam kasus langka dalam 8 pekan. Gejala awalnya antara lain:

    sakit kepala intensnyeri punggung dan perutdemam dan menggigilmualmata buram.

    Gejala lanjutan dapat berupa:

    tekanan darah rendahaliran darah berkurang (syok akut)perdarahan internal (kebocoran pembuluh darah)gagal ginjal akut.

    Tingkat kematian bervariasi tergantung jenis virus yang menginfeksi. Virus Hantaan dan Dobrava bisa memiliki tingkat kematian hingga 5-15 persen.

    Pengobatan Hantavirus

    US CDC menyebut tidak ada pengobatan yang spesifik untuk hantavirus. Pasien cukup diberi perawatan suportif, mencakup istirahat, hidrasi, dan perawatan sesuai gejala.

    Pencegahan Infeksi

    Infeksi virus hanta menular melalui kontak dengan urine, tinja, liur, dan bahkan tempat bersarang rodentia atau hewan pengerat. Pencegahannya adalah dengan menghindari kontak.

    menerapkan perilaku bersih dan sehatmenjaga kebersihan rumah dan tempat-tempat yang lama tidak dipakaihindari menyentuh rodentia, baik hidup maupun matimengelola sampah dengan benarmenempatkan perangkap tikus untuk mengurangi populasi rodentiamenggunakan alat pelindung diri jika bekerja di lingkungan yang berisiko kontak dengan rodentia.

    (up/up)

  • Warga Bandung Waspada Virus Hanta! Ini Gejalanya Mirip Flu Biasa

    Warga Bandung Waspada Virus Hanta! Ini Gejalanya Mirip Flu Biasa

    Jakarta

    Infeksi Hantavirus atau Virus Hanta ditemukan di Kabupaten Bandung Barat (KBB), Jawa Barat, baru-baru ini. Pria 52 tahun warga Desa Bojongkoneng, Ngamprah, dinyatakan positif terpapar berdasarkan hasil uji laboratorium.

    Kepala Dinkes Bandung Barat, Ridwan Abdullah, menjelaskan gejala awal yang dialami pasien mencakup:

    pusingdemamnyeri lambung.

    Pasien berinisial O tersebut mengalami gejala sejak 2 Mei 2025. Hasil penelusuran menunjukkan, pasien sempat digigit tikus saat bekerja di proyek bangunan di Ciwidey, Kabupaten Bandung.

    Kemenkes Catat 8 Kasus di 4 Provinsi

    Hingga Juni 2025, Kementerian Kesehatan RI mencatat ada 8 kasus hantavirus tersebar di 4 provinsi sebagai berikut:

    DI YogyakartaJawa BaratNusa Tenggara TimurSulawesi Utara.

    Temuan kasus Hantavirus dinyatakan sebagai KLB (Kejadian Luar Biasa) antara lain jika ditemukan 2 kasus konfirmasi atau lebih dalam satu masa inkubasi yakni 2 pekan.

    “Kasus di Bandung Barat belum memenuhi kriteria KLB,” kata Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kemenkes RI, Aji Muhawarman, dikutip dari Antara, Sabtu (21/6/2025).

    Sementara itu, laman Kemenkes RI menyebut hingga saat ini hanya ditemukan kasus hantavirus dengan manifestasi klinis Haemorrhagic Fever with Renal Syndrome (HFRS) di Indonesia.

    Kemenkes RI melaporkan, 8 kasus yang tercatat seluruhnya saat ini sudah sembuh. Termasuk satu kasus di Kabupaten Bandung Barat, saat ini pasien sudah sembuh dan kembali bekerja.

    Gejala Infeksi Hantavirus

    Hantavirus merupakan keluarga virus yang menyebabkan penyakit serius dan bisa memicu kematian.

    Laman The US Center for Disease Control and Prevention (US CDC) menyebut infeksi hantavirus dapat menular melalui kontak dengan hewan pengerat seperti tikus. Paparan urine dan liur dapat menularkan virus, demikian juga gigitan atau cakaran meski relatif langka.

    Infeksi hantavirus dapat menyebabkan dua sindrom sebagai berikut:

    Hantavirus Pulmonary Syndrome (HPS)Hemorrhagic Fever with Renal Syndrome (HFRS)

    Gejala HPS

    HPS merupakan penyakit yang potensial mematikan dan menyerang paru-paru. Gejala muncul 1-8 pekan setelah kontak dengan hewan penular.

    Gejala awal meliputi:
    fatigue atau kelelahandemamnyeri ototsakit kepalapusingmenggigilgangguan lambung seperti mual, muntah, diare, hingga nyeri perut

    HPS dapat mematikan. Sebanyak 38 persen pasien HPS yang mengalami gejala pernapasan dapat meninggal dunia.

    Gejala HFRS

    Jika HPS menyerang pernapasan, HFRS sesuai namanya menyerang renal atau ginjal. HFRS juga bisa mematikan, gejalanya muncul 1-2 pekan setelah paparan.

    Beberapa gejala yang bisa muncul adalah sebagai berikut:

    sakit kepala intensnyeri punggung dan perutdemam dan menggigilmualmata buram.

    Gejala lanjutan dapat berupa:

    tekanan darah rendahaliran darah berkurang (syok akut)perdarahan internal (kebocoran pembuluh darah)gagal ginjal akut.

    (up/up)

  • Menkes soal Arahan Prabowo Perbanyak Dokter: Presiden Minta Tak Pakai Aturan Kuno

    Menkes soal Arahan Prabowo Perbanyak Dokter: Presiden Minta Tak Pakai Aturan Kuno

    Jakarta

    Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menyambut baik arahan Presiden RI Prabowo Subianto untuk menambah jumlah fakultas kedokteran di Indonesia. Langkah ini diambil sebagai upaya menjawab masalah kekurangan tenaga kesehatan, terutama dokter spesialis.

    Menurut Budi, dirinya akan segera berkoordinasi dengan Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek) guna membahas reformasi sistem pendidikan kedokteran, termasuk menghapus prosedur birokratis yang dinilai sudah usang.

    “Pak Presiden tahu bahwa masalah utama kita adalah jumlah dokter yang masih sangat kurang, apalagi dokter spesialis. Karena itu, saya diminta untuk membuat terobosan. Jangan lagi pakai cara-cara birokratis dan kuno,” ujar Budi Gunadi usai memberikan pembekalan kepada kepala daerah di Kampus IPDN Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Kamis (26/6).

    Budi menegaskan penambahan fakultas kedokteran untuk meningkatkan jumlah dokter tidak mengenyampingkan mutu lulusan. Ia juga memastikan akan mengatur pemerataan, distribusi dokter di seluruh wilayah Indonesia.

    “Inisiatif ini diharapkan mampu menambah jumlah dokter secara agresif, menjaga kualitas pendidikan, dan memastikan penyebarannya merata,” lanjutnya.

    Sebelumnya, Presiden RI Prabowo Subianto menyuarakan keprihatinan krisis dokter di Indonesia. Ia menilai sistem pendidikan kedokteran saat ini masih terlalu terbelit oleh birokrasi, sehingga tidak cukup adaptif terhadap tantangan sektor kesehatan masa kini.

    Prabowo juga mendorong peningkatan jumlah dokter spesialis secara signifikan. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan pada 2024, saat ini Indonesia memiliki 49.670 dokter spesialis. Namun, menurut perhitungan Bappenas, rasio ideal dokter spesialis adalah 0,28 per 1.000 penduduk. Artinya, Indonesia masih kekurangan sekitar 29.179 dokter spesialis.

    “Kita harus tambah juga akademi-akademi perawatan dan kita harus tambah pendidikan spesialis dengan efisien dan jangan terlalu terhimpit oleh prosedur-prosedur dan peraturan-peraturan kuno. Peraturan-peraturan yang sudah tidak bisa menjawab kesulitan dan tantangan masa kini,” beber Prabowo saat meresmikan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sanur dan Bali International Hospital di Denpasar, Rabu (25/6).

    (naf/up)

  • Ini Cara Membedakan Batuk Flu dan Batuk TBC

    Ini Cara Membedakan Batuk Flu dan Batuk TBC

    Jakarta

    Sama seperti influenza atau flu dan penyakit pernapasan pada umumnya, Tuberkulosis (TB) atau populer dengan sebutan TBC juga ditandai dengan gejala batuk. Namun ada beberapa perbedaan yang bisa dikenali di antara keduanya.

    Selain perlu mengenali perbedaan gejala di antara keduanya, penting juga untuk mengetahui cara penularan influenza dan TBC. Pada kondisi tertentu, keduanya sama-sama bisa berakibat fatal.

    Flu Vs TBC

    Meski identik dengan penyakit sehari-hari, flu juga bisa mematikan. Awal Februari 2025, aktris Taiwan pemeran Shancai dalam serial lawas Meteor Garden, Barbie Hsu meninggal dunia setelah terinfeksi flu yang berujung komplikasi pneumonia.

    Pada periode waktu yang sama, Kementerian Kesehatan RI juga sama-sama mewaspadai peningkatan kasus influenza. Vaksin flu dapat mengurangi risiko penularan di tengah adanya tren peningkatan kasus.

    “Berdasarkan data beberapa tahun terakhir, terdapat peningkatan kasus pada akhir ke awal tahun, pada musim hujan,” ungkap Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes RI dr Ina Agustina Isturini, MKM saat dihubungi detikcom Selasa (4/2/2025).

    Dikutip dari The US Center for Disease Control and Prevention (US CDC), flu merupakan penyakit menular pernapasan yang disebabkan oleh virus influenza. Ada 4 tipe virus flu yakni tipe A, B, C, dan D. Flu musiman disebabkan oleh virus influenza tipe A dan B, meskipun di wilayah tropis bersirkulasi sepanjang tahun.

    Di sisi lain, TBC merupakan infeksi pernapasan yang dipicu oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Indonesia saat ini menempati peringkat kedua di dunia setelah India sebagai negara dengan jumlah kasus TBC terbanyak, dengan lebih dari 1 juta kasus dan 125 ribu kematian setiap tahun.

    Perbedaan Batuk Flu dan TBC

    Beberapa ciri yang membedakan gejala batuk akibat flu dan TBC terangkum sebagai berikut.

    1. Penyebab

    Batuk karena flu disebabkan oleh infeksi bakteri influenza, sedangkan TBC disebabkan oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis.

    2. Durasi

    Sebagaimana pada infeksi virus pada umumnya, batuk karena influenza umumnya sembuh dengan sendirinya dalam beberapa hari. Lain halnya dengan infeksi TBC, batuk yang dialami pasien bisa berlangsung dalam waktu lama.

    “Batuk yang terus menerus selama paling nggak hampir sampai dua minggu dan berdahak itu yang menjadi ciri khas (TBC),” kata dr Henry Diatmo, MKM dari Stop TB Partnership Indonesia (STPI) dalam sebuah wawancara dengan detikcom.

    3. Bercak darah

    Bercak darah dalam dahak merupakan salah satu pembeda batuk pada TBC dari batuk biasa, termasuk flu. Seperti dialami Budi Hermawan, seorang penyintas TBC resisten obat, sebagaimana diungkap dalam wawancara dengan detikcom.

    “Di malam itu, saya berkeringat banyak, dan beberapa hari kemudian, saya mulai batuk darah. Saya pergi ke klinik untuk berobat. Hasil rontgen saya menunjukkan bahwa saya positif TBC, jadi dokter meresepkan beberapa obat TBC,” kata Budi, Rabu (7/8/2024).

    4. Gejala penyerta

    Pada pasien TBC, batuk bisa disertai nyeri dada dan penurunan berat badan. Namun pada TB-dormant, yakni ketika bakteri dalam kondisi tidak aktif, pasien bisa saja tidak bergejala.

    Sementara itu, influenza bisa disertai dengan demam dan menggigil, nyeri telan, serta hidung meler. Rasa letih bisa ditemukan baik pada TBC maupun influenza.

    5. Media penularan

    US CDC menyebut, para pakar meyakini penularan flu utamanya terjadi melalui droplet atau bercak dahak saat pasien batuk, bersin, atau berbicara.

    TBC juga menular dengan cara yang sama, namun penularan paling umum terjadi pada orang-orang yang tinggal lama dengan pasien TBC aktif atau di area yang banyak kasus TBC.

    Rangkuman

    Perbedaan dan persamaan batuk karena flu dan TBC dapat dirangkum sebagai berikut:

    PerbedaanTBCFluDurasilebih dari 2 minggulebih singkat, self limitingPenyebabMycobacterium tuberculosisvirus influenzaBercak darahumum ditemukanjarangGejala penyertaberat badan turun, dada sesak, letihdemam, nyeri telan, hidung melerMedia penularandropletdroplet

    (up/up)

  • Singgung Kekurangan Dokter, Prabowo Minta Menkes-Mendiktisaintek Perbanyak FK

    Singgung Kekurangan Dokter, Prabowo Minta Menkes-Mendiktisaintek Perbanyak FK

    Jakarta

    Presiden Prabowo Subianto memerintahkan dua menterinya, yakni Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dan Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Brian Yuliarto, untuk menambah jumlah fakultas kedokteran di Indonesia. Langkah ini diambil demi mengatasi krisis kekurangan dokter di Tanah Air.

    Prabowo menekankan pentingnya bergerak cepat dan tidak terjebak dalam birokrasi yang berbelit-belit. Ia meminta para menterinya tidak lagi berpegang pada aturan lama yang justru menghambat kemajuan.

    “Kita masih kekurangan dokter. Karena itu saya minta Menkes dan Mendiktisaintek segera menambah fakultas kedokteran, akademi perawatan, dan pendidikan spesialis. Jangan terlalu terhimpit prosedur-prosedur dan peraturan-peraturan kuno yang tidak bisa menjawab tantangan zaman,” tegas Prabowo saat meresmikan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kesehatan Sanur di Denpasar, Bali, Rabu (26/6/2025).

    Sinyal penambahan fakultas kedokteran ini sebenarnya sudah lebih dulu diungkapkan Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono. Ia menyebut peningkatan kuota mahasiswa kedokteran akan berdampak langsung pada ketersediaan dokter di masyarakat.

    “Semakin banyak lulusan dokter, makin banyak tenaga kesehatan yang bisa melayani masyarakat,” ujar Dante beberapa waktu lalu.

    Meski begitu, Dante belum merinci lokasi pendirian fakultas baru karena hal tersebut merupakan ranah Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi. Namun ia memastikan, kualitas pendidikan tetap menjadi prioritas utama.

    “Kalau pun ada fakultas kedokteran baru, kualitasnya tetap harus terjamin. Kalau tidak, pelayanan kesehatan di masa depan bisa terancam,” pungkasnya.

    “Saat ini hanya ada sekitar 77 ribu dokter spesialis untuk 280 juta penduduk Indonesia. Artinya, hanya ada 0,23 dokter spesialis per seribu penduduk,” kata Dante.

    Padahal, menurut standar pemetaan yang ideal, Indonesia seharusnya memiliki 1,46 dokter spesialis per seribu penduduk. Artinya, kebutuhan dokter spesialis saat ini masih sangat jauh dari tercukupi.

    “Kenapa begitu? Karena jumlah dokter spesialis yang dihasilkan oleh perguruan tinggi sangat terbatas,” lanjutnya.

    (naf/kna)

  • Soal Dugaan Malpraktik Dokter Senior RSCM, Ini Tanggapan Kemenkes RI

    Soal Dugaan Malpraktik Dokter Senior RSCM, Ini Tanggapan Kemenkes RI

    Jakarta

    Kementerian Kesehatan RI mengaku sudah mendapatkan informasi laporan orangtua terduga korban malpraktik di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo (RSCM). Direktur Jenderal Kesehatan Lanjutan, Azhar Jaya, belum bisa memastikan langkah apa yang kemudian dilakukan Kemenkes RI sebagai evaluasi pemerintah dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit vertikal.

    Investigasi kasus tersebut masih berlanjut dan tengah diproses dalam sidang etik di Majelis Disiplin Profesi (MDP).

    Sebelumnya diberitakan, anak di bawah satu tahun (J) disebut mengalami kebocoran usus imbas permintaan endoskopi dokter senior, tanpa melakukan pemeriksaan terlebih dahulu. Orangtua (J), Adam Harits, merasa terduga pelaku lalai hingga mengabaikan potensi kebocoran usus anaknya. Padahal, semula, si anak disebut hanya mengeluhkan masalah sulit masuknya makanan pendamping air susu ibu (MPASI).

    Meski belum bisa memastikan tindakan lebih lanjut, Azhar memastikan Kemenkes RI akan melakukan evaluasi penuh bila tindakan tersebut terbukti malpraktik. Termasuk soal usulan dari keluarga terduga korban terkait pencabutan izin praktik dokter senior inisial P.

    “Peristiwa ini sudah menjadi perhatian dari MDP (Majelis Disiplin Profesi). Biar mereka yg menentukan apakah ini kategori pelanggaran atau malpraktek atau tidak. Kita tunggu hasilnya ya,” sebutnya saat dihubungi detikcom Rabu (25/6/2025).

    “Kalau MDP menyatakan bersalah maka akan kita evaluasi semua,” tegas dia.

    Hal yang juga disoroti adalah perlakuan ‘meremehkan’ dokter senior yang diceritakan keluarga terduga korban. Sebelum menjalani endoskopi, Adam sempat mempertanyakan alasan tindakan tersebut.

    NEXT: Sikap meremehkan

    Terlebih, kala itu anaknya belum genap berusia satu tahun. Ia bahkan sempat meminta dokter tersebut menunggu untuk melakukan tindakan semacam ini sampai anaknya sudah berusia satu tahun.

    “Saya tanya, se-urgent apa kondisi ini untuk endoskopi? Gimana kalau menunggu sampai J umur satu tahun sambil coba dulu pengobatan GERD berdasarkan hasil THT?” tanya Adam.

    Namun, Adam mengaku kaget saat mendapatkan respons dari dokter senior tersebut. “Bapak lihat saja sendiri se-urgent apa ini. Ini pertanggungjawaban Bapak di akhirat. Kenapa? Bapak nggak punya uang? Pinjam saja sama engkongnya. Pinjaman lunak,” kata Adam menuturkan jawaban dokter saat itu.

  • Prabowo Perintahkan Menkes Tambah Fakultas Kedokteran hingga Pendidikan Spesialis

    Prabowo Perintahkan Menkes Tambah Fakultas Kedokteran hingga Pendidikan Spesialis

    Bisnis.com, JAKARTA — Presiden Prabowo Subianto menyatakan Indonesia masih kekurangan dokter dan fakultas kedokteran di universitas dalam negeri. 

    Hal itu disampaikan olehnya saat meresmikan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sanur dan Bali International Hospital, Bali, Rabu (25/6/2025). 

    Oleh sebab itu, Prabowo meminta agar Menteri Kesehatan serta Menteri Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi untuk masing-masing menambah jumlah dokter dan fakultas kedokteran yang ada. 

    “Kita masih banyak kekurangan, kita masih kurang dokter, karena itu Menteri Kesehatan. Saya minta juga nanti Menteri Pendidikan kita harus segera tambah fakultas kedokteran, kita harus tambah juga akademi perawatan dan kita harus tambah pendidikan spesialis,” ujarnya, dikutip dari tayangan YouTube Sekretariat Presiden, Rabu (25/6/2025). 

    Meski demikian, Kepala Negara meminta agar penambahan tersebut dilakukan dengan efisien, serta tidak terhimpit oleh prosedur-prosedur dan peraturan kuno yang tidak menjawab kesulitan masa kini. 

    Prabowo mengaku, Indonesia sebagai negara berkembang harus bisa mengejar ketertinggalan dari bangsa-bangsa lain yang tumbuh secara pesat. Dia berpesan agar perkembangan dilakukan tanpa cara-cara yang tidak efisien, boros serta dengan manajemen yang tidak benar. 

    “Rakyat Indonesia menuntut pemerintah yang efisien, pelayanan yang baik, pertanggungjawaban setiap uang rakyat tidak boleh disalahgunakan,” terangnya. 

    Menurut Prabowo, peresmian KEK Sanur yang fokus pada kesehatan dan pariwisata hari ini merupakan salah satu terobosan Indonesia dalam mengejar ketertinggalan itu. 

    “Sehingga hari ini saya mendapat kehormatan untuk meresmikan KEK Sanur dan Bali International Hospital, tadi juga saya sudah menandatangani prasasti di rumah sakit tadi,” terang Ketua Umum Partai Gerindra itu.