Kementrian Lembaga: Kemenkes

  • Varian COVID Baru ‘Stratus’ Sudah Masuk RI, Benarkah Lebih Berbahaya?

    Varian COVID Baru ‘Stratus’ Sudah Masuk RI, Benarkah Lebih Berbahaya?

    Jakarta

    Varian COVID Baru ‘Stratus’ atau XFG yang bikin lonjakan kasus di sejumlah negara kini telah terdeteksi di Indonesia. Berdasarkan laporan Kementerian Kesehatan RI, varian XFG atau Stratus ini kini menjadi varian paling dominan di Indonesia.

    “Pada Bulan Juni Varian dominan di Indonesia adalah XFG (75 persen pada Mei, dan 100 persen pada Juni), dan XEN (25 persen pada Mei),” demikian bunyi laporan Kemenkes, dikutip Minggu (27/7/2025).

    Hingga minggu ke-30, total kasus COVID-19 sepanjang tahun 2025 tercatat 291 kasus dari 12.853 spesimen yang diperiksa, menghasilkan positivity rate kumulatif sebesar 2,26 persen. Sementara itu, jumlah kasus yang terdeteksi di lokasi sentinel hingga minggu ke-25 mencapai 82 kasus dari 2.613 spesimen.

    Adapun positif kumulatif tahun 2025 terbanyak dilaporkan di DKI Jakarta, Jawa Timur, Banten, Jawa Barat, Sumatera Selatan, dan DI Yogyakarta.

    Benarkah Varian Stratus Lebih Berbahaya?

    Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menetapkan XFG sebagai variant under monitoring (VUM) dan menyatakan risiko tambahan terhadap kesehatan masyarakat yang ditimbulkan oleh varian ini dinilai rendah pada tingkat global.

    Secara global, XFG diperkirakan memiliki pertumbuhan relatif tertinggi dibandingkan dengan varian lain yang beredar saat ini, termasuk ‘Nimbus’ atau NB.1.8.1 terkini.

    “Data saat ini tidak menunjukkan varian ini menyebabkan penyakit yang lebih parah atau kematian daripada varian lain yang beredar,” kata WHO, (7/7/2025).

    Meskipun bukti menunjukkan adanya peningkatan proporsi dari varian XFG, WHO belum mengamati tanda-tanda apa pun yang menunjukkan peningkatan keparahannya.

    “Meskipun ada peningkatan kasus dan rawat inap yang dilaporkan di beberapa negara [Kawasan Asia Tenggara], yang memiliki proporsi XFG tertinggi, tidak ada laporan yang menunjukkan bahwa tingkat keparahan penyakit terkait lebih tinggi dibandingkan dengan varian yang beredar lainnya, kata WHO.

    Senada, konsultan epidemiologi di UK Health Security Agency (UKHSA) Dr Alex Allen juga menyebut sejauh ini tidak ada bukti yang menunjukkan varian XFG menyebabkan penyakit yang lebih parah daripada varian sebelumnya.

    “Merupakan hal yang normal bagi virus untuk bermutasi dan berubah seiring waktu,” kata Dr Alex Allen, konsultan epidemiologi di UK Health Security Agency (UKHSA), seraya menambahkan pihaknya terus memantau semua jenis COVID di Inggris, dikutip dari The Independent.

    (suc/suc)

  • Varian Baru COVID ‘Stratus’ Terdeteksi di RI, Punya Gejala Tak Biasa

    Varian Baru COVID ‘Stratus’ Terdeteksi di RI, Punya Gejala Tak Biasa

    Jakarta

    Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes) melaporkan adanya varian baru yang mendominasi di Indonesia, yakni XFG atau disebut ‘Stratus’. Laporan tersebut mencakup hasil pemantauan rutin terhadap penyakit pernapasan, termasuk influenza dan COVID-19, yang dilakukan di 39 Puskesmas, 35 rumah sakit, dan 14 Balai Karantina Kesehatan yang berfungsi sebagai sentinel site.

    Pemantauan dilakukan untuk memonitor tren penyakit, tingkat keparahan gejala, hingga karakteristik molekuler virus yang beredar. Hingga minggu ke-30, total kasus COVID-19 sepanjang tahun 2025 tercatat 291 kasus dari 12.853 spesimen yang diperiksa, menghasilkan positivity rate kumulatif sebesar 2,26 persen. Sementara itu, jumlah kasus yang terdeteksi di lokasi sentinel hingga minggu ke-25 mencapai 82 kasus dari 2.613 spesimen.

    Pada bulan Juni, varian XFG menjadi varian dominan di Indonesia, terdeteksi pada 75 persen spesimen pada bulan Mei dan meningkat menjadi 100 persen pada Juni. Selain itu, varian XEN terdeteksi sebesar 25 persen pada Mei, namun tidak ditemukan pada bulan Juni.

    Varian ini juga memicu peningkatan kasus di beberapa negara, termasuk Inggris, bahkan menjadi strain yang paling dominan di negara tersebut. XFG telah ditetapkan sebagai variant under monitoring (VUM) oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) karena proporsinya yang terus meningkat secara global.

    Adapun XFG adalah varian SARS-CoV-2 rekombinan dari subvarian LF.7 dan LP.8.1.2, dengan sampel pertama dikumpulkan pada 27 Januari 2025.

    Pada bulan Mei, varian Stratus tercatat menyumbang 10 persen dari seluruh kasus COVID-19 di Inggris. Namun, pada pertengahan Juni, angkanya melonjak menjadi 40 persen. Saat ini, terdapat dua subvarian Stratus yang beredar, yaitu XFG dan XFG.3. Meski begitu, hanya varian XFG yang masuk ke dalam daftar VUM.

    Gejala Tak Biasa Varian COVID ‘Stratus’

    Dokter umum di Harley Street sekaligus Pendiri Hannah London Clinic, dr Kaywaan Khan mengatakan Stratus memiliki mutasi spesifik pada protein spike (lonjakan) yang memungkinkannya menghindari antibodi dari infeksi sebelumnya maupun vaksinasi, tidak seperti varian lainnya.

    dr Khan menegaskan Stratus tidak tampak lebih berat atau lebih parah dibandingkan varian sebelumnya. Namun, ada satu gejala yang dinilai cukup khas.

    “Salah satu gejala paling mencolok dari varian Stratus adalah suara serak atau parau,” ujarnya. Ia menambahkan bahwa secara umum, gejala Stratus tergolong ringan hingga sedang.

    Ia juga menyarankan, apabila seseorang mendapatkan hasil tes positif, sebaiknya tetap tinggal di rumah dan menjalani isolasi, karena Stratus merupakan varian yang sangat mudah menular.

    Halaman 2 dari 2

    (suc/suc)

  • Anak-anak Diajak Jadi Pahlawan Iklim lewat AGI 2025, Ini Aksinya

    Anak-anak Diajak Jadi Pahlawan Iklim lewat AGI 2025, Ini Aksinya

    Jakarta, Beritasatu.com – Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) meluncurkan inisiatif Aksi Generasi Iklim (AGI) 2025, Sabtu (26/7/2025), di Taman Ismail Marzuki, Jakarta dalam rangka memperingati Hari Anak Nasional ke-41. Lewat kegiatan “Sehari Bermain Bersama Anak”, pemerintah mengajak anak-anak jadi agen perubahan dalam menghadapi krisis iklim.

    Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Keluarga dan Kependudukan Kemenko PMK Woro Srihastuti Sulistyaningrum menyebut, kegiatan ini lebih dari sekadar bermain, ini adalah momen anak-anak belajar mencintai bumi sejak dini. “Dari tangan merekalah, masa depan yang hijau akan lahir,” ujarnya.

    AGI 2025 merupakan program bersama Kemenko PMK dan Save the Children Indonesia yang bertujuan mendorong partisipasi aktif anak dan remaja dalam aksi iklim. Tahun ini, pendekatan learning through play diusung, menyasar tidak hanya sekolah formal, tetapi juga pesantren dan komunitas.

    Acara melibatkan lebih dari 400 peserta, terdiri dari 270 anak dan 130 orang dewasa dari kementerian/lembaga, mitra pembangunan, korporasi, media, hingga panti sosial dan kelompok anak. Rangkaian kegiatan dibagi dalam dua sesi utama, yaitu peluncuran AGI 2025 dan permainan cerdas iklim serta jelajah selasar permainan dan hiburan interaktif.

    Anak-anak diajak mengenali isu perubahan iklim lewat hal sederhana, yaitu membawa botol minum sendiri, naik transportasi umum, atau menjaga kebersihan sekitar. “Permainan hari ini adalah langkah kecil untuk bumi yang lebih baik,” tegas Lisa.

    Pemerintah menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor. Menurut Lisa, perubahan iklim tak bisa dilawan sendiri. Anak-anak, masyarakat, pemerintah, swasta, akademisi, dan media harus bersatu.

    Acara ini juga diapresiasi sejumlah mitra yang mendukung AGI 2025, seperti Save the Children Indonesia, LEGO Group, BSI, Kemen PPPA, dan Kemendikdasmen karena mendorong pembelajaran iklim yang inklusif dan menyenangkan. “AGI adalah contoh kerja bersama yang menyentuh anak-anak secara kreatif dan bermakna,” ucap Lisa.

    Pemerintah berharap dari AGI 2025 akan lahir generasi peduli iklim, tangguh menghadapi tantangan dan siap mengantar Indonesia menuju masa depan hijau di Indonesia Emas 2045.

    Turut hadir dalam peluncuran ini Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Arifah Fauziah, Dirjen Kesehatan Primer dan Komunitas Kemeneterian Kesehatan (Kemenkes) Maria Endang Sumiwi, serta berbagai perwakilan lintas kementerian dan lembaga.

  • Waspadai COVID ‘Stratus’, Varian Baru yang Kini Dominan di RI

    Waspadai COVID ‘Stratus’, Varian Baru yang Kini Dominan di RI

    Jakarta

    Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes) melalui laporan sistem surveilans penyakit minggu ke-30 mengumumkan adanya peningkatan kasus COVID-19 serta dominasi varian baru di Indonesia.

    Laporan tersebut mencakup hasil pemantauan rutin terhadap penyakit pernapasan, termasuk influenza dan COVID-19, yang dilakukan di 39 Puskesmas, 35 rumah sakit, dan 14 Balai Karantina Kesehatan yang berfungsi sebagai sentinel site. Pemantauan dilakukan untuk memonitor tren penyakit, tingkat keparahan gejala, hingga karakteristik molekuler virus yang beredar.

    Data terbaru menunjukkan peningkatan positivity rate COVID-19, dari 3 persen pada minggu sebelumnya menjadi 9 persen. Per minggu ke-29, dari 205 pemeriksaan, tercatat 15 kasus positif, yang terdiri dari 6 kasus di sentinel ILI (influenza-like illness) dan 9 kasus dari luar sentinel, dengan positivity rate sebesar 7,32 persen.

    Hingga minggu ke-30, total kasus COVID-19 sepanjang tahun 2025 tercatat 291 kasus dari 12.853 spesimen yang diperiksa, menghasilkan positivity rate kumulatif sebesar 2,26 persen. Sementara itu, jumlah kasus yang terdeteksi di lokasi sentinel hingga minggu ke-25 mencapai 82 kasus dari 2.613 spesimen.

    Adapun positif kumulatif tahun 2025 terbanyak dilaporkan di DKI Jakarta, Jawa Timur, Banten, Jawa Barat, Sumatera Selatan, dan DI Yogyakarta. Adapun varian yang kini mendominasi di Indonesia adalah varian baru XFG atau kerap disebut ‘Stratus’.

    “Pada Bulan Juni Varian dominan di Indonesia adalah XFG (75 persen pada Mei, dan 100 persen pada Juni), dan XEN (25 persen pada Mei),” demikian bunyi laporan Kemenkes, dikutip Minggu (27/7/2025).

    Kemenkes RI mengimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap gejala infeksi saluran pernapasan, menerapkan protokol kesehatan dasar, dan segera melakukan pemeriksaan ke fasilitas kesehatan jika mengalami gejala flu berat, batuk, atau demam tinggi. Vaksinasi tetap dianjurkan terutama bagi kelompok rentan.

    “Total kasus COVID-19 dari M1-M30 tahun 2025 sebanyak 291 kasus dari total 12.853 spesimen diperiksa (positivity rate 2,26%). Jumlah kasus COVID-19 pada sentinel site hingga M25 berjumlah 82 kasus dari 2.613 spesimen diperiksa,” tutur Kemenkes.

    (suc/suc)

  • Mantap, RSUP Milik Kemenkes Ini Segera Beroperasi di IKN

    Mantap, RSUP Milik Kemenkes Ini Segera Beroperasi di IKN

    JAKARTA – Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Ibu Kota Nusantara (IKN) siap beroperasi dalam waktu dekat. Rumah sakit ini akan menjadi RS vertikal pertama milik Kementerian Kesehatan (Kemenkes) yang hadir di Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (KIPP) IKN, Kalimantan Timur.

    Sebagai tahap awal operasional, puluhan Aparatur Sipil Negara (ASN) dari Kemenkes mengikuti Induction Program atau pembekalan internalisasi di Kantor Kemenko 1, Nusantara, pada Kamis, 24 Juli.

    Program ini menjadi ajang pengenalan nilai-nilai dasar, arah pembangunan serta tata kelola pemerintahan IKN kepada para ASN yang akan bertugas.

    “Kami akan menjadi pionir dan contoh bagi teman-teman dari kementerian dan lembaga lainnya yang secara bertahap datang berdasarkan prioritas. Saat ini, kami punya saudara baru dari Kementerian Kesehatan yang dapat menjadi contoh dan edukasi cara hidup sehat bagi warga IKN,” ujar Sekretaris Otorita IKN Bimo Adi Nursanthyasto seperti dikutip dari laman resmi IKN, Sabtu, 26 Juli.

    RSUP IKN akan menghadirkan layanan unggulan di bidang jantung dan syaraf. Ketua Pelayanan Medik RSUP IKN Tirta Asprimi Angraen menyampaikan, rumah sakit ini merupakan bagian dari 38 RS pusat milik Kemenkes yang ada di Indonesia dan akan menjadi rumah sakit pusat vertikal pertama di Kalimantan.

    “Kami diterima dengan baik dan begitu hangat, terima kasih atas sambutannya. RSUP ini diharapkan menjadi bagian dari penguatan layanan kesehatan nasional, khususnya di wilayah IKN,” tutur Tirta.

    Adapun pembangunan RSUP IKN menjadi bagian dari strategi Otorita IKN dalam menghadirkan layanan publik inklusif dan setara. Rumah sakit ini tidak hanya ditujukan untuk warga di kawasan KIPP, tetapi juga masyarakat di Sepaku dan wilayah sekitar IKN.

  • Cara Menghitung IMT Anak Usia 5-18 Tahun: Panduan untuk Orang Tua Cerdas

    Cara Menghitung IMT Anak Usia 5-18 Tahun: Panduan untuk Orang Tua Cerdas

    Jakarta

    Orang tua tentu ingin memastikan anak tumbuh sehat dan aktif. Salah satu indikator kesehatan yang sering diabaikan adalah Indeks Massa Tubuh (IMT).

    Dengan memahami dan menghitung IMT anak usia 5-18 tahun, orang tua bisa mengetahui apakah berat badan dan gizi anak dalam kategori yang baik atau tidak. Yuk, pelajari cara menghitung IMT.

    Apa Itu Indeks Massa Tubuh (IMT)?

    Indeks massa tubuh adalah hasil perhitungan berat badan seseorang dibagi dengan kuadrat tinggi badan. Dikutip dari laman Universitas Airlangga, cara ini dikembangkan para ahli untuk mengetahui kisaran berat badan yang sehat sesuai dengan tinggi badan.

    Menurut Permenkes Nomor 2 Tahun 2020 tentang Standar Antropometri Anak, Indeks Massa Tubuh anak usia 5-18 tahun digunakan untuk menentukan kategori gizi buruk, gizi kurang, gizi baik, gizi lebih, dan obesitas.

    Cara Menghitung IMT Anak Usia 5-18 tahun.

    Cara menghitung Indeks Massa Tubuh menurut Kemenkes adalah:

    Berat badan (kg)/Tinggi Badan (m) x Tinggi Badan (m)

    Rumus ini bisa ditunjukkan dengan kg/m2/ IMT dibulatkan dalam satu desimal.
    Jika menggunakan kalkulator dengan tombol (x2) berikut cara mudah menghitungnya:

    Masukkan angka berat badan dalam kgTekan tombol bagiMasukkan angka tinggi badan dalam meterTekan tombol x2. Maka akan muncul tinggi badan dalam kuadratTekan tombol =, maka muncul nilai IMTBulatkan angka IMT menjadi satu desimalKetentuan IMT/U Anak Usia 5-18 Tahun

    Setelah mendapatkan hasil IMT, bagi hasil IMT dengan umur anak. Bandingkan hasil akhir dengan tabel berikut.

    Gizi kurang: -3SD s/d -2SDGizi baik (normal): -2SD s/d +1SDGizi lebih: +1SD s/d +2SDObesitas: >+2SD

    Contoh perhitungan, misalnya IMT anak 10,2 dan umurnya 7 tahun.

    Maka: 10,2:7= 1,45 yang berarti gizi lebih.

    Cara Mencegah Obesitas pada Anak

    Kini obesitas sudah banyak dialami oleh anak-anak. Dikutip dari buku Masalah Status Gizi Lebih Pada Anak Usia Sekolah Dasar Akibat Pandemi oleh Nadiya Ayu Nopihartati, dkk, pencegahan obesitas pada anak usia sekolah bisa dilakukan dengan cara berikut:

    Sering melakukan aktivitas fisik dengan olahraga secara teraturMengonsumsi makanan yang rendah lemak dan sehat, menjaga berat badan anak dengan cara yang sehat.

    Menurut IDAI cara mencegah obesitas bisa dilakukan dengan rumus 5210. Begini penjelasannya:

    5 kali minimal makan buah dan sayur setiap hari. Usahakan buah dan sayur selalu adaAnak tidak boleh duduk lebih dari dua jam. Kebanyakan duduk bisa membuat metabolisme tubuh terganggu dan tidak ada pembakaran kalori.Aktivitas fisik minimal 1 jam per hari yang disesuaikan dengan dengan usia anak0 berarti tidak konsumsi gula tambahan dari manapun

    (elk/kna)

  • Kemenkes Aktifkan Lagi PPDS Anestesi Unpad di RSHS, Jamin Sistem Telah Dibenahi

    Kemenkes Aktifkan Lagi PPDS Anestesi Unpad di RSHS, Jamin Sistem Telah Dibenahi

    Jakarta

    Kementerian Kesehatan bersama dengan Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (Unpad) membuka kembali Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Anestesi di RS Hasan Sadikin Bandung.

    “Kemenkes dan Kemendiktisaintek sepakat untuk memulai kembali program residensi Prodi Anestesi di RSHS. Kemenkes tidak pernah menghentikan program studi, yang dihentikan sementara adalah kegiatan residensinya,” kata Direktur Jenderal Kesehatan Lanjutan Kemenkes Azhar Jaya di Bandung, dikutip dari Antara, Kamis (24/7/2025).

    Prodi anestesi di RSHS sempat dihentikan sementara menyusul kasus pemerkosaan yang melibatkan seorang dokter residen terhadap pasien dan keluarga pasien di rumah sakit tersebut pada Maret 2025.

    Menurut Azhar, kasus kekerasan seksual yang terjadi beberapa waktu lalu telah mencoreng profesi kedokteran dan dunia layanan kesehatan secara umum. Oleh karena itu, kata dia, diperlukan perbaikan sistem yang komprehensif sebelum program dijalankan kembali.

    “Berdasarkan hasil evaluasi Inspektorat Jenderal Kemenkes dan Kemendiktisaintek disimpulkan bahwa RSHS dan FK Unpad telah memenuhi seluruh kewajiban perbaikannya,” kata dia.

    Perbaikan dilakukan mencakup sistem manajemen, tata kelola SOP, hingga sistem penerimaan dan penilaian peserta residensi. Langkah ini bertujuan untuk menjamin keamanan dan kenyamanan pasien serta mencegah kejadian serupa terulang.

    Sementara itu Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (FK Unpad) disebut akan memperketat proses seleksi calon peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS), khususnya bidang anestesi untuk mencegah potensi penyimpangan seksual maupun gangguan kejiwaan.

    “Nanti kami melibatkan psikolog, psikiater, dan sebagainya. Jadi proses psikologis dulu, kalau sudah mengarah ke klinik, baru ke psikiater,” kata Dekan FK Unpad Yudi Mulyana Hidayat.

    Halaman 2 dari 2

    (kna/kna)

  • TNI Dilibatkan Produksi Obat, Wakil Ketua Komisi I DPR: Bukan Dwifungsi ABRI
                
                    
                        
                            Nasional
                        
                        24 Juli 2025

    TNI Dilibatkan Produksi Obat, Wakil Ketua Komisi I DPR: Bukan Dwifungsi ABRI Nasional 24 Juli 2025

    TNI Dilibatkan Produksi Obat, Wakil Ketua Komisi I DPR: Bukan Dwifungsi ABRI
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Wakil Ketua Komisi I
    DPR
    RI,
    Dave Laksono
    menilai bahwa pelibatan
    TNI
    dalam memproduksi obat-obatan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (
    BPOM
    ), bukan bentuk dwifungsi ABRI atau TNI.
    Diketahui, Kementerian Pertahanan (Kemenhan) menggandeng BPOM untuk mewujudkan kebijakan obat murah dengan harga 50 persen dari harga pasaran.
    “Saya rasa tidak ya. Saya rasa tidak (masuk dwifungsi ABRI),” kata Dave di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (24/7/2025), dikutip dari
    Antaranews
    .
    Menurut Dave, apa yang dilakukan TNI tersebut masuk ke cakupan tugas TNI dalam menjalankan Operasi Militer Selain Perang (OMSP).
    “Karena kan TNI memiliki Operasi Militer Perang, dan Operasi Militer Selain Perang, ini bisa masuk ke kategori tersebut (OMSP),” ujarnya.
    Hanya saja, Dave mengingatkan bahwa kerja sama BPOM dan TNI tersebut harus dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundangan-undangan yang mengatur tentang standar kesehatan di Indonesia.
    “Jadi kesepakatan itu selama dijalankan sesuai dengan aturan dan undang-undang dan standar kesehatan Indonesia, ya itu sangat baik,” katanya.
    Apalagi, Dave menyebut, TNI memiliki sejumlah laboratorium farmasi yang dapat memproduksi obat dalam jumlah besar untuk masyarakat melalui rumah sakit-rumah sakit militer yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia.
    “TNI memiliki kapasitas pabrik-pabrik yang besar dan juga memiliki rumah sakit yang cukup banyak tersebar di seantero nusantara yang memang membutuhkan obat untuk melayani masyarakat,” ujarnya.
    Sebagaimana diberitakan, Menteri Pertahanan (Menhan) Sjafrie Sjamsoeddin mengatakan, Kemenhan menggandeng BPOM untuk mewujudkan kebijakan obat murah.
    Menurut Sjafrie, produksi obat saat ini sudah berjalan dan beberapa sudah disalurkan melalui Satkes Koperasi Merah Putih.
    “Tapi langkah berikut, nanti menjelang 5 Oktober, kita akan produksi massal obat-obatan dan kita akan kirim ke desa-desa dengan harga 50 persen lebih murah dari harga pasaran,” kata Menhan saat melakukan penandatanganan nota kesepahaman antara Kemenhan, Kemenkes, dan BPOM di Kantor Kemenhan pada 23 Juli 2025.
    Dia juga menyebut, jika memungkinkan obat-obatan ini akan disalurkan juga melalui mekanisme Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.
    “Kalau bisa, resep itu bisa di-
    endorse
    lewat BPJS dan di-reimburs di Kementerian Keuangan. Ini harapan kita,” ujarnya.
    Dalam kesempatan yang sama, Kepala BPOM Taruna Ikrar mengatakan, pihaknya bakal mengawasi dan memberikan pendampingan terkait pembuatan obat tersebut.
    Pendampingan tersebut terkait dengan kualfikasi dan kompetensi kemampuan prajurit TNI yang akan dilibatkan dalam pabrik obat tersebut.
    “Jelas sesuai dengan standar untuk TNI memenuhi syarat untuk itu, dengan suatu model, seperti manufakturing praktisnya nanti laboratorium-laboratoriumnya dan standar produsennya, kita akan sertifikasi. Sertifikasi dalam konteks yang disebut cara pembuatan obat,” katanya.
    Sementara itu, Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Muhammad Ali menyatakan bahwa jajarannya siap memberikan dukungan program produksi obat murah tersebut.
    Bahkan, menurut dia, Laboratorium Farmasi TNI Angkatan Laut (Lafial) sudah siap jika diminta untuk bergabung memproduksi obat murah tersebut.
    “Jadi Lafial sudah siap, apabila nanti bergabung, digabungkan (untuk produksi obat) di bawah Kemenhan semua,” kata KSAL di Markas Marinir Cilandak, Jakarta Selatan, Kamis (24/7/2025).
    Ali mengungkapkan, saat ini Lafial sudah memproduksi beberapa obat yang dikonsumi untuk internal prajurit TNI AL.
    Selain itu, dia juga menyebut sudah ada dua Lafial yang disiapkan dalam program tersebut, yakni di Pejempongan dan Bendungan Hilir.
    “Nanti akan ditingkatkan dan direnovasi, diperbesar, dan itu semua dukungannya dari Kementerian Pertahanan,” ujar KSAL.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Kemenkes Ingatkan Bahaya Konsultasi via ChatGPT, AI Tak Mampu Gantikan Dokter

    Kemenkes Ingatkan Bahaya Konsultasi via ChatGPT, AI Tak Mampu Gantikan Dokter

    Bisnis.com, JAKARTA— Maraknya penggunaan ChatGPT untuk konsultasi kesehatan menuai perhatian serius dari Kementerian Kesehatan. 

    Meski teknologi tersebut dapat membantu dalam memberikan informasi awal, para ahli mengingatkan ChatGPT tak bisa menggantikan peran dokter, terutama dalam hal diagnosis dan penanganan medis yang tepat. 

    Staf Ahli Bidang Teknologi Kesehatan sekaligus Ketua Tim Transformasi Teknologi dan Digitalisasi Kesehatan (TTDK) Kementerian Kesehatan RI, Setiaji, mengatakan salah satu sorotan utamanya adalah lokasi dan sumber data yang digunakan oleh AI seperti ChatGPT.

    “Pertama, ChatGPT ini datanya tidak ada di Indonesia, jadi kita harus aware. Kami sangat concern bagaimana menyiapkan konsultasi berbasis seperti ChatGPT, tapi dengan data yang ada di Indonesia,” kata Setiaji dalam acara Building Trust in Healthcare AI yang digelar oleh Philips di Jakarta pada Rabu (23/7/2025). 

    Dia menambahkan, sudah ada inisiatif lokal seperti Sahabat AI yang dibangun bersama beberapa mitra teknologi di Indonesia dan memanfaatkan basis data lokal serta bahasa Indonesia. 

    Solusi ini dinilai lebih relevan dibanding pencarian informasi bebas di internet yang belum tentu akurat dan terverifikasi.

    Namun demikian, Setiaji mengakui saat ini belum ada alternatif yang cukup kuat untuk menandingi AI global seperti ChatGPT. Oleh sebab itu, langkah yang paling memungkinkan adalah meningkatkan edukasi kepada masyarakat.

    “Kita belum bisa mencegah masyarakat untuk menggunakan [ChatGPT], karena belum ada alternatifnya. Tapi yang paling penting adalah edukasi bahwa tetap harus konsultasi ke dokter. Kita belum tahu sejauh apa knowledge yang dimiliki AI, dan dokter selalu mengikuti perkembangan diagnostik,” kata Setiaji.

    Dia juga mengingatkan gejala penyakit sering kali bersifat kompleks dan tidak bisa disimpulkan hanya dari satu keluhan. Misalnya, keluhan pusing belum tentu berasal dari kepala bisa jadi berkaitan dengan organ lain. 

    Hal semacam ini membutuhkan pemeriksaan mendalam yang hanya bisa dilakukan oleh tenaga medis profesional. Dalam hal penerapan teknologi, Setiaji menekankan pentingnya dua indikator utama: sensitivitas dan akurasi. 

    Sensitivitas berkaitan dengan kemampuan AI mendeteksi berbagai jenis penyakit, sedangkan akurasi mengukur seberapa tepat diagnosis yang dihasilkan. Faktor lain seperti kualitas gambar juga sangat memengaruhi hasil diagnosis berbasis AI.

    “Kalau image-nya blur, hasil diagnosis tentu akan menurun. Jadi dua alat ukur itu, sensitivitas dan akurasi sangat penting dalam menilai efektivitas teknologi kesehatan,” ungkapnya.

    Tak kalah penting, Setiaji menyoroti aspek keamanan data pasien. Menurutnya, sistem berbasis digital harus menerapkan prinsip shared responsibility atau tanggung jawab bersama antara rumah sakit dan pasien. Jika kebocoran data berasal dari individu, misalnya karena password yang mudah ditebak, maka individu itu yang bertanggung jawab. 

    Namun jika kebocoran terjadi di sisi institusi, maka rumah sakit harus menanggung akibatnya.

    “Yang penting adalah ada backup, sistem enkripsi, dan penerapan standar keamanan seperti ISO. Kalau datanya diambil tapi sudah dienkripsi, tetap tidak bisa dibuka,” ujarnya.

    Senada dengan itu, Direktur Utama Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah (RSJPD) Harapan Kita, Iwan Dakota, menekankan bahwa AI hanyalah alat bantu, bukan pengganti dokter.

    “AI adalah mitra kami untuk membantu menegakkan diagnosis dan menuntun ke arah terapi. Tapi tidak bisa dipercaya 100% dan tidak menggantikan dokter,” katanya.

    Menurut Iwan, risiko paling besar dari penggunaan AI seperti ChatGPT untuk konsultasi kesehatan adalah misdiagnosis dan misinterpretasi. Kondisi ini bisa berujung fatal karena pasien bisa saja merasa dirinya sehat berdasarkan jawaban AI, padahal sebenarnya tengah mengidap penyakit serius yang harus segera ditangani.

    Karena itu, menurut Iwan, penting bagi tenaga medis dan teknologi untuk saling melengkapi. 

    “Human and machine [manusia dan mesin] kombinasi dua hal itu yang terbaik. Kalau salah satu hilang, kita tidak bisa dapat hasil yang optimal,” pungkasnya.

  • Kemenkes Segera Uji Coba Layanan Kesehatan Berbasis AI dan Regulatory Sandbox

    Kemenkes Segera Uji Coba Layanan Kesehatan Berbasis AI dan Regulatory Sandbox

    Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah menyiapkan terobosan baru berupa layanan Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence/AI) untuk tindakan preventif terhadap penyakit, dan juga Regulatory Sandbox untuk pengujian layanan.

    Layanan AI tersebut salah satunya mencakup skrining digital diabetes mellitus dan hipertensi yang memungkinkan masyarakat Indonesia melakukan skrining awal yang terjangkau dan fleksibel secara waktu dan tempat. 

    Inisiatif tersebut dilaksanakan mengingat diabetes mellitus dan hipertensi merupakan 2 dari 10 penyebab utama kematian di Indonesia. Keduanya seringkali tidak disadari oleh orang yang berisiko mengidapnya, dan alat tesnya pun relatif mahal.

    Selain inovasi preventif itu, ada juga Toolkit Prediksi dan Perencanaan Malaria (MPPT), sebagai upaya pengendalian dan pencegahan Malaria. 

    MPPT memanfaatkan data dari berbagai sumber, termasuk pola cuaca, faktor lingkungan, dan data historis kejadian malaria yang dipadukan dengan model AI, toolkit ini akan memberikan wawasan kepada pejabat kesehatan dan peneliti terkait potensi wabah di masa depan.

    “Untuk Sandbox kami, nantinya akan berfungsi untuk menguji regulasi, memperluas pemanfaatan produk, dan mengembangkan inovasi sebelum nantinya produk kesehatan diluncurkan,” jelas Staf Ahli Bidang Teknologi Kesehatan Kemenkes, Setiaji tentang Regulatory Sandbox, di Jakarta (23/07/25).

    Dia juga mengatakan, sejak 2024, Sandbox milik Kemenkes tersebut sudah mengakomodir enam klaster kesehatan yaitu medical education, medical diagnosis, patient solutions, online marketplace, tele kesehatan, dan wellness wearable/devices.

    Untuk masa mendatang, Kemenkes juga akan melakukan sejumlah uji coba layanan AI preventif lainnya dalam rangka revolusi diagnostik dan jalur pengobatan. Layanan ini akan berfokus pada imaging, atau analisis hasil pemeriksaan seperti X-Ray, Ultrasonografi (USG), dan Magnetic Resonance Imaging (MRI).

    “Contohnya dapat dilihat pada layanan CT Scan Otak untuk kondisi sistem saraf di RSPON Mahar Mardjono. Selain itu, kami juga sedang engembangkan fitur chat AI Large Language Model (LLM) khusus di bidang kesehatan,” kata Setiaji.

    Untuk strategi khusus terkait validasi AI di bidang kesehatan, Kemenkes akan membentuk Kelompok Kerja (POKJA) khusus AI, yang berisikan para tenaga medis, pakar di universitas, dan bisnis startup kesehatan, yang berfokus pada pembentukan regulasi.

    Sebelumnya, layanan SatuSehat sudah terlebih dahulu diluncurkan oleh Kemenkes. Aplikasi yang sebelumnya bernama PeduliLindungi tersebut menjadi platform pendukung layanan kesehatan yang terintegrasi, serta memiliki aksesibilitas yang mudah.

    SatuSehat memungkinkan penggunanya mengakses data kesehatan baik publik, maupun yang pribadi tanpa khawatir akan keamanannya, bahkan juga mampu difungsikan untuk melihat rekam medis.

    Pemerintah berharap dengan semua inovasi yang akan diterapkan, nantinya akan muncul AI healthcare specialist di masa mendatang, dan juga mampu mewadahi inovator dengan AI yang tersentralisasi. (Muhamad Rafi Firmansyah Harun)