Kementrian Lembaga: Kemenkes

  • Apa Kabar Rencana Pemindahan ASN ke IKN? Ini Kata Bos Otorita

    Apa Kabar Rencana Pemindahan ASN ke IKN? Ini Kata Bos Otorita

    Bisnis.com, JAKARTA — Kepala Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN), Basuki Hadimuljono memastikan pemerintah bakal melanjutkan rencana pemindahan Aparatur Sipil Negara (ASN) dari Jakarta ke Ibu Kota Nusantara (IKN).

    Dalam penjelasannya, Basuki menegaskan bahwa Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN-RB) saat ini telah merancang pemindahan ASN dari 15 Kementerian dan Lembaga (K/L).

    “Kementerian PAN-RB telah merancang pemindahan aparatur sipil negara dari 15 kementerian ke IKN dalam waktu dekat, sebagai bagian dari strategi pemindahan bertahap instansi pusat ke Nusantara,” kata Basuki dalam keterangan resmi, Kamis (31/7/2025).

    Adapun saat ini, tambah Basuki, sebanyak 1.170 ASN Otorita Ibu Kota Nusantara telah resmi pindah ke IKN. Di mana, ribuan ASN pionir itu bertempat tinggal di hunian ASN yang telah dibangun oleh Kementerian PU.

    Selain itu, Basuki menyebut bahwa terdapat 109 karyawan dari Rumah Sakit Kementerian Kesehatan (Kemenkes) yang juga telah bekerja dan tinggal di kawasan IKN. 

    Kehadiran ASN juga diperkuat dengan perpindahan karyawan dari berbagai lembaga negara dan kementerian seperti Bank Indonesia, Badan Intelijen Negara (BIN), Kementerian Pekerjaan Umum, serta Kementerian Perumahan dan Kawasan Permukiman, termasuk balai-balai teknis di bawah Kementerian PU.

    Dengan demikian, Basuki menegaskan pemindahan ASN akan terus berlanjut sesuai rencana strategis yang telah ditetapkan pemerintah.

    Sebelumnya, KemenPAN-RB memastikan bakal memberikan tunjangan atau insentif khusus bagi Aparatur Sipil Negara (ASN) yang pindah perdana ke Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara.

    Menteri PAN RB, Rini Widyanti menjelaskan bahwa wacana pemberian insentif itu diperlukan guna mendorong minat para ASN lain untuk turut pindah ke IKN. 

    “Pegawai ASN yang dipindah pada tahap pertama tentunya perlu diberikan tunjangan khusus. Ini untuk mendorong ASN yang lain ikut bisa stimulan untuk mau pindah ke IKN,” kata Rini dalam RDP Bersama Komisi II DPR RI, Selasa (22/4/2025). 

    Namun demikian, Rini belum dapat merinci kapan tepatnya pemindahan ASN gelombang perdana tersebut bakal dilakukan. Pasalnya, hingga saat ini pihaknya masih melakukan harmonisasi ulang lantaran terdapat perubahan Kementerian dan Lembaga (K/L) antara Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Presiden Prabowo Subianto.

    Rini menjelaskan, saat ini Kementerian PAN-RB tengah melakukan pendataan ulang dan menyeleksi kembali jajaran ASN yang bakal dipindahkan ke IKN. Menurutnya, proses ini selambat-lambatnya bakal rampung 2026. 

  • Kemenkes Persiapkan CKG Khusus Pelajar, Kalau Nggak Sekolah Gimana?

    Kemenkes Persiapkan CKG Khusus Pelajar, Kalau Nggak Sekolah Gimana?

    Jakarta

    Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI bakal meluncurkan program cek kesehatan gratis (CKG) khusus anak-anak pada 4 Agustus 2025, yang akan dilakukan di sekolah. Ini merupakan program lanjutan program CKG yang sudah dimulai pertama kali pada Februari 2025.

    Meski program ini nantinya akan dikhususkan pada siswa-siswi sekolah, anak-anak yang tidak bersekolah tetap bisa melakukan pemeriksaan kesehatan gratis, tapi melalui puskesmas seperti CKG masyarakat umum.

    “Nah, yang tidak sekolah seperti apa? Yang tidak sekolah hadir ke puskesmas untuk diperiksa,” kata Direktur Jenderal Kesehatan Primer dan Komunitas Kemenkes RI, dr Maria Endang Sumiwi, MPH dalam konferensi pers, Kamis (31/7/2025).

    Program CKG khusus anak sekolah akan dilaksanakan secara serentak di seluruh Indonesia dan ditargetkan selesai pada Desember 2025. Jadwal CKG untuk tiap sekolah bakal menyesuaikan ketersediaan waktu dari sekolah dan puskesmas.

    Berkaitan dengan tenaga sumber daya manusia, Endang menuturkan tenaga medis dari puskesmas sudah cukup untuk menjalankan program ini. Tenaga dari puskesmas pembantu (pustu) juga akan dikerahkan bila di wilayah pemeriksaan tersedia.

    “Kita membutuhkan setidaknya empat dalam sekali pemeriksaan, itu dua dari puskesmas, dan dua dari sekolah. Kita sudah simulasikan dan kita sudah hitung seluruhnya itu bisa sampai selesai 194 hari, itu kalau setiap hari puskesmasnya datang, tapi kita tentu sesuai dengan jadwal puskesmas dan jadwal sekolah,” tandas Endang.

    Adapun berikut ini adalah daftar pemeriksaan yang akan didapatkan di CKG khusus anak sekolah.

    Kelompok Sekolah Dasar – SD (7-12 tahun)Status giziMerokok (kelas 5-6)Tingkat aktivitas fisik (kelas 4-6)Tekanan darahGula darahTuberkulosis (TBC)TelingaMataGigiJiwaHati (Hepatitis B)Kesehatan reproduksi (kelas 4-6)Riwayat imunisasi (kelas 1)Kelompok Sekolah Menengah Pertama – SMP (13-15 tahun)Status giziMerokokTingkat aktivitas fisikTekanan darahGula darah (kelas 7)Tuberkulosis (TBC)TalasemiaAnemia (kelas 7)TelingaMataGigiJiwaHati (Hepatitis B dan C)Kesehatan reproduksiRiwayat imunisasi HPV (kelas 9 putri)Kelompok Sekolah Menengah Atas – SMA (16-17 tahun)Status giziMerokokTingkat aktivitas fisikTekanan darahGula darahTuberkulosis (TBC)TalasemiaAnemia (kelas 10 putri)TelingaMataGigiJiwaHati (Hepatitis B dan C)Kesehatan reproduksi

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video: Warga yang Ultah Januari Bisa Cek Kesehatan Gratis Sampai April”
    [Gambas:Video 20detik]
    (avk/kna)

    Cek Kesehatan Anak Sekolah

    9 Konten

    Pemerintah telah melakukan program Cek Kesehatan Gratis (CKG) di 72 Sekolah Rakyat, dengan lebih dari 7.000 anak yang telah diperiksa. Mulai pekan depan, Senin (4/8/2025), pemeriksaan akan dilakukan secara serentak untuk seluruh anak usia sekolah.

    Konten Selanjutnya

    Lihat Koleksi Pilihan Selengkapnya

  • Termasuk Kesehatan Mental, Ini Daftar Cek Kesehatan Gratis Anak SD hingga SMA

    Termasuk Kesehatan Mental, Ini Daftar Cek Kesehatan Gratis Anak SD hingga SMA

    Jakarta

    Direktur Jenderal Kesehatan Primer dan Komunitas Kemenkes RI, dr Maria Endang Sumiwi, MPH merinci total ada 53.844.419 anak yang disasar mendapatkan cek kesehatan gratis, dimulai sejak Agustus 2025.

    CKG pada usia sekolah dilakukan pada seluruh jenjang mulai dari SD, SMP, hingga SMA dan juga melibatkan siswa-siswi di pesantren. Proporsi terbanyak penerima cek kesehatan gratis ada di SD dengan total target sasaran sekitar 28 juta, disusul SMP 13 juta dan SMA 12 juta.

    Pemerintah juga membuka cek kesehatan gratis bagi anak disabilitas di Sekolah Luar Biasa (SLB) dengan total sasaran 161 ribu anak. Sekolah rakyat, yang dinaungi Kementerian Sosial juga mendapatkan manfaat cek kesehatan gratis di setidaknya 9 ribu anak.

    Apa Saja Pemeriksaan yang Dilakukan?

    Bergantung pada setiap jenjang sekolah, berikut pemeriksaan atau cek kesehatan gratis yang dilakukan:

    Sekolah dasar (usia 7-12 tahun):

    status gizi anakperilaku yang berisiko seperti merokok (kelas 5 dan 6)tingkat aktivitas fisik (kelas 406)tekanan darahgula darahtuberkulosistelingamatagigijiwahepatitis Bkesehatan reproduksiriwayat imunisasi (kelas I)

    SMP (usia anak 13-15 tahun):

    status gizimerokoktingkat aktivitas fisiktekanan darahgula darah (kelas 7)tuberkulosistalasemiaanemia (kelas 7)telingamatagigijiwahepatitis B dan Ckesehatan reproduksiriwayat imunisasi HPV (kelas 9 putri)

    SMA (16-17 tahun):

    status gizimerokoktingkat aktivitas fisiktekanan darahgula darahtuberkulosistalasemiaanemia remaja putritelingamatagigijiwahepatitis B dan Ckesehatan reproduksi

    Bagaimana Alur Pemeriksaan?

    Sekitar sepekan sebelum cek kesehatan gratis dimulai, para siswa maupun orangtua siswa sudah diberikan terlebih dulu kuesioner untuk mengisi data awal riwayat kesehatan.

    Hasil kuesioner tersebut akan diberikan kepada puskesmas sebagai data awal.

    “Persiapannya sudah mulai sejak 7 hari sebelum pelaksanaan jadi sudah diberikan kuesioner terlebih dahulu pada ortu siswa dan juga ada koordinasi antara puskesmas dengan sekolah maupun madrasah maupun pesantren tentang pelaksanaannya,” tuturnya dalam konferensi pers Kamis (31/7/2025).

    “Pelaksanaan hari apa, kebutuhannya apa, itu diidentifikasi terlebih dulu antara puskesmas dengan sekolah. Orangtua anak SD diberikan kuesioner, SMP dan SMA diisi sendiri,” lanjutnya.

    Barulah dua hari sebelum cek kesehatan gratis, puskesmas dan sekolah menyepakati total jumlah peserta didik yang melakukan CKG dan lokasi yang dipilih.

    “Puskesmas-nya sudah siap, setelah melihat kuesioner, kita butuh membawa bahan medis habis pakainya apa saja, sesuai dengan hasil kuesionernya,” pungkasnya.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video: 3 Penyakit Tertinggi di Cek Kesehatan Gratis Sekolah Rakyat”
    [Gambas:Video 20detik]
    (naf/kna)

    Cek Kesehatan Anak Sekolah

    9 Konten

    Pemerintah telah melakukan program Cek Kesehatan Gratis (CKG) di 72 Sekolah Rakyat, dengan lebih dari 7.000 anak yang telah diperiksa. Mulai pekan depan, Senin (4/8/2025), pemeriksaan akan dilakukan secara serentak untuk seluruh anak usia sekolah.

    Konten Selanjutnya

    Lihat Koleksi Pilihan Selengkapnya

  • Skrining Jiwa Masuk Daftar CKG, Menkes Sebut Banyak Anak Alami Masalah Kecemasan

    Skrining Jiwa Masuk Daftar CKG, Menkes Sebut Banyak Anak Alami Masalah Kecemasan

    Jakarta

    Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menuturkan pihaknya akan meluncurkan program cek kesehatan gratis (CKG) khusus untuk anak sekolah. Program yang rencananya dimulai pada 4 Agustus 2025 ini, diharapkan bisa mengakselerasi jumlah orang yang memanfaatkan program CKG yang sudah ada sebelumnya.

    Seperti yang diketahui, program CKG umum pertama kali diluncurkan pada Februari 2025. Sejak saat itu, program CKG sudah menjangkau sekitar 16,4 juta orang, dengan rata-rata 280-300 ribu orang tiap hari.

    Salah satu yang menjadi fokus dalam CKG khusus anak sekolah adalah kondisi kesehatan jiwa. Menurut Menkes, masalah kesehatan jiwa juga rentan dialami anak sekolah.

    “Cek kesehatan gratis di sekolah ini juga memperkenalkan cek kesehatan jiwa. Karena banyak selama ini kita tidak bisa mengidentifikasi kalau ada masalah kejiwaan di anak-anak kita,” kata Menkes dalam jumpa pers secara daring, Kamis (31/7/2025).

    Menurutnya, ada beberapa faktor yang mungkin dapat meningkatkan risiko masalah kesehatan mental pada anak-anak. Salah satunya, penggunaan gadget yang berlebihan, sehingga meningkatkan risiko kecemasan.

    Diharapkan pemeriksaan kejiwaan ini bisa menjadi salah satu langkah preventif untuk mencegah problem yang lebih besar.

    “Kita melihat bahwa cukup banyak yang juga mengalami kecemasan, depresi, mungkin kebanyakan liat gadget, jadi baca sosial media segala macam, nah itu yang sekarang kita mulai ukur,” tambah Menkes.

    Meski, cek kesehatan gratis khusus anak sekolah baru diluncurkan pada 4 Agustus 2025, Menkes menuturkan program ini sudah mulai dilaksanakan di sekolah rakyat. Ada sekitar 7 ribuan siswa-siswi dari 72 sekolah rakyat yang terlibat.

    Dari hasil pemeriksaan, Menkes mengungkapkan masalah kesehatan gigi dan anemia menjadi beberapa penyakit banyak ditemukan.

    “Jadi saya terkejut ternyata banyak anak-anak kita yang memiliki masalah gigi, mata, selain juga anemia, kurang darah, tekanan darah, dan ada beberapa penyakit menular lain seperti TBC (tuberkulosis),” tandasnya.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video: Cara Kemenkes Beri Perhatian Khusus Kasus Bipolar-Skizofrenia”
    [Gambas:Video 20detik]
    (avk/kna)

    Cek Kesehatan Anak Sekolah

    9 Konten

    Pemerintah telah melakukan program Cek Kesehatan Gratis (CKG) di 72 Sekolah Rakyat, dengan lebih dari 7.000 anak yang telah diperiksa. Mulai pekan depan, Senin (4/8/2025), pemeriksaan akan dilakukan secara serentak untuk seluruh anak usia sekolah.

    Konten Selanjutnya

    Lihat Koleksi Pilihan Selengkapnya

  • Skrining Jiwa Masuk Daftar CKG, Menkes Sebut Banyak Anak Alami Masalah Kecemasan

    Menkes Ungkap Masalah Kesehatan Paling Banyak di Usia Anak Sekolah

    Jakarta

    Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan pihaknya telah melakukan cek kesehatan gratis (CKG) di 72 Sekolah Rakyat berasrama yang berada di bawah naungan Kementerian Sosial. Hingga saat ini, sebanyak 7.000 lebih anak telah diperiksa.

    Dari hasil pemeriksaan tersebut, Menkes menyoroti sejumlah temuan penting masalah kesehatan pada anak sekolah. Salah satunya adalah tingginya angka masalah kesehatan gigi pada anak-anak sekitar 49 persen.

    Selain gigi, Menkes hasil cek kesehatan gratis menunjukkan banyak anak sekolah yang mengalami masalah mata, anemia atau kekurangan darah, tekanan darah, hingga beberapa penyakit menular seperti Tuberkulosis atau TBC.

    “Saya juga terkejut ternyata banyak anak-anak kita yang memiliki masalah gigi,” ucapnya dalam konferensi pers terkait Kick off Cek Kesehatan Gratis Sekolah, Kamis (31/7/2025).

    Menkes juga mengatakan pihaknya mulai memperkenalkan cek kesehatan jiwa untuk anak-anak sekolah. Langkah ini dilakukan karena selama ini gangguan psikologis pada anak kerap tidak teridentifikasi dengan baik.

    “Yang menarik, kami juga mulai memperkenalkan cek kesehatan jiwa. Selama ini, banyak yang tidak menyadari adanya gangguan kecemasan atau depresi pada anak. Ternyata cukup banyak yang mengalami, mungkin karena pengaruh gadget, media sosial, dan sebagainya. Ini sekarang mulai kami ukur,” ujar Menkes.

    Di sisi lain, pemerintah akan meluncurkan program cek kesehatan gratis (CKG), dilakukan secara serentak untuk seluruh usia anak sekolah mulai pekan depan, Senin, 4 Agustus 2025, bertepatan dengan tahun ajaran baru.

    CKG ini juga diharapkan bisa dilakukan rutin pada 280 juta jiwa setiap tahun. Saat ini, program CKG sudah menjangkau 16,4 juta orang, dengan rata-rata 280 ribu hingga 300 ribu orang per hari. Artinya, dalam satu bulan, ada tambahan sekitar 6 sampai 7 juta warga yang telah mengakses layanan ini.

    (suc/naf)

  • CKG Anak Sekolah Dimulai Pekan Depan, Ada Layanan Cek Kesehatan Mental

    CKG Anak Sekolah Dimulai Pekan Depan, Ada Layanan Cek Kesehatan Mental

    Jakarta

    Pemerintah meluncurkan program cek kesehatan gratis (CKG), dilakukan secara serentak untuk seluruh usia anak sekolah mulai pekan depan, Senin, 4 Agustus 2025, bertepatan dengan tahun ajaran baru. Program ini merupakan bagian dari quick win Presiden RI Prabowo Subianto dan dengan jangkauan paling luas ke masyarakat lantaran sasarannya adalah seluruh populasi Indonesia.

    CKG diharapkan bisa dilakukan rutin pada 280 juta jiwa setiap tahun. Saat ini, program CKG sudah menjangkau 16,4 juta orang, dengan rata-rata 280 ribu hingga 300 ribu orang per hari. Artinya, dalam satu bulan, ada tambahan sekitar 6 sampai 7 juta warga yang telah mengakses layanan ini.

    “Ini program quick win Bapak Presiden yang cakupannya paling luas. Kita ingin agar seluruh masyarakat Indonesia mendapatkan akses layanan kesehatan dasar secara gratis setiap tahunnya,” ujar Menkes dalam konferensi pers, Kamis (31/7/2025).

    Untuk mempercepat perluasan cakupan di usia anak sekolah, CKG dilakukan mulai dari SD, SMP, SMA, hingga madrasah di bawah Kementerian Agama serta sekolah rakyat di bawah Kementerian Sosial.

    Seperti diberitakan sebelumnya, CKG dilakukan terlebih dulu di sekolah rakyat, pada 72 sekolah, mencakup 7.000-an siswa.

    Hasil awal menunjukkan masalah kesehatan utama pada anak sekolah adalah kesehatan gigi, persoalan gigi menjadi temuan paling banyak. Disusul oleh gangguan penglihatan, anemia atau kekurangan darah, dan penyakit menular seperti TBC.

    Menkes juga menyoroti pentingnya skrining kesehatan jiwa di kalangan generasi muda. Pasalnya, masalah mental pada anak muda masih sulit ditemui. Padahal, banyak di antara mereka mengalami kecemasan dan depresi.

    “Kita juga mulai menyentuh aspek kesehatan jiwa, yang selama ini sulit terdeteksi. Ternyata cukup banyak anak yang mengalami kecemasan dan depresi, kemungkinan besar akibat terlalu sering terpapar gawai dan media sosial. Ini pun mulai kita ukur dan tindak lanjuti,” jelas Menkes.

    Dengan peluncuran program CKG di sekolah, pemerintah berharap akses layanan kesehatan semakin merata dan berkelanjutan, serta menjadi fondasi penting menuju masyarakat Indonesia yang lebih sehat secara fisik dan mental. Sasaran pada anak sekolah berkisar 53 juta.

    (naf/kna)

  • Pentingnya Nutrisi Ibu Hamil di Balik Masih Tingginya Stunting di Indonesia

    Pentingnya Nutrisi Ibu Hamil di Balik Masih Tingginya Stunting di Indonesia

    Jakarta

    Meski upaya percepatan penurunan stunting telah dilakukan secara masif, angka stunting di Indonesia relatif masih tinggi, yaitu 19,8 persen pada 2024, turun tipis dari 21,5 persen di 2023. Bila dirinci, sekitar 4,4 juta balita masih mengalami gangguan pertumbuhan ini.

    Hal yang kemudian mencemaskan, kasus stunting paling banyak terjadi setelah bayi memasuki usia 12 bulan, masa transisi dari ASI eksklusif ke makanan pendamping.

    Walau lebih banyak terjadi di rentang usia tersebut, Ketua Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) Prof Dr dr Yudi Mulyana Hidayat SpOG menekankan pemicu stunting tidak terjadi dalam hitungan hari maupun satu dan dua bulan. Asupan nutrisi dalam 1.000 hari pertama kehidupan (HPK) punya pengaruh yang signifikan, termasuk ketika janin berada dalam kandungan.

    Faktanya, hampir 80 persen ibu hamil di Indonesia mengalami anemia, kondisi kekurangan sel darah merah yang menyebabkan pasokan oksigen dan nutrisi dari ibu ke janin terganggu.

    “Anemia itu kekurangan darah. Padahal darah adalah media utama pengantar nutrisi dari ibu ke janin. Kalau ‘pengantarnya’ buruk, pertumbuhan janin otomatis terhambat, berdampak pada perkembangan bayi yang risikonya berpotensi ke stunting dan kondisi bayi berat lahir rendah (BBLR),” ujar Prof Yudi saat ditemui detikcom di Bandung, Jumat (17/7/2025).

    Pencegahan stunting sejak kehamilan sangat penting karena stunting dapat menyebabkan dampak jangka panjang yang serius pada pertumbuhan dan perkembangan anak, baik secara fisik maupun kognitif.

    Dampak ini termasuk pertumbuhan fisik yang terhambat, keterlambatan perkembangan otak, penurunan fungsi kognitif, serta peningkatan risiko penyakit kronis di kemudian hari. Oleh karena itu, intervensi gizi dan kesehatan yang optimal sejak masa kehamilan sangat krusial untuk mencegah stunting dan memastikan anak tumbuh dan berkembang secara optimal.

    Pertumbuhan janin dipengaruhi secara signifikan oleh status gizi ibu sejak trimester pertama. Pada masa ini, organ-organ penting, termasuk otak, mulai terbentuk. Kekurangan gizi pada periode ini bisa menyebabkan keterlambatan perkembangan otak dan sistem saraf bayi.

    “Kalau saat pembentukan otak saja gizinya tidak cukup, bagaimana otaknya bisa berkembang optimal? Ini berdampak jangka panjang pada kecerdasan anak,” lanjutnya.

    Pada trimester kedua dan ketiga, terjadi proses perkembangan dan pematangan organ, seperti hati, paru-paru, dan ginjal. Jika kebutuhan nutrisi lagi-lagi tidak tercukupi, bayi bisa mengalami kondisi berat badan lahir rendah (BBLR), dan dalam jangka panjang masuk kategori stunting.

    Banyak ibu hamil di Indonesia menurutnya mengalami hiperemesis gravidarum, yaitu mual dan muntah parah di awal kehamilan. Ini disebabkan oleh tingginya hormon beta-HCG. Walhasil, sulit makan dan minum, sehingga asupan protein juga kalori menurun drastis.

    Padahal, protein sangat penting untuk pembentukan sel-sel tubuh dan otak bayi. Oleh karena itu, ibu hamil perlu mengonsumsi sumber protein hewani dan nabati secara seimbang, yang tidak melulu didapatkan dari satu sumber.

    “Protein dibutuhkan untuk pertumbuhan otak bayi, pertumbuhan badan bayi, dan lain sebagainya. Kalau asupan ini kurang, tentu pertumbuhan bayi jadi terhambat, pertumbuhan otak juga terhambat,” jelas Prof Yudi.

    Mengingat, Indonesia kaya dengan sumber pangan tinggi protein, termasuk ikan, telur, daging-dagingan. Asupan protein dari nabati seperti kacang-kacangan, kedelai, juga bisa menjadi alternatif.

    Protein juga bisa didapatkan dari susu ibu hamil, yang juga mengandung berbagai nutrisi penting lain seperti asam folat, kalsium, zat besi, dan vitamin D,

    Bertolak dari mitos umum, ibu hamil disebut Prof Yudi tidak perlu makan dengan porsi dua kali lipat, karena tengah mengandung. Terpenting adalah menjaga kualitas gizi seimbang. Takarannya, menurut Prof Yudi, bisa disesuaikan.

    “Misalnya satu pertiga porsi protein, satu pertiga lagi buah dan sayur, satu pertiga lainnya karbo, disertai minum yang cukup,” saran dia.

    Pemeriksaan darah rutin juga penting dilakukan sejak awal kehamilan untuk mengetahui kondisi anemia dan status zat besi.

    Pemenuhan gizi wajib terus berlanjut hingga pasca melahirkan. Merujuk Peraturan Presiden No. 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting, pemberian ASI eksklusif menjadi salah satu dari 11 intervensi spesifik yang wajib dilaksanakan, ASI eksklusif selama enam bulan.

    Sayangnya, Survei Status Gizi Indonesia 2024 menunjukkan cakupan ASI eksklusif masih 66,4 persen, di bawah target 80 persen pada 2029 rencana pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN).

    Dihubungi terpisah, Direktur Kesehatan Ibu dan Anak, Kemenkes RI Lovely Daisy menyebut ASI merupakan makanan alami paling sempurna bagi bayi selama 6 bulan pertama kehidupan. Komposisinya memenuhi seluruh kebutuhan gizi bayi dan mengandung:

    Antibodi alami yang memperkuat kekebalan tubuhAsam lemak esensial (DHA dan ARA) untuk perkembangan otak dan sistem sarafZat antiinflamasi dan hormon pertumbuhan alamiTidak memerlukan sterilisasi atau alat bantu

    “Kalau bayi hanya diberi ASI, risiko infeksi turun, perkembangan otak optimal, dan menghemat pengeluaran keluarga dan negara jika dibandingkan dengan minuman selain ASI,” tegas Lovely Daisy, kepada detikcom, Jumat (17/7).

    ASI sebaiknya diberikan secara langsung dari payudara ibu, bukan lewat botol. Hal ini diyakini bisa menstimulasi hormon prolaktin dan oksitosin demi produksi dan pengeluaran ASI. Meningkatkan bonding emosional antara ibu dan bayi, hingga mengurangi risiko infeksi dari botol atau dot yang tidak steril.

    dr Lovely menekankan pemerintah sudah melakukan sejumlah upaya peningkatan ASI eksklusif di Indonesia dengan konseling sejak kehamilan tentang manfaat ASI dan Direct Breast Feeding (DBF), pelibatan keluarga dalam proses menyusui, sampai kampanye media sosial dan komunitas.

    Selain itu, pemerintah juga disebutnya berusaha memenuhi kesenjangan jumlah konselor menyusui yang masih kurang di beberapa wilayah.

    “Kemenkes telah memiliki platform telekonseling menyusui yang dapat diakses oleh semua ibu menyusui di seluruh Indonesia. Proses telekonseling menyusui akan memudahkan akses proses konseling karena bisa dilaksanakan melalui whatsapp dan video,” tuturnya.

    Dengan persiapan yang baik, kehamilan tidak perlu lagi menjadi hal yang menakutkan. Jadi, siapa takut menjadi ibu.

    (naf/up)

  • Cek Kesehatan Jemaah Haji: Seremonial atau Penyelamatan?
                
                    
                        
                            Nasional
                        
                        29 Juli 2025

    Cek Kesehatan Jemaah Haji: Seremonial atau Penyelamatan? Nasional 29 Juli 2025

    Cek Kesehatan Jemaah Haji: Seremonial atau Penyelamatan?
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Pemeriksaan kesehatan jemaah haji atau istithaah kembali menjadi sorotan setelah penyelenggaraan ibadah haji 2025 selesai dilaksanakan.
    Meski diwajibkan, pelaksanaannya dinilai belum efektif mencegah keberangkatan jemaah dengan kondisi kesehatan berat.
    Kasus
    jemaah hilang
    , meninggal dunia, hingga melahirkan di Tanah Suci pun mencuat dan memunculkan pertanyaan: apakah pemeriksaan kesehatan yang diterapkan selama ini benar-benar bertujuan menyelamatkan, atau hanya formalitas belaka?
    Wakil Kepala Badan Penyelenggara Haji (BP Haji) Dahnil Anzar Simanjuntak mengungkapkan bahwa pihaknya menemukan banyak jemaah dengan kondisi kesehatan tak sesuai standar, tetap lolos dan diberangkatkan ke Tanah Suci.
    Temuan itu didapat saat BP Haji melakukan pengawasan langsung di lapangan selama pelaksanaan ibadah haji 2025 berlangsung.
    “Bahkan yang saya cek langsung, saya langsung melihat, di safari wukuf saya cek. Karena saya ingin tahu di lapangan kondisinya. Saya langsung cek tempat penampungan hotel cadangan, sementara saya lihat banyak yang sakit kok bisa berangkat di sini,” ujar Dahnil saat wawancara khusus bersama Kompas.com, Rabu (3/7/2025).
    “Salah satunya demensia misalnya, ada yang diabetes kronis. Belakangnya itu ibu-ibu, belakangnya itu ada (luka) bolong. Kalau orang diabetes, luka itu kan bisa membesar. Nah ini sudah bolong, berarti kan cek kesehatan ini (kurang maksimal),” sambungnya.
    Menurut dia, persoalan utama ada pada ketidakjujuran dalam proses cek kesehatan, baik dari pihak pemeriksa maupun dari jemaah itu sendiri.
    Berkaca dari kondisi tersebut, Dahnil pun menilai hal ini menunjukkan masih adanya celah sistemik yang memungkinkan manipulasi data kesehatan.
    “Nah, praktik-praktik manipulasi kesehatan itu masih banyak ditemukan. Anda bayangkan masa yang demensia bisa lolos. Bayangkan juga ya, lebih tragis yang hamil besar bisa lolos berangkat, akhirnya bisa lahiran di sana,” ucap Dahnil.
    Sebanyak 447 jemaah haji asal Indonesia meninggal dunia berdasarkan laporan Sistem Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat) Kementerian Agama (Kemenag).
    Dari 447 jemaah haji yang meninggal dunia, 274 orang atau 61,30 persen di antaranya adalah jemaah haji laki-laki.
    Sedangkan 38,70 persen atau 173 lainnya adalah jemaah haji perempuan.
    Penyebab dominan dari
    kematian jemaah haji
    adalah penyakit jantung, seperti syok kardiogenik dan gangguan jantung iskemik akut, serta sindrom gangguan pernapasan akut pada orang dewasa.
    Sementara itu, masih ada tiga jemaah haji yang hilang di Tanah Suci.
    Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar mengatakan, tiga jemaah lansia tersebut mengalami demensia.
    Hingga kini, proses pencarian jemaah haji hilang tersebut masih terus dilakukan oleh Kementerian Agama (Kemenag) dengan dukungan pihak kepolisian Arab Saudi.
    “Kami mencari tidak ada batas waktu ya. Buktinya, ada jemaah haji tahun lalu yang hingga 2024 masih terbaring di rumah sakit Madinah, kami pun tetap memberikan perhatian,” kata Nasaruddin dalam konferensi pers Penutupan Operasional Penyelenggaraan Ibadah Haji 1446 H/2025 M, di Kantor Kemenag, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Senin (14/7/2025).
    Dalam rangka mendukung proses identifikasi, Kemenag juga akan meminta sampel DNA dari keluarga ketiga jemaah tersebut.
    Langkah ini diambil menyusul adanya temuan jenazah yang belum teridentifikasi di wilayah Arab Saudi oleh otoritas setempat.
     
    “Supaya nanti kami akan cocokkan, siapa tahu di antara yang hilang itu ada di sana,” jelas Nasaruddin.
    Temuan persoalan kesehatan jemaah haji ini diperkuat laporan Tim Pengawas (Timwas) Haji DPR RI yang mengungkapkan berbagai masalah dalam penyelenggaraan haji 2025.
    Salah satunya adalah masih adanya jemaah yang tidak memenuhi syarat kesehatan namun tetap diberangkatkan.
    “Terdapat temuan jemaah haji yang berangkat tidak sesuai dengan ketentuan istithaah kesehatan, atau kemampuan untuk berangkat secara kesehatan,” ungkap Cucun.
    Timwas juga mendapati adanya pembatasan layanan kesehatan di hotel-hotel selama di Makkah.
    Kondisi ini menyulitkan jemaah untuk mendapatkan perawatan, terutama saat fase puncak ibadah di Arafah dan Mina.
    Tak sampai di situ, Wakil Ketua DPR RI itu mengungkapkan bahwa Timwas Haji juga menyoroti masih ada tiga jemaah haji Indonesia yang hilang di Tanah Suci dan sampai saat ini belum ditemukan.
    Adapun ketiga jemaah haji yang belum ditemukan itu adalah Nurimah (80 tahun) dari Kelompok Terbang 19 Embarkasi Palembang, Sukardi (67) dari Kelompok Terbang 79 Embarkasi Surabaya, dan Hasbullah (75) dari Kloter 7 Embarkasi Banjarmasin.
    Ketiga disebut memiliki riwayat demensia.
    “Timwas juga memberi perhatian serius atas belum ditemukannya 3 orang jemaah haji yang hilang, dan mendesak kepada pemerintah dalam hal ini Kementerian Agama Republik Indonesia untuk terus mencari, dan berkoordinasi dengan berbagai pihak terkait di Arab Saudi, termasuk pemerintahan Kerajaan Arab Saudi,” pungkas Cucun.
    Sebagai bagian dari evaluasi dan pembenahan, BP Haji berencana menerapkan manasik kesehatan sebagai langkah persiapan wajib bagi calon jemaah.
    Program ini akan melibatkan tim medis sejak satu hingga dua tahun sebelum keberangkatan jemaah.
    “Jadi manasik itu, bukan hanya manasik haji itu hanya manasik syariatnya, manasik fiqihnya. Tapi juga manasik kesehatannya,” kata Dahnil.
    Dalam pelaksanaannya, lanjut Dahnil, para jemaah akan diajarkan bagaimana menjaga fisik, menghadapi cuaca ekstrem, dan menjalani ibadah panjang dengan kondisi tubuh prima.
    “Jadi kan terus dibimbing. Kalau manasik haji secara syariat itu bagaimana sih cara tawaf, cara sa’i. Nah kalau manasik kesehatan, kita akan mempunyai perjalanan kesehatan kita seperti apa,” ungkap Dahnil.
    “Apalah kan kemungkinan 2026-2027 cuaca akan berbeda. Karena ada ramalan cuaca, haji 2025 itu haji terakhir (dengan) musim panas misalnya. 2026-2027 akan berubah ke musim yang lebih dingin dan itu bisa terjadi,” sambungnya.
    Dahnil juga menegaskan bahwa penilaian kelayakan jemaah seharusnya tidak boleh lagi berbasis usia semata.
    Dia pun mengingatkan kembali arti dari kata istithaah, yakni kemampuan.
    “Nah itu yang juga kita akan lebih ketat. Jadi ukuran kita bukan umur, ukuran kita ya istithaah. Makna istithaah itu kan kemampuan, karena ada yang masih muda, lebih tidak sehat,” ucap Dahnil.
    “Bisa jadi ada orang usianya 70 tahun, tapi dia lebih sehat ketimbang usia 40 tahun, bisa begitu kan. Ukurannya adalah istithaah kesehatan, bukan usianya, karena ada yang usia 80 tahun kuat sekali, fit gitu loh,” tambahnya.
    Anggota Komisi VIII DPR RI dari Fraksi Nasdem turut mendorong agar tahapan istithaah atau skrining kesehatan jemaah haji sebelum keberangkatan lebih dimaksimalkan.
    Dia pun mengusulkan agar calon jemaah haji lansia wajib menjalani pemeriksaan Mini Mental State Examination (MMSE), guna mendeteksi gangguan demensia sebelum keberangkatan.
    “Optimalisasi
    skrining kesehatan mental
    pra-keberangkatan. Neurolog menyarankan agar calon haji lansia menjalani tes MMSE (Mini Mental State Examination) untuk mendeteksi apakah mereka mengalami demensia ringan, sedang, atau berat sebelum diberangkatkan. Proses skrining bersifat wajib untuk lansia,” kata Dini.
    Dia juga menyarankan pemerintah mempertimbangkan ulang keberangkatan jemaah haji lansia yang memiliki demensia sedang hingga berat, demi keamanan dan keselamatan selama beribadah.
    “Jemaah yang mengalami demensia sedang hingga berat biasanya ditunda atau dilarang berangkat, karena kondisinya dapat membahayakan diri sendiri selama ibadah. Hanya peserta dengan demensia ringan yang masih diperbolehkan melanjutkan perjalanan ibadah,” kata Dini.
    Kementerian Kesehatan meminta pemerintah memberlakukan standar kesehatan yang lebih ketat untuk mengukur mampu dan tidaknya jemaah melaksanakan ibadah haji.
    Pada hari ke-60 pelaksanaan ibadah haji, Kepala Bidang Kesehatan PPIH Arab Saudi Mohammad Imran menyoroti angka kematian Indonesia yang saat itu mencapai 418 orang.
    Imran menyebut kondisi ini sebagai peringatan serius, dan menekankan pentingnya pengetatan dalam pemeriksaan kesehatan sebagai syarat istitha’ah atau kemampuan berhaji.
    “Ibadah haji merupakan kegiatan pengumpulan massa terlama dan terberat bagi kaum muslimin dari sisi aktivitas fisik ibadahnya,” kata Kepala Bidang Kesehatan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi Mohammad Imran, dalam keterangannya, Rabu (2/7/2025).
    Imran menjelaskan, angka kematian tersebut tercatat berdasarkan data Sistem Komputerisasi Haji Terpadu Bidang Kesehatan (Siskohatkes) per 30 Juni 2025 pada pukul 16.00 waktu Arab Saudi.
    “Meningkatnya jemaah haji yang meninggal dunia merupakan alarm tanda bahaya bagi kita semua. Kami perlu memastikan bahwa setiap jemaah yang berangkat benar-benar memenuhi kriteria istitha’ah kesehatan,” tuturnya.
    Kemenkes sendiri telah menetapkan standar pemeriksaan kesehatan jemaah melalui Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/Menkes/508/2024.
    Regulasi ini merupakan perubahan atas aturan sebelumnya, dan mencakup pemeriksaan fisik, kognitif, mental, serta kemampuan menjalani aktivitas keseharian.
    Implementasi istitha’ah kesehatan yang ketat diharapkan dapat menyaring calon jemaah haji yang memiliki risiko tinggi atau kondisi kesehatan yang tidak memungkinkan menjalani ibadah haji yang menuntut fisik.
    “Pemerintah Indonesia juga perlu diberikan kemudahan dalam legalitas operasional layanan kesehatan haji selama di Arab Saudi. Persoalan penyelenggaraan kesehatan haji adalah tanggung jawab bersama,” imbuh dia.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Soal Bantu Produksi Obat Murah untuk Masyarakat, TNI AD Tunggu Koordinasi Kemenhan
                
                    
                        
                            Nasional
                        
                        29 Juli 2025

    Soal Bantu Produksi Obat Murah untuk Masyarakat, TNI AD Tunggu Koordinasi Kemenhan Nasional 29 Juli 2025

    Soal Bantu Produksi Obat Murah untuk Masyarakat, TNI AD Tunggu Koordinasi Kemenhan
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com

    TNI Angkatan Darat
    (TNI AD) menyatakan kesiapannya mendukung penuh kebijakan strategis pemerintah, termasuk rencana produksi
    obat murah
    untuk masyarakat.
    Hal ini sebagai bentuk tindak lanjut dari nota kesepahaman antara
    Kementerian Pertahanan
    (Kemenhan) dan
    Badan Pengawas Obat dan Makanan
    (BPOM).
    Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Darat (Kadispenad) Brigjen TNI Wahyu Yudhayana mengatakan, TNI AD pada prinsipnya siap menjalankan peran sesuai porsi dan tanggung jawab yang diberikan.
    “TNI Angkatan Darat pada prinsipnya selalu siap mendukung penuh setiap kebijakan strategis pemerintah, termasuk dalam hal ini yang berkaitan dengan produksi obat murah untuk masyarakat,” kata Wahyu kepada
    Kompas.com
    , Selasa (29/7/2025).
    Namun demikian, ia menegaskan bahwa mekanisme teknis dan pengaturannya masih menunggu koordinasi lebih lanjut yang akan dilakukan Kementerian Pertahanan bersama kementerian dan lembaga terkait.
    “Untuk pelaksanaannya secara mekanisme teknis dan pengaturannya akan ditentukan serta dikoordinasikan lebih lanjut oleh Kementerian Pertahanan bersama kementerian dan lembaga terkait,” ujarnya.
    Menurut Wahyu, TNI AD sebagai bagian dari Kemenhan akan menjalankan tugasnya sesuai dengan arahan dan tanggung jawab yang nantinya diberikan.
    Sebelumnya diberitakan, Kemenhan menggandeng BPOM untuk mewujudkan kebijakan obat murah dengan harga 50 persen dari harga pasaran.
    Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin mengatakan, produksi obat saat ini sudah berjalan dan beberapa sudah disalurkan melalui Satkes Koperasi Merah Putih.
    “Tapi langkah berikut, nanti menjelang 5 Oktober, kita akan produksi massal obat-obatan dan kita akan kirim ke desa-desa dengan harga 50 persen lebih murah dari harga pasaran,” ucap Sjafrie pada penandatanganan nota kesepahaman antara Kemenhan, Kemenkes, dan BPOM di Kantor Kemenhan RI, Selasa (23/7/2025).
    Sjafrie mengatakan, obat-obatan dengan harga miring ini dapat dinikmati oleh rakyat di desa dan para pensiunan.
    Ia menyebutkan, jika memungkinkan, obat-obatan ini akan disalurkan juga melalui mekanisme Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Video Bolehkah Ibu Pengidap Hepatitis B Menyusui? Ini Jawaban Kemenkes…

    Video Bolehkah Ibu Pengidap Hepatitis B Menyusui? Ini Jawaban Kemenkes…

    Kementerian Kesehatan lewat anggota Komite Ahli Hepatitis Kemenkes sekaligus Ketua Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia dr Irsan Hasan menjawab soal boleh atau tidaknya ibu hamil yang terinfeksi hepatitis B menyusui saat setelah melahirkan. Menurutnya, bila si bayi sudah mendapatkan vaksinasi maka menyusuinya tidak akan meningkatkan risiko transmisi.

    Nah, bagaimana dengan terapi tenofovir, apakah aman diberikan? Berikut penjelasan dr Irsan Hasan…

    detikers, yuk klik di sini untuk menonton video lainnya!