Kementrian Lembaga: Kemenkes

  • CKG Ungkap Deretan Masalah Kesehatan di RI, Terbanyak Risiko Stroke dan Kurang Gerak

    CKG Ungkap Deretan Masalah Kesehatan di RI, Terbanyak Risiko Stroke dan Kurang Gerak

    Jakarta

    Program Cek Kesehatan Gratis (CKG) yang diluncurkan Kemenkes RI pada Februari 2025 saat ini telah menjangkau 32 juta orang. CKG telah memperlihatkan banyak temuan penting seputar kondisi kesehatan masyarakat. Dua masalah yang paling menonjol adalah risiko stroke dan kurangnya aktivitas fisik.

    Direktur Jenderal Kesehatan Primer dan Komunitas Kemenkes, Maria Endang Sumiwi mengatakan per 17 September 2025, setidaknya sudah 29,8 juta pendaftar CKG yang telah diperiksa. Angka ini akan terus bertambah setiap hernia.

    “Laju kita sekitar 600 ribu (pemeriksaan) per hari sekarang,” kata Maria Endang di Kantor Badan Komunikasi Pemerintahan, Jakarta Pusat, Kamis (18/9/2025).

    Temuan Penyakit Terbanyak Berdasarkan Usia

    Saat ini, CKG bisa dinikmati di 10.226 Puskesmas di Indonesia. Kemenkes menyebut masih ada sekitar 60 Puskesmas yang belum melaksanakan CKG karena berada di daerah terpencil dan sosialisasi ke masyarakat setempat belum sampai.

    Berikut adalah daftar penyakit yang paling banyak ditemukan melalui program CKG hingga 17 September 2025 berdasarkan kategori usia.

    1. Bayi Baru Lahir

    Berat lahir rendah (9.307 kasus)Kelainan saluran empedu (7.928 kasus)Penyakit jantung bawaan kritis (6.972 kasus)Hipotiroid kongenital (1.015 kasus)Defisiensi enzim G6PD (250 kasus)

    2. Balita dan Anak Prasekolah

    Gigi – Karies (264.360 kasus)Stunting (39.999 kasus)Gizi kurang (25.323 kasus)Perkembangan tidak normal (7.156 kasus)Anemia (1.482)

    3. Dewasa

    Tingkat aktivitas fisik kurang (10.800.770 kasus)Obesitas sentral (4.116.343 kasus)Gigi-Karies (3.289.903 kasus)Obesitas/overweight (3.024.952 kasus)Hipertensi (1.993.578 kasus)Pemeriksaan Lanjutan pada Dewasa Berisiko

    Orang dengan usia 40 tahun atau lebih dengan hipertensi atau diabetes melitus (DM).

    Risiko kanker usus (337.645 kasus)Risiko stroke – dislipidemia (286.346 kasus)Anemia pada catin perempuan (11.367 kasus)

    4. LansiaAktivitas fisik kurang (2.094.260 kasus)Hipertensi (953.134 kasus)Karies (813.266 kasus)Obesitas sentral (800.976 kasus)Gangguan kognitif (253.221 kasus)Pemeriksaan Lanjutan Lansia

    Orang usia 40 tahun atau lebih dengan hipertensi/DM, hepatitis B, hepatitis C, dislipidemia, dan obesitas sentral.

    Risiko stroke dislipidemia (159.924 kasus)Fungsi ginjal abnormal (13.257 kasus)Risiko fibrosis/sirosis (4.622 kasus)

    Daerah dengan Peserta CKG Terbanyak dan Tersedikit

    Endang menambahkan bahwa saat ini Provinsi Jawa masih menjadi wilayah dengan pendaftar paling banyak. Pendaftar juga didominasi oleh perempuan, dengan perbandingan 2:3.

    “51 persen dari 29,8 juta (pendaftar CKG) adalah penduduk Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat. Tentu kami bisa mengerti karena jumlah populasi yang sangat besar di provinsi-provinsi tersebut,” kata Endang.

    “Tapi tentu kami menginginkan supaya provinsi lain itu juga segera mengejar rate yang sama,” lanjutnya.

    Sementara itu, pendaftar CKG terendah ada di Provinsi Papua, Papua Barat, dan Papua Pegunungan.

    “Ini karena masih awal ya, kami baru mulai Februari jadi pendekatannya masih umum, mengajaknya masih umum, belum berupa pesan-pesan yang mungkin pakai bahasa daerah dan seterusnya,” kata Endang.

    “Jadi pendekatan khusus itu masih kami kembangkan. Kedua juga ada masalah link internet untuk memasukkan data,” sambungnya.

    Halaman 2 dari 4

    (dpy/up)

  • Video: Kemenkes Ungkap Masalah Kesehatan Tertinggi dari Hasil CKG

    Video: Kemenkes Ungkap Masalah Kesehatan Tertinggi dari Hasil CKG

    Video: Kemenkes Ungkap Masalah Kesehatan Tertinggi dari Hasil CKG

  • Banyak Pria Dewasa di RI Dihantui Kanker Usus, Kemenkes Buka Data

    Banyak Pria Dewasa di RI Dihantui Kanker Usus, Kemenkes Buka Data

    Jakarta

    Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) mengatakan per 17 September 2025 sudah ada 32 juta masyarakat yang telah mendaftar cek kesehatan gratis (CKG). Salah satu penyakit yang paling banyak ditemukan di program ini adalah kanker usus.

    Direktur Jenderal Kesehatan Primer dan Komunitas Kemenkes Maria Endang Sumiwi mengatakan sekitar 24 persen dari dewasa berusia 45 tahun ke atas yang telah mengikuti CKG berisiko terkena kanker usus.

    “Kanker usus risikonya cukup tinggi, 24,2 persen pada populasi tertentu yaitu di atas 45 tahun laki-laki ya yang kami periksa,” kata Maria Endang di Kantor Badan Komunikasi Pemerintahan, Jakarta Pusat, Kamis (18/9/2025).

    Apa Pemicu Kanker Usus?

    Kanker usus atau kanker kolorektal adalah kanker yang berkembang di usus besar (kolon) atau rektum. Penyakit ini menjadi salah satu penyumbang angka kematian tertinggi di Indonesia.

    Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof dr Ari Fahrial Syam, SpPD mengatakan gaya hidup yang kurang baik menjadi faktor penyebab munculnya kondisi ini.

    “Orang kan sekarang sering pegang gadget, jadi malas bergerak, pola makan steak, daging, beef steak kan ada di mana-mana, terlebih juga kurang makan sayur. Sekarang bukan hanya 60 tahun ke atas, tetapi usia 20 mulai ada yang terkena kanker kolorektal, dan usia 30, 40 tahun, sudah umum,” tutur Prof Ari saat ditemui detikcom beberapa waktu lalu.

    “Dan faktor risiko lainnya, di kita masih banyak yang merokok, satu dari tiga orang dewasa merokok, obesitas tinggi, menyebabkan kanker kolorektal (usus besar) cenderung semakin muda,” lanjutnya.

    Menurut Prof Ari, kanker usus besar memang seringkali tidak menimbulkan gejala di awal. Hal ini membuat tenaga medis banyak menemukan kasus kanker usus yang sudah stadium lanjut.

    “Biasanya kalau sudah muncul gejala itu sudah stadium lanjut. Proporsi usia muda kena kanker sekarang sudah hampir 50:50,” beber Prof Ari.

    Gejala yang kerap tidak disadari adalah sulitnya buang air besar, perdarahan saat BAB, hingga muncul benjolan tumor.

    “Itu makanya pentingnya skrining. Makanya kita minta pemerintah segera melakukan skrining massal yang juga berkaitan dengan kolorektal skrining,” pungkas dia.

    (dpy/naf)

  • Cek Kesehatan Gratis Sudah Menjangkau Hampir 30 Juta Penerima Manfaat

    Cek Kesehatan Gratis Sudah Menjangkau Hampir 30 Juta Penerima Manfaat

    Bisnis.com, JAKARTA – Hingga pertengahan September 2025, layanan Cek Kesehatan Gratis (CKG) sudah menjangkau hampir 30 juta orang. CKG merupakan program Hasil Terbaik Cepat (PHTC) Presiden Prabowo Subianto dalam upaya membangun sistem kesehatan yang adil, menyeluruh, dan fokus pada pencegahan.

    “Program Cek Kesehatan Gratis ini sudah menjangkau sebanyak 29,8 juta penerima manfaat,” ujar Dirjen Kesehatan Primer dan Komunitas Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Maria Endang Sumiwi, dalam konferensi pers di Kantor Badan Komunikasi Pemerintah, Jakarta, Rabu (18/9).

    Masyarakat yang sudah mendaftar CKG tercatat sebanyak 32,3 juta orang yang tersebar di 10.226 puskesmas di seluruh Tanah Air. Presiden Prabowo Subianto meluncurkan Program CKG pada 10 Februari 2025 sebagai bagian dari strategi nasional membangun sistem kesehatan yang adil. Selain pelaksanaan nyata dari PHTC, program ini juga bagian dari Asta Cita untuk mewujudkan rakyat Indonesia yang sehat, produktif, dan terlindungi sejak dini. Layanan ini diberikan gratis minimal satu kali dalam setahun.

    Tahun ini pemerintah menargetkan 60 juta penerima manfaat dan cakupan penuh secara bertahap untuk seluruh rakyat Indonesia. CKG melibatkan puskesmas, posyandu, sekolah, klinik BPJS, kantor, dan komunitas.

    Endang menjelaskan, dari 29,8 juta masyarakat yang sudah mendapatkan layanan kesehatan gratis, 5,9 juta di antaranya adalah peserta didik yang berasal dari 91.184 sekolah. Mulai dari jenjang SD hingga SMA, termasuk pesantren di 38 provinsi.

    Endang mengatakan, sebaran dari masyarakat peserta cek kesehatan gratis meliputi perempuan dengan total 17.176.524 orang dan laki-laki sebanyak 12.688.214 orang. Peserta terbanyak berasal dari Jawa Tengah, disusul Jawa Timur, dan Jawa Barat.

    “Tentu kita bisa mengerti karena jumlah populasi yang sangat besar di provinsi-provinsi tersebut. Tapi tentu kita juga menginginkan supaya provinsi-provinsi lain segera juga mengejar dengan rate yang sama,” ujarnya.

    Provinsi yang jumlah peserta CKG masih kecil, kata Endang, adalah Provinsi Papua, Papua Barat, dan Papua Pegunungan. Untuk mengejar target 60 juta penerima manfaat tahun ini, Endang mengatakan pemerintah akan terus mengoptimalkan tren pendaftar dan kehadiran periode 10 Februari hingga 17 September 2025, yakni 603.059 pendaftar dan 491.597 orang setiap hari, baik di puskesmas maupun di sekolah.

    Data penyakit yang terdeteksi

    Terkait hasil pemeriksaan kesehatannya, Endang memaparkan, untuk bayi baru lahir didapati lima masalah kesehatan tertinggi. Meliputi kelainan saluran empedu, berat lahir rendah, penyakit jantung bawaan kritis, hipotiroid kongenital, dan defisiensi enzim G6PD (kelainan yang menyebabkan tubuh kekurangan enzim pelindung sel darah merah).

    Sementara, pada anak balita adalah gigi karies, anemia, stunting, gizi kurang, dan perkembangan tidak normal. Dan untuk hasil pemeriksaan masyarakat dewasa, top lima masalah kesehatan tertinggi adalah kurangnya tingkat aktivitas fisik, karies gigi (gigi berlubang), obesitas sentral, kelebihan berat badan (overweight) & obesitas, serta hipertensi.

    “Jadi pesan kami, pertama tolong CKG ini dimanfaatkan. Sekolah-sekolah juga dikunjungi dan orang tua mengizinkan anak-anaknya untuk cek kesehatan gratis,” kata Endang. Pesan kedua, Endang meminta masyarakat mengubah gaya hidup dengan lebih banyak berolahraga dan mengurangi makanan minuman manis, asin, dan berlemak.

    “Ketiga, kalau sudah diketahui hasilnya dan harus diobati, obatnya harus diminum untuk mencegah penyakit yang lebih berat,” tutup Endang.

  • Reshuffle Jilid III: Dominasi Gerindra dan Tergesernya Bekas Menteri Jokowi

    Reshuffle Jilid III: Dominasi Gerindra dan Tergesernya Bekas Menteri Jokowi

    Bisnis.com, JAKARTA — Presiden Prabowo Subianto resmi mengumumkan formasi baru Kabinet Merah Putih usai reshuffle jilid III, Rabu (17/9/2025).

    Usai terjadinya perombakan dalam kabinet pemerintahan Prabowo, terjadi perumbahan komposisi kekuatan politik di dalamnya. Saat ini, komposisi partai politik dikuasai oleh kader Gerindra dan banyak menggeser sejumlah sosok yang terafiliasi dengan pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

    Reshuffle Kabinet Merah Putih Jilid III yang dilakukan Presiden Prabowo Subianto tidak hanya menghadirkan wajah-wajah baru, tetapi juga menandai berakhirnya dominasi sejumlah tokoh yang selama ini dikenal sebagai orang dekat Presiden Ke-7 RI Joko Widodo. Dari Sri Mulyani hingga Erick Thohir, kursi mereka kini bergeser atau bahkan hilang sama sekali dari jajaran kabinet.

    Sri Mulyani Indrawati, yang selama hampir dua dekade menjadi ikon teknokrat keuangan, resmi digantikan oleh Purbaya Yudi Sadewa. 

    Budi Arie Setiadi, loyalis Jokowi di Kementerian Kominfo, digeser seiring pemecahan kementerian tersebut menjadi Kementerian Komunikasi dan Digital yang kini dipimpin politisi Golkar, Meutya Viada Hafid. Budi Arie pun diberhentikan dengan hormat oleh Prabowo saat reshuffle dan digantikan Ferry Julianto sebagai Menteri Koperasi.

    Nasib serupa dialami Erick Thohir. Dari jabatan strategis Menteri BUMN, dia kini memimpin Kementerian Pemuda dan Olahraga. Lebih mencolok lagi, kursi Menteri BUMN dibiarkan kosong, hanya diisi wakil menteri, dan memunculkan spekulasi kemungkinan peleburan BUMN ke lembaga baru seperti BPI Danantara.

    Lalu, Immanuel Ebenezer (Noel) yang merupakan kepala dari Jokowi Mania (Joman) yang turut diganti oleh Afriansyah Noor usai Noel terjerat kasus korupsi baru-baru ini.

    Komposisi terbaru memperlihatkan semakin kuatnya dominasi Gerindra, dengan 13 posisi menteri dan pejabat setara menteri berhasil dikuasai partai banteng kepala burung itu.

    Sementara itu, partai-partai mitra koalisi seperti Golkar (11), PAN (7), Demokrat (6), PKB (3), PSI (3), Gelora (2), PBB (2), PRIMA (1), serta puluhan pejabat nonpartai (56) turut mengisi struktur pemerintahan.

    Gerindra menempatkan tokoh kunci di beberapa kementerian strategis. Antara lain Prasetyo Hadi sebagai Mensesneg, Sugiono sebagai Menlu, Fadli Zon di Kementerian Kebudayaan, serta Ferry Joko Yuliantono sebagai Menteri Koperasi.

    Selain itu, figur populer seperti Dahnil Anzar Simanjuntak (Wamen Haji & Umrah), Thomas AM Djiwandono (Wamenkeu), dan Ahmad Riza Patria (Wamendes) ikut memperkuat posisi Gerindra di lingkaran inti pemerintahan.

    Golkar tampil sebagai kekuatan kedua terbesar dengan 11 kursi. Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia, dan Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menjadi motor penting di sektor ekonomi.

    Nama Meutya Hafid di Kementerian Komunikasi dan Digital serta Maman Abdurahman di Kementerian UMKM menandai kader muda Golkar yang ikut mendapat peran.

    Demokrat mendapat 6 pos, salah satunya Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang dipercaya memegang jabatan Menko Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan.

    Sementara PAN dengan 7 kursi menempatkan tokoh-tokoh kunci seperti Zulkifli Hasan (Menko Pangan) dan Yandri Susanto (Menteri Desa). PKB hanya kebagian 3 pos, dipimpin langsung Ketua Umum Muhaimin Iskandar (Cak Imin) yang menjabat Menko Pemberdayaan Masyarakat.

    Adapun PSI dengan 3 kursi berhasil menempatkan Raja Juli Antoni (Menteri Kehutanan) dan Giring Ganesha (Wamen Kebudayaan) dan Wakil Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Ratu Ayu Isyana Bagoes Oka

    Menariknya, kelompok nonpartai tetap mendominasi secara jumlah dengan 56 kursi, posisi tersebut diisi kalangan profesional dan birokrat dan sejumlah tokok yang terafiliasi dengan partai politik. Sejumlah nama populer dari era Jokowi seperti Tito Karnavian (Mendagri), Erick Thohir (Menpora), dan Budi Gunadi Sadikin (Menkes) masih dipertahankan.

    Namun, beberapa figur nonpartai yang dianggap dekat dengan Jokowi mulai tersisih, memperlihatkan arah konsolidasi kekuasaan kini lebih condong pada partai-partai inti koalisi.

    Berikut Formasi Kabinet Usai Reshuffle Jilid III pada Rabu (17/9/2025):

    Gerindra (Total ada 13)

    1. Menteri Sekretaris Negara: Prasetyo Hadi

    2. Menteri Luar Negeri: Sugiono

    3. Wakil Menteri Agama: R. Muhammad Syafi’i

    4. Menteri Hukum: Supratman Andi Agtas

    5. Wakil Menteri Keuangan: Thomas AM Djiwandono

    6. Menteri Kebudayaan: Fadli Zon

    7. Wakil Menteri Desa: Ahmad Riza Patria

    8. Wakil Menteri Komunikasi dan Digital dan Kepala Badan Komunikasi Pemerintah: Angga Raka Prabowo

    9. Wakil Menteri Pertanian: Sudaryono

    10. Menteri Koperasi: Ferry Joko Yuliantono

    11. Menteri Haji dan Umrah: Mochamad Irfan Yusuf

    12. Wakil Menteri Haji dan Umrah: Dahnil Anzar Simanjuntak

    13. Rohmat Marzuki Wakil Menteri Kehutanan

     

    Golkar (Total ada 11)

    1. Wakil Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan: Lodewijk Freidrich Paulus

    2. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian: Airlangga Hartarto

    3. Menteri Pelindungan Pekerja Migran Indonesia: Mukhtaruddin

    4. Wakil Menteri Pelindungan Pekerja Migran Indonesia: Christina Aryani

    5. Menteri Perindustrian: Agus Gumiwang Kartasasmita

    6. Wakil Menteri Perdagangan: Dyah Roro Esti Widya Putri

    7. Menteri ESDM: Bahlil Lahadalia

    8. Menteri Komunikasi dan Digital: Meutya Viada Hafid

    9. Menteri Agraria dan Tata Ruang: Nusron Wahid

    10. Menteri Kependudukan & Pembangunan Keluarga: Wihaji

    11. Menteri UMKM: Maman Abdurahman

     

    Demokrat (Total ada 6)

    1. Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan Agus Harimurti Yudhoyono

    2. Menteri Pekerjaan Umum: Dody Hanggodo

    3. Menteri Transmigrasi: M. Iftitah Sulaiman

    4. Wakil Menteri Transmigrasi: Viva Yoga Mauladi

    5. Wakil Menteri Agraria dan Tata Ruang: Ossy Darmawan

    6. Menteri Ekonomi Kreatif: Teuku Riefky Harsya

     

    PAN (Total ada 7)

    1. Menteri Koordinator Bidang Pangan: Zulkfli Hasan

    2. Wakil Menteri Dalam Negeri: Bima Arya Sugiarto

    3. Menteri Perdagangan: Budi Santoso

    4. Menteri Desa: Yandri Susanto

    5. Menteri Perhubungan: Dudy Purwagandhi

    6. Menteri Kelautan dan Perikanan: Sakti Wahyu Trenggono

    7. Menteri Lingkungan Hidup: Hanif Faisol Nurofiq

     

    PKB (Total ada 3)

    1. Menteri koordinator Bidang Pemberdayaan Masyarakat: Abdul Muhaimin Iskandar

    2. Wakil Menteri Perindustrian: Faisol Riza

    3. Wakil Menteri Koperasi Faridah Farichah

     

    PBB (Total ada 2)

    Menteri Koordinator Bidang Hukum, HAM, Imigrasi dan Pemasyarakatan: Yusril Ihza Mahendra
    Afriansyah Noor Wakil Menteri Ketenagakerjaan

     

    PSI (Total ada 3)

    1. Wakil Menteri Kebudayaan: Giring Ganesha

    2. Menteri Kehutanan: Raja Juli Antoni

    3. Wakil Menteri Kependudukan & Pembangunan Keluarga: Isyana Bagoes Oka

     

    Gelora ( Total ada 2)

    1. Wakil Menteri Luar Negeri: Muhammad Anis Matta

    2. Wakil Menteri Perumahan dan Kawasan Pemukiman: Fahri Hamzah

     

    PRIMA (Total ada 1)

    1. Wakil Menteri Sosial: Agus Jabo Priyono

    Nonnparpol: (Total ada 56)

    1. Menteri Koordinator bidang Politik dan Keamanan (Menko Polkam) Djamari Chaniago

    2. Wakil Menteri Koordinator Bidang Hukum, HAM, Imigrasi, dan Pemasyarakatan: Otto Hasibuan

    2. Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan: Pratikno

    3. Wakil Menteri Sekretaris Negara: Bambang Eko Suharyanto

    4. Wakil Menteri Sekretaris Negara: Juri Ardiantoro

    5. Menteri Dalam Negeri: Muhammad Tito Karnavian

    6. Wakil Menteri Dalam Negeri: Ribka Haluk

    7. Wakil Menteri Luar Negeri: Arrmanatha Christiawan Nasir

    8. Wakil Menteri Luar Negeri: Arif Havas

    9. Menteri Pertahanan: Sjafrie Sjamsoeddin

    10. Wakil Menteri Pertahanan: Doni Hermawan

    11. Menteri Agama: Nasaruddin Umar

    12. Wakil Menteri Hukum: Edward Omar Sharif Hiariej

    13. Menteri HAM: Natalius Pigai

    14. Wakil Menteri HAM: Mugiyanto

    15. Menteri Imigrasi & Pemasyarakatan: Agus Andrianto

    16. Wakil Menteri Imigrasi & Pemasyarakatan: Silmy Karim

    17. Menteri Keuangan: Purbaya Yudi Sadewa

    18. Wakil Menteri Keuangan: Suahasil Nazara

    19. Wakil Menteri Keuangan: Anggito Abimanyu

    20. Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah: Abdul Mu’ti

    21. Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah: Fajar Riza Ul Haq

    22. Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah: Atip Latipulhayat

    23. Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi: Brian Yuliarto

    24. Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi: Fauzan

    25. Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi: Stella Christie

    26. Menteri Kesehatan: Budi Gunadi Sadiki

    27. Wakil Menteri Kesehatan: Dante Saksono Harbuwono

    28. Menteri Sosial: Saifullah Yusuf

    29. Menteri Ketenagakerjaan: Yassierli

    30. Wakil Menteri Pelindungan Pekerja Migran Indonesia: Dzulfikar Ahmad Tawala

    31. Wakil Menteri ESDM: Yuliot

    32. Wakil Menteri PU: Diana Kusumastut

    33. Menteri Perumahan & Kawasan Permukiman: Maruarar Sirait

    34. Wakil Menteri Perhubungan: Suntana

    35. Wakil Menteri Komunikasi dan Digital: Nezar Patria

    36. Menteri Pertanian: Andi Amran Sulaiman

    37. Wakil Menteri Kehutanan: Sulaiman Umar

    38. Wakil Menteri Kelautan & Perikanan: Didit Herdiawan

    39. Menteri PPN: Rachmat Pambudy

    40. Wakil Menteri PPN: Febrian Alphyanto Ruddyard

    41. MenPANRB: Rini Widyantini

    42. Wakil Menteri PANRB: Purwadi Ariant

    43. Menteri Pemuda dan Olahraga : Erick Thohir

    44. Wakil Menteri BUMN: Kartiko Wirjoatmodjo

    45. Wakil Menteri BUMN: Aminuddin Ma’ruf

    46. Wakil Menteri BUMN: Dony Oskaria

    47. Wakil Menteri Lingkungan Hidup: Diaz Faisal Malik Hendropiyono

    48. Menteri Investasi & Hilirisasi: Rosan Perkasa Roeslani

    49. Wakil Menteri Investasi & Hilirisasi: Todotua Pasaribu

    50. Wakil Menteri UMKM: Helvi Yuni

    51. Menteri Pariwisata: Widianti Putri

    52. Wakil Menteri Pariwisata: Ni Luh Enik Ernawati

    53. Wakil Menteri Ekonomi Kreatif: Irene Umar

    54. Menteri PPPA: Arifatul Choiri Fauzi

    55. Wakil Menteri PPPA: Veronica Tan

    56. Wakil Menteri Pemuda dan Olahraga: Taufik Hidayat

     

  • CKG Ungkap Deretan Masalah Kesehatan di RI, Terbanyak Risiko Stroke dan Kurang Gerak

    32 Juta Warga RI Ikut CKG, Kemenkes Ungkap Temuan Penyakit Terbanyak

    Jakarta

    Direktur Jenderal Kesehatan Primer dan Komunitas Kementerian Kesehatan Maria Endang Sumiwi mengatakan sudah ada 32 juta warga negara indonesia (WNI) yang sudah mendaftar pada program Cek Kesehatan Gratis (CKG).

    “Sampai dengan hari kemarin (17 September 2025) kita sudah ada 32 juta pendaftar untuk mengikuti CKG dan 29,8 juta sudah kami periksa,” kata Maria Endang di Kantor Badan Komunikasi Pemerintahan, Jakarta Pusat, Kamis (18/9/2025).

    “Laju kita sekitar 600 ribu per hari sekarang. Tentunya pada hari ini kami sudah mencapai 30 juta (lebih) yang diperiksa,” sambungnya.

    Endang menambahkan bahwa angka CKG ini bisa saja tidak sesuai dengan data di lapangan. Pasalnya, sistem pencatatan masih daring (online), sehingga masih mungkin ada peningkatan.

    “Kami masih menunggu data-data yang belum dimasukkan, sudah dilakukan tapi belum dimasukkan oleh teman-teman di puskesmas. Jadi capaian kita bisa jadi lebih besar dari ini,” katanya.

    99,6 Persen Puskesmas Layani CKG

    Ada sebanyak 10.286 puskesmas di Indonesia, sekitar 10.226 sudah menyelenggarakan CKG. Namun, masih ada 60 puskesmas yang belum bisa melaksanakan program ini.

    “Kebanyakan memang (puskesmas yang belum) di daerah terpencil ya. Kebanyakan memang masyarakatnya belum tahu untuk bisa mengakses CKG. Tapi kalau untuk CKG sekolah, itu semua sudah bisa,” katanya.

    Terkait ini, Kemenkes akan berkolaborasi dengan masyarakat setempat dan kementerian/lembaga lainnya.

    Penyakit Paling Banyak Ditemukan

    Maria menambahkan saat ini persebaran peserta CKG masih didominasi perempuan dengan perbandingan 3 banding 2.

    Perempuan: 17.176.524 (57,5 persen)Laki-laki: 12.688.214 (42,5 persen)Total: 29.864.651

    Berikut penyakit terbanyak yang ditemukan di CKG.

    Bayi Baru Lahir

    Berat lahir rendah (9.307 kasus)Kelainan saluran empedu (7.928 kasus)Penyakit jantung bawaan kritis (6.972 kasus)Hipotiroid kongenital (1.015 kasus)Defisiensi enzim G6PD (250 kasus)

    Balita dan Anak Prasekolah

    Gigi-Karies (264.360 kasus)Stunting (39.999 kasus)Gizi kurang (25.323 kasus)Perkembangan tidak normal (7.156 kasus)Anemia (1.482)

    Dewasa

    Tingkat aktivitas fisik kurang (10.800.770 kasus)Obesitas sentral (4.116.343 kasus)Gigi-Karies (3.289.903 kasus)Obesitas/overweight (3.024.952 kasus)Hipertensi (1.993.578 kasus)

    Pemeriksaan Lanjutan Pada Dewasa Berisiko

    Orang dengan usia 40 tahun atau lebih dengan hipertensi atau diabetes melitus (DM).

    Risiko kanker usus (337.645 kasus)Risiko stroke-dislipidemia (286.346 kasus)Anemia pada catin (calon pengantin) perempuan (11.367 kasus)

    Lansia

    Aktivitas fisik kurang (2.094.260 kasus)Hipertensi (953.134 kasus)Karies (813.266 kasus)Obesitas sentral (800.976 kasus)Gangguan kognitif (253.221 kasus)

    Pemeriksaan Lanjutan Lansia

    Orang usia 40 tahun atau lebih dengan hipertensi/DM, hepatitis B, hepatitis C, dislipidemia, dan obesitas sentral.

    Risiko stroke dislipidemia (159.924 kasus)Fungsi ginjal abnormal (13.257 kasus)Risiko fibrosis/sirosis (4.622 kasus)

    Halaman 2 dari 3

    Simak Video “Video: 29 Juta Warga RI Sudah Ikut Cek Kesehatan Gratis”
    [Gambas:Video 20detik]
    (dpy/naf)

  • Gagal Ginjal Bukan Akhir, Masih Ada Harapan Lewat Transplantasi

    Gagal Ginjal Bukan Akhir, Masih Ada Harapan Lewat Transplantasi

    Jakarta

    Siloam International Hospitals melalui Siloam ASRI terus memperkuat kompetensi para dokter spesialis dan tim paramedis, fasilitas kesehatan, dan kualitas pelayanannya. Ini untuk meningkatkan harapan hidup para pasien gagal ginjal yang melakukan transplantasi ginjal dengan standar dan hasil setara dengan rumah sakit internasional.

    Lewat ajang Ajang “5th Siloam Urology-Nephrology Summit 2025” yang digelar pada bulan Agustus lalu, Siloam menyoroti berbagai perkembangan terbaru, mulai dari penguatan sistem donor dari pasien yang meninggal dunia, strategi pencegahan reaksi penolakan organ, hingga inovasi pemanfaatan teknologi robotik yang diyakini akan menjadi masa depan transplantasi ginjal.

    Topik-topik dari diskusi ini dapat memperkuat penanganan kasus gagal ginjal. Data Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) menyebutkan lebih dari 200.000 pasien menjalani terapi hemodialisis setiap tahun.

    Transplantasi ginjal menjadi salah satu terobosan medis penting bagi pasien gagal ginjal stadium akhir. Namun, minimnya ketersediaan donor dengan berbagai masalah lain masih memerlukan penyelesaian.

    Donor Kadaver, Solusi untuk Keterbatasan Donor Hidup

    Spesialis anestologi, dr Aries Perdana, SpAn-KKV mengatakan bahwa transplantasi dari donor meninggal dunia (cadaveric donor) dapat menjadi solusi nyata untuk keterbatasan donor hidup di Indonesia.

    “Keberhasilan program donor kadaver sangat bergantung pada diagnosis mati batang otak (MBO) yang akurat, manajemen donor di ICU, serta koordinasi lintas rumah sakit secara nasional,” ungkap dr Aries dalam keterangannya, Kamis (18/9/2025).

    Senada, spesialis urologi Prof dr Agus Rizal Ardy Hariandy Hamid, SpU(K), FICRS, PhD mengatakan bahwa kualitas donor dan penerima juga harus diperhatikan. Ini untuk memastikan bahwa transplantasi bisa berjalan sebagaimana mestinya.

    “Kualitas donor, kondisi klinis penerima, serta pemantauan jangka panjang adalah faktor-faktor yang saling berkaitan. Semua ini menentukan apakah transplantasi akan memberikan manfaat maksimal bagi pasien,” katanya.

    Strategi Pengobatan untuk Cegah Penolakan Organ

    Pada kesempatan yang sama, spesialis penyakit dalam Prof Dr dr Endang Susalit, SpPD-KGH, FINASIM ada beberapa tantangan dari transplantasi ginjal. Prosedur ini tidak berhenti setelah operasi selesai, tantangan terbesar justru datang dari risiko tubuh pasien menolak organ baru yang dianggap sebagai benda asing.

    “Untuk mencegah penolakan ini, pasien harus mengonsumsi obat khusus yang disebut obat penekan sistem imun, atau imunosupresan pada waktu tertentu. Obat ini membuat tubuh tidak menyerang ginjal baru sehingga organ bisa berfungsi dengan baik,” terang Prof Endang.

    Prof Endang menambahkan, salah satu obat utama yang digunakan adalah tacrolimus, yang terbukti efektif tetapi harus diberikan dengan pemantauan ketat. Bentuk dosis sekali sehari kini menjadi pilihan karena lebih mudah diikuti pasien, sehingga meningkatkan kepatuhan pengobatan.

    “Kepatuhan pasien sangat penting. Obat bisa efektif, tapi tanpa disiplin minum obat, risiko kegagalan transplantasi tetap tinggi,” tegasnya.

    Teknologi Baru dalam Transplantasi Ginjal

    Di lain pihak perkembangan teknologi menjadi sebuah kebutuhan. Prof Shin Sung, pembicara internasional dari Korea Selatan memaparkan bahwa teknologi robot transplantasi ginjal (robotic kidney transplantation) menawarkan prosedur yang lebih presisi, minim invasif, serta pemulihan yang lebih cepat.

    “Dengan bantuan teknologi robotik, risiko komplikasi dapat ditekan, waktu pemulihan lebih singkat, dan kualitas hidup pasien pasca-transplantasi bisa lebih baik,” jelasnya.

    Teknologi robotik diharapkan dapat membuka jalan bagi layanan transplantasi yang lebih modern di Indonesia, sekaligus meningkatkan angka keberhasilan dan kualitas hidup pasien.

    Saat ini, Siloam ASRI yang didukung tenaga medis, fasilitas dan sistem pelayanan kesehatan yang kompeten mampu melakukan prosedur transplantasi ginjal dengan standar dan hasil bertaraf internasional. Sebagai catatan, Siloam ASRI telah melayani 464 pasien transplantasi ginjal dengan rerata tingkat kelangsungan hidup dalam 1 tahun (of one year survival rate) mencapai 98,9 persen.

    Dengan adanya pertemuan medis tahunan ini, Siloam International Hospitals kian menunjukkan dukungannya atas peningkatan pelayanan kesehatan di Indonesia pada umumnya, dan secara khusus di bidang urologi dan nefrologi.

    Forum ini menghadirkan sejumlah pakar urologi dan nefrologi dari dalam dan luar negeri, yaitu Prof Shin Sung (pakar transplantasi ginjal dari Korea Selatan), Prof Dr dr Endang Susalit, SpPD-KGH, FINASIM (pakar penyakit dalam konsultan ginjal-hipertensi Siloam ASRI), Prof dr Agus Rizal Ardy Hariandy Hamid, SpU(K), FICRS, PhD (dokter spesialis urologi Siloam ASRI), dan dr Aries Perdana, SpAn-KKV (dokter spesialis anestesi Siloam ASRI).

    (dpy/up)

  • Program Cek Kesehatan Gratis Berjalan, Pemanfaatan BPJS Kesehatan Meningkat

    Program Cek Kesehatan Gratis Berjalan, Pemanfaatan BPJS Kesehatan Meningkat

    Jakarta

    Direktur Utama BPJS Kesehatan Ali Ghufron Mukti mengungkapkan skrining kesehatan bisa dilakukan melalui aplikasi Mobile JKN. Apabila hasil pemeriksaan menunjukkan indikasi masalah medis pasien, bisa menjalani pemeriksaan lanjutan di Puskemas.

    Seperti yang diketahui, sebenarnya Kementerian Kesehatan beberapa bulan lalu juga mengeluarkan program skrining Cek Kesehatan Gratis (CKG). Berkaitan dengan hal tersebut, Ghufron memastikan program skrining milik BPJS Kesehatan dan Kemenkes tidak tumpang tindih.

    “Tidak tumpang tindih. Karena itu melengkapi,” kata Ghufron ketika ditemui awak media di Karanganyar, Jawa Tengah, Rabu (17/9/2025).

    “Nanti, kalau pun dia ketemu penyakit, yang ketemu di pemeriksaan gratis (CKG), kalau sakit ke faskes, yang bayar BPJS Kesehatan, nah itu jadinya menyatu,” sambungnya.

    Ghufron mengungkapkan terjadi peningkatan jumlah orang yang datang ke fasilitas kesehatan semenjak adanya program CKG. Meski tak merinci jumlah kenaikannya, Ghufron menyebut pengguna JKN sebenarnya terus naik tiap tahun.

    Ia mencontohkan pada tahun 2014, awal-awal BPJS Kesehatan dibentuk, jumlah pasien yang memanfaatkan JKN hanya sebanyak 252 ribu sehari. Sedangkan saat ini, jumlah pasien yang memanfaatkan JKN bisa lebih dari 2 juta orang tiap hari.

    “Ya, yang jelas meningkat (jumlah pasien). Terhadap skrining, ada pemeriksaan. Kalau di (skrining) BPJS kan, sudah beberapa waktu, tahun 2022. Jadi sudah lama. Nah, sekarang ada pemeriksaan gratis (CKG), itu tentu meningkatkan,” ujarnya.

    Karena kesadaran masyarakat soal kesehatan makin besar akibat adanya program CKG dan skrining BPJS Kesehatan, Ghufron mengakui sebenarnya ada kenaikan beban klaim yang dikeluarkan BPJS Kesehatan. Meski begitu, ia mengatakan hal ini sangat normal.

    Melalui CKG dan skrining kesehatan BPJS Kesehatan, diharapkan masalah kesehatan yang dialami pasien bisa ditemukan lebih dini. Dengan begitu, biaya layanan di masa depan bisa turun akhirnya.

    “Iya, tetapi karena kita bayarnya kapitasi, bebannya memang lebih tinggi. Contoh di sini, kalau dibanding 4 tahun yang lalu, setiap harinya jumlah pasien naik atau meningkat. Ini akibat kesadaran masyarakat,” ujar Ghufron.

    “Tapi on the long run, karena mereka sudah sadar kesehatan, dalam waktu dekat atau pendek itu mesti meningkatkan biaya. Pasti. Dalam waktu jangka panjang, karena kemudian mereka sehat, akhirnya turun. Tapi jangka panjang ya, jangka panjang itu bisa lebih 5 tahun,” tandasnya.

    Halaman 2 dari 2

    (avk/kna)

  • Kondisi Balita di Bengkulu yang Muntah Cacing dari Mulut-Hidung

    Kondisi Balita di Bengkulu yang Muntah Cacing dari Mulut-Hidung

    Jakarta

    Balita yang mengalami cacingan terjadi lagi, kini di Seluma, Bengkulu. Balita tersebut diketahui berusia 1 tahun 8 bulan bernama Khaira Nur Sabrina, yang kini tengah menjalani perawatan intensif.

    Plt Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu, Endriwan Mansyur menjelaskan balita yang dirujuk dari Rumah Sakit Seluma telah sampai di RSUD M Yunus Bengkulu. Bocah tersebut telah mendapat perawatan dari pihak rumah sakit.

    Endriwan menjelaskan, kondisi Khaira saat ini masih lemah. Tim medis RSUD M Yunus terus memberikan perawatan intensif untuk membantu pemulihan kesehatan sang balita.

    Ia menambahkan, tim medis juga memberikan makanan bergizi tinggi untuk memperbaiki kondisi pasien. Pasalnya, dari informasi yang dihimpun, selama ini balita tersebut hanya mengonsumsi makanan seadanya sehingga diduga mengalami kekurangan gizi.

    “Kita melakukan pengawasan ekstra pada pasien, untuk adanya dugaan larva di paru-paru berdasarkan radiologi akan kita cek kembali,” tutup Endriwan, dikutip dari detiksumbagsel, Rabu (17/9/2025).

    Sebelumnya, pihak Dinas kesehatan menduga cacing gelang yang bersarang di tubuh bocah tersebut berasal dari lingkungan rumah yang kotor dan tidak sehat.

    Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Seluma, Rudi Syawaludin mengatakan, setelah dilakukan pengecekan ke rumah pasien di Desa Sungai Petai ditemukan kondisi rumah yang tidak layak huni.

    “Saat ditemukan adanya pasien dengan gejala mengeluarkan cacing dari mulut dan hidung, kita langsung melakukan investigasi ke rumah dan lingkungan pasien,” kata Rudi.

    Rudi menjelaskan, kondisi rumah bocah tersebut cukup memprihatinkan, rumah hanya beralas tanah dan dinding papan yang sudah rusak. Bahkan banyak kotoran ayam di sekitar rumah.

    Di sisi lain, cacing gelang atau Ascaris lumbricoides merupakan jenis cacing yang paling banyak menginfeksi manusia, baik di Indonesia maupun di dunia. Dari seluruh populasi yang terinfeksi, hampir 80 persen adalah anak usia sekolah, yakni 5-10 tahun.

    Menurut Anggota Unit Kerja Koordinasi (UKK) Infeksi Penyakit Tropik Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dr Riyadi, SpA, Subsp IPT(K), MKes, tingginya angka kasus pada kelompok ini erat kaitannya dengan aktivitas anak.

    “Karena mereka mereka aktif bermain di tanah, aktif bermain di luar. Nah ini mungkin kemampuan mereka, edukasi mereka tentang perilaku hidup bersih dan sehat belum optimal, makanya kenapa anak usia sekolah yang paling banyak,” jelas dr Riyadi dalam agenda temu media IDAI, Jumat (22/8/2025).

    Kelompok kedua yang paling rentan adalah anak usia prasekolah, yakni 2-5 tahun. Pada usia ini, anak sudah mulai bisa berjalan dan bermain di luar rumah.

    “Bagaimana kita mengedukasi nih orang tua, karena anak-anak ini, apalagi usia 2-5 tahun sama sekali kalau dilihat, ada yang bergerak di tanah mikirnya, oh ada mainan baru, malah dia pegang” tambahnya.

    Lebih lanjut, dr Riyadi menyebutkan sekitar seperdelapan populasi dunia terinfeksi cacing gelang. Parasit ini sangat menyukai lingkungan yang hangat dan lembap, sehingga negara tropis seperti Indonesia menjadi tempat ideal bagi perkembangannya.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video: Kemenkes soal Balita di Sukabumi Meninggal dengan Tubuh Penuh Cacing”
    [Gambas:Video 20detik]
    (suc/kna)

  • PDIP tegaskan hak rakyat peroleh pelayanan kesehatan bermutu

    PDIP tegaskan hak rakyat peroleh pelayanan kesehatan bermutu

    Jakarta (ANTARA) – DPP PDI Perjuangan menyelenggarakan seminar nasional yang mengangkat tema “Seluruh Rakyat Berhak Sehat” dalam rangka memperingati Hari Keselamatan Pasien Sedunia yang jatuh pada 17 September di Sekolah Partai, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Rabu.

    Forum ini juga menyuarakan aspirasi rakyat kepada lembaga negara, yakni DPR RI Komisi IX, Kementerian Kesehatan RI, dan BPJS Kesehatan.

    “Negara tak boleh abai terhadap suara pasien miskin. Pasien bukan sekadar angka statistik. Mereka adalah manusia yang punya harapan untuk hidup lebih baik,” tegas Ketua DPP Bidang Kesehatan Ribka Tjiptaning dalam keterangannya di Jakarta, Rabu.

    Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri juga turut mengikuti acara secara hybrid dan direncanakan mengisi materi berkaitan dengan politik kesehatan dalam cara pandang PDI Perjuangan.

    Ribka menambahkan kegiatan ini menjadi momentum penting untuk menegaskan kembali hak seluruh rakyat Indonesia dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan adil.

    Ia juga berharap seminar ini menjadi ruang dialog, edukasi, serta advokasi guna meningkatkan kesadaran bersama bahwa keselamatan pasien adalah tanggung jawab kolektif antara masyarakat, tenaga kesehatan, dan pemerintah, sekaligus memperkuat komitmen politik kerakyatan dalam mendorong hadirnya kebijakan kesehatan yang berpihak kepada rakyat.

    Pada kesempatan itu, Sekretaris Jenderal DPP PDIP Hasto Kristiyanto mengatakan bahwa Hari Keselamatan Pasien Sedunia ini kembali mengingatkan tentang tanggung jawab ideologis sekaligus tanggung jawab kepartaian terkait isu kesehatan.

    Hasto menegaskan persoalan kesehatan rakyat tidak bisa dianggap main-main dan merupakan investasi penting bagi masa kini maupun masa depan.

    Ia juga mengingatkan pesan Ketua Umum Megawati Soekarnoputri yang selalu menekankan bahwa arah kebijakan partai harus berpijak pada kepentingan rakyat.

    “Ibu Ketua Umum menyampaikan kebijakan strategis partai, instruksi, dan arahan beliau, bagaimana agar kita sebagai kader partai menyatu dengan seluruh elemen pergerakan rakyat, agar secara berdikari kita mampu mewujudkan suatu sistem kesehatan yang menempatkan rakyat sebagai aktor utama yang sadar akan pentingnya kesehatan,” kata Hasto.

    Politikus asal Yogyakarta ini meyakini bahwa memastikan kesehatan bagi seluruh rakyat merupakan pesan politik kehidupan yang selalu diajarkan Bung Karno dalam menggali nilai-nilai Pancasila sebagai ideologi bangsa.

    Hasto juga berpesan kepada seluruh jajaran tiga pilar partai, mulai dari pengurus DPP, DPD, DPC, anggota legislatif Fraksi PDIP, hingga kepala/wakil kepala daerah, untuk terus membumikan nilai kemanusiaan dalam setiap kebijakan dan tindakan.

    “Kita tidak bisa hanya mengandalkan kebijakan dari negara, tetapi harus bergerak aktif berlandaskan nilai-nilai kemanusiaan,” tegas Hasto.

    “Hari Keselamatan Pasien Sedunia ini juga mengandung tugas kita bersama: bagaimana menjaga keselamatan rakyat Indonesia agar seluruh anak bangsa dapat hidup sehat dalam Indonesia Raya,” tambahnya.

    Hadir dalam acara tersebut antara lain Ketua DPP Bidang Jaminan Sosial Charles Honoris, Ketua DPP Bidang Kebijakan Publik dan Reformasi Birokrasi Kerakyatan Abdullah Azwar Anas, Ketua DPP Bidang Penanggulangan Bencana Tri Rismaharini, dan Ketua DPP Bidang Perempuan dan Anak I Gusti Ayu Bintang Darmawati.

    Selain itu, hadir pula Ketua DPP Bidang Pariwisata Wiryanti Sukamdani, Wakil Bendahara DPP Yuke Yurike, dan Wakil Sekjen Yoseph Aryo Adhi Dharmo.

    Tampak juga Dirjen Pelayanan Kesehatan Lanjutan Kemenkes dr. Azhar Jaya, serta Direktur Jaminan Pelayanan Kesehatan BPJS Kesehatan dr. Lily Kresnowati, M.Kes.

    Pewarta: Fianda Sjofjan Rassat
    Editor: Didik Kusbiantoro
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.