Kementrian Lembaga: Kemenkes

  • Kisah Wanita Hidup dengan HIV Sejak Lahir, Terinfeksi saat Masih di Kandungan

    Kisah Wanita Hidup dengan HIV Sejak Lahir, Terinfeksi saat Masih di Kandungan

    Jakarta

    Vanessa (bukan nama sebenarnya) berusia 20-an telah hidup dengan HIV sepanjang hidupnya. Ia terinfeksi saat masih berada di rahim ibunya, warga negara Indonesia yang tertular HIV dari jarum suntik yang terkontaminasi saat menjalani perawatan kesuburan di Batam.

    Ibunya baru mengetahui bahwa mereka mengidap virus tersebut saat Vanessa berusia tiga tahun. Kepada Straits Times, Vanessa membagikan kisahnya saat berusia 10 tahun pada 2011. Ia mengaku mengalami banyak perubahan terhadap hidupnya pada saat itu.

    Kini, 13 tahun kemudian, ia percaya diri, dewasa, dan bekerja di industri kreatif. Ia ingin memiliki kondisi keuangan yang stabil sehingga ia dapat mengajak orang tuanya berlibur ke luar negeri.

    Di balik lapisan kepercayaan dirinya ini, Vanessa masih menyimpan rahasia yang sama yang dimilikinya sejak berusia empat tahun, ketika orang tuanya menceritakan tentang kondisinya.

    “Saya tidak pernah memberi tahu siapa pun tentang status HIV saya,” ungkapnya terus terang. “Saya menjalani hidup seperti orang normal.”

    Vanessa sebenarnya ingin menceritakan rahasianya kepada sahabatnya. Namun dirinya takut dijauhkan oleh teman-temannya lantaran kondisi yang dialaminya.

    “Ada saat-saat ketika saya merasa telah melalui begitu banyak hal dengan sahabat ini, mungkin saya harus menceritakannya,” kata Vanessa.

    baca juga

    “Tetapi saya akan menarik diri dan bertanya-tanya: Apakah kita masih bisa menikmati persahabatan yang sama? Apakah dia akan menjauh atau memperlakukan saya secara berbeda setelah dia mengetahuinya?” lanjutnya lagi.

    Meski kondisi Vanessa terkendali, dia khawatir orang lain tidak akan mengerti.

    “Saat Anda menyatakan, Anda tidak dapat menambahkan bahwa Anda stabil, dengan viral load yang tidak terdeteksi,” katanya. Vanessa telah menerima perawatan sejak berusia tiga tahun. Orang-orang tidak akan fokus pada hal itu. Mereka akan memilih untuk melihat bahwa saya adalah pasien HIV.”

    Sementara dia menyalurkan energinya untuk membangun karier dan menikmati kebebasan di masa dewasa muda, dia menjaga jarak dengan gagasan tentang pacaran, pernikahan, dan punya anak.

    “Jika aku punya pasangan, kapan aku akan memberi tahu dia tentang kondisiku? Apakah aku akan mengatakannya di awal dan mengambil risiko dia langsung pergi? Atau menunggu sampai keadaannya serius, dan kemudian dia mungkin merasa aku telah berbohong padanya selama ini?”
    “Tidak ada waktu yang tepat untuk mengatakannya, dan saya tidak pernah yakin apakah dia orang yang tepat untuk memahaminya.”

    Vanessa meyakini masyarakat saat ini jauh lebih terinformasi tentang HIV dibandingkan masa lalu, saat kondisi tersebut sebagian besar ditakuti dan disalahpahami.

    Namun, ia masih sangat tidak yakin apakah orang lain akan menerimanya secara normal jika ia mengungkapkan status HIV-nya. Karena itu, ia lebih suka merahasiakannya.

    Meski begitu, ia berharap pada akhirnya ia bisa hidup terbuka dengan kondisinya.

    “Saat ini saya belum siap, tetapi mungkin suatu hari nanti, jika saya tahu hidup dengan HIV tidak akan mengubah kehidupan yang telah saya bangun, saya akan memberitahu teman-teman saya, ‘Lihat, kita sudah dekat selama bertahun-tahun – berbagi makanan dan bepergian bersama – tetapi tidak terjadi apa-apa padamu.’”

    baca juga

    NEXT: Penularan HIV

    Human Immunodeficiency Virus atau HIV merupakan tahap awal dari dari AIDS. HIV akan menyerang sistem kekebalan tubuh, sehingga daya tahan tubuh pasien akan melemah dan rentan diserang berbagai penyakit.

    Apabila tidak mendapatkan penanganan yang cepat, HIV akan berkembang menjadi AIDS atau Acquired Immune Deficiency Syndrome. Pasien yang terpapar AIDS akan mengalami kondisi saat tubuh tidak mampu melawan infeksi yang ditimbulkan. Dengan kata lain AIDS adalah stadium akhir dari Infeksi HIV.

    Dikutip dari Kemenkes RI, penularan HIV terjadi akibat sejumlah faktor, seperti:

    Berganti-ganti pasangan dan berhubungan seksual yang tidak aman

    Menggunakan jarum suntik secara bersamaan.

    Penularan HIV-AIDS dari ibu hamil ke janin melalui plasenta

    Mendapatkan suntikan, transfusi darah atau prosedur medis lainnya yang tidak steril atau tidak dilakukan dengan profesional

    baca juga

    (suc/suc)

  • 11 Provinsi dengan Jumlah Kasus HIV Terbanyak, Ada DKI-Jabar

    11 Provinsi dengan Jumlah Kasus HIV Terbanyak, Ada DKI-Jabar

    Jakarta

    Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mengungkap estimasi kasus orang dengan HIV (ODHIV) di Indonesia mencapai 515 ribu kasus pada tahun 2023. Angka tersebut mengalami penurunan dari 2022 yang tercatat estimasi ada 540 ribu kasus orang dengan HIV.

    Indonesia juga berada pada urutan kesembilan estimasi kasus infeksi baru HIV yang mencapai 28 ribu kasus pada 2023.

    Berdasarkan data Kemenkes yang diterima detikcom, terdapat 11 provinsi dengan estimasi ODHIV terbanyak di Indonesia. Artinya, 11 provinsi tersebut menyumbang 76 persen kasus dengan total lebih dari 10 ribu orang. Di antaranya:

    DKI JakartaJawa TimurJawa BaratJawa TengahSumatera UtaraBaliPapuaPapua TengahSulawesi SelatanBantenKepulauan Riau

    Di sisi lain, sepanjang Januari hingga September 2024, tercatat sebanyak 35.415 kasus HIV dan 12.481 kasus AIDS. Catatan periode tersebut nyaris melampaui laporan kasus HIV-AIDS tahun lalu, di angka lebih dari 50 ribu kasus.

    Kemenkes juga mengungkap 71 persen dari temuan kasus baru HIV-AIDS masih didominasi kelompok pria. Sementara wanita 29 persen kasus.

    Tim Kerja HIV PIMS Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan RI Endang Lukitosari, MPH, mengatakan nyaris sebagian besar atau 90 persen kasus HIV terjadi pada usia remaja hingga dewasa muda atau usia produktif. Catatan populasi kunci terbanyak terkait kasus HIV-AIDS masih dilaporkan kelompok lelaki seks lelaki (LSL).

    “Kalau kita lihat dari jumlah kasus yang dilaporkan, 19 persen terjadi pada rentang usia 20-24 tahun, yang mana ini adalah dewasa muda, dan 60 persennya usia dewasa 25 hingga 49 tahun,” ucapnya dalam webinar daring, Sabtu (1/12/2024).

    “Ini kalau digabung, hampir sebagian besar 90 persen kurang lebih pada usia-usia remaja dan dewasa muda dan usia produktif. Kelompok populasi kunci, kita melihat paling besar memang pada kelompok LSL, 31 persen, dilanjutkan dengan pasangan ODHIV dan pelanggan pekerja seks (PS),” pungkas dia.

    (suc/suc)

  • 53 Ribu Warga Singapura Diberi Resep Antidepresan, Tanda Darurat Kesehatan Mental?

    53 Ribu Warga Singapura Diberi Resep Antidepresan, Tanda Darurat Kesehatan Mental?

    Jakarta

    Kementerian Kesehatan Singapura menyatakan bahwa sekitar 53 ribu pasien diresepkan antidepresan setiap tahun pada tahun 2022 dan 2023. Angka ini naik dari rata-rata 50 ribu per tahun antara tahun 2017 dan 2021.

    “Secara keseluruhan, resep golongan antidepresan SSRI atau selective serotonin reuptake inhibitor meningkat dengan tingkat pertumbuhan tahunan gabungan sebesar 5 persen dari tahun 2018 hingga 2022,” imbuh Kemenkes Singapura, dikutip CNA.

    Angka tersebut setara dengan peningkatan setidaknya 20 persen dalam periode tersebut. Meskipun pada tahun 2023 terjadi penurunan 3,8 persen dalam semua resep SSRI, berbagai klinik dokter umum dan spesialis mengatakan bahwa mereka telah mengamati lebih banyak orang dewasa muda yang mencari bantuan untuk kondisi kesehatan mental seperti depresi sejak dimulainya pandemi COVID-19.

    Jika usia pasien yang diresepkan SSRI dibedah, proporsi orang dewasa muda berusia 18 hingga 24 tahun telah meningkat secara stabil, dari 11,2 persen pada tahun 2017 menjadi 15,5 persen pada tahun 2021, kemudian mencapai 14 persen pada tahun lalu.

    “Peningkatan keseluruhan dalam resep antidepresan tidak mengejutkan karena beberapa alasan,” kata dokter kepada CNA.

    Salah satu alasannya adalah penyakit mental telah mengalami “destigmatisasi” yang cukup besar di masyarakat Singapura. Dr Victor Kwok, direktur medis dan konsultan psikiater senior di Private Space Medical, mengatakan bahwa ia telah melihat lebih banyak orang dewasa muda yang mengunjungi klinik atas kemauan mereka sendiri setelah pandemi, sering kali dibekali dengan kesadaran diri yang sangat tinggi.

    “Pasien muda ini lebih mampu mengenali gejala mereka dan menganalisis alasan pemicunya. Bahasa yang mereka gunakan seringkali sangat canggih, seperti bahasa terapis,” katanya.

    baca juga

    (suc/suc)

  • PINTI Berharap Pemerintah Segera Tetapkan Hari Disabilitas Nasional

    PINTI Berharap Pemerintah Segera Tetapkan Hari Disabilitas Nasional

    Pematang Siantar: Perempuan Perhimpunan Indonesia Tionghoa (PINTI) bersama dengan Yayasan Roda Kebajikan Peduli menyelenggarakan Perayaan Hari Disabilitas Internasional 2024 pada Minggu, 1 Desember 2024 di Maha Vihara Vidya Maitreya di Kota Pematang Siantar, SumatraUtara.

    Acara diikuti oleh 500 anak-anak disabilitas dan berkebutuhan khusus beserta pendamping. Hari Disabilitas Internasional diperingati setiap 3 Desember yang dapat menjadi momen penting untuk dapat mengingatkan kesadaran dan mendukung hak-hak dan kesejahteraan para penyandang disabilitas.

    Dalam UU Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak, dan juga telah diatur dalam PP Nomor 78 Tahun 2021 tentang Perlindungan Khusus Anak, sudah diamanatkan untuk melakukan upaya perlindungan khusus terhadap Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).

    Apapun kondisi anak, mereka punya hak untuk hidup, berinteraksi, bersekolah dan lainnya. Pemerintah pun wajib memenuhi hak-hak setiap anak dan wajib melindungi anak dari berbagai bentuk diskriminasi dan kekerasan.

    Dalam acara ini, Wakil Menteri KPPPA, Veronica Tan, hadir melalui zoom menyapa dan memberi semangat kepada anak-anak disabilitas, dan juga mengapresiasi acara kegiatan ini. Ketua PINTI Pusat Dr Metta Agustina, berharap dengan terlaksananya acara ini, pemerintah dapat melanjutkan, baik dari Kemensos, KPPPA, KemenKes maupun Kemen UMKM yang dapat membantu orang tua anak disabilitas dapat berpenghasilan sambil menjaga anaknya.

    “Ke depannya, kami juga berharap pemerintah dapat menetapkan Hari Disabilitas Nasional yang dapat meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat umum kepada para penyandang disabilitas yang hak-hak-nya seringkali terlupakan,” kata Metta.

    Ketua Panitia, Fenny Goh, menyatakan dengan mengangkat tema “Bersama untuk Inklusi: Kesetaraan, Kemandirian, dan Kesempatan Semua”, ia juga berharap lewat acara ini dapat mempererat hubungan antarpenyandang disabilitas, keluarga serta masyarakat umum dan juga memberikan pengalaman berharga dan momen yang penuh kebahagiaan bagi anak dan keluarganya.

    “Selain memberikan dukungan layanan kesehatan gratis, pembagian bantuan sosial yang dilaksanakan ini diharapkan dapat memberikan dukungan yang signifikan bagi peserta terutama dalam memenuhi kebutuhan dasar mereka. Serta mencerminkan kepedulian terhadap anak-anak disabilitas dan berkontribusi dalam menciptakan lingkungan yang lebih inklusif dan mendukung bagi masa depan mereka,” sambutnya.

    Pematang Siantar: Perempuan Perhimpunan Indonesia Tionghoa (PINTI) bersama dengan Yayasan Roda Kebajikan Peduli menyelenggarakan Perayaan Hari Disabilitas Internasional 2024 pada Minggu, 1 Desember 2024 di Maha Vihara Vidya Maitreya di Kota Pematang Siantar, SumatraUtara.
     
    Acara diikuti oleh 500 anak-anak disabilitas dan berkebutuhan khusus beserta pendamping. Hari Disabilitas Internasional diperingati setiap 3 Desember yang dapat menjadi momen penting untuk dapat mengingatkan kesadaran dan mendukung hak-hak dan kesejahteraan para penyandang disabilitas.
     
    Dalam UU Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak, dan juga telah diatur dalam PP Nomor 78 Tahun 2021 tentang Perlindungan Khusus Anak, sudah diamanatkan untuk melakukan upaya perlindungan khusus terhadap Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).
    Apapun kondisi anak, mereka punya hak untuk hidup, berinteraksi, bersekolah dan lainnya. Pemerintah pun wajib memenuhi hak-hak setiap anak dan wajib melindungi anak dari berbagai bentuk diskriminasi dan kekerasan.
     
    Dalam acara ini, Wakil Menteri KPPPA, Veronica Tan, hadir melalui zoom menyapa dan memberi semangat kepada anak-anak disabilitas, dan juga mengapresiasi acara kegiatan ini. Ketua PINTI Pusat Dr Metta Agustina, berharap dengan terlaksananya acara ini, pemerintah dapat melanjutkan, baik dari Kemensos, KPPPA, KemenKes maupun Kemen UMKM yang dapat membantu orang tua anak disabilitas dapat berpenghasilan sambil menjaga anaknya.
     
    “Ke depannya, kami juga berharap pemerintah dapat menetapkan Hari Disabilitas Nasional yang dapat meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat umum kepada para penyandang disabilitas yang hak-hak-nya seringkali terlupakan,” kata Metta.
     
    Ketua Panitia, Fenny Goh, menyatakan dengan mengangkat tema “Bersama untuk Inklusi: Kesetaraan, Kemandirian, dan Kesempatan Semua”, ia juga berharap lewat acara ini dapat mempererat hubungan antarpenyandang disabilitas, keluarga serta masyarakat umum dan juga memberikan pengalaman berharga dan momen yang penuh kebahagiaan bagi anak dan keluarganya.
     
    “Selain memberikan dukungan layanan kesehatan gratis, pembagian bantuan sosial yang dilaksanakan ini diharapkan dapat memberikan dukungan yang signifikan bagi peserta terutama dalam memenuhi kebutuhan dasar mereka. Serta mencerminkan kepedulian terhadap anak-anak disabilitas dan berkontribusi dalam menciptakan lingkungan yang lebih inklusif dan mendukung bagi masa depan mereka,” sambutnya.
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (WHS)

  • 53 Ribu Warga Singapura Diberi Resep Antidepresan, Tanda Darurat Kesehatan Mental?

    Mulai 2025! Singapura Minta Warganya Rajin Tes HIV Mandiri, Bisa Beli di Apotek

    Jakarta

    Kit tes HIV mandiri bakal tersedia di sejumlah apotek ritel terpilih Singapura, pada akhir Januari 2025. Kementerian Kesehatan setempat menekankan hal ini menjadi cara untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terkait risiko penularan dan rutin menjalani tes.

    “Tes HIV mandiri adalah cara cepat dan mudah untuk mengetahui status HIV seseorang,” kata MOH dalam rilis media.

    “Kit ini dapat digunakan secara mandiri di tempat pribadi dan melibatkan pengambilan spesimen oral sendiri menggunakan penyeka.”

    Singapura mengatakan sebagian besar pasien HIV yang baru terdeteksi mengalami infeksi stadium akhir pada saat diagnosis, dengan 52 persen kasus terdeteksi pada infeksi stadium akhir pada 2023, 51 persen pada 2022, dan 62 persen pada 2021.

    “Proporsi yang terdeteksi melalui pengujian HIV dilakukan sendiri juga relatif rendah, dengan 15 persen kasus tersebut pada 2023, 17 persen pada 2022, dan 16 persen pada 2021,” tambah otoritas tersebut.

    Rekomendasinya adalah agar setiap orang dewasa menjalani tes setidaknya sekali seumur hidup, terlepas dari faktor risikonya.

    Orang yang terlibat dalam perilaku seksual berisiko tinggi harus menjalani tes HIV rutin setiap tiga hingga enam bulan, kata Kementerian Kesehatan, sementara mereka yang berisiko lebih tinggi terinfeksi HIV harus melakukan tes lebih sering dan menemui penyedia layanan kesehatan untuk membahas pilihan tindakan pencegahan.

    Menurut Kemenkes Singapura, 209 kasus baru HIV tercatat di antara warga negara dan penduduk tetap Singapura pada 2023, sedikit meningkat dari 202 kasus pada 2022, yang merupakan angka terendah sejak 1998. Ada 250 infeksi baru pada 2021 dan 261 pada 2020.

    Langkah untuk menyediakan alat tes mandiri secara lebih luas dilakukan menjelang Hari AIDS Sedunia pada hari ini, 1 Desember.

    Tes mandiri HIV juga sebenarnya sudah diujicoba di Klinik Departemen Pengendalian Infeksi Menular Seksual (DSC) dan organisasi nonpemerintah Action for AIDS (AfA) mulai Agustus 2022.

    “Uji coba ini telah menunjukkan penerimaan, keamanan, dan penggunaan tes mandiri HIV yang efektif, dan mendorong penerapan tes HIV di antara mereka yang sebelumnya tidak pernah menjalani tes HIV,” kata MOH.

    Namun, hasil dari satu tes diagnostik cepat seperti alat tes mandiri HIV tidak cukup untuk mendiagnosis infeksi.

    Kemenkes Singapura mengatakan mereka yang hasil tesnya positif pada alat tes mandiri harus menerima tes konfirmasi lebih lanjut dari penyedia layanan kesehatan.

    Jika hasil tesnya negatif, tetapi orang tersebut baru saja melakukan hubungan seksual tanpa pengaman atau berisiko lebih tinggi terinfeksi HIV, mungkin diperlukan waktu hingga tiga bulan untuk mengembangkan antibodi terhadap HIV yang akan muncul pada alat tes.

    “Apapun hasil tesnya, dukungan tersedia,” kata Kemenkes Singapura.

    (naf/kna)

  • RI Catat Lebih dari 35 Ribu Kasus Baru HIV-AIDS, Ada Remaja hingga Dewasa Muda

    RI Catat Lebih dari 35 Ribu Kasus Baru HIV-AIDS, Ada Remaja hingga Dewasa Muda

    Jakarta

    Kementerian Kesehatan RI mengungkap 71 persen dari temuan kasus baru HIV-AIDS masih didominasi kelompok pria. Sementara wanita 29 persen kasus.

    Sepanjang Januari hingga September 2024, tercatat sebanyak 35.415 kasus HIV dan 12.481 kasus AIDS. Catatan periode tersebut nyaris melampaui laporan kasus HIV-AIDS tahun lalu, di angka lebih dari 50 ribu kasus.

    “Kalau kita lihat dari jumlah kasus yang dilaporkan, 19 persen terjadi pada rentang usia 20-24 tahun, yang mana ini adalah dewasa muda, dan 60 persennya usia dewasa 25 hingga 49 tahun,” beber dr Endang Lukitosari, MPH Tim Kerja HIV PIMS Kemenkes RI dalam diskusi daring, dikutip Minggu (1/12/2024).

    Dirinya juga menekankan HIV juga terjadi pada usia remaja di bawah 20 tahun. “Kita cukup amazed juga 6 persen pada usia remaja,” terang dia.

    Walhasil, nyaris sebagian besar atau 90 persen kasus HIV terjadi pada usia remaja hingga dewasa muda atau usia produktif. Catatan populasi kunci terbanyak terkait kasus HIV-AIDS masih dilaporkan kelompok lelaki seks lelaki (LSL).

    “Ini kalau digabung, hampir sebagian besar 90 persen kurang lebih pada usia-usia remaja dan dewasa muda dan usia produktif. Kelompok populasi kunci, kita melihat paling besar memang pada kelompok LSL, 31 persen, dilanjutkan dengan pasangan Odhiv dan pelanggan pekerja seks (PS),” pungkas dia.

    (naf/kna)

  • Pandangan Menkes soal Prabowo Minta Dokter Spesialis India Ngajar di RI

    Pandangan Menkes soal Prabowo Minta Dokter Spesialis India Ngajar di RI

    Jakarta – Menteri Kesehatan (Menkes) RI Budi Gunadi Sadikin merespons pernyataan Presiden RI Prabowo Subianto yang meminta dokter spesialis India mengajar di Indonesia. Berikut sejumlah hal yang disampaikan oleh Menkes Budi terkait rencana Presiden Prabowo…

    (/)

  • Tiap 4 Menit Satu Warga +62 Meninggal karena Bakteri ‘Kebal’ Antibiotik

    Tiap 4 Menit Satu Warga +62 Meninggal karena Bakteri ‘Kebal’ Antibiotik

    Jakarta

    Resistensi antimikroba menjadi ancaman serius lantaran bisa memicu pengobatan infeksi bakteri tidak lagi mempan saat diberikan antibiotik. dr Robert Sinto dari Divisi Penyakit Tropik dan Infeksi Departemen Ilmu Penyakit Dalam RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) mengungkap berdasarkan proyeksi dua tahun lalu, tercatat lebih dari 150 ribu kematian akibat resistensi antimikroba di Indonesia.

    “Yang artinya, setiap 4 menit ada satu orang meninggal karena antimikroba,” terangnya dalam diskusi awam, Jumat (29/11/2024).

    Estimasi kematian akibat resistensi antimikroba terus meningkat hingga 1 juta jiwa setiap tahun di Tanah Air. Sejalan dengan temuan apotek yang memberikan antibiotik sesuai indikasi dengan resep dokter, juga hanya berkisar 20 persen.

    “Semakin ke sini, semakin banyak kuman yang kebal dengan antibiotik yang kita miliki. Sementara penciptaan antibiotik baru itu hitungannya sangat-sangat lambat, bayangkan satu waktu di kemudian hari anak cucu kita bisa terkena kuman atau infeksi sederhana, tetapi kejadiannya sama seperti dulu, kita belum punya antibiotik,” lanjut dia.

    dr Sinto mencontohkan, dalam beberapa kasus kanker dan stroke, kemungkinan pemicu kematiannya berkaitan dengan infeksi bakteri yang tidak mempan diberikan antibiotik. Artinya, tidak semata-mata tunggal karena penyakit yang diidap.

    Apa Pemicunya?

    Pemicu utama resistensi antimikroba berkaitan dengan penggunaan antibiotik yang tidak tepat. Terbagi dalam tiga faktor.

    Pertama, banyak pasien kerap meminta resep antibiotik kepada dokter dengan dalih masa pemulihan lebih cepat.

    “Pasien sering merasa tidak sembuh ketika tidak diberikan antibiotik, maka secara halus meminta antibiotik supaya rasa nyaman tercapai, jadi intinya tidak ada indikasi, tetapi diberikan antibiotik,” tuturnya.

    “Kedua, sudah ada indikasi, tetapi antibiotiknya tidak dihabiskan sesuai anjuran,” lanjut dia.

    Tidak hanya hubungan pasien dengan dokter, penanganan risiko ‘pandemi tersembunyi’ resistensi antimikroba ini perlu dinaungi oleh kementerian dan lembaga lain, mengingat pemicunya juga berkaitan dengan penggunaan antibiotik dalam campuran pakan ternak agar lebih awet.

    “Jadi tidak heran bukan hanya Kemenkes, tetapi Kemenko PMK juga perlu,” tandas dia.

    Belum lagi, kebiasaan membuang limbah antibiotik sembarangan yang membuat mikroba-mikroba di lingkungan menjadi semakin ‘kebal’.

    Era Post Antibiotic

    Mengutip temuan para ilmuwan, dokter spesialis anak Arifianto menekankan akan ada suatu masa dunia termasuk Indonesia memasuki ‘post antibiotic era’.

    “Para ilmuwan sudah memprediksi akan ada suatu masa yang disebut sebagai post antibiotic era, zaman ketika tidak ada satupun antibiotik yang mempan, mungkin kita tak merasakannya, tapi anak cucu kita bisa jadi merasakannya,” pungkas dia.

    (naf/up)

  • Video: Kata Kemenkes soal Tantangan Pemberian Obat ARV Bagi Remaja Terpapar HIV

    Video: Kata Kemenkes soal Tantangan Pemberian Obat ARV Bagi Remaja Terpapar HIV

    Video: Kata Kemenkes soal Tantangan Pemberian Obat ARV Bagi Remaja Terpapar HIV

  • Kondom Jadi Alat Preventif Kasus HIV, Boleh untuk Remaja?

    Kondom Jadi Alat Preventif Kasus HIV, Boleh untuk Remaja?

    Jakarta – Survei menunjukkan bahwa kasus HIV pada remaja dan dewasa muda meningkat sebesar 25 persen. Mengetahui prevalensi kasus HIV dan IMS yang meningkat pada kelompok usia tersebut, apa kata pihak Kemenkes RI terkait tindakan preventif seharusnya?

    (/)