Kementrian Lembaga: Kemenkes

  • Lima Tahun Pandemi, WHO Desak Tiongkok Ungkap Asal Usul Virus Covid-19 – Halaman all

    Lima Tahun Pandemi, WHO Desak Tiongkok Ungkap Asal Usul Virus Covid-19 – Halaman all

    Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Organisasi kesehatan dunia atau WHO mendesak Tiongkok untuk mengungkap asal usul virus Covid-19 yang menjadi pandemi.

    Lima tahun lalu, tepatnya tanggal 31 Desember 2019, Kantor Perwakilan WHO di Tiongkok membuat pernyataan media mengenai kasus ‘pneumonia virus’ di Wuhan, Tiongkok.

    Kemudian, dalam beberapa minggu, bulan, dan tahun setelah itu, Covid-19 datang berkembang menjadi pandemi dan  membuat banyak pelajaran di kehidupan dunia.

    “Kami terus meminta Tiongkok untuk berbagi data dan akses sehingga kami dapat memahami asal-usul Covid-19. Ini adalah keharusan moral dan ilmiah. Tanpa transparansi, berbagi, dan kerja sama antarnegara, dunia tidak dapat mencegah dan mempersiapkan diri secara memadai untuk epidemi dan pandemi di masa mendatang,” kata Direktur Jenderal WHO Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam konferensi pers beberapa lalu.

    Di tahun 2020 lalu, seluruh dunia mengaktifkan sistem darurat setelah WHO menerbitkan panduan komprehensif mengenai SARS-CoV-2 pertama.

    Sejak saat itu, pihaknya terus mengumpulkan para ahli dan kementerian kesehatan dari seluruh dunia, mengumpulkan dan menganalisis data tentang SARS-CoV-2 pertama.

    “Kami menandai tonggak sejarah ini, mari kita luangkan waktu untuk menghormati kehidupan yang berubah dan hilang. Kami mengucapkan terima kasih kepada para petugas kesehatan yang telah berkorban begitu banyak. Semua berkomitmen untuk belajar dari Covid-19 untuk membangun masa depan yang lebih sehat,” ungkap dia.

    Diketahui pandemi Covid-19 membuat lebih 775,5 juta orang di dunia terkonfirmasi positif Covid-19 dengan angka kematian menyentuh 7 juta orang, seperti yang dilaporkan hingga 13 April 2024.

    Sementara di Indonesia, angka kasus konfirmasi Covid-19 berdasarkan data Kemenkes sebanyak 6,4 juta kasus dengan kematian mencapai 157 ribu orang.

    WHO pun mengumumkan per 5 Mei 2023, Covid-19 sudah tidak lagi menjadi kedaruratan internasional hal ini juga membuat hampir semua negara melonggarkan protokol kesehatan berupa pakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak.

     

     

  • Kasus Penyakit Pernapasan ‘Ngegas’ di China, RI Gimana? Kemenkes Bilang Gini

    Kasus Penyakit Pernapasan ‘Ngegas’ di China, RI Gimana? Kemenkes Bilang Gini

    Jakarta

    Belum lama ini sebuah video ramai di media sosial menunjukkan membludaknya antrean pasien pada rumah sakit besar China. Belakangan diketahui, pasien-pasien tersebut terpapar penyakit pernapasan termasuk influenza A dan human metapneumovirus (hMPV).

    Muncul kekhawatiran kasus tersebut juga mulai menyebar luas ke luar China, termasuk Indonesia.

    Juru bicara Kementerian Kesehatan RI drg Widyawati, MKM, menyebut sejauh ini belum ditemukan wabah yang sama seperti di China. Mengutip data World Health Organization (WHO), Widyawati menekankan lonjakan kasus influenza maupun hMPV hanya menyebar di China.

    Dari data yang kami himpun khususnya dari WHO, hingga saat ini kasus influenza A dan HMPV masih menyebar di wilayah tiongkok saja

    “Kasus influenza tipe A untuk varian H5N1 pernah terjadi di Indonesia, pada 2005 hingga 2017,” terang dia dalam keterangan resminya, dikutip Selasa (2/1/2025).

    “Namun sejak 2018 belum ada kasus baru pada manusia. Untuk varian h5N6 dan H9N2 dilaporkan terjadi beberapa kasus di Tiongkok tapi belum pernah dilaporkan kedua varian tersebut terjadi di indonesia,” lanjutnya.

    Pakar epidemiologi Dicky Budiman dari Universitas Griffith Australia menyebut virus influenza A maupun hMPV bukanlah virus baru. Kedua penyakit pernapasan ini sudah lama menyebar dan termasuk kategori endemik, menetap dan terus muncul di beberapa wilayah tertentu.

    Virus influenza A, menjadi salah satu varian virus yang tengah dipantau ketat lantaran diwaspadai berisiko memicu pandemi bila menyebar luas antarmanusia.

    “Ini yang dikhawatirkan kalau bicara influenza A. Jadi dikatakan serius, serius sebetulnya. Namun saat ini pada level yang belum membahayakan atau belum meningkatkan kekhawatiran sebetulnya,” katanya lagi.

    Berbeda dengan hMPV, virus pernapasan yang ditemukan pada 2001 ini sama dengan RSV atau respiratory syncytial virus. Lebih rentan menyerang anak-anak, tetapi bisa juga menular di kelompok dewasa saat imunitas mereka menurun.

    “Nah kalau sampai ke Indonesia bicara dua penyakit ini ya tentu tetap ada kasus impor. Terutama melalui pelancong internasional atau pelaku perjalanan khususnya berarti dari Asia Timur itu,” tuturnya.

    “Namun dengan sekali lagi pengendalian perbatasan dan protokol kesehatan tentu risiko wabah besar bisa diminimalkan. Apalagi di Indonesia harusnya orang sudah mulai terbiasa untuk update atau booster imunitas dengan vaksinasi,” pungkas dia.

    (naf/kna)

  • Tanggapi Surat Terbuka 7 Profesor ke Presiden, Kemenkes: UU Kesehatan Hilangkan Liberalisasi

    Tanggapi Surat Terbuka 7 Profesor ke Presiden, Kemenkes: UU Kesehatan Hilangkan Liberalisasi

    Tanggapi Surat Terbuka 7 Profesor ke Presiden, Kemenkes: UU Kesehatan Hilangkan Liberalisasi
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Kementerian
    Kesehatan
    (
    Kemenkes
    ) buka suara ihwal surat terbuka dari tujuh profesor yang tergabung dalam Aliansi Ketahanan Kesehatan Bangsa kepada Presiden Prabowo Subianto.
    Diketahui dalam surat terbukanya, aliansi tersebut menyinggung soal profil
    kesehatan
    masyarakat yang belum memuaskan dan ketidakharmonisan antara Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin dengan organisasi profesi (OP).
    Begitu pun dengan UU Kesehatan yang dinilai tidak mendengar aspirasi organisasi profesi.
    Namun menurut Kemenkes, UU Kesehatan justru dibuat untuk menghilangkan liberalisasi sektor kesehatan yang tadinya hanya disetir dan didominasi oleh organisasi massa maupun individu tertentu.
    “UU Kesehatan Nomor 17 tahun 2023 justru menghilangkan liberalisasi sektor kesehatan yang tadinya disetir dan didominasi oleh organisasi massa dan individu tertentu, yang mana sekarang diambil alih seluruhnya oleh pemerintah,” jelas perwakilan Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes menyampaikan klarifikasi kepada
    Kompas.com
    , Kamis (2/1/2025).
    Kemenkes menyatakan, pihaknya akan melindungi kepentingan rakyat. Perubahan-perubahan dilakukan justru untuk kepentingan 280 juta warga Indonesia.
    “Jadi bisa dipahami mengapa ada pihak-pihak dari tenaga medis atau tenaga kesehatan yang emosi dan menggugat pemerintah,” jelasnya.
    Sebelumnya diberitakan, tujuh orang profesor kesehatan yang tergabung dalam Aliansi Ketahanan Kesehatan Bangsa mengirimkan surat terbuka kepada Presiden Prabowo Subianto.
    Mereka adalah Djohansjah Marzoeki, Sukman Tulus Putra, Menaldi Rasmin, Muchtaruddin Mansyur, Zainal Muttaqin, Andi Asadul Islam, dan Hardyanto Soebono.
    Mereka menyoroti profil kesehatan dalam negeri yang belum memuaskan. Misalnya, berbagai penyakit menular seperti tuberkulosis, HIV/AIDS, malaria dan demam berdarah, penanganannya belum maksimal.
    Di sisi lain, prevalensi faktor risiko kardiovaskular dan penyakit metabolik seperti penyakit jantung dan diabetes terus meningkat dan belum menunjukkan hasil memuaskan.
    Di samping itu, mereka juga menyoroti profil kesehatan Indonesia yang berada di posisi keempat dari bawah, dibandingkan 10 negara ASEAN lainnya. Terutama, dalam hal angka kematian bayi, ibu dan angka harapan hidup, yang berpotensi mengancam ketahanan kesehatan bangsa.
    Kemenkes juga dinilai terlalu fokus melaksanakan proyek mercusuar, seperti pengadaan ratusan laboratorium kateterisasi (cath-lab) dan proyek genomik, yang menggunakan dana pinjaman luar negeri.
    Aliansi beranggapan, proyek ini lebih berorientasi pada domain kuratif dan mengabaikan domain promotif dan preventif yang seharusnya menjadi prioritas pembangunan kesehatan nasional.
    Selain itu, proyek-proyek ini tidak mencerminkan keberpihakan pada persoalan kesehatan rakyat banyak dan lebih berorientasi dan menguntungkan kelompok tertentu.
    “Jika proyek-proyek yang tidak pro-rakyat ini terus dilanjutkan, akan terjadi inefisiensi dan pemborosan sumber daya dengan target hasil yang tidak adekuat,” sebutnya.
    Aliansi lantas menyinggung ketidakharmonisan Menkes dan profesi kesehatan.
    Mereka menanggap telah terjadi disharmoni serius antara Menteri Kesehatan dengan organisasi profesi kesehatan dalam beberapa tahun terakhir, termasuk Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI), dan Ikatan Bidan Indonesia (IBI), serta organisasi lainnya.
    “Banyak penyebab disharmoni ini. Ketidakharmonisan ini mengakibatkan kurangnya komunikasi, kerja sama dan inklusifitas antara kedua pihak, yang pada akhirnya menciptakan kondisi tidak kondusif bagi dunia kesehatan Indonesia,” ungkapnya.
    Mereka pun beranggapan, ketidakharmonisan dalam komunikasi antara Menteri Kesehatan dan para profesi kesehatan di Indonesia kerap menjadi sorotan. Narasi yang terbangun di media sosial sering kali terkesan kurang mendukung dan menyudutkan profesi kesehatan.
    Hal ini lanjutnya, menciptakan kesan seolah-olah terdapat jarak signifikan antara Menteri dengan profesi kesehatan.
    Jika situasi ini terus berlanjut, program-program kesehatan tidak akan dapat berjalan dengan baik dan sukses, mengingat organisasi profesi adalah pemangku kepentingan utama dalam pembangunan kesehatan Indonesia.
    “Tanpa keterlibatan optimal organisasi profesi, program kesehatan yang direncanakan akan sulit memperoleh hasil maksimal,” jelasnya.
    Tak cuma itu, Kemenkes dianggap mencampuri urusan yang seharusnya menjadi ranah organisasi profesi. Mereka menilai, Undang-Undang Kesehatan Nomor 17 Tahun 2023 dibuat tanpa melibatkan organisasi profesi yang sah.
    Lebih lanjut, aliansi berpandangan terjadi krisis kepemimpinan.
    “Dalam beberapa tahun terakhir, kepemimpinan bidang kesehatan dipegang oleh pejabat yang tidak memiliki wawasan maupun pengalaman adekuat di bidang kesehatan. Hal ini berdampak pada pola komunikasi yang kurang efektif serta kebijakan yang tidak menyentuh substansi utama persoalan kesehatan,” tandasnya.
    Oleh karena itu, tujuh profesor ini mengusulkan Presiden dapat meninjau dan merevisi program-program serta kebijakan yang tidak pro-rakyat ini. Juga mempertimbangkan adanya kepemimpinan berbasis profesionalisme dan keahlian dalam bidang ini.
    “Semoga usulan ini dapat menjadi masukan berharga dan menginspirasi langkah konstruktif bagi Bapak Presiden untuk menangani berbagai isu krusial ini,” harapnya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • RS di China Kewalahan, Pasien Influenza A dan HMPV Melonjak, Kemenkes: Belum Terdeteksi di Indonesia – Halaman all

    RS di China Kewalahan, Pasien Influenza A dan HMPV Melonjak, Kemenkes: Belum Terdeteksi di Indonesia – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Kasus infeksi Influenza A dan HMPV atau human meta pneumo virus sedang merebak di China. 

    Sejumlah rumah sakit bahkan kewalahan karena jumlah pasien naik signifikan.

    Gejala kedua penyakit itu mirip dengan Covid-19 yakni demam tinggi, batuk, sakit tenggorokan maupun sulit bernapas. Otoritas pengendalian penyakit China pada akhir Desember lalu mengumumkan, tengah menguji coba sistem pemantauan khusus untuk pneumonia yang belum diketahui penyebabnya.

    Influenza A merupakan influenza yang paling umum terjadi di negara Tirai Bambu dan sekitarnya. Kondisi ini selalu terjadi di akhir tahun, lantaran di sana sedang musim dingin.

    Penyakit bisa sembuh dengan sendirinya seiring kekebalan tubuh seseorang makin membaik. Sementara HMPV merupakan virus yang menyebabkan infeksi saluran pernafasan akut.

    HMPV rentan dialami bayi, anak kecil dan siapa saja yang memiliki kekebalan tubuh yang lemah. HMPV bisa mengakibatkan bronkitis, asma, dan pneumonia.

    Melihat kondisi ini, Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara Prof Tjandra Yoga Aditama menyarankan lima hal yang perlu dipersiapkan Indonesia untuk menghadapi penyakit-penyakit tersebut.

    Pertama, survailans dan deteksi dini merupakan kunci utama pengendalian penyakit menular. “Ini suatu langkah yang amat baik, dan perlu juga dipertimbangkan di negara kita, baik untuk infeksi pernapasan sampai pneumonia maupun penyakit menular lainnya,” kata dia di Jakarta, Rabu (1/1/2025).

    Kedua, tentang inluenza A selalu ada fluktuasi peningkatannya dari waktu ke waktu di berbagai belahan dunia. 

    Karena itulah WHO selalu mengkompilasi data ini dan diumumkan agar negara-negara dapat mengambil langkah yang diperlukan.

    Ketiga  terkait, HMPV (human meta pneumo virus) bukanlah penyakit baru di China. Karena sudah banyak diulas tentang pola epidemiologik dan karakteristik genetikanya.

    Sehingga bisa jadi panduan pemerintah China untuk program pengendalian dan bahkan proses vaksinasinya kelak. 

    “Akan baik kalau pola epidemiologik dan genetik berbagai penyakit menular Indonesia juga dipublikasikan dalam jurnal ilmiah resmi seperti ini untuk jadi panduan pula,” terang Mantan Dirjen Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes ini.

    Terakhir, menjaga dan meningkatkan pengendalian penyakit menular, mulai dari tingkat dasar yaitu pemahaman dan pola hidup masyarakat, lalu vaksinasi, lalu surveilans dan deteksi dini dan belakangan lalu penangannan kasus dan kontaknya.

    Dalam hal ini perlu diingatkan kembali bahwa promotif preventif amatlah perlu, jangan hanya bertumpu ke penanganan kasus yang sudah sakit saja. 

    Terpisah, Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) Drg. Widyawati menuturkan, kasus infeksi Influenza A dan HMPV atau human meta pneumo virus yang sedang merebak di China belum ditemukan di Indonesia. “Saat ini belum ditemukan di Indonesia,” kata dia.

    Kemenkes mengimbau masyarakat untuk tetap menjaga kesehatan dengan menerapkan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) antara lain : rajin mencuci tangan, menutup mulut dan hidung saat batuk atau bersin atau memakai masker, serta disarankan tetap di rumah jika mengalami demam, batuk, pilek atau gejala flu.

    “Tidak perlu panik, tetapi tetap waspada, pantau perkembangan kasus melalui media terpercaya. Jika harus bepergian ke luar negeri, pastikan untuk memeriksa situasi dan kebijakan di negara tujuan. Jangan lupa terapkan protokol kesehatan,” ungkap perempuan yang biasa disapa Wiwid ini. 

    Gejala Mirip Covid-19

    Gejala HMPV mirip Covid-19, seperti batuk, demam, hidung tersumbat, mengi, serta bronkitis atau pneumonia. Hingga kini, belum ada vaksin berlisensi untuk mengatasi HMPV. 

    Sementara flu burung atau Influenza A yang menyerang warga China berasal dari subtipe antara lain H1N1 dan H9N2.

    Ilustrasi  (Freepik.com)

    Epidemiolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman membenarkan bahwa virus Influenza A dan HMPV tengah merebak di China. 

    “Influenza A itu salah satu penyebab flu musiman, bukan virus baru ya. Virus ini endemi dan sangat menular,” ujar Dicky.

    Menurut Dicky, penderita Influenza A akan mengalami infeksi saluran pernapasan atas dan bawah. 

    Gejalanya berupa demam, batuk, sakit tenggorokan, nyeri otot, dan kelelahan. Dia mengungkapkan, Influenza A termasuk wabah yang dipantau ketat oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Sebab, ada kondisi-kondisi yang membuatnya bisa menjadi pandemi. 

    “Jika varian barunya (Influenza A) muncul yang bisa menyebar luas di kalangan manusia. Ini yang dikhawatirkan,” lanjutnya.

    Meski Influenza A termasuk kondisi serius, Dicky menekankan, penularan wabah tersebut saat ini belum dalam level yang sangat membahayakan. 

    Sementara itu, lanjutnya, HMPV termasuk virus pernapasan mirip Respiratory Syncytial Virus (RSV)  yang diidentifikasi sejak 2001.

    Penularan Influenza A dan HMPV dapat melalui droplets atau percikan air liur saat penderita virus tersebut batuk, bersin, atau bicara. 

    Virus ini juga bisa disebarkan lewat kontak langsung dengan orang terinfeksi atau sentuhan barang yang terkontaminasi. “Ini mirip penularan Covid-19,” tegas Dicky.(Tribun Network/rin/kps/wly)

  • 26 Warga Palestina Tewas karena Serangan Israel ke Gaza pada 1 Januari

    26 Warga Palestina Tewas karena Serangan Israel ke Gaza pada 1 Januari

    Jakarta, CNN Indonesia

    Militer Israel masih terus saja menggempur sejumlah wilayah Gaza, Palestina, di hari pertama tahun 2025, Rabu (1/1).

    Mengutip dari Aljazeera, total setidaknya ada 26 warga Palestina terbunuh, termasuk anak-anak, dalam serangan militer ISrael ke Gaza pada awal tahun 2025 ini.

    Serangan itu ke wilayah pengungsian al Bureijdan Jabalia di sentral dan Gaza utara. Serangan militer Israel juga dilaporkan terjadi di wilayah Gaza selatan, yakni kota Khan Younis.

    Sebelumnya mengutip dari Reuters, dalam unggahan di akun media sosial X, jubir militer Israel memberikan peringatan kepada warga di Al-Bureij untuk melakukan evakuasi karena serangan udara akan dilakukan ke wilayah tersebut.

    Untuk di Jabalia, Kemenkes di Gaza menyatakan ada 15 korban tewas, dan 20 korban luka. 

    “Sebanyak 15 orang telah martir dan lebih dari 20 lainnya terluka dalam sebuah pembantaian setelah tengah malam di sebuah rumah yang menjadi tempat tinggal pengungsi di kota Jabalia,” ujar juru bicara badan pertahanan Gaza, Mahmoud Basai.

    Sementara itu, Reuters melansir–berdasarkan keterangan tenaga medis di lokasi–militer Israel terus menggempur wilayah gaza utara pada Rabu siang. Serangan-serangan udara Israel menargetkan wilayah suburban Gaza City.

    Salah satunya serangan ke Shejaia yang merupakan suburban Gaza City. Di wilayah itu ada delapan warga Palestina yang tewas.

    Serangan-serangan ke Gaza itu, diklaim militer Israel untuk mencegah kelompok milisi Hamas bersatu dan menyusun rencana penyerangan balik lagi.

    Sejak Oktober 2023 lalu serangan udara maupun darat Israel ke Gaza telah menewaskan lebih dari 45.500 orang, termasuk di antaranya petugas kemanusiaan PBB, jurnalis, perempuan, dan anak-anak. Selain itu lebih dari 2,3 juta orang harus menjadi pengungsi karena gempuran Israel yang tiada henti ke Gaza.

    (kid)

    [Gambas:Video CNN]

  • Kasus Infuenza A dan HMPV Merebak di Cina, Bagaimana Kondisi di Indonesia? – Halaman all

    Kasus Infuenza A dan HMPV Merebak di Cina, Bagaimana Kondisi di Indonesia? – Halaman all

    Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Juru bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) Drg Widyawati menuturkan, kasus infeksi Influenza A dan HMPV atau human meta pneumo virus yang sedang merebak di Cina belum ditemukan di Indonesia.

    Pihaknya berharap masyarakat tidak perlu khawatir terhadap kedua penyakit tersebut.

    “Saat ini belum ditemukan di Indonesia,” kata dia saat dihubungi Tribunnews.com, Rabu (1/1/2025).

    Kemenkes mengimbau masyarakat untuk tetap menjaga kesehatan dengan menerapkan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) antara lain  rajin mencuci tangan, menutup mulut dan hidung saat batuk atau bersin atau memakai masker, serta disarankan tetap di rumah jika mengalami demam, batuk, pilek atau gejala flu.

    “Tidak perlu panik, tetapi tetap waspada, pantau perkembangan kasus melalui media terpercaya. Jika harus bepergian ke luar negeri, pastikan untuk memeriksa situasi dan kebijakan di negara tujuan. Jangan lupa terapkan protokol kesehatan,” ungkap perempuan yang biasa disapa Wiwid ini.

    Diketahui sebelumnya, sejumlah rumah sakit di Beijing kewalahan karena jumlah pasien yang mengidap influenza A dan HMPV naik signifikan.

    Gejala penyakit infleunza A dan HMPV mirip dengan Covid-19 yakni demam tinggi, batuk, sakit tenggorokan maupun sulit bernafas.

    Otoritas pengendalian penyakit Cina pada akhir Desember lalu mengumumkan, tengah menguji coba sistem pemantauan khusus untuk pneumonia yang belum diketahui penyebabnya.

    Influenza A merupakan influenza yang paling umum terjadi di negara Tirai Bambu dan sekitarnya.

    Kondisi ini selalu merebak di akhir tahun, lantaran di sana sedang musim dingin.

    Penyakit ini bisa sembuh dengan sendirinya seiring kekebalan tubuh seseorang makin membaik.

    Sementara HMPV merupakan virus yang menyebabkan infeksi saluran pernafasan akut.

    HMPV sangat rentan dialami bayi, anak kecil dan siapa saja yang memiliki kekebalan tubuh yang lemah.

    HMPV bisa mengakibatkan bronkiolitis, asma, dan pneumonia.

  • Kemenkes Percepat Pemerataan Dokter di Wilayah Terpencil

    Kemenkes Percepat Pemerataan Dokter di Wilayah Terpencil

    Jakarta: Kementerian Kesehatan (Kemenkes) terus menggulirkan inisiatif dalam upaya menciptakan layanan kesehatan yang merata dan berkualitas di seluruh Indonesia. Salah satu langkah strategis yang menjadi sorotan adalah Transformasi Sumber Daya Manusia Kesehatan (SDMK). 

    Langkah itu diharapkan dapat menjawab tantangan utama, khususnya di wilayah terpencil, tertinggal, perbatasan, dan kepulauan (DTPK).

    Menteri Kesehatan Budi G. Sadikin mengungkapkan, rasio dokter di Indonesia masih jauh dari standar yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Saat ini, rasio dokter di Indonesia hanya mencapai 0,47 per 1.000 penduduk, sedangkan standar WHO adalah 1:1.000. 

    “Ketertinggalan ini harus kita kejar. Ini adalah perjuangan panjang, tetapi bukan tidak mungkin untuk dicapai,” ujar Budi dalam Rapat Kerja Kesehatan Nasional (Rakerkesnas) pada April 2024. Pernyataan tersebut menegaskan urgensi yang membutuhkan perhatian serius.

    Sementara itu, Plt. Dirjen Tenaga Kesehatan, Yuli Farianti mengatakan sebagai upaya meningkatkan pemerataan, Kemenkes meluncurkan program beasiswa afirmasi yang ditujukan untuk mencetak tenaga medis dari wilayah DTPK.

    Tahun ini kata Yuli, sebanyak 966 beasiswa diberikan kepada lulusan SMA dan mahasiswa kedokteran dari daerah tersebut. Harapannya, para penerima beasiswa akan kembali dan mengabdi di daerah asal mereka, memperkuat layanan kesehatan lokal.

    “Kemenkes akan terus berupaya untuk memenuhi kebutuhan SDMK bagi memenuhi kebutuhan prioritas pelayanan KJSU-KIA melalui Fellowship dokter spesialis baik di dalam negeri maupun di luar negeri terutama di negara-negara yang memiliki keunggulan dalam pelayanan kesehatan sebagai contoh di Tiongkok dan Jepang,” kata Yuli dalam keteranganya, Selasa, 31 Desember 2024.

    Selain itu, melalui program Penugasan Khusus, sebanyak 2.330 tenaga medis dan kesehatan ditempatkan di puskesmas wilayah terpencil. Meskipun belum sepenuhnya memenuhi kebutuhan, langkah ini menjadi awal yang menjanjikan. 

    Pemerintah juga memberikan tambahan 1.023 beasiswa dokter spesialis dan subspesialis, ditambah 788 beasiswa dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP). Target spesialisasi mencakup bidang strategis seperti kanker, jantung, serta kesehatan ibu dan anak, dengan 170 beasiswa fellowship dokter spesialis.
    Diaspora dan Pendidikan Kelas Dunia
    Untuk memperkuat tenaga kesehatan, Kemenkes mengundang diaspora Indonesia untuk kembali ke tanah air. Melalui program adaptasi dokter diaspora, tujuh dokter spesialis yang sebelumnya berpraktik di luar negeri telah kembali dan mulai bertugas di Indonesia.

    Selain itu, Politeknik Kesehatan (Poltekkes) Kemenkes membuka kelas internasional untuk menjawab tantangan global. Program ini menunjukkan komitmen Indonesia dalam bersaing di kancah internasional.

    Yuli mengatakan, Kemenkes juga memprioritaskan pengembangan Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) di Rumah Sakit Pendidikan Penyelenggara Utama (RSPPU). Pada tahap awal, program ini berfokus pada enam spesialisasi utama, yaitu:

    Jantung dan pembuluh darah di RSJPD Harapan Kita
    Neurologi di RS PON
    Pediatri di RSAB Harapan Kita
    Onkologi radiasi di RSK Dharmais
    Oftalmologi di RSM Cicendo
    Ortopedi-traumatologi di RSO dr. Soeharso.

    Skema ini sepenuhnya didanai oleh pemerintah, dengan pendidikan dilakukan di RSPPU dan jejaring rumah sakit di berbagai daerah.

    Platform Digital untuk Peningkatan Kompetensi
    Kemenkes menghadirkan inovasi digital melalui platform Plataran Sehat yang dirancang untuk meningkatkan kompetensi tenaga medis dan tenaga kesehatan. Hingga kini, lebih dari 1,4 juta pengguna terdaftar telah memanfaatkan platform ini untuk mengakses pelatihan gratis. Total 8,9 juta sertifikat pelatihan telah diterbitkan sebagai bagian dari upaya memenuhi kebutuhan Satuan Kredit Profesi (SKP).

    Tak hanya itu, Kemenkes juga mengakreditasi 180 lembaga penyelenggara pelatihan untuk memastikan pelatihan sesuai standar kurikulum. Upaya ini diharapkan dapat meningkatkan kompetensi tenaga medis dan menjamin kualitas layanan kesehatan.

    Sebagai bentuk apresiasi, Kemenkes menerapkan kebijakan Surat Tanda Registrasi (STR) seumur hidup bagi tenaga medis dan tenaga kesehatan tanpa biaya. Kebijakan ini sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2023 dan menjadi langkah penting dalam mendukung dedikasi para tenaga medis.

    Transformasi SDMK yang digulirkan Kemenkes adalah langkah penting untuk menghadirkan layanan kesehatan yang lebih merata dan berkualitas di Indonesia. Namun, keberhasilan program ini membutuhkan kolaborasi lintas sektor, transparansi anggaran, serta evaluasi yang berkelanjutan.

    Pemerintah optimistis bahwa upaya ini akan membawa Indonesia menuju masa depan dengan akses kesehatan yang lebih baik bagi seluruh masyarakat, tanpa terkecuali.

    Jakarta: Kementerian Kesehatan (Kemenkes) terus menggulirkan inisiatif dalam upaya menciptakan layanan kesehatan yang merata dan berkualitas di seluruh Indonesia. Salah satu langkah strategis yang menjadi sorotan adalah Transformasi Sumber Daya Manusia Kesehatan (SDMK). 
     
    Langkah itu diharapkan dapat menjawab tantangan utama, khususnya di wilayah terpencil, tertinggal, perbatasan, dan kepulauan (DTPK).
     
    Menteri Kesehatan Budi G. Sadikin mengungkapkan, rasio dokter di Indonesia masih jauh dari standar yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Saat ini, rasio dokter di Indonesia hanya mencapai 0,47 per 1.000 penduduk, sedangkan standar WHO adalah 1:1.000. 
    “Ketertinggalan ini harus kita kejar. Ini adalah perjuangan panjang, tetapi bukan tidak mungkin untuk dicapai,” ujar Budi dalam Rapat Kerja Kesehatan Nasional (Rakerkesnas) pada April 2024. Pernyataan tersebut menegaskan urgensi yang membutuhkan perhatian serius.
     
    Sementara itu, Plt. Dirjen Tenaga Kesehatan, Yuli Farianti mengatakan sebagai upaya meningkatkan pemerataan, Kemenkes meluncurkan program beasiswa afirmasi yang ditujukan untuk mencetak tenaga medis dari wilayah DTPK.
     
    Tahun ini kata Yuli, sebanyak 966 beasiswa diberikan kepada lulusan SMA dan mahasiswa kedokteran dari daerah tersebut. Harapannya, para penerima beasiswa akan kembali dan mengabdi di daerah asal mereka, memperkuat layanan kesehatan lokal.
     
    “Kemenkes akan terus berupaya untuk memenuhi kebutuhan SDMK bagi memenuhi kebutuhan prioritas pelayanan KJSU-KIA melalui Fellowship dokter spesialis baik di dalam negeri maupun di luar negeri terutama di negara-negara yang memiliki keunggulan dalam pelayanan kesehatan sebagai contoh di Tiongkok dan Jepang,” kata Yuli dalam keteranganya, Selasa, 31 Desember 2024.
     
    Selain itu, melalui program Penugasan Khusus, sebanyak 2.330 tenaga medis dan kesehatan ditempatkan di puskesmas wilayah terpencil. Meskipun belum sepenuhnya memenuhi kebutuhan, langkah ini menjadi awal yang menjanjikan. 
     
    Pemerintah juga memberikan tambahan 1.023 beasiswa dokter spesialis dan subspesialis, ditambah 788 beasiswa dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP). Target spesialisasi mencakup bidang strategis seperti kanker, jantung, serta kesehatan ibu dan anak, dengan 170 beasiswa fellowship dokter spesialis.
    Diaspora dan Pendidikan Kelas Dunia
    Untuk memperkuat tenaga kesehatan, Kemenkes mengundang diaspora Indonesia untuk kembali ke tanah air. Melalui program adaptasi dokter diaspora, tujuh dokter spesialis yang sebelumnya berpraktik di luar negeri telah kembali dan mulai bertugas di Indonesia.
     
    Selain itu, Politeknik Kesehatan (Poltekkes) Kemenkes membuka kelas internasional untuk menjawab tantangan global. Program ini menunjukkan komitmen Indonesia dalam bersaing di kancah internasional.
     
    Yuli mengatakan, Kemenkes juga memprioritaskan pengembangan Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) di Rumah Sakit Pendidikan Penyelenggara Utama (RSPPU). Pada tahap awal, program ini berfokus pada enam spesialisasi utama, yaitu:

    Jantung dan pembuluh darah di RSJPD Harapan Kita
    Neurologi di RS PON
    Pediatri di RSAB Harapan Kita
    Onkologi radiasi di RSK Dharmais
    Oftalmologi di RSM Cicendo
    Ortopedi-traumatologi di RSO dr. Soeharso.

    Skema ini sepenuhnya didanai oleh pemerintah, dengan pendidikan dilakukan di RSPPU dan jejaring rumah sakit di berbagai daerah.

    Platform Digital untuk Peningkatan Kompetensi
    Kemenkes menghadirkan inovasi digital melalui platform Plataran Sehat yang dirancang untuk meningkatkan kompetensi tenaga medis dan tenaga kesehatan. Hingga kini, lebih dari 1,4 juta pengguna terdaftar telah memanfaatkan platform ini untuk mengakses pelatihan gratis. Total 8,9 juta sertifikat pelatihan telah diterbitkan sebagai bagian dari upaya memenuhi kebutuhan Satuan Kredit Profesi (SKP).
     
    Tak hanya itu, Kemenkes juga mengakreditasi 180 lembaga penyelenggara pelatihan untuk memastikan pelatihan sesuai standar kurikulum. Upaya ini diharapkan dapat meningkatkan kompetensi tenaga medis dan menjamin kualitas layanan kesehatan.
     
    Sebagai bentuk apresiasi, Kemenkes menerapkan kebijakan Surat Tanda Registrasi (STR) seumur hidup bagi tenaga medis dan tenaga kesehatan tanpa biaya. Kebijakan ini sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2023 dan menjadi langkah penting dalam mendukung dedikasi para tenaga medis.
     
    Transformasi SDMK yang digulirkan Kemenkes adalah langkah penting untuk menghadirkan layanan kesehatan yang lebih merata dan berkualitas di Indonesia. Namun, keberhasilan program ini membutuhkan kolaborasi lintas sektor, transparansi anggaran, serta evaluasi yang berkelanjutan.
     
    Pemerintah optimistis bahwa upaya ini akan membawa Indonesia menuju masa depan dengan akses kesehatan yang lebih baik bagi seluruh masyarakat, tanpa terkecuali.

     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (ALB)

  • Gegara Masalah Rumah Tangga, Istri Coba Bunuh Diri Lompat dari Balkon Apartemen di Jaksel – Page 3

    Gegara Masalah Rumah Tangga, Istri Coba Bunuh Diri Lompat dari Balkon Apartemen di Jaksel – Page 3

    Bunuh diri bukan jawaban apalagi solusi dari semua permasalahan hidup yang seringkali menghimpit. Bila Anda, teman, saudara, atau keluarga yang Anda kenal sedang mengalami masa sulit, dilanda depresi dan merasakan dorongan untuk bunuh diri, sangat disarankan menghubungi dokter kesehatan jiwa di fasilitas kesehatan (Puskesmas atau Rumah Sakit) terdekat.

    Bisa juga mengunduh aplikasi Sahabatku: https://play.google.com/store/apps/details?id=com.tldigital.sahabatku

    Atau hubungi Call Center 24 jam Halo Kemenkes 1500-567 yang melayani berbagai pengaduan, permintaan, dan saran masyarakat.

    Anda juga bisa mengirim pesan singkat ke 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat surat elektronik (surel) kontak@kemkes.go.id.

  • RS China Kembali Kewalahan Ada Wabah Flu Mirip Covid-19, Kemenkes Ungkap Peluang Masuk Indonesia

    RS China Kembali Kewalahan Ada Wabah Flu Mirip Covid-19, Kemenkes Ungkap Peluang Masuk Indonesia

    TRIBUNJATIM.COM – Wabah flu Human Metapneumovirus (HMPV) dan Influenza A atau sering disebut flu burung tengah melanda China.

    Media sosial pun digegerkan dengan video rumah sakit di China yang tampak kewalahan menangani outbreak, seperti zaman Covid-19 lalu.

    Lalu bisakah outbreak flu yang mewabah di China menjadi pandemi seperti Covid-19 dan sampai ke Indonesia?

    Sebaga informasi, gejala HMPV mirip Covid-19.

    Seperti batuk, demam, hidung tersumbat, mengi, serta bronkitis atau pneumonia.

    Hingga kini, belum ada vaksin berlisensi untuk mengatasi HMPV.

    Sementara flu burung atau Influenza A yang menyerang warga China berasal dari subtipe antara lain H1N1 dan H9N2.

    Epidemiolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman, membenarkan bahwa virus Influenza A dan HMPV tengah merebak di China.

    “Influenza A itu salah satu penyebab flu musiman, bukan virus baru ya. Virus ini endemi dan sangat menular,” ujar Dicky saat dikonfirmasi Kompas.com pada Selasa (31/12/2024).

    Menurut Dicky, penderita Influenza A akan mengalami infeksi saluran pernapasan atas dan bawah.

    Gejalanya berupa demam, batuk, sakit tenggorokan, nyeri otot, dan kelelahan.

    Dia mengungkapkan, Influenza A termasuk wabah yang dipantau ketat oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

    Sebab, ada kondisi-kondisi yang membuatnya bisa menjadi pandemi.

    “Jika varian barunya (Influenza A) muncul yang bisa menyebar luas di kalangan manusia. Ini yang dikhawatirkan,” lanjutnya.

    Ilustrasi pandemi Covid di China (Tribunnews.com)

    Meski Influenza A termasuk kondisi serius, Dicky menekankan, penularan wabah tersebut saat ini belum dalam level yang sangat membahayakan.

    Sementara itu, lanjutnya, HMPV termasuk virus pernapasan mirip Respiratory Syncytial Virus (RSV) yang diidentifikasi sejak 2001.

    HMPV menyerang anak kecil, orang tua, serta anak muda yang imunitasnya rendah.

    Gejalanya berupa batuk, demam, hidung tersumbat, serta sesak napas.

    Kondisi ini dapat menimbulkan bronkitis dan pneumonia.

    Penularan Influenza A dan HMPV dapat melalui droplets atau percikan air liur saat penderita virus tersebut batuk, bersin, atau bicara.

    Virus ini juga bisa disebarkan lewat kontak langsung dengan orang terinfeksi atau sentuhan barang yang terkontaminasi.

    “Ini mirip penularan Covid-19,” tegas Dicky.

    Menurutnya, virus Influenza A dan HMPV merebak di China, Hong Kong, dan Jepang karena sedang dilanda musim dingin.

    Cuaca dingin memudahkan penularan virus berbahaya, sebab banyak orang berada di tempat yang sama saat cuaca dingin.

    Lantas apakah situasi di China ini bisa jadi pandemi di Indonesia?

    Dicky mengungkapkan, Influenza A berpotensi menjadi pandemi yang bisa menyerang sampai Indonesia jika muncul varian baru yang penularannya lebih ganas.

    “Saat ini, belum terdeteksi dan belum ada laporan (adanya varian baru Influenza A yang lebih cepat menular),” lanjut dia.

    Sebaliknya, Dicky menyebut, virus HMPV sangat kurang berpotensi menjadi pandemi dibandingkan Influenza A.

    Hal ini terjadi karena tingkat penularan HMPV dinilai lebih lambat dan tingkat keparahan penyakitnya secara umum lebih ringan.

    “Kalau bisa sampai ke Indonesia, ya tetap ada kasus impor, terutama dari pelancong dari Asia Timur (tempat Influenza A dan HMPV merebak),” terang Dicky.

    Petugas Dinas Kesehatan Surabaya sedang melakukan swab kepada warga untuk mengantisipasi Covid-19 (TribunJatim.com/Bobby Constantine Koloway)

    Sejauh ini, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) memastikan belum ada laporan warga yang menderita influenza tipe A dan virus HMPV.

    Atas potensi wabah tersebut, Dicky mengimbau masyarakat untuk mendapatkan vaksinasi flu, terlebih setiap dua tahun sekali.

    Selain itu, perlu pula memasang saluran udara yang baik, serta menerapkan gaya hidup seimbang dengan makan makanan sehat dan berolahraga.

    Dia pun meminta publik terus menerapkan protokol 5M, yakni mencuci tangan dengan sabun, memakai masker, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, dan mengurangi mobilitas.

    “Terutama dia yang sakit flu ya harus tahu diri untuk tidak bepergian, memakai masker, dan mendekati orang rawan seperti orang tua, bayi, atau balita,” lanjut dia.

    Dicky menyebut, penularan Influenza A dan HMPV dapat dicegah dengan menguatkan pintu masuk Indonesia dari pendatang yang bisa membawa virus dari luar negeri.

    Dia pun mengimbau dilakukan pelaporan suspek penderita virus tersebut, memastikan fasilitas kesehatan mampu menangani lonjakan kasus, serta menyediakan alat pendeteksi Influenza A dan HMPV secara cepat.

    “Pemerintah perlu meningkatkan literasi, kewaspadaan, dan pemahaman publik terkait gejala, pencegahan, dan kapan harus mencari perawatan medis,” imbuh Dicky.

    Kemenkes sendiri mencatat bahwa varian H5N1 dari influenza tipe A pernah terjadi di Indonesia pada 2005-2017.

    Meski demikian, sejak tahun 2018, tidak ada laporan kasus baru pada manusia.

    Sementara itu, varian H5N6 dan H9N2 yang dilaporkan di China belum pernah ditemukan di Indonesia.

    Penyebaran penyakit menular seperti influenza tipe A dan HMPV dipengaruhi oleh beberapa faktor.

    Termasuk mobilitas penduduk, perubahan lingkungan, kerentanan masyarakat, atau mutasi virus.

    Berdasarkan informasi dari WHO, kasus-kasus tersebut saat ini masih terbatas di wilayah China.

    Kemenkes pun menyatakan tengah melakukan berbagai upaya untuk mencegah penyebaran penyakit menular tersebut.

    Saat ini, surveilans, pengamatan, dan pelaporan berkala terhadap penyakit infeksi emerging terus dilakukan.

    Hingga kini, belum diperlukan kebijakan pembatasan atau larangan perjalanan keluar masuk Indonesia ke China.

    Di sisi lain, masyarakat diimbau untuk tetap menjaga kesehatan dengan menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

    Kemenkes juga mengingatkan masyarakat agar tidak panik, namun tetap waspada dengan memantau perkembangan kasus melalui berbagai media.

    Bagi mereka yang terpaksa harus bepergian ke luar negeri, termasuk ke China, disarankan untuk memastikan situasi dan kebijakan di negara tujuan serta selalu menerapkan protokol kesehatan.

    Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com

  • Indonesia Hadapi Tantangan Rasio Dokter 0,47 Per 1.000 Penduduk, Ini Upaya Kemenkes – Halaman all

    Indonesia Hadapi Tantangan Rasio Dokter 0,47 Per 1.000 Penduduk, Ini Upaya Kemenkes – Halaman all

    Laporan Wartawan Tribunnews, Choirul Arifin

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mengatakan, sektor kesehatan di Indonesia menghadapi tantangan masih rendahnya rasio dokter di Indonesia jika dibandingkan dengan jumlah penduduk.

    Rasio dokter Indonesia saat ini masih 0,47 per 1.000 penduduk.

    “Angka ini jauh dari standar WHO yang menetapkan rasio 1 per 1.000 penduduk. Ini bukan sekadar angka, ini gambaran nyata kesenjangan layanan kesehatan,” kata Menkes dalam keterangan tertulis dikutip Selasa, 31 Desember 2024.

    Menkes mengatakan, Pemerintah akan terus mengejar kenaikan rasio dokter di Indonesia agar memenuhi standar minimum WHO. 

    “Ketertinggalan ini harus kita kejar. Ini perjuangan panjang, tapi bukan tak mungkin dicapai,” ujar Budi Gunadi Sadikin dalam Rapat Kerja Kesehatan Nasional (Rakerkesnas) April 2024.

    Beasiswa Kedokteran

    Mendukung visi membangun keadilan layanan, Kemenkes meluncurkan program beasiswa afirmasi untuk mencetak tenaga medis dari daerah yang paling membutuhkan.

    Di 2024, sebanyak 966 beasiswa diberikan kepada lulusan SMA dan mahasiswa kedokteran dari wilayah DTPK. Harapannya, tenaga medis ini akan kembali ke daerah asal mereka, menjadi pahlawan kesehatan di tanah kelahiran mereka. 

    Selain itu, sebanyak 2.330 tenaga medis dan kesehatan ditempatkan di puskesmas daerah terpencil melalui program Penugasan Khusus.

    Upaya ini dinilai cukup untuk menutupi kebutuhan tenaga medis.

    Namun tambahan 1.023 beasiswa dokter spesialis dan subspesialis—ditambah 788 beasiswa dari LPDP merupakan bukti nyata pemerintah tidak tinggal diam. 

    Kemenkes juga menargetkan spesialisasi strategis seperti kanker, jantung, hingga kesehatan ibu dan anak melalui 170 beasiswa fellowship dokter spesialis.

    Kemenkes turut mengundang diaspora Indonesia di luar negeri untuk pulang ke Tanah Air.

    Melalui program adaptasi dokter diaspora, sebanyak tujuh dokter spesialis yang berpraktik di luar negeri telah kembali untuk mengabdi di tanah air. 

    Dibukanya kelas internasional di Poltekkes Kemenkes juga menjadi sinyal bahwa Indonesia ingin menjawab tantangan global.

    Terkait pemerataan layanan kesehatan, untuk memastikan daerah terpencil memiliki akses ke dokter spesialis, Pemerintah mengupayakannya melalui Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) di Rumah Sakit Pendidikan sebagai Penyelenggara Utama (RSPPU), sebuah inisiatif terobosan dari Kemenkes.

    Pada tahap awal, program ini membuka enam bidang spesialisasi utama, yakni jantung dan pembuluh darah di RSJPD Harapan Kita, neurologi di RS PON, pediatri di RSAB Harapan Kita, onkologi radiasi di RSK Dharmais, oftalmologi di RSM Cicendo, dan ortopedi-traumatologi di RSO dr. Soeharso. 

    Dengan skema pembiayaan penuh dari pemerintah, para residen akan menjalani pendidikan di RSPPU dan jejaring rumah sakitnya di berbagai daerah di Indonesia.

    Revolusi Kualitas Tenaga Kesehatan

    Untuk menjawab kebutuhan tantangan perkembangan dunia teknologi, telah diluncurkan platform digital bernama Plataran Sehat dan saat ini memiliki 1,4 juta pengguna terdaftar.

    Platform ini menjadi wadah bagi tenaga medis dan tenaga kesehatan untuk terus belajar meningkatkan kompetensinya dan menyediakan berbagai macam pelatihan gratis untuk mempermudah tenaga medis maupun tenaga kesehatan dalam mencukupi kebutuhan Satuan Kredit Profesi (SKP).

    Hingga akhir tahun ini, total 8,9 juta sertifikat telah diterbitkan, menjadi bukti komitmen pemerintah terhadap peningkatan kualitas SDM kesehatan.

    Kemenkes terus berupaya untuk memastikan mutu pelatihan tenaga medis dan kesehatan dengan mengakreditasi 180 lembaga penyeleggara pelatihan.

    Lembaga tersebut meliputi balai pelatihan, unit diklat pada RS pemerintah maupun swasta, penyelenggara pendidikan tinggi, hingga institusi pelatihan swasta.

    Upaya ini dilakukan agar menjamin pelatihan sesuai standar kurikulum, sehingga pasca mengikuti pelatihan, para tenaga medis dan kesehatan memiliki kompetensi yang siap menghadapi tantangan di lapangan.

    Upaya lainnya adalah menerapkan pembaharuan Surat Tanda Registrasi (STR) seumur hidup bagi tenaga medis dan tenaga kesehatan dengan tanpa biaya, sesuai amanah UU Nomor 17 Tahun 2023.

    Hal ini merupakan bentuk apresiasi terhadap para tenaga medis dan tenaga kesehatan yang terus mendedikasikan diri untuk sektor kesehatan di Indonesia.

    Plt. Dirjen Tenaga Kesehatan Yuli Farianti mengatakan, transformasi SDMK jelas merupakan langkah besar.

    “Namun, untuk benar-benar mewujudkan layanan kesehatan merata dan berkualitas, diperlukan lebih dari sekadar program di atas kertas,” ujarnya.

    Dia menegaskan, kolaborasi lintas sektor, transparansi anggaran, dan mekanisme evaluasi yang ketat harus menjadi pilar utama kesuksesan program ini.

    Selain menambah jumlah tenaga medis dan tenaga kesehatan, transformasi SDMK juga untuk memastikan kualitas serta keberlanjutan layanan kesehatan di seluruh Indonesia.

    “Kemenkes akan terus berupaya untuk memenuhi kebutuhan SDMK bagi memenuhi kebutuhan prioritas pelayanan KJSU-KIA melalui fellowship dokter spesialis baik di dalam negeri maupun di luar negeri terutama di negara-negara yang memiliki keunggulan dalam pelayanan kesehatan sebagai contoh di Tiongkok dan Jepang,” ujar Yuli Farianti.