Kementrian Lembaga: Kemenkes

  • Virus HMPV Masuk RI, Pengusaha Minta Pemerintah Lakukan Hal Ini

    Virus HMPV Masuk RI, Pengusaha Minta Pemerintah Lakukan Hal Ini

    Bisnis.com, JAKARTA — Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) menilai masuknya Human Metapneumovirus (HMPV) ke Indonesia perlu ditanggapi dengan cermat oleh pemerintah.

    Sekretaris Jenderal Asita Budijanto Ardiansjah menyampaikan bahwa meskipun pemerintah menghimbau masyarakat untuk tidak panik dalam menghadapi virus tersebut, kondisi ini juga tidak boleh dianggap enteng.

    “Situasi ini harus ditanggapi dengan cermat, tidak perlu terlalu panik tetapi juga jangan dianggap enteng,” kata Budijanto kepada Bisnis, Kamis (9/1/2025).

    Dalam hal ini, dia mengharapkan adanya keterbukaan informasi dari pemerintah, terkait penyebaran dan penanganan virus HMPV di Indonesia, termasuk upaya pencegahan masuknya virus tersebut lewat negara asal wisatawan.

    Selain itu, Asita meminta pemerintah untuk melibatkan asosiasi pariwisata dalam mencegah masuknya virus HMPV, melalui sosialisasi ke calon-calon wisatawan mancanegara (wisman) dengan jumlah kasus HMPV yang tinggi seperti China.

    “Ini diperlukan mengingat China saat ini menjadi target wisman yang berkunjung ke Indonesia,” ujarnya.

    Sementara itu, Kementerian Pariwisata (Kemenpar) mengimbau pelaku usaha di sektor pariwisata untuk mengimplementasikan prinsip-prinsip Cleanliness, Health, Safety, and Environment Sustainability (CHSE).

    Imbauan itu disampaikan Wakil Menteri Pariwisata (Wamenpar) Ni Luh Puspa sebagai langkah antisipasi penyebaran virus HMPV, termasuk di destinasi wisata.

    “Kami turut mengimbau kepada para operator dan pengelola destinasi pariwisata untuk mengimplementasikan prinsip-prinsip CHSE,” ujar Ni Luh kepada Bisnis, Kamis (9/1/2025).

    Terkait perlakuan khusus kepada wisatawan yang kembali atau datang dari sejumlah negara dengan kasus HMPV seperti Malaysia dan China, Ni Luh menyebut bahwa hal ini akan menjadi ranah kebijakan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan Kementerian Imigrasi.

    “Itu akan menjadi ranah kebijakan Kementerian Kesehatan dan Kementerian Imigrasi,” ujarnya.

    Dia menuturkan, Kemenpar selalu berkoordinasi dan merujuk pada Kemenkes dalam hal antisipasi penyebaran virus HMPV. Pihaknya turut mengimbau masyarakat dan pelaku usaha pariwisata untuk mengikuti arahan Kemenkes.

    Ni Luh menyebut bahwa Kemenkes telah mengimbau masyarakat agar tidak panik dan tetap waspada serta menjaga kesehatan guna mencegah risiko penularan virus ini. Selain itu, masyarakat diminta tetap menjaga kesehatan dengan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat.

    Dia mengatakan, berbagai langkah preventif bisa dilakukan oleh masyarakat seperti dengan menjaga pola hidup sehat, mencuci tangan secara teratur, dan menggunakan masker di tempat umum—terutama bagi yang merasa tidak sehat—dapat membantu mengurangi risiko tertular penyakit menular.

  • Kemenkes Keluarkan Surat Edaran Tingkatkan Kesiapsiagaan Hadapi Flu Burung – Halaman all

    Kemenkes Keluarkan Surat Edaran Tingkatkan Kesiapsiagaan Hadapi Flu Burung – Halaman all

    Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia bergerak cepat dengan menerbitkan Surat Edaran Nomor PM.03.01/C/28/2025 sebagai respons atas laporan peningkatan kasus flu burung (Avian Influenza) di beberapa negara. 

    Langkah ini menjadi bagian dari strategi nasional untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi penyebaran flu burung.

    Plt. Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, dr. Yudhi Pramono, menegaskan bahwa meskipun risiko flu burung terhadap kesehatan manusia secara global saat ini dinilai rendah, langkah antisipasi tetap diperlukan.

    “Kita harus terus waspada terhadap potensi penyebaran flu burung. Langkah pencegahan yang dilakukan sejak dini adalah kunci untuk melindungi masyarakat,” ungkapnya dilansir dari website resmi Kemenkes, Kamis (9/1/2025). 

    Surat Edaran ini memberikan panduan strategis kepada para pihak yang menjadi tujuan surat. 

    Langkah-langkah antisipasi tersebut meliputi penguatan sistem surveilans untuk memantau kasus, peningkatan kapasitas fasilitas kesehatan dan laboratorium untuk deteksi dini.

    Serta, kolaborasi lintas sektor menggunakan pendekatan One Health.

    Masyarakat juga diimbau untuk berperan aktif dalam pencegahan dengan menerapkan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). 

    Beberapa langkah yang disarankan untuk melindungi diri dan lingkungan sekitar meliputi menghindari kontak langsung dengan unggas yang sakit atau mati mendadak.

    Melaporkan kejadian tersebut ke dinas peternakan setempat.

    Serta segera memeriksakan diri jika mengalami gejala seperti demam, batuk, atau sesak napas.

    “Kami yakin dengan kerja sama yang baik antara pemerintah, tenaga kesehatan, dan masyarakat, potensi penyebaran flu burung dapat diminimalkan, sekaligus memastikan kesehatan publik tetap terjaga,” tambah dr. Yudhi.

    Sebagai informasi, Indonesia hingga kini masih merupakan daerah endemis flu burung pada unggas, dengan virus jenis Highly Pathogenic Avian Influenza (HPAI) dan Low Pathogenic Avian Influenza (LPAI) yang terus bersirkulasi. 

    Laporan dari World Health Organization (WHO), Food and Agriculture Organization (FAO), dan World Organisation for Animal Health (WOAH) pada Desember 2024 juga mencatat peningkatan kasus flu burung pada mamalia di berbagai negara.

  • Fakta-fakta Menkes Berikan Penghargaan ke dr Aulia, Korban Perundungan PPDS Undip

    Fakta-fakta Menkes Berikan Penghargaan ke dr Aulia, Korban Perundungan PPDS Undip

    Jakarta: Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin memberikan penghargaan “Ksatria Bakti Husada Arutala” kepada almarhumah dr Aulia, peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Universitas Diponegoro (Undip) program studi anestesi, yang menjadi korban perundungan. Penghargaan ini merupakan bentuk apresiasi atas perjuangan dr Aulia yang telah melalui berbagai tekanan selama masa pendidikan spesialis. 

    Budi menekankan pentingnya momen ini sebagai titik balik untuk memperbaiki sistem pendidikan dokter spesialis di Indonesia. Ia juga menegaskan bahwa pendidikan dokter spesialis harus menciptakan lulusan dengan kondisi mental yang baik, sehingga mampu melayani pasien secara maksimal.

    “Kemenkes ingin mengucapkan terima kasih beliau sudah berkorban untuk bertahan selama ini dari berbagai macam tekanan untuk bisa memperbaiki sistem pendidikan dokter spesialis yang ada di RS pendidikan kita,” ujar Menkes Budi, Kamis 9 Januari 2025.

    Baca juga: Depresi Berat Zhao Lusi, Sebenarnya Bagaimana Dampak Luka Bullying?

    Penghargaan ini sekaligus menjadi refleksi atas perlunya perbaikan budaya pendidikan dokter spesialis di Indonesia. Budi berharap ke depannya sistem pendidikan dokter dapat lebih berempati dan bebas dari tekanan yang tidak manusiawi.
    Fakta-Fakta Penyerahan Penghargaan
    1. Penghargaan Diberikan kepada Keluarga
    Penghargaan ini diterima oleh Nuzmatun Malinah, ibunda dr Aulia, Kamis 9 Januari 2025. Dalam kesempatan itu, Nuzmatun menyampaikan rasa terima kasihnya kepada pemerintah dan masyarakat yang telah memberikan dukungan.

    2. Harapan untuk Perbaikan Sistem
    Budi menegaskan bahwa sistem pendidikan dokter spesialis harus dibangun dengan empati dan jauh dari tekanan yang tidak sehat.

    “Saya percaya pengalaman yang dihadapi oleh keluarga, karena ini kehilangan putri tercinta dan juga ayahandanya, itu saya harapkan kejadian terakhir, dan bisa menjadi momentum perubahan yang lebih positif lagi,” ujar Budi.

    3. Permintaan dari Keluarga Korban
    Nuzmatun berharap kejadian yang menimpa anaknya menjadi yang terakhir. Ia menyampaikan harapan dengan penuh emosi.

    “Semoga apa yang mereka lakukan mereka akan membalasnya. Kami tidak bisa memberikan apa-apa, hanya doa setulusnya untuk perbaikan pendidikan PPDS di Indonesia supaya tidak ada lagi kejadian yang menimpa anak saya.”

    Kasus ini menjadi titik penting dalam perjalanan pembenahan sistem pendidikan dokter di Indonesia. Kementerian Kesehatan berkomitmen untuk menjadikan pengalaman pahit keluarga dr ARL sebagai pelajaran berharga agar tidak ada lagi korban dari budaya pendidikan yang tidak sehat.

    Jakarta: Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin memberikan penghargaan “Ksatria Bakti Husada Arutala” kepada almarhumah dr Aulia, peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Universitas Diponegoro (Undip) program studi anestesi, yang menjadi korban perundungan. Penghargaan ini merupakan bentuk apresiasi atas perjuangan dr Aulia yang telah melalui berbagai tekanan selama masa pendidikan spesialis. 
     
    Budi menekankan pentingnya momen ini sebagai titik balik untuk memperbaiki sistem pendidikan dokter spesialis di Indonesia. Ia juga menegaskan bahwa pendidikan dokter spesialis harus menciptakan lulusan dengan kondisi mental yang baik, sehingga mampu melayani pasien secara maksimal.
     
    “Kemenkes ingin mengucapkan terima kasih beliau sudah berkorban untuk bertahan selama ini dari berbagai macam tekanan untuk bisa memperbaiki sistem pendidikan dokter spesialis yang ada di RS pendidikan kita,” ujar Menkes Budi, Kamis 9 Januari 2025.

    Baca juga: Depresi Berat Zhao Lusi, Sebenarnya Bagaimana Dampak Luka Bullying?
     
    Penghargaan ini sekaligus menjadi refleksi atas perlunya perbaikan budaya pendidikan dokter spesialis di Indonesia. Budi berharap ke depannya sistem pendidikan dokter dapat lebih berempati dan bebas dari tekanan yang tidak manusiawi.

    Fakta-Fakta Penyerahan Penghargaan

    1. Penghargaan Diberikan kepada Keluarga
    Penghargaan ini diterima oleh Nuzmatun Malinah, ibunda dr Aulia, Kamis 9 Januari 2025. Dalam kesempatan itu, Nuzmatun menyampaikan rasa terima kasihnya kepada pemerintah dan masyarakat yang telah memberikan dukungan.
     
    2. Harapan untuk Perbaikan Sistem
    Budi menegaskan bahwa sistem pendidikan dokter spesialis harus dibangun dengan empati dan jauh dari tekanan yang tidak sehat.
     
    “Saya percaya pengalaman yang dihadapi oleh keluarga, karena ini kehilangan putri tercinta dan juga ayahandanya, itu saya harapkan kejadian terakhir, dan bisa menjadi momentum perubahan yang lebih positif lagi,” ujar Budi.
     
    3. Permintaan dari Keluarga Korban
    Nuzmatun berharap kejadian yang menimpa anaknya menjadi yang terakhir. Ia menyampaikan harapan dengan penuh emosi.
     
    “Semoga apa yang mereka lakukan mereka akan membalasnya. Kami tidak bisa memberikan apa-apa, hanya doa setulusnya untuk perbaikan pendidikan PPDS di Indonesia supaya tidak ada lagi kejadian yang menimpa anak saya.”
     
    Kasus ini menjadi titik penting dalam perjalanan pembenahan sistem pendidikan dokter di Indonesia. Kementerian Kesehatan berkomitmen untuk menjadikan pengalaman pahit keluarga dr ARL sebagai pelajaran berharga agar tidak ada lagi korban dari budaya pendidikan yang tidak sehat.
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (DHI)

  • Video: Kesiapan Kemenkes Jelang Skrining Kesehatan Gratis Bulan Depan

    Video: Kesiapan Kemenkes Jelang Skrining Kesehatan Gratis Bulan Depan

    Video: Kesiapan Kemenkes Jelang Skrining Kesehatan Gratis Bulan Depan

  • Menteri Kesehatan: Skrining Kesehatan Gratis Direncanakan Mulai Februari 2025 – Halaman all

    Menteri Kesehatan: Skrining Kesehatan Gratis Direncanakan Mulai Februari 2025 – Halaman all

    Menkes: Skrining Kesehatan Gratis Direncanakan Mulai Februari 2025

    Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

    TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA — Selain Program Makan Bergizi Gratis (MGB), skrining kesehatan saat hari ulang tahun bakal dimulai.

    Menteri Kesehatan (Menkes RI) Budi Gunadi Sadikin menuturkan, program unggulan Presiden Prabowo itu direncanakan mulai pada bulan Februari 2025 dengan jangkauan target 280 juta masyarakat Indonesia.

    Sejumlah persiapan juga sudah dilakukan salah satunya sosialisasi.

    “Skrining gratis, memang kami sudah laporkan ke Pak Presiden. Rencananya di bulan Februari, jelasnya akan ditentukan (waktunya) oleh Pak Presiden. Sosialisasi akan mulai lakukan di bulan ini,” ujar Menkes Budi yang ditemui di kantor Kemenkes Jakarta, Kamis (9/1/2025).

    Ia mewanti-wanti, skrining kesehatan di hari ulang tahun ini bukan seperti medical check up untuk golongan masyarakat menengah ke atas.

    “Tidak se-sophisticated atau se-canggih yang dibayangkan untuk elit golongan menengah. Ini bener-bener skrining untuk 280 juta rakyat Indonesia yang selama ini nggak pernah di-skrining,” tutur dia. 

    Diharapkan melalui skrining ini bisa mencegah penyakit penyebab kematian tertinggi seperti stroke dan jantung.

    Pemeriksaan tekanan darah, gula darah, sama lemak darah atau kolesterol menjadi kunci pencegahan kedua penyakit tersebut. 

    Skrining ini nanti akan dilakukan di 10 ribu puskesmas dan kemungkinan juga nanti akan dilakukan di klinik-klinik swasta.

    “Kami akan pakai sistem satu sehat atau peduli lindungi. Jadi mulai minggu ini kita akan promosikan supaya di-download lagi satu sehat dan dapatkan. Karena lewat satu sehat nanti akan kita kirim pesan-pesannya, nanti ada questionnaire yang harus diisi,” tutur BGS.

  • Heboh Wabah HMPV, Menkes Tegaskan Tak Akan Jadi COVID-19 Part 2

    Heboh Wabah HMPV, Menkes Tegaskan Tak Akan Jadi COVID-19 Part 2

    Jakarta

    Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menegaskan bahwa Human Metapneumovirus (hMPV) bukanlah virus baru. hMPV pertama kali pada tahun 2001 di Belanda dan bukan berasal dari China.

    Ia meminta masyarakat tidak terlalu khawatir terkait keberadaan virus ini lantaran hMPV sebenarnya sudah beredar sejak lama dan efek kesehatan yang ditimbulkan juga cenderung ringan.

    “Jadi sudah beredar di seluruh dunia tuh sudah lama. Termasuk di Indonesia juga sudah beredar. Apakah hMPV itu mematikan? Nggak mematikan. hMPV itu fatality ratenya sangat-sangat rendah,” kata Menkes Budi ketika ditemui awak media di Jakarta Selatan, Kamis (9/1/2025).

    “Ini kan yang terkena hMPV sebenarnya sudah lama selalu ada yang kena. Saya lihat ada yang terkena hMPV di Jakarta, di tempat lain. Gimana statusnya? Udah sembuh semua. Ini sama seperti flu biasa. Jadi buat teman-teman nggak usah khawatir,” sambungnya.

    Berkaitan dengan potensi pandemi hMPV yang dikhawatirkan banyak orang, Menkes Budi menegaskan tidak akan ada yang namanya ‘COVID-19 part 2. Selain efek yang ditimbulkan dari infeksi hMPV cenderung ringan, fatality rate yang ditimbulkan dari virus ini juga jauh di bawah infeksi COVID-19.

    Ia menuturkan pasien hMPV di Indonesia, khususnya pada anak, umumnya sembuh dan bisa beraktivitas seperti biasa.

    “Dan itu terbukti semua yang kena hMPV, data yang saya lihat yang ada di Indonesia, anak-anaknya sudah sembuh semua. Udah pulang dengan selamat. Supaya teman-teman jadi nggak usah terlalu panik juga,” ucap Menkes Budi.

    “Nggak (jadi COVID-19 part 2), jauh sekali itu,” tandasnya.

    (avk/kna)

  • Menkes Minta Pengajar-Senior Putus Mata Rantai Perundungan Dokter di PPDS

    Menkes Minta Pengajar-Senior Putus Mata Rantai Perundungan Dokter di PPDS

    Jakarta

    Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menekankan besarnya peran dokter-dokter senior untuk memutus tradisi perundungan di program pendidikan dokter spesialis (PPDS). Ia tidak ingin kejadian yang seperti menimpa dr ARL di PPDS FK Undip kembali terulang dalam proses pendidikan.

    Hal tersebut diungkapkannya setelah memberikan tanda penghargaan Ksatria Bakti Husada Arutala pada dr ARL yang diwakili oleh sang ibunda, Nuzmatun Malinah.

    “Untuk para senior yuk mari kita putus mata rantainya saat ini juga supaya kita bisa membangun budaya yang lebih baik di pendidikan para dokter spesialis ini, karena mereka nanti akan menghadapi ratusan ribu sampai jutaan pasien,” kata Menkes Budi ketika ditemui awak media di Kantor Kementerian Kesehatan, Jakarta Selatan, Kamis (9/1/2025).

    Menkes Budi menuturkan bahwa budaya pembelajaran di PPDS harus terbentuk dengan baik. Hal ini menurutnya juga sangat berkaitan dengan kualitas pelayanan pasien nantinya, setelah dokter lulus.

    Selain itu, ia juga mengimbau para pengajar di PPDS untuk tidak melepaskan seluruh tanggung jawab pengajaran dokter residen pada senior. Menurutnya, hal ini menjadi salah satu pemicu budaya perundungan yang cukup kuat di dunia pendidikan kedokteran.

    Menkes Budi meminta para pengajar untuk meluangkan lebih banyak waktu untuk peserta PPDS. Menurutnya, di lapangan pengajar bisa sangat jarang bertemu dengan junior karena ada kegiatan lain.

    “Kepada para pengajar-pengajarnya, tolong pastikan pada saat mendidik ajarilah junior-juniornya, jangan lepaskan pengajarannya ini ke para senior karena yang terjadi di sistem yang sekarang adalah banyak para pengajar yang kemudian melepaskan tanggung jawab pengajarannya ke para senior sehingga ini yang terjadi, senior yang mengajari juniornya, sehingga bullying ini terjadi,” tandas Menkes.

    (avk/kna)

  • Menkes Beri Penghargaan Kstaria Bakti Husada Arutala kepada Dokter Aulia Risma – Halaman all

    Menkes Beri Penghargaan Kstaria Bakti Husada Arutala kepada Dokter Aulia Risma – Halaman all

    Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

    TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA -Menteri Kesehatan (Menkes RI) Budi Gunadi Sadikin memberikan penghargaan Ksatria Bakti Husada Arutala kepada dr Aulia Risma Lestari.

    Penghargaan itu diberikan sebagai bentuk penghormatan dan pengakuan atas keberanian dan perjuangan almarhumah dr Risma saat menjadi peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Anestesi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro (FK Undip).

    Penghargaan itu diterima langsung oleh ibunda Risma, Nuzmatun Malinah di kantor Kemenkes RI, Jakarta, Kamis (9/11/2024).

     

    “Saya berharap dengan adanya momentum ini kita bisa memperbaiki sistem pendidikan dokter spesialis agar bisa membangun sistem pendidikan dan budaya berempati, tidak menekan para serta didiknya sehingga mereka nanti pada saat lulus memiliki kondisi mental yang baik pada saat nanti menghadapi pasienn,” kata Menkes Budi.

    Kedepan, menjalin dengan pihak terkait seperti Kemdikbudristek, Kemenkes berupaya terus mencegah budaya atau perilaku bullying di pendidikan dokter spesialis dan rumah sakit.

    “Ini seharusnya kita kembalikan lagi kepada metode-metode yang sesuai dengan pendidikan dokter,” harap mantan dirut Bank Mandiri ini.

    Dikesempatan yang sama, Nuzmatun mengucapkan terima kasih atas penghargaan yang diberikan.

    Pasca penetapan tiga tersangka pemerasan, ia berharap pelaku bisa diberikan hukuman yang setimpal.

    “Mohon untuk bisa diberikan kekuatan sehingga penegak hukum bisa memberikan keadilan sebagaimana yang telah mereka lakukan terhadap almarhumah Risma,” ungkap dia.

    Tiga Tersangka Pemerasan

    Pemakaman ayah dokter Aulia Risma Lestari di TPU Panggung Kota Tegal, Jawa Tengah, Selasa (27/8/2024) (kiri) (Kolase tribunpantura.com/ Fajar Bahruddin Achmad)

    Polisi telah menetapkan tiga tersangka dalam kasus pemerasan terhadap korban dokter Aulia.

    Ketiganya adalah TEN (pria) Ketua Program Studi (Prodi) Anestesiologi Fakultas Kedokteran Undip, SM (perempuan) kepala staf medis kependidikan prodi Anestesiologi Undip, dan ZYA (perempuan) yang merupakan senior dari dr Aulia.

    Kabid Humas Polda Jateng Kombes Pol Artanto menjelaskan pada Selasa (24/12/2024) bahwa peran para tersangka dalam kasus ini yakni TEN memanfaatkan senioritasnya di kalangan PPDS untuk meminta uang Biaya Operasional Pendidikan (BOP) yang tidak diatur dalam akademik.

    Sementara tersangka SM turut serta meminta uang BOP yang tidak diatur akademi dengan meminta langsung ke bendahara PPDS.

    Tersangka ZYA dikenal sebagai senior korban yang paling aktif membuat aturan, melakukan bullying dan makian. 

  • Video Menkes Budi Sebut Pasien Anak yang Kena HMPV Sudah Sembuh Semua

    Video Menkes Budi Sebut Pasien Anak yang Kena HMPV Sudah Sembuh Semua

    Jakarta – Virus Human Metapneumovirus (HMPV) sudah masuk ke Indonesia dan sempat dikhawatirkan akan seperti Covid-19. Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin meminta masyarakat tak perlu panik karena HMPV layaknya flu biasa dan tak berbahaya.

    (/)

  • Antisipasi Virus HMPV yang Masuk ke Indonesia, Masyarakat Diminta Jaga Pola Hidup Bersih – Halaman all

    Antisipasi Virus HMPV yang Masuk ke Indonesia, Masyarakat Diminta Jaga Pola Hidup Bersih – Halaman all

    Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Kementerian Kesehatan RI menyatakan, wabah virus Human Metapneumovirus (HMPV) yang merebak di China juga sudah ditemukan di Indonesia.  

    Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) meminta masyarakat agar tidak terlalu panik dalam menyikapi kemunculan kasus virus HMPV di Indonesia.

    Masyarakat tetap diminta untuk waspada terhadap potensi penularan penyakit HMPV. 

    “Sebagaimana Kemenkes juga menghimbau masyarakat untuk tidak terlalu panik, namun tetap menambah kewaspadaan tentang penularan, terutama penularan HMPV ini,” ungkap Anggota Bidang Penanggulangan Penyakit Menular Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) dan Ketua Satgas Covid PB IDI Prof DR Dr Erlina Burhan, SpP(K) pada media briefing virtual, Rabu (8/1/2025). 

    Ia juga menekankan bahwa virus HMPV bukanlah penyakit yang baru ditemukan. Virus ini sudah ada bahkan sejak tahun 2001 atau 24 tahun yang lalu. 

    Sebagian masyarakat mungkin saja sudah pernah terinfeksi dan memiliki imunitas terhadap infeksi HMPV. 

    “Walaupun HMPV ini mudah menular melalui droplet, percikan dari saluran pernapasan, dan gejalanya mirip flu, mayoritas dapat sembuh sendiri. Penyakit saluran pernapasan karena virus umumnya self limiting disease. Kecuali pada kasus-kasus yang berat,” imbuhnya. 

    Namun masyarakat diharapkan tetap waspada terutama pada kelompok berisiko, seperti anak-anak, orang lanjut usia, orang dengan penyakit komorbid dan mereka yang memiliki imunitas rendah. 

    “Terkait HMPV ini,  direkomendasikan kepada masyarakat untuk menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat. Menghindari kontak dengan pasien atau orang dengan gejala flu. Dan membersihkan benda-benda yang terkontaminasi,” imbuhnya. 

    Pada orang yang tengah mengalami gejala flu atau batuk, diminta untuk menggunakan masker agar tidak menularkan penyakit pada orang lain. 

    Sedangkan pada kelompok berisiko, Erlina mengimbau untuk memakai masker. Khususnya ketika berada di tengah keramaian, bekerja atau bepergian. 

    Lakukan pola hidup sehat, seperti mencuci tangan pakai sabun, tutup mulut serta hidung dengan siku yang dilipat. 

    Bisa pula menutup hidup dan mulut menggunakan tisu atau masker.

    “Hindari juga menyentuh wajah karena mulut, hidung, mata menjadi pintu masuk virus. Bersihkan benda atau permukaan atau alat-alat yang sering digunakan. Seperti meja, pegangan pintu, keyboard komputer, dan lain-lain,” paparnya. 

    Sedangkan pada pemerintah, PB IDI merekomendasikan untuk memperkuat surveillance epidemiologi.

    Atau setidaknya, ada penyampaian edukasi terkait keharusan mematuhi penerapan protokol kesehatan di pintu masuk negara seperti bandara. 

    Pemerintah juga diimbau untuk melibatkan komunitas untuk edukasi dan sosialisasi. “Sejauh ini sih waspada saja, tidak perlu khawatir, apa lagi panik. Karena HMPV ini bersifat ringan,” tutupnya.