Kementrian Lembaga: Kemenkes

  • Mudah! Ini Cara Daftar Cek Kesehatan Gratis dari Pemerintah

    Mudah! Ini Cara Daftar Cek Kesehatan Gratis dari Pemerintah

    Jakarta, Beritasatu.com – Pemerintah Indonesia resmi meluncurkan program cek kesehatan gratis (CKG) pada Senin (10/2/2025) sebagai bentuk komitmen dalam meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat. Program ini menjadi kado ulang tahun dari negara, bertujuan untuk mendeteksi dini berbagai masalah kesehatan serta mengurangi beban penyakit yang sebenarnya dapat dicegah.

    Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kemenkes Aji Muhawarman, mengimbau masyarakat untuk memanfaatkan kesempatan ini sebaik-baiknya. Program CKG ini dilaksanakan di fasilitas kesehatan primer seperti Puskesmas dan klinik, dengan prioritas utama di Puskesmas. Klinik akan dilibatkan secara bertahap ke depannya.

    “Saat ini, Indonesia memiliki 10.200 Puskesmas yang siap melaksanakan cek kesehatan gratis secara serentak. Oleh karena itu, masyarakat diimbau untuk memilih fasilitas kesehatan terdekat dengan domisilinya agar proses cek kesehatan lebih mudah diakses,” ungkap Aji, dikutip dari laman Kemenkes, Selasa (11/2/2025).

    Untuk memanfaatkan layanan ini, masyarakat diimbau untuk mengunduh aplikasi Satu Sehat Mobile (SSM) yang tersedia di platform Android dan iOS. Selanjutnya, masyarakat diminta melakukan pendaftaran melalui aplikasi tersebut.

    Lantas, bagaimana langkah pendaftarannya? Terdapat tiga cara yang bisa dilakukan untuk melakukan proses pendaftaran cek kesehatan gratis, berikut lengkapnya!

    3 Cara Daftar CKG

    Daftar CKG lewat aplikasi Satu Sehat

    Anda dapat mendaftar melalui aplikasi Satu Sehat Mobile (SSM) dengan langkah berikut:

    Buka aplikasi Satu Sehat Mobile.Login menggunakan email, nomor HP, atau PIN.Klik menu “Periksa Kesehatan Gratis”.Pilih “Tiket Pemeriksaan” dan tekan “Buat Tiket Baru”.Isi data diri, lalu pilih jadwal dan lokasi pemeriksaan.Periksa kembali data, kemudian klik “Simpan”.Setelah pendaftaran berhasil, Anda akan mendapatkan tiket pemeriksaan.Tunjukkan nomor tiket ke petugas kesehatan saat pemeriksaan.

    Daftar lewat WhatsApp

    Pendaftaran juga bisa dilakukan melalui WhatsApp Kemenkes RI dengan cara berikut:

    Chat ke nomor 081110500567.Ketik “Halo” atau “Hai” di kolom chat.Pilih menu “Cek Kesehatan Gratis”.Klik “Ya” untuk menyetujui pendaftaran.Pilih “Satu Sehat Mobile” jika ingin daftar melalui aplikasi.Jika tidak memiliki aplikasi, ikuti instruksi selanjutnya yang diberikan di WhatsApp.Tunggu notifikasi konfirmasi bahwa pendaftaran berhasil.

    Daftar CKG di Puskesmas

    Bagi yang ingin daftar secara langsung, bisa datang ke puskesmas terdekat dengan membawa KTP, lalu ikuti langkah berikut:

    Scan barcode untuk daftar cek kesehatan gratis yang tersedia di puskesmas.Isi formulir pendaftaran secara lengkap.Scan barcode untuk skrining mandiri.Isi data yang diminta.Tunggu sesuai antrean pemeriksaan di puskesmas.

    Itulah tiga cara mudah untuk mendaftar cek kesehatan gratis dari pemerintah. Jangan lewatkan kesempatan ini untuk menjaga kesehatan Anda! 

  • Menkes Budi Sadikin Targetkan Implementasi KRIS di Seluruh Rumah Sakit pada Juni 2025

    Menkes Budi Sadikin Targetkan Implementasi KRIS di Seluruh Rumah Sakit pada Juni 2025

    Jakarta, Beritasatu.com – Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan, pihak menargetkan penerapan atau implementasi Kelas Rawat Inap Standar (KRIS) dimulai pada Juni 2025 mendatang. KRIS merupakan pengganti Kelas I, II dan III dalam BPJS Kesehatan.

    “Juni ini kita harapkan semua rumah sakit sudah melaksanakan implementasi KRIS, dari 3.228 ada 115 rumah sakit yang kita tidak masuk kewajibannya untuk KRIS,” ujar Menkes Budi Gunadi Sadikin dalam rapat kerja bersama Komisi IX DPR di gedung DPR, kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (11/2/2025).

    Dari jumlah 3.113 rumah sakit yang sudah melaksanakan KRIS, kata Budi, sebagian besar adalah rumah sakit swasta.

    Budi menegaskan tujuan KRIS utamanya bukan sebagai penghapusan kelas melainkan agar ada standar minimal untuk layanan kesehatan yang dapat diakses masyarakat.

    “KRIS itu sebenarnya adalah menerapkan standar minimal layanan bagi masyarakat. Jadi tujuan utamanya bukan dari sisi kelas tetapi layanan kesehatannya minimal sama dan standarnya terpenuhi,” jelas dia.

    Merujuk Pasal 46A ayat (1) Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 59 Tahun 2024, telah mengatur 12 persyaratan mengenai fasilitas ruang perawatan pada pelayanan rawat inap berdasarkan KRIS.

    Ke-12 persyaratan tersebut adalah komponen bangunan yang digunakan tidak memiliki tingkat porositas yang tinggi; ventilasi udara memenuhi pertukaran udara pada ruang perawatan biasa minimal 6 (enam) kali pergantian udara per jam; pencahayaan ruangan buatan mengikuti kriteria standar 250 lux untuk penerangan dan 50 lux untuk pencahayaan tidur; dan kelengkapan tempat tidur berupa adanya 2 (dua) kotak kontak dan nurse call pada setiap tempat tidur.

    Selain itu, ada persyaratan soal adanya nakas per tempat tidur; dapat mempertahankan suhu ruangan mulai 20 sampai 26 derajat celsius; ruangan telah terbagi atas jenis kelamin, usia, dan jenis penyakit (infeksi dan noninfeksi); kepadatan ruang rawat inap maksimal 4 (empat) tempat tidur, dengan jarak antar tepi tempat tidur minimal 1,5 meter; tirai/partisi dengan rel dibenamkan menempel di plafon atau menggantung; kamar mandi dalam ruang rawat inap; kamar mandi sesuai dengan standar aksesibilitas; dan outlet oksigen.

    “Ada 12 standar yang kita kasih. tidak semuanya sulit. Ada beberapa yang misalnya kasih partisi, temperatur ruangan, ventilasinya mesti bagus, tetapi mungkin ada yang agak memerlukan effort,” katanya.

    Meskipun demikian, Budi mengatakan sangat manusiawi jika kamar mandi dipasang di dalam ruangan. Hal ini dikarenakan pasien yang bersangkutan sudah dalam kondisi sakit, sehingga tidak perlu pergi ke luar untuk menggunakan kamar mandi.

    “Sebaiknya, kamar mandi tersebut berada di dalam ruangan tempat tidur pasien, seperti yang ada di hotel,” pungkas Budi seusai mengumumkan penerapan KRIS.

  • Bakal Berlaku Juni 2025 di Seluruh RS! Menkes Ungkap Hasil Uji Implementasi KRIS

    Bakal Berlaku Juni 2025 di Seluruh RS! Menkes Ungkap Hasil Uji Implementasi KRIS

    Jakarta

    Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mengungkap hasil uji implementasi kelas rawat inap standar (KRIS) di sejumlah rumah sakit Indonesia. Ada 600 RS atau 21 persen di antaranya yang sudah siap dengan 12 kriteria KRIS termasuk ventilasi udara, kelengkapan tempat tidur, kelayakan kamar mandi, hingga tersedia outlet oksigen.

    Sayangnya, lebih banyak RS yang masih belum menyanggupi kriteria KRIS. Totalnya mencapai 949 rumah sakit atau 34,3 persen. Mereka tidak memenuhi satu hingga lebih dari dua kriteria KRIS. Utamanya, kondisi kamar mandi yang tidak ramah disabilitas, tertalu kecil, hingga tidak cukup untuk dilewati kursi roda.

    Sementara 43,9 persen atau sebanyak 1.217 rumah sakit sudah memenuhi sebagian besar implementasi KRIS yang secara bertahap mulai serentak berlaku Juni 2025 mendatang.

    “Analisanya yang paling kurang itu, kamar mandi terlalu kecil, tidak dapat dilalui kursi roda. Jadi ternyata banyak RS bikin pintu kamar mandi itu kecil sekali. Padahal itu ada syaratnya,” ungkap Menkes dalam rapat kerja bersama Komisi IX DPR RI, Selasa (11/2/2025).

    “Kalau nggak, dia kan terpaksa harus dituntun, jalan, padahal jalannya juga sudah susah,” beber dia.

    Kondisi RS yang juga disoroti Menkes adalah nihilnya bel dan colokan listrik di sejumlah ruangan. Padahal, menurutnya, syarat kriteria tersebut relatif tidak memakan biaya terlalu besar.

    “Ini kan nggak usah dibobok, bisa pakai kabel saja, harusnya nggak susah menurut kami. Ini menurut saya harusnya bisa cepat,” tandas dia.

    Kelengkapan fasilitas RS lain yang masih sulit dipenuhi berdasarkan kriteria KRIS adalah outlet oksigen. Menkes memahami sejumlah RS yang masih kesulitan menyediakan outlet oksigen di setiap ruang rawat inap.

    “Outlet oksigen tempat tidur ini mungkin agak susah. Kalau kesediaan kamar mandi di dalam ruangan ternyata banyak ruangan sekarang sudah ada kamar mandinya juga. Tp kita ingin kalau bisa buat kenyamanan jangan kemudian orang mesti keluar kamar mandinya bersatu dengan yang lain,” pungkas dia.

    Sebagai catatan, berikut 12 kriteria KRIS yang bakal diterapkan Juni mendatang:

    komponen bangunan tidak memiliki tingkat porositas tinggiventilasi udarapencahayaan ruangankelengkapan tempat tidurnakes per tempat tidurtemperatur ruanganruangan rawat dibagi berdasarkan jenis kelamin anak atau dewasa serta penyakit infeksi atau non infeksikepadatan ruang rawat dan kualitas tempat tidurtirai atau partisi antar tempat tidurkamar mandi dalam ruangan rawat inapkamar mandi memenuhi standar aksesibilitasoutlet oksigen

    (naf/kna)

  • Mengenal Pendekatan THR, Jurus Jitu Hentikan Kebiasaan Merokok

    Mengenal Pendekatan THR, Jurus Jitu Hentikan Kebiasaan Merokok

    Jakarta: Data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menunjukkan risiko merokok menjadi penyebab kematian terbesar kedua di Indonesia. Situasi ini membutuhkan strategi yang bisa diterapkan, menurunkan risiko akibat rokok hingga membantu perokok berhenti merokok. 

    Pendekatan Tobacco Harm Reduction (THR) menjadi salah satu cara yang bisa diambil dalam mengatasi hal itu. Berdasarkan Laporan “Lives Saved Report” yang dikeluarkan oleh Global Health Consults, penerapan THR dapat menyelamatkan 4,6 juta nyawa perokok hingga 2060 di Indonesia.

    “Kalau melihat definisinya, THR ini fokus pada mengurangi dampak risiko dari merokok. THR bisa menjadi salah satu alternatif dalam upaya berhenti merokok. Kami akan menunggu hasil risetnya untuk masukan kebijakan kita,” kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi dalam acara diskusi di Jakarta, yang dikutip Selasa, 11 Februari 2025.

    THR merupakan salah satu metode alternatif, khususnya menurunkan risiko produk tembakau. Pendekatan ini bukan hanya menekankan pada peralihan penggunaan produk alternatif, melainkan keseluruhan upaya menurunkan risiko yang diwujudkan melalui kebijakan, riset, dan perkembangan teknologi hingga akhirnya membuat perokok berhenti merokok.

    Nadia mengatakan peran Kemenkes dalam merumuskan kebijakan menjadi salah satu poin penting dalam upaya mengatasi dampak risiko akibat rokok. Kemenkes masih berfokus pada penerapan Upaya Berhenti Merokok (UBM) melalui praktik konseling di tingkat Pusat Kesehatan Masyarakat (puskesmas) dalam membantu orang berhenti merokok.
     

    “Secara strategi kami punya UBM dan hotline berhenti merokok. Memang belum maksimal dan belum ada di semua tempat, ini masukan buat kami. Soal THR, kita lihat perkembangan studinya, apakah THR bisa jadi cara agar (regulasi yang terbit) bisa evidence-based,” kata Nadia.

    Penyusunan kebijakan berbasis bukti atau data menjadi hal yang harus didorong, terutama dalam mengatasi masalah perokok di Indonesia. Akademisi dari Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung sekaligus salah satu penulis Laporan “Lives Saved Report”, Ronny Lesmana sepakat dengan hal itu.

    Menurut dia, selama ini gerakan untuk mengajak orang berhenti merokok sudah masif dilakukan, tetapi belum efisien dalam menurunkan angka perokok. Untuk itu, diperlukan pendekatan dan strategi lain, salah satunya dengan menerapkan metode THR.

    “Kita tidak bisa hanya berdiam diri. Kalau THR diterapkan, maka kualitas hidup dan angka harapan hidup masyarakat akan lebih baik. Berdasarkan penelitian yang kami lakukan, dampak penggunaan produk rendah risiko menunjukkan toksisitas lebih rendah dan menurunkan inflamasi paru-paru. Ini data kami,” ujar Ronny.

    Uji toksisitas tersebut dilakukan dengan menguji sel molekuler pada perokok konvensional dan perokok produk alternatif rendah risiko. Produk yang digunakan untuk penelitian disesuaikan dengan standar yang ditetapkan di seluruh dunia. Penelitian replikasi yang diuji di enam (6) negara pun menunjukkan bahwa beberapa produk alternatif tersebut terbukti lebih rendah risiko dibanding rokok konvensional.

    Kajian berbasis ilmiah yang dilakukan sesuai metodologi sangat dibutuhkan di Indonesia. Riset THR yang spesifik dengan dukungan dari pemerintah sangat penting, terutama dalam mewujudkan kolaborasi bersama lembaga penelitian dan lembaga pendidikan. 

    Nantinya, temuan tersebut akan menjadi basis data yang berperan sebagai pertimbangan pemerintah dalam menyusun regulasi. Saat ini, minimnya data soal THR berdampak pula pada keluaran regulasi yang belum tepat sasaran.

    Senada, peneliti dan mantan Direktur Riset Kebijakan World Health Organization (WHO) Tikki Pangestu menekankan pentingnya penelitian soal THR di Indonesia. Hasil penelitian tersebut akan menjadi basis awal dalam proses perumusan kebijakan agar hasilnya lebih efektif. Penelitian mengenai THR yang sebelumnya sudah dilakukan di luar negeri belum bisa sepenuhnya menggambarkan kondisi perokok sesungguhnya di Indonesia.

    “Penelitian lanjutan THR dalam konteks lokal harus diberi prioritas tinggi dan mendapat sokongan. Ini yang masih sangat kurang di Indonesia. Penelitian bisa berfokus pada dampak kesehatan dan dampak ekonomi, seperti apa perbandingannya antara rokok konvensional dengan produk alternatif,” kata Tikki.

    Jakarta: Data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menunjukkan risiko merokok menjadi penyebab kematian terbesar kedua di Indonesia. Situasi ini membutuhkan strategi yang bisa diterapkan, menurunkan risiko akibat rokok hingga membantu perokok berhenti merokok. 
     
    Pendekatan Tobacco Harm Reduction (THR) menjadi salah satu cara yang bisa diambil dalam mengatasi hal itu. Berdasarkan Laporan “Lives Saved Report” yang dikeluarkan oleh Global Health Consults, penerapan THR dapat menyelamatkan 4,6 juta nyawa perokok hingga 2060 di Indonesia.
     
    “Kalau melihat definisinya, THR ini fokus pada mengurangi dampak risiko dari merokok. THR bisa menjadi salah satu alternatif dalam upaya berhenti merokok. Kami akan menunggu hasil risetnya untuk masukan kebijakan kita,” kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi dalam acara diskusi di Jakarta, yang dikutip Selasa, 11 Februari 2025.

    THR merupakan salah satu metode alternatif, khususnya menurunkan risiko produk tembakau. Pendekatan ini bukan hanya menekankan pada peralihan penggunaan produk alternatif, melainkan keseluruhan upaya menurunkan risiko yang diwujudkan melalui kebijakan, riset, dan perkembangan teknologi hingga akhirnya membuat perokok berhenti merokok.
     
    Nadia mengatakan peran Kemenkes dalam merumuskan kebijakan menjadi salah satu poin penting dalam upaya mengatasi dampak risiko akibat rokok. Kemenkes masih berfokus pada penerapan Upaya Berhenti Merokok (UBM) melalui praktik konseling di tingkat Pusat Kesehatan Masyarakat (puskesmas) dalam membantu orang berhenti merokok.
     

    “Secara strategi kami punya UBM dan hotline berhenti merokok. Memang belum maksimal dan belum ada di semua tempat, ini masukan buat kami. Soal THR, kita lihat perkembangan studinya, apakah THR bisa jadi cara agar (regulasi yang terbit) bisa evidence-based,” kata Nadia.
     
    Penyusunan kebijakan berbasis bukti atau data menjadi hal yang harus didorong, terutama dalam mengatasi masalah perokok di Indonesia. Akademisi dari Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung sekaligus salah satu penulis Laporan “Lives Saved Report”, Ronny Lesmana sepakat dengan hal itu.
     
    Menurut dia, selama ini gerakan untuk mengajak orang berhenti merokok sudah masif dilakukan, tetapi belum efisien dalam menurunkan angka perokok. Untuk itu, diperlukan pendekatan dan strategi lain, salah satunya dengan menerapkan metode THR.
     
    “Kita tidak bisa hanya berdiam diri. Kalau THR diterapkan, maka kualitas hidup dan angka harapan hidup masyarakat akan lebih baik. Berdasarkan penelitian yang kami lakukan, dampak penggunaan produk rendah risiko menunjukkan toksisitas lebih rendah dan menurunkan inflamasi paru-paru. Ini data kami,” ujar Ronny.
     
    Uji toksisitas tersebut dilakukan dengan menguji sel molekuler pada perokok konvensional dan perokok produk alternatif rendah risiko. Produk yang digunakan untuk penelitian disesuaikan dengan standar yang ditetapkan di seluruh dunia. Penelitian replikasi yang diuji di enam (6) negara pun menunjukkan bahwa beberapa produk alternatif tersebut terbukti lebih rendah risiko dibanding rokok konvensional.
     
    Kajian berbasis ilmiah yang dilakukan sesuai metodologi sangat dibutuhkan di Indonesia. Riset THR yang spesifik dengan dukungan dari pemerintah sangat penting, terutama dalam mewujudkan kolaborasi bersama lembaga penelitian dan lembaga pendidikan. 
     
    Nantinya, temuan tersebut akan menjadi basis data yang berperan sebagai pertimbangan pemerintah dalam menyusun regulasi. Saat ini, minimnya data soal THR berdampak pula pada keluaran regulasi yang belum tepat sasaran.
     
    Senada, peneliti dan mantan Direktur Riset Kebijakan World Health Organization (WHO) Tikki Pangestu menekankan pentingnya penelitian soal THR di Indonesia. Hasil penelitian tersebut akan menjadi basis awal dalam proses perumusan kebijakan agar hasilnya lebih efektif. Penelitian mengenai THR yang sebelumnya sudah dilakukan di luar negeri belum bisa sepenuhnya menggambarkan kondisi perokok sesungguhnya di Indonesia.
     
    “Penelitian lanjutan THR dalam konteks lokal harus diberi prioritas tinggi dan mendapat sokongan. Ini yang masih sangat kurang di Indonesia. Penelitian bisa berfokus pada dampak kesehatan dan dampak ekonomi, seperti apa perbandingannya antara rokok konvensional dengan produk alternatif,” kata Tikki.
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (ADN)

  • Fitur Cek Kesehatan Gratis Tidak Muncul di Aplikasi SATUSEHAT Mobile, Bagaimana Solusinya? – Halaman all

    Fitur Cek Kesehatan Gratis Tidak Muncul di Aplikasi SATUSEHAT Mobile, Bagaimana Solusinya? – Halaman all

    Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

    TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA – Pemerintah resmi meluncurkan program Cek Kesehatan Gratis (GKG) pada Senin 10 Februari 2025.

    Untuk bisa mendapatkan cek kesehatan gratis, masyarakat harus mengunduh aplikasi SATUSEHAT Mobile.

    Melalui aplikasi itu, masyarakat bisa mengakses program pemeriksaan kesehatan gratis.

    Masyarakat dapat mengunduh aplikasi SATUSEHAT Mobile secara gratis di Google Play Store untuk Android.

    Sementara untuk pengguna Iphone, saat ini belum tersedia di Apple Store.

    Dalam pelaksanaan hari pertama cek kesehatan gratis, ditemui warga yang masih sulit mengakses digital program CKG ini.

    Warga mengeluhkan fitur cek kesehatan gratis yang tidak muncul di aplikasi SATUSEHAT Mobile.

    Bagaimana solusinya? Berikut penjelasan dari Kemenkes yang dikutip dari laman SATUSEHAT.

    1. Pastikan menggunakan perangkat Android (untuk iOs segera)

    2. Periksa apakah aplikasi SATUSEHAT Mobile sudah diperbarui ke versi terbaru (7.8.0)

    Jika sudah, coba keluar dari aplikasi dan masuk kembali

    Jika belum, silakan masuk ke Play Store, cari “SATUSEHAT” dan tekan ‘Update’

    3. Fitur Cek Kesehatan Gratis akan muncul di Beranda

    APLIKASI SATUSEHAT -Untuk bisa mendapatkan cek kesehatan gratis, masyarakat harus mengunduh aplikasi SATUSEHAT Mobile.

    Jika belum muncul, silakan log out terlebih dahulu dan log in kembali
    Cek kesehatan gratis menyasar lebih dari 200 juta penduduk Indonesia, dari bayi hingga lansia.

    Masyarakat dapat memanfaatkan 3 momentum ini.

    Pertama, PKG saat ulang tahun yang akan dimulai 10 Februari diperuntukkan bagi mereka yang berusia 0-6 tahun dan 18 tahun ke atas.

    Pemeriksaan ini bisa dilakukan di puskesmas dan klinik.

    Kedua, PKG sekolah dimulai Juli 2025 untuk mereka yang berusia 7-17 tahun. PKG sekolah ini akan dilakukan saat tahun ajaran baru di sekolah.

    Ketiga, PKG khusus diperuntukkan bagi ibu hamil dan balita di puskesmas dan posyandu.

    Cek kesehatan gratis ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan dengan identifikasi faktor risiko, deteksi kondisi pra penyakit dan deteksi penyakit lebih awal.

  • Kapan Pemeriksaan Kanker Dilakukan saat Cek Kesehatan Gratis? – Halaman all

    Kapan Pemeriksaan Kanker Dilakukan saat Cek Kesehatan Gratis? – Halaman all

    Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

    TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA – Program Cek Kesehatan Gratis (CKG) sudah dimulai pada Senin (10/2/2025).

    Salah satu yang dideteksi adalah kanker.

    Kementerian Kesehatan (Kemenkes) berharap dengan deteksi yang lebih awal, diharapkan meningkatkan angka kesembuhan pasien kanker, dan menurunkan angka kematian akibat kanker.

    Ada empat jenis kanker yang dideteksi dalam CKG ini yaitu Kanker Payudara, Kanker Leher Rahim, Kanker Paru, Kanker Usus Besar.

    Lalu kapan pemeriksaan kanker dalam cek kesehatan gratis ini bisa dilakukan?

    Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Maria Endang Sumiwi menuturkan, pemeriksaan kanker payudara dan kanker serviks dilakukan pada perempuan dewasa di atas usia 30 tahun.

    Sementara bagi usia 18 – 19 tahun, pemeriksaan terkait kanker belum didapatkan.

    “Perempuan dewasa yang 30 tahun ke atas, itu perempuan yang untuk kanker payudara dan kanker serviks. Jadi yang 18 sampai 29 kalau perempuan belum dapat itu. Jadi akan diikuti mulai usia 30 tahun,” kata dia saat ditemui di Puskesmas Tanah Abang, Jakarta, Senin (10/2/2025).

    Secara rinci, kanker payudara dilakukan pada usia 30 tahun, kanker leher rahim dilakukan pada usia di atas 30 tahun, kanker paru dilakukan pada usia di atas 45 tahun dan kanker usus besar dilakukan di atas 50 tahun.

    Cek kesehatan gratis disediakan secara gratis sebagai hadiah ulang tahun dari pemerintah. Untuk memudahkan akses masyarakat, program ini dilaksanakan di berbagai fasilitas kesehatan pemerintah, baik di puskesmas maupun rumah sakit pemerintah. 

    Cek kesehatan gratis untuk kanker mencakup diantaranya pemeriksaan menggunakan alat RT PCR, USG, dan blood chemical analyzer, tergantung jenis kankernya.

     

  • Tidak Semua Diperiksa, Begini Aturan dan Cara Periksa Cek Kesehatan Gratis untuk Dewasa dan Lansia – Halaman all

    Tidak Semua Diperiksa, Begini Aturan dan Cara Periksa Cek Kesehatan Gratis untuk Dewasa dan Lansia – Halaman all

    Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Program Cek Kesehatan Gratis (CKG) yang resmi dimulai Senin (10/2/2025).

    Pada CKG kelompok dewasa dan lansia tidak semua jenis pemeriksan didapatkan warga. Ada aturan dan caranya.

    Direktur  Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Maria Endang Sumiwi memaparkan, cara pemeriksaan pada CKG.

    Cek kesehatan gratis ini meliputi 20 jenis pemeriksaan pada dua level atau kategori pemeriksaan. Baik untuk dewasa (di atas 18 tahun – 59 tahun) dan lansia (di atas 59 tahun), .

    Ia mengatakan, tidak semua jenis pemeriksaan bisa didapatkan masyarakat, namun disesuaikan dengan usia.

    Seperti pemeriksaan kanker payudara dan kanker serviks dilakukan pada perempuan dewasa berusia 30 tahun ke atas.

    Sementara bagi usia 18 – 19 tahun, pemeriksaan terkait kanker belum didapatkan.

    WARGA ANTUSIAS – Salah satu petugas Puskesmas memeriksa telinga salah seorang warga saat program cek kesehatan gratis (CGK). Sementara itu salah seorang warga bernama Lina mengaku pelaksanaan program cek kesehatan gratis, khususnya di Puskesmas Cengkareng, Jakarta Barat sudah rapi. Ini karena setiap tahapan yang dilalui pasien sudah terbagi-bagi, seperti meja pemeriksaan anak yang dipisahkan dengan meja untuk orang dewasa atau lansia. “Sudah rapi sih saya lihatnya,” kata Lina. (Tribunnews/Danang Triatmojo)

    “Dewasa yang 30 tahun ke atas, itu perempuan yang untuk kanker payudara dan kanker serviks. 

    Jadi yang 18 sampai 29 kalau perempuan belum dapat itu. Jadi akan diikuti mulai usia 30 tahun,” kata dia saat ditemui di Puskesmas Tanah Abang, Jakarta, Senin (10/2/2025).

    Hal itu juga berlaku, pada pemeriksaan jantung, dimana ini akan dilakukan pada usia 40 tahun ke atas.

    Namun untuk memeriksakan seperti tekanan darah, gula darah, periksa mata, periksa pendengaran, gigi warga akan mendapatkannya pada setiap CKG.

    “Jadi pemeriksaan pertanyaan tentang merokok, aktivitas fisik, kemudian pemeriksaan tekanan darah, gula darah, kemudian periksa mata, periksa telinga, gigi, nah itu semua pasti mendapatkan. Tapi yang lainnya itu sesuai umurnya,” terang Endang.

    Pemeriksaan penyakit menular seksual jarang peminat

    CEK KESEHATAN GRATIS – Seorang warga sedang melakukan pemeriksaan tekanan darah di puskesmas Tanah Abang saat cek kesehatan gratis yang dimulai Senin (10/2/2025). (Tribunnews.com/Rina Ayu)

    Endang menuturkan, khusus pemeriksaan hepatitis, sifilis dan HIV pihaknya menyadari masih banyak masyarakat yang enggan melakukan pemeriksaan penyakit menular seksual.

    Karena itu, Kemenkes tidak menargetkan terlalu tinggi masyarakat yang ikut pemeriksaan ini.

    “Masyarakat kadang-kadang tidak mau untuk dicek yang penyakit menular seksualnya. Sehingga kami  untuk HIV,sifilis itu cuma menyediakan di awal sekitar 30 persen karena masyarakat belum terlalu mau dicek,” kata dia.

    20 pemeriksaan kesehatan gratis

    Berikut Jenis Pemeriksaan untuk Cek Kesehatan Gratis pada Dewasa dan lansia:

    1. Merokok

    2. Tingkat Aktivitas Fisik

    3. Status Gizi

    4. Gigl

    5. Tekanan Darah

    6. Gula Darah

    7. Risiko Stroke, Risiko jantung (dilakukan pada usia di atas 40 tahun)

    8. Fungsi Ginjal (dilakukan di atas 40 tahun)

    9. Tuberkulosis

    10. Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK)

    11. Kanker Payudara (dilakukan pada usia 30 tahun)

    12. Kanker Leher Rahim (dilakukan pada usia di atas 30 tahun)

    13. Kanker Paru (dilakukan pada usia di atas 45 tahun)

    14. Kanker Usus Besar ( dilakukan di atas 50 tahun)

    15. Mata

    16. Telinga

    17. Jiwa

    18. Hati (Hep B, C, Sirasis)

    19. Calon Pengantin (Anemia, Sifilis, HIV)

    20. Geriatri (dilakukan di atas 60 tahun)

     

  • Wamen ATR: Cek Kesehatan Gratis Program "Quick Win" Kedua Prabowo, Paling Besar dalam Sejarah
                
                    
                        
                            Nasional
                        
                        10 Februari 2025

    Wamen ATR: Cek Kesehatan Gratis Program "Quick Win" Kedua Prabowo, Paling Besar dalam Sejarah Nasional 10 Februari 2025

    Wamen ATR: Cek Kesehatan Gratis Program “Quick Win” Kedua Prabowo, Paling Besar dalam Sejarah
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Wakil Menteri Agraria dan Tata Ruang (Wamen ATR), Ossy Dermawan mengatakan,
    cek kesehatan gratis
    (CKG) merupakan program “Quick Win” kedua setelah makan bergizi gratis (MBG) yang telah lebih dulu dilaksanakan.
    Hal ini dikatakan Ossy saat meninjau pelaksanaan program cek kesehatan gratis hari pertama di UPTD Puskesmas Jatimulya, Kelurahan Jatimulya, Kecamatan Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi, Senin (10/2/2025).
    “Jadi ini adalah program
    quick win
    kedua. Tapi walaupun kedua, sasaran penerima manfaatnya jauh lebih besar dan mencangkup seluruh warga negara Indonesia,” kata Ossy, Senin.
    Ossy menyebut, target penerima manfaat program ini sebagai yang terbesar sepanjang sejarah pelayanan kesehatan di Indonesia.
    “Penerima manfaatnya lebih dari 281 juta orang atau bisa dikatakan ini dalam sejarah merupakan salah satu program pelayanan kesehatan paling besar dalam sejarah bangsa dan negara,” ujarnya.
    Ossy juga mengatakan, cek kesehatan gratis ini juga merupakan wujud implementasi dari janji
    Prabowo
    pada masa kampanye tahun pada 2023-2024 lalu.
    “Program ini juga merupakan wujud implementasi dari janji kampanye Presiden
    Prabowo
    yang diucapkan pada tanggal 8 November 2023, beliau menyampaikan bahwa pelayanan kesehatan harusnya tidak berbayar alias gratis,” katanya.
    Oleh karena itu, Ossy berharap, seluruh masyarakat dapat menyukuri adanya bantuan kesehatan dari pemerintah ini.
    “Harus kita syukuri dan patut untuk diberikan apresiasi mudah-mudahan program ini dapat berjalan dengan lancar dan memberi manfaat untuk seluruh masyarakat,” ujarnya.
    Sebagai informasi, Prabowo telah merencanakan program prioritas “Quick Win” atau Program Hasil Terbaik Cepat (PHTC) untuk tahun 2025. Total anggaran untuk program itu mencapai lebih dari Rp 100 triliun.
    Program
    quick win
    pertama adalah makan bergizi gratis untuk anak-anak, ibu hamil, dan balita dengan alokasi anggaran sebesar Rp 71 triliun.
    Program kedua cek kesehatan gratis untuk pemeriksaan tensi, gula darah, foto rontgen, dan
    screening
    penyakit katastropik dengan dukungan anggaran Rp 3,2 triliun.
    Masyarakat dapat mendaftar cek kesehatan gratis melalui aplikasi
    online
    Satu Sehat, WhatsApp layanan Kemenkes di nomor 081110500567, atau datang langsung ke Puskesmas terdekat.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Hari Pertama Cek Kesehatan Gratis, 6.500 Orang Daftar dan Didominasi Usia 40-59 Tahun
                
                    
                        
                            Nasional
                        
                        10 Februari 2025

    Hari Pertama Cek Kesehatan Gratis, 6.500 Orang Daftar dan Didominasi Usia 40-59 Tahun Nasional 10 Februari 2025

    Hari Pertama Cek Kesehatan Gratis, 6.500 Orang Daftar dan Didominasi Usia 40-59 Tahun
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Kementerian Kesehatan (Kemenses) mencatat total harian pendaftar
    cek kesehatan gratis
    (CKG) pada hari pertama, Senin (10/2/2025), paling banyak dari usia dewasa, yakni 40-59 tahun.
    Dari data dari
    Kemenkes
    yang diterima
    Kompas.com
    , pendaftar terbanyak kedua berada para rentang usia 30-39 tahun dan usia 18-29 tahun urutan ketiga.
    Berikut jumlah pendaftar cek kesehatan gratis berdasarkan klaster usia:
    Sementara, data pendaftar berdasarkan jenis kelamin didominasi perempuan sebanyak 64,2 persen dan laki-laki 35,8 persen.
    Pada hari pertama sampai sekiranya pukul 11.25 WIB, sebanyak 6.500 masyarakat telah melakukan
    cek kesehatan gratis di Puskesmas
    .
    Kemenkes akan terus mendorong masyarakat untuk melakukan
    pemeriksaan kesehatan gratis
    sampai target 100 juta masyarakat per tahun terpenuhi.
    Sebagai informasi, cek kesehatan gratis dari Kemenkes dimulai serentak hari ini, Senin (10/2/2025).
    Cek kesehatan gratis
    dilakukan Puskesmas dengan terlebih dulu mendaftar
    online
    melalui aplikasi Satu Sehat atau datang langsung ke puskesmas bagi wilayah yang kesulitan internet.
    Program cek kesehatan gratis ini terbagi dibagi menjadi tiga jenis, yakni cek kesehatan gratis di hari ulang tahun, cek kesehatan gratis di sekolah, dan cek kesehatan gratis khusus.
    Cek kesehatan gratis sebagai kado ulang tahun yang berlaku hari ini, ditujukan untuk masyarakat berusia enam tahun ke bawah dan 18 tahun ke atas.
    Sementara anak berusia 7-17 tahun, baru bisa mengikuti cek kesehatan gratis pada Juli 2025, sesuai tahun ajaran baru dan dilakukan di sekolah masing-masing.
    Masyarakat dapat mendaftar cek kesehatan gratis melalui aplikasi
    online
    Satu Sehat, WhatsApp layanan Kemenkes di nomor 081110500567, atau datang langsung ke Puskesmas terdekat.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Menko Zulkifli Hasan Tinjau PKG di Sidoarjo: Upaya Masif Pemerintahan Prabowo Jaga Kesehatan Warga – Halaman all

    Menko Zulkifli Hasan Tinjau PKG di Sidoarjo: Upaya Masif Pemerintahan Prabowo Jaga Kesehatan Warga – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan atau Zulhas melihat langsung pelaksanaan Program Pemeriksaan Kesehatan Gratis (PKG) di Puskesmas Taman Sidoarjo, Senin (10/2/2025). 

    Adapun PKG merupakan pelaksanaan amanat UUD 1945 untuk bisa memajukan kesejahteraan umum, terutama pasal 28 H yakni setiap warga negara berhak memperoleh pelayanan kesehatan.

    Zulhas tampak langsung berbincang dengan para warga yang  sudah datang di puskesmas. 

    Dia pun menyampaikan bahwa upaya pencegahan jauh lebih baik daripada mengobati. 

    “Jadi sebelum sakit kita sudah bisa memeriksa kesehatan,” katanya dalam keterangan yang diterima, Senin (10/2/2025).

    Zulhas juga menyempatkan diri berbincang  dengan para ibu hamil yang sedang antre untuk periksa kandungan. 

    Baginya, upaya pencegahan stunting bisa dilakukan sejak dini, yakni sejak masih di dalam kandungan. 

    “Jadi diperhatikan gizinya, nanti bisa terus dipantau perkembangan kandungan serta setelah melahirkan. Pola makannya juga bisa dijaga,” kata dia. 

    Selain itu, Zulhas mengatakan PKG juga menjadi komitmen serta realisasi janji kampanye Presiden Prabowo yang diucapkan pada 8 November 2023, bahwa pelayanan kesehatan harus diberikan tanpa bayar alias gratis. 

    PKG adalah Program Hasil Terbaik Cepat (PHTC) kedua setelah Program Makan Bergizi Gratis (MBG), yang bertujuan meningkatkan status gizi lebih dari 82 juta orang.

    Dia menambahkan, PKG merupakan PHTC dengan target penerima manfaat terbesar, lebih dari 281 juta orang warga negara. Penerima manfaat dalam program ini adalah terbesar dalam sejarah sektor kesehatan Indonesia.

    “Harapannya nanti semua warga bisa memeriksakan kesehatannya dengan baik,” jelasnya.

    Selain itu, PKG juga mengubah paradigma kesehatan kuratif ke preventif. Sehingga mengubah kebiasaan dari “Sakit Dahulu Baru Berobat” dan “Sehat itu Mahal” menjadi “Cek Kesehatan Dulu Sebelum Jatuh Sakit” serta “Mencegah Lebih Murah Daripada Mengobati”. 

    Program ini, lanjutnya, ditujukan untuk 100 persen penduduk Indonesia, untuk semua kategori usia, mulai bayi hingga lansia. Setiap orang, penyandang disabilitas, lansia, petani, nelayan, buruh, dan ASN berhak mendapatkan layanan pemeriksaan kesehatan gratis tanpa kecuali.

    “Sekai lagi, mencegah sebelum jatuhnya sakit jauh lebih baik. Itu yang nanti akan dilakukan terus, sehingga ada upaya baik untuk menjaga kesehatan dan kontrol kesehatan,” tandasnya.

    Sebelumnya, Pemerintah memulai program Pemeriksaan Kesehatan Gratis (PKG) pada 10 Februari 2025. Hal itu disampaikan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin usai bertemu Presiden Prabowo Subianto di Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu, (5/2/2025).

    “Ini adalah program pemeriksaan kesehatan gratis. Diputuskan oleh beliau nanti tanggal 10 Februari ini sudah bisa jalan khusus puskesmas-puskesmas dan juga klinik-klinik,” kata Budi Gunadi.

    Menurut Menkes tidak akan ada acara seremonial pada saat dimulainya program tersebut nanti.

    Sama seperti program Makan Bergizi Gratis (MBG), Presiden bersama para menteri hanya akan meninjau proses pelaksanaannya saja di sejumlah lokasi.

    “Nanti beliau sama seperti yang makan bergizi mau lihat di salah satu puskesmas,” katanya.

    Menurut Menkes program PKG akan menyasar 280 juta orang secara bertahap. Program tersebut akan menyentuh warga mulai dari bayi hingga Lansia.

    Pada tahap pertama, pemerintah menargetkan 50 juta orang menerima manfaat program ini.

    “Mungkin enggak langsung 280 juta. Tahun pertama kalau kita dapat 50 juta saja sudah senang dan kita diharapkan naik terus,” tuturnya

    Program akan dilakukan di fasilitas kesehatan mulai dari puskesmas hingga klinik.

    “Dilakukannya di mana? Di 10.000 Puskesmas dan 15.000 klinik yang sudah bekerja sama dengan BPJS,” ujarnya.