Kementrian Lembaga: Kapolda Jatim

  • Sambut Kapolda Jatim, Mbak Wali Dorong Kebersamaan Wujudkan Kediri Aman

    Sambut Kapolda Jatim, Mbak Wali Dorong Kebersamaan Wujudkan Kediri Aman

    Kediri (beritajatim.com) – Wali Kota Kediri Vinanda Prameswati bersama Kapolres Kediri Kota AKBP Anggi Saputra Ibrahim menyambut kedatangan Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Jawa Timur, Irjen Pol Nanang Avianto, di Polsek Kota, Kamis (4/9/2025).

    Kunjungan kerja Kapolda Jatim ini dilakukan dalam rangka meninjau beberapa tempat yakni Polsek Kota, Satlantas Polres Kediri Kota, serta Mako Polres Kediri Kota yang mengalami kerusakan akibat kerusuhan beberapa hari lalu.

    Wali Kota Kediri menyampaikan terima kasih atas kehadiran Kapolda Jawa Timur yang dinilainya memberikan semangat dan dukungan bagi jajaran kepolisian di Kota Kediri. Kunjungan ini menjadi dorongan penting untuk memulihkan kondisi pasca kerusuhan beberapa hari lalu.

    Lebih lanjut, Mbak Wali berharap fasilitas kepolisian yang terdampak bisa segera pulih, serta pelayanan kepada masyarakat kembali seperti semula.

    “Serta saya juga berharap, situasi di Kota Kediri selalu kondusif, tidak terjadi lagi aksi anarkis seperti beberapa waktu lalu, sehingga masyarakat dapat menjalani kehidupannya dengan aman dan nyaman. Mari bersama-sama jaga Kota Kediri tercinta ini,” tegasnya.

    Wali Kota Kediri Vinanda Prameswati bersama Kapolres Kediri Kota AKBP Anggi Saputra Ibrahim menyambut kedatangan Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Jawa Timur, Irjen Pol Nanang Avianto, di Polsek Kota, Kamis (4/9/2025).

    Sementara itu, dalam arahannya, Kapolda Jatim menegaskan pentingnya menjaga semangat kerja di tengah dinamika yang terjadi. Ia juga mengapresiasi kinerja kepolisian bersama TNI dan _stakeholder_ lain yang telah bahu membahu menjaga keamanan di Kediri dan sekitarnya.

    “Saya datang untuk memastikan bahwa seluruh anggota tetap semangat dan baik-baik saja. Kita bertanggung jawab penuh terhadap pelaksanaan keamanan di wilayah ini. Terima kasih, rekan-rekan sudah luar biasa dalam melaksanakan tugas, bersinergi dengan TNI dan berbagai pihak lainnya. Semua merasa punya tanggung jawab terhadap keamanan, sehingga kejadian yang ada bisa ditangani dan dampaknya diminimalisir,” ungkap Kapolda Jatim.

    Lebih lanjut, Irjen Pol Nanang Avianto juga menekankan pentingnya memulihkan kondisi pascakejadian. Mulai dari perbaikan fasilitas umum hingga memastikan aktivitas masyarakat dapat berjalan normal kembali, baik dalam bidang ekonomi, pendidikan, maupun layanan publik.

    Terakhir, Kapolda Jatim ini juga berpesan agar seluruh jajaran kepolisian terus menyampaikan pesan-pesan yang menyejukkan kepada masyarakat, serta bijak dalam menggunakan media sosial.

    “Mari kita guyub, bersatu, dan menjaga Kota Kediri tetap aman. Kerja keras rekan-rekan sangat luar biasa, dan sinergitas yang baik ini harus terus dipertahankan,” tegasnya.

    Turut mendampingi kunjungan tersebut, Kapolres Kediri AKBP Bramastyo Priaji, Dandim 0809 Kediri Letkol Inf Ragil Jaka Utama, Danbrigif 16 Wira Yudha Kolonel Inf Taufik Ismail, Kapolsek Kota Kompol Ridwan Sahara, serta Kepala Rumah Sakit Bhayangkara Kediri Agung Hadi Wijanarko. [nm/but]

     

  • Khofifah Yakin Pembakar Gedung Grahadi Surabaya Bukan Warga Jatim
                
                    
                        
                            Surabaya
                        
                        2 September 2025

    Khofifah Yakin Pembakar Gedung Grahadi Surabaya Bukan Warga Jatim Surabaya 2 September 2025

    Khofifah Yakin Pembakar Gedung Grahadi Surabaya Bukan Warga Jatim
    Tim Redaksi
    SURABAYA, KOMPAS.com
    – Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa meyakini orang yang membakar Gedung Grahadi Surabaya bukan orang Jawa Timur.
    “Saya yakin pelakunya bukan orang Jawa Timur. Saya meyakini orang Jawa Timur itu baik. Tidak mungkin tega melakukan aksi anarkis,” kata Khofifah usai menghadiri pasar sembako murah di Kelurahan Jemur Wonosari, Kecamatan Wonocolo, Surabaya, Selasa (2/9/2025) sore.
    Khofifah mengaku prihatin dengan kejadian perusakan Gedung Grahadi, karena pihaknya tidak pernah melarang siapa pun untuk menyampaikan aspirasi di depan Gedung Grahadi.
    “Silakan semua menyampaikan pendapat, silakan semua orasi, silakan mengkritik, semua boleh berpendapat, sampaikan semua pendapat, pemikiran, kritik dengan damai dan jangan sampai merusak,” ucap Khofifah.
    Sementara itu, Kapolda Jatim Irjen Polisi Nanang Avianto menyebut, 89 orang yang diduga terlibat dalam pembakaran Gedung Grahadi sudah ditangkap, dan saat ini masih dalam proses pemeriksaan. 
    Sebelumnya, Polda Jatim menangkap 580 pelaku yang melakukan aksi perusakan selama demonstrasi di 6 kota yang terjadi 3 hari belakangan.
    Ratusan orang tersebut ditangkap oleh Polda Jatim bersama jajaran Polres dari Kota Surabaya, Malang Kota, Malang Kabupaten, Kediri Kota, Kediri Kabupaten, dan Kabupaten Sidoarjo. 
    580 pelaku yang diamankan tersebut, 89 orang diproses hukum, 12 orang pemeriksaan, sementara 479 lainnya telah dipulangkan baik dari keluarga maupun Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Surabaya.
     
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • 83 Polisi Terluka Saat Amankan Kerusuhan di Jawa Timur, 18 Dirawat Inap

    83 Polisi Terluka Saat Amankan Kerusuhan di Jawa Timur, 18 Dirawat Inap

    Surabaya (beritajatim.com) – Demonstrasi yang berujung kerusuhan di sejumlah wilayah Jawa Timur menyisakan korban di pihak kepolisian. Dari data Biddokes Polda Jatim, tercatat sebanyak 83 anggota polisi mengalami luka akibat bentrokan saat melakukan pengamanan.

    Dari jumlah tersebut, 65 personel menjalani rawat jalan, sementara 18 lainnya harus dirawat inap karena mengalami luka serius. Dari 18 personel yang dirawat, 15 orang mengalami luka robek, patah tulang, hingga cedera otak ringan. Mereka dirawat di RS Bhayangkara Surabaya.

    Selain itu, satu personel dirawat di RSSA Malang Kota akibat patah tulang selangka, satu personel dirawat di RS Mitra Keluarga karena luka robek di kepala, dan seorang Polwan dirawat di RS Bhayangkara Kediri dengan luka robek di bagian depan kepala.

    Kapolda Jatim Irjen Pol Nanang Avianto, melalui Kabid Humas Kombes Pol Jules Abraham Abast, menyampaikan apresiasi atas dedikasi para personel yang tetap profesional di tengah risiko besar dalam pengamanan aksi unjuk rasa.

    “Personel kami jadi garda terdepan dalam menjaga ketertiban. Mereka menghadapi risiko serius, mulai lemparan benda keras, serangan fisik, hingga upaya pembakaran fasilitas kepolisian,” kata Jules, Selasa (2/9/2025).

    Selain menimbulkan korban dari kepolisian, aksi anarkis juga meninggalkan dampak sosial yang luas. Puluhan pos polisi dirusak, kantor pemerintahan mengalami kerusakan, dan jalan protokol sempat lumpuh akibat blokade massa.

    Situasi ini menimbulkan kekhawatiran warga, terutama di pusat kota Surabaya, Malang, dan Kediri. Polda Jatim menegaskan komitmen untuk menjaga stabilitas keamanan bersama elemen masyarakat agar kondisi tetap kondusif.

    Polisi juga mengimbau masyarakat untuk tidak mudah terprovokasi pihak-pihak yang berupaya memecah belah persatuan. “Kami mengapresiasi tumbuhnya kesadaran masyarakat untuk menjaga lingkungannya secara swakarsa dengan gerakan serentak warga jaga warga,” jelas Jules.

    Menurutnya, gerakan warga jaga warga bukan hanya terlihat di Surabaya, tetapi juga di berbagai kota dan kabupaten lain di Jawa Timur. “Kesadaran kolektif ini yang menjadi kunci untuk Jogo Jatim agar Jawa Timur ini aman dan kondusif,” tutup dia. [uci/beq]

  • 89 Pelaku Pembakar Gedung Grahadi Ditangkap, Kapolda Jatim: Masih Kita Kembangkan

    89 Pelaku Pembakar Gedung Grahadi Ditangkap, Kapolda Jatim: Masih Kita Kembangkan

    Surabaya (beritajatim.com) – Kapolda Jatim Irjen Pol Nanang Avianto menegaskan ada 89 Pelaku yang sudah diamankan terkait pembakaran gedung Grahadi pada Minggu (31/8/2025) kemarin.

    Dalam keterangan pers usai melakukan doa bersama di Polda Jatim, Kapolda menyatakan pihaknya masih terus mengembangkan siapa saja pihak yang terlibat dalam aksi anarkis tersebut.

    ” Masih kita kembangkan, nanti akan kita update terus,” ujar Kapolda, Selasa (2/9/2025).

    Lebih lanjut Kapolda mengatakan, diamankannya sejumlah orang yang terlibat dalam pembakaran gedung Grahadi agar bisa dijadikan pelajaran bagi semua pihak.

    ” Agar dibuat pembelajaran, silahkan menyampaikan pendapat tapi dengan cara yang damai, cara yang elok cara yang santun bukan dengan cara yang provokatif,” ujar Kapolda.

    Lebih lanjut Kapolda mengatakan, menyampaikan pendapat itu boleh, itu adalah hak dari masyarakat tapi jangan sampai merusak karena disitu ada hak masyarakat yang lain yang akan melakukan aktifitas dalam segala bidang.

    Pihaknya sudah berkomitmen untuk menjaga dan melindungi masyarakat baik jiwa, raga maupun harta bendanya. Apabila terjadi tindakan anarkis maka akan dilakukan tindakan tegas dan terukur.

    ” Sudah kami perintahkan ke semua jajaran agar melakukan tindakan tegas dan terukur apabila ada yang melakukan tindakan anarkis. Mudah-mudahan tidak ada lagi terjadi hal-hal demikian. Mari kita jaga Jaw Timur, jaga semua setiap wilayah di Jawa Timur dengan baik agar Jawa Timur tetap kondusif,” ujarnya.

    Sebelumnya, Kabid Humas Polda Jatim Kombes Pol Jules Abraham Abast menegaskan langkah tegas dalam menangani aksi anarkis yang terjadi di enam wilayah, yakni Surabaya, Malang Kota, Malang Kabupaten, Kediri Kota, Kediri Kabupaten, dan Sidoarjo.

    Berdasarkan data yang dihimpun dari Polda Jatim, hingga kini ada sebanyak 580 orang diamankan, dengan rincian 89 orang diproses hukum dan 479 orang dipulangkan setelah pemeriksaan. [uci/beq]

  • Sekelumit Kisah Surabaya Lautan Api: Rakyat dan Polisi Jadi Korban, Gubernur Khofifah Terkena Lemparan Botol

    Sekelumit Kisah Surabaya Lautan Api: Rakyat dan Polisi Jadi Korban, Gubernur Khofifah Terkena Lemparan Botol

    Surabaya (beritajatim.com) Selama dua hari terakhir, Jumat sampai Sabtu, 29-30 Agustus 2025, kota Surabaya mendadak jadi lautan api. Berbagai fasilitas umum rusak. Mulai dari kursi dan hiasan taman, lampu jalan, hingga tanaman dan pot di sepanjang jalur hijau. Sirine ambulance dan pemadam kebakaran saling berbalas. Arus lalu lintas utamanya di kota Surabaya lumpuh hingga belasan jam.

    Dengan semua yang terjadi selama dua hari, massa aksi solidaritas hanya berhasil menemui Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa pada hari kedua. Tidak ada anggota DPRD Kota atau Provinsi yang hadir di tengah massa aksi. Padahal kemarahan massa di Surabaya sama dengan kota lain. Marah dengan berbagai kemewahan dan fasilitas yang diterima oleh anggota dewan. Hingga memunculkan teriakan yang sama dari emosi yang berbeda. Bubarkan DPR.

    Aksi sudah berlangsung kisruh semenjak hari pertama pada Sabtu (29/8/2025). Massa yang didominasi pakaian hitam-hitam seolah sudah ‘berperang’ melawan aparat yang berjaga di Gedung Grahadi sejak sore. Tampak aparat yang berjaga di lokasi hanya bersikap ‘bertahan’. Tidak agresif. Tidak seperti demo-demo sebelumnya di Jawa Timur.

    Sejumlah petugas yang ditemui di depan Gedung Negara Grahadi mengatakan bahwa ada instruksi dari pimpinan agar para anggota di lapangan bersikap pasif. Karena sehari sebelumnya institusi Polri menjadi sorotan usai Affan Kurniawan salah satu Driver Ojol di Jakarta tewas dilindas mobil rantis saat demo di kawasan Tanah Abang.

    Anggota di lapangan yang tidak berseragam cenderung hanya memantau situasi. Sembari menghimbau masyarakat yang hendak masuk ke Jalan Gubernur Suryo agar putar balik. Padahal, pada demo sebelum-sebelumnya di lokasi yang sama, petugas kepolisian aktif dan sigap menangkap oknum peserta demo yang membuat kerusuhan. Sehingga, hampir seluruh demo di Grahadi selalu dalam kondisi terkendali.

    Sementara pasukan Brimob dan Dalmas menjadi garda terdepan untuk mempertahankan dan mengendalikan massa aksi. Para pasukan yang sudah dilatih untuk menghadapi demo itu sempat kocar kacir. Hitungan beritajatim yang berada di lokasi, pasukan kepolisian berseragam itu dua kali mundur dan membubarkan barisan. Bukan karena perintah komandan. Tapi, karena massa aksi berhasil mengembalikan gas air mata yang ditembakan polisi.

    Sejumlah petugas kepolisian menjadi korban dalam aksi hari pertama di Grahadi. Pun di pihak peserta aksi, korban juga berjatuhan. Tim medis dengan membawa bendera tanda palang merah yang diikatkan di tongkat pramuka tidak berhenti melakukan penyelamatan kepada kedua belah pihak.

    Aksi hari berlangsung hingga Adzan Subuh dikumandangkan. Para massa aksi yang terus terpecah dan didorong mundur oleh petugas hingga ke Jalan Pemuda, Jalan Walikota Mustajab hingga Jalan Panglima Sudirman memilih berkeliling kota Surabaya.

    Aksi massa membakar hampir semua pos polisi yang berdiri di pusat kota hingga Bundaran Waru. Salah satu yang paling mencekam adalah pembakaran pos polisi Taman Bungkul di Jalan Raya Darmo. Disepanjang jalan Darmo, ada 4 titik api yang besar. Tidak ada pemadam. Tidak ada petugas kepolisian. Hanya ada massa aksi dan warga sekitar yang mengabadikan momen langka di Kota Surabaya itu dengan gawainya.

    Tidak hanya membakar pos polisi, massa aksi juga merusak kantor Polsek Tegalsari. Mereka melempari batu. Masuk ke dalam ruang depan Polsek Tegalsari dan menghancurkan semua barang yang ada di lokasi. Massa aksi juga mencoba menyerang Polsek Wonokromo. Namun penyerangan itu gagal. Kapolsek Wonokromo Kompol Hegy Renata bersama anggotanya dibantu dengan warga Joyoboyo berhasil menggagalkan niat para peserta aksi massa.

    Saat itu arus lalu lintas di pusat kota Surabaya lumpuh. Tidak ada sepeda motor yang melintas. Hanya ada massa pendemo, anggota kepolisian yang bertahan dengan tameng, dan nyala api dari fasilitas umum yang dibakar massa. Kondisi begitu mencekam. Para pengusaha yang memiliki tenant di pusat Surabaya kompak menutup usahanya. Para sekuriti disiagakan. Tidak ada yang berani membuka gerbang pagar tenant. Termasuk Tunjungan Plaza (TP) Mall Surabaya.

    Aksi hari pertama selesai ketika para pasukan TNI berdialog dengan massa aksi. Mereka sempat berswafoto bersama dan massa sepakat membubarkan diri. Namun kondisi kota Surabaya tetap mencekam. Tidak ada kepastian saat itu apakah krisis di Surabaya sudah selesai. Sejumlah pihak menilai akan ada aksi lanjutan yang lebih besar. Lantaran belum ada langkah konkret pemangku jabatan untuk menyelesaikan konflik.

    Manajemen TP Mall Surabaya sempat mengeluarkan pengumuman akan menutup tenant dan meliburkan semua aktivitas pada hari Sabtu (30/8/2025) atau pada hari kedua aksi Bubarkan DPR berlangsung. Namun manajemen lantas mengeluarkan pengumuman terbaru jika TP Mall akan buka pukul 16.00 dan tutup seperti biasa. Sayangnya, karena kondisi memanas. Manajemen memutuskan untuk tutup pukul 20.00 atau 2 jam lebih cepat.

    Aksi hari kedua dimulai pada Sabtu siang di depan Polda Jawa Timur. Para mahasiswa dari sejumlah kampus berorasi di depan gedung Polda Jatim dengan menggunakan pengeras suara dari mobil komando. Aksi di Polda Jatim berlangsung kondusif. Kapolda Jatim Irjen Nanang Avianto muncul menemui pendemo. Ia naik ke mobil komando menjadi satu dengan mahasiswa.

    Sebagai orang nomor satu di jajaran kepolisian Jawa Timur, Nanang berkomitmen membebaskan para massa aksi di hari sebelumnya yang diamankan polisi. Ia juga meminta maaf kepada masyarakat terkait tragedi Affan Kurniawan. Ia berkomitmen Polri akan melakukan evaluasi internal supaya kejadian serupa tidak kembali terulang.

    “Kami menyampaikan permintaan maaf atas kejadian tersebut. Mudah-mudahan menjadi introspeksi kami supaya kejadian kedepan tidak terulang lagi,” kata Nanang.

    Setelah Nanang selesai berbicara. Sempat terjadi lemparan ke markas Polda Jatim oleh segelintir oknum di bagian belakang. Beruntung, massa mahasiswa langsung memisahkan diri. Aksi provokasi dari kelompok tidak dikenal itu hanya berlangsung sebentar dan dapat ditangani massa mahasiswa.

    Disaat yang sama, markas Polrestabes Surabaya juga digeruduk massa. Mereka menuntut agar massa aksi yang diamankan pada hari sebelumnya supaya dibebaskan. Kapolrestabes Surabaya Kombes Pol Luthfie Sulistiawan lantas menemui massa aksi. Dihadapan massa aksi, Luthfie berjanji akan segera memenuhi tuntutan mahasiswa. Aksi di Jalan Sikatan 1 itu berlangsung kondusif. Sampai, akhirnya massa aksi berbaju hitam, tidak menggunakan almamater ikut masuk barisan dan langsung melakukan pelemparan.

    Pihak kepolisian tidak langsung ambil tindakan. Mereka menghimbau agar massa aksi berhenti melakukan tindakan pelemparan. Tidak digubris, pihak kepolisian lantas menembakan gas air mata dan menindak para massa perusuh. Mahasiswa yang merasa massa perusuh bukan bagian kelompok langsung memisahkan diri ke arah Jalan Veteran.

    Sementara kelompok peserta aksi massa mundur hingga ke Jembatan Merah. Sepeda motor yang terparkir di sepanjang jalan Sikatan terjatuh. Batu-batu bertebaran. Total ada 41 orang yang diamankan oleh polisi. Setelah diselidiki lebih jauh, sumber beritajatim di internal kepolisian menyebut jika massa aksi yang diamankan terafiliasi dengan gangster. Namun, sampai berita ini ditulis, Kasi Humas Polrestabes Surabaya AKP Rina Shanti belum memberikan keterangan resmi.

    Setelah beraksi di Polrestabes Surabaya, pukul 18.30 WIB, Massa aksi memadati Jalan Gubernur Suryo. Mereka melakukan unjukrasa di depan Gedung Negara Grahadi. Ribuan orang berteriak meminta agar Khofifah menemui massa pendemo. Sekelompok massa lantas merusak fasum di sekitar lokasi. Anehnya, Tidak ada petugas kepolisian yang datang ke Grahadi. Saat itu, hanya nampak prajurit TNI dengan pakaian dinas lengkap berjaga di halaman Grahadi dengan tameng.

    Waktu terus berlanjut. Semakin malam, massa semakin brutal. Namun, tidak ada massa aksi yang menerobos masuk ke halaman Grahadi. Mereka hanya melempar batu, merusak fasum, dan memaki para penjaga. Tensi aksi lantas turun ketika Pangdam V Brawijaya Mayjen TNI Rudy Saladin menemui massa aksi dan berdialog sekitar pukul 19.30. Kepada massa, Rudy menjelaskan jika di gedung Grahadi tidak ada orang lain, selain dirinya dan pasukan. Ia lantas mendengarkan tuntutan massa aksi yang minta polisi segera melakukan pembebasan terhadap pendemo yang diamankan.

    “Nanti saya akan komunikasikan dengan pak Kapolrestabes. Saya kenal baik dengan beliau,” jelas Rudy.

    Dialog antara peserta aksi massa dan jenderal TNI itu berlangsung 15 menit. Rudy lantas kembali masuk ke Grahadi. Situasi kembali tenang. Massa aksi bahkan menyempatkan berswafoto bersama anggota TNI yang berjaga. Tidak ada pengrusakan. tidak ada lemparan batu mengarah ke Grahadi.

    Satu jam kemudian, Rudy kembali keluar menemui massa bersama dengan Khofifah. Kehadiran Khofifah disambut letusan kembang api dan aksi bakar-bakar di Jalan Gubernur Suryo. Beberapa kelompok dari barisan belakang juga sempat melempari Khofifah dengan botol dan gelas air mineral. Namun, Khofifah tak gentar. Ia tetap berdiri tegak dan berdialog dengan peserta aksi massa.

    “Sekarang proses karena 41 orang. 2 sudah dilepaskan, sekarang proses pemeriksaan sedang berjalan. Kalau sudah diminta keterangan, selesai ya pasti pulang. Saya sama Pak Pangdam setelah ini langsung ke Polrestabes. Memastikan semua peserta aksi massa pulang,” ujar Khofifah.

    Munculnya Gubernur Khofifah yang malam itu ditemani oleh Pangdam V Brawijaya Mayjen TNI Rudy Saladin sempat membuat tensi massa aksi mereda. Kehadiran kedua pejabat tinggi Jatim itu sempat menghentikan aksi lempar batu dan pengrusakan di Grahadi. Dari dialog tersebut, massa aksi menangkap bahwa rekan-rekannya akan segera dipulangkan. Maksimal pukul 22.00 WIB.

    Pukul 22.15 WIB massa mulai kembali aktif. Merasa dibohongi, massa aksi mulai melakukan pengrusakan secara brutal. Alhasil, gedung cagar budaya di kawasan Grahadi Sisi Barat (Trimurti) berhasil dibakar massa. Barang-barang di dalam gedung yang biasa dipakai wartawan Pokja Pemprov itu dijarah. Massa mulai tidak terkendali. Sampai di situasi ini, tidak nampak kehadiran polisi. Hanya anggota TNI dengan tameng yang berusaha menyetop aksi massa. Namun, pasukan berseragam hijau itu gagal membendung massa aksi yang semakin aktif.

    Pihak kepolisian baru datang sekitar pukul 23.00 WIB. Mereka lantas menembakan gas air mata secara masif. Seluruh wartawan yang sedang berkumpul melakukan peliputan pun panik dan kabur. Di momen kritis saat para wartawan ada yang tertinggal dan terjebak gas air mata, sejumlah jurnalis senior mengangkat kartu pers berteriak agar polisi menyetop aksinya sejenak.

    Setelah polisi masuk. Penerangan di sepanjang Jalan Gubernur Suryo dan Grahadi padam. Tidak lama setelah polisi datang, puluhan anggota TNI yang naik 5 truk turun di Jalan Basuki Rahmat depan TP Plaza. Mereka berbaris dan berjalan memasuki arena pengamanan di Jalan Gubernur Suryo dengan nyanyian.

    Situasi malam kedua lebih mencekam dari malam sebelumnya. Massa aksi lalu membakar habis kantor Polsek Tegalsari. Menjarah barang-barang di dalamnya. Melempari petugas dengan batu dan terus melawan hingga pagi hari. Massa aksi dan aparat sempat bentrok di depan kantor DPRD Jatim. Massa aksi juga sempat kembali hendak menyerang Polsek Wonokromo. Namun, kembali gagal karena ada perlawanan dari warga.

    Dua malam mencekam di Surabaya. Masyarakat takut. Pengusaha resah. Rasa nyaman tinggal di kota Surabaya perlahan pudar. Setiap bangunan vital di sudut kota penuh petugas jaga. Gedung Grahadi yang menjadi sasaran amuk massa selama dua hari berturut-turut kini dijaga oleh tentara. Mereka memarkirkan sejumlah kendaraan militer di halaman Grahadi. [ang/aje]

     

  • Pangdam V Brawijaya dan Gubernur Khofifah Temui Massa Pendemo Grahadi

    Pangdam V Brawijaya dan Gubernur Khofifah Temui Massa Pendemo Grahadi

    Surabaya (beritajatim.com) – Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa muncul menemui massa pendemo di depan Gedung Negara Grahadi, Sabtu (30/8/2025). Khofifah muncul menemui pendemo ditemani Pangdam V Brawijaya Mayjend TNI Rudy Saladin.

    Mengenakan baju berwarna gelap dan kerudung warna merah muda, kemunculan Khofifah disambut sorak sorai massa aksi. Massa aksi yang melihat kedua pejabat tinggi Jawa Timur itu langsung menyalakan kembang api. Total ada 5 kembang api yang ditembakan ke udara. Selain itu, kemunculan Khofifah juga disambut dengan api yang disulut oleh massa aksi.

    Kedua pejabat tinggi itu mendapat pengawalan ketat dari anggota TNI yang berada di lokasi. Dihadapan massa aksi, keduanya mengatakan masih berkoordinasi dengan pihak kepolisian utamanya Kapolda Jatim untuk segera membebaskan rekan-rekan yang diamankan. [kun]

  • Sejumlah Fasilitas Umum di Surabaya Rusak, Kapolda Jatim: Ojo Ngono Lah Rek!

    Sejumlah Fasilitas Umum di Surabaya Rusak, Kapolda Jatim: Ojo Ngono Lah Rek!

    Surabaya (beritajatim.com) – Kapolda Jawa Timur Irjen Pol Drs. Nanang Avianto, M.Si, memberikan pernyataan resmi terkait penanganan demonstrasi yang berujung pada pembakaran dan perusakan fasilitas di Kota Surabaya dan Jawa Timur .

    Dalam keterangannya, Kapolda menjelaskan kronologi dan alasan di balik langkah-langkah yang diambil oleh pihak kepolisian, menegaskan bahwa semua tindakan dilakukan sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang berlaku.

    Dalam penjelasannya, Irjen Pol Nanang Avianto mengutarakan bahwa sejak awal, aparat kepolisian telah mengedepankan pendekatan simpatik dan himbauan.

    “Pertama adalah simpatik dulu, himboan,” ujarnya. Namun, situasi mulai memanas ketika para demonstran mulai merusak fasilitas umum. Puncaknya, pengrusakan pagar kawat di area Gedung Grahadi yang merupakan simbol kebesaran Provinsi Jawa Timur, memaksa polisi untuk mengambil tindakan lebih tegas.

    “Begitu tadi kita lihat kawat-kawatannya dirusak dan itu adalah Grahadi, simbol kebesaran dari Provinsi Jawa Timur, di situlah kok mau dirusak kami kan bertahan,” jelas Kapolda, Sabtu (30/8/2025).

    Peringatan demi peringatan telah disampaikan, namun para demonstran tetap bertahan. Bahkan, saat polisi melakukan penyemprotan air, massa justru semakin agresif.

    Irjen Pol Nanang Avianto mengungkapkan “situasi panas,  disemprot air saya kira biar sejuk lha tambah giras arek-arek, ojo ngono lah rek.”kata Kapolda.

    Situasi semakin tidak terkendali saat terjadi pembakaran kendaraan bermotor dan perusakan fasilitas umum lainnya seperti CCTV dan paving block yang digunakan untuk melempar. Karena demonstran tidak kunjung membubarkan diri meski waktu yang diizinkan telah habis, aparat akhirnya menggunakan gas air mata.

    Kapolda memastikan bahwa polisi tidak menggunakan peluru tajam atau peluru karet. “Tidak ada kami menggunakan senjata apalagi peluru tajam, peluru karet aja gak, peluru apapun gak, kita menggunakan itu (gas air mata) supaya paling tidak minggir,” tegasnya.

    Di akhir keterangannya, Kapolda Jatim menghimbau masyarakat untuk bersama-sama menjaga Jawa Timur. Ia berharap kejadian serupa tidak terulang dan mengajak semua pihak untuk menggunakan energi dan sumber daya untuk hal-hal yang lebih bermanfaat. “Wis koyo ngene iki wis rusak iki, ojo ditambahi meneh,” tutup Kapolda. “Daripada dipakai untuk beli-beli fasilitas umum kan bisa dipakai untuk membantu kesehatan, kesejahteraan, pendidikan masyarakat lain lebih membutuhkan.”pungkasnya. (ted)

  • Kapolri Pimpin Upacara Hari Juang Polri, Simbol Dedikasi Polri Untuk Bangsa

    Kapolri Pimpin Upacara Hari Juang Polri, Simbol Dedikasi Polri Untuk Bangsa

    Surabaya

    Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo hari ini menjadi inspektur upacara Hari Juang Polri di Surabaya, Jawa Timur. Jenderal Sigit mengatakan, Hari Juang Polri bukan hanya sebagai peringatan sejarah, tetapi juga sebagai simbol dedikasi dan komitmen Polri untuk terus mengabdi dan memberikan pengabdian terbaik bagi bangsa.

    Upacara digelar di di Monumen Perjuangan Polri, Surabaya, Jawa Timur, Kamis (21/8/2025). Sejumlah mantan Kapolri hingga Pati Polda Jatim turut hadir dalam kegiatan ini seperti Jenderal (Purn) KPH Roesdihadrdjo, Jenderal (Purn) S Bimantoro, hingga Jenderal (Purn) Sutarman.

    Kapolri hadiri peringatan Hari Juang Polri di Surabaya Foto: Praditya Fauzi Rahman/detikJatim

    Upacara ini juga dihadiri oleh pejabat utama Mabes Polri yakni Kabaharkam Polri Irjen Karyoto, Kalemdiklat Polri Komjen Chryshnanda Dwilaksana, Dankorbrimob Komjen Imam Widodo, AS SDM Kapolri Irjen Anwar, Kadivpropam Irjen Abdul Karim, Kadivhumas Irjen Sandi Nugroho, Kakorlantas Irjen Agus Suryonugroho, hingga Kapusjarah Polri.

    Turut hadir pula Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Prawansa, Pangdam Brawijaya Mayjen TNI Rudy Saladin, Kapolda Jatim Irjen Nanang Avianto, Ketua DPRD Jatim Kusnadi, Pangkoarmada II Laksda TNI GP Alit Jaya, hingga Wakajati Hari Wibowo. Kemudian ada juga keluarga M Jasin, dan Moekar, juga veteran penghargaan Seroja Timor Timur.

    Upacara ini diikuti oleh 977 personel. Setelah upacara selesai, Jenderal Sigit memberikan santunan kepada veteran Polri, keluarga M Jasin, dan putri Moekari (Ajudan M Jasin).

    Kapolri di Upacara Hari Juang Polri Foto: (dok istimewa)

    Sejarah Singkat Hari Juang Polri

    Pada 21 Agustus Tahun 1945 pukul 07.00 WIB bertempat di halaman markas Polisi Istimewa Surabaya, Inspektoer Polisi Kelas I Moehammad Jasin membacakan Proklamasi Polisi sebagai bentuk kesetiaan Polisi Istimewa kepada Negara Republik Indonesia. Peristiwa tersebut diperingati sebagai Hari Juang Polri berdasarkan Keputusan Kapolri Nomor: Kep/95/I/2024 tentang Hari Juang Kepolisian Negara Republik Indonesia.

    Setelah melakukan Ikrar Proklamasi Polisi, Moehammad Jasin dan anggota Polisi Istimewa melaksanakan pawai siaga untuk menunjukkan kekuatan dan kesiapan tempur menghadapi reaksi Jepang serta menempelkan Pamflet Proklamasi
    Polisi. Selanjutnya pasukan Polisi Istimewa melakukan pelucutan senjata tentara Jepang dan membagikan senjata kepada para pejuang yang menjadi modal utama bangsa Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan.

    Peristiwa proklamasi di Surabaya berpengaruh terhadap perjuangan di beberapa daerah seperti Aceh, Sumut, Sumbar, Sulawesi, Jambi, Palembang, Jakarta, Jawa Barat, Jogjakarta. Selain itu, ikrar proklamasi polisi menjadi momentum dalam membangun semangat anggota Polri untuk berjuang mempertahankan kemerdekaan pada berbagai peristiwa bersejarah seperti Hari Pahlawan 10 November 1945, Pertempuran 5 hari di Semarang pada 15-19 Oktober 1945, Bandung Lautan Api 23 Maret 1946, dan Hari Penegakan Kedaulatan Nasional 1 Maret 1849.

    (zap/hri)

  • DPRD Jatim minta masyarakat taati aturan soal `sound horeg`

    DPRD Jatim minta masyarakat taati aturan soal `sound horeg`

    Sumber foto: Antara/elshinta.com.

    DPRD Jatim minta masyarakat taati aturan soal `sound horeg`
    Dalam Negeri   
    Editor: Sigit Kurniawan   
    Selasa, 12 Agustus 2025 – 17:46 WIB

    Elshinta.com – Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Jawa Timur Suli Daim meminta seluruh lapisan masyarakat di wilayah setempat untuk menaati aturan terkait penggunaan sound horeg atau sound system bertenaga besar yang kerap menimbulkan kebisingan.

    “Saya minta masyarakat menaati keputusan tersebut demi kemaslahatan bersama,” katanya di Surabaya, Jawa Timur, Selasa.

    Terbaru, Pemerintah Provinsi Jawa Timur telah menerbitkan Surat Edaran (SE) Bersama tentang Penggunaan Sound System atau Pengeras Suara di Jawa Timur

    SE Bersama bernomor 300.1/6902/209.5/2025, Nomor SE/1/VIII/2025, dan Nomor SE/10/VIII/2025 tersebut ditandatangani Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa, Kapolda Jatim Irjen Pol Nanang Avianto, serta Pangdam V/Brawijaya Mayjen TNI Rudy Saladin pada 6 Agustus 2025.

    Menurut Suli, perlu ada jalan tengah agar keberadaan sound horeg tidak merugikan masyarakat sekitar.

    Ia menekankan perlunya kajian menyeluruh terkait dampak kesehatan, sosial, dan lingkungan sebelum kegiatan tersebut digelar.

    Anggota Komisi E DPRD Jatim itu menilai sound horeg merupakan salah satu bentuk ekspresi masyarakat, meski potensi dampak negatifnya perlu diminimalkan.

    Ia juga menegaskan tidak berada di posisi mendukung atau menolak, melainkan mendorong pengaturan yang adil.

    “Saya kira MUI (Majelis Ulama Indonesia) Jatim juga telah melakukan kajian terkait dampak agar tidak menimbulkan masalah bagi masyarakat,” ujarnya.

    Suli menjelaskan pengaturan sound horeg mencakup pembatasan waktu penggunaan sound system nonstatis atau berpindah tempat.

    Selain itu juga kewajiban mematikan pengeras suara saat melintas di tempat ibadah pada waktu ibadah berlangsung, rumah sakit, ketika ada ambulans yang mengangkut pasien, dan saat kegiatan pembelajaran di sekolah.

    “Yang terpenting penggunaan sound system harus menjaga ketertiban, kerukunan, tidak menimbulkan konflik sosial, serta tidak merusak lingkungan dan fasilitas umum,” ujarnya.

    Sumber : Antara

  • Aturan Baru Sound System di Jatim: Kebisingan Konser Musik Maksimal 120 Desibel, Karnaval 85 Desibel
                
                    
                        
                            Surabaya
                        
                        9 Agustus 2025

    Aturan Baru Sound System di Jatim: Kebisingan Konser Musik Maksimal 120 Desibel, Karnaval 85 Desibel Surabaya 9 Agustus 2025

    Aturan Baru Sound System di Jatim: Kebisingan Konser Musik Maksimal 120 Desibel, Karnaval 85 Desibel
    Tim Redaksi
     
    SURABAYA, kompas.com –
    Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa, Kapolda Jatim Irjen Nanang Avianto, dan Pangdam V Brawijaya Mayjend TNI Rudy Saladin menandatangani Surat Edaran (SE) yang mengatur pengeras suara.
    SE Bersama Nomor 300.1/ 6902/209.5/2025, Nomor SE/ 1/VIII/ 2025 dan Nomor SE/10/VIII/ 2025 tanggal 6 Agustus 2025 tentang penggunaan
    sound system
    atau pengeras suara di wilayah Jatim itu mengatur tingkat kebisingan dalam salah satu poinnya.
    Dalam pasal 1 yang mengatur pembatasan tingkat kebisingan penggunaan sound system/pengeras suara, ditetapkan batasan tingkat kebisingan pengeras suara yang statis (menetap) maupun nonstatis (yang berpindah-pindah).

    Untuk pengeras suara statis seperti digunakan pada acara pertunjukan musik, seni kebudayaan baik di dalam maupun di luar ruangan, ditetapkan tingkat kebisingan maksimal 120 desibel (dBA).
    Sedangkan untuk pengeras suara nonstatis seperti digunakan pada kegiatan karnaval budaya dan unjuk rasa menyampaikan pendapat ditetapkan tingkat kebisingan maksimal 85 dBA desibel (dBA).
    Khofifah memastikan, aturan dalam SE sudah sesuai dengan peraturan perundang-undangan termasuk Permenkes, PermenLH hingga Permenaker.
    “Penggunaan pengeras suara statis dan nonstatis pada suatu kegiatan tetap harus mengantongi izin dari kepolisian,” kata Khofifah Sabtu (9/8/2025).
    Menurutnya setiap penyelenggara kegiatan yang berpotensi mengganggu ketertiban umum yang termasuk penggunaan sound system wajib mendapatkan izin keramaian dari kepolisian.
    Perizinan yang dimaksud termasuk membuat surat pernyataan kesanggupan bertanggung jawab apabila ada korban jiwa, materiil, kerusakan fasum dan property masyarakat.
    “Pernyataan ini wajib dibuat dan ditandatangani di atas materai,” jelasnya.
    Jika ada praktik penyalahgunaan narkotika, minuman keras, pornografi, pornoaksi, anarkisme, tawuran maupun aksi yang memicu konflik sosial, maka kegiatan akan dihentikan atau dilakukan tindakan lain oleh kepolisian, dan penyelenggara wajib bertanggung jawab sesuai aturan perundangan yang berlaku.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.