Kementrian Lembaga: IDI

  • Pj Wali Kota Kediri Zanariah Hadiri Pelantikan Pengurus IDI Kota Kediri 2025-2027

    Pj Wali Kota Kediri Zanariah Hadiri Pelantikan Pengurus IDI Kota Kediri 2025-2027

    Kediri (beritajatim.com) – Pj Wali Kota Kediri, Zanariah, menghadiri pelantikan Pengurus Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kota Kediri periode 2025-2027 yang digelar di Hotel Lotus Garden, Kota Kediri, pada Minggu (9/2/2025).

    Dalam sambutannya, Zanariah menegaskan bahwa amanah sebagai pengurus IDI Kota Kediri bukan sekadar jabatan, tetapi juga tanggung jawab besar dalam menjaga profesionalisme, meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan, serta memperkuat peran IDI dalam membangun kesehatan masyarakat.

    “IDI sebagai organisasi profesi memiliki peran strategis, tidak hanya dalam meningkatkan kompetensi anggotanya tetapi juga dalam membangun sinergi dengan pemerintah dan berbagai pihak demi mewujudkan pelayanan kesehatan yang lebih baik,” ungkapnya.

    Lebih lanjut, Pj Wali Kota Kediri menuturkan bahwa Pemerintah Kota Kediri membutuhkan dukungan dari para dokter dan tenaga kesehatan untuk terus berkolaborasi dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Menurutnya, kolaborasi antara IDI dan Pemerintah Kota Kediri menjadi kunci dalam meningkatkan pelayanan kesehatan yang merata dan berkualitas.

    “Selamat dan sukses kepada para pengurus IDI Kota Kediri yang baru saja dilantik. Semoga amanah ini membawa berkah dan semakin mengokohkan peran IDI dalam memberikan pelayanan kesehatan yang lebih baik bagi masyarakat,” tutupnya.

    Ketua IDI Kota Kediri yang baru dilantik, dr. Agus Sulistiawan, menyampaikan komitmennya dalam menjalankan amanah sebagai pengurus IDI Kota Kediri. Ia juga menegaskan kesiapan IDI Kota Kediri untuk berkolaborasi lebih jauh dengan Pemerintah Kota Kediri dalam upaya peningkatan pelayanan kesehatan di wilayah tersebut.

    “Saya berterima kasih kepada Pj Wali Kota Kediri, Ketua IDI wilayah Jawa Timur, dan semua pihak yang telah mendukung,” terangnya.

    Acara pelantikan ini juga dihadiri oleh Wakil Wali Kota Kediri terpilih KH. Qowimuddin Thoha, Ketua IDI Wilayah Jawa Timur dr. Sutrisno, Kepala Dinas Kesehatan dr. Muhammad Fajri, serta jajaran pengurus IDI Kota Kediri yang baru dilantik. [nm/but]

  • Kembali Resmikan Gerai Sehat di RS UKM Bandung, Perusahaan Jamu Ini Sosialisasikan Transformasi Jamu – Halaman all

    Kembali Resmikan Gerai Sehat di RS UKM Bandung, Perusahaan Jamu Ini Sosialisasikan Transformasi Jamu – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG – Pandemi Covid-19 telah menjadi titik balik yang membuat masyarakat terus mencari cara untuk meningkatkan imunitas tubuh secara alami. Tidak heran, jika masyarakat mulai beralih mengonsumsi jamu sebagai senjata menangkal berbagai penyakit secara alami. 

    Sebagai warisan budaya yang kaya manfaat, jamu memiliki potensi besar dalam pencegahan dan pengobatan berbagai penyakit. 

    Tidak hanya meningkatkan sistem imun, beberapa jenis jamu tertentu juga dapat meredakan peradangan, mencegah penyakit hingga mengatasi penyakit kronis. 

    Untuk lebih mengenal akan khasiat, keamanan dan cara penggunaan jamu yang tepat, dibutuhkan sejumlah sosialisasi, baik untuk masyarakat dan juga para dokter. 

    Seperti yang baru saja dilakukan oleh PT Industri Jamu Dan Farmasi Sido Muncul Tbk (Sido Muncul), melalui produk Sido Muncul Natural bekerjasama dengan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan Rumah Sakit Unggul Karsa Medika menggelar seminar sehari dengan tema ‘Peran Dokter pada Transformasi Jamu dalam Dunia Kedokteran sebagai Jembatan Menuju Kesehatan Holistik di Era Modern’. 

    Pada seminar tersebut, Direktur Sido Muncul Irwan Hidayat berkesempatan menjelaskan kepada 150 dokter yang ikut seminar bagaimana Sido Muncul memproduksi dan melakukan standarisasi produknya. 

    “Tujuan kami memperkenalkan jamu pada dokter bahwa kita diberi sumber hayati yang banyak oleh Tuhan, pasti ada maksud dan tujuan. Sido Muncul melakukan standarisasi yang benar,” kata Irwan, Sabtu (18/1/2025).

    Tidak hanya itu, Sido Muncul juga meresmikan Gerai Sehat Sido Muncul di RS Unggul Karsa Medika Bandung. Kehadiran Gerai Sehat Sido Muncul kedelapan ini merupakan wujud inovasi yang bertujuan untuk memperkenalkan obat herbal kepada masyarakat luas. 

    “RS Unggul Karsa Medika adalah RS kedelapan (untuk peluncuran kios Sido Muncul. Kerjasama yang pertama dengan RS Panti Wilasa Semarang, RSUD Bung Karno Solo, RS Banyumanik Semarang, RSUD Bali Mandara, RS Ari Canti Ubud Gianyar Bali, RS Islam Jakarta Cempaka Putih, dan RS Ukrida Jakarta). Lewat kerjasama dengan dengan Rumah Sakit, Sido Muncul ingin memperkenalkan obat herbal agar bisa mendukung kesehatan masyarakat”, ujar Irwan.

    Irwan mengatakan Gerai Sehat Sido Muncul sebagai wujud terobosan untuk mendukung pasien mendapatkan kesembuhan.

    “Ini sebagai terobosan untuk masuk ke rumah sakit secara formal. Kami masuk supaya pasien bisa menentukan alternatif pengobatannya sendiri,” kata Irwan.

    Masih dalam kesempatan yang sama, Irwan menjelaskan produk-produk yang hadir di Gerai tersebut sudah melewati berbagai tahapan penelitian, serta kualitas produksinya dijaga sesuai dengan standar yang berlaku sehingga bisa masuk ke rumah sakit. 

    Ia juga berharap dengan adanya kerja sama yang dilakukan seperti ini, obat herbal bisa menjadi pendamping atau pendukung layanan kesehatan formal. 

    Optimisme akan transformasi jamu di dunia kesehatan modern juga disuarakan oleh PJS Direktur RS Unggul Karsa Medika dr. Lusiana MM., MH. Ia berharap dengan gaung ‘back to nature’ yang kembali didengungkan, pihaknya sebagai rumah sakit pendidikan satelit dapat mengikuti perkembangan yang ada. 

    “Jamu ini termasuk golongan bebas sehingga bisa dikonsumsi tanpa resep. Sedangkan untuk penggunaan obat kimia didampingi obat herbal ini baru dimulai dan akan dievaluasi,” kata dr Lusiana.

    Ia juga menyebutkan jika kelebihan fitofarmaka ini akan lebih ekonomis dalam menjaga kesehatan masyarakat kedepannya.

    dr. Lusiana pun berharap kehadiran Gerai Sehat Sido Muncul di RS Unggul Karsa Medika juga bisa berkembang seiring dengan perkembangan teknologi dan perkembangan pengobatan. 

    IDI dukung transformasi obat herbal

    Senada dengan harapan Sido Muncul, Ketua IDI Wilayah Jawa Barat Dr. Moh. Luthfi Sp.PD, Subsp. HOM (K), FINASIM, MMRS, FISQua menyampaikan IDI Jabar mendukung penuh transformasi obat herbal dalam pengobatan di dunia kesehatan modern. 

    “Pengobatan modern ini diklasifikasikan dalam 3 kategori yaitu herbal, jamu, dan fitofarmaka. Tiga hal ini bisa memanfaatkan suplemen dan pendampingan obat-obat yang kita gunakan di kesehatan modern,” kata dr Luthfi.

    Dr Lutfhi menyebutkan jika pengobatan modern didampingi oleh pengobatan herbal ini aturannya sudah berjalan. Namun untuk pelaksanaanya di fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan memang belum dilakukan.

    Sementara itu, Kepala Puskesmas Kabupaten Bandung dr. Asep Suhandi yang mengikuti seminar ini mengaku mendapatkan wawasan baru tentang kombinasi jamu dari Sido Muncul. Dirinya juga tidak menutup kemungkinan jika jamu bisa bermanfaat dan bisa jadi tolak ukur di era baru ini. 

    “Ini bisa jadi kolaborasi yang apik antara obat kimia dan jamu. Apalagi obat kimia juga bisa berefek ke ginjal yang berat,” kata dr. Asep.

  • Raker PERDOKJASI Dukung Penguatan Sistem Pembiayaan Kesehatan Berkualitas

    Raker PERDOKJASI Dukung Penguatan Sistem Pembiayaan Kesehatan Berkualitas

    Jakarta

    Perhimpunan Dokter Pembiayaan Jaminan Sosial dan Perasuransian Indonesia (PERDOKJASI) menggelar Rapat Kerja (Raker) pertama pada Minggu (19/1/2025) di kantor PB IDI. Kegiatan ini menjadi momen penting dalam perjalanan organisasi baru yang didirikan pada 20 Oktober 2024.

    Sebagai organisasi keseminatan dokter, PERDOKJASI hadir untuk menjawab kebutuhan akan peran strategis dokter dalam pengelolaan dan pengembangan sistem pembiayaan kesehatan di Indonesia, baik dalam skema jaminan sosial maupun asuransi komersial.

    Ketua Pengurus Pusat PERDOKJASI, Dr dr Wawan Mulyawan, SpBS, Subspes, N TB, SpKP, AAK, menekankan pentingnya membangun sinergi antara dunia medis dan sistem pembiayaan kesehatan.

    “Kami melihat kebutuhan mendesak untuk menjembatani praktik kedokteran dengan sistem pembiayaan kesehatan yang berorientasi pada kepentingan pasien sekaligus keberlanjutan sistem. PERDOKJASI hadir untuk memastikan kedua aspek ini dapat berjalan selaras,” ujarnya dalam keterangan yang diterima detikcom, Senin (20/1/2025).

    Raker pertama ini membahas berbagai agenda strategis yang menjadi prioritas PERDOKJASI. Adapun salah satu fokus utamanya adalah potensi pengembangan program studi ilmu kedokteran asuransi di Indonesia.

    Selain itu, raker ini juga menetapkan program kerja yang berorientasi pada peningkatan kompetensi dan kepimpinan dokter di bidang manajemen pembiayaan kesehatan, pengembangan sistem pembiayaan yang efisien, serta literasi masyarakat mengenai jaminan sosial dan asuransi kesehatan.

    PERDOKJASI didukung oleh jajaran Dewan Pengawas dan Dewan Pakar yang terdiri dari tokoh-tokoh senior di bidang kedokteran dan pembiayaan kesehatan. memiliki lima bidang utama yang mencakup Organisasi dan Keanggotaan, Hukum dan Advokasi, Hubungan Kelembagaan dan Masyarakat, Kajian dan Publikasi Ilmiah, serta Pelatihan dan Pengembangan SDM Kedokteran.

    Dengan struktur ini, PERDOKJASI bertujuan menjadi mitra strategis bagi pemerintah, BPJS Kesehatan, BPJS Ketenagakerjaan, industri perasuransian, dan pemangku kepentingan lainnya dalam merumuskan kebijakan pembiayaan kesehatan yang berkelanjutan.

    Melalui diskusi ini, PERDOKJASI berupaya menggali solusi inovatif untuk meningkatkan kualitas layanan kesehatan dan memastikan keberlanjutan sistem pembiayaan yang inklusif.

    (suc/up)

  • Ketua IDI: Virus HMPV Tidak Berpotensi Menjadi Pandemi, Tetap Waspada dan Jangan Panik

    Ketua IDI: Virus HMPV Tidak Berpotensi Menjadi Pandemi, Tetap Waspada dan Jangan Panik

    Jakarta, Beritasatu.com – Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Adib Khumaidi menegaskan berdasarkan data yang ada saat ini, virus Human Metapneumovirus (HMPV) tidak berpotensi menjadi pandemi.

    “Saat ini, data yang diperoleh, baik di dalam maupun luar negeri, menunjukkan situasi belum mengarah ke pandemi. Kenaikan kasus pun masih tergolong ringan dan belum menyebabkan lonjakan volume perawatan,” ujar Adib kepada Beritasatu.com beberapa waktu lalu.

    Menurutnya, situasi yang ada saat ini tidak menunjukkan lonjakan kasus yang mengkhawatirkan. Bahkan, di luar negeri, kondisi perawatan akibat virus ini masih terkendali.

    Adib juga menambahkan peningkatan jumlah pasien di unit gawat darurat di Indonesia mayoritas disebabkan oleh penyakit lain, seperti tipes, demam berdarah, diare, dan gangguan gastrointestinal, yang biasanya meningkat setelah liburan.

    “Jadi, peningkatan kasus ini tidak spesifik disebabkan oleh HMPV. Oleh karena itu, kita tidak perlu panik, meskipun tetap harus waspada,” tambahnya.

    Adib juga mengingatkan pentingnya kewaspadaan dari individu dan pemerintah. Ia menyarankan agar pemerintah memberikan edukasi kepada masyarakat untuk tetap waspada namun tidak panik. Pemerintah diharapkan dapat memperkuat pengawasan dan surveilans untuk mengantisipasi penyebaran penyakit.

    HMPV adalah virus yang dapat menyebabkan infeksi saluran pernapasan, terutama pada anak-anak dan orang dewasa dengan kekebalan tubuh yang rendah. Meskipun demikian, penyebaran virus ini hingga saat ini masih berada dalam level yang dapat dikendalikan.

  • Dokter Paru Ingatkan Penyakit Pernapasan yang Harus Diwaspadai Selain HMPV

    Dokter Paru Ingatkan Penyakit Pernapasan yang Harus Diwaspadai Selain HMPV

    Jakarta

    Penyakit human metapneumovirus (HMPV) yang merebak di China, sudah terdeteksi di Indonesia. Beberapa kasus yang dilaporkan dialami oleh anak-anak menurut Kementerian Kesehatan RI.

    Meski begitu, tidak hanya HMPV yang perlu diwaspadai oleh masyarakat. Tetapi penyakit influenza juga perlu diwaspadai. Pasalnya, virus tersebut menyebabkan peningkatan kasus infeksi di global, termasuk di Indonesia saat ini.

    Anggota Bidang Penanggulangan Penyakit Menular PB IDI Prof Dr dr Erlina Burhan, MSc, SpP(K) mengatakan terjadi peningkatan kasus influenza di tingkat global pada akhir tahun 2024. Mayoritas kasus disebabkan oleh infeksi virus tipe A (H1N1)pdm09 yang meningkat dari 2,4 persen pada November menjadi 8,8 persen pada Desember 2024.

    “Ini terjadi secara global di banyak negara, terutama di China dilaporkan peningkatan influenza H1N1 ini dari gejala ringan meningkat dari 6,2 persen menjadi 30,2 persen. Yang gejala berat juga terjadi peningkatan dari 5,4 persen menjadi 17,7 persen, ” katanya dalam konferensi pers, Minggu (13/1/2025).

    “Kalau kita lihat si memang virus influenza tipe A (H1N1)pdm09 yang lebih meningkat dibandingkan HMPV,” tuturnya lagi.

    Kasus influenza juga mengalami peningkatan di Indonesia. Merujuk pada data Surveilans IU SARI 2024, dr Erlina menyebut pada minggu 41 sampai 52 atau bulan November-Desember, Indonesia mengalami peningkatan yang mayoritas disebabkan oleh influenza tipe A (H1N1)pdm09 dibandingkan pada bulan-bulan sebelumnya.

    Adapun penyebabnya, kata dr Erlina, kemungkinan karena udara mulai dingin dan banyak orang bepergian saat hari libur Nataru.

    “Ini mungkin karena udara mulai dingin karena musim hujan, ditambah lagi hari libur, orang bepergian mobilisasi tinggi. Jadi terjadinya peningkatan ini mudah menular,” sambungnya.

    (suc/kna)

  • Jumlah Kasus HMPV Meningkat, Ini Alasannya

    Jumlah Kasus HMPV Meningkat, Ini Alasannya

    Jakarta, Beritasatu.com – Kasus human metapneumovirus (HMPV) dilaporkan mengalami peningkatan kasus di beberapa negara, termasuk Indonesia, China, dan Amerika Serikat.

    Padahal, HMPV adalah penyakit lama yang pertama kali teridentifikasi pada 2001. Menurut ahli, adanya kenaikan kasus disebabkan oleh berlangsungnya musim dingin.

    “Adanya peningkatan kasus disebabkan oleh musim. Karena virus ini dia stabil atau bisa bertahan lama kalau udara dingin. Nah, sekarang kan waktu kemarin kan laporannya di Desember. Desember kan musim dingin. Virus ini kebetulan akan bisa hidup dengan stabil kalau udara dingin pada saat winter atau pada saat awal-awal musim semi,” ungkap anggota Bidang Penanggulangan Penyakit Menular PB IDI Erlina Burhan, kepada Beritasatu.com, Minggu (12/01/2025).

    Laporan peningkatan jumlah kasus HMPV dikabarkan terjadi pada Desember 2024 lalu. Sehingga bertepatan dengan musim dingin, sehingga mendukung kondisi virus untuk stabil dan berkembang biak. 

    Namun, dengan sifat virus yang lebih bertahan dalam kondisi kelembapan yang kurang, Indonesia yang merupakan negara tropis dengan tingkat kelembapan udara yang tinggi seharusnya tidak mengalami lonjakan kasus serupa dengan negara-negara yang memiliki empat musim. 

    Erlina juga menjelaskan bahwa penularan virus ini juga mudah terjadi pada daerah dengan populasi padat dan mobilitas tinggi.

    “Intinya kalau ada kasusnya di kota besar yang populasinya padat, contohnya Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan, dan lain-lain ya, dan mobilitas penduduk cukup tinggi, ini juga akan mudah terjadi penularan,” ujarnya.

    Selain dari itu, menurut Erlina, mungkin di Indonesia kasus HMPV bisa melonjak di tempat dengan udara yang dingin seperti Bandung, Puncak, Dieng, atau di kota-kota yang dekat pegunungan.

    Erlina juga menambahkan bahwa kondisi lingkungan dengan sirkulasi udara yang buruk dapat memperburuk penyebaran HMPV. Contohnya, ruangan ber-AC yang tidak pernah dibuka pintu atau jendelanya, sehingga udara tetap sejuk dan tidak lembab, bisa menjadi tempat berkembang biak virus. 

    “Misalnya, di perkantoran yang menggunakan AC dan tidak membuka pintu atau jendela. Jika ada satu orang yang sakit, biasanya orang-orang di sekitarnya akan tertular,” pungkasnya.

    Untuk mencegah penularan HMPV, masyarakat diimbau untuk terus menjaga kesehatan, serta menerapkan pola hidup bersih dan sehat.

  • Lakukan Ini Jika Terdiagnosis HMPV

    Lakukan Ini Jika Terdiagnosis HMPV

    Human Metapneumovirus (HMPV) lagi ramai diperbincangkan nih setelah kasusnya merebak di China. Kemenkes dan PB IDI sudah menanggapi hal tersebut. Dikatakan HMPV bukanlah virus baru, tapi sudah ada sejak 2001. Gejalanya bersifat ringan seperti flu biasa dan bisa sembuh sendiri. Nah, jika kamu terdiagnosis atau memiliki gejala mirip HMPV, IDI memberikan rekomendasi langkah penanganan pertamanya nih. Simak di episode KuTips berikut ya!

  • Gejala Utama Penyakit HMPV, Penularan dan Cara Mengobatinya

    Gejala Utama Penyakit HMPV, Penularan dan Cara Mengobatinya

    Jakarta

    Penyakit human metapneumovirus (hMPV) tengah menjadi sorotan masyarakat. Penyakit yang disebabkan oleh virus ini menyerang sistem pernapasan, baik saluran pernapasan atas maupun bawah.

    Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin menegaskan bahwa hMPV bukanlah virus baru. Penyakit ini pertama kali muncul pada tahun 2001 di Belanda, dan bukan berasal dari China.

    Ia meminta agar masyarakat tidak terlalu khawatir terkait keberadaan virus tersebut. Sebab, hMPV sudah beredar sejak lama dan efek kesehatan yang ditimbulkannya juga cenderung ringan.

    “Jadi sudah beredar di seluruh dunia tuh sudah lama. Termasuk di Indonesia juga sudah beredar. Apakah hMPV itu mematikan? Nggak mematikan. hMPV itu fatality ratenya sangat-sangat rendah,” kata Menkes Budi ketika ditemui awak media di Jakarta Selatan, Kamis (9/1/2025).

    “Ini kan yang terkena hMPV sebenarnya sudah lama selalu ada yang kena. Saya lihat ada yang terkena hMPV di Jakarta, di tempat lain. Gimana statusnya? Udah sembuh semua. Ini sama seperti flu biasa. Jadi buat teman-teman nggak usah khawatir,” sambungnya.

    Gejala Utama Penyakit HMPV

    Meski sudah beredar sejak lama, terkadang gejala hMPV kerap tidak disadari. Pasalnya, gejala hMPV atau keluhan yang muncul mirip seperti flu biasa.

    Namun, jika virus ini masuk ke dalam tubuh dapat menyebabkan gangguan saluran pernapasan, seperti pneumonia hingga memperburuk penyakit paru obstruktif kronik (PPOK).

    Berikut gejala utama hMPV yang perlu diwaspadai agar kondisinya tidak semakin memburuk:

    Virus hMPV menyebabkan infeksi saluran pernapasan yang menimbulkan sejumlah gejala. Gejala utama hMPV seperti:

    BatukDemamHidung berair atau tersumbatSakit tenggorokanSesak napasMengiRuam

    Pada sebagian orang, virus hMPV dapat menyebabkan gejala lain, seperti sakit tenggorokan, mual, muntah, dan diare.

    Terkadang, pasien hMPV juga mengeluhkan gejala yang parah. Hal ini mengharuskan mereka untuk segera mendapat perawatan di rumah sakit.

    Gejala parah akibat hMPV, yaitu:

    BronkiolitisBronkitisPneumoniaKambuhnya asma atau PPOKInfeksi telinga (otitis media)

    Penyakit hMPV biasanya akan sembuh dalam dua hingga lima hari. Namun, kondisi ini dapat memburuk dan menyebabkan masalah kesehatan yang serius dalam beberapa kasus.

    Orang dewasa dengan masalah kesehatan lain atau sistem kekebalan tubuh yang terganggu terkadang dapat mengalami infeksi telinga tengah yang parah akibat hMPV.

    Cara Penularan Penyakit HMPV

    Umumnya, penyakit hMPV menular melalui kontak dekat atau kontak langsung dengan orang yang terinfeksi. Dikutip dari WebMD, penyakit ini juga bisa menyebar lewat barang atau permukaan yang terkena droplet dari orang yang terinfeksi.

    Berikut beberapa cara penularan penyakit hMPV yang perlu diperhatikan:

    Menyentuh permukaan yang mengandung virus.Menyentuh mulut, hidung, atau mata setelah menyentuh permukaan yang terinfeksi.Menyentuh droplet dari orang yang terinfeksi melalui hal-hal seperti bersin, meludah, atau batuk.Melakukan kontak dekat, seperti berjabat tangan dan bersentuhan.

    Begitu human metapneumovirus memasuki tubuh, masa inkubasi atau waktu antara paparan hingga tanda-tanda gejala pertama adalah tiga hingga enam hari.

    Cara Mengobati Penyakit HMPV

    Anggota Bidang Penanggulangan Penyakit Menular PB IDI Prof Dr dr Erlina Burhan, MSc, SpP(K), menjelaskan saat ini memang belum ada pengobatan antivirus yang spesifik untuk menangani penyakit hMPV.

    “Belum ada obat antivirus khusus untuk penyakit ini. Vaksin belum ada,” kata dr Erlina dalam webinar daring PB IDI, Rabu (8/1/2025).

    Meski begitu, perawatan suportif masih dapat dilakukan untuk meringankan gejala dan mendukung pemulihan. Misalnya saat muncul gejala seperti batuk, pilek, dan demam yang ringan.

    Pasien dapat diberikan obat penurun demam, konsumsi vitamin, hingga menjaga agar kebutuhan cairan tubuhnya tercukupi dengan baik.

    “Kalau demam itu kan cairan tubuh hilang jadi banyak minum, makan yang cukup, minum vitamin ini untuk menjaga sistem imun tubuh. Jadi dengan imun baik, virus atau bakteri tanpa bantuan obat bisa diatasi,” jelas dr Erlina.

    “Kalau sudah istirahat, sudah minum parasetamol tapi makin berat makin berat, harus ke dokter. Bisa jadi terinfeksi dan ada koinfeksi dari virus lain,” pungkasnya.

    (sao/kna)

  • Menu Makan Bergizi Gratis Dinilai Kurang Sempurna, Wajibkah Ada Susu? Ini Ulasan Pakar – Halaman all

    Menu Makan Bergizi Gratis Dinilai Kurang Sempurna, Wajibkah Ada Susu? Ini Ulasan Pakar – Halaman all

    Menu Program Makan Bergizi Gratis Dinilai Kurang Sempurna Tanpa Susu, Wajibkah untuk Pemenuhan Gizi? Ini Ulasan Pakar

    Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA– Program Makan Bergizi Gratis (MBG) sejak Senin (6/1/2025) lalu menuai banyak pendapat. Terutama menu. 

    Menu makanan sehat yang disajikan untuk siswa sekolah dasar dan menengah ini dinilai kurang sempurna karena tidak ada susu di dalamnya. 

    Lalu apakah susu wajib berada di menu makanan bergizi? 

    Simak ulasan Tribunnews.com. 

    Pantauan di beberapa sekolah di sejumlah daerah susu memang tidak terdapat dalam menu MBG sejak awal pekan tadi.  

    Seperti yang dibagikan pada sekitar siswa SDN 067246 Medan Jalan Flamboyan Kecamatan Medan Tuntungan misalkan, program sehat bergizi dari Kodam I Bukit Barisan tidak ada susu. 

    Pamen Ahli Pangdam I Bidang OMP, Kolonel Arm Eric C Simanjuntak SH mengatakan, saat ini pihaknya mengadakan program makan sehat bergizi selama Bulan Januari.

    Menurut Eric, kegiatan ini dilakukan pihaknya sebagai bentuk dukungan pihaknya terhadap program Makan Bergizi Gratis (MBG) dari Presiden Prabowo Subianto.

    Ia mengakui tak ada susu pada menu yang disajikan pada MBG awal pekan tadi. 

    Jadi bukan 4 sehat 5 sempurna menunya karena menu MBG yang disediakan adalah ayam, sayur dan buah.

    “Hari ini kita bagikan program makan sehat bergizi sesuai standar gizi anak-anak. Ada ayam, sayur, buah cuman satu kurang susu. Jadi tidak empat sehat lima sempurna,” katanya dikutip dari artikel di Tribun-Medan.com dengan judul Seratusan Siswa SDN 067246 Medan Dapat Makanan Sehat Bergizi dari Kodam I Bukit Barisan, 

     

    Meski demikian, menu ini dianggap sudah mencukupi, mengingat 4 sehat unsurnya sudah terpenuhi. 

    “Paling tidak empat sehatnya tercapai, bagus kalau ada. Kalau tidak ada, tidak masalah,” jelasnya.

     

    Pendapat Pakar Gizi, Perlu Tidaknya Susu Dalam Menu MBG

    Terkait hal ini, Ahli gizi dokter Tan Shot Yen pun beri tanggapan terkait pemberian susu di makan bergizi gratis.

    Menurut Tan, susu bukan termasuk dalam makanan lengkap bergizi sesuai panduan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) saat ini. 

    Susu anak yang baik mengandung probiotik untuk menjaga daya tahan (Shutterstock)

    “Barangkali anda bisa lihat, kok tidak ada susu? Memang tidak ada susu. Karena kita sekarang sudah dalam konsep gizi seimbang,” ungkapnya dalam media briefing virtual yang diselenggarakan Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), Kamis (9/1/2025). 

    Menurutnya, hal ini perlu diklarifikasi bahwa  panduan makanan seimbang Kemenkes terbaru adalah ‘Isi Piringku’.

    Di dalam panduan ini, tidak disebutkan adanya susu. 

    Melainkan makanan lengkap berisi makanan pokok, sayuran, lauk-pauk, dan buah-buahan.

    Selain itu, untuk pemenuhan protein hewani, tidak selalu harus dari susu. 

    Banyak sumber protein hewani yang baik dan tersedia secara murah di tengah masyarakat.

     

    “Walaupun harganya Rp 10.000, kayak masyarakat Jawa misalnya. Ada nasi pakai ayam bakar. Atau barang kali pakai sambal ikan roha, singkong rebus. Kemudian buahnya buah sejuta umat namanya pepaya,” imbuhnya. 

    “Susu itu adalah bagian dari protein hewani. Kalau ada protein hewani yang lebih berkualitas bukan produk industri dan tersedia secara murah di daerah setempat, kenapa tidak?” tutupnya.

    Pemberian Susu Tergantung Daerah 

    Sebelumnya, Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan Hasan Nasbi menjelaskan, penyediaan susu dalam program MBG tidak wajib untuk diberikan setiap hari.

    “Susu kan tidak diwajiibkan setiap hari, jadi itu tergantung daerahnya,” kata Hasan dikutip Selasa (7/1/2025).

    Pekerja sedang memerah susu sapi yang diternakan di Kawasan Duren Tiga, Jakarta Selatan, Kamis (24/2/2022). Tujuh ekor sapi yang dipelihara menghasilkan sekitar 50 liter yang diperah pada pukul 02.30 dan 13.30. Susu segar dijual Rp 11.000 per-liter. WARTA KOTA/HENRY LOPULALAN (WARTA KOTA/WARTA KOTA/HENRY LOPULALAN)

    Berdasarkan laporan Kepala Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang ditunjuk langsung oleh Badan Gizi Nasional (BGN) susu diberikan paling sedikit seminggu sekali.

    “Kalau SPPG (yang saya kunjungi) dia bilang susu itu per hari Jumat, tapi yang di Cimahi yang kita kunjungi susunya di hari Senin,” katanya.

    “Paling sedikit itu seminggu sekali, tidak wajib susu tuh bukan menu wajib, karena  suplai susu kan belum merata di setiap daerah,” katanya.

    Meskipun demikian Hasan belum tahu apakah apabila suplainya telah merata susu tersebut akan diberikan lebih sering atau tidak. Hal itu kata Hasan merupakan kewenangan BGN.

    “Kata belum tahu itu kan nanti berdasarkan ininya BGN ya, sekarang kan porsinya porsi makanan, porsi makanan itu yang dihitung  kecukupan kalorinya, karbohidrat dan potrein,” katanya.

    Menurut Hasan pada hari pertama berjalannya program MBG, sejumlah daerah telah mendapatkan susu. Diantaranya di Cimahi dan  Karawang. 

    Bahkan untuk daerah yang dekat dengan peternakan susu, maka dalam seminggu akan mendapatkan lebih dari sekali menu yang ada susunya.

    “Bisa ada yang lebih. Saya denger ada SPPG saya lupa tadi, SPPG itu ada yang 2 kali atau 3 kali seminggu dia,” pungkasnya.

    Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana mengatakan menu susu hanya ada di daerah yang punya ketersediaan sapi perah. 

    Itulah kenapa, sejumlah sekolah tidak ada menu susu.

    “Sudah saya jelaskan susu akan menjadi bagian makan bergizi untuk wilayah-wilayah dimana sapi perahnya ada,” ujar Dadan di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta.

    Dadan menjelaskan kebijakan ini juga diyakini akan berdampak besar agar setiap daerah punya sapi perah. Pasalnya, pemerintah tidak mau impor untuk penyediaan susu program makan bergizi gratis.

    “Kami tidak ingin program ini menjadi bagian peningkatan impor tetapi ingin memberdayakan sumber daya lokal,” jelasnya.

    Lebih lanjut, Dadan menambahkan daerah-daerah yang memiliki ketersediaan sapi perah juga tidak selamanya mendapatkan menu susu. Dia bilang, paling tidak hanya tiga kali seminggu menu susu diberikan kepada anak-anak.

    “Jadi agar indeksnya tetep masuk kami akan melakukan kombinasi-kombinasi sehingga susu minimal di daerah-daerah yang ada sapinya itu minimal 3 kali dalam seminggu diberikan,” jelasnya

    Di sisi lain, kata Dadan, daerah-daerah yang tidak memiliki sapi pernah nantinya menu susu akan diganti dengan kelor. Hal tersebut bertujuan untuk mengganti pemenuhan protein.

    “Kemudian untuk daerah-daerah yang tidak ada sapi perahnya untuk sementara proteinnya bisa digantikan dengan protein lainnya misalnya dengan ikan dengan telur dan lain-lain dan sumber kalsium lainnya termasuk seperti yang sudah saya sebutkan kelor ya,” pungkasnya.

     

    (Tribunnews.com/Aisyah/Anita/Tribun Medan)

  • Makanan Bergizi Gratis Kalah Pamor dengan Fast Food, Menunya Disebut Tak Enak, Ini Pendapat Ahli – Halaman all

    Makanan Bergizi Gratis Kalah Pamor dengan Fast Food, Menunya Disebut Tak Enak, Ini Pendapat Ahli – Halaman all

    Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA– Program Makan Bergizi Gratis (MBG) sudah diluncurkan sejak Senin (6/1/2025) kemarin. 

    Menu yang diberikan pada anak-anak sekolah mengacu pada gizi seimbang. Mulai dari karbohidrat, protein, sayur-sayuran hingga buah-buahan. 

    Namun dalam pelaksanaannya, tidak sedikit anak-anak yang mengeluhkan bahwa menu makanan pada MBG yang disajikan tidak enak.

    Makanan yang disajikan bak kalah pamor dengan makanan cepat saji atau fast food yang biasa disantap anak-anak.

    Tentu ini menjadi tantangan pelaksana program ini, bagaimana agar anak tetap menikmati menu yang disajikan di makanan bergizi gratis ini? 

    Terkait hal ini, Ahli gizi Dr dr Tan Shot Yen, MHum menjelaskan pendapatnya.

    Menurutnya, ini semacam peluang bagi pemerintah untuk berkreasi bagaimana tujuan MBG ini tepat sasaran.

    Selain menyediakan makanan bergizi gratis, pemerintah juga perlu membagikan edukasi pada publik terkait seperti apa makanan sehat itu. 

    “Bagaimana pun generasi emas kita ini, harus mencintai makanan lokal, perlu mengetahui mana makanan yang sehat atau tidak,” ungkapnya pada media briefing virtual, Rabu (8/1/2025). 

    Situasi ini juga menjadi pengingat bagi orang tua untuk menyediakan makanan pendamping ASI (MPASI) yang tepat sejak dini. 

    Menu siswa dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG) di SDN 06 dan SDN 07 Pulogebang, Jakarta Timur, tidak menyertakan susu sebagai salah satu komponennya.  (Tribunnews/Mario Christian Sumampow)

    Para orang tua perlu berupaya memberikan makanan sehat sekaligus mengenalkan menu makanan lokal. 

    Di sisi lain, cara penyajian makanan sehat juga perlu diperhatikan agar anak tetap bisa menikmati. 

    Tanggapan yang sama pun disampaikan oleh Ketua Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Adib Khumaidi.

    Menurutnya, program Makan Bergizi Gratis ini harus diikuti dengan upaya edukasi kesehatan.

    Terlebih anak-anak saat ini lebih banyak mengikuti sosial media.

    Dan di media sosial umumnya lebih banyak menampilkan makanan jenis cepat saji dan mengandung gula berlebih. 

    “Makanan bergizi gratis harus diikuti dengan upaya mengedukasi. Makanan yang bergizi sehat itu seperti apa. Ini tanggung jawab kita,” tutup dr Adib.