Kementrian Lembaga: DPRD

  • HUT ke-111 Kota Sukabumi, Dedi Mulyadi Soroti Penataan Kota

    HUT ke-111 Kota Sukabumi, Dedi Mulyadi Soroti Penataan Kota

    Liputan6.com, Sukabumi – Peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-111 Kota Sukabumi turut dihadiri oleh Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi. Pada momen ini, ia menyampaikan soal penguatan identitas kota serta peningkatan pelayanan publik agar semakin maju dan memberikan kenyamanan bagi masyarakat. 

    Pria yang akrab disapa Kang Dedi Mulyadi (KDM) ini juga menyoroti pentingnya penguatan fungsi pemerintahan dalam memberikan pelayanan dasar yang optimal. 

    “Pertama, Sukabumi harus segera menata diri sebagai kota. Dulu itu pusat kota perkebunan. Silsilah sejarahnya harus dicari, nomenklaturnya serta rangkaian sejarahnya, cari dasar-dasarnya supaya bisa dibangun branding sebagai kota perkebunan zaman dulu,” kata Dedi Mulyadi di DPRD Kota Sukabumi, Kamis (10/4/2025). 

    Dedi menekankan bahwa sejarah dan identitas kota merupakan pondasi penting dalam pembangunan. Meskipun seiring perubahan iklim dan fungsi wilayah, nuansa kota harus tetap dijaga agar memiliki ciri khas yang kuat. Termasuk perlunya perbaikan infrastruktur kota yang menyentuh langsung kebutuhan masyarakat.

    “Air bersih, jaringan sampah harus segera ditata, jalan-jalan harus rapi. Kemiskinan juga harus diselesaikan dengan cepat karena jumlah penduduknya relatif kecil,” ungkapnya.

    Dirinya juga menyoroti layanan pendidikan, terlebih menjelang masa penerimaan siswa baru tingkat SMA dan SMK. Gubernur Jawa Barat menegaskan seluruh anak usia sekolah harus tertampung.

    “Layanan pendidikan dasar dan menengah harus dipastikan berjalan dengan baik. Apalagi sekarang masuk musim rekrutmen siswa baru,” tuturnya.

     

  • Dugaan kejahatan siber di Bank DKI, ini kata Francine PSI

    Dugaan kejahatan siber di Bank DKI, ini kata Francine PSI

    Bank DKI. Foto: Pemprov DKI Jakarta

    Dugaan kejahatan siber di Bank DKI, ini kata Francine PSI
    Dalam Negeri   
    Editor: Nandang Karyadi   
    Sabtu, 12 April 2025 – 00:05 WIB

    Elshinta.com – Anggota Komisi B DPRD Provinsi Jakarta Fraksi Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Francine Widjojo, bersuara mengenai dugaan serangan siber terhadap Bank DKI dalam rapat Komisi B DPRD Provinsi DKI Jakarta, Kamis (10/4/2025).

    “Gangguan layanan Bank DKI dari 29 Maret sampai 10 April 2025, sudah hampir dua minggu. Tolong segera diselesaikan agar layanan Bank DKI kembali berfungsi normal,” tegasnya dalam rapat yang dihadiri oleh pimpinan-pimpinan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) di Jakarta, termasuk Direktur Utama (Dirut) Bank DKI, Agus Haryoto Widodo.

    Layanan transfer ke bank lain dari aplikasi mobile banking Bank DKI saat ini masih belum bisa digunakan. Francine mendesak agar pihak Bank DKI berkoordinasi intensif dengan Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk mencari solusi sebagai jalan keluar sehingga tidak merugikan nasabah serta tidak menganggu kelancaran bisnis maupun layanan operasional Bank DKI.

    Ia juga meminta supaya Bank DKI belajar dari insiden yang terjadi selama momen lebaran kemarin, khususnya mengenai keamanan Information Technology (IT). Kemudian, ia juga mendorong agar Bank DKI membentuk tim cepat tanggap yang segera dikerahkan apabila kejadian serupa terulang lagi di kemudian hari.

    “Belajar dari insiden ini, yang perlu menjadi prioritas adalah perbaikan keamanan, khususnya di IT-nya dan mitigasi risiko. Serta adanya tim cepat tanggap yang siaga kalau ada insiden seperti ini, sesuai amanat Peraturan Bank Indonesia Nomor 2 Tahun 2024,” sambungnya.

    Berkaitan penanganan masalah yang terjadi pada momen libur Lebaran 2025 lalu, Francine juga mendorong Bank DKI untuk memperbaiki komunikasi publiknya kepada para nasabah.

    “Perlu diperbaiki juga komunikasi publiknya. Karena dalam dua minggu insiden, komunikasi atau penjelasan kepada masyarakatnya minim. Bahkan, beberapa kali harus kami ingatkan agar dijelaskan ke masyarakat,” katanya.

    Ia juga menyinggung perlunya dilakukan audit terhadap Bank DKI oleh BPK dan OJK untuk memulihkan kepercayaan nasabah. Selain itu, hasil auditnya juga harus dilaporkan kepada Komisi B DPRD DKI Jakarta.

    “Informasinya ada audit forensik yang sudah dilakukan. Jika sudah ada hasil audit forensiknya agar diberikan ke Komisi B. Juga hasil audit IT kalau ada. Serta progres laporan ke Bareskrim yang sudah dilakukan oleh Bank DKI,” tandasnya.

    Penulis: Dedy Ramadhany/Ter

    Sumber : Radio Elshinta

  • Gubernur Jateng gagas forum perbankan dan industri keuangan

    Gubernur Jateng gagas forum perbankan dan industri keuangan

    Semarang (ANTARA) – Gubernur Jawa Tengah Ahmad Luthfi menggagas pembentukan forum perbankan dan industri keuangan sebagai bentuk kolaborasi bersama dalam membangun daerah tersebut.

    “Pemprov tidak bisa berjalan sendiri, butuh kolaborasi dari semua pihak untuk membangun dan menyejahterakan masyarakat Jawa Tengah,” katanya saat beraudiensi dengan Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Jateng Hidayat Prabowo di Kantor Gubernur Jateng, Semarang, Jumat.

    Sejak awal menjabat sebagai Gubernur Jateng, Luthfi selalu mengedepankan kolaborasi dari berbagai pihak dalam membangun daerah.

    Kolaborasi dengan pemerintah kabupaten/kota telah dilakukan untuk mengintegrasikan program-program agar sejalan.

    Selain itu, ia juga menggandeng 44 perguruan tinggi dengan membuat Forum Rektor, kemudian menggandeng anggota legislatif untuk bersama-sama membangun Jawa Tengah.

    Ada dua forum yang sudah digagas, yaitu Forum Berlian Ngopeni Nglakoni yang berisi anggota DPRD Jateng dan Forum Senayan yang berisi wakil rakyat asal Jateng yang duduk di DPR RI dan DPD RI.

    Sementara itu, Kepala OJK Jateng Hidayat Prabowo menyampaikan dukungan penuh terhadap Pemerintah Provinsi Jateng dalam pembangunan perekonomian daerah dan ketahanan pangan.

    “Tadi Pak Gubernur minta ada forum dengan perbankan dan industri keuangan, karena beliau semangatnya adalah kolaborasi. Itu sebenarnya sangat sejalan dengan OJK. Kita tidak bisa jalan sendiri, OJK tidak bisa jalan sendiri, tentu sinergi dan kolaborasi sangat bermanfaat,” katanya.

    Sinergi antara OJK dan Pemprov Jateng, kata dia, selama ini sudah berjalan baik, dan akan terus diperkuat.

    Ia menegaskan bahwa OJK akan mendukung penuh program pembangunan Pemprov Jateng sesuai dengan bidangnya, yaitu pengawasan lembaga keuangan.

    Pewarta: Zuhdiar Laeis
    Editor: Zaenal Abidin
    Copyright © ANTARA 2025

  • Pemprov DKI janji KJP Plus tersalurkan 100 persen pada akhir April

    Pemprov DKI janji KJP Plus tersalurkan 100 persen pada akhir April

    Bank DKI perlu waktu untuk mencetaknya

    Jakarta (ANTARA) – Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menjanjikan dana bantuan sosial (bansos) Kartu Jakarta Pintar (KJP) Plus Tahap I Tahun 2025 dapat tersalurkan 100 persen paling lambat akhir April ini.

    Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta, Sarjoko di Gedung DPRD DKI Jakarta, Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Jumat, mengakui saat ini sebanyak 9 persen anak belum menerima dana bansos yang dicairkan tiga bulan sekaligus yakni Januari hingga Maret.

    “Dari 707.662 (penerima) itu, masih kurang lebih 9 persen yang belum tersalurkan. Ini khususnya adalah penerima baru. Akhir bulan ini bisa selesai tersalurkan semuanya,” ujar dia.

    Adapun penerima baru KJP Plus Tahap I Tahun 2025 tercatat sebanyak 126.729 orang, sementara itu sebanyak 580.893 orang merupakan penerima lanjutan.

    Khusus untuk penerima baru, kata Sarjoko, Bank DKI masih menyiapkan keperluan administrasinya seperti buku tabungan, kartu ATM, dan lainnya.

    “Penerima baru itu yang perlu disiapkan bulu tabungannya, ATM-nya. Itu karena posisinya kan ribuan. Bank DKI perlu waktu untuk mencetaknya,” kata dia.

    Lalu, mengenai ada atau tidaknya dampak dari permasalahan sistem layanan yang sempat dialami Bank DKI sejak 29 Maret lalu, Sarjoko tak mau berkomentar banyak.

    “Kemarin kami langsung koordinasi dengan Bank DKI. Intinya mereka juga akan melakukan percepatan untuk melakukan pencetakan rekeningnya,” ujar dia.

    Dalam kesempatan itu, Sekretaris Komisi E DPRD DKI Jakarta Justin Adrian meminta Pemprov DKI Jakarta membenahi Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) agar penerima KJP Plus merupakan benar-benar orang yang berhak.

    Dia lalu mengusulkan adanya pembatasan penerima KJP Plus dalam satu keluarga. Dalam satu keluarga, sambung dia, sebaiknya tak semua anak mendapatkan dana bansos.

    “Sepertinya dibutuhkan juga pembatasan. Satu keluarga, dua anak, sehingga sebarannya akan lebih baik. Jangan sampai ada yang anaknya enam, keenamnya minta KJP, akhirnya yang lain tidak kebagian,” ujar dia.

    Menurut Justin, diperlukan regulasi-regulasi tambahan untuk memperbaiki sebaran dan memperbaiki juga kualitas pendataan dana bansos terutama KJP Plus.

    “Kualitas pendataan kita sangat buruk juga. Seringkali yang dulunya tidak mampu, sekarang sudah mampu, masih dapat juga. Yang dulunya tidak punya kendaraan, sekarang sudah punya mobil, masih dapat juga (bansos),” katanya.

    Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
    Editor: Ganet Dirgantara
    Copyright © ANTARA 2025

  • Legislator pertanyakan DKI masih macet meski ada transportasi publik

    Legislator pertanyakan DKI masih macet meski ada transportasi publik

    Kalau memang pengguna transportasi publik meningkat kenapa masih macet. Ini yang perlu dicari solusinya

    Jakarta (ANTARA) – Anggota Komisi B DPRD DKI Jakarta Andri Santosa mempertanyakan kondisi lalu lintas di Jakarta yang masih mengalami kemacetan meskipun warga sudah banyak yang menggunakan transportasi publik untuk aktivitas sehari-harinya.

    “Kalau memang pengguna transportasi publik meningkat kenapa masih macet? Ini yang perlu dicari solusinya,” kata Andri di Jakarta, Jumat, saat rapat kerja dengan Dinas Perhubungan (Dishub) DKI Jakarta.

    Menurut dia, dari data yang dimiliki Dinas Perhubungan DKI Jakarta pengguna transportasi umum sudah mencapai 1,5 juta per hari, namun kenyataannya macet masih terjadi di mana-mana.

    Untuk itu kata dia, perlu ada langkah nyata dari Dishub DKI dalam penanganan kemacetan yang sampai saat ini belum mampu diatasi.

    “Apakah dengan memperluas jangkauan layanan transportasi publik hingga ke kota-kota penyangga atau ada solusi lain,” ucap Andri.

    Andri juga meminta agar Dishub menambah kantong-kantong parkir yang berada di daerah pinggir atau kota penyangga, supaya mereka yang masih menggunakan transportasi pribadi bisa beralih ke transportasi publik.

    “Kalau macet ini memang karena kendaraan dari luar Jakarta, maka harus ditambah kantong-kantong parkir. Supaya mereka menggunakan kendaraan umum ketika akan ke Jakarta,” ujarnya.

    Andri mengatakan ketika pengguna transportasi publik bisa mencapai 1,5 juta setidaknya bisa memberikan efek kepada kepadatan lalu lintas di Jakarta.

    Sementara itu, Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Syafrin Liputoo mengatakan kemacetan yang terjadi di Jakarta bukan hanya dikarenakan warga Jakarta itu sendiri yang sudah mulai beralih menggunakan transportasi umum.

    Kemacetan yang terjadi lanjut dia, karena adanya kendaraan dari luar Jakarta seperti Bekasi, Depok, Tangerang, dan lainnya yang masuk ke Jakarta.

    “Sehingga dengan adanya perluasan Transjabodetabek diharapkan dapat mengurangi kemacetan,” katanya.

    Pewarta: Khaerul Izan
    Editor: Ganet Dirgantara
    Copyright © ANTARA 2025

  • NasDem Siap Pecat Kader Membelot di Palopo, Tak Singgung Lutim

    NasDem Siap Pecat Kader Membelot di Palopo, Tak Singgung Lutim

    FAJAR.CO.ID, LUTIM — Partai NasDem memastikan akan mengambil langkah tegas terhadap kader yang tidak mengikuti instruksi partai dalam Pemungutan Suara Ulang (PSU) Pilwalkot Palopo.

    Sekretaris DPW NasDem Sulawesi Selatan, Syaharuddin Alrif, menegaskan bahwa semua kader wajib mendukung pasangan Farid Kasim Judas – Nur.

    “Ini bukan sekadar instruksi, ini perintah partai. Semua kader harus bekerja untuk kemenangan Farid Kasim Judas,” ujar Syaharuddin, beberapa waktu lalu.

    Syaharuddin yang juga Bupati Sidrap itu menambahkan bahwa pihaknya telah mendeteksi adanya satu kader di Palopo yang tidak loyal. Ia menegaskan bahwa kader tersebut akan segera dipecat.

    “Siapapun yang tidak mendukung Farid, pasti saya akan pecat. Sudah (ada yang membelot), saya (beri arahan) dan nanti dalam waktu dekat, ya adalah siap-siap saya pecat satu. Alasannya karena, tidak taat dan tidak tertib,” ungkapnya.

    Meski menyebut adanya kader membelot, Syaharuddin tidak menyinggung wilayah Luwu Timur (Lutim) dan hanya fokus pada pengamanan suara di Palopo menjelang PSU.

    Soal adanya surat dari DPP soal pemecatan yang diberitakan sebelumnya. Syaharuddin mengatakan hanya mengatensi Palopo. Ia tak menyinggung soal pemecatan  M Siddiq yang kini menjabat sebagai Wakil Ketua DPRD Kabupaten Luwu Timur. 

    Syaharuddin memilih bungkam terkait surat bernomor: 27.8a-SK/AKD/DPP-NasDem/IV/2025, yang menetapkan penggantian Siddiq dari posisi Wakil Ketua DPRD Luwu Timur. Apalagi yang mau dipersoalkan. Di Luwu Timur, Nasdem sudah jadi pemenang.

  • Larangan `study tour` jadi sebab pengunjung ke Ancol berkurang di 2024

    Larangan `study tour` jadi sebab pengunjung ke Ancol berkurang di 2024

    Sejumlah pengunjung berenang di Pantai Lagoon Ancol, Jakarta, Selasa (1/4/2025). ANTARA FOTO/Sulthony Hasanuddin

    Larangan `study tour` jadi sebab pengunjung ke Ancol berkurang di 2024
    Dalam Negeri   
    Editor: Calista Aziza   
    Jumat, 11 April 2025 – 09:15 WIB

    Elshinta.com – PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk mencatat kebijakan sejumlah pemerintah daerah yang melarang sekolah melaksanakan kegiatan karyawisata (study tour) menjadi salah satu sebab pengunjung ke Ancol turun sebanyak satu juta orang pada tahun 2024 dibandingkan 2023.

    Direktur Utama PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk (Ancol) Winarto dalam rapat kerja pembahasan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) penggunaan APBD Tahun 2024 dengan Komisi B DPRD DKI, Kamis, merinci pada 2024 sebanyak 10 juta pengunjung, turun dibanding 2023 yakni 11 juta pengunjung.

    “Pengunjung tahun 2024 terhadap 2023 menurun. Di 2024 beberapa hal yang mengurangi itu dari pengunjung luar kota salah satunya ada larangan study tour yang juga masih berlaku sampai ke hari ini,” kata dia.

    Lalu, selain larangan karyawisata, jumlah pengunjung yang berkurang tahun lalu juga disebabkan adanya cuti bersama yang berkepanjangan. Winarto merujuk data mengatakan cuti bersama dengan waktu lebih dari dua hari memungkinkan orang-orang berlibur di luar kota seperti Bandung, Jawa Barat.

    “Kalau cuti lebih dari dua hari dua malam itu orang cenderung ke luar kota. Kalau hanya dua malam ke Bandung. Tapi kalau tujuh hari, delapan hari sudah lebih jauh lagi perginya,” katanya.

    Dia lalu mengatakan, daya beli masyarakat yang turun juga berkontribusi pada jumlah pengunjung yang berkurang ke Ancol. Winarto mencatat, sejumlah perusahaan yang menjadi klien Ancol harus tutup, sehingga mengurangi potensi pengunjung.

    “Kami hitung dari data perusahaan yang ditutup. Ada perusahaan yang menjadi klien kami. Memang ada pelanggan kami yang sudah tidak lagi mampu membawa karyawannya untuk rekreasi ke Ancol. Itu juga berpengaruh. Grup itu 20 persen kontribusinya,” ujar Winarto.

    Beberapa waktu ini, sejumlah pemerintah daerah, termasuk Jakarta, Jawa Barat, hingga Banten, mengeluarkan kebijakan yang melarang pelaksanaan karyawisata bagi siswa sekolah.

    Kebijakan ini diambil setelah mempertimbangkan beberapa faktor, termasuk masalah keselamatan dan efektivitas proses pembelajaran, menyusul meningkatnya jumlah kecelakaan yang melibatkan rombongan karyawisata.

    Gubernur Jakarta Pramono Anung pun mengimbau pihak sekolah mengadakan karyawisata di wilayah Jakarta sebab kota ini memiliki banyak destinasi yang menarik untuk dikunjungi para pelajar.

    Sumber : Antara

  • Mengatasi banjir dan genangan malapetaka Jabodetabek

    Mengatasi banjir dan genangan malapetaka Jabodetabek

    Foto udara luapan air Sungai Ciliwung yang menggenangi jalan dan permukiman di Jatinegara, Jakarta, Selasa (4/3/2025). ANTARA FOTO/Bayu Pratama S/Spt.

    Mengatasi banjir dan genangan malapetaka Jabodetabek
    Dalam Negeri   
    Editor: Calista Aziza   
    Jumat, 11 April 2025 – 09:45 WIB

    Elshinta.com – Hari-hari ini rakyat miskin yang tidak berpunya terus mengalami deraan hidup. Gas melon yang sempat susah dibeli, lalu harga bahan pokok yang masih relatif tinggi, dan belum tahu kapan berakhirnya.

    Baru-baru ini banjir dan genangan juga datang kembali. Bencana yang terus berulang melanda Jakarta dan sekitarnya.

    Publik mendengar beritanya di media on-line maupun off-line, bahkan dilaporkan secara live oleh masyarakat.

    Mengapa demikian, argumennya sangat kuat, karena air hujan yang tidak dapat tertampung di tanah yang sudah banyak berubah menjadi beton sehingga banjir dan genangan akan terjadi yang diperparah jika sedang terjadi rob (pasang air laut) sehingga bagaikan benteng mencegah terbuangnya air ke laut.

    Pada musim kemarau masyarakat miskin akan mengalami kelangkaan air alias kekeringan.

    Semakin kering pada musim kemarau, maka pertanaman banyak yang mati, sehingga pada musim hujan, daya sangga airnya anjlok, erosinya semakin dahsyat, sehingga kerusakan akan terus terjadi dan semakin dipercepat.

    Pertanyaan fundamentalnya, apa penyebab fundamental banjir dan genangan terus terjadi dengan besaran (magnitude) terus meningkat, baik intensitas, areal terdampak maupun durasinya?

    Pemicu dan pemacu banjir serta genangan
    berdasarkan pemantauan lapangan dari hulu Sungai Ciliwung sampai hilir di pantai, tampak jelas bahwa perubahan tutupan lahan (land cover) dari tanaman ke hutan beton menjadi faktor determinannya.

    Kondisinya diperburuk dengan rendahnya pengawasan pemerintah kabupaten/kota mulai kabupaten dan Kota Bogor, Kota Depok dan Daerah Khusus Ibukota dan menjaga tutupan lahan bervegetasi.

    Justru yang terjadi, sawah dialihfungsikan, lahan kering dibetonkan, daerah hijau bahkan resapan bisa dirubah secara periodik lima tahunan dengan persetujuan DPRD kabupaten/Kota.

    Motif ekonomi menjadi biang keladinya, tapi yang paling mendasar adalah mental dan komitmen aparat dalam menegakkan aturan tata ruang yang benar.

    Tragisnya lagi, pemerintah pusat belum melakukan moratorium pembangunan rumah tapak, sehingga cepat dan pasti tutupan lahan bervegetasi akan habis, dan permukaan lahan menjadi tutupan beton yang sifatnya tidak meloloskan air ke dalam tanah (impermeable) dan sebaliknya mempercepat aliran air, meningkatkan laju erosi dan destruksi ketika masuk ke dalam Sungai.

    Dampak ekonomi sosial

    Banjir dan genangan yang terus berulang, jelas akan merugikan banyak pihak, terutama orang miskin yang bermukim di bantaran dan rawan banjir.

    Orang kaya umumnya dengan akses keuangan yang baik, mereka bisa memilih areal pemukiman yang relatif aman terhadap banjir.

    Meskipun begitu, mereka tidak bisa menghindar, karena banjir akan mengganggu transportasi dan mobilitas masyarakat. Semua menjadi lama, mahal, dan itu harus ditanggung oleh masyarakat dan negara.

    Beban biaya ini semakin berat dan mahal, ketika saat yang sama terjadi rob (muka air laut yang naik). Implikasinya aliran air Sungai dari hulu tertahan di hilir, sehingga menimbulkan genangan, dengan besaran yang lebih besar.

    Apalagi jika durasinya genangan makin lana, tinggi genangan terus meningkat. Selain kerusakan fisik, maka merebaknya wabah penyakit tidak bisa dihindari.

    Biaya hidup yang harus dikeluarkan oleh korban banjir dan genangan semakin besar dan mahal. Akibatnya harga bahan pokok seperti beras, mie, telur, minyak dan bahan pokok harus membayar biaya angkut yang lebih mahal.

    Terbatasnya pasokan akan lebih mengerek harga bahan pangan pokok, karena saat itu berlaku hukum pasar antara pasokan dan permintaan. Itu yang terjadi di konsumen.

    Tersendatnya pasokan bahan makanan akan menurunkan harga di produsen dalam hal ini petani.

    Celakanya, begitu banjir selesai, masyarakat dan pemerintah terkesan melupakan penyelesaiannya.

    Banjir seakan merupakan ritual rutin tahunan yang harus diterima sebagai takdir. Implikasinya masalah mitigasi banjir dan genangan, seperti “dijadikan” proyek yang justru mendatangkan keuntungan.

    Buktinya banjir praktis tidak pernah terselesaikan, sekalipun pemerintahan terus berganti, eksperimen terus dilakukan, biaya besar terus digelontorkan.

    Bahkan belakangan muncul ide membangun giant great wall di Pantai utara Jawa untuk memitigasi rob.

    Pertanyaan mendasarnya, bagaimana dengan banjir yang asalnya dari hulu, apalagi distruksi sistemik tutupan lahan di hulu seakan berjalan terus, dipercepat tanpa terkendali?

    Akankah, rakyat akan terus menjadi korban dan bahkan terkesan dibiarkan menjadi korban banjir dan genangan yang semakin dahsyat? Lalu bagaimana dengan mitigasi banjir yang praktikan, operasional, dan berkeadilan?

    Mitigasi banjir

    Jika pemerintah berhasil memitigasi banjir dan genangan di Jakarta dan sekitarnya, maka paling tidak 50 persen masalah Jakarta terkendali, ekonomi berputar, dan economic loss yang tidak perlu dapat direduksi secara signifikan.

    Argumennya, banjir dan genangan akan melumpuhkan urat nadi ekonomi tanpa pandang bulu.

    Dampak ikutannya juga sangat banyak. Biaya pemerintah yang seharusnya digunakan untuk keperluan lain terpaksa harus digunakan untuk menolong rakyat yang terdampak banjir.

    Salah satu usulan rekomendasi praktikan dan operasional yang dapat dilakukan oleh pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten/kota adalah moratorium pembangunan rumah tapak, semua harus beralih ke rumah vertikal.

    Publik dapat melihat bagaimana negara negara seperti Singapura, Jepang, Korea, Amerika Serikat, demi memperluas ruang terbuka hijau, mereka membangun permukiman semakin tinggi dibanding sebelumnya dan sisanya dijadikan lahan terbuka hijau.

    Selanjutnya dilakukan moratorium alih fungsi lahan sawah, sehingga secara langsung kita mempertahankan retensi air di hulu.

    Agar moratorium itu berhasil, maka Presiden dapat mengeluarkan Perpu termasuk tutupan lahan hijau minimum di setiap wilayah disertai sanksi yang tegas dan menimbulkan jera, agar lahan terbuka hijau benar benar bisa terjaga, bahkan ditingkatkan.

    Serapan air dalam jumlah yang tidak terbatas dari hulu sampai hilir baik di zona permukiman dan non permukiman harus dilakukan secara masif dan ditransfer menjadi aliran permukaan sudah berkurang jauh volumenya dan kecepatannya.

    Pemerintah dapat membuat skenario penurunan koefisien run off (rasio antara volume aliran permukaan terhadap volume hujan).

    Semakin tinggi koefisien run-off dapat mengindikasikan bahwa daerah tangkapan air tidak baik. Sebaliknya, jika koefisien run-off kecil, maka kapasitas tampung daerah tangkapan air bagus. Artinya daerah tangkapan air dapat mengatur dan mengelola serta mendistribusikan air dengan baik.

    Pemerintah dapat menyusun skenario koefisien run-off dari saat ini menuju yang ideal. Berdasarkan kondisi sungai dan vegetasi serta tutupan lahan, maka disarankan koefisien run-off tidak lebih dari 3 persen agar tidak menimbulkan banjir dan genangan yang signifikan.

    Itu jika dan hanya jika semua pihak mengambil peran dalam menampung air hujan di sepanjang musim penghujan.

    Manfaat jangka panjangnya, pasokan air pada musim kemarau akan lebih baik, sehingga bencana kekeringan juga termitigasi ketika mitigasi banjir berhasil dilakukan.

    Adaptasi banjir

    Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pasti sudah memiliki peta zona rawan banjir dan genangan. Pemanfaatan peta tersebut perlu dimaksimalkan dengan mengembangkan rumah adaptif banjir dan genangan berdasarkan skenario tinggi genangan maksimum yang pernah terjadi.

    Masyarakat Jakarta sebagian besar sudah melakukan adaptasi terhadap banjir dan genangan, terutama yang bermukim di bantaran Sungai.

    Namun, karena magnitude banjir makin besar, maka adaptasi tersebut tidak mampu merespons besaran banjir.

    Untuk itu pemerintah pusat dalam hal ini Kementerian Pekerjaan Umum perlu menghitung kembali besaran banjir maksimum untuk periode ulang 10 tahun, 25 tahun dan 50 tahun untuk menyusun langkah adaptasinya.

    Masyarakat dapat beradaptasi terhadap banjir dan genangan dengan menyesuaikan tinggi rumah panggung permukiman yang rawan banjir dan genangan.

    Pengembangan pilot project rumah yang adaptif terhadap banjir di beberapa daerah endemik perlu diintroduksi, agar ada teladan bagi Masyarakat untuk melakukannya secara benar.

    Pekerjaan besar ini perlu dirancang jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang dalam bentuk master plan mitigasi dan adaptasi banjir dalam 100 tahun ke depan.

    Master plan ini selanjutnya ditetapkan menjadi Perda dan disetujui DPRD, sehingga menjadi pedoman kerja bagi Gubernur terpilih siapapun orangnya, dari manapun partai pengusungnya.

    Pekerjaan ini bisa dimulai dengan mengumpulkan data dan informasi yang relevan untuk membuat keputusan dalam mitigasi dan adaptasi banjir dan genangan Jakarta.

    Kalau banjir dan genangan Jakarta terus terjadi dan bahkan terus meningkat besarannya, maka dipastikan penyelesaian yang dilakukan tidak menyeluruh alias tambal sulam, karena tidak mampu menyelesaikan akar masalahnya.

    Ini menjadi tantangan bagi Gubernur Jakarta yang baru terpilih, sehingga publik dapat menagih janjinya. Kelak rakyat dan publiklah yang akan menilainya.

    Sumber : Antara

  • MoU CSR PIK 2 masih polemik, Pemkot Serang berencana bangun pelabuhan peti kemas

    MoU CSR PIK 2 masih polemik, Pemkot Serang berencana bangun pelabuhan peti kemas

    Sumber foto: Mamo Erfanto/elshinta.com.

    MoU CSR PIK 2 masih polemik, Pemkot Serang berencana bangun pelabuhan peti kemas
    Dalam Negeri   
    Editor: Sigit Kurniawan   
    Kamis, 10 April 2025 – 18:32 WIB

    Elshinta.com – Ditengah polemik protes masyarakat soal Memorandum of Understanding (MoU) antara PIK 2 dengan Pemerintah Kota Serang soal Corporate Social Responsibility  (CSR). Wali Kota Serang berencana membangunan dermaga peti kemas di kawasan pelabuhan Karangantu, Kasemen, Kota Serang. 

    Rencana pembangunan dermaga peti kemas memang menjadi salah satu program Wali Kota-Wakil Wali Kota Serang saat masa kampaye. Program tersebut memang di harapkan oleh pasangan Wali Kota Serang  Budi- Agis untuk meningkatan Pendapatan asli Daerah (PAD) sekaligus menyerap pengguran. . 

    Wali Kota Serang, Budi Rustandi menyampaikan bahwa PIK 2 tidak ivestasi di Kota Serang karena berlawanan dengan program kita yakni industri besar dan pelabuhan peti kemas.  

    Program soal pembangunan industri besar serta pelabuhan peti kemas di harapkan mampu menaikan Pendapatan Asil Daerah (PAD) hingga 1 trilyun dan dapat menyerap tenaga kerja karena tingginya angka pengguran di Kota Serang. 

    “Selanjut ini tugas Ketua DPRD Kota Serang terkait perubahan Rencana Detail Tata Ruang, kemudian kami akan memohon ke pusat agar dapat membangun pelabuhan melalui swasta,” kata Budi seperti dilaporkan Kontributor Elshinta, Mamo Erfanto, Kamis (10/4). 

    Lebih lanjut Budi Rustandi menyampaikan Selain di harapkan meningkatkan PAD, permasalahan pengangguran dan angka putus sekolah di Kota Serang sangat tinggi, maka dengan rencana pembangunan industri besar dan pelabuhan peti kemas diharapkan mampu menyerap tenaga kerja. 

    “Kita semua tau angka pengguran di Kota Serang tinggi, lalu ada angka putus sekolah mencapai 220 ribu orang berarti harus mencari ivenstasi yang besar agar meraka bisa masuk, karena yang putus sekolah juga sama warga indonesia, harus kita layani, harus mendapatkan haknya dan bisa bekerja yang layak dan sesaui UMR,” ujarnya. 

    Menurut Budi, pihaknya harus menjelaskan kepada masyarakat, memastikan kepada masyrakat bahwa CSR PIK ini cuma Kota Serang tidak ada modus dalam rangka itu. “Ini sebagai langkah stategis saya ketika saya tidak membahas APBD tapi bisa melakukan pembagunan yang luar biasa di Kota Serang melalui CSR,” tambahnya. 

    “Ini sangat penting, kenapa, karena saya tau dan mawas diri bahwa Kota Serang secara fiskal amat kecil, jauh banget, dan insallah jalan layang,flay over trondol, frontage, alun alun, PJU semua mereka akan berikan kepada kita tinggal menunggu rapat minggu depan. Tapi untuk ivestasi PIK 2 di Kota Serang tidak ada, kenapa, karena berlawanan dengan program Budi-Agis yakni membuat industri besar dan pelabuhan,” tandasnya. 

    Untuk diketahui bahwa MoU PIK 2 bersama Pemerintah Kota Serang dan Forus CSR Kota Serang mendapat penolakan dari kalangan masyarakat, mulai dari lembaga swadaya masyarakat, ulama, dan para aktifis masyarakat karena mereka menilai CSR PIK dua di kwatirkan adan ada embel embel di belakangnya.

    Sumber : Radio Elshinta

  • Pramono Anung Tegur Satpol PP Arogan Bongkar Tenda Pengunjuk Rasa, Berujung Permintaan Maaf – Halaman all

    Pramono Anung Tegur Satpol PP Arogan Bongkar Tenda Pengunjuk Rasa, Berujung Permintaan Maaf – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Gubernur Jakarta Pramono Anung menyoroti pembubaran paksa aksi ‘Piknik Melawan’ di Gerbang Pancasila, Gedung DPR/MPR RI, Tanah Abang, Jakarta Pusat pada Rabu (9/4/2025) sore.

    Pasalnya, pembubaran yang dilakukan personel Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP), dinilai arogan.

    Menurut politikus PDIP itu, petugas Satpol PP tak seharusnya membubarkan paksa massa aksi yang tengah berunjuk rasa.

    Pramono Anung menilai, hal ini bukanlah tupoksi atau tugas dari Satpol PP.

    Oleh karena itu, ia langsung menegur secara langsung atasan Satpol PP Jakarta dan mengingatkan agar peristiwa tersebut tak terulang kembali.

    “Enggak boleh terjadi Satpol PP melakukan itu, itu bukan tugas Satpol PP, sehingga saya sudah memberikan teguran secara langsung kepada kepala dinas yang bersangkutan.”

    “Saya bilang ini tidak boleh terjadi kembali,” ujar Pramono Anung di Velodrome, Jakarta Timur, Kamis (10/4/2025) dilansir Tribun Jakarta.

    Sebagai kepala daerah, Pramono Anung pun mengaku kecewa dengan sikap arogan yang diperlihatkan oleh anak buahnya ini.

    “Kemarin malam saya langsung menegur kepala dinas terkait dan saya sungguh sangat kecewa,” ujar Pramono Anung.

    Satpol PP Jakarta Minta Maaf 

    Menindaklanjuti perintah Pramono Anung, Kepala Satpol PP DKI Jakarta Satriadi Gunawan pun meminta maaf.

    Terutama, atas tindakan arogan yang sebelumnya dilakukan tim-nya terhadap massa aksi ‘Piknik ‘Melawan’.

    Selanjutnya, Satriadi pun berjanji bakal lebih mengedepankan pendekatan dialogis dalam menangani aksi demonstrasi.

    “Kami menyampaikan permohonan maaf atas peristiwa yang terjadi dalam aksi DPRD pada Rabu sore. Kami akan lebih mengedepankan dialog untuk menangani situasi serupa,” jelas Satriadi.

    Pihaknya juga memastikan, Satpol PP bakal terus berusaha lebih baik lagi dalam menangani aksi unjuk rasa.

    Sehingga, aspirasi masyarakat dapat tersampaikan tanpa menimbulkan gesekan.

    “Pendekatan humanis dan komunikatif akan kami jadikan standar dalam setiap pengamanan.”

    “Kami ingin memastikan bahwa hak menyampaikan pendapat di muka umum tetap terjaga, sejalan dengan ketertiban umum dan kenyamanan masyarakat luas,” ujar Satriadi.

    Kronologi Peristiwa

    Sebelumnya, para demonstran yang menolak pengesahan UU TNI melakukan aksi menginap di depan Gerbang Pancasila Gedung Parlemen, Jalan Gelora, Senayan, Jakarta Pusat.

    Aksi ini telah dilakukan sejak Senin (7/4/2025) pagi.

    Lalu, pada Rabu lalu, sejumlah petugas Satpol PP membongkar paksa tenda para massa aksi.

    Bahkan ada seorang petugas yang terlihat merobek tenda yang di dalamnya masih ditempati para demonstran.

    Pembongkaran dilakukan dengan dalih aksi tersebut melanggar Peraturan Daerah (Perda) Nomor 8 Tahun 2017 tentang Ketertiban Umum.

    Massa dianggap melanggar ketertiban karena mendirikan tenda di depan Gerbang Pancasila.

    Perwakilan masyarakat sipil, Al, mengatakan pembubaran dilakukan sekitar pukul 17.00 WIB.

    “Aksi piknik dan kemah damai yang sedang berjalan di hari ketiga dibubarkan secara paksa oleh sekitar 30 orang anggota Satuan Polisi Pamong Praja DKI Jakarta sehingga harus dihentikan sementara,” kata Al, dalam keterangan tertulis, Rabu.

    AI mengatakan, sempat ada negosiasi antara demonstran dan anggota Satpol PP.

    “Kepala operasi (Satpol PP) berpegang teguh bahwa peserta aksi telah melanggar peraturan dengan menggunakan trotoar sebagai tempat aksi dan mengaku melakukan tindakan karena ada aduan dari masyarakat bahwa peserta aksi mengganggu pejalan kaki,” jelas AI.

    Al juga menjelaskan, peristiwa tersebut sempat diwarnai aksi tarik-menarik tenda antara Satpol PP dengan para demonstran.

    Tak hanya itu, mereka juga saling berebut logistik karena hendak diangkut oleh anggota Satpol PP.

    “Kami mengecam aksi sepihak yang tidak mengindahkan hak-hak warga negara untuk menggunakan fasilitas publik untuk menyampaikan aspirasi sebagaimana dijamin oleh UUD 1945 yang dilakukan oleh Satuan Polisi Pamong Praja DKI Jakarta.”

    “Dan menuntut Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung untuk mengambil tindakan terhadap perilaku anti-demokrasi dan kekerasan yang dilakukan bawahannya,” tegas Al.

    Sebagian artikel ini telah tayang di TribunJakarta.com dengan judul Arogan Saat Usir Massa Aksi Piknik Melawan, Satpol PP Kini Ciut Kenal Omel Pramono: Kami Minta Maaf

    (Tribunnews.com/Galuh Widya Wardani/Ibriza Fasti Ifhami)(TribunJakarta.com/Dionisius Arya Bima Suci)