Mulai Besok, Siswa SMA Sederajat di Surabaya, Gresik, dan Sidoarjo Belajar dari Rumah
Tim Redaksi
SURABAYA, KOMPAS.com
– Mulai 1 September 2025, siswa SMA, SMK, dan SLB negeri serta swasta di Surabaya, Gresik, dan Sidoarjo akan menggelar aktivitas belajar secara daring dari rumah.
Pelaksanaan sekolah daring ini terhitung sejak 1 September 2025 sampai dengan batas waktu yang nantinya akan diinformasikan lebih lanjut.
Menurut Kepala Dinas Pendidikan Jatim, Aries Agung Paewai, kebijakan tersebut menyikapi dinamika yang menjurus pada aksi anarkis di beberapa daerah, terutama di Jawa Timur.
“Tidak semua daerah di Jatim punya potensi aksi massa yang menjurus pada aksi anarkis. Hasil koordinasi ditetapkan hanya untuk Surabaya, Sidoarjo, dan Gresik,” katanya pada Sabtu (31/8/2025) malam.
Belajar daring dari rumah, menurut dia, tentunya melibatkan pengawasan oleh wali kelas dan orang tuasecara langsung.
Khusus di Kota Malang, belajar daring hanya untuk sekolah di kawasan Tugu dan Sekolah Komplek.
“Hal ini dikarenakan ada informasi akan adanya aksi demonstrasi di sekitar Gedung DPRD Kota Malang,” ujarnya.
Dia mengimbau agar para siswa SMA dan SMK tidak terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang dapat mencelakakan diri atau individu, termasuk terlibat dalam kegiatan anarkis.
Aksi tersebut, menurut Aries, akan membawa dampak hukum bagi siswa, baik dari pihak penegak hukum maupun dari sekolah masing-masing.
“Maka saya berharap kepala sekolah, guru, dan wali kelas mengawasi murid-muridnya agar tidak keluar sekolah di jam-jam pelajaran. Termasuk tidak ikut hal-hal yang mengarah ke sifat negatif atau anarkis, bahkan sampai merusak fasilitas umum,” ucapnya.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Kementrian Lembaga: DPRD
-
/data/photo/2025/06/30/686244c881d96.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Mulai Besok, Siswa SMA Sederajat di Surabaya, Gresik, dan Sidoarjo Belajar dari Rumah Surabaya 31 Agustus 2025
-
/data/photo/2025/08/31/68b42d251143a.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Polisi Tangkap 5 Penyusup Asal Jawa Tengah yang Sasar Mapolres Blitar Surabaya 31 Agustus 2025
Polisi Tangkap 5 Penyusup Asal Jawa Tengah yang Sasar Mapolres Blitar
Tim Redaksi
BLITAR, KOMPAS.com
– Polisi menangkap 143 orang massa yang hendak menyerang Kantor Kepolisian Resor (Polres) Blitar Kota pada Sabtu malam hingga Minggu (31 Agustus 2025) dini hari.
Dari 143 orang tersebut, sebanyak 5 di antaranya ternyata merupakan warga yang berasal dari wilayah Jawa Tengah.
Kapolres Blitar Kota, AKBP Titus Yudho Uly mengatakan bahwa terdapat 5 orang asal Provinsi Jawa Tengah dari 143 yang ditangkap ketika terjadi bentrokan antara polisi dan massa di simpang empat Jalan Sudirman.
“Kami imbau kepada masyarakat untuk waspada pada penyusup,” ujar Yudho kepada awak media, Minggu siang.
“Dari 143 orang yang kami tahan, ada yang berasal dari luar daerah, dari Jawa Tengah, ada. Mereka baru masuk ke Blitar, ada 5 orang,” kata dia.
Yudho enggan menjelaskan lebih lanjut tentang 5 orang yang ditangkap dari massa saat terjadi bentrok dengan aparat kepolisian di simpang empat Jalan Jenderal Sudirman, Kelurahan Kepanjenlor, Kota Blitar itu.
Selain terdapat 5 orang asal Jawa Tengah, Yudho juga mengungkap bahwa banyak dari 143 orang tersebut merupakan massa yang sama dengan pelaku perusakan dan pembakaran sejumlah gedung milik kepolisian dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) di Kota dan Kabupaten Kediri beberapa jam sebelumnya.
“Banyak dari massa itu adalah massa yang sama yang melakukan pembakaran di Polres Kediri Kota, DPRD Kota Kediri, Samsat Pare, DPRD Kabupaten Kediri,” ujar dia.
Di antara mereka, lanjut Yudho, terdapat sejumlah anak remaja yang masih tergolong anak di bawah umur, meskipun sebagian besar dari 143 orang tersebut telah masuk kategori dewasa.
Namun, dia mengakui bahwa dari ribuan massa yang melakukan konvoi sepeda motor dan bertindak anarkistis pada Sabtu malam hingga Minggu dini hari di wilayah Blitar itu, mayoritas merupakan warga Kabupaten Blitar dan masih berusia remaja.
Menurut Yudho, hampir semua massa yang diamankan berada di bawah pengaruh minuman keras dan narkoba.
Hal itu diketahui dari hasil tes urine yang telah dilakukan.
Yudho menegaskan bahwa aksi massa yang berlangsung selama Sabtu malam hingga Minggu dini hari tersebut bukanlah aksi demonstrasi atau pun unjuk rasa.
Massa, kata dia, tidak melakukan aksi penyampaian pendapat dengan berorasi atau lainnya, tetapi langsung bertindak agresif dengan berupaya menyerang Kantor Polres Blitar Kota.
“Kejadiannya sangat anarkis. Kemarin itu bukan demo. Yang terjadi massa datang langsung melakukan penyerangan terhadap Polres Blitar Kota,” ujarnya.
Yudho juga mengungkapkan bahwa massa melakukan perusakan pada hampir seluruh kamera pengawas CCTV yang ada di sepanjang Jalan Sodanco Supriyadi.
Karena itu, Yudho mengimbau kepada para orangtua untuk mengawasi anak-anak mereka ketika hendak pergi keluar rumah.
“Jangan sampai terprovokasi ikut-ikutan dalam tindakan seperti itu yang akan dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab,” ujarnya.
Yudho mengatakan bahwa 143 orang yang saat ini ditahan di Kantor Polres Blitar masih menjalani pemeriksaan dan pendalaman.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -

Situasi Terkini Kediri: Kantor dan Mal Tutup Lebih Cepat Usai Kerusuhan
Kediri (beritajatim.com) – Suasana Kota Kediri pada Minggu (31/8/2025) terlihat tidak seperti biasanya. Berdasarkan pantauan pukul 18.00 WIB, sejumlah kantor pemerintahan, perbankan, hingga pusat perbelanjaan tampak tutup dan melakukan pemadaman lampu.
Balai Kota Kediri, Kantor OJK, Bank Indonesia, BNI, BCA, hingga gerai McDonald’s tidak beroperasi. Hal serupa juga terlihat di pusat perbelanjaan besar, yakni Kediri Mall dan Kediri Town Square.
Salah satu mal terbesar di Kota Kediri, penutupan lebih cepat ini menyusul adanya pengumuman resmi dari manajemen. Redaksi beritajatim.com mendapatkan pengumuman tersebut dan menvalidasi informasi dari pihak karyawan.
“Dear All demi keamanan dan keselamatan bersama dan dimengerti dengan berat hati kami sampaikan mall tutup lebih cepat. Pukul 16.00 Gate tutup 17.00 WIB steril. Bapak/ibu jangan terprovokasi berita diluar. Managemen akan berusaha sebaik mungkin mengikuti arahan dari Polres dan Koramil serta Pemkot. Saat ini hanya bisa berdoa yang terbaik untuk Kota Kediri.”
CL, salah satu karyawan mal tersebut, mengaku diliputi rasa cemas. “Seperti saya rumahnya jauh di Pare sana. Kalau melihat kejadian kemarin tentu takut. Sampai kapan situasi seperti ini terjadi,” ujarnya, pada Minggu (30/8/2025).
Sejumlah kantor pemerintahan, perbankan, hingga pusat perbelanjaan di Kota Kediri tampak tutup dan melakukan pemadaman lampu.
Hal senada juga diungkapkan KS, seorang pegawai di lingkungan Pemerintah Kota Kediri. Ia berharap situasi cepat pulih agar bisa kembali bekerja normal. “Mas, apa akan ada aksi susulan atau sasaran lain?” katanya penuh khawatir. “Semoga sudah kemarin saja mas,” tambahnya.
Meski aktivitas sejumlah kantor, bank, pusat belanja, dan tempat makan dihentikan lebih awal, aparat keamanan terlihat berjaga di titik-titik vital untuk mencegah potensi gangguan. Mereka juga tampak bersiaga di tempat-tempat tersebut. Patroli gabungan besar-besaran digelar oleh Polres Kediri Kota bersama Kodim 0809 Kediri dan unsur keamanan lain.
Kapolres Kediri Kota, AKBP Saputra Ibrahim, menegaskan komitmen aparat menjaga ketertiban. Pihaknya memastikan masyarakat tetap merasa aman dan aktivitas ekonomi dapat kembali berjalan normal.
Kerusuhan sebelumnya melibatkan ribuan massa yang membakar Gedung DPRD Kota dan Kabupaten Kediri, Kantor Bupati Kediri, Museum Bhagawanta Bhari, Markas Satlantas Polres Kediri Kota, kantor Samsat Katang dan Pare, serta sejumlah polsek dan pos polisi. Massa juga menjarah barang-barang elektronik dari gedung pemerintahan. [nm/but]
-

Menteri PU Pastikan Pemerintah Pusat Turun Tangan Perbaiki Fasilitas Rusak
Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Pekerjaan Umum (PU) Dody Hanggodo memastikan pemerintah pusat akan ikut serta dalam penanganan dan perbaikan fasilitas umum yang rusak usai berbagai peristiwa unjuk rasa belakangan ini.
Hal itu disampaikan Dody Hanggodo usai menghadiri Sidang Kabinet yang dipimpin Presiden Prabowo Subianto di Kantor Presiden, Minggu (31/8/2025).
“Pasti, nanti-nantilah belum diisukan Pak Presiden. Namun, pastilah pasti ada [bantuan dari pusat],” ucap Dody kepada Bisnis.
Dody menegaskan, perbaikan fasilitas tidak hanya akan dibebankan kepada pemerintah daerah melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
Dia menyebut perbaikan fasilitas umum akan menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah pusat dan daerah.
“Iya, kalau sudah begini pusat dan daerah jadi satu,” tutur Dody.
Beberapa fasilitas umum mengalami kerusakan pasca aksi massa di berbagai daerah Indonesia.
Gedung DPRD di Makassar, Yogyakarta, Solo, dan wilayah lain mengalami kebakaran dan perlu direnovasi.
Selain itu, ada beberapa halte TransJakarta dan Gedung Grahadi juga rusak terbakar.
-

Sejumlah Negara Ini Beri Warning Warganya yang Berada di RI
Jakarta, CNBC Indonesia – Beberapa negara meminta warganya yang tinggal maupun sedang ada di Indonesia untuk lebih berhati-hati serta menghindari lokasi demonstrasi yang tengah berlangsung di berbagai wilayah.
Misalnya saja, pemerintah Malaysia yang mengimbau warganya di Indonesia agar selalu memantau perkembangan situasi sebelum bepergian. Mereka diminta untuk menjauhi area yang menjadi titik aksi unjuk rasa.
“Kedutaan Besar Malaysia menasihatkan agar warga negara Malaysia yang bermastautin di Jakarta dan warga negara Malaysia yang berkunjung untuk urusan pelancongan, perniagaan, dan sebagainya supaya senantiasa memantau perkembangan terkini lokasi aktiviti demonstrasi melalui pengumuman pihak berkuasa dan media tempatan,” bunyi pemberitahuan Kedutaan Besar Malaysia dikutip dari CNN Indonesia, Minggu (31/8/2025).
Pemerintah Singapura juga mengimbau kepada warganya untuk menghindari lokasi-lokasi yang menjadi titik aksi demonstrasi. Khususnya yang masih berlangsung dan meluas sejak beberapa hari terakhir di Indonesia.
“Warga Singapura di Indonesia diimbau untuk menghindari lokasi demonstrasi maupun kerumunan besar. Tetaplah waspada, ikuti perkembangan melalui berita lokal, serta patuhi arahan otoritas setempat,” tulis pernyataan Kedubes Singapura melalui unggahan Facebook pada Sabtu (30/8).
Adapun, warga Singapura yang ada di Indonesia maupun yang berencana berkunjung ke Indonesia didorong untuk melakukan e-Registrasi melalui Kementerian Luar Negeri Singapura.
“Anda juga disarankan tetap berkomunikasi dengan keluarga dan kerabat agar mereka mengetahui kondisi Anda dalam keadaan aman,” tambah pernyataan tersebut.
Selain itu, pemerintah Prancis dan Jepang juga turut mengimbau bagi warganya untuk berhati-hati, menyusul demonstrasi yang meluas di sejumlah daerah dalam beberapa hari terakhir.
Kedutaan Besar Prancis di Jakarta menyampaikan himbauan tersebut di akun media sosial Instagram @franceinindonesia pada hari ini, Sabtu (30/8).
“Pesan untuk warga Prancis yang berada di Indonesia. Mengingat aksi protes yang sedang berlangsung di berbagai kota di Indonesia, warga negara Prancis yang berada di wilayah Indonesia diimbau tetap waspada dan berhati-hati dalam perjalanan, mengikuti instruksi yang diberikan oleh otoritas setempat, dan menghindari area berisiko serta yang dibatasi,” tulis pernyataan Kedubes Prancis.
Pemerintah Jepang juga mengeluarkan imbauan yang sama, dalam rilis resmi yang diunggah di akun Facebook Kedubes Jepang, mereka meminta agar warganya menahan diri dan menjauhi lokasi-lokasi yang menjadi titik aksi demonstrasi.
“Harap menahan diri, menjauhi fasilitas polisi dan sekitar gedung DPR dan DPRD. Jika anda berada di dekat area demonstrasi, harap untuk segera meninggalkan lokasi itu,” demikian pernyataan Kedubes Jepang.
Sementara itu, Filipina sudah lebih dulu mengeluarkan imbauan kepada warganya. Amerika Serikat dan Kanada juga meminta warganya yang ada di Indonesia untuk menjauhi kerumunan dan lokasi-lokasi yang jadi titik demonstrasi.
(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
-

Pernak Pernik Aksi Unjukrasa di DPRD Bondowoso: Nyemplung Kolam hingga Tes Tameng Polisi
Bondowoso, (beritajatim.com) – Aksi unjukrasa di depan gedung DPRD Bondowoso, Minggu (31/8/2025) sore menyisakan kisah cerita pernak pernik yang menarik.
Terlepas dari aksi saling dorong yang lazim dilakukan dalam unjukrasa, di Bondowoso ada kejadian berbeda.
Seperti dua orang peserta aksi unjukrasa yang sempat tercebur ke dalam kolam karena ditarik kawan sendiri, sampai perilaku gabut peserta aksi yang memukul tameng polisi menggunakan sarung tinju.
Ratusan massa yang berasal dari gabungan mahasiswa dan masyarakat Bondowoso datang sekitar pukul 14.40 WIB. Kemudian massa merangsek masuk dari pagar depan.
Mereka kemudian melanjutkan orasi di area parkir depan gedung dewan.
Massa meminta masuk ke ruang paripurna namun tidak diperbolehkan. Seorang peserta aksi nampak memaksakan diri masuk menuju pintu depan melalui kolam ikan yang berada di samping.
Akan tetapi aksi itu dihadang bahkan yang bersangkutan ditarik oleh rekannya dari belakang.
Peserta aksi tersebut sempat terjebur ke dalam kolam. Bahkan yang mencoba menolong dari depan juga ikut terjebur.
Usai bernegosiasi, massa akhirnya berkenan dialog di depan pintu masuk gedung dewan. Mereka mendengarkan pernyataan ketua DPRD Bondowoso, Ahmad Dhafir dengan duduk.
Polisi yang berjaga juga ikut duduk mengenakan helm dan tameng pengaman. Tampak seorang peserta aksi mengenakan sarung tinju bercengkrama dengan polisi.
Ia mencoba meninju low power tameng polisi di depannya. Bukannya marah, polisi itu seperti meminta reka ulang.
Korlap Aksi, Deky Syahputra menyampaikan empat tuntutan dalam aksi tersebut pada DPRD Bondowoso.
“Pertama, kami menuntut DPRD melakukan transparansi anggaran yang dikelola oleh DPRD Bondowoso,” kata Deky.
Kedua, pemerintah dan DPR RI segera merespon tuntutan rakyat yakni menghapus tunjangan pejabat yang tidak relevan.
Ketiga, mendesak DPR untuk segera mengesahkan RUU perampasan aset. “Keempat, mendesak DPRD untuk segera menindaklanjuti PAD yang dikelola oleh PDAM,” pintanya.
Sementara Ketua DPRD Bondowoso, Ahmad Dhafir berterima kasih atas aspirasi dari mahasiswa.
“Negara ini negara hukum. Yang berkaitan dengan pemerintah pusat pasti melalui mekanisme yang sudah ada. Kita akan sampaikan aspirasi ini ke pusat,” terangnya.
Mengenai tunjangan DPR RI, lanjutnya, semua sudah setuju usulan itu untuk dibatalkan. Sehingga tidak perlu risau lagi perihal isu tersebut. [awi/aje]
-

Sekelumit Kisah Surabaya Lautan Api: Rakyat dan Polisi Jadi Korban, Gubernur Khofifah Terkena Lemparan Botol
Surabaya (beritajatim.com) Selama dua hari terakhir, Jumat sampai Sabtu, 29-30 Agustus 2025, kota Surabaya mendadak jadi lautan api. Berbagai fasilitas umum rusak. Mulai dari kursi dan hiasan taman, lampu jalan, hingga tanaman dan pot di sepanjang jalur hijau. Sirine ambulance dan pemadam kebakaran saling berbalas. Arus lalu lintas utamanya di kota Surabaya lumpuh hingga belasan jam.
Dengan semua yang terjadi selama dua hari, massa aksi solidaritas hanya berhasil menemui Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa pada hari kedua. Tidak ada anggota DPRD Kota atau Provinsi yang hadir di tengah massa aksi. Padahal kemarahan massa di Surabaya sama dengan kota lain. Marah dengan berbagai kemewahan dan fasilitas yang diterima oleh anggota dewan. Hingga memunculkan teriakan yang sama dari emosi yang berbeda. Bubarkan DPR.
Aksi sudah berlangsung kisruh semenjak hari pertama pada Sabtu (29/8/2025). Massa yang didominasi pakaian hitam-hitam seolah sudah ‘berperang’ melawan aparat yang berjaga di Gedung Grahadi sejak sore. Tampak aparat yang berjaga di lokasi hanya bersikap ‘bertahan’. Tidak agresif. Tidak seperti demo-demo sebelumnya di Jawa Timur.
Sejumlah petugas yang ditemui di depan Gedung Negara Grahadi mengatakan bahwa ada instruksi dari pimpinan agar para anggota di lapangan bersikap pasif. Karena sehari sebelumnya institusi Polri menjadi sorotan usai Affan Kurniawan salah satu Driver Ojol di Jakarta tewas dilindas mobil rantis saat demo di kawasan Tanah Abang.
Anggota di lapangan yang tidak berseragam cenderung hanya memantau situasi. Sembari menghimbau masyarakat yang hendak masuk ke Jalan Gubernur Suryo agar putar balik. Padahal, pada demo sebelum-sebelumnya di lokasi yang sama, petugas kepolisian aktif dan sigap menangkap oknum peserta demo yang membuat kerusuhan. Sehingga, hampir seluruh demo di Grahadi selalu dalam kondisi terkendali.
Sementara pasukan Brimob dan Dalmas menjadi garda terdepan untuk mempertahankan dan mengendalikan massa aksi. Para pasukan yang sudah dilatih untuk menghadapi demo itu sempat kocar kacir. Hitungan beritajatim yang berada di lokasi, pasukan kepolisian berseragam itu dua kali mundur dan membubarkan barisan. Bukan karena perintah komandan. Tapi, karena massa aksi berhasil mengembalikan gas air mata yang ditembakan polisi.
Sejumlah petugas kepolisian menjadi korban dalam aksi hari pertama di Grahadi. Pun di pihak peserta aksi, korban juga berjatuhan. Tim medis dengan membawa bendera tanda palang merah yang diikatkan di tongkat pramuka tidak berhenti melakukan penyelamatan kepada kedua belah pihak.
Aksi hari berlangsung hingga Adzan Subuh dikumandangkan. Para massa aksi yang terus terpecah dan didorong mundur oleh petugas hingga ke Jalan Pemuda, Jalan Walikota Mustajab hingga Jalan Panglima Sudirman memilih berkeliling kota Surabaya.
Aksi massa membakar hampir semua pos polisi yang berdiri di pusat kota hingga Bundaran Waru. Salah satu yang paling mencekam adalah pembakaran pos polisi Taman Bungkul di Jalan Raya Darmo. Disepanjang jalan Darmo, ada 4 titik api yang besar. Tidak ada pemadam. Tidak ada petugas kepolisian. Hanya ada massa aksi dan warga sekitar yang mengabadikan momen langka di Kota Surabaya itu dengan gawainya.
Tidak hanya membakar pos polisi, massa aksi juga merusak kantor Polsek Tegalsari. Mereka melempari batu. Masuk ke dalam ruang depan Polsek Tegalsari dan menghancurkan semua barang yang ada di lokasi. Massa aksi juga mencoba menyerang Polsek Wonokromo. Namun penyerangan itu gagal. Kapolsek Wonokromo Kompol Hegy Renata bersama anggotanya dibantu dengan warga Joyoboyo berhasil menggagalkan niat para peserta aksi massa.
Saat itu arus lalu lintas di pusat kota Surabaya lumpuh. Tidak ada sepeda motor yang melintas. Hanya ada massa pendemo, anggota kepolisian yang bertahan dengan tameng, dan nyala api dari fasilitas umum yang dibakar massa. Kondisi begitu mencekam. Para pengusaha yang memiliki tenant di pusat Surabaya kompak menutup usahanya. Para sekuriti disiagakan. Tidak ada yang berani membuka gerbang pagar tenant. Termasuk Tunjungan Plaza (TP) Mall Surabaya.
Aksi hari pertama selesai ketika para pasukan TNI berdialog dengan massa aksi. Mereka sempat berswafoto bersama dan massa sepakat membubarkan diri. Namun kondisi kota Surabaya tetap mencekam. Tidak ada kepastian saat itu apakah krisis di Surabaya sudah selesai. Sejumlah pihak menilai akan ada aksi lanjutan yang lebih besar. Lantaran belum ada langkah konkret pemangku jabatan untuk menyelesaikan konflik.
Manajemen TP Mall Surabaya sempat mengeluarkan pengumuman akan menutup tenant dan meliburkan semua aktivitas pada hari Sabtu (30/8/2025) atau pada hari kedua aksi Bubarkan DPR berlangsung. Namun manajemen lantas mengeluarkan pengumuman terbaru jika TP Mall akan buka pukul 16.00 dan tutup seperti biasa. Sayangnya, karena kondisi memanas. Manajemen memutuskan untuk tutup pukul 20.00 atau 2 jam lebih cepat.
Aksi hari kedua dimulai pada Sabtu siang di depan Polda Jawa Timur. Para mahasiswa dari sejumlah kampus berorasi di depan gedung Polda Jatim dengan menggunakan pengeras suara dari mobil komando. Aksi di Polda Jatim berlangsung kondusif. Kapolda Jatim Irjen Nanang Avianto muncul menemui pendemo. Ia naik ke mobil komando menjadi satu dengan mahasiswa.
Sebagai orang nomor satu di jajaran kepolisian Jawa Timur, Nanang berkomitmen membebaskan para massa aksi di hari sebelumnya yang diamankan polisi. Ia juga meminta maaf kepada masyarakat terkait tragedi Affan Kurniawan. Ia berkomitmen Polri akan melakukan evaluasi internal supaya kejadian serupa tidak kembali terulang.
“Kami menyampaikan permintaan maaf atas kejadian tersebut. Mudah-mudahan menjadi introspeksi kami supaya kejadian kedepan tidak terulang lagi,” kata Nanang.
Setelah Nanang selesai berbicara. Sempat terjadi lemparan ke markas Polda Jatim oleh segelintir oknum di bagian belakang. Beruntung, massa mahasiswa langsung memisahkan diri. Aksi provokasi dari kelompok tidak dikenal itu hanya berlangsung sebentar dan dapat ditangani massa mahasiswa.
Disaat yang sama, markas Polrestabes Surabaya juga digeruduk massa. Mereka menuntut agar massa aksi yang diamankan pada hari sebelumnya supaya dibebaskan. Kapolrestabes Surabaya Kombes Pol Luthfie Sulistiawan lantas menemui massa aksi. Dihadapan massa aksi, Luthfie berjanji akan segera memenuhi tuntutan mahasiswa. Aksi di Jalan Sikatan 1 itu berlangsung kondusif. Sampai, akhirnya massa aksi berbaju hitam, tidak menggunakan almamater ikut masuk barisan dan langsung melakukan pelemparan.
Pihak kepolisian tidak langsung ambil tindakan. Mereka menghimbau agar massa aksi berhenti melakukan tindakan pelemparan. Tidak digubris, pihak kepolisian lantas menembakan gas air mata dan menindak para massa perusuh. Mahasiswa yang merasa massa perusuh bukan bagian kelompok langsung memisahkan diri ke arah Jalan Veteran.
Sementara kelompok peserta aksi massa mundur hingga ke Jembatan Merah. Sepeda motor yang terparkir di sepanjang jalan Sikatan terjatuh. Batu-batu bertebaran. Total ada 41 orang yang diamankan oleh polisi. Setelah diselidiki lebih jauh, sumber beritajatim di internal kepolisian menyebut jika massa aksi yang diamankan terafiliasi dengan gangster. Namun, sampai berita ini ditulis, Kasi Humas Polrestabes Surabaya AKP Rina Shanti belum memberikan keterangan resmi.
Setelah beraksi di Polrestabes Surabaya, pukul 18.30 WIB, Massa aksi memadati Jalan Gubernur Suryo. Mereka melakukan unjukrasa di depan Gedung Negara Grahadi. Ribuan orang berteriak meminta agar Khofifah menemui massa pendemo. Sekelompok massa lantas merusak fasum di sekitar lokasi. Anehnya, Tidak ada petugas kepolisian yang datang ke Grahadi. Saat itu, hanya nampak prajurit TNI dengan pakaian dinas lengkap berjaga di halaman Grahadi dengan tameng.
Waktu terus berlanjut. Semakin malam, massa semakin brutal. Namun, tidak ada massa aksi yang menerobos masuk ke halaman Grahadi. Mereka hanya melempar batu, merusak fasum, dan memaki para penjaga. Tensi aksi lantas turun ketika Pangdam V Brawijaya Mayjen TNI Rudy Saladin menemui massa aksi dan berdialog sekitar pukul 19.30. Kepada massa, Rudy menjelaskan jika di gedung Grahadi tidak ada orang lain, selain dirinya dan pasukan. Ia lantas mendengarkan tuntutan massa aksi yang minta polisi segera melakukan pembebasan terhadap pendemo yang diamankan.
“Nanti saya akan komunikasikan dengan pak Kapolrestabes. Saya kenal baik dengan beliau,” jelas Rudy.
Dialog antara peserta aksi massa dan jenderal TNI itu berlangsung 15 menit. Rudy lantas kembali masuk ke Grahadi. Situasi kembali tenang. Massa aksi bahkan menyempatkan berswafoto bersama anggota TNI yang berjaga. Tidak ada pengrusakan. tidak ada lemparan batu mengarah ke Grahadi.
Satu jam kemudian, Rudy kembali keluar menemui massa bersama dengan Khofifah. Kehadiran Khofifah disambut letusan kembang api dan aksi bakar-bakar di Jalan Gubernur Suryo. Beberapa kelompok dari barisan belakang juga sempat melempari Khofifah dengan botol dan gelas air mineral. Namun, Khofifah tak gentar. Ia tetap berdiri tegak dan berdialog dengan peserta aksi massa.
“Sekarang proses karena 41 orang. 2 sudah dilepaskan, sekarang proses pemeriksaan sedang berjalan. Kalau sudah diminta keterangan, selesai ya pasti pulang. Saya sama Pak Pangdam setelah ini langsung ke Polrestabes. Memastikan semua peserta aksi massa pulang,” ujar Khofifah.
Munculnya Gubernur Khofifah yang malam itu ditemani oleh Pangdam V Brawijaya Mayjen TNI Rudy Saladin sempat membuat tensi massa aksi mereda. Kehadiran kedua pejabat tinggi Jatim itu sempat menghentikan aksi lempar batu dan pengrusakan di Grahadi. Dari dialog tersebut, massa aksi menangkap bahwa rekan-rekannya akan segera dipulangkan. Maksimal pukul 22.00 WIB.
Pukul 22.15 WIB massa mulai kembali aktif. Merasa dibohongi, massa aksi mulai melakukan pengrusakan secara brutal. Alhasil, gedung cagar budaya di kawasan Grahadi Sisi Barat (Trimurti) berhasil dibakar massa. Barang-barang di dalam gedung yang biasa dipakai wartawan Pokja Pemprov itu dijarah. Massa mulai tidak terkendali. Sampai di situasi ini, tidak nampak kehadiran polisi. Hanya anggota TNI dengan tameng yang berusaha menyetop aksi massa. Namun, pasukan berseragam hijau itu gagal membendung massa aksi yang semakin aktif.
Pihak kepolisian baru datang sekitar pukul 23.00 WIB. Mereka lantas menembakan gas air mata secara masif. Seluruh wartawan yang sedang berkumpul melakukan peliputan pun panik dan kabur. Di momen kritis saat para wartawan ada yang tertinggal dan terjebak gas air mata, sejumlah jurnalis senior mengangkat kartu pers berteriak agar polisi menyetop aksinya sejenak.
Setelah polisi masuk. Penerangan di sepanjang Jalan Gubernur Suryo dan Grahadi padam. Tidak lama setelah polisi datang, puluhan anggota TNI yang naik 5 truk turun di Jalan Basuki Rahmat depan TP Plaza. Mereka berbaris dan berjalan memasuki arena pengamanan di Jalan Gubernur Suryo dengan nyanyian.
Situasi malam kedua lebih mencekam dari malam sebelumnya. Massa aksi lalu membakar habis kantor Polsek Tegalsari. Menjarah barang-barang di dalamnya. Melempari petugas dengan batu dan terus melawan hingga pagi hari. Massa aksi dan aparat sempat bentrok di depan kantor DPRD Jatim. Massa aksi juga sempat kembali hendak menyerang Polsek Wonokromo. Namun, kembali gagal karena ada perlawanan dari warga.
Dua malam mencekam di Surabaya. Masyarakat takut. Pengusaha resah. Rasa nyaman tinggal di kota Surabaya perlahan pudar. Setiap bangunan vital di sudut kota penuh petugas jaga. Gedung Grahadi yang menjadi sasaran amuk massa selama dua hari berturut-turut kini dijaga oleh tentara. Mereka memarkirkan sejumlah kendaraan militer di halaman Grahadi. [ang/aje]
-

DPRD Jateng: Tantangan jurnalis di era digital makin kompleks
jurnalis saat ini dituntut tidak hanya menghasilkan konten yang menarik, juga tetap berpegang pada objektivitas, kode etik, serta tanggung jawab publik. Tantangan di era digital bukan hanya soal algoritma media sosial dan persaingan konten, juga damp
Purwokerto (ANTARA) – Wakil Ketua DPRD Provinsi Jawa Tengah (Jateng) Setya Ari Nugraha menilai tantangan jurnalis di era digital makin kompleks seiring dengan perkembangan teknologi yang begitu cepat.
“Media dan jurnalis adalah mitra strategis dalam menyampaikan informasi pembangunan. Kolaborasi dan kerja sama yang baik harus terus dijaga, terlebih tantangan era digital semakin kompleks,” katanya dalam diskusi kelompok terpumpun bertema bertema “Jurnalis di Era Digital: Antara Konten, Cuan, dan Tantangan Digital” yang selenggarakan oleh DPRD Jateng dan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kabupaten Banyumas di Purwokerto, Banyumas, Minggu.
Oleh karena itu, kata dia, kegiatan diskusi tersebut menjadi ruang penting bagi insan pers untuk memperkuat peran dan eksistensinya di tengah perkembangan teknologi informasi yang begitu cepat.
Menurut dia, jurnalis saat ini dituntut tidak hanya menghasilkan konten yang menarik, juga tetap berpegang pada objektivitas, kode etik, serta tanggung jawab publik. Tantangan di era digital bukan hanya soal algoritma media sosial dan persaingan konten, juga dampak polarisasi informasi yang dapat memicu perpecahan di masyarakat.
“Oleh karena itu, kami memberikan apresiasi kepada para jurnalis yang terus menjaga profesionalisme sekaligus menyuarakan isu-isu strategis di Jawa Tengah, khususnya di wilayah selatan yang masih menghadapi berbagai persoalan pembangunan dan kemiskinan,” kata Setya Ari.
Sementara itu, Ketua PWI Kabupaten Banyumas Lilik Darmawan mengharapkan diskusi tersebut dapat memperkuat kapasitas jurnalis lokal agar tetap adaptif terhadap perubahan zaman.
“Jurnalisme tetap relevan di era digital, meskipun mengalami transformasi. Tantangannya adalah bagaimana menjaga kredibilitas, menguasai multimedia, hingga membangun kedekatan dengan audiens,” katanya.
Diskusi yang melibatkan anggota PWI Kabupaten Banyumas dan Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) Koordinator Daerah Banyumas Raya itu juga menghadirkan narasumber lain, yakni Selastio Fadli selaku Pendiri dan Direktur Lintang Academy –sebuah lembaga yang pendidikan di Kabupaten Banyumas, yang mengajarkan teknologi informatika secara gratis kepada masyarakat.
Dalam paparannya, Fadli menjelaskan berbagai perkembangan teknologi informatika maupun penggunaan akal imitasi (Artificial Intelligence/AI) yang dinilai sebagai salah satu tantangan tersendiri bagi media daring.
Menurut dia, akal imitasi menjadikan masyarakat malas membaca berita langsung dari sumbernya karena cukup memerintahkan aplikasi AI untuk mencarikan berita yang diinginkan tanpa harus membuka laman media daring dan selanjutnya diperdengarkan.
Dengan demikian, kata dia, penggunaan AI tidak akan menambah jumlah kunjungan pembaca media daring. “Bagi teman-teman jurnalis yang ingin mempelajari teknologi informatika, kami siap membantu,” kata Fadli.
Pewarta: Sumarwoto
Editor: Edy M Yakub
Copyright © ANTARA 2025Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.
-
/data/photo/2025/08/31/68b41fc408069.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
TNI dan Polri Patroli Keliling Jakarta Nasional 31 Agustus 2025
TNI dan Polri Patroli Keliling Jakarta
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com
– TNI dan Polri melakukan patroli keliling Kota Jakarta mulai Minggu (31/8/2025) sore hari ini.
Patroli dimulai oleh TNI AD dari kawasan Monumen Nasional, Jakarta Pusat.
“Kita sudah menyusun pasukan TNI bersama Polri untuk mengamankan wilayah kota Jakarta dan sekitarnya. Ada lima wilayah, baik di Jakarta Pusat, Utara, Selatan, Barat, maupun Timur,” kata Pangdam Jaya Mayjen Deddy Suryadi di Monas.
“Kita bersama TNI-Polri menjamin keamanan, keselamatan masyarakat,” sambungnya.
Deddy mengatakan, patroli dilakukan TNI AD karena beberapa hari terakhir banyak kejadian yang mengganggu keamanan maupun kenyamanan masyarakat.
“Saya lihat beberapa waktu kebelakang, ini sudah banyak sekali mengganggu terhadap keamanan maupun kenyamanan,” ujarnya.
Deddy mengimbau masyarakat di wilayah Jakarta untuk saling menjaga karena keamanan dan kenyamanan milik seluruh masyarakat.
“Saya mengimbau kepada masyarakat yang ada, khususnya di wilayah Jakarta sekitarnya, untuk sama-sama saling menjaga. Karena keamanan, kenyamanan, dan ketertiban kota Jakarta itu milik kita semua. Jadi, saling jaga,” ucap dia.
Demonstrasi besar sejak 25 Agustus 2025 memprotes soal tunjangan anggota DPR serta memrpotes pernyataan anggota DPR.
Buruh, mahasiswa, hingga elemen-elemen masyarakat sipil berunjuk rasa di seluruh Indonesia.
Pengemudi ojek online (ojol) tewas dilindas mobil kendaraan taktis (rantis) di Jakarta Pusat pada suasana protes 28 Agustus 2025 malam.
Gedung-gedung dan fasilitas publik dibakar, termasuk Gedung DPRD Makassar hingga Gedung Grahadi di Surabaya.
Terjadi pula penjarahan terhadap rumah anggota DPR Ahmad Sahroni, Eko Patrio, Nafa Urbach, hingga Menteri Keuangan Sri Mulyani.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
/data/photo/2025/08/31/68b3f64f7b91e.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)