Kementrian Lembaga: DPRD

  • Pelajar di Jombang Lakukan Aksi Tak Senonoh di Minimarket, DPRD Bakal Panggil Pihak Sekolah
                
                    
                        
                            Surabaya
                        
                        18 September 2025

    Pelajar di Jombang Lakukan Aksi Tak Senonoh di Minimarket, DPRD Bakal Panggil Pihak Sekolah Surabaya 18 September 2025

    Pelajar di Jombang Lakukan Aksi Tak Senonoh di Minimarket, DPRD Bakal Panggil Pihak Sekolah
    Editor
    JOMBANG, KOMPAS.com
    – Video pelajar bermesraan di dalam sebuah minimarket di Kabupaten Jombang, Jawa Timur (Jatim), tersebar luas di media sosial (medsos).
    Komisi D DPRD Jombang berencana segera memanggil pihak sekolah dan cabang dinas pendidikan guna meminta klarifikasi terkait kejadian tersebut.
    Anggota Komisi D, Rahmat Agung Saputra, menegaskan, langkah pemanggilan itu akan dilakukan awal pekan depan.
    “Insya Allah Senin depan kepala sekolah dan cabang dinas akan kami undang untuk menjelaskan tindak lanjut yang sudah dilakukan,” ucap Rahmat, Rabu (17/9/2025).
    Menurutnya, koordinasi internal DPRD juga akan digelar agar kasus serupa tidak terulang.
    Rahmat berharap pihak sekolah tidak hanya memberi sanksi, tetapi juga meningkatkan pembinaan terhadap para pelajarnya.
    “Minimal ada penanganan dari sekolah, maksimal ya kita panggil pihak sekolah,” ujarnya.
    Rahmat turut menyinggung pentingnya pengawasan orang tua di luar jam sekolah.
    Ia menilai, kontrol dari keluarga berperan besar dalam membentuk perilaku remaja.
    “Sepulang sekolah, anak-anak harus tetap dipantau. Orang tua jangan sampai lengah,” tambahnya.
    Publik dihebohkan dengan beredarnya sebuah video singkat berdurasi 36 detik, yang menampilkan adegan pasangan muda berseragam sekolah berbuat mesra di sebuah tempat mirip minimarket.
    Video itu kemudian menyebar cepat di medsos sejak Senin (15/9/2025), dan langsung menuai reaksi luas.
    Dalam rekaman tersebut, terlihat seorang remaja putri memakai seragam batik hijau muda lengkap dengan kerudung hijau tua.
    Sementara pasangannya, seorang remaja laki-laki, mengenakan batik bermotif kondangan dan celana olahraga merah putih.
    Mereka tampak berpelukan dan berciuman di depan rak berisi barang dagangan.
    Ciri pakaian yang dikenakan keduanya membuat warganet menduga bahwa mereka merupakan siswa salah satu sekolah menengah kejuruan (SMK) di Kabupaten Jombang.
    Kabar tersebut semakin ramai setelah muncul klaim bahwa lokasi kejadian berada di Kecamatan Sumobito, Kabupaten Jombang.
    Dari video yang beredar, kepolisian beserta awak media mencoba menelusuri lokasi semua minimarket di Kecamatan Sumobito.
    Namun, hasil pengecekan yang dilakukan polisi bersama awak media di sejumlah minimarket setempat tidak menemukan titik yang sesuai dengan latar video.
    Karena video yang sudah beredar dan telanjur viral, seorang kepala sekolah salah satu SMK di Kabupaten Jombang berinisial MW akhirnya angkat bicara.
    Ia mengakui bahwa siswa laki-laki dalam video tersebut memang pernah tercatat sebagai siswanya.
    “Betul, itu eks siswa kami. Peristiwa itu sebenarnya sudah lama, sekitar sebulan lalu. Yang bersangkutan sudah mengundurkan diri dari sekolah,” ucap MW ketika dikonfirmasi melalui pesan WhatsApp pada Senin (15/9/2025).
    Artikel ini telah tayang di Surya.co.id dengan judul
    Pelajar di Jombang Terekam Bermesraan di Minimarket, DPRD Akan Panggil Sekolah
    .
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Melusuri Aliran Dana Kasus Korupsi Sosperda DPRD Jember

    Melusuri Aliran Dana Kasus Korupsi Sosperda DPRD Jember

    Liputan6.com, Jember – Tim penyidik Kejaksaan Negeri (Kejari) Jember terus mendalami dan mengumpulkan bukti-bukti, terkait kasus dugaan korupsi kegiatan Sosialisasi Rancangan Peraturan Daerah (Sosperda) DPRD Jember, tahun anggaran 2023-2024. 

    Terbaru, saat ini korps Adhyaksa telah menelusuri aliran dana melalui rekening bank milik beberapa rekanan. Rekening-rekening tersebut telah disita karena terdapat indikasi transaksi mencurigakan yang terkait dengan kasus dugaan korupsi Sosperda DPRD Jember ini. 

    Kepala Seksi Pidana Khusus Kejari Jember, Ivan Praditya Putra saat dikonfirmasi menyebut, penyitaan rekening dilakukan karena penyidik meyakininya sebagai bukti kunci untuk memperkuat konstruksi perkara.

    “Dokumen dan rekening milik penyedia jasa sudah kami amankan sebagai bagian dari proses pembuktian,” kata Ivan 

    Selain dokumen keuangan, tim penyidik juga rutin memanggil saksi dari berbagai pihak. Hingga minggu ketiga September, sudah 36 orang diperiksa. 

    Terbaru, delapan saksi tambahan dari unsur DPRD dan panitia lokal hadir memenuhi panggilan penyidik.

    Jaksa juga telah meminta auditor internal Kejaksaan melakukan penghitungan resmi untuk memastikan jumlah kerugian negara dalam proyek ini.

    “Proses audit sedang berjalan. Semua data kami kumpulkan agar bisa segera dianalisis,” tambah Ivan.

    Kasus ini resmi naik ke tahap penyidikan sejak 17 Juli 2025. Dari catatan awal Kejari Jember, dugaan penyimpangan anggaran bernilai besar itu berpotensi menimbulkan kerugian negara hingga Rp 6,5 miliar dari total anggaran bernilai puluhan miliar rupiah.

    Sebelumnya, pada 20 Agustus 2025 lalu, penyidik Kejari Jember juga telah memeriksa Wakil Ketua DPRD Jember periode 2019-2024, Dedy Dwi Setiawan. Politikus muda dari Partai Nasdem itu saat ini masih menjabat di posisi yang sama untuk periode 2024-2029.

  • Rapor Merah Indeks Korupsi di Indonesia, Banyak Anggota Dewan Korup
                
                    
                        
                            Nasional
                        
                        18 September 2025

    Rapor Merah Indeks Korupsi di Indonesia, Banyak Anggota Dewan Korup Nasional 18 September 2025

    Rapor Merah Indeks Korupsi di Indonesia, Banyak Anggota Dewan Korup
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Indeks Persepsi Korupsi (IPK) Indonesia yang berada di angka 37 menjadi sorotan Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Ibnu Basuki Widodo.
    Ibnu mengatakan, skor IPK tersebut merupakan yang terbaru atau tahun 2024 yang menggambarkan situasi korupsi di Indonesia sudah merah.
    “Skor kita hanya 37, kalau kita sekolah itu enggak lulus, nilainya merah semua, merah sekali,” ujar Ibnu dalam sambutan di Kantor Kementerian Kesehatan, Jakarta Selatan, Rabu (17/9/2025).
    Menurut Ibnu, skor tersebut membuat Indonesia kini berada di urutan ke-99 dari 180 negara di 2024.
    Kemerosotan IPK itu terjadi karena korupsi di Indonesia begitu banyak dan terjadi di berbagai sektor.
    Ia mencontohkan, banyak aparat penegak hukum yang semestinya menjaga integritas justru terlibat korupsi.
    “Bahkan para penegak hukum yang seharusnya menegakkan hukum itu pun terkontaminasi dengan korupsi. Kita hanya 37, padahal seharusnya dapat 100 yang bagus,” kata Ibnu.
    Pada 2019, Indonesia pernah meraih menjadi negara dengan nomor urut ke-80, tetapi merosot ke nomor 99.
    “Nilai kita pernah naik di 2019 adalah 80, tetapi turun tiba-tiba menjadi 34, baru-baru ini naik ke 37,” ucap dia.
    Ibnu mengatakan, skor IPK yang rendah menampar semua pihak untuk bekerja sama memberantas korupsi karena pemberantasan korupsi bukan hanya tugas penegak hukum.
    “Jadi untuk meningkatkan Indeks Anti Korupsi, kita bersama-sama. Ini bukan tugas penegak hukum saja, melainkan tugas negara bersama-sama,” kata Ibnu.
    Untuk diketahui, skor IPK dirilis oleh Transparency International (TI), lembaga yang mengkaji korupsi di berbagai negara.
    Skor 0 menjadi indikator sangat korup, sedangkan 100 paling bersih.
    Skor IPK 37 membuat Indonesia kalah dari sejumlah negara di ASEAN, yakni Vietnam (40), Timor Leste (44), Malaysia (50), dan Singapura (84).
    Basuki mengungkapkan, tingginya angka kasus korupsi di Indonesia diisi oleh pegawai pihak swasta dengan jumlah 485 kasus, diikuti eselon I, II, III, dan IV dengan jumlah 443 kasus, serta anggota DPR RI-DPRD 364 kasus.
    Jumlah keseluruhan pelaku tindak pidana korupsi itu mencapai 1.878, berdasarkan profesi dan jabatan, yang telah ditindak hingga triwulan II 2025.
    “Tindak pidana yang pernah ditangani ada 1.878 pelaku, antara lain DPR-DPRD 364, kepala lembaga atau kementerian 41, walikota/bupati dan wakil 171, eselon I, II, III, dan IV itu 443, hakim 31, jaksa 13, polisi 6, swasta 485 kasus,” tutur Ibnu.
    Menurutnya, penyelenggara negara yang terseret korupsi biasanya tergoda karena adanya kesempatan, iming-iming dari pelaku, dan integritas yang lemah.
    Beberapa modus korupsi yang menyeret penyelenggara negara, menurut dia, adalah menyangkut pengadaan barang dan jasa, gratifikasi, dan penyuapan.
    “Modusnya adalah barang dan jasa 428 temuan, perizinan 28, gratifikasi atau penyuapan 1.068, ini yang paling besar. Kadang-kadang kita tidak sadari kita sedang menggunakan gratifikasi,” ungkap Ibnu.
    Pada kesempatan itu, Ibnu menyinggung pandangan yang menganggap koruptor bisa diciduk KPK karena sedang sial.
    Padahal, menurutnya, mereka tidak saja sial.
    Sebab, mereka kehilangan reputasi, jabatan, dan kepercayaan publik.
    “Ada yang masih mengatakan kalau (koruptor) ditangkap itu cuma sial doang,” ujar Ibnu.
    Menurut dia, akibat perbuatan culas itu, keluarga, terutama istri dan anak-anaknya, menjadi terdampak.
    Mereka dihujat orang lain karena korupsi yang dilakukan oleh sang ayah, misalnya.
    “Yang kasihan keluarganya, istrinya, anak-anaknya, ‘pantas kaya, orang bapaknya korupsi’,” tuturnya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Evaluasi tunjangan rumah DPRD Kepri perlu dikonsultasikan ke Mendagri

    Evaluasi tunjangan rumah DPRD Kepri perlu dikonsultasikan ke Mendagri

    Tanjungpinang (ANTARA) – Gubernur Kepulauan Riau (Kepri) Ansar Ahmad menyatakan evaluasi tunjangan perumahan anggota DPRD di provinsi tersebut perlu dikonsultasikan terlebih dahulu dengan Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri).

    Hal itu menyusul adanya arahan Mendagri Tito Karnavian kepada para kepala daerah agar berkomunikasi dengan DPRD untuk mengevaluasi tunjangan perumahan yang diterima wakil rakyat di daerah masing-masing.

    “Kalau soal tunjangan perumahan DPRD, kita harus konsultasi dulu ke Mendagri, apakah perlu dievaluasi atau tidak,” kata Gubernur Ansar di Tanjungpinang, Rabu.

    Ansar mengaku tidak mengetahui secara detail nominal tunjangan perumahan pimpinan dan anggota DPRD Kepri, namun ia memastikan tak ada rencana kenaikan gaji maupun tunjangan dewan di daerah itu pada tahun anggaran 2025.

    “Nominalnya masih tetap sama dengan tahun-tahun sebelumnya,” ucap Ansar.

    Sementara itu Pelaksana Tugas Sekretaris DPRD Kepri Ika Hasilah menyatakan saat ini gaji pokok anggota DPRD berkisar Rp5 juta per bulan, lalu ditambah tunjangan transportasi sekitar Rp13 juta, kemudian tunjangan perumahan sekitar Rp15 juta, serta tunjangan lainnya sekitar Rp13 juta per bulan.

    Menurut Ika, gaji dan tunjangan anggota legislatif itu tidak mengalami kenaikan selama lima tahun terakhir atau sejak 2020.

    “Kami juga belum pernah melakukan penghitungan appraisal layak atau tidaknya menaikkan gaji dan tunjangan anggota DPRD Kepri,” kata Ika.

    Ia menambahkan kalaupun ada rencana kenaikan gaji atau tunjangan anggota dewan, misalnya tunjangan perumahan, maka harus melalui mekanisme penilaian penaksiran nilai properti/rumah, baru kemudian ditetapkan melalui Surat Keputusan (SK) Gubernur Kepri.

    “Contohnya, tunjangan perumahan anggota DPRD, tentu harus disesuaikan dengan nilai rumahnya,” ucap Ika.

    Pewarta: Ogen
    Editor: Zaenal Abidin
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Hutan Negara di Bali Diserobot, Ditemukan Pabrik Milik WN Rusia dan Penerbitan Sertifikat

    Hutan Negara di Bali Diserobot, Ditemukan Pabrik Milik WN Rusia dan Penerbitan Sertifikat

    Liputan6.com, Jakarta Pabrik material konstruksi milik warga negara (WN) Rusia ketahuan berdiri di kawasan Taman Hutan Raya (Tahura) dan hutan mangrove Bali. Selain itu di kawasan tersebut juga sudah ada tanah yang tersertifikat. Padahal seharusnya Tahura dilindungi negara.

    Temuan ini terungkap saat anggota Khusus (Pansus) Tata Ruang, Aset dan Perizinan (TRAP) DPRD Provinsi Bali, melakukan inspeksi mendadak.

    “Yang aneh, sejak saya menjadi Anggota DPRD tahun 2004, baru kali ini ada sertifikat tanah di kawasan hutan negara,” kata Sekretaris Pansus TRAP DPRD Provinsi Bali Dewa Rai, Rabu (18/09/2025).

    Hal serupa ditegaskan oleh Ketua Pansus TRAP, I Made Supartha, yang merasa heran atas lemahnya pengawasan Satpol PP Bali. Dia menilai Satpol PP baru bertindak setelah mendapat desakan keras dari DPRD.

    “Ada apa dengan Satpol PP Bali, kenapa baru bergerak setelah kami desak?” ujarnya dengan nada heran.

    Menurut Supartha, kondisi kawasan Tahura yang diurug dan dipenuhi bangunan tak berizin telah memperparah dampak banjir bandang. Air laut yang naik semakin memperburuk kondisi karena jalur resapan air tertutup bangunan ilegal.

    “Temuan ini memperkuat dugaan bahwa banjir bandang diperparah oleh alih fungsi Tahura yang diurug dan dipenuhi bangunan tanpa izin,” tegas dia.

    Pansus TRAP DPRD Bali menegaskan tidak akan tinggal diam. “Kami akan terus mengawal dan mengamankan Tahura dari oknum-oknum yang merusak lingkungan,” pungkasnya.

  • Gubernur Sumut sampaikan Rp12,54 triliun untuk pembangunan Sumut

    Gubernur Sumut sampaikan Rp12,54 triliun untuk pembangunan Sumut

    “Target pendapatan daerah ditetapkan Rp13,24 triliun, namun dalam P-APBD mengalami penurunan Rp699,17 miliar atau 5,28 persen menjadi Rp12,54 triliun,”

    Medan (ANTARA) – Gubernur Sumatera Utara (Sumut) Bobby Nasution menyampaikan, sebanyak Rp12,54 triliun untuk pembangunan dengan melakukan perubahan APBD Sumut tahun ini.

    “Target pendapatan daerah ditetapkan Rp13,24 triliun, namun dalam P-APBD mengalami penurunan Rp699,17 miliar atau 5,28 persen menjadi Rp12,54 triliun,” ucap Bobby saat penyampaian Ranperda tentang perubahan APBD Sumut tahun anggaran 2025 dalam rapat paripurna DPRD Sumut, Rabu.

    Gubernur menyebutkan, perubahan APBD Sumut tahun anggaran 2025 menjadi Rp12,54 triliun lebih ini selanjutnya akan dibahas oleh lembaga legislatif.

    Hal ini sesuai hasil evaluasi yang dilakukan atas asumsi sumber pendapatan pajak daerah dengan pertimbangan potensi pajak daerah yang dicapai, dan mempedomani ketentuan pemerintah pusat.

    “Dalam penyesuaian anggaran, kita menghadapi berbagai dinamika, baik secara regional maupun nasional,” kata Bobby.

    Perubahan asumsi ekonomi, lanjut dia, fluktuasi harga komoditas, pergeseran prioritas pembangunan, serta kebutuhan mendesak di sektor pelayanan publik menjadi alasan kuat penyesuaian anggaran tahun ini.

    Bobby menjelaskan, penyusunan anggaran ini juga untuk peningkatan kualitas infrastruktur, penguatan layanan kesehatan, dan pendidikan.

    Kemudian, pemberdayaan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) di Sumut, serta penanganan masalah sosial yang muncul di tengah masyarakat.

    “Semua hal itu menuntut kita untuk lebih responsif dalam mengelola keuangan daerah,” tutur Bobby.

    Menurutnya, bahwa perubahan APBD Sumut tahun anggaran 2025 juga dilaksanakan sebagai bentuk penyesuaian atas dinamika pembangunan daerah.

    Ia menyeburkan, baik karena adanya perkembangan asumsi ekonomi makro, lalu realisasi pendapatan, dan belanja daerah pada semester pertama.

    Sehingga diharapkan perubahan APBD ini mampu meningkatkan efektivitas pelaksanaan program pembangunan, memperkuat perekonomian daerah, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

    “Kami mengucapkan terima kasih, dan apresiasi yang tinggi kepada dewan yang terhormat atas atensi yang telah diberikan beberapa hari ini,” ungkap dia.

    Terutama, dalam melaksanakan tahapan proses penyusunan perubahan APBD Sumut tahun anggaran 2025. “Pembahasannya dilakukan secara maraton namun tetap intensif,” jelas Bobby.

    Pewarta: Muhammad Said
    Editor: Agus Setiawan
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Tolak Relokasi Gedung DPRD Kota Kediri, Saroja Beber Alasan Fundamental

    Tolak Relokasi Gedung DPRD Kota Kediri, Saroja Beber Alasan Fundamental

    Kediri (beritajatim.com) – Dewan Penasihat Sahabat Boro Jarakan (Saroja) Kediri, Supriyo, menolak keras rencana relokasi dan pembangunan baru gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Kediri.

    Sikap ini disampaikan sebagai bentuk respons atas usulan DPRD setempat untuk pindah dari gedungnya di Jalan Mayor Bismo, Kota Kediri, yang rusak akibat dibakar massa pada aksi 30 Agustus 2025 lalu.

    Supriyo, yang berbicara mewakili lembaga swadaya masyarakat tersebut, menegaskan bahwa penolakan ini dilatarbelakangi oleh situasi ekonomi dan kebatinan masyarakat yang sedang tidak baik pasca peristiwa akhir Agustus lalu. Menurutnya, di tengah kondisi yang sulit, pemerintah justru seharusnya lebih peka dan memprioritaskan kepentingan rakyat.

    “Kami menolak itu, karena kita tahu persis situasi hari ini kurang baik, baik segi ekonomi maupun situasi kebatinan masyarakat,” ujar Supriyo, pada Rabu (17/9/2025).

    Ia menambahkan, gedung yang telah puluhan tahun digunakan tersebut tidak pernah mengalami masalah berarti yang mengharuskan pembangunan baru.

    Alih-alih membangun gedung baru, Supriyo merekomendasikan untuk merenovasi gedung lama atau memanfaatkan gedung-gedung pemerintah yang sudah ada namun mangkrak, seperti Gedung Nasional Indonesia (GNI) dan eks Gedung Bioskop Jaya. Menurutnya, langkah ini jauh lebih efisien dan mencerminkan kesederhanaan.

    Ia menekankan bahwa yang lebih dibutuhkan masyarakat saat ini adalah proyek-proyek padat karya dan kebijakan nyata yang dapat menyambung hidup di masa sulit, bukan kemegahan fisik sebuah gedung.

    Kekhawatiran juga ditujukan pada dampak penurunan pendapatan perusahaan besar seperti PT Gudang Garam Tbk terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Kediri ke depannya.

    “Kami mohon kepada Wali Kota Kediri untuk menolak dan mempertimbangkan itu. Kami akan menggalang dukungan untuk menolak,” tegasnya. Ia mengingatkan agar APBD digunakan dengan bijak untuk kesejahteraan masyarakat.

    Menanggapi alasan relokasi yang menyebutkan bekas kuburan sebagai salah satu pertimbangan, Supriyo menyayangkan hal tersebut.

    “Apakah kita ini hidup di zaman pra sejarah, sehingga hal-hal irasional itu menjadi pertimbangan,” sindirnya. Ia menegaskan bahwa yang dibutuhkan adalah “pikiran yang megah dan gagah,” serta output kerja yang nyata bagi masyarakat.

    Rencana relokasi ini baru diketahui dari usulan Ketua DPRD Kota Kediri, Firdaus (Kak Ido) dari PAN, setelah mendampingi Menteri Pekerjaan Umum Dody Hanggodo meninjau kerusakan gedung pada Minggu, 14 September 2025.

    Firdaus berargumen bahwa gedung tua yang dibangun era 1970-an itu sudah tidak representatif dan sempit untuk menampung kebutuhan masyarakat yang ingin beraudiensi.

    Namun, bagi Supriyo dan Saroja, esensi penyelenggaraan negara terletak pada hasil kerjanya. “Output apa yang dihasilkan oleh lembaga negara, itu yang ditunggu masyarakat. Bukan kemegahan, bukan kegagahan fisiknya,” pungkasnya. [nm/ian]

  • PKS Jatim Borong 2 Penghargaan Legislatif Award 2025

    PKS Jatim Borong 2 Penghargaan Legislatif Award 2025

    Surabaya (beritajatim.com) – Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Jawa Timur berhasil memborong dua penghargaan bergengsi dari JTV dalam program Legislatif Award yang ditayangkan pada Rabu (17/9/2025). Tidak hanya sebagai partai, kadernya di legislatif juga turut diakui atas kontribusi dalam mendorong perekonomian rakyat.

    Dalam kategori Kinerja Terbaik dalam Kaderisasi dan Pendidikan Politik untuk Mewujudkan Partai Politik yang Sehat, penghargaan diserahkan kepada DPW PKS Jawa Timur dan diterima langsung oleh Ketua DPW, Bagus Prasetia Lelana.

    Sementara itu, kategori Kinerja Terbaik dalam Mendorong Peningkatan Perekonomian Daerah diraih oleh Lilik Hendarwati, Ketua Fraksi PKS DPRD Jatim yang juga anggota Komisi C.

    Bagus dalam sambutannya, menegaskan bahwa penghargaan ini adalah amanah besar. Menurutnya, sistem kaderisasi yang berjenjang dan pendidikan politik yang terstruktur menjadi fondasi PKS untuk menghadirkan pelayanan masyarakat yang lebih optimal.

    “Alhamdulillah, penghargaan ini kami terima dengan penuh syukur. Kaderisasi adalah komitmen PKS untuk menyiapkan kader yang tangguh, berintegritas, dan siap mengabdi. Semua itu kami lakukan agar masyarakat bisa merasakan manfaat yang nyata,” ujar Bagus.

    Di sisi lain, Lilik menekankan pentingnya pendampingan bagi pelaku UMKM agar mereka dapat tumbuh dan naik kelas. Ia menyebut permodalan, pengemasan produk, hingga digital marketing adalah kunci agar UMKM bisa bertahan sekaligus berkembang.

    “Masyarakat, terutama pelaku UMKM, butuh motivasi dan pendampingan. Kalau UMKM kuat, ekonomi keluarga tangguh, insya Allah ekonomi Jawa Timur juga akan semakin kokoh,” jelasnya.

    Direktur Pemberitaan JTV, Abdul Rokhim, mengatakan penghargaan ini diberikan sebagai bentuk apresiasi atas kerja nyata. “Kami tidak ingin sekadar nyinyir. Justru penghargaan ini kami berikan agar para anggota dewan, termasuk PKS Jatim, semakin termotivasi untuk menghadirkan kontribusi lebih baik bagi masyarakat,” ungkapnya.

    Dengan raihan dua penghargaan ini, PKS Jatim meneguhkan kiprahnya sebagai partai yang tidak hanya fokus menata kaderisasi internal, tetapi juga serius memberikan dampak nyata bagi penguatan ekonomi masyarakat Jawa Timur. (tok/but)

  • Jalan Tamanan-Wonosuko Akhirnya Diperbaiki, Warga Apresiasi Pemkab Bondowoso

    Jalan Tamanan-Wonosuko Akhirnya Diperbaiki, Warga Apresiasi Pemkab Bondowoso

    Bondowoso (beritajatim.com) – Warga Desa/Kecamatan Tamanan menyambut gembira perbaikan jalan Tamanan–Wonosuko yang sebelumnya rusak parah dan berlubang.

    Jalur yang menjadi akses utama warga menuju Pasar Tamanan itu kini sudah mulus sehingga memudahkan aktivitas masyarakat, termasuk para tukang becak.

    “Alhamdulillah, jalan Tamanan–Wonosuko sudah diperbaiki. Sehingga aktivitas masyarakat untuk ke Pasar Tamanan dan para pak becak tidak tol ngantol lagi,” kata Efi Mardayanti, warga Desa/Kecamatan Tamanan, Rabu (17/9/2025).

    Ia bersyukur dan berterima kasih atas perbaikan jalan dengan panjang ratusan meter tersebut. “Terima kasih untuk tim pelaksana. Apalagi sebentar lagi ada kegiatan Maulid Nabi, jadi acaranya bisa berjalan lancar,” ujarnya.

    Apresiasi juga disampaikan kepada Bupati Bondowoso dan Ketua DPRD Bondowoso yang telah merespons kebutuhan masyarakat di Kecamatan Tamanan.

    Plt Kepala Dinas Binamarga, Sumberdaya Air dan Bina Konstruksi (BSBK) Bondowoso, Ansori, menjelaskan bahwa jalur tersebut memang menjadi salah satu prioritas perbaikan tahun ini.

    “Jalan Tamanan–Wonosuko kondisinya memang cukup parah, aspal mengelupas dan berlubang sehingga membahayakan pengguna jalan,” ucap Ansori dikonfirmasi terpisah BeritaJatim.com, Rabu (17/9/2025) sore.

    Oleh karena kondisi itulah, pihaknya memperbaikinya dengan rehabilitasi jaringan jalan. “Ruas jalan tersebut ditangani sepanjang 290 meter,” ungkapnya.

    Ia menambahkan, perbaikan ini diharapkan tidak hanya memperlancar arus transportasi warga, tetapi juga meningkatkan perekonomian masyarakat.

    “Ketika akses jalan lancar, maka mobilitas barang dan jasa juga lebih cepat. Ini tentu berdampak langsung pada ekonomi masyarakat, khususnya para pedagang dan warga yang rutin ke pasar,” kata Ansori.

    Dengan terlaksananya pekerjaan tersebut, masyarakat Tamanan kini bisa menikmati jalan yang lebih layak, aman, dan nyaman. (awi/ian)

  • Proyek Gedung Inspektorat Kota Probolinggo Disorot DPRD, Kontraktor Diultimatum

    Proyek Gedung Inspektorat Kota Probolinggo Disorot DPRD, Kontraktor Diultimatum

    Probolinggo (beritajatim.com) – Proyek pembangunan Gedung Inspektorat Kota Probolinggo di Jalan Mastrip kembali menjadi sorotan. Meski bernilai miliaran rupiah, progres pekerjaan baru mencapai 16 persen, sementara target penyelesaian pada Desember semakin di ujung tanduk.

    Ketua Komisi III DPRD Kota Probolinggo, Mukhlas Kurniawan, menegaskan pihaknya tidak akan tinggal diam terhadap lambannya pekerjaan. Ia meminta kontraktor maupun Dinas PUPR Kota Probolinggo segera memberikan penjelasan resmi.

    “Kami ingin proyek ini berjalan benar dan sesuai aturan. Jangan ada perubahan sepihak, dan kalau ada harus dikaji bersama perencana,” tegas Mukhlas usai rapat kerja, Rabu (17/9/2025).

    Nada lebih keras datang dari anggota Komisi III, Robet Riyanto. Ia meragukan proyek tersebut bisa selesai tepat waktu bila kontraktor tidak segera menambah tenaga kerja.

    “Kalau kontraktor tidak menambah pekerja, jangan harap proyek ini selesai Desember. Sesuai kontrak, proyek ini harus tuntas, titik!” tandas Robet.

    Di sisi lain, pelaksana proyek dari CV Tujuh April, Edi Geol, menyebut keterlambatan dipicu sejumlah kendala teknis. Mulai dari perubahan desain akibat kondisi lapangan, cuaca, hingga ketidaksesuaian bangunan lama dengan gambar perencanaan.

    “Kami sudah menurunkan hampir 60 pekerja dan tetap menjaga aspek K3. Namun perubahan teknis memang membutuhkan waktu tambahan,” jelas Edi.

    Dengan kondisi tersebut, DPRD menilai pembangunan Gedung Inspektorat berpotensi molor. Padahal, gedung ini diharapkan menjadi pusat pengawasan pemerintahan Kota Probolinggo.

    Komisi III memastikan akan terus mengawal pelaksanaan proyek. DPRD juga mengingatkan agar kontraktor tidak mengulangi kesalahan yang membuat pembangunan sebelumnya sempat mangkrak. (ada/but)