Kementrian Lembaga: DPD

  • Cegah Narkoba Sejak Dini, GRANAT Jatim Edukasi Ratusan Siswa di Sekolah Ini

    Cegah Narkoba Sejak Dini, GRANAT Jatim Edukasi Ratusan Siswa di Sekolah Ini

    ​Surabaya (beritajatim.com) – Dewan Pimpinan Daerah Gerakan Nasional Anti Narkotika (DPD GRANAT) Jawa Timur menggelar kegiatan Sosialisasi dan Edukasi Bahaya Narkoba bertema ‘Meraih Masa Depan Tanpa Narkoba’ di MTs Nyai H. Ashfiyah Surabaya.

    ​Ketua DPD GRANAT Jawa Timur, Dra. Arie Soeripan, M.M, menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan langkah antisipatif untuk mencegah penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba, khususnya di lingkungan sekolah.

    ​Di hadapan 279 siswa-siswi, Arie menekankan pentingnya edukasi sejak usia dini mengenai jenis, bahaya, dampak, dan cara menghindari narkoba.

    ​”Kami ingin para pelajar di sini menjadi garda terdepan dalam memerangi penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba di lingkungan sekolah. Sehingga, program Sekolah Bersih Dari Narkoba ini bisa terwujud dan dapat diikuti oleh sekolah-sekolah lainnya,” ujar Arie.

    ​Arie menjelaskan, kegiatan ini adalah bagian dari upaya DPD GRANAT Jatim dalam mendukung Program P4GN (Pencegahan, Pemberantasan, Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba) di kalangan pelajar.

    ​Dia mengharapkan, siswa-siswi MTs Nyai H. Ashfiyah memiliki bekal kuat untuk menjauhi narkoba dan kelak menjadi generasi yang sehat, berkualitas, dan berprestasi tanpa narkoba.

    ​Puncak acara ditandai dengan Pembacaan Deklarasi Anti Narkoba yang diikuti oleh seluruh peserta dengan sikap sempurna. Deklarasi tersebut berisi komitmen untuk tidak terlibat dalam segala bentuk penyalahgunaan narkoba serta berperan aktif dalam program P4GN.

    ​Kepala Sekolah MTs Nyai H. Ashfiyah Surabaya, Mujiono S.Pd, menyampaikan terima kasih atas kehadiran dan edukasi dari DPD GRANAT Jatim.

    ​”Dengan adanya edukasi dari DPD GRANAT Jawa Timur, ini bisa menambah ilmu bagi anak didik kami sebagai generasi muda untuk menjauhi narkoba,” kata Mujiono.

    ​Acara sosialisasi ini dihadiri oleh Ketua DPD GRANAT Jawa Timur beserta jajaran, Kepala Sekolah MTs Nyai H. Ashfiyah, Ketua Yayasan, serta para guru dan siswa-siswi. [tok/beq]

  • Bank Sumut perkuat dukungan percepat penyediaan 20.000 rumah subsidi 

    Bank Sumut perkuat dukungan percepat penyediaan 20.000 rumah subsidi 

    Kami mendukung target pembangunan 20 ribu rumah bersubsidi hingga akhir 2025.

    Medan (ANTARA) – PT Bank Sumut memperkuat dukungan percepatan penyediaan 20.000 unit rumah bersubsidi bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) yang diberikan Gubernur Sumatera Utara (Sumut) Bobby Nasution.

    “Langkah ini ditandai penandatanganan kerja sama antara Bank Sumut dan DPD Real Estate Indonesia Sumut kemarin,” ujar Direktur Bisnis dan Syariah Bank Sumut Syafrizalsyah, di Medan, Kamis.

    Penandatanganan ini, kata dia lagi, untuk penyaluran Kredit Pemilikan Rumah (KPR) bersubsidi program Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) bagi aparatur sipil negara (ASN) dan MBR.

    Syafrizalsyah mengatakan, stimulus yang diberikan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumut merupakan momentum penting mempercepat kepemilikan rumah bagi masyarakat Sumut.

    Berbagai insentif bagi masyarakat berpenghasilan rendah, seperti bebas provisi, bebas administrasi, gratis akad dan balik nama, khusus perumahan anggota Real Estate Indonesia (REI) Sumut.

    “Ini menjadi bentuk sinergi antara Pemprov Sumut, Bank Sumut, dan REI. Masyarakat cukup menyiapkan uang muka satu persen dengan total kemudahan biaya yang nilainya mencapai Rp7,2 juta,” ujar Syafrizalsyah didampingi Direktur Kepatuhan Bank Sumut Eksir.

    Syafrizalsyah menambahkan, kebijakan 20.000 unit rumah bersubsidi ini sejalan dengan komitmen Gubernur Sumut Bobby Nasution mempercepat penyediaan rumah layak huni dan terjangkau.

    “Uang muka satu persen sudah ketentuan Kementerian Perumahan dan Kawasan Permukiman, sementara stimulus dan pembebasan biaya lainnya merupakan inisiatif Gubernur Sumut meringankan masyarakat,” katanya lagi.

    Data Kementerian Perumahan dan Kawasan Permukiman hingga Selasa (7/10), menyatakan penyaluran program FLPP di Sumut telah mencapai 8.161 unit rumah bersubsidi.

    Di antaranya penyaluran program FLPP lewat Bank Sumut sebanyak 759 unit rumah bersubsidi terdiri atas 573 melalui unit konvensional, dan 186 Unit Usaha Syariah (UUS).

    Tercatat, sejak 2011 Bank Sumut telah menyalurkan lebih dari 12 ribu unit rumah bersubsidi program FLPP kepada masyarakat Sumut.

    “Kami mendukung target pembangunan 20 ribu rumah bersubsidi hingga akhir 2025. Program ini tidak hanya mendukung kesejahteraan masyarakat, tetapi juga memperkuat kinerja intermediasi Bank Sumut sebagai BUMD terbesar di Sumatera Utara,” kata Syafrizalsyah menegaskan.

    Sekretaris DPD REI Sumut Muhammad Fadly Bangun mengapresiasi Gubernur Sumut Bobby Nasution atas stimulus yang diberikan untuk memperlancar pembangunan rumah subsidi layak huni dan terjangkau.

    Termasuk, pembebasan Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Persetujuan Bangunan Gedung (PBG), dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) yang nilainya hingga Rp2,6 juta per unit.

    Selain itu, Bank Sumut juga menghadirkan produk baru Kredit Program Perumahan (KPP) dengan bunga ringan enam persen memberi tambahan modal bagi pengembang mempercepat pembangunan rumah bersubsidi.

    “Kolaborasi ini menjadi angin segar bagi pengembang. Hingga Oktober 2025, kami sudah menyiapkan 7.000 unit, dan proses izin 12.000 unit. Kami optimistis target 20.000 unit rumah bersubsidi hingga akhir 2025 bisa tercapai,” ujar Fadly pula.

    Pewarta: Muhammad Said
    Editor: Budisantoso Budiman
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • DPD apresiasi penyelesaian penataan non-ASN di Jateng

    DPD apresiasi penyelesaian penataan non-ASN di Jateng

    Semarang (ANTARA) – Wakil Ketua Komite I Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Dr. Muhdi mengapresiasi Pemerintah Provinsi Jawa Tengah yang dinilai mampu menyelesaikan penataan tenaga non-ASN sesuai dengan tenggat waktu yang ditetapkan oleh pemerintah pusat.

    “Kebijakan pemerintah dapat dijalankan dengan baik oleh Jateng. Dari total 13.594 non-ASN, seluruhnya sudah berproses, dan sekitar 82 persen sudah sampai tahap penerbitan NIP (nomor induk pegawai),” katanya, di Semarang, Rabu.

    Hal tersebut disampaikan senator asal Jateng tersebut usai melakukan kunjungan kerja ke Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Jateng, didampingi Kepala Bidang Mutasi BKD Jateng Budi Santoso.

    Menurut dia, langkah tersebut merupakan bentuk implementasi nyata dari Undang-Undang Aparatur Sipil Negara (ASN), khususnya terkait penyelesaian status tenaga non-ASN menjadi pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja (PPPK).

    Ia menyebutkan sebanyak 13.121 tenaga non-ASN telah masuk dalam daftar nominatif R1 hingga R5 yang menjadi bukti komitmen Pemprov Jateng dalam menindaklanjuti amanat pemerintah pusat.

    Tenaga non-ASN yang lolos seleksi akan resmi berstatus ASN PPPK paruh waktu mulai 1 Januari 2026.

    Jadwal tersebut dipilih karena sebagian besar tenaga non-ASN masih terikat kontrak hingga 31 Desember 2025.

    “Saya memahami kenapa tidak dimulai Oktober atau November 2025, karena kontrak mereka baru berakhir di akhir tahun. Jadi begitu 1 Januari 2026, langsung beralih status tanpa jeda,” jelasnya.

    Selain penetapan status, Pemprov Jateng juga melakukan penataan dan relokasi pegawai untuk menyesuaikan kebutuhan dan kompetensi masing-masing tenaga sebagai bagian dari reformasi birokrasi agar penempatan pegawai lebih tepat sasaran.

    “Langkah ini sangat baik. Ada tenaga yang dipindahkan karena kelebihan di satu tempat, atau karena bidang kerjanya tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya. Ini bagian dari penataan birokrasi yang lebih profesional,” katanya.

    Muhdi yang juga Ketua PGRI Jateng mengapresiasi proses pencantuman gelar akademik yang kini tengah berjalan dan ditargetkan selesai dalam 1-2 bulan ke depan.

    Ia berharap setelah penataan tersebut tidak ada lagi persoalan, seperti guru dengan jam mengajar nol atau tenaga kesehatan yang tidak sesuai dengan tugas pokoknya.

    “Kami berharap ke depan penataan pegawai bisa terus berlanjut, baik untuk PPPK paruh waktu maupun penuh waktu, agar tidak ada lagi sekolah yang kekurangan atau kelebihan guru,” katanya.

    Adapun penataan non-ASN di Jateng mencakup seluruh sektor, termasuk pendidikan, kesehatan, dan teknis perkantoran.

    “Ada sebagian kecil yang mundur karena ragu dengan istilah paruh waktu, atau sudah mendapatkan pekerjaan lain. Tapi secara umum, proses berjalan baik dan transparan,” katanya.

    Pewarta: Zuhdiar Laeis
    Editor: Budi Suyanto
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Senator Irman Gusman optimistis Mentawai bisa jadi ikon wisata dunia

    Senator Irman Gusman optimistis Mentawai bisa jadi ikon wisata dunia

    Ikon Sumatera Barat itu sesungguhnya ada di sini

    Kabupaten Kepulauan Mentawai (ANTARA) – Senator atau Anggota DPD RI Irman Gusman menyatakan optimistis Kabupaten Kepulauan Mentawai, Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) bisa menjadi ikon pariwisata dunia jika dikelola dengan maksimal.

    “Saya optimistis bahwa Kabupaten Kepulauan Mentawai memiliki potensi besar untuk menjadi ikon wisata dunia,” kata anggota DPD RI Irman Gusman saat melakukan reses di Kabupaten Kepulauan Mentawai, Rabu.

    Kunjungan kerja ke Kabupaten Kepulauan Mentawai tersebut dalam rangka menyerap aspirasi daerah, sekaligus melihat potensi serta tantangan pembangunan di wilayah terluar Indonesia tersebut.

    Menurut dia, Bumi Sikerei (julukan Mentawai) memiliki potensi pariwisata dan kebudayaan yang tergolong besar. Keberadaannya harus didukung penuh lewat kebijakan pemerintah pusat maupun provinsi agar bisa menjadi motor penggerak ekonomi lokal maupun nasional.

    Dalam kunjungan kerja tersebut, Irman Gusman berjanji akan memperjuangkan keadilan pembangunan bagi Kabupaten Kepulauan Mentawai, sebab dengan jaminan pemerataan pembangunan tadi maka potensi pariwisata dan ekonomi otomatis akan bertumbuh.

    “Saya punya harapan agar Mentawai bisa menjadi lebih baik. Potensi alam dan pariwisatanya luar biasa. Saya ingin membantu agar potensi ini bisa direalisasikan dan memberi manfaat nyata bagi masyarakat,” kata dia.

    Ia menyebutkan setiap tahun ribuan wisatawan mancanegara dari berbagai negara datang ke Kabupaten Kepulauan Mentawai. Dari jumlah itu, sekitar 50 persen berasal dari Australia dan Eropa. Angka ini menunjukkan Mentawai sudah dikenal di dunia internasional

    “Ikon Sumatera Barat itu sesungguhnya ada di sini,” ujarnya.

    Dalam sesi diskusi bertajuk “Transformasi Pariwisata Mentawai, dari Surga Tersembunyi Menuju Ikon Wisata Dunia”, Irman menekankan pentingnya perencanaan dan sinergi lintas sektor agar pembangunan di daerah itu bisa lebih cepat dan terarah.

    “Persepsi dan niat baik adalah langkah awal. Dengan perencanaan yang matang dan dukungan pemerintah pusat, potensi yang ada bisa dioptimalkan,” ucap dia.

    Sementara itu, Bupati Kepulauan Mentawai Rinto Wardana Samaloisa menyambut baik dukungan Irman Gusman terhadap kemajuan sektor pariwisata di kabupaten tersebut. Kolaborasi antara pemerintah pusat dengan daerah dinilai menjadi kunci penting dalam memajukan daerah.

    Pada kesempatan itu, ia menyampaikan saat ini daerah itu masih menghadapi sejumlah tantangan di antaranya infrastruktur dasar seperti jalan, listrik dan air bersih. Pemerintah daerah saat ini memiliki enam program prioritas yakni pembangunan jalan, komunikasi dan jaringan internet, penyediaan listrik, sumber air bersih, layanan kesehatan dan peningkatan ekonomi masyarakat.

    “Mentawai sempat disebut kabupaten termiskin di Sumbar. Saya protes, karena ukuran kemiskinan itu tidak sesuai. Di sini tidak ada beras, tapi ada sagu, ikan segar, dan bahan pangan lokal yang melimpah,” ujarnya.

    Pewarta: Muhammad Zulfikar
    Editor: Edy M Yakub
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Pemilih dalam Pemilu Lokal

    Pemilih dalam Pemilu Lokal

    Jakarta

    Dalam negara demokrasi pemilu yang adil dan jujur merupakan indikator penting bagi terbentuknya pemerintahan. Keadilan dan kejujuran pelaksanaan pemilu terekam dari sistem pemilu dan proses pemilihan.

    Sistem pemilihan menyangkut bagaimana pemilih memberikan suara, penghitungan suara dan pembagian kursi. Sedangkan proses pemilihan merupakan bagian esensial dari manajemen pelaksanaan yang fair, tidak berpihak, transparan oleh penyelenggara pemilu.

    Syarat pemilu adil adalah hak pilih yang sesuai, pendidikan politik dilakukan secara masif, proses pemilihan yang adil dan terbuka. Keterbukaan tidak hanya berlaku untuk penyelenggara pemilu tetapi juga dalam proses pencalonan kandidat, kampanye,
    pemungutan dan penghitungan suara.

    Dalam sistem pemilu isu krusial yang seringkali jadi magnet perdebatan adalah formula pemilihan, distrik magnitude (besaran dapil) dan elektoral threshold.

    Perludem menyebutkan ada empat hal utama yang menjadi bagian penting dalam dunia kepemiluan yakni aktor pemilu, sistem pemilu, manajemen pemilu dan hukum pemilu. Aturan-aturan tersebut terdapat dalam undang-undang kepemiluan yang bolak-balik diuji di mahkamah konstitusi.

    Di Indonesia, sejak pertamakali melaksanakan pemilu, sistem yang digunakan selalu sistem proporsional, baik tertutup, proporsional terbuka atau proporsional yang dimodifikasi.

    Perubahan signifikan dilakukan pasca reformasi dengan sistem yang melibatkan rakyat dari pemilihan langsung baik legislatif maupun eksekutif. Rekayasa sistem pemilu sampai pada titik keserentakan pemilu legislatif yang dilakukan dalam dua pemilu terakhir.

    Evolusi Sistem Pemilu

    Menurut Andrew Reynolds (2014) sistem pemilu yang baik dapat memberikan secercah surga, namun sistem pemilu yang buruk dapat memberikan perjalanan lebih cepat ke neraka.

    Pemilu serentak 2019 merupakan neraka bagi para penyelenggara, data KPU menyebutkan 894 petugas yang meninggal dunia dan 5.175 petugas mengalami sakit akibat sistem coblos 5 kotak tersebut.

    Beban pemilu yang terlalu besar untuk penyelenggara dan jeda pelaksanaan pemilu ke pilkada yang berdekatan pada tahun 2024 menjadi salah satu dasar bagi MK untuk memutuskan perubahan sistem pemilu.

    Pemilu nasional, 3 kotak suara (Pilpres, pemilu anggota DPD dan pemilu anggota DPR RI) serta pemilu lokal yang bisa dilaksanakan bersamaan atau bergantian antara pemilu legislatif dan eksekutif di tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota. Pemilu lokal dijeda 2-2,5 tahun pasca pemilu nasional yang tetap pada tahun 2029.

    Allen Hicken (2020) dalam “When Does Electoral System Reform Occur?” menyebutkan ada tiga hal yang mendasari perubahan desain sistem pemilu. Ketiga hal tersebut adalah systemic failure atau kegagalan sistematis, catalysts crisis respon terhadap krisis, dan incumbent preference atau preferensi petahana.

    Kegagalan sistematis menyangkut kegagalan dari sistem pemilu yang melahirkan pemerintahan yang stabil, efektif, representatif dan bertanggungjawab. Selama pasca reformasi, pemilu di Indonesia terlepas dari kritik dan kekurangan pemerintahan terpilih mampu menjalankan pemerintahan secara baik.

    Dari pemilu ke pemilu yang berlangsung, pemerintahan dengan ajeg menjaga stabilitas politik, ekonomi, atau skandal besar yang mengguncang legitimasi sistem maupun pemerintahan. Preferensi petahana yang ditunjukkan dari sikap partai politik di parlemen menggambarkan bahwa perubahan desain tidak akan terjadi secara revolusioner.

    Fakta tersebut sangat terasa dalam konteks di Indonesia, kompromi kepentingan partai-partai parlemen menjadi determinan dari sistem pemilu terbentuk. Menurut Hicken, perubahan sistem pemilu adalah hasil interaksi antara tekanan struktural (kegagalan/krisis) dan kalkulasi strategis aktor (petahana/partai politik).

    Dengan kata lain, perubahan tidak semata karena idealisme demokratis, evaluasi terhadap penyelenggaraan, kejenuhan pemilih, isu daerah, kaderisasi partai, kartelisasi pilkada, hingga pelembagaan partai tetapi lebih karena dinamika kekuasaan dan konteks politik kepentingan pemilu.

    Perubahan dari MK dan beberapa penolakan dari pembuat undang-undang. Secara teoritik merupakan teropong untuk memahami teori strukturalisme, institusionalisme historis, dan teori pilihan rasional. Lebih dari itu, memahami perilaku politik partai-partai terhadap keputusan MK untuk melakukan perubahan desain.

    Respons pembuat undang-undang tidak lebih dari upaya untuk mencari kompromi kepentingan kekuasaan. Tiga hal yang jadi pendulum Hicken merasionalisasi lambat atau cepatnya pembahasan undang-undang kepemiluan/kepilkadaan.

    Koreksi Pemilih

    Pemilu adalah sarana transfer kekuasaan dengan damai sekaligus pelembagaan konflik secara formal yang terikat dalam undang-undang. Evaluasi terhadap kekalahan dan kemenangan akan dilakukan selama 5 tahun. Namun demikian, desain baru yang bersifat final dan mengikat dari MK sebagaimana aturan MK akan mengubah lanskap dan konstelasi pemilu.

    Pemilu lokal bisa jadi trayek evaluasi lebih cepat terhadap kepemimpinan nasional. Maksudnya, kemenangan partai-partai dalam pemilu nasional jika tidak diiringi dengan kerja-kerja publik yang baik, terampil dan teknokratis. Pada pemilu lokal yang dilaksanakan 2-2,5 tahun pasca pemilu nasional jadi ajang evaluasi kritis terhadap pemerintahan pusat yang sedang berkuasa.

    Pengalaman pemilu lokal pertama di Indonesia sepanjang 1957-1958 yang menggelar pemilu daerah di Jakarta, Jabar, Jateng, Yogjakarta, Jatim, Sumsel, Riau dan Kalimantan bisa jadi pelajaran mewah. Kemenangan PKI yang berhasil menaikkan perolehan suara hingga 27 persen dari pemilu 1955 menjadi sumber ketakutan penguasa pada saat itu.

    Greg Fealy dalam Ijtihad Politik Ulama (2003) menyebutkan kemenangan PKI ini menjadi kekhawatiran PNI, Masyumi, dan NU. Keberhasilan PKI memenangkan pemilu lokal akan jadi milestone memenangkan pemilu nasional yang direncanakan pada September 1959.

    Artinya, jika kita bandingkan dengan tradisi pemilu di Amerika, pemilu lokal akan jadi semacam pemilu sela. Dimana pemenang pilpres dan pileg nasional akan dievaluasi publik dalam pemilu lokal, sehingga mendorong mereka bekerja lebih baik agar tak dihukum di “mid-term” pemilihan. Kekalahan dalam pemilu lokal akan memupus harapan untuk bisa memenangkan pemilu nasional pada 5 tahun mendatang.

    Tradisi ini akan membuat pemilih tersosialisasikan dengan peran pemerintahan secara fungsional. Politisi dan partai akan berupaya melembagakan sistem kepartaian yang lebih terbuka, bertanggungjawab.

    Partai-partai politik juga akan bekerja penuh selama memimpin dan mendapatkan kekuasaan. Celah dan kegagalan akan berujung pada kekalahan. Desain sistem pemilu nasional dan lokal tentu akan sangat mempengaruhi cara dan perilaku memilih warga.

    Ahan Syahrul Arifin. Tenaga Ahli di DPR RI, Mahasiswa S3 di Universitas Brawijaya Malang.

    (rdp/imk)

  • Bobby Nasution Tingkatkan Sinergi untuk Capai Pertumbuhan Ekonomi 7,2%

    Bobby Nasution Tingkatkan Sinergi untuk Capai Pertumbuhan Ekonomi 7,2%

    Bisnis.com, MEDAN – Gubernur Sumatera Utara (Sumut) Bobby Nasution mendorong seluruh kepala daerah di Sumut agar memperkuat kolaborasi dengan dunia usaha, untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah. Langkah ini juga menjadi jawaban atas tantangan efisiensi anggaran pemerintah pusat yang kini diarahkan pada penguatan investasi dan kemitraan strategis.

    Hal tersebut disampaikan Gubernur Bobby Nasution saat membuka North Sumatera Investment Industry Trade & Halal Expo 2025, yang diselenggarakan oleh Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Sumut di Aula Pekan Raya Sumatera Utara (PRSU), Tapian Daya, Jalan Gatot Subroto Medan, Senin (13/10/2025).

    Menurut Gubernur, program kemudahan dan insentif investasi yang diluncurkan Presiden RI Prabowo Subianto menjadi peluang besar bagi Sumut, untuk tumbuh lebih pesat melalui konsep kolaborasi antara pemerintah dan dunia usaha.

    “Antara pemerintah dan dunia usaha itu sangat baik apabila hubungannya berjalan harmonis. Hari ini kami berjalan berdampingan, dan kita tunggu hasilnya dari KADIN,” ujar Gubernur.

    Bobby menambahkan, pemerintah pusat menargetkan pertumbuhan ekonomi nasional mencapai 8%. Untuk itu, setiap kepala daerah perlu berperan aktif dalam menarik investasi di wilayahnya. Sumut sebagai provinsi keempat terbesar di Indonesia, dan terbesar di luar Pulau Jawa, diharapkan dapat menyumbang pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 6,7 hingga 7,2%.

    “Karena itu target kita (Sumut) menyumbang 6,7% sampai 7,2% pertumbuhan ekonomi untuk nasional. Dan itu banyak variabel pembentuknya, seperti Government Spending atau kebijakan fiskal belanja barang dan jasa untuk layanan publik, termasuk investasi. Maka kebijakan transfer ke daerah (TKD) bukan pengurangan, tetapi lebih ke penyesuaian. Karena diganti dengan program yang lebih efektif meningkatkan pertumbuhan ekonomi,” jelas Bobby.

    Bobby menyebutkan, nilai penyesuaian TKD untuk tingkat provinsi mencapai Rp1,1 triliun dan kabupaten/kota sekitar Rp8 triliun, dengan total lebih dari Rp9 triliun. Oleh karena itu, kepala daerah diminta lebih proaktif membangun hubungan yang produktif dengan dunia usaha.

    “Makanya para kepala daerah harus bisa lebih bersahabat dan berjalan bersama dengan dunia usaha. Kalau bisa sebagian besar kebijakan pemerintah mengikuti apa yang membuat dunia usaha lebih baik. Harus lebih ramah, bahkan memanjakan dunia usaha, seperti investasi anak bayi yang harus kita ayomi, sehingga mereka bertumbuh kembang lebih cepat. Jangan dunia usaha ini menjadi seperti stunting, pertumbuhannya terganggu. Harus ada ‘karpet merah’ untuk mereka,” jelas Bobby.

    Selain memperkuat kemitraan, Bobby juga menyoroti pentingnya investasi daerah untuk memperluas lapangan kerja dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Ia berharap KADIN dapat menggelar kegiatan serupa di seluruh kabupaten/kota agar kesadaran tentang peran dunia usaha semakin meningkat.

    Lebih lanjut, Bobby mengusulkan agar BUMD se-Sumatera dapat berkolaborasi membentuk entitas ekonomi besar seperti Danantara, yang menjadi kekuatan baru bagi kawasan Sumatera dengan jumlah penduduk lebih dari 40 juta jiwa.

    “Sumatera memiliki potensi luar biasa dan menjadi pintu gerbang Indonesia bagian Barat. Kalau bisa, BUMD di Sumatera digabungkan menjadi satu ekosistem ekonomi yang kuat,” ujarnya.

    Pada kesempatan tersebut, Bobby juga memaparkan rencana pembangunan Kawasan Industri Sumatera Utara di Tanjung Kasau, Kabupaten Batubara. Pemprov Sumut menyiapkan lahan seluas 2.500 hektare yang akan diberikan secara gratis kepada investor dengan komitmen investasi minimal Rp1 triliun.

    “Kami akan berikan lahannya kepada siapa saja yang mau berinvestasi sebesar Rp1 Triliun, karena itu milik Pemprov. Apa yang bisa dikembangkan di kawasan tersebut untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan menyerap tenaga kerja sebanyak 20 ribu orang jika itu dibuka. Silakan KADIN cari investornya,” ungkapnya.

    Menutup sambutannya, Bobby menekankan pentingnya penguatan industri halal. Ia berharap negara-negara mayoritas Muslim menjadi pengimpor utama produk halal, mengingat saat ini justru Cina dan Australia yang menjadi importir terbesar produk berlabel halal.

    “Karena itu, kami mengapresiasi KADIN yang mengangkat tema halal dalam acara ini,” pungkasnya.

    Sementara itu, Ketua Umum KADIN Indonesia, Anindya Bakrie, menilai Sumut memiliki potensi besar menjadi motor penggerak ekonomi di wilayah Sumatera. Ia menyebut, selain memiliki sumber daya melimpah, Sumut juga didukung kepemimpinan daerah yang progresif dan bersinergi dengan pelaku usaha.

    “Sumut harus menjadi motor penggerak ekonomi Sumatera dan nasional. Kalau Sumatera bergerak, ia akan menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia,” kata Anindya.

    Anindya menambahkan, kebijakan fiskal pemerintah di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo diarahkan pada efisiensi dan penguatan likuiditas, termasuk melalui program Makan Bergizi Gratis (MBG) dan pengembangan ekosistem perumahan yang melibatkan UMKM.

    Acara tersebut turut dihadiri oleh Ketua DPD RI Sultan Bachtiar Najamudin, Ketua KADIN Sumut Firsal Dida Mutyara, Koordinator KADIN Wilayah Sumatera Ivan Iskandar Batubara, perwakilan Forkopimda, Kepala Daerah se-Sumut, Konjen India Ravi Shanker Goel, serta para pelaku usaha dari berbagai sektor.

  • PSI Rampungkan Konsolidasi 10 DPW, Ahmad Ali: Rakernas November

    PSI Rampungkan Konsolidasi 10 DPW, Ahmad Ali: Rakernas November

    FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Dewan Pimpinan Pusat Partai Solidaritas Indonesia (DPP PSI) terus memperkuat struktur organisasinya di seluruh Indonesia. Hingga pertengahan Oktober ini, PSI telah merampungkan konsolidasi di sepuluh Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) yang dipimpin langsung oleh Ketua Harian DPP PSI, Ahmad Ali.

    Menurut Ahmad Ali, langkah ini merupakan bagian dari agenda besar partai dalam mempersiapkan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) PSI yang akan digelar pada November mendatang, sekaligus sebagai bagian dari verifikasi faktual internal yang sedang dilakukan oleh DPP PSI.

    “Sepuluh DPW sudah rampung kami konsolidasikan. Akhir Oktober nanti, seluruh struktur di bawah DPW, termasuk DPD dan DPC, akan selesai. Minggu depan, kami lanjutkan lagi untuk 28 DPW lainnya,” ujar Ahmad Ali di Jakarta, Senin (14/10).

    Ahmad Ali menjelaskan, kegiatan ini merupakan bentuk verifikasi faktual internal untuk memastikan kesiapan struktur dan data kepengurusan partai di seluruh Indonesia.

    Dengan demikian, pada saat Komisi Pemilihan Umum (KPU) melaksanakan verifikasi faktual resmi, PSI telah berada dalam posisi yang jauh lebih siap secara administratif maupun struktural.

    “Kami ingin memastikan bahwa ketika KPU turun melakukan verifikasi faktual, seluruh struktur PSI sudah lengkap, aktif, dan siap diverifikasi. Ini bagian dari keseriusan kami membangun partai yang tertib administrasi dan profesional,” tegasnya.

    Di antara DPW yang telah menuntaskan konsolidasi struktur organisasinya antara lain Sulawesi Selatan, Bangka Belitung, Kalimantan Barat, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Kepulauan Riau, Sulawesi Utara, Banten, dan Nusa Tenggara Timur.

  • Tanggapi Narasi Sesat Tayangan Trans7, Senator Nawardi: Kiai Tidak Memperkaya Diri

    Tanggapi Narasi Sesat Tayangan Trans7, Senator Nawardi: Kiai Tidak Memperkaya Diri

    Surabaya (beritajatim.com) – Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI asal Jawa Timur, Ahmad Nawardi, menanggapi keras tayangan televisi nasional yang narasinya dinilai melecehkan kiai dan pesantren.

    Tayangan tersebut disebut menyebarkan narasi sesat bahwa tradisi santri atau wali santri memberi amplop merupakan modus kiai memperkaya diri, dengan intonasi suara yang terkesan merendahkan.

    Menurut Senator Nawardi, tuduhan tersebut menunjukkan kebutaan total terhadap realitas pengorbanan kiai dan mekanisme gotong royong yang telah menjadi tulang punggung pesantren di Indonesia, khususnya di Jawa Timur yang memiliki ribuan pesantren berusia ratusan tahun.

    Nawardi secara tajam membalik narasi sesat itu dengan analogi sederhana namun menohok. Ia meminta agar tudingan-tudingan konyol dan tidak berdasar terhadap kiai segera dihentikan.

    “Amplop kecil yang diberikan santri atau wali murid kepada kiai bukanlah untuk memperkaya diri kiai. Sebaliknya, itu adalah investasi moral yang disalurkan kembali untuk keberlangsungan pendidikan,” tegasnya, Selasa (14/10/2025).

    “Kiai itu adalah petani jiwa. Tugasnya bukan hanya mengajar, tapi menanam, merawat, dan memanen akhlak mulia. Beliau bekerja 24 jam sehari tanpa menghitung jam kerja, mengorbankan hidupnya demi menjaga moral anak bangsa.”

    Nawardi menjelaskan bahwa ketika seorang santri atau wali santri memberikan amplop tabarukan, uang itu bukan untuk kepentingan pribadi sang kiai.

    “Itu adalah benih yang mereka titipkan. Benih ini tidak dimakan sendiri oleh ‘Petani Jiwa’ (kiai), melainkan ditaburkan kembali ke tanah pesantren — untuk membeli kitab baru, memperbaiki asrama yang bocor, memberi makan santri miskin, atau membiayai operasional pondok,” ujarnya.

    Ia menegaskan bahwa hasil dari penanaman benih itu adalah buah ilmu dan santri berakhlak, yang manfaatnya dirasakan oleh masyarakat, desa, hingga negara. Karena itu, menuduh kiai memperkaya diri dengan “amplop” dari santri adalah tuduhan absurd tanpa dasar.

    “Tuduhan itu sama bodohnya dengan menuduh perpustakaan nasional korup karena menerima sumbangan buku. Uang itu bukan untuk memperkaya kiai, tapi untuk memastikan roda pendidikan pesantren tetap berputar dan cahaya ilmu tidak padam,” tutur Nawardi.

    Ia mengajak masyarakat untuk berhenti menyebarkan fitnah yang dapat merusak moral bangsa. Nawardi juga menantang para penuduh untuk datang langsung ke pesantren dan melihat bagaimana pendidikan di sana membentuk generasi berakhlak.

    “Jika narasi sesat ini terus disebarkan, benteng akhlak bangsa bisa runtuh. Menurut saya, para penuduh itulah yang buta terhadap keindahan tawadhu dan keikhlasan berkorban,” pungkas Nawardi.
    (tok/kun)

  • Pucuk Pimpinan PSI Solo Diganti, Kini Dipimpin Seorang Perempuan

    Pucuk Pimpinan PSI Solo Diganti, Kini Dipimpin Seorang Perempuan

    Liputan6.com, Jakarta Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Kaesang Pangarep menunjuk Wakil Wali Kota Solo Astrid Widayani, sebagai Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) PSI Solo menggantikan Tri Mardiyanto. Keputusan tersebut dipilih lantaran mantan Rektor Universitas Surakarta (Unsa) itu memiliki tingkat elektabilitas tinggi dibandingkan kader partai berlambang gajah lainnya di Solo.

    Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) PSI Jawa Tengah, Antonius Yogo Prabowo mengatakan pasca-kongres PSI di Solo pada Juli 2025 lalu itu, langsung berbenah untuk memperkuat struktur partai.

    “Setelah kongres itu PSI langsung berbenah hampir seluruh Indonesia untuk memperkuat struktur sesuai arahan Pak Jokowi, kita harus mulai dari sekarang. Salah satu kuncinya adalah di mesin partai. Caranya apa dengan memperkuat struktur. Hampir semua pengurus PSI tingkat DPW maupun DPD segera melakukan konsolidasi eksternal atau internal untuk menjaring tokoh-tokoh,” kata Yogo, Selasa (14/10/2025).

    Sedangkan untuk di Solo, lanjut Yogo, berdasarkan hasil diskusi internal dan konsolidasi dengan DPP PSI itu muncul nama Astrid Widayani. Menurut dia, nama tersebut akhirnya mendapat lampu hijau dari Kaesang Pangarep dan jajaran pengurus pusat untuk memimpin PSI Solo.

    “Kebetulan di Solo itu diskusi internal dan konsolidasinya itu ada arahan dari DPP juga akhirnya muncul nama Mbak Astrid yang telah disetujui DPP juga sebagai nakhoda baru di Surakarta (Solo),” ujar dia.

    Pemilihan Astrid untuk menggantikan Tri Mardianto bukan tanpa sebab. Yogo pun membeberkan bahwa nama Wakil Wali Kota Solo itu dipilih lantaran cocok untuk mengembangkan jangkauan partai berlambang gajah itu ke depan di Kota Solo. Pejabat yang lama dikatakan Yogo mengaku legowo dengan penunjukkan Astrid tersebut.

    “Diskusi di Solo dengan teman-teman dewan, dengan pengurus-pengurus yang ada, kami harus mikir untuk besarnya PSI ke depan maka kita harus bisa saling membesarkan hati, saling menerima. Dan ini komposisinya yang terbaik. Semuanya diakomodir. Pokoknya di kami tidak ada istilah yang dipotong, dibuang atau disingkirkan itu enggak ada. Kita merangkul hanya untuk kepentingan partai,” ucapnya.

  • Mendagri Perintahkan Pengawasan Pembangunan Papua Tak Hanya di Atas Kertas
                
                    
                        
                            Nasional
                        
                        13 Oktober 2025

    Mendagri Perintahkan Pengawasan Pembangunan Papua Tak Hanya di Atas Kertas Nasional 13 Oktober 2025

    Mendagri Perintahkan Pengawasan Pembangunan Papua Tak Hanya di Atas Kertas
    Penulis
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Menteri Dalam Negeri, Muhammad Tito Karnavian, mendorong percepatan pembangunan wilayah Papua dengan cara sinkronisasi yang baik dan pengawasan yang maksimal.
    “Pengawasan itu tidak sekadar hanya di atas kertas, laporan-laporan rapat saja, tidak di atas kertas. Betul-betul turun ke bawah melihat yang tadi sudah direncanakan ya,” kata Tito, sebagaimana disiaran dalam keterangan pers tertulis Kemendagri.
    Tito menyampaikan perintah tersebut saat audiensi Komite Eksekutif Percepatan Pembangunan Otonomi Khusus Papua. Pertemuan tersebut berlangsung di Ruang Sidang Utama Kantor Pusat Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), Jakarta, Senin (13/10/2025).
    Turut hadir dalam pertemuan tersebut Ketua Komite Eksekutif Percepatan Pembangunan Otonomi Khusus Papua Velix Vernando Wanggai beserta jajaran anggota.
    Kemudian hadir pula Gubernur Papua Mathius D Fakhiri, Wakil Gubernur Papua Aryoko Alberto Ferdinand Rumaropen, anggota Badan Pengarah Percepatan Pembangunan Otonomi Khusus Papua (BP3OKP) dari enam provinsi, dan pejabat terkait lainnya.
    Pemerintah pusat terus berkomitmen mempercepat pembangunan di wilayah Papua. Langkah ini menjadi bagian dari upaya mengatasi kesenjangan pembangunan antara Papua dan wilayah lain di Indonesia.
    Tito menyoroti masih lemahnya koordinasi antarinstansi dalam pelaksanaan program pembangunan di Papua. Selama ini, banyak program kementerian/lembaga berjalan sendiri tanpa sinergi dengan pemerintah daerah (Pemda), sehingga hasilnya kurang maksimal.
    “Tapi masalahnya siapa yang mensinkronkan program-program ini? Karena program-program tingkat pusat ini bergerak masing-masing,” ungkapnya.
    Sinkronisasi program pemerintah pusat dan daerah menjadi kunci penting dalam mewujudkan percepatan tersebut.
    Tito menjelaskan keberadaan Komite Eksekutif Percepatan Pembangunan Otonomi Khusus Papua dan BP3OKP menjadi instrumen penting untuk mengharmonisasikan program lintas kementerian, provinsi, dan kabupaten/kota.
    “Tugas paling utama adalah melakukan sinkronisasi dan harmonisasi program yang selama ini tidak pernah dilaksanakan,” terang Mendagri.
    Ia menambahkan, badan tersebut dibentuk agar pembangunan di Papua tidak lagi berjalan terpisah dan dapat dilakukan secara terintegrasi.
    Salah satu cara menggenjot pembangunan daerah adalah pemekaran wilayah, sebagaimana sudah diterapkan di Papua.
    Wilayah Papua dari semula hanya dua provinsi, kini menjadi enam provinsi. Pemekaran ini salah satunya untuk memperpendek rentang kendali pemerintahan dan meningkatkan pelayanan publik, mengingat luasnya wilayah Papua.
    “Tujuannya percepatan pembangunan. Dan saat itu rapat kita di DPR dan pemerintah, DPR juga diwakili oleh perwakilan dari Papua, DPD juga Papua sama menyampaikan setuju,” jelas Tito.
    Ia mengungkapkan, lahirnya enam provinsi di Papua merupakan hasil aspirasi masyarakat yang disampaikan langsung kepada Presiden saat kunjungan ke berbagai wilayah Papua. Pemerintah dan DPR kemudian menyetujui pemekaran tersebut dengan pertimbangan wilayah geografis yang luas, serta rendahnya indeks pembangunan manusia (IPM) di Papua dibandingkan daerah lain.
    “Harapan kita dengan adanya pemekaran ini akan terjadi kecepatan pembangunan Papua. Terjadi [alur] birokrasi yang pendek (sehingga pelayanan publik semakin mudah diakses),” ujarnya.
    Mendagri mencontohkan berbagai daerah di Indonesia yang berkembang pesat setelah dilakukan pemekaran. Ia menyebut, model pemekaran seperti di Sumatera Selatan yang terbukti efektif meningkatkan pelayanan dan pertumbuhan daerah. Kemajuan ini juga diharapkan terjadi di wilayah Papua.
    “Kita tahu bahwa Papua Barat, misalnya, dengan dimekarkan Papua Barat, daerah-daerah Papua Barat kan jadi lebih fokus pembangunannya dan lebih mudah, lebih simpel jalur birokrasinya,” katanya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.