Kementrian Lembaga: DKPP

  • Pastikan Hewan Kurban Sehat, DKPP Sumenep Turun Langsung ke Lapak Penjualan

    Pastikan Hewan Kurban Sehat, DKPP Sumenep Turun Langsung ke Lapak Penjualan

    Sumenep (beritajatim.com) – Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Sumenep turun langsung ke lapak-lapak musiman yang menjual hewan kurban, baik kambing mapun sapi.

    Kepala DKPP Sumenep, Chainur Rasyid mengatakan, dirinya turun bersama para dokter hewan, untuk melakukan pengecekan kesehatan hewan kurban yang dijual di pasar hewan maupun di lapak-lapak musiman.

    “Kami ingin memastikan kalau hewan kurban yang dijual ini sehat dan memenuhi syarat untuk dijadikan hewan kurban,” katanya usai memeriksa hewan di lapak Pak Thoriq Jl. Urip Sumoharjo, Senin (02/05/2025).

    Menurutnya, dari hasil pemeriksaan, hewan-hewan kurban yang dijual dalam keadaan sehat dan memenuhi syarat untuk dijadikan kurban.

    Namun demikian, pihaknya akan terus melakukan pengawasan terhadap hewan-hewan kurban yang dijual di pasar dan lapak-lapak.

    “Sampai saat ini Alhamdulillah tidak ditemukan adanya hewan kurban yang sakit serius. Semuanya sehat dan memenuhi syarat. Pemantauan dan pengawasan tidak akan berhenti sampai disini. Tenaga medis dan paramedis kami setiap hari keliling melakukan pengecekan kesehatan hewan-hewan kurban,” ujarnya.

    Ia juga meminta agar para penjual hewan kurban memperhatikan kebersihan kandang, dengan rutin menyemprotkan disinfektan. Karena itu, pihaknya memberikan bantuan cairan disinfektan secara cuma-cuma kepada para pedagang hewan kurban.

    “Kami bantu cairan disinfektannya. Silahkan disemprotkan rutin ya Pak ke kandang kambingnya, biar tidak ada virus, bakteri, maupun kuman-kuman yang rentan membawa penyakit bagi hewan ternak yang dijual,” terangnya.

    Selain disinfektan, DKPP juga menyebarkan banner ke penjual hewan kurban, meminta agar banner tersebut dipasang di lapak-lapak. Banner tersebut bertuliskan ciri-ciri kambing dan sapi yang sehat dan cukup umur untuk disembelih sebagai kurban. (tem/ted)

  • DKPP Pamekasan Terjunkan 60 Personil Awasi Hewan Kurban

    DKPP Pamekasan Terjunkan 60 Personil Awasi Hewan Kurban

    Pamekasan (beritajatim.com) – Dinas Kelautan dan Perikanan (DKPP) Pamekasan, menerjunkan sebanyak 60 personil yang akan bertugas melakukan pemantauan dan pengawasan hewan kurban menjelang Hari Raya Idul Adha 1446 Hijriah.

    “Guna memantau hewan jenis kambing dan sapi yang hendak dijadikan kurban pada lebaran tahun ini, total ada 60 personil yang bertugas memantau dan memeriksa kesehatan hewan kurban di Pamekasan,” kata Plt Kepala DKPP Pamekasan, Indah Kurnia Sulistiorini, Senin (2/6/2025).

    Dari total personil tersebut, mereka disebar di empat pusat kesehatan hewan di Pamekasan, masing-masing diisi sebanyak 15 personil. “Dari 60 personil ini, empat personil di antaranya merupakan dokter hewan,” ungkapnya.

    “Langkah ini kami lakukan sekaligus sebagai upaya untuk memastikan hewan yang hendak dikurbankan oleh masyarakat benar-benar aman, sehat dan tentunya halal, baik kambing maupun sapi,” tegasnya.

    Tidak hanya itu, pihaknya juga memastikan jika pemantauan dan pengawasan tersebut dilakukan di seluruh kecamatan di Pamekasan. “Jadi selain melakukan pemeriksaan kesehatan hewan ke sejumlah masjid dan mushalla, tim ini juga bertugas mendatangi pasar hewan,” jelasnya.

    “Langkah ini kita lakukan semata-mata untuk memastikan bahwa hewan yang hendak dikurbankan itu bebas dari penyakit hewan yang perlu kita waspadai, seperti penyakit mulut dan kuku atau penyakit kulit berbenjol,” pungkasnya.

    Seperti diketahui, jumlah Puskesmas Hewan di Pamekasan, tersebar di empat unit pelaksana teknis berbeda, meliputi UPT Pamekasan menaungi kecamatan Pamekasan, Proppo, dan Tlanakan. UPT Galis menaungi kecamatan Galis, Kadur dan Larangan.

    Sementara UPT Pakong mencakup kecamatan Pakong, Pagantenan dan Palengaan, serta UPT Waru mencakup kecamatan Batumarmar, Pasean dan Waru. [pin/beq]

  • Tips Memilih Hewan Kurban yang Sehat untuk Idul Adha
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        31 Mei 2025

    Tips Memilih Hewan Kurban yang Sehat untuk Idul Adha Regional 31 Mei 2025

    Tips Memilih Hewan Kurban yang Sehat untuk Idul Adha
    Tim Redaksi

    KEDIRI, KOMPAS.com
    – Jelang perayaan Hari Raya
    Idul Adha
    , umat Muslim mulai berburu hewan ternak untuk dijadikan kurban.
    Namun, tidak semua hewan bisa disembelih. Ada sejumlah syarat yang harus dipenuhi agar hewan tersebut layak dijadikan
    hewan kurban
    .
    Syarat utama hewan kurban antara lain harus merupakan hewan berkaki empat seperti kambing, domba, atau sapi, serta berada dalam kondisi sehat dan cukup umur.
    Kepala Rumah Potong Hewan (RPH) Kota Kediri, Hariyanto, mengatakan bahwa tanda fisik paling mudah untuk mengenali hewan ternak yang sehat adalah dari kondisi bulunya.
    “Paling mudah dilihat adalah bulunya. Kalau terang tidak kusam, ya sehat,” ujar Hariyanto pada Kompas.com, Sabtu (1/6/2025).
    Selain itu, hewan kurban juga harus cukup umur, yakni minimal 1 tahun untuk kambing dan 2 tahun untuk sapi, yang ditandai dengan tanggalnya gigi susu.
    Ciri lainnya adalah tidak adanya cacat fisik, seperti kehilangan organ tubuh atau bagian tubuh yang tidak sempurna.
    Sementara itu, Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Kediri, Mohamad Ridwan, menambahkan bahwa pemeriksaan fisik langsung tetap menjadi langkah paling sederhana namun efektif.
    “Ternak tidak cacat, tidak mempunyai masalah nafsu makan, mata terang, maupun tidak berliur berlebihan,” ujar Ridwan.
    Ia juga mengingatkan agar menghindari ternak yang menunjukkan gejala lesu atau tidak aktif.
    “Malas berdiri juga tanda-tanda ternak kurang sehat. Jadi harus dihindari jangan dipilih,” tambahnya.
    Bagi masyarakat yang membeli hewan kurban jauh hari sebelum Idul Adha, Ridwan menyarankan agar meminta jaminan sehat saat pengiriman.
    Sebagai tambahan, pembelian sebaiknya dilakukan melalui peternak atau pedagang langganan yang sudah terpercaya.
    “Belinya di peternak atau pedagang langganan,” pungkasnya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • 1 Hektare Lahan Pertanian di Kota Blitar Hilang dalam Setengah Tahun

    1 Hektare Lahan Pertanian di Kota Blitar Hilang dalam Setengah Tahun

    Blitar (beritajatim.com) – Luas lahan pertanian di Kota Blitar terus menyusut setiap tahunnya. Bahkan dalam setengah tahun ini saja, Kota Blitar telah kehilangan 1 hektare lahan pertanian.

    Hal itu diungkapkan langsung oleh Kabid Tanaman Pangan Hortikultura & Penyuluhan Dinas Ketahanan Pangan & Pertanian (DKPP) Kota Blitar, Dian Lukita Sari. Menurut Dian, sejak awal tahun hingga Mei ini, sudah ada 1 hektare lahan pertanian yang beralih fungsi.

    “Dengan luas lahan yang berkurang ini tentu berpotensi pada turunnya produksi pertanian yang berisiko berkurangnya pasokan pangan di Kota Blitar,” ungkap Dian, Kamis (29/5/2025).

    Berdasarkan data DKPP Kota Blitar luas lahan pertanian di Bumi Bung Karno pada awal 2025 ini sebenarnya masih mencapai 980 hectare. Namun hanya berselang 5 bulan, lahan pertanian itu menyusut 1 hektare dan tinggal 979 hektare.

    Sebenarnya berkurangnya luas lahan pertanian ini terjadi setiap tahunnya. Bahkan tercatat pada tahun 2024 kemarin, luas lahan pertanian di Kota Blitar hilang seluas 4 hektare. Lahan seluas 4 hektare tersebut beralih fungsi menjadi bangunan dan infrastruktur.

    “Namun pada pertengahan tahun ini, tersisa sekitar 979 hektare atau berkurang 1 hektare,” tegasnya.

    Berkurangnya lahan pertanian ini tentu mengancam ketahanan pangan di Kota Blitar. Jika lahan pertanian terus menyusut bukan tidak mungkin Kota Blitar akan mengalami krisis pangan.

    “Berkurangnya luas lahan pertanian ini dikarenakan lahan yang alih fungsi, seperti adanya pembangunan infrastruktur baru maupun pemukiman,” ungkapnya.

    Kini DKPP Kota Blitar hanya bisa memberikan sosialisasi dan motivasi kepada para petani di Bumi Bung Karno agar tidak mudah menjual atau melepaskan lahan mereka. Para petani ini pun diminta untuk sebisa mungkin mempertahankan lahan sawah mereka.

    “Harapannya tidak ada lagi alih fungsi lahan dari persawahan menjadi sebuah pembangunan infrastruktur,” tandasnya. [owi/beq]

  • Dedie Rachim Pastikan Kesehatan Ternak di Bursa Hewan Qurban Terjamin

    Dedie Rachim Pastikan Kesehatan Ternak di Bursa Hewan Qurban Terjamin

    JABAR EKSPRES – Menyambut Hari Raya Idul Adha 2025, Bursa Hewan Qurban (BHQ) yang berada di area Pusat Perakitan dan Modernisasi Peternakan dan Kesehatan Hewan (PPMPKH), Jalan Pajajaran, Kota Bogor resmi dibuka.

    BHQ yang diakomodir oleh Badan Perakitan dan Modernisasi Pertanian (BRMP) ini berlangsung selama 11 hari dilaksanakan sejak 27 Mei hingga 6 Juni 2025.

    Wali Kota Bogor, Dedie A. Rachim, menuturkan BHQ tersebut bisa menjadi pilihan untuk memilih dan membeli hewan kurban yang memenuhi persyaratan kesehatan dan juga sesuai syariat.

    Sebab, sambung dia, hewan kurban di BHQ telah melalui pemeriksaan kesehatan oleh dokter hewan dari Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Bogor dan Sekolah Vokasi IPB University.

    “Kenapa ini kita prioritaskan dan kita rekomendasikan, karena dari sisi kesehatan ternaknya ini terjamin dan sesuai syariat,” kata Dedie A. Rachim dikutip Rabu (28/5).

    “Kemudian tentu karena lahannya disiapkan oleh BRMP melalui PPMPKH, sehingga tidak ada alokasi anggaran yang dikeluarkan oleh pedagang sehingga harganya relatif lebih ekonomis,” imbuhnya.

    Selain itu, Dedie menyebut, BHQ masyarakat diberikan edukasi terkait bagaimana cara memilih hewan kurban dan cara menyembelihnya.

    Dedie juga mengingatkan dan mendorong masyarakat untuk melanjutkan tradisi membungkus daging hewan kurban tidak dengan plastik, namun menggunakan wadah yang terbuat dari anyaman bambu atau bonsang.

    “Agar masyarakat memperhatikan limbah sisa penyembelihan agar tidak menimbulkan masalah lingkungan ke depan,” tegas dia.

    Kepala Badan Perakitan dan Modernisasi Pertanian (BRMP), Fadjry Djufry, mengatakan BRMP ini memiliki peran strategis, di antaranya adalah dalam menjamin lalu lintas hewan kurban yang akan diperoleh masyarakat sudah sesuai prosedur.

    “Jadi semua hewan ternak di sini sudah mengikuti standar prosedur yang sudah ditetapkan, jadi terkait dengan kesehatan dan yang lain-lain sudah terjamin dan masyarakat bisa memilih banyak pilihan hewan kurban,” ucapnya.

    Berkaca dari tahun sebelumnya, Fadjry menyebut antusias masyarakat yang membeli hewan kurban melalui BHQ sangat tinggi. Bahkan seluruh hewan kurban terjual habis.

    Ketua Panitia BHQ, Agus Susanto mengatakan pelaksanaan BHQ merupakan yang ke-23 kalinya diadakan, dengan kerja sama antara Kementerian Pertanian (Kementan) melalui BRMP dan PPMPKH dengan Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor melalui DKPP serta Sekolah Vokasi IPB University dan paguyuban peternak.

  • DKPP Bojonegoro Pinjamkan Satu Drone untuk Pemupukan Modern

    DKPP Bojonegoro Pinjamkan Satu Drone untuk Pemupukan Modern

    Bojonegoro (beritajatim.com) – Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Bojonegoro mulai mengenalkan pemupukan modern dengan meminjamkan satu unit drone sprayer kepada kelompok tani. Inovasi ini ditujukan untuk mendorong adopsi teknologi pertanian presisi dan efisiensi dalam pemupukan.

    Drone pertanian yang digunakan memiliki tangki berkapasitas 30 liter dan mampu menyemprotkan pupuk organik cair (POC) serta Elisitor Biosaka—zat hayati untuk meningkatkan ketahanan tanaman terhadap hama. Dengan kemampuan menjangkau 2 hingga 3 hektare per jam, drone ini jauh lebih efisien dibanding metode manual.

    Namun, secara operasional, drone ini masih memiliki keterbatasan. Hanya tersedia dua baterai aktif, yang efektif mencakup sekitar 1 hektare sebelum pengisian ulang. Hal ini merupakan langkah awal memasyarakatkan teknologi pertanian presisi.

    “Kami mulai dengan satu unit, dan tahun depan akan ditambah lagi satu unit melalui APBD Perubahan 2025,” kata Plt Kepala DKPP Bojonegoro Zaenal Fanani.

    Sebagai simbolis, peluncuran pemanfaatan drone dilakukan di Desa Sarirejo, Kecamatan Balen, Senin (26/5/2025), dan dihadiri langsung oleh Bupati Bojonegoro Setyo Wahono. Ke depan, peminjaman alat ini ditujukan untuk mendukung pertanian berkelanjutan di berbagai wilayah.

    “Program ini diharapkan menjadi solusi modern bagi petani dalam menghemat waktu, tenaga, dan biaya, sekaligus meningkatkan hasil panen secara ramah lingkungan,” ujar Wahono. [lus/kun]

  • Si Gemoy, Sapi Kurban Presiden Prabowo Asal Lumajang Berbobot 900 Kg

    Si Gemoy, Sapi Kurban Presiden Prabowo Asal Lumajang Berbobot 900 Kg

    Lumajang (beritajatim.com) – Presiden Indonesia Prabowo Subianto memilih seekor sapi jumbo asal Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, sebagai hewan kurban pada perayaan Hari Raya Iduladha 2025. Sapi jenis Simental yang diberi nama “Si Gemoy” tersebut memiliki bobot mencapai 900 kilogram dan berasal dari peternakan Farel Jaya Farm milik Andi Rohman di Desa Dawuhan Lor, Kecamatan Sukodono.

    “Ini Alhamdulillah, sapi saya dipercaya untuk menjadi hewan kurban Presiden. Tentu ini juga menjadi kebanggaan bagi kami untuk memberikan perawatan terbaik untuk sapi lainnya,” ujar Andi, Senin (26/5/2025).

    Sebelum dibeli dengan harga Rp65 juta, bobot awal Si Gemoy tercatat 880 kilogram. Setelah menjalani perawatan intensif sejak tahun 2023, bobotnya kini mencapai 900 kilogram. Perawatan harian dilakukan dengan pemberian pakan hijauan dan campuran konsentrat secara rutin setiap pagi dan sore.

    “Untuk harganya ini dibeli Rp65 juta, dulu awalnya ditelpon terus ada tim yang datang ke sini untuk pemeriksaan, barulah sampai akhirnya deal,” tambah Andi.

    Si Gemoy telah melewati proses seleksi ketat dari Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Lumajang. Saat ini, sapi tersebut masih dalam masa perawatan di kandang sebelum dikurbankan.

    Bupati Lumajang, Indah Amperawati, mengonfirmasi bahwa penyembelihan Si Gemoy akan dilakukan di Masjid Agung KH Anas Mahfud, Alun-alun Lumajang pada Hari Raya Iduladha mendatang.

    “Jadi Pak Presiden minta sapi yang paling berat, akhirnya kita cari bersama Dinas Pertanian dan kita temukan Si Gemoy ini,” ungkap Bupati Indah. [has/beq]

  • Pastikan Kelayakan Hewan Kurban, Mas Dhito Terjunkan Tim DKPP ke Kandang Peternak

    Pastikan Kelayakan Hewan Kurban, Mas Dhito Terjunkan Tim DKPP ke Kandang Peternak

    Kediri (beritajatim.com) – Bupati Kediri Hanindhito Himawan Pramana menerjunkan petugas kesehatan hewan dari Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan (DKPP) untuk melakukan monitoring hewan kurban.

    Dalam kegiatan monitoring ini, petugas mendatangi kandang milik peternak yang menyediakan hewan untuk kurban. Hewan ternak yang ada kemudian dilakukan pengecekan untuk memastikan dalam kondisi sehat dan sudah cukup umur.

    “Lewat monitoring ini, kami dari DKPP memastikan keterkaitan kesehatan dan kondisi hewan yang akan dijadikan kurban,” kata Plt. Kepala DKPP Kabupaten Kediri Tutik Purwaningsih, Kamis (22/5/2025).

    Di Kabupaten Kediri, meski beberapa bulan terakhir tidak ditemukan Kasus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada hewan ternak, namun hal ini diakui tetap masih menjadi ancaman yang harus diwaspadai. Selain kegiatan vaksinasi yang masih berjalan, lewat kegiatan monitoring itu petugas sekaligus melakukan edukasi kepada peternak supaya menjaga kondisi kesehatan hewan ternak dan kebersihan kandang.

    Disisi lain, melalui kegiatan monitoring yang dilakukan, petugas juga mendata populasi hewan ternak yang siap kurban. Di Kabupaten Kediri dari data DKPP pada 2025 ini jumlah sapi yang siap kurban sebanyak 12.000 ekor, kambing kurang lebih 46.000 dan domba 6.600 ekor.

    “Hasil monitoring selama 10 hari ini, permintaan (hewan kurban) baik dari masyarakat Kabupaten Kediri maupun luar Kabupaten betul-betul luar biasa,” ungkapnya.

    Tingginya permintaan hewan kurban dari luar daerah itu menurut Tutik patut menjadi perhatian pelaku usaha ternak supaya mengetahui harapan konsumen. Pasalnya, pembeli saat ini lebih selektif dalam memilih hewan yang akan dijadikan kurban.

    Untuk memastikan hewan ternak yang keluar kandang dalam kondisi sehat, menjelang Idul Adha ini Tutik mengaku meminta dokter hewan yang terjun ke lapangan untuk membuatkan surat keterangan kesehatan hewan (SKKH).

    “Jadi nanti yang menerima sudah tahu ada SKKH, minimal sudah dicek dokter hewan dan tidak ada indikasi penyakit hewan menular,” tambahnya.

    Kegiatan monitoring hewan kurban yang dilakukan petugas dari DKPP mendapatkan sambutan positif dari peternak, salah satunya Wahyu Widianto. Pemilik kandang ternak di Desa Mangunrejo, Kecamatan Ngadiluwih tersebut mengaku SKKH saat ini sangat dibutuhkan para peternak.

    “Seperti tempat kami ini, pembeli kebetulan juga minta SKKH. Alhamdulilah adanya kegiatan monitoring yang dilakukan oleh pemerintah ini sangat membantu kami para peternak,” akunya.

    Wahyu Widianto menambahkan, di kandang miliknya terdapat 20 ekor sapi dan hampir semua telah dipesan konsumen untuk kurban. Selain sapi, dia juga mengembangkan ternak domba yang populasinya kini sekitar 200 ekor. [ADV PKP/nm]

  • Pemkab Bantul sebut kemarau basah berdampak positif untuk pertanian

    Pemkab Bantul sebut kemarau basah berdampak positif untuk pertanian

    adanya kemarau basah ini dampak ke petani, mereka cukup gembira terutama daerah daerah yang bukan irigasi teknis

    Bantul (ANTARA) – Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, menyebutkan bahwa intensitas hujan yang turun pada musim kemarau atau kemarau basah akhir-akhir ini memberikan dampak positif kepada sektor pertanian daerah itu.

    “Kalau dampak di sektor pertanian tidak ada permasalahan, tapi dengan adanya kemarau basah ini dampak ke petani, mereka cukup gembira terutama daerah daerah yang bukan irigasi teknis,” kata Kepala DKPP Bantul Joko Waluyo di Bantul, Minggu.

    Daerah bukan irigasi teknis merupakan daerah yang sistem pengairan tidak mengandalkan jaringan irigasi dengan bangunan permanen, tidak seperti daerah irigasi teknis yang tersedia jaringan irigasi maupun bangunan permanen.

    “Jadi, seperti daerah tadah hujan petani senang karena tanah bisa dimanfaatkan untuk sektor pertanian, selama ini tidak ada masalah terkait dengan kemarau basah,” katanya.

    Menurut dia, begitu juga dengan daerah irigasi teknis, justru semakin menguntungkan petani karena ketersediaan air untuk cadangan irigasi melimpah, tinggal bagaimana petani mengatur jaringan agar tidak menggenangi tanaman.

    Meski demikian, kata dia, petani tetap diimbau mewaspadai potensi penyakit yang menyerang tanaman pertanian, karena faktor kelembaban tanah yang tinggi karena curah hujan tersebut.

    “Sejauh ini untuk penyakit tanaman tidak ada, namun tetap waspada, dari dinas teman teman di lapangan juga waspada, jadi kita lebih intensif ke lapangan. Tapi tidak ada antisipasi, karena saat ini sektor pertanian aman-aman saja,” katanya.

    Dia juga berharap dengan adanya hujan di musim kemarau justru dimanfaatkan sebagian petani untuk melakukan percepatan tanam bila setelah panen, sehingga dari yang seharusnya membiarkan waktu lama setelah panen, kegiatan tanam di lahan yang sama dipercepat.

    “Jadi, petani yang ada di Bantul jangan sampai lahan itu nganggur, atau tanah itu tidak dimanfaatkan untuk tanaman. Harapan kami justru untuk tanaman pangan, mungkin padi maupun jagung. Jadi, sebetulnya ini menguntungkan petani tidak hanya di Bantul,” katanya.

    Pewarta: Hery Sidik
    Editor: Agus Salim
    Copyright © ANTARA 2025

  • Wabah PMK di Pacitan: Peternak Tak Lagi Dapat Pedet, Hanya Uang Tunai Rp 2,5 Juta per Ekor

    Wabah PMK di Pacitan: Peternak Tak Lagi Dapat Pedet, Hanya Uang Tunai Rp 2,5 Juta per Ekor

    Pacitan (brtajatim.com) – Wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) yang masih merebak di Kabupaten Pacitan menjadi pukulan berat bagi para peternak sapi. Harapan mereka untuk mendapatkan kompensasi berupa pedet (anak sapi) sebagai pengganti ternak yang mati, akhirnya pupus.

    Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Pacitan memutuskan hanya memberikan kompensasi uang tunai sebesar Rp 2,5 juta per ekor sapi yang mati.

    Kebijakan ini merupakan penyesuaian dari program sebelumnya yang direncanakan memberikan pengganti pedet senilai Rp 5 juta. Namun karena berbagai pertimbangan, program tersebut dibatalkan dan digantikan dengan skema pemberian uang tunai.

    Kepala DKPP Pacitan, Sugeng Santoso, menjelaskan bahwa pihaknya saat ini masih melakukan pendataan dan verifikasi di lapangan. Berdasarkan data sementara dari Sistem Informasi Kesehatan Hewan Nasional (iSIKHNAS), tercatat sudah ada 156 ekor sapi yang mati akibat PMK dan telah dikuburkan sesuai protokol kesehatan hewan. Sapi-sapi tersebut dinyatakan memenuhi syarat untuk menerima kompensasi.

    “Untuk alokasi anggaran, kami siapkan kompensasi bagi sekitar 170 ekor. Jika nanti hasil verifikasi melebihi angka itu, maka akan kami tambahkan pada Perubahan Anggaran Keuangan (PAK),” ujar Sugeng, ditulis Minggu (25/5/2025).

    Setiap peternak yang memenuhi kriteria akan mendapatkan dana kompensasi Rp 2,5 juta per ekor sapi. Namun demikian, Sugeng menegaskan bahwa kompensasi hanya diberikan kepada peternak yang tertib secara administratif.

    Pelaporan harus dilakukan melalui aplikasi iSIKHNAS milik Kementerian Pertanian, dan penguburan ternak harus mengikuti protokol kesehatan yang ditetapkan.

    “Kompensasi ini hanya diberikan kepada peternak yang tertib administrasi. Artinya, ternak yang mati harus dilaporkan melalui iSIKHNAS dan proses penguburan dilakukan sesuai protokol kesehatan hewan,” jelas Sugeng.

    Berdasarkan data DKPP, jumlah kasus PMK di Pacitan hingga saat ini telah mencapai 1.518. Dari angka itu, 198 sapi dilaporkan mati, 74 sapi dipotong paksa, delapan sapi masih sakit, dan sebanyak 1.238 ekor dinyatakan sembuh.

    Sugeng menambahkan, pemberian bantuan ini bukan hanya bentuk kepedulian pemerintah kepada para peternak yang mengalami kerugian, tetapi juga sebagai langkah preventif untuk mendorong pelaporan dini dan mencegah penyebaran PMK di masa mendatang.

    “Kami berharap peternak semakin sadar akan pentingnya pelaporan penyakit ternak dan pencegahan dini. Ini demi keberlangsungan sektor peternakan di Pacitan,” pungkasnya. [tri/suf]