Kementrian Lembaga: Dinkes

  • Lima Warga Bojonegoro Tewas dalam Kecelakaan di Tawangmangu, Wakil Bupati Sampaikan Duka Cita

    Lima Warga Bojonegoro Tewas dalam Kecelakaan di Tawangmangu, Wakil Bupati Sampaikan Duka Cita

    Bojonegoro (beritajatim.com) – Duka mendalam menyelimuti Kabupaten Bojonegoro setelah lima warganya meninggal dunia dalam kecelakaan tragis di kawasan wisata Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, Sabtu (17/5/2025).

    Wakil Bupati Bojonegoro, Nurul Azizah, turut hadir mengantar jenazah para korban ke rumah duka di Kecamatan Padangan, Minggu dini hari (18/5/2025). Didampingi Kepala Pelaksana BPBD dan Kepala Dinas Kesehatan Bojonegoro, ia menyerahkan santunan secara langsung kepada keluarga korban sebagai bentuk empati dan kehadiran pemerintah di tengah masyarakat yang berduka.

    “Atas nama Pemerintah Kabupaten Bojonegoro, kami menyampaikan belasungkawa yang sedalam-dalamnya. Semoga seluruh korban diterima di sisi Tuhan Yang Maha Esa, dan keluarga yang ditinggalkan diberi kekuatan serta ketabahan,” ucap Nurul Azizah saat menyampaikan sambutan di kediaman salah satu korban.

    Usai doa bersama dan penyerahan santunan, para korban dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Padangan.

    Kronologi Kecelakaan

    Kecelakaan terjadi pada Sabtu pagi sekitar pukul 10.15 WIB di Dusun Banaran, Desa Gondosuli, Kecamatan Tawangmangu. Sebuah minibus Isuzu Elf bernomor polisi S 7338 AA yang mengangkut rombongan wisatawan dari Bojonegoro menuju Air Terjun Jumog diduga mengalami rem blong saat menuruni jalan curam.

    Akibatnya, lima penumpang meninggal dunia dan 12 orang lainnya mengalami luka-luka dengan tingkat keparahan berbeda. Para korban luka saat ini dirawat di RSUD Karanganyar dan Puskesmas Tawangmangu.

    Daftar Korban

    Korban meninggal dunia:
    Endang Murtini
    Salma (anak-anak)
    Ana Rubi (45), warga Padangan, Bojonegoro
    Atik (49), warga Padangan, Bojonegoro
    Satu korban masih dalam proses identifikasi

    Korban luka-luka (dirawat di RSUD Karanganyar dan Puskesmas Tawangmangu):

    Neneng Yanti (45), Cepu
    Lasmini Ningsih (56), Cepu
    Rumi (49), Cepu
    Tatik (45), Cepu
    Ana Ruhti (45), Padangan
    Akri (49), Padangan

    Sudo Asih (51), Padangan
    Lilik Mabarwati, Cepu
    Muh. Ilham Ariza Putra (9), Padangan
    Siti Kotriah, Bojonegoro
    Muhammad Nurtriani, Padangan
    Sopir (masih dalam pendataan)

    Pemerintah Kabupaten Bojonegoro menyatakan komitmennya untuk terus mendampingi proses penanganan korban, mulai dari layanan medis hingga pemulangan jenazah dan dukungan psikososial bagi keluarga yang terdampak.

    Pemerintah juga mengimbau masyarakat untuk memastikan kelayakan kendaraan sebelum melakukan perjalanan jauh, terutama ke kawasan wisata pegunungan dengan medan ekstrem. [lus/suf]

  • Soal kasus TBC, Pramono: Belum perlu ditanggapi berlebihan

    Soal kasus TBC, Pramono: Belum perlu ditanggapi berlebihan

    Jakarta (ANTARA) – Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung Wibowo menyebutkan kenaikan kasus penyakit Tuberkulosis (TBC) belum perlu ditanggapi berlebihan.

    “Saya mendapatkan laporan dari 1-2 hari ini memang di Jakarta sedang mengalami kenaikan apa? TBC-nya, tapi belum perlu kemudian ditanggapi berlebihan,” katanya saat ditemui di Jakarta, Sabtu.

    Pramono beralasan pihaknya telah berupaya mengatasi TBC dengan meluncurkan “Pasukan Putih”. Kemudian JakCare dan juga JakAmbulans pada Rabu (14/5).

    “Dan kemarin (Jumat) mereka sudah mulai turun tangan ke lapangan. Boleh dicek terutama di Jakarta Timur, Jakarta Selatan,” katanya.

    Pramono berharap “Pasukan Putih” menjadi garda terdepan dalam mendeteksi secara dini TBC di Jakarta.

    “Pasukan Putih” merupakan relawan yang dibentuk oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk memberikan layanan kesehatan gratis untuk masyarakat. “Pasukan Putih” ini sepenuhnya bekerja untuk memberikan dukungan kesehatan yang ada di Jakarta.

    “Tentunya semua penyakit termasuk TBC. Karena memang TBC sedang ada dan kita sedang menangani itu,” kata katanya saat dijumpai di Jakarta Pusat, Rabu (14/5).

    Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Ani Ruspitawati mengatakan, kasus TBC di Jakarta memang cukup tinggi.

    Salah satunya di Jakarta Timur. Berdasarkan data, terdapat 2.645 warga yang terjangkit TBC selama periode Januari-Maret 2025.

    Ani menjelaskan, pengendalian TBC kini dilakukan berbasis komunitas yang melibatkan tenaga kesehatan hingga kader warga. Bahkan Jakarta sudah memiliki 274 RW yang statusnya sudah siaga TBC.

    “Pasukan Putih” akan bekerjasama dengan ibu-ibu yang fungsinya sebagai kader TB untuk terus melakukan penemuan kasus. “Setelah penemuan kasus, mengedukasi masyarakat yang kontak erat dengan penderita TBC untuk mau diperiksa,” kata Ani.

    Pewarta: Ilham Kausar
    Editor: Sri Muryono
    Copyright © ANTARA 2025

  • Mas Ibin Merasa Malu RS di Kota Blitar Tertinggal dari Kabupaten

    Mas Ibin Merasa Malu RS di Kota Blitar Tertinggal dari Kabupaten

    Blitar (beritajatim.com) – Baru menjabat sebagai Wali Kota Blitar selama 2 bulan, Syauqul Muhibbin merasa malu rumah sakit di daerah yang dia pimpin tertinggal dari Kabupaten Blitar. Sebabnya, saat ini Kabupaten Blitar sudah memiliki rumah sakit rujukan, sementara fasilitas serupa belum ada di Kota Blitar.

    Ungkapan kekecewaan itu diluapkan Mas Ibin di depan pejabat Dinas Kesehatan Kota Blitar dalam acara workshop analisis situasi serta pendampingan penyusunan rencana strategis dan rencana kerja dinas kesehatan Kota Blitar. Bahkan rasa malu yang diungkapkan Mas Ibin itu diupload di video instagramnya @kotablitarsae.

    “Saya malu dong ada kabupaten rujukan dan kota tidak ada, kan malu, tapi tidak tahu dari dulu sampai sekarang kok tidak ada yang malu. Kalau saya sebagai kepala daerah meskipun baru 2 bulan malu sebenarnya saya,” ucap Wali Kota Blitar, Syauqul Muhibbin dalam unggahan video instagram @kotablitarsae tersebut.

    Dalam video yang diunggah pada tanggal 7 Mei tersebut, Mas Ibin seolah menyindir para pejabat yang ada di ruangan itu, agar merasa malu karena selama ini Kota Blitar justru tertinggal dari Kabupaten Blitar di sektor kesehatan. Wali Kota Blitar itu mengingatkan sudah seharusnya Bumi Bung Karno lebih maju dari Kabupaten Blitar di bidang kesehatan.

    “Kota loh kita ini, kota. Kalau sudah ngomong kota itu image kita kecil dulu itu eh mau ke warung, ke warung ke kota, mau nonton bioskop di Payana ke kota, mau bersekolah di SMP 1 dan SMA 1 di Kota. Pokoknya semua kota itu terbaik, terunggul, terkualitas dari dulu sejak kapan kota ini merosot fasilitasnya,” ungkap kekecewaan Mas Ibin.

    Melihat kondisi Kota Blitar yang tertinggal oleh Kabupaten Blitar di sektor kesehatan ini, Mas Ibin pun tidak bisa berkata apa-apa lagi. Mas Ibin pun tidak bisa terus mengeluh, ia memilih untuk mengajak semua pihak sadar dan mulai membangun kembali kualitas pelayanan kesehatan di Kota Blitar.

    “Maka secara nurani saya betul-betul melihat kondisi sekarang ini. Saya tidak bisa mengeluh kita saatnya membangun, mohon jangan kaget karena saya baru 2 bulan dilantik dan membawa semangat baru di Kota Blitar, kalau tidak baru lucu untuk apa pemuda kalau tidak bisa merubah suatu bangsa atau daerah seperti itu,” tandasnya.

    Masyarakat Kota Blitar sendiri memang sudah lama mengeluhkan ketertinggalan kualitas pelayanan kesehatan utama rumah sakit. Beberapa warga memilih berobat ke rumah sakit umum daerah di Kabupaten Blitar dari pada berobat ke rumah sakit umum daerah Kota Blitar.

    Bahkan beberapa warga justru memilih berobat ke rumah sakit swasta yang ada di Kota Blitar, dari pada harus berobat ke RSUD Kota Blitar. Alasannya tentu faktor pelayanan medis yang lebih memuaskan.

    “Kalau saya lebih memilih berobat ke RSU Aminah atau RSUD Ngudi Waluyo ya meski saya warga Kota Blitar karena memang pelayanan medisnya saya rasa lebih baik,” ungkap Linda, warga Sananwetan Kota Blitar.

    Sebenarnya warga bukan tidak mau berobat di rumah sakit umum daerah milik Pemerintah Kota Blitar, namun pelayanan kesehatannya dianggap warga jauh tertinggal dari rumah sakit swasta maupun RSUD milik Pemerintah Kabupaten Blitar. Warga pun mengharapkan ada perubahan yang signifikan yang dihadirkan oleh Wali Kota Blitar.

    “Kita berobat itu pengen sembuh dan secara otomatis kita akan memilih tempat yang memiliki kualitas yang baik,” tegasnya. [owi/beq]

  • Warkop Terselubung di Ponorogo Ditutup, DPRD Desak Satpol PP Berantas Prostitusi Online

    Warkop Terselubung di Ponorogo Ditutup, DPRD Desak Satpol PP Berantas Prostitusi Online

    Ponorogo (beritajatim.com) – Langkah tegas Satpol PP Ponorogo dalam menutup warung kopi (warkop) yang disalahgunakan untuk praktik prostitusi terselubung, mendapat apresiasi dari Ketua DPRD Ponorogo, Dwi Agus Prayitno. Dia menyebut upaya tersebut sebagai bentuk keseriusan pemerintah dalam memerangi penyakit masyarakat yang berpotensi menyebarkan HIV/AIDS di Bumi Reog.

    Dalam beberapa pekan terakhir, Satpol PP bersama tim gabungan telah menutup belasan warkop di Desa Demangan, Kecamatan Siman, serta puluhan lainnya di kawasan Pasar Janti, Desa Ngrupit, Kecamatan Jenangan.

    “Kami apresiasi kinerja ini. Tapi saya ingatkan, jangan berhenti di sini,” kata Dwi Agus, Jumat (16/5/2025).

    Menurutnya, penutupan tempat-tempat itu harus menjadi langkah awal dari agenda besar. Yakni menjadikan Ponorogo sebagai kabupaten yang sehat dan bebas dari praktik prostitusi yang terselubung. Politisi dari PKB itu menilai, masih banyak lokasi lain yang harus disisir karena wilayah Ponorogo mencakup 21 kecamatan yang berpotensi menjadi titik penyebaran penyakit sosial.

    “Yang dilakukan selama ini bagus, tapi harus rutin. Jangan hanya reaktif,” ungkapnya.

    Dia pun menyinggung kasus di Desa Demangan yang mencatat belasan penjaga warung terdeteksi HIV, sebagai fenomena gunung es, indikasi bahwa kasus sebenarnya jauh lebih banyak dari yang terungkap.

    Dwi Agus menekankan pentingnya tracing sebagai bagian dari langkah preventif. Ia mendorong pemerintah daerah melalui Dinas Kesehatan untuk menggandeng berbagai elemen dalam mendeteksi dan menangani penyebaran HIV di lokasi-lokasi rawan.

    “Yang sudah ketahuan terinfeksi HIV, harus benar-benar diurus. Diberi pendampingan, pengobatan, dan pengawasan. Tempat-tempat yang ditutup itu juga harus terus dipantau agar tidak muncul kembali,” tegasnya

    DPRD Ponorogo juga menyebut tantangan baru yang muncul dalam wujud praktik prostitusi berbasis digital. Dwi Agus menyarankan Satpol PP agar tidak hanya fokus pada penertiban konvensional, tetapi juga aktif membangun koordinasi dengan kepolisian, khususnya divisi cyber.

    “Sekarang ini banyak praktik prostitusi yang beralih ke ranah daring. Satpol PP harus gandeng kepolisian, khususnya yang menangani kejahatan siber. Jangan sampai kecolongan,” pintanya.

    Dia juga meminta agar pengawasan terhadap tempat hiburan malam (THM) dan penginapan baru diperketat. Menurutnya, tempat-tempat tersebut berpotensi menjadi lokasi baru bagi praktik-praktik menyimpang, jika tidak segera dipantau.

    “Ponorogo harus bersih. Dan itu butuh kerja bersama: eksekutif, legislatif, dan aparat penegak hukum,” pungkasnya. [end/aje]

  • 713 Jemaah Haji Asal Banyuwangi Masuk Kategori Berisiko, Mayoritas Hipertensi

    713 Jemaah Haji Asal Banyuwangi Masuk Kategori Berisiko, Mayoritas Hipertensi

    Banyuwangi (beritajatim.com) – Sebanyak 713 dari total 1.143 jemaah haji asal Banyuwangi yang telah diberangkatkan ke Tanah Suci tergolong sebagai jemaah berisiko. Kategori ini ditetapkan berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan oleh Dinas Kesehatan Banyuwangi terhadap 1.168 orang yang terdiri dari jemaah dan petugas haji.

    Pemeriksaan tersebut mengungkapkan bahwa sebagian besar jemaah mengalami kondisi medis tertentu yang dapat memengaruhi kelancaran ibadah. Dari total peserta yang diperiksa, terdiri atas 537 laki-laki dan 630 perempuan, hipertensi menjadi penyakit terbanyak yang diderita.

    “Enam penyakit terbanyak, yang pertama hipertensi 321 orang, kedua penyakit metabolik 293 orang,” kata Kepala Dinas Kesehatan Banyuwangi, Amir Hidayat, melalui Kasi Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit, Hadi Sutoyo, Kamis (15/5/2025).

    Selain hipertensi dan penyakit metabolik, penyakit lain yang umum diidap oleh jemaah haji Banyuwangi meliputi diabetes melitus sebanyak 173 orang, penyakit jantung 89 orang, anemia aplastic 24 orang, dan gastritis 18 orang.

    Dari total 713 jemaah yang dikategorikan berisiko, 23 orang dinyatakan istitha’ah atau mampu menunaikan ibadah haji dengan syarat mendapatkan pendampingan dari keluarga karena keterbatasan aktivitas fisik. Sementara 690 jemaah lainnya tetap dapat menjalankan ibadah haji namun harus membawa obat-obatan pribadi dari tanah air dan berada dalam pengawasan serta pendampingan petugas haji.

    “Sebanyak 23 orang harus didampingi dari keluarga karena keterbatasan aktivitas, sementara 690 orang karena penyakit komorbid harus membawa obat dari tanah air selain didampingi petugas haji,” jelas Hadi.

    Sebagai langkah preventif, Dinas Kesehatan juga memberikan vaksinasi kepada jemaah haji. Berdasarkan data terakhir, sebanyak 97,6 persen jemaah telah menerima vaksin meningitis, sementara 96,6 persen telah menerima vaksin polio.

    “Upaya ini diharapkan dapat meminimalkan risiko penularan penyakit selama pelaksanaan ibadah haji tahun ini,” pungkasnya. [alr/beq]

  • Mbak Vinanda Beri Hadiah Pejuang Thalasemia di Kota Kediri

    Mbak Vinanda Beri Hadiah Pejuang Thalasemia di Kota Kediri

    Kediri (beritajatim.com) – Pada momentum peringatan Hari Thalasemia Sedunia, Wali Kota Kediri Vinanda Prameswati memberikan hadiah kepada anak-anak pejuang thalasemia. Orang nomor satu di Kota Kediri ini ingin berbagi kebahagiaan dengan mereka.

    “Kita disini tidak hanya memperingati tapi juga menjadi momen refleksi bersama. Untuk saling meningkatkan kepedulian dan kesadaran terhadap pejuang thalasemia,” ungkap Vinanda Prameswati.

    Peringatan Hari Thalasemia Sedunia ini berlangsung di Aula Tri Brata Rumah Sakit Bhayangkara Kediri. Acara yang bertepatan dengan Hari Bhayangkara ke-79 itu sekaligus diisi dengan Donor Darah dan Edukasi.

    Wali kota yang karib disapa Mbak Vinanda ini juga memberi apresiasi kepada orang tua yang mendampingi, menyayangi dan menguatkan para anak-anak hebat tersebut. Apresiasi juga diberikan untuk semua pihak yang mempersamai para pejuang thalasemia, berupa fasilitas kesehatan serta dukungan Bapak Asuh, karena menjadi pendonor tetap.

    “Terima kasih juga kepada Perhimpunan Orang Tua Penyandang Thalasemia Indonesia (POPTI). Sehingga perjuangan ini tidak terasa berat sendiri. Namun ada teman-teman yang menyemangati,” terusnya.

    Wali kota termuda di Indonesia ini menegaskan Pemerintah Kota Kediri akan terus memberikan pelayanan kesehatan terbaik bagi masyarakat. Pemerintah Kota Kediri berkomitmen untuk menghadirkan pelayanan kesehatan yang inklusif melalui program Merata dan Smart Living. Spesifik pada jaminan kesehatan dan program-program pendukung lainnya.

    “Untuk para pejuang thalasemia kami berkomitmen memberikan pelayanan transfusi darah yang aman dan akses yang mudah. Harapannya dengan program-program yang ada dapat membantu meringankan beban para pejuang thalasemia di Kota Kediri,” tegasnya.

    Thalasemia ada tiga jenis, yakni mayor, intermediate, dan minor. Thalasemia mayor ini yang paling parah, membutuhkan transfusi darah rutin. Thalasemia intermediate ini lebih ringan dari mayor tetapi masih membutuhkan transfusi darah. Lalu thalasemia minor, tidak mengalami gejala yang jelas dan tidak memerlukan transfusi darah.

    “Saya ingin mengajak semua pihak untuk bersama-sama meningkatkan kepedulian. Sebab pejuang thalasemia ini tidak hanya sisi fisiknya saja yang sakit. Tapi mereka juga ada beban mental, sosial dan lainnya. Mari kita bahu-membahu memberikan semangat moral dan sosial,” imbuh Mbak Wali.

    Dalam kesempatan ini, Ketua POPTI Kediri Malichatun Nafiah menjelaskan tahun ini peringatan hari thalasemia sedunia adalah Bersama untuk Thalasemia: Menyatukan Komunitas Memprioritaskan Pasien. Ini menjadi tema yang luar biasa, mengingat perjuangan pasien thalasemia.

    Total pasien di Karisidenan Kediri ada 117 pasien dan di wilayah Kediri ada 54 pasien. Untuk di Kota Kediri ada 18 pasien yang aktif ke rumah sakit untuk mendapat protokol thalasemia berupa transfusi darah dan terapi kelasi besi. Lalu ada 4 pasien yang sudah tidak aktif di rumah sakit.

    “Momen peringatan hari thalasemia ini bukan selebrasi bagi kami. Tetapi sebagai penanda ada sebuah momentum yang bisa kita tegaskan bagi keluarga thalasemia bahwa mereka tidak bisa memilih hidup untuk lahir di lingkungan keluarga seperti apa. Inilah takdir untuk kita ketika hidup tidak bisa memilih maka kehidupan seperti apa bisa kita pilih yakni berjuang,” jelasnya.

    Turut hadir, Kapolres Kediri Kota AKBP Bramastyo Priaji, Kepala RS Bhayangkara Kediri Kombes Pol Agung Hadi Wijanarko, Kepala KPPN Kediri Izma Nur, Ketua PMI Indrakso, Ketua UDD PMI Ira Widiastuti, Ketua PCNU Abu Bakar Abdul Jalil, perwakilan Dinas Kesehatan dan tamu undangan lainnya. [nm/beq]

  • Narapidana Lapas Tuban Terindikasi Positif HIV Jadi Tiga Orang

    Narapidana Lapas Tuban Terindikasi Positif HIV Jadi Tiga Orang

    Tuban (beritajatim.com) – Jumlah narapidana Lapas Kelas II B Tuban yang terindikasi positif Human Immunodeficiency Virus (HIV) meningkat menjadi tiga orang. Hal ini berdasarkan hasil screening yang dilakukan Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (Dinkes P2KB) Kabupaten Tuban pada 14-15 Mei 2025.

    Kalapas Tuban, Irwanto Dwi Yhana Putra, menyampaikan bahwa dari total 262 warga binaan yang telah menjalani pemeriksaan, terdapat tiga orang yang reaktif HIV.

    “Yang reaktif HIV sebanyak tiga warga binaan,” ujar Irwanto, Kamis (15/5/2025).

    Selain HIV, screening juga dilakukan untuk Tuberkulosis (TBC) terhadap 99 warga binaan yang memiliki riwayat batuk dan faktor risiko tinggi. Sampel dahak akan dikirim ke Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) untuk pemeriksaan lanjutan.

    “Kami akan segera melakukan pembinaan dan edukasi terkait penanganan HIV,” tambah Kalapas Tuban.

    Koordinasi dengan Dinkes Tuban terus dilakukan guna memastikan perawatan dan pengobatan warga binaan berjalan sesuai prosedur yang berlaku.

    “Kami pastikan perawatan serta pengobatannya sesuai standar,” pungkasnya.

    Kegiatan ini menjadi bagian upaya pengendalian penyebaran HIV dan TBC di lingkungan Lapas Tuban untuk meningkatkan kesehatan warga binaan dan petugas. [dya/beq]

  • Satu Warga Binaan Lapas Tuban Positif HIV dari 150 yang Discreening

    Satu Warga Binaan Lapas Tuban Positif HIV dari 150 yang Discreening

    Tuban (beritajatim.com) – Sebanyak 150 warga binaan Lapas Kelas II B Tuban menjalani screening penyakit Tuberkulosis (TB) dan Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang digelar oleh Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (Dinkes P2KB) Kabupaten Tuban, Rabu (14/5/2025). Hasilnya, satu orang terdeteksi positif HIV/AIDS.

    Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes P2KB Tuban, Syahrul Afifa Ratna Sari, menyampaikan bahwa warga binaan yang dinyatakan positif akan menjalani perawatan dan pengobatan lanjutan di Puskesmas Tuban atau Klinik Lapas Kelas II B Tuban.

    “Screening ini rutin dilakukan, hari ini di Lapas, juga di berbagai desa,” ujar Ratna.

    Ia menambahkan bahwa kegiatan ini merupakan upaya deteksi dini karena penghuni lembaga pemasyarakatan merupakan kelompok dengan risiko tinggi penularan penyakit menular seperti TB dan HIV.

    Sementara itu, Kepala Lapas Tuban, Irwanto Dwi Yhana Putra, membenarkan hasil screening tersebut dan memastikan bahwa pihaknya akan menindaklanjuti temuan tersebut melalui langkah-langkah pembinaan serta edukasi kepada warga binaan.

    “Kami akan segera melakukan pembinaan dan edukasi terkait penanganan HIV,” ujar Irwanto.

    Kegiatan screening di Lapas ini digelar selama dua hari, yakni 14–15 Mei 2025. Irwanto juga menegaskan komitmen Lapas untuk terus berkoordinasi dengan Dinkes guna memastikan proses perawatan dan pengobatan berjalan sesuai prosedur.

    “Kami juga akan terus berkoordinasi dengan Dinkes terkait perawatan pasien yang positif dan kami akan pastikan perawatan serta pengobatannya berjalan sesuai prosedur yang berlaku,” pungkasnya. [dya/beq]

  • Plafon Puskesmas Perak Ambrol, Bupati Jombang Minta Pelayanan Tetap Optimal

    Plafon Puskesmas Perak Ambrol, Bupati Jombang Minta Pelayanan Tetap Optimal

    Jombang (beritajatim.com) – Bupati Jombang, Warsubi, mengambil langkah cepat menyusul laporan ambrolnya plafon di ruang rawat inap Puskesmas Perak. Respons ini ditunjukkan melalui peninjauan langsung ke lokasi pada Selasa malam, 13 Mei 2025.

    Dalam kunjungan tersebut, Abah Bupati—sapaan akrab Warsubi—memastikan bahwa pelayanan kesehatan kepada masyarakat tetap berjalan optimal tanpa hambatan.

    Didampingi oleh Sekretaris Daerah Kabupaten Jombang, Agus Purnomo, Kepala Dinas Kesehatan dr. Hexawan Tjahja Widada, serta sejumlah kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait, Bupati menelusuri seluruh ruangan dan memeriksa secara detail kondisi atap bangunan yang telah direhabilitasi pada tahun 2023 itu.

    Perhatian khusus diberikan pada kondisi plafon yang tampak lembap dan ditumbuhi jamur. Abah Bupati langsung menginstruksikan agar kebocoran yang menjadi penyebab kerusakan segera diidentifikasi dan ditangani.

    “Tolong segera cek bagian mana yang bocor, segera perbaiki, jangan sampai pelayanan kesehatan kepada masyarakat terganggu,” tegas Abah Bupati saat berada di lokasi.

    Pantauan di lokasi menunjukkan bahwa plafon ruang rawat inap yang sebelumnya ambrol kini telah diperbaiki dan sudah bisa digunakan kembali. Pemerintah Kabupaten Jombang menegaskan bahwa perbaikan ini menjadi bagian dari komitmen untuk menjaga kualitas pelayanan kesehatan di fasilitas publik.

    Langkah cepat ini juga menjadi bagian dari upaya menjaga kepercayaan masyarakat terhadap layanan Puskesmas sebagai garda terdepan pelayanan kesehatan. Abah Bupati menegaskan bahwa keselamatan dan kenyamanan pasien serta tenaga medis harus menjadi prioritas utama, terlebih di tengah tantangan peningkatan kebutuhan layanan dasar kesehatan.

    Dengan adanya kunjungan langsung dari kepala daerah serta arahan tegas untuk segera melakukan perbaikan, diharapkan kejadian serupa tidak terulang di masa mendatang. Pemeriksaan rutin terhadap kondisi bangunan fasilitas publik pun menjadi catatan penting bagi dinas teknis terkait. [suf]

  • Bupati Blitar Jamin Biaya Medis Korban Keracunan Makanan Posyandu Lansia

    Bupati Blitar Jamin Biaya Medis Korban Keracunan Makanan Posyandu Lansia

    Blitar (beritajatim.com) – Bupati Blitar, Rijanto menjamin semua biaya medis bagi para korban keracunan makanan Posyandu Lansia di Dusun Sidorejo, Desa Sidomulyo, Kecamatan Selorejo, Kabupaten Blitar. Para korban keracunan tidak perlu merogoh kocek sendiri.

    “Semua gratis, sudah saya minta ke dinas kesehatan untuk memantau kondisi warga yang terkena musibah ini,” ucap Rijanto, Selasa (13/5/2025).

    Total korban keracunan makanan sehat Posyandu Lansia di Dusun Sidorejo Desa Sidomulyo Kecamatan Selorejo Kabupaten Blitar pun terus bertambah. Hingga saat ini sudah ada 66 orang yang menjadi korban keracunan kolak kajang hijau serta buah pisang yang disediakan di Posyandu Lansia tersebut.

    Dari jumlah itu, sebanyak 27 orang masih dilakukan perawatan medis di puskesmas dan juga beberapa rumah sakit. Mayoritas mereka yang masih menjalani perawatan medis di puskesmas dan rumah sakit ini mengeluhkan sakit perut dan muntah-muntah disertai diare.

    Bupati Blitar, Rijanto meminta agar dinas kesehatan memantau kondisi para korban keracunan. Ketua DPC PDIP itu meminta agar para korban keracunan mendapatkan perawatan medis yang terbaik sehingga kondisinya bisa segera pulih.

    “Ini kejadian yang diluar dugaan kita semua, karena keracunan kan tidak hanya terjadi di daerah kita, yang terpenting ke depan kita harus lebih teliti lagi dalam memilih bumbu-bumbu masakan, makanan jangan ada lagi yang kadaluarsa,” pungkas Rijanto.

    Sementara itu para korban keracunan yang masih menjalani perawatan medis di puskesmas dan rumah sakit hingga saat ini masih mengeluhkan adanya sakit perut. Beberapa di antara juga masih mengalami diare hingga saat ini.

    “Sakit perut masihan terus diare sampai saat ini,” Juwarti, korban keracunan.

    Para korban ini pun sudah mendapatkan perawatan medis selama 3 hari. Meski kondisinya berangsur membaik namun keluhan perut sakit dan diare masih dirasakan oleh para korban keracunan. [owi/beq]