Banjir Besar Terjang Kendari, Ratusan Orang Terpaksa Mengungsi
Tim Redaksi
KENDARI, KOMPAS.com
– Ratusan warga di Jalan H Lamuse,
Kelurahan Lepo-Lepo
, Kecamatan Baruga, Kota Kendari,
Sulawesi Tenggara
(Sultra), terpaksa mengungsi setelah banjir setinggi leher orang dewasa merendam rumah mereka, Minggu (29/6/2025).
Ketua RT 12 RW 6 Kelurahan Lepo-Lepo yang juga korban banjir, Sarman, menuturkan bahwa banjir kali ini merupakan banjir terbesar dalam lima tahun terakhir.
Ia mengungkapkan wilayah tempat tinggalnya merupakan langganan banjir.
“Memang ini lokasi banjir setiap tahun, tetapi selalu cepat surut. Baru kali ini banjir besar lagi,” ungkap Sarman di tenda pengungsiannya, Minggu (29/6/2025).
Ia mengatakan, banjir terjadi akibat luapan
Sungai Wanggu
menyusul hujan deras yang menguyur Kota Kendari selama beberapa hari ini.
Sarman menyampaikan warganya telah menerima bantuan berupa matras dan dapur umum dari pemerintah daerah dan PMI.
Namun, warga masih menunggu obat-obatan yang belum didistribusikan.
”
Bantuan sosial
sudah kami terima, hanya obat-obatan ini kami masih butuh karena banjir ini bikin gatal-gatal kulit,” katanya.
Sementara itu, Dinas Sosial mencatat ada 172 kepala keluarga yang terdampak banjir di Jalan H Lamuse, Kelurahan Lepo-Lepo, Kecamatan Baruga, Kota Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra).
Plt Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Provinsi Sultra, Wawan Arianto, mengatakan bahwa jumlah jiwa yang berhasil didata pada Sabtu (28/6/2025) sebanyak 103 kepala keluarga atau 402 jiwa.
“Kemudian ada tambahan hari ini 69 KK, jadi total mencapai 172 KK. Jumlah jiwanya masih sementara dihitung,” ungkap Wawan, Minggu (29/6/2025).
Pemerintah Provinsi Sultra dan Pemerintah Kota Kendari telah mendirikan tenda di Jalan H Lamuse, Kelurahan Lepo-Lepo, Kecamatan Baruga, Kota Kendari.
Selain itu, lanjut Wawan, beberapa kebutuhan mendesak untuk warga terdampak banjir sudah didistribusikan.
Di antaranya adalah makanan siap saji, air bersih, kasur lipat, family kit, termasuk dapur umum.
Kepala Dinsos Kendari, Sudirham, mengatakan pihaknya telah menghubungi Dinas Kesehatan dan akan segera mendirikan posko khusus.
Gubernur Sultra Andi Sumangerukka (ASR) langsung meninjau ratusan rumah warga yang terendam banjir dengan menggunakan perahu karet milik Basarnas Kendari.
Gubernur Andi juga mengecek tenda-tenda pengungsi dan tenda logistik.
Dia mengatakan banjir ini disebabkan oleh meluapnya air Sungai Wanggu.
“Ternyata sungai ini terakhir meluap tahun 2019, berarti tidak tiap tahun. Setelah kami pelajari di situ ternyata tanggulnya,” ungkap Gubernur kepada wartawan usai meninjau lokasi banjir.
Gubernur Sultra mengatakan, solusi untuk mengatasi banjir adalah pembangunan tanggul di dekat Sungai Wanggu.
Tanggul dibuat lebih tinggi untuk menahan air.
Menurut dia, pada umumnya warga tidak bersedia untuk direlokasi seperti sebelumnya sudah pernah ditawari pemerintah.
“Mereka (warga) tidak bersedia karena sudah pernah ditawari untuk relokasi, enggak ada yang mau,” ujarnya.
Sementara untuk pembangunan tanggul, Gubernur Sultra menegaskan harus segera dilakukan dan ia akan membantu Pemerintah Kota (Pemkot) Kendari.
“Akan kami carikan dananya, saya akan bantu Pemkot Kendari untuk menyelesaikan ini,” tegasnya.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Kementrian Lembaga: Dinkes
-
/data/photo/2025/06/29/68613ace87287.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Banjir Besar Terjang Kendari, Ratusan Orang Terpaksa Mengungsi Regional 29 Juni 2025
-
/data/photo/2025/06/27/685dfc5f280f6.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Warga Kewalahan Atasi Serbuan Ulat Bulu di Kemanggisan Megapolitan 27 Juni 2025
Warga Kewalahan Atasi Serbuan Ulat Bulu di Kemanggisan
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com –
Toha (40), salah satu petugas keamanan di Kemanggisan Square Blok B 3C, Jalan Kemanggisan Raya, Palmerah,
Jakarta
Barat, mengaku kewalahan mengatasi serangan
ulat bulu
yang merebak akhir-akhir ini.
Ia mengatakan, dirinya sudah berkali-kali membersihkan ulat bulu dari area ruko, tetapi jumlahnya terus bertambah.
“Saya bersihkan terus, kemarin juga sudah banyak sekali yang dikeruk di dinding tapi tetap banyak sampai sekarang. Sudah sebulan kayak gini terus,” ungkap Toha saat ditemui
Kompas.com
, Jumat (27/6/2025).
Menurut Toha, serbuan ulat bulu mulai terjadi setelah musim kemarau berakhir. Setiap kali hujan turun, ulat-ulat itu bermunculan dan menyerbu area ruko.
Ia mengaku belum melaporkan kejadian tersebut ke Suku Dinas Kesehatan (Sudinkes) Jakarta Barat (Jakbar).
“Saya belum melapor ke mana-mana, tapi sebenarnya penghuni ruko di sini sudah resah dan sering minta bantuan buat bersihkan ulat bulu yang masuk ke dalam ruko,” ucap Toha.
Berdasarkan pantauan
Kompas.com
di lokasi, Jumat pukul 08.00 WIB, ulat bulu yang berukuran sekitar tiga sampai lima sentimeter ini merebak di tiga ruko, yang salah satunya digunakan sebagai indekos.
Ulat bulu terlihat menempel di tembok ruko, merayap hingga ke area parkir, bahkan sampai ke pos pengamanan Kemanggisan Square Blok B 3C.
Daun-daun tanaman di sekitar ruko pun tampak habis dimakan ulat bulu yang begitu banyak.
Petugas keamanan lainnya, Aris (44), mengaku sempat terkena ulat bulu saat berjaga di sekitar lokasi.
Ia mengalami iritasi di bagian leher belakang setelah tertempel ulat berwarna cokelat itu.
“Saya kejatuhan ulat bulu di leher, saya kaget pas pegang itu gede banget. Setelah itu langsung panas sama gatal-gatal banget. Saya langsung mandi waktu itu dan dikasih obat oles,” ungkapnya saat ditemui, Jumat.
Aris menambahkan, saat sedang tidur di pos jaga, ia juga sering mendapati ulat bulu merayap beberapa anggota tubuhnya.
“Kalau lagi tidur, biasanya ulat tiba-tiba nempel di kaki bahkan tangan,” ujarnya.
Adapun pihak penghuni ruko indekos sudah sering mengadukan kejadian ulat bulu ke pihak pengelola, tetapi sampai saat ini masih belum ditindaklanjuti.
Saat ini, ulat bulu hanya dibersihkan secara rutin menggunakan sapu dan dikumpulkan di dalam wadah khusus.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -
/data/photo/2023/08/18/64df601b4cdc9.png?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Cegah Perkembangbiakan Nyamuk, Sudinkes Jakbar Gencarkan PSN di Hutan Kota Srengseng Megapolitan 27 Juni 2025
Cegah Perkembangbiakan Nyamuk, Sudinkes Jakbar Gencarkan PSN di Hutan Kota Srengseng
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com –Suku Dinas Kesehatan
(Sudinkes)
Jakarta
Barat (Jakbar) menggencarkan aksi pemberantasan sarang
nyamuk
(PSN) di area
Hutan Kota Srengseng
(HKS), Kelurahan Srengseng, Kecamatan Kembangan.
Kegiatan ini dilakukan dengan menggandeng pihak kelurahan, puskesmas, dan pengelola HKS.
Kepala Sudinkes Jakbar, Erizon Safari, mengatakan, keberadaan nyamuk tidak terlepas dari adanya tempat-tempat perindukan nyamuk, yakni genangan-genangan air di area Hutan Kota Srengseng (HKS).
“Pelaksanaan Pemberantasan Sarang
Nyamuk
3M Plus rutin minimal seminggu sekali di Hutan Kota Srengseng diperlukan untuk mengendalikan berkembangbiaknya nyamuk di wilayah tersebut,” ujar Erizon dalam keterangannya, Jumat (27/6/2025).
Aksi PSN ini juga merupakan respons atas keluhan seorang pengunjung HKS bernama Lustam (48), yang mengaku terganggu oleh banyaknya nyamuk saat diwawancarai Kompas.com pada Selasa (24/6/2025).
Dalam hal ini, Erizon mengungkapkan pihaknya bersama jajaran kelurahan, puskesmas setempat dan pengelola HKS sudah mengunjungi serta mengecek area seluas sekitar 15 hektare tersebut pada Kamis (26/6/2025) siang.
Pengecekan dilakukan oleh Sudis Kesehatan Jakarta Barat yang diwakili Yuyun, Pengelola Program DBD Sudinkes; Kepala Puskesmas Srengseng, Mira Sekar Hadi; Kasi Ekbang Kelurahan Srengseng, Wahyu Dwi; dan jajaran pengelola HKS.
Dari hasil pengecekan, ditemukan jentik nyamuk
Aedes Aegypti
dan lainnya di beberapa lokasi, utamanya di tempat-tempat penampungan air berupa kolam, pot, galon bekas, dan sebagainya.
Erizon menjelaskan, pihaknya mencontohkan beberapa potensi perindukan nyamuk, di antaranya saluran air yang tak berjalan baik, sampah-sampah yang dibuang sembarangan oleh pengunjung yang bisa menampung air, dan genangan air di kolam-kolam ikan yang tidak ada ikannya.
Genangan air juga ditemukan di ember toilet, pot berisi tanaman air, tatakan pot, tempat sampah tanpa lubang dan penutup, yang semuanya terisi air hujan.
“Adapun jenis spesies nyamuk yang berpotensi berkembang-biak berdasarkan tempat perindukan yang timbul antara lain, nyamuk
Culex
, nyamuk Aedes
Alpopictus
dan nyamuk
Aedes Aegypti,
” katanya.
Erizon menambahkan, jajarannya terus bekerja keras dalam melakukan berbagai upaya pencegahan. Salah satunya adalah pelaksanaan PSN secara rutin minimal sekali seminggu di HKS.
Selain itu, tindakan lanjutan yang perlu dilakukan mencakup pembersihan saluran air agar tidak tersumbat, pengangkutan sampah-sampah yang berpotensi menampung air, serta pengelolaan kolam buatan agar selalu diisi ikan.
Ember dan bak air di toilet juga perlu diperiksa secara rutin, dan pot tanaman air sebaiknya diisi ikan untuk mencegah jentik nyamuk
.
“Termasuk membersihkan tempat-tempat sampah yang terdapat genangan air hujan, menambahkan tutup tempat sampah, dan pabila diperlukan dilaksanakan larvasidasi,” jelas Erizon.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -

Vaksinasi Jadi Upaya Preventif di Kutai Kartanegara Cegah Demam Berdarah Dengue
JAKARTA – Penyakit demam berdarah dengue masih menjadi momok bagi masyarakat Indonesia, termasuk di Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Dalam upaya memperkuat pertahanan terhadap penyakit ini, pemerintah daerah menggencarkan program vaksinasi dengue sebagai bagian dari strategi jangka panjang untuk melindungi masyarakat, khususnya anak-anak, dari ancaman virus yang terus mengintai sepanjang tahun.
Langkah ini diambil sebagai respons atas tingginya jumlah kasus dengue yang tercatat di wilayah tersebut. Pada 2024 saja, terdapat lebih dari 10.000 kasus dengue di Kalimantan Timur, dengan Kutai Kartanegara menyumbang angka terbanyak, yakni 2.802 kasus.
Beban kesehatan yang tinggi ini tidak hanya membahayakan nyawa warga, tetapi juga mengganggu stabilitas sistem kesehatan lokal. Perubahan iklim, mobilitas penduduk yang tinggi, serta pesatnya urbanisasi turut memicu penyebaran dengue yang semakin sulit dikendalikan.
Bupati Kutai Kartanegara, Edi Damansyah, menilai bahwa vaksinasi menjadi bagian penting dari pendekatan komprehensif dalam menghadapi dengue.
“Kami meyakini penanggulangan dengue tidak bisa hanya bergantung pada satu pendekatan saja. Diperlukan strategi yang lebih kuat, terintegrasi, dan berkelanjutan mulai dari edukasi, pemberdayaan masyarakat, pengendalian vektor, hingga perlindungan melalui vaksinasi,” tegasnya.
Ia menambahkan program ini menargetkan sekitar 1.550 anak sekolah dasar kelas 1 hingga 5 di Kecamatan Tenggarong.
“Kami optimistis inisiatif ini dapat menurunkan jumlah kasus di Kutai Kartanegara, sekaligus membangun ketahanan kesehatan masyarakat melalui perlindungan yang lebih kuat dan berkelanjutan,” lanjutnya.
Dukungan terhadap langkah ini juga datang dari Kementerian Kesehatan RI. Direktur Penyakit Menular, dr. Ina Agustina Isturini, MKM, menjelaskan bahwa pemerintah pusat sedang memperkuat strategi penanggulangan dengue melalui pendekatan yang lebih aplikatif dan terintegrasi.
“Kami menyadari untuk mencapai tujuan besar yaitu ‘Nol Kematian Akibat Dengue pada 2030’, diperlukan langkah lanjutan yang lebih taktis, aplikatif, dan adaptif terhadap tantangan di lapangan,” ujar Ina.
Ia juga mengapresiasi upaya Dinas Kesehatan Kalimantan Timur dan Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara, yang menurutnya menjadi contoh nyata praktik baik di tingkat daerah.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur, Dr. dr. H. Jaya Mualimin, Sp.Kj, M.Kes, MARS, menyebutkan keberhasilan pelaksanaan vaksinasi di Balikpapan dan Samarinda menjadi dasar perluasan program ke Kutai Kartanegara.
“Anak-anak yang telah menerima vaksinasi tidak mengalami infeksi dengue, yang artinya tingkat perlindungan terhadap penyakit ini berhasil ditingkatkan,” jelasnya.
Ia menekankan vaksinasi bukanlah satu-satunya upaya yang dilakukan. Program seperti Gerakan 3M Plus dan edukasi lintas sektor tetap berjalan, menjadikan vaksinasi sebagai pelengkap dari keseluruhan pendekatan preventif.
Dari sisi penyediaan vaksin, Sri Harsi Teteki selaku Direktur Medis dan Hubungan Kelembagaan Bio Farma menegaskan peran penting perusahaan dalam memperkuat sistem imunisasi nasional.
“Kami percaya bahwa kemitraan yang sinergis antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, sektor swasta, dan masyarakat merupakan fondasi utama dalam membangun sistem kesehatan yang kuat dan merata,” ungkapnya. Bio Farma, bersama mitra internasional seperti Takeda, menjadi bagian dari rantai distribusi vaksin dengue di Indonesia.
Di kesempatan yang sama, Presiden Direktur PT Takeda Innovative Medicines, Andreas Gutknecht, juga menyampaikan pentingnya peran pencegahan dalam mengurangi dampak penyakit ini.
Menurut Andreas sampai hari ini, dengue masih menjadi ancaman nyata dan belum ada obat yang secara khusus dapat menyembuhkannya. Ini menjadikan pencegahan sebagai kunci. Ia menekankan pihaknya berkomitmen menjadi mitra jangka panjang pemerintah dan masyarakat dalam menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat dengue.
“Inisiatif ini mencerminkan kolaborasi yang dibutuhkan untuk menciptakan dampak yang berkelanjutan bagi penguatan kesehatan masyarakat,” tambahnya.
Melalui kerja sama lintas sektor yang kuat dan dukungan penuh dari berbagai pemangku kepentingan, program vaksinasi dengue di Kutai Kartanegara diharapkan mampu menjadi tonggak penting dalam perjalanan menuju target nasional eliminasi kematian akibat dengue di tahun 2030.
-
/data/photo/2025/06/24/685a42d428e81.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Sembuh dari Penyakit Langka, Rafi Bocah 7 Tahun Kini Lawan Leukemia, Dirujuk ke Palembang Regional 24 Juni 2025
Sembuh dari Penyakit Langka, Rafi Bocah 7 Tahun Kini Lawan Leukemia, Dirujuk ke Palembang
Tim Redaksi
KOTA JAMBI, JAMBI, KOMPAS.com –
Wakil Wali Kota Jambi,
Diza Hazra Aljosha
, menyempatkan diri untuk mengunjungi M Rafi, seorang bocah berusia 7 tahun yang tengah berjuang melawan penyakit leukemia atau kanker darah.
Diza mengunjungi Rafi yang tengah dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Raden Mattaher Jambi, Selasa (24/6/2025).
Usai mengunjungi Rafi, Diza mengatakan bahwa bocah tersebut akan dirujuk ke Rumah Sakit Umum Pusat Dr Mohammad Hoesin di Kota Palembang, Sumatera Selatan, guna menjalani pemeriksaan dan pengobatan lebih intensif.
Ini dilakukan karena keterbatasan fasilitas di RSUD Raden Mattaher.
“Dari hasil pemeriksaan darahnya kecenderungan kanker darah. Tapi untuk memastikan secara menyeluruh, cuma untuk pemeriksaan lebih lanjut tergantung hasil lembar TEP (Tindakan Evaluasi Pengobatan), kebetulan ini belum ada di Jambi,” jelas Diza, saat ditemui di RSUD Raden Mattaher Jambi, Selasa (24/6/2025).
Diza juga menegaskan bahwa
Pemerintah Kota Jambi
akan memberikan pendampingan penuh kepada Rafi dan keluarganya selama proses pengobatan berlangsung.
Ia telah menginstruksikan Dinas Sosial dan Dinas Kesehatan Kota Jambi untuk secara aktif memantau kondisi Rafi, termasuk kebutuhan pengobatan dan keperluan lainnya.
Adapun biaya pengobatan Rafi ditanggung dari Kartu Indonesia Sehat (KIS).
Sementara, biaya keberangkatan dari Jambi ke Palembang ditanggung Dinas Kesehatan dan Dinas Sosial Kota Jambi.
Begitu juga biaya penginapan orangtua Rafi bakal ditanggung Pemkot Jambi.
Sebelumnya diberitakan, Rafi, bocah 7 tahun asal Kota Jambi, yang sempat mengidap
Stevens Johnson Syndrome
atau Sindrom Stevens Johnson (SJS), kini kembali harus menjalani perjuangan berat.
Setelah dinyatakan pulih dari SJS, Rafi kini didiagnosis menderita leukemia atau kanker darah.
Ibunda Rafi, Novita, mengungkapkan bahwa gejala baru muncul tak lama setelah Rafi pulih dari penyakit sebelumnya.
“Awalnya perutnya sakit dan terasa keras. Waktu saya buka bajunya, perutnya tampak membengkak,” ujar Novita dengan nada cemas saat ditemui di rumah sakit, Selasa (24/6/2025).
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -

antara ekonomi dan kesehatan masyarakat
Sejumlah warga menikmati libur akhir pekan di Kawasan Tanpa Rokok (KTR) Taman Ranggon Wijaya Kusuma, Jakarta Timur, Minggu (19/5/2024). DPRD DKI Jakarta mendorong Pemprov DKI Jakarta untuk menegakkan aturan Perda Kawasan Tanpa Rokok (KTR) dan menekankan pentingnya Raperda KTR untuk memberikan payung hukum bagi Satpol PP dalam menegakkan aturan tersebut. ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya/YU.
Dilema Ranperda KTR: antara ekonomi dan kesehatan masyarakat
Dalam Negeri
Editor: Calista Aziza
Selasa, 24 Juni 2025 – 15:03 WIBElshinta.com – Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta kini sedang fokus menggodok Rancangan Peraturan Daerah (Ranperda) Kawasan Tanpa Rokok (KTR) untuk mengatur tempat bagi para perokok demi menciptakan lingkungan yang sehat dan nyaman.
Ranperda KTR mencakup pelarangan aktivitas merokok, iklan, promosi, dan sponsor produk tembakau di fasilitas umum seperti sekolah, transportasi publik, tempat ibadah, serta area terbuka yang digunakan oleh masyarakat luas.
Saat ini, Ranperda tentang KTR masih menjadi pembahasan DPRD DKI dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan diharapkan segera menjadi Perda.
Urgensi pembahasan dilakukan karena Jakarta termasuk salah satu dari 45 kabupaten/kota yang belum memiliki Peraturan Daerah (Perda) tentang KTR selain beberapa kota di Aceh dan Papua. Padahal, saat ini sudah 469 kabupaten/kota di Indonesia yang memiliki Perda KTR.
Aturan ini dianggap penting karena berdasarkan Data Survei Kesehatan Indonesia 2023, 42,1 persen warga Jakarta mulai merokok pada usia 15–19 tahun, sementara 5,3 persen anak-anak telah menjadi perokok aktif. Angka yang, meskipun lebih rendah dari rata-rata nasional, tetap dinilai mengkhawatirkan.
Selain itu, data terbaru survei berbasis sekolah pada 2024, terhadap 2.771 remaja laki-laki di Jakarta menemukan bahwa 12 persen melaporkan mereka sedang merokok.
Dari ribuan remaja laki-laki tersebut usia rata-rata mereka mulai merokok pada usia 13,2 tahun.
24 persen melaporkan bahwa saat ini mereka menggunakan rokok elektrik, 28 persen menggunakan rokok atau rokok elektrik dan tujuh persen menggunakan rokok dan rokok elektrik secara bersamaan.
Tentunya, hal ini dinilai dapat merusak kesehatan mereka dan juga lingkungan. Oleh karenanya, kini Ranperda KTR menjadi salah satu prioritas Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
Pada 23 Maret lalu, Wakil Gubernur Jakarta, Rano Karno, dalam Rapat Paripurna DPRD DKI Jakarta di Gedung DPRD, Jakarta Pusat, mengatakan telah menyelaraskan Raperda tersebut dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025–2029 yang memuat Asta Cita sebagai prioritas nasional.
Hal ini tertuang dalam Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2005 tentang Pengendalian Pencemaran Udara, yang diperkuat dengan Peraturan Gubernur Nomor 75 Tahun 2005 dan perubahannya, yakni Pergub Nomor 88 Tahun 2010 tentang Kawasan Dilarang Merokok.
Dari sisi kesehatan
Melihat dari tujuan Ranperda KTR yang ingin menciptakan lingkungan yang sehat, masyarakat banyak setuju dengan aturan ini.
Salah satunya adalah Putri (28) yang mengaku sangat senang apabila peraturan ini benar-benar disahkan. Sebagai wanita yang tidak merokok, ia kerap dirugikan oleh para perokok yang dinilainya egois.
Menurut Putri, para perokok seringkali tak melihat sekitar saat sedang merokok. Mereka seolah tak peduli jika ada anak kecil atau ibu hamil yang ada di dekatnya.
“Suka nggak tahu diri, nggak tahu tempat. Biasanya di angkot, supirnya saja merokok, nggak peduli sama pejalan lain kena abu-nya dan penumpang hirup asapnya,” kata Putri.
Sama dengan Putri, Tasya (30) juga setuju dengan adanya aturan tersebut. Sebab, menurutnya para perokok kini sudah semakin bebas untuk mengepulkan asap dimana-mana termasuk di ruangan tertutup.
“Mentang-mentang rokok elektrik katanya wangi. Padahal dia ngajak seruangan sakit bareng-bareng,” kata Tasya.
Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Ani Ruspitawati menilai Ranperda KTR bisa menjadi awal baik untuk menciptakan lingkungan yang lebih sehat. Terlebih lagi jika nantinya para pelanggar dikenakan sanksi berupa denda dengan nominal Rp250.000. Harapannya, adanya sanksi tersebut dapat membuat para perokok lebih tertib.
Dianggap jadi kado terbaik
Jaringan organisasi pengendalian tembakau di Indonesia berpendapat pengesahan Ranperda KTR akan menjadi kado terbaik bagi warga Jakarta di HUT ke-498.
Tubagus Haryo Karbyanto dari Solidaritas Advokat Publik untuk Pengendalian Tembakau Indonesia mengatakan Jakarta punya target menjadi kota global dan indikator ini tidak hanya terdiri dari indikator ekonomi tapi juga kualitas hidup sehat dan layak masyarakatnya.
Bagi Tubagus, hadirnya Undang-Undang Kesehatan dan PP 28/2024 adalah dasar hukum yang kokoh, dan Jakarta punya peluang emas untuk menjadi pelopor dengan regulasi progresif yang berpihak pada rakyat, bukan industri.
Sementara itu, Ketua Indonesian Youth Council for Tactical Changes (IYCTC), Manik Marganamahendra, mengungkapkan udara bersih bukan hanya soal kesehatan, tapi juga hak dasar yang seharusnya dijamin negara.
Dia mengingatkan, setelah berkutat pada polusi udara di luar ruang, jangan sampai polusi rokok juga jadi ancaman masyarakat pekerja dan pelajar di Jakarta di ruang-ruang aktif bersama.
Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) pun setuju dengan aturan KTR. Bahkan YLKI berharap pengesahan Ranperda KTR di Jakarta dapat dilakukan secepatnya.
Dari sisi ekonomi
Meski peraturan ini tampak sangat baik untuk Jakarta serta masyarakatnya, tak sedikit pula yang menentang agar Ranperda KTR tidak disahkan.
Salah satunya adalah Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) yang mengaku keberatan terkait Raperda KTR di DKI Jakarta.
Ketua Badan Pimpinan Daerah (BPD) PHRI DKI Jakarta Sutrisno Iwantono menilai, pasal-pasal dalam naskah Raperda tersebut akan semakin memperberat kinerja hotel dan resto.
Menurutnya, DKI Jakarta perlu melakukan riset terkait aturan serupa di negara-negara lainnya bahwa merokok masih diperbolehkan, namun dibatasi, diberi tempat tertentu.
Di sisi lain, Anggota Pansus KTR DPRD DKI Jakarta Inad Luciawaty juga mengutarakan kekhawatirannya atas dampak Ranperda KTR ini bagi kondisi ekonomi masyarakat.
Tak hanya mereka, Ketua Umum Serikat Pekerja Rokok, Tembakau, Makanan dan Minuman (RTMM) Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) PD DKI Jakarta Kusworo juga menyampaikan kekhawatirannya terhadap Ranperda KTR.
Menurut Kusworo, jika Ranperda KTR disahkan, hal ini dapat membuat angka pengangguran di Jakarta semakin tinggi. Sebab, akan ada banyak pedagang yang gulung tikar hingga pekerja-pekerja yang terkena PHK.
Anggota DPRD DKI Farah Safira juga sudah meminta Pemerintah Provinsi DKI agar tak mengabaikan nasib pedagang dalam Raperda KTR jika nantinya disahkan.
Dia mengatakan, tak bisa dipungkiri bahwa warung kecil merupakan sarana terdekat bagi remaja maupun dewasa untuk membeli rokok.
Dari sisi masyarakat, Adit (32) mengaku dirinya tak setuju dengan Ranperda KTR. Menurutnya, Jakarta masih memiliki PR lain untuk diselesaikan.
“Kalau ngomong kesehatan masih banyak yang bikin nggak sehat. Nggak cuma rokok. Megang hp juga ada radiasi nggak sehat kan?” kata Adit.
Janji pemerintah
Menanggapi segala pro dan kontra yang muncul akibat merebaknya pemberitaan soal Ranperda KTR, Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung Wibowo pun berusaha menenangkan masyarakat.
Pramono mengatakan pihaknya masih membahas secara detail soal Ranperda KTR. Dia bahkan mengatakan aturan itu nantinya tak akan memberatkan UMKM.
Sebab, Pramono tak ingin nantinya aturan itu akan merugikan khususnya masyarakat menengah ke bawah. Menurutnya, UMKM harus tetap mendapat perlindungan dari aturan tersebut.
Namun, Pramono menyampaikan aturan ini memang harus tetap ada di Jakarta. Karena bagaimanapun, kesehatan juga merupakan prioritas bagi kota ini.
Pramono mengatakan, adanya aturan Kawasan Tanpa Rokok ini tak berarti mengharamkan masyarakat untuk sama sekali tak boleh merokok. Hanya saja, Pemprov DKI Jakarta ingin para perokok lebih diatur agar hanya merokok di ruangan atau tempat-tempat yang disediakan.
Sumber : Antara



