Kementrian Lembaga: Dinkes

  • Menyamar Jadi Wanita, Pria China Tiduri Ribuan Pria dan Sebarkan HIV

    Menyamar Jadi Wanita, Pria China Tiduri Ribuan Pria dan Sebarkan HIV

    Jakarta

    Polisi di China mengungkap penipuan dari seorang pria yang menyamar sebagai wanita di dunia maya. Dia dilaporkan telah berhubungan seks dengan lebih dari 1.600 pria.

    Pria bernama Jiao ini sering muncul di dunia maya dengan wig dan riasan wajah. Untuk menipu korbannya, dia akan menggunakan filter suara saat berbicara secara daring sebelum memulai hubungan seksual.

    Ketika bertemu langsung, pria yang menggunakan nama samaran Sister Red ini merekam hubungan seksual tersebut dan menjualnya secara daring. Beberapa laporan dari media China menyatakan bahwa meski ada beberapa pra yang menyadari kalau suster red ini adalah seorang pria, mereka tetap melanjutkan hubungan seksual tersebut.

    Dikutip dari laman World of Buzz, Sister Red berhasil menarik banyak pelanggan setia yang kembali kepadanya berkali-kali. Video yang disebar secara tidak terduga juga membuka peluang bagi orang lain untuk mengidentifikasi pasangan yang berselingkuh.

    Polisi Nanjing mengonfirmasi bahwa total pria yang menjadi korban Sister Red dan melakukan aktivitas seksual dengannya sebanyak 1.691 orang. Menurut laporan dari China Press, banyak dari pria yang menjadi korban didiagnosis HIV setelah pertemuan dengan Sister Red.

    Polisi menangkap pria ini pada 5 Juli 2025 dan menahannya di tahanan kriminal keesokan harinya atas dugaan penyebaran materi cabul. Sementara, dinas kesehatan setempat menyatakan bahwa pihak berwenang akan mengambil langkah-langkah untuk mengidentifikasi orang lain yang mungkin terinfeksi, serta mendorong orang-orang yang khawatir untuk datang dan menjalani tes.

    Dalam hal ini, polisi setempat mengingatkan masyarakat hukum Tiongkok. Jika seseorang dengan sengaja mengidap HIV atau penyakit menular seksual lainnya dan secara sengaja melakukan hubungan seks tanpa pengaman dengan banyak orang, sehingga menimbulkan risiko penularan meluas tanpa menimbulkan akibat serius, mereka bisa diancam hukuman minimal tiga tahun dan maksimal 10 tahun penjara.

    (elk/kna)

  • Dinkes Tangsel Tekankan Pentingnya Kesadaran Menjaga Kesehatan di Masyarakat

    Dinkes Tangsel Tekankan Pentingnya Kesadaran Menjaga Kesehatan di Masyarakat

    Tangerang: Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan (Tangsel) menggelar cek kesehatan gratis dan diskusi. Hal itu dilakukan sebagai upaya peningkatan kesadaran pentingnya kesehatan kepada masyarakat.

    Kepala Dinkes Kota Tangsel Allin Hendalin Mahdaniar mengatakan, untuk meningkatkan kesadaran kesehatan di masyarakat harus dilakukan dengan kolaborasi multi pihak.

    “Mewujudkan masyarakat sehat itu pilihan, tentunya tidak bisa dilakukan satu sektor saja, tapi media adalah bagian dari pilar yang harus kita gandeng untuk edukasi bersama ke masyarakat,” kata Allin.

    Selain cek kesehatan gratis, Dinkes Kota Tangsel juga gelar diskusi ‘Deteksi Dini TBC dan DBD untuk Wartawan Sehat’. 

    Dalam diskusi tersebut, Allin memaparkan program prioritas Pemkot Tangsel dalam layanan kesehatan. Seperti program RW bebas TBC dan RW bebas jentik. 

    “Semua masyarakat harus teredukasi tentang TBC mulai dari gejala, pencegahan, hingga penanganan. Bahkan berperan meminimalisasi stigma kepada penderita TBC dengan keguyuban masyarakat di lingkungan RW tersebut,” kata Allin.

    Terkait RW bebas jentik, Allin menjelaskan, program tersebut sebagai upaya untuk memberantas penyebaran jentik-jentik nyamuk Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Chikungunya.

    Tangerang: Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan (Tangsel) menggelar cek kesehatan gratis dan diskusi. Hal itu dilakukan sebagai upaya peningkatan kesadaran pentingnya kesehatan kepada masyarakat.
     
    Kepala Dinkes Kota Tangsel Allin Hendalin Mahdaniar mengatakan, untuk meningkatkan kesadaran kesehatan di masyarakat harus dilakukan dengan kolaborasi multi pihak.
     
    “Mewujudkan masyarakat sehat itu pilihan, tentunya tidak bisa dilakukan satu sektor saja, tapi media adalah bagian dari pilar yang harus kita gandeng untuk edukasi bersama ke masyarakat,” kata Allin.

    Selain cek kesehatan gratis, Dinkes Kota Tangsel juga gelar diskusi ‘Deteksi Dini TBC dan DBD untuk Wartawan Sehat’. 
     
    Dalam diskusi tersebut, Allin memaparkan program prioritas Pemkot Tangsel dalam layanan kesehatan. Seperti program RW bebas TBC dan RW bebas jentik. 
     
    “Semua masyarakat harus teredukasi tentang TBC mulai dari gejala, pencegahan, hingga penanganan. Bahkan berperan meminimalisasi stigma kepada penderita TBC dengan keguyuban masyarakat di lingkungan RW tersebut,” kata Allin.
     
    Terkait RW bebas jentik, Allin menjelaskan, program tersebut sebagai upaya untuk memberantas penyebaran jentik-jentik nyamuk Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Chikungunya.
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (FZN)

  • Kunjungi Keluarga Pasien BPJS yang Meninggal, Pemkot Cimahi Janji Evaluasi Layanan RSUD Cibabat

    Kunjungi Keluarga Pasien BPJS yang Meninggal, Pemkot Cimahi Janji Evaluasi Layanan RSUD Cibabat

    Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi menyoroti adanya kasus pasien BPJS diduga meninggal dunia karena diterlantarkan di RSUD Cibabat.

    Jika kasus tersebut benar adanya, Dedi mengancam akan memberikan sanksi tegas kepada pihak RSUD Cibabat.

    “Jadi kalau kemudian bener tidak dilayani, berarti direktur rumah sakitnya itu mengabaikan surat gubernur dan kita akan berikan sanksi,” katanya di Bandung, pada Rabu, 2 Juni 2025.

    Untuk saat ini, Dedi mengatakan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat akan melakukan investigasi terlebih dahulu. “Nanti kita investigatif ya,” tutur dia.

    Di sisi lain, Dedi mengatakan pihaknya telah mengeluarkan surat edaran agar rumah sakit tetap melayani pasien tanpa terkecuali, bahkan meski terkendala biaya sekalipun.

    “Gubernur sudah membuat surat edaran loh ke seluruh rumah sakit bahwa tidak boleh ada pasien yang tidak terlayani,” ucapnya.

    Dia menegaskan, rumah sakit harus melayani seluruh pasien, baik pasien yang memiliki BPJS maupun tidak. Apabila pasien tersebut tidak memiliki BPJS, Dedi mengeklaim tagihan dapat ditembuskan ke Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat.

    “Kalau dia punya BPJS, maka pakai BPJS. Kalau tidak punya BPJS, dilayani kemudian tagihannya nanti dikirim ke Dinas Kesehatan provinsi, karena di Dinas Kesehatan provinsi sudah ada plot anggaran untuk membantu masyarakat yang tidak punya BPJS,” kata Dedi.

    Menurut Dedi, rumah sakit tidak boleh menolak untuk melayani pasien, apa pun alasannya. “Bagi saya, rakyat kecil harus dilayani,” ucap dia.

     

    Penulis: Arby Salim

     

  • Sekolah Rakyat Yogyakarta Siap Beroperasi 14 Juli

    Sekolah Rakyat Yogyakarta Siap Beroperasi 14 Juli

    Bantul, Beritasatu.com – Sekolah Rakyat (SR) akan resmi dibuka secara serempak pada Senin (14/7/2025). Salah satu lokasi yang siap menyambut siswa adalah SR 19 wilayah Sonosewu, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), dengan kapasitas 200 siswa untuk jenjang setara SMA kelas 10.

    Kepala Dinas Sosial DIY Endang Patmintarsih mengatakan seluruh persiapan teknis dan non-teknis telah rampung. Salah satu agenda penting yang akan dilaksanakan pada hari pertama adalah pemeriksaan kesehatan bagi seluruh siswa.

    “Kami sudah siap semua. Yang pasti pada 14 Juli besok kami menghadirkan para siswa SR untuk mengikuti tes kesehatan. Tes kesehatan itu tidak menggugurkan status diterimanya mereka di SR. Walaupun ditemukan penyakit, hasil tes sebagai rujukan untuk penanganan pengobatan selanjutnya,” kata kepada Beritasatu.com.

    Pembukaan SR diawali dengan pemeriksaan kesehatan dilakukan bekerja sama dengan Dinas Kesehatan dan puskesmas setempat. Usai pemeriksaan, siswa akan mengikuti masa orientasi selama dua bulan sebagai bagian dari adaptasi terhadap sistem pendidikan berasrama dan kedisiplinan baru.

    “Orientasi dilakukan mulai tanggal 14. Kami sudah mengundang siswa dan orang tuanya sebanyak tiga kali sebelumnya. Itu bagian dari pengenalan. Mereka sudah tahu gedung sekolahnya, kamarnya, dan sebagainya,” tambah Endang.

    Lanjut Endah menyampaikan, SR 19 telah menyiapkan fasilitas pembelajaran dan asrama, meskipun dengan model rehabilitasi bangunan, bukan pembangunan baru. Terdapat dua lokasi utama yakni di Purwomartani dan Sonosewu, masing-masing memiliki karakteristik ruang yang berbeda.

    “Kalau di Purwomartani itu satu kamar dua orang. Kalau di Sonosewu, satu kamar bisa bertiga, berempat bahkan enam karena ada yang model dormitory seperti guest house. Kami menyesuaikan kondisi gedung yang ada,” kata Endang.

    Sementara itu, Calon Kepala Sekolah SR 19 Bantul, Agus Ristanto, menekankan bahwa konsep Sekolah Rakyat adalah hasil inisiasi Presiden sebagai bentuk nyata pendidikan inklusif dan berkeadilan.

    “Konsep awal SR ini rintisan dari Bapak Presiden, yaitu sekolah yang menampung para siswa dari latar belakang ekonomi miskin bahkan ekstrem, berdasarkan data tunggal kesejahteraan nasional (DTSN). Sistem pendidikannya berasrama dengan kurikulum yang merujuk pada Kemendikbudristek,” ujar Agus.

  • Jenazah Dibawa Pakai Motor, Bupati Donggala Janji Benahi Infrastruktur

    Jenazah Dibawa Pakai Motor, Bupati Donggala Janji Benahi Infrastruktur

    Donggala, Beritasatu.com – Bupati Donggala, Vera Elena Laruni, angkat bicara terkait viralnya video jenazah seorang aparatur sipil negara (ASN) penyuluh keluarga berencana (KB) yang dievakuasi menggunakan sepeda motor di pedalaman Kecamatan Pinembani. Ia berjanji akan segera membenahi infrastruktur dasar di wilayah tersebut.

    Korban bernama Ariel Sharon, seorang ASN  Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) yang bertugas sebagai penyuluh keluarga berencana, meninggal dunia saat menjalankan tugas di Desa Palentuma, Kamis (10/7/2025). Akibat keterbatasan akses jalan dan tidak tersedianya ambulans, warga terpaksa membawa jenazah almarhum menggunakan sepeda motor sejauh belasan kilometer.

    Video yang merekam peristiwa tersebut menyebar luas di media sosial dan memicu keprihatinan serta kritik terhadap lambannya pembangunan infrastruktur di daerah tertinggal.

    “Saya menyampaikan duka mendalam atas wafatnya saudara Ariel Sharon. Ini menjadi momen evaluasi besar bagi pemerintah daerah,” kata Bupati Vera, Jumat (11/7/2025).

    Vera menyampaikan akan segera mengambil langkah konkret, seperti melakukan audit menyeluruh terhadap fasilitas kesehatan dan transportasi darurat di wilayah pedalaman, mempercepat pembangunan akses jalan ke desa-desa terisolasi seperti Palentuma, serta mengevaluasi kinerja instansi terkait, termasuk Dinas Kesehatan.

    “Kami mohon maaf kepada keluarga almarhum dan berkomitmen untuk memastikan kejadian seperti ini tidak terulang,” tambahnya.

    Desa Palentuma hingga kini masih tergolong wilayah dengan akses terbatas di kawasan pegunungan Donggala. Kondisi jalan yang rusak, tidak beraspal, dan rawan longsor menjadi kendala utama dalam pelayanan publik, terutama saat situasi darurat medis.

    Aktivis layanan publik menyoroti bahwa kasus ini hanyalah satu dari banyak insiden serupa di wilayah-wilayah yang belum tersentuh pembangunan memadai.

    “Ketika jenazah harus dibawa pakai motor karena tak ada jalan dan ambulans, itu bukan sekadar tragedi, tetapi cermin kegagalan sistem,” ujar Ketua Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM) Celebes Ahmad HT.

  • Dinkes Tangsel Targetkan Bebas TBC 2030

    Dinkes Tangsel Targetkan Bebas TBC 2030

    Tangerang: Pemerintah Kota Tangeanga Selatan (Tangsel) menargetkan bebas penyakit Tuberkulosis (TBC) pada tahun 2030. Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Tangerang Selatan (Tangsel) kini gencar membentuk RW Bebas TBC.

    Kepala Dinkes Kota Tangsel Allin Hendalin Mahdaniar mengatakan, pembentukan RW Bebas TBC itu sebagai langkah mencapai Indonesia bebas TBC pada 2030 mendatang.

    “TBC ini penyakit menular yang harus kita perangi bersama. Tahun 2030 Indonesia harus eliminasi TBC. Di Tangsel kita melakukan kegiatan berbasis kewilayahan dengan membuat RW Bebas TBC,” kata Allin.

    Allin menerangkan, pada 2025 pihaknya menargetkan akan membentuk RW Bebas TBC di 10 persen RW di 54 kelurahan yang ada di Kota Tangsel.

    “Di tahun ini targetnya 10 persen RW harus sudah deklarasikan RW bebas TBC kemudian. Di 2030 100 persen RW sudah deklrasikan bebas TBC,” kata Allin.

    Allin menuturkan, nantinya pihak wilayah di RW yang ditunjuk kelurahan sebagai RW Bebas TBC bertanggungjawab untuk mengedukasi masyarakat sekitar sehingga jadi garda depan deteksi dini orang yang alami gejala TBC.

    “Seluruh stakeholder di kewilayahan harus memiliki kepedulian yang sama, cepat tanggap dalam mengawal pengobatan dan menangani TBC. Kalau ada orang yang alami gejala dia akan sadar langsung memeriksakan diri. Atau kalaupun belum ada kesadaran, warga sebelah bisa ngajak ngobrol sehingga di rw tersebut tidak ada ketersinggungan dan kesungkanan,” tutur Allin.

    Allin menyebutkan, pada Januari-Juni 2025, tercatat ada 2.639 orang yang sedang menjalani pengobatan TBC. Pihaknya berkomitmen, dapat memenuhi target pemerintah pusat mengeliminasi penderita TBC di Kota Tangsel.

    “Kita mengupayakan jangan ada penderita TBC baru dan yang ada jangan putus obat, karena akan terjadi resisten obat dan itu lebih lama lagi pengobatannya. Semua penderita TBC sangat bisa disembuhkan,” kata Allin.

    Allin berharap, masyarakat Tangsel komitmen untuk sama-sama mengeliminasi kasus TBC dan menghapuskan stigma kepada para penderita TBC.

    “Saat ini yang kita perangi adalah masih terjadi stigma, bahwa TBC itu jangan dekat-dekat karena menular padahal harusnya didukung,” harapnya.

    Tangerang: Pemerintah Kota Tangeanga Selatan (Tangsel) menargetkan bebas penyakit Tuberkulosis (TBC) pada tahun 2030. Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Tangerang Selatan (Tangsel) kini gencar membentuk RW Bebas TBC.
     
    Kepala Dinkes Kota Tangsel Allin Hendalin Mahdaniar mengatakan, pembentukan RW Bebas TBC itu sebagai langkah mencapai Indonesia bebas TBC pada 2030 mendatang.
     
    “TBC ini penyakit menular yang harus kita perangi bersama. Tahun 2030 Indonesia harus eliminasi TBC. Di Tangsel kita melakukan kegiatan berbasis kewilayahan dengan membuat RW Bebas TBC,” kata Allin.

    Allin menerangkan, pada 2025 pihaknya menargetkan akan membentuk RW Bebas TBC di 10 persen RW di 54 kelurahan yang ada di Kota Tangsel.
     
    “Di tahun ini targetnya 10 persen RW harus sudah deklarasikan RW bebas TBC kemudian. Di 2030 100 persen RW sudah deklrasikan bebas TBC,” kata Allin.
     
    Allin menuturkan, nantinya pihak wilayah di RW yang ditunjuk kelurahan sebagai RW Bebas TBC bertanggungjawab untuk mengedukasi masyarakat sekitar sehingga jadi garda depan deteksi dini orang yang alami gejala TBC.
     
    “Seluruh stakeholder di kewilayahan harus memiliki kepedulian yang sama, cepat tanggap dalam mengawal pengobatan dan menangani TBC. Kalau ada orang yang alami gejala dia akan sadar langsung memeriksakan diri. Atau kalaupun belum ada kesadaran, warga sebelah bisa ngajak ngobrol sehingga di rw tersebut tidak ada ketersinggungan dan kesungkanan,” tutur Allin.
     
    Allin menyebutkan, pada Januari-Juni 2025, tercatat ada 2.639 orang yang sedang menjalani pengobatan TBC. Pihaknya berkomitmen, dapat memenuhi target pemerintah pusat mengeliminasi penderita TBC di Kota Tangsel.
     
    “Kita mengupayakan jangan ada penderita TBC baru dan yang ada jangan putus obat, karena akan terjadi resisten obat dan itu lebih lama lagi pengobatannya. Semua penderita TBC sangat bisa disembuhkan,” kata Allin.
     
    Allin berharap, masyarakat Tangsel komitmen untuk sama-sama mengeliminasi kasus TBC dan menghapuskan stigma kepada para penderita TBC.
     
    “Saat ini yang kita perangi adalah masih terjadi stigma, bahwa TBC itu jangan dekat-dekat karena menular padahal harusnya didukung,” harapnya.
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (FZN)

  • Kenneth DPRD DKI Minta RSUD Maksimalkan Anggaran BLUD untuk Pelayanan BPJS

    Kenneth DPRD DKI Minta RSUD Maksimalkan Anggaran BLUD untuk Pelayanan BPJS

    Jakarta

    Sejumlah warga Jakarta mengeluhkan buruknya pelayanan BPJS Kesehatan di beberapa Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD). Antrean panjang, pelayanan lambat, hingga proses rujukan yang berbelit membuat pasien merasa tidak mendapat hak pelayanan yang layak.

    Meski sudah menjadi peserta aktif BPJS Kesehatan, tak sedikit dari mereka yang terpaksa pulang tanpa penanganan maksimal karena keterbatasan fasilitas dan tenaga medis.

    Menyoroti kasus ini, Anggota Komisi C DPRD DKI Jakarta dari Fraksi PDI Perjuangan, Hardiyanto Kenneth menegaskan RSUD sebagai fasilitas kesehatan milik pemerintah wajib memberikan pelayanan yang optimal dan tidak boleh menolak pasien BPJS Kesehatan dengan alasan apa pun.

    “Saya sering menerima aduan bahwa beberapa RSUD di Jakarta tampak tidak ramah terhadap pasien BPJS. Ada yang dipersulit, bahkan ada yang ditolak dengan alasan administrasi atau ketiadaan kamar. Ini tidak boleh terjadi lagi di fasilitas kesehatan milik Pemerintah DKI Jakarta,” ujar Kenneth dalam keterangannya, Jumat (11/7/2025).

    Kenneth mengatakan Undang-Undang Kesehatan (UU Kesehatan), Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan, khususnya Pasal 174 ayat (2), menegaskan fasilitas pelayanan kesehatan, termasuk rumah sakit, tidak boleh menolak pasien gawat darurat dengan alasan apapun, termasuk masalah administrasi.

    Adapun penolakan pasien gawat darurat oleh rumah sakit dapat berakibat sanksi hukum, termasuk sanksi pidana, seperti yang diatur dalam Pasal 174 ayat (2) UU Kesehatan dan Pasal 190 UU Kesehatan.

    Anggota DPRD DKI Jakarta, Fraksi PDI Perjuangan Hardiyanto Kenneth Meminta Setiap Rumah Sakit Umum Daerah Di Jakarta Supaya Bisa Memaksimalkan Pelayanan Terhadap Pasien Pengguna BPJS. Foto. Dok: DPRD DKI.

    Sebagaimana diketahui, di dalam Pembahasan Rancangan Perubahan Kebijakan Umum APBD Serta Rancangan Perubahan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (KUA-PPAS) APBD Tahun 2025, Dinas Kesehatan DKI mengusulkan peningkatan anggaran untuk beberapa RSUD. Anggaran tersebut akan digunakan untuk pengadaan peralatan medis baru, perbaikan infrastruktur rawat inap, serta penguatan layanan gawat darurat, sebesar Rp.3.377.583.529.856. Lalu, anggaran pendapatan pelayanan BLUD RSUD di Jakarta senilai Rp.3.344.659.483.588.

    Kent menilai pendapatan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) atau pendapatan RSUD dari jasa layanan kesehatan, sebaiknya tidak digunakan untuk keperluan pengadaan dan perbaikan infrastruktur. Menurutnya, pendapatan tersebut akan lebih baik dimaksimalkan untuk mendukung penguatan operasional dan harus menyentuh sektor pelayanan publik yang paling mendesak, salah satunya pelayanan BPJS Kesehatan.

    “Dana BLUD ini harus dikelola dengan baik, intinya kebutuhan dasar harus terpenuhi dulu. Kita nggak tahu ya, yang namanya BPJS ini kan kadang-kadang ada saja masalah. Tapi yang pasti pelayanan kita kepada masyarakat Jakarta yang tidak mampu pengguna BPJS itu tidak boleh terhambat. Kita harus bisa memprioritaskan warga Jakarta yang menggunakan BPJS dan RSUD harus jadi garda terdepan layanan kesehatan warga Jakarta apalagi bagi Masyarakat Jakarta tidak mampu pengguna BPJS,” imbuhnya.

    Kent pun mendorong Dinas Kesehatan DKI Jakarta untuk lebih meningkatkan pengawasan terhadap standar pelayanan di seluruh RSUD. Ia juga meminta adanya sanksi tegas bagi rumah sakit yang melanggar prinsip universal health coverage.

    “Prinsip JKN itu gotong royong. Pemerintah harus hadir dalam menjamin kesehatan warganya, dan RSUD sebagai ujung tombak pelayanan tidak boleh abai. Kalau ada RSUD yang pilih-pilih pasien, menurut saya itu pelanggaran. Saya akan terus mengawal dan memastikan seluruh fasilitas kesehatan milik pemerintah daerah tidak mengesampingkan hak-hak pasien BPJS,” tegas Ketua IKAL PPRA LXII Lemhannas RI tersebut.

    Kent menjelaskan RSUD sebagai fasilitas layanan kesehatan milik pemerintah harus memberikan perlakuan yang setara antara pasien umum dan peserta BPJS. Ia pun mengingatkan bahwa anggaran RSUD juga bersumber dari dana publik yang wajib dikembalikan kepada masyarakat dalam bentuk pelayanan terbaik.

    “Tidak boleh ada lagi diskriminasi layanan kesehatan hanya karena pasien menggunakan BPJS. Pemerintah harus pastikan semua warga agar dilayani secara adil. Karena memang Pak Gubernur Pramono Anung menekankan sekali dan mendorong supaya RSUD di Jakarta ini bisa memberikan pelayanan yang prima dan meningkatkan standarnya menjadi rumah sakit Internasional,” tegas Kepala Badan Penanggulangan Bencana (BAGUNA) DPD PDI Perjuangan Jakarta itu.

    Kent menyadari menyetarakan RSUD dengan rumah sakit Internasional memang tidak mudah. Namun, untuk menuju ke arah itu perlu dilakukan perbaikan pelayanan lebih lagi. Terutama, tidak ada lagi keluhan-keluhan masyarakat pada saat berobat.

    “Jadi, jangan ada lagi alasan-alasan lah, khusus terkait pelayanan BPJS ini nanti mungkin kamarnya nggak ada lah, ini apa nggak ada lah, ini nggak bisa lah, itu nggak bisa. Saya berharap kedepannya jangan ada lagi drama drama seperti ini seperti contoh kamar penuhlah dan lain-lainnya,” tuturnya.

    Kent menambahkan, meski program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) melalui BPJS Kesehatan telah berjalan lebih dari satu dekade. Namun, kualitas pelayanan di tingkat fasilitas kesehatan daerah masih menjadi tantangan.

    “Saya pribadi berkomitmen akan terus mengawal anggaran kesehatan agar bisa lebih tepat sasaran, dan memastikan seluruh fasilitas kesehatan milik pemerintah daerah tidak mengesampingkan hak-hak pasien BPJS. Dengan adanya pengawasan dan evaluasi rutin, saya optimis kualitas layanan kesehatan di ibu kota bisa benar-benar dirasakan oleh seluruh Warga Jakarta tanpa terkecuali,” pungkasnya.

    (ega/ega)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Kasus Leptospirosis Meningkat, Pemkot Yogyakarta Imbau Warga Jaga Kebersihan Kandang Hewan
                
                    
                        
                            Yogyakarta
                        
                        11 Juli 2025

    Kasus Leptospirosis Meningkat, Pemkot Yogyakarta Imbau Warga Jaga Kebersihan Kandang Hewan Yogyakarta 11 Juli 2025

    Kasus Leptospirosis Meningkat, Pemkot Yogyakarta Imbau Warga Jaga Kebersihan Kandang Hewan
    Tim Redaksi
    YOGYAKARTA, KOMPAS.com
    – Kasus leptospirosis di Kota Yogyakarta mengalami peningkatan signifikan sepanjang tahun 2025.
    Dinas Kesehatan
    Kota Yogyakarta mengimbau masyarakat untuk menjaga kebersihan hewan peliharaan guna mencegah penyebaran penyakit ini.
    “Hewan peliharaan seperti anjing, sapi, kambing, bahkan domba harus dijaga kesehatannya. Jika menunjukkan gejala demam dan kuning, segera bawa ke dokter hewan,” ujar Kepala Bidang Perikanan dan Kehewanan Dinas Pertanian dan Pangan Kota Yogyakarta, Sri Panggarti, dalam konferensi pers pada Jumat (11/7/2025).
    Sri Panggarti juga menekankan pentingnya penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di kalangan masyarakat.
    Ia menambahkan, bagi warga yang mengalami
    gejala leptospirosis
    , segera periksa ke fasilitas layanan kesehatan.
    “Jika mengalami gejala seperti demam, nyeri otot, atau mata menguning, segera periksa ke fasilitas kesehatan. Penanganan cepat bisa menyelamatkan nyawa,” katanya.
    Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, Lana Unwanah, mengakui adanya peningkatan kasus leptospirosis yang cukup memprihatinkan.
    “Memang ada kenaikan yang cukup memprihatinkan. Kasus kematian cukup tinggi. Leptospirosis ini ditularkan dari hewan, terutama tikus, ke manusia melalui luka terbuka,” jelasnya.
    Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, hingga 9 Juli 2025, telah tercatat 19 kasus leptospirosis, dengan 6 di antaranya berujung pada kematian.

    Angka tersebut menunjukkan case fatality rate (CFR) sebesar 31 persen, meningkat dibandingkan tahun 2024 yang mencatatkan 10 kasus dengan 2 kematian dan CFR sebesar 20 persen.
    Sebagai respons terhadap Surat Gubernur DIY Nomor B/400.7.9.3/564/D13 Tahun 2025 mengenai Kewaspadaan Kejadian Luar Biasa (KLB) Leptospirosis dan Hantavirus, Pemerintah Kota Yogyakarta telah menerbitkan Surat Edaran Wali Kota Nomor 100.3.4 / 2407 Tahun 2025.
    Surat tersebut bertujuan untuk memperkuat kewaspadaan dan pengendalian penyakit leptospirosis dan hantavirus.
    “Salah satu upaya kami adalah melakukan sinergi antar OPD agar kasus tidak terus bertambah. Kita nantinya juga melibatkan Dinas Perdagangan karena bahkan di pasar-pasar banyak barang-barang bertumpuk yang berpotensi menjadi tempat tikus,” ujarnya.
    Lana Unwanah juga menginformasikan bahwa kasus terakhir yang meninggal di Kota Yogyakarta merupakan seorang pekerja bengkel yang mengalami gejala demam pada tanggal 30 Juni 2025 dan meninggal dunia pada 8 Juli 2025 setelah dirawat di rumah sakit.
    Proses penyelidikan epidemiologi lanjutan terkait aktivitas lain yang menyebabkan pasien menderita leptospirosis masih berlangsung.
    Selain itu, Lana juga mengingatkan warga Yogyakarta untuk waspada terhadap kasus hantavirus.
    Meskipun masih jarang ditemukan, Pemkot Yogyakarta tetap meningkatkan kewaspadaan.
    “Gejalanya mirip dengan leptospirosis seperti demam dan gangguan pernapasan. Hantavirus ditularkan melalui debu atau kontak dengan kotoran hewan terinfeksi. Penggunaan masker dan menjaga kebersihan menjadi langkah pencegahan utama,” tutupnya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Kadis Kesehatan Cianjur Pilih Mundur karena Merasa Tak Mampu Jalankan Tugas 
                
                    
                        
                            Bandung
                        
                        11 Juli 2025

    Kadis Kesehatan Cianjur Pilih Mundur karena Merasa Tak Mampu Jalankan Tugas Bandung 11 Juli 2025

    Kadis Kesehatan Cianjur Pilih Mundur karena Merasa Tak Mampu Jalankan Tugas
    Editor
    KOMPAS.com –
    Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten
    Cianjur
    , Jawa Barat, Yusman Faisal, mengundurkan diri dari jabatannya karena merasa tidak mampu menjalankan tugas sebagai kepala dinas.
    Pengunduran diri tersebut telah diajukan sekitar sebulan lalu. Kini, Yusman kembali bertugas sebagai dokter di RSUD Sayang Cianjur.
    “Ya, itu saja. Ketidakmampuan saya dalam menjalankan tugas,” ujar Yusman saat dihubungi Kompas.com, Kamis (10/7/2025) petang. Ia enggan menjelaskan lebih lanjut alasan pengunduran dirinya.
    Yusman menyebut bahwa kini dirinya kembali ke profesi awal sebagai dokter.
     
    Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BKPSDM) Kabupaten Cianjur, Akos Koswara, membenarkan bahwa surat pengunduran diri Yusman telah ditandatangani Bupati Cianjur, Mochammad Wahyu Ferdian.
    “Surat pengunduran dirinya sudah diajukan sebulan lalu, dan SK-nya sudah ditandatangani Pak Bupati,” ujar Akos saat dihubungi melalui telepon.
    Menurut Akos, alasan pengunduran diri Yusman karena merasa tak mampu lagi menjalankan tugas sebagai kepala dinas.
    “Katanya juga ingin lebih fresh,” tambahnya.
    Untuk sementara, jabatan Kepala Dinkes Cianjur kini diisi oleh pelaksana tugas (Plt), yakni Made.
    (Kontributor Cianjur Firman Taufiqurrahman|Editor: Irfan Maullana)
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Cegah Penggunaan Narkoba, Ratusan Warga Binaan Lapas Bekasi Jalani Tes Urine

    Cegah Penggunaan Narkoba, Ratusan Warga Binaan Lapas Bekasi Jalani Tes Urine

    Cegah Penggunaan Narkoba, Ratusan Warga Binaan Lapas Bekasi Jalani Tes Urine
    Tim Redaksi
    BEKASI, KOMPAS.com –
    Ratusan
    warga binaan
    lembaga pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIA Bekasi menjalani
    tes urine
    dalam rangka pencegahan, pemberantasan, penyalahgunaan, dan peredaran gelap
    narkoba
    (P4GN), Rabu (9/7/2025).
    Selain warga binaan, pejabat struktural lapas, petugas lapas, calon pegawai negeri sipil (CPNS), dan Taruna Politeknik Ilmu Pemasyarakatan juga turut menjalani tes urine.
    “Secara keseluruhan hasil tes urine negatif,” ujar Kepala Lapas Bekasi Chandran Lestyono dalam keterangannya, Rabu.
    Dalam pelaksanaannya, tes urine turut melibatkan personel Polres Metro Bekasi Kota, Badan Narkotika Nasional (BNN) Kota Depok, Dinas Kesehatan Kota Bekasi, serta Puskesmas Aren Jaya.
    Menurut Chandran, prosedur pelaksanaan tes urine dilakukan secara ketat dan profesional.
    “Setiap peserta tes urine diarahkan dan diawasi langsung oleh tim medis serta pengawas dari instansi terkait,” ungkap Chandran.
    Chandra juga menyatakan bahwa pelaksanaan tes urine bertujuan untuk memastikan lingkungan lapas berada dalam kondisi bebas dari pengaruh narkoba.
    “Lapas Bekasi harus menjadi zona yang bersih dari penyalahgunaan narkotika. Ini adalah bentuk tanggung jawab moral dan profesional kita,” tegas dia.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.