Kementrian Lembaga: Dinkes

  • Gubernur Lampung Ungkap Penyebab Banyak Kasus Keracunan MBG, Singgung SOP Tak Dijalankan

    Gubernur Lampung Ungkap Penyebab Banyak Kasus Keracunan MBG, Singgung SOP Tak Dijalankan

    Rahmat menegaskan, seluruh petugas SPPG wajib kembali bekerja sesuai aturan agar kasus serupa tidak terus terulang.

    “Kita menekankan agar seluruh SPPG mengembalikan pola kerja seperti delapan bulan lalu. SOP harus dijalankan dengan sangat ketat,” tegasnya.

    Selain itu, dia menginstruksikan seluruh kepala daerah, dinas kesehatan, puskesmas, hingga instansi vertikal di Lampung untuk memperketat pengawasan di dapur MBG.

    “Mulai hari ini saya minta seluruh jajaran melakukan pengawasan penuh di setiap dapur MBG,” ucapnya.

  • Penyedia Makanan MBG di Bangkalan Belum Kantongi Sertifikat Higiene

    Penyedia Makanan MBG di Bangkalan Belum Kantongi Sertifikat Higiene

    Bangkalan (beritajatim.com) – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kabupaten Bangkalan ternyata menyimpan persoalan serius. Hingga kini, seluruh dapur penyedia makanan atau Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) belum ada yang mengantongi Sertifikat Laik Higiene dan Sanitasi (SLHS).

    Padahal, SLHS merupakan jaminan dasar bahwa makanan yang disajikan kepada puluhan ribu siswa di Bangkalan aman, bersih, dan sesuai standar kesehatan.

    “Sampai saat ini belum ada SPPG yang mengurus SLHS. Mungkin masih proses. Kami sudah sampaikan dalam rapat bersama SPPG,” ungkap Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Bangkalan, Nur Hotibah, Selasa (30/9/2025).

    Menurutnya, untuk bisa mendapatkan SLHS, SPPG wajib memenuhi sejumlah syarat, mulai dari kondisi bangunan dapur, kebersihan lingkungan, kelengkapan alat, hingga keberadaan tenaga gizi dengan ijazah resmi dan Surat Tanda Registrasi (STR).

    Dinkes sendiri hanya bertugas melakukan pemantauan, sementara teknis pemenuhan syarat ada di internal SPPG. “Kami minta ada workshop atau seminar untuk meningkatkan kapasitas pengelola makanan. Tapi itu bukan kewenangan Dinkes,” jelas Nur.

    Sementara itu, Koordinator Wilayah SPPG Bangkalan, Ivan Mahardika Yusuf, memilih bungkam saat dikonfirmasi melalui telepon maupun pesan WhatsApp.

    Sebagai informasi, sebelumnya sejumlah sekolah di Kabupaten Bangkalan mendapati makanan yang dibagikan kepada para siswa dalam kondisi basi dan berulat, sehingga hal itu menjadi perhatian serius pemerintah setempat. [sar/but]

  • Belanja Daerah Turun Rp23,08 M, DPRD Magetan Tekankan Efisiensi dan Prioritas Program

    Belanja Daerah Turun Rp23,08 M, DPRD Magetan Tekankan Efisiensi dan Prioritas Program

    Magetan (beritajatim.com) – DPRD Kabupaten Magetan melalui Badan Anggaran (Banggar) menyampaikan laporan terhadap Rancangan Peraturan Daerah tentang Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) 2025 dalam rapat paripurna, Selasa (30/9/2025). Laporan itu menyoroti pendapatan daerah, kebijakan belanja, hingga strategi pembiayaan dengan mengacu pada Permendagri Nomor 15 Tahun 2024, Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2025 tentang efisiensi belanja, serta arah pembangunan prioritas nasional.

    Dalam APBD Perubahan 2025, belanja daerah diproyeksikan sebesar Rp2,102 triliun, turun Rp23,08 miliar dari rencana awal. Meski belanja operasional masih mendominasi hingga 73 persen, terdapat upaya pengalihan sebagian anggaran ke belanja modal sebesar Rp12,81 miliar yang difokuskan pada pembangunan infrastruktur jalan, jaringan, dan irigasi.

    “Efisiensi belanja bukan berarti mengurangi pelayanan, tetapi memastikan anggaran benar-benar tepat sasaran. Kami ingin setiap rupiah yang dibelanjakan pemerintah daerah berdampak nyata bagi masyarakat, baik untuk pendidikan, kesehatan, maupun pembangunan infrastruktur,” ujar anggota Banggar DPRD Magetan, Dwi Arianto.

    Sementara itu, total pendapatan daerah tercatat bertambah Rp2,52 miliar dari APBD induk. Namun, transfer pemerintah pusat turun Rp30,44 miliar, sehingga rasio Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap total pendapatan masih 17,6 persen. Banggar menilai kondisi ini harus diatasi dengan intensifikasi pemungutan pajak dan retribusi berbasis inovasi teknologi.

    “Bukan dengan menaikkan tarif, karena itu justru akan membebani masyarakat,” tegas laporan Banggar.

    Program Makan Bergizi Gratis (MBG) turut menjadi perhatian. DPRD meminta pengawasan lebih ketat, mengingat kasus keracunan massal di sejumlah daerah lain yang menimpa lebih dari 8.600 anak.

    “Kita belajar dari kasus di luar Magetan. Karena itu, kami mendorong sinergi antara Badan Gizi Daerah, Dinas Kesehatan, dan RSUD dr. Sayidiman agar keamanan makanan untuk anak sekolah benar-benar terjamin,” tambah Dwi Arianto.

    Defisit anggaran ditutup dengan pembiayaan netto Rp109,65 miliar, lebih rendah dibanding proyeksi APBD induk. Penerimaan pembiayaan tercatat Rp112,9 miliar, sedangkan pengeluaran pembiayaan Rp3,25 miliar.

    Rapat paripurna akhirnya menyetujui Raperda Perubahan APBD 2025 untuk ditetapkan menjadi Peraturan Daerah Kabupaten Magetan. [fiq/beq]

  • Pria Diduga Pencuri di Tulungagung Ternyata ODGJ Kabur dari RSJ Lawang

    Pria Diduga Pencuri di Tulungagung Ternyata ODGJ Kabur dari RSJ Lawang

    Tulungagung (beritajatim.com) – Sebuah video aksi pengepungan terhadap seorang pria di Tulungagung viral di media sosial. Dalam rekaman itu, seorang pria berompi kuning dikeroyok sejumlah warga setelah dicurigai hendak melakukan pencurian. Warga tampak memukulnya menggunakan kursi dan kayu hingga situasi menjadi ricuh.

    Kasi Humas Polres Tulungagung, Ipda Nanang Murdiyanto menjelaskan peristiwa tersebut terjadi pada Senin (29/9/2025) di wilayah Pinka, Desa Gedangsewu, Kecamatan Boyolangu. Warga awalnya melihat gerak-gerik mencurigakan pria itu di sekitar selatan Jembatan Lembupeteng.

    “Mereka mencurigai pria tersebut hendak melakukan pencurian. Warga kemudian mengamankan pria tersebut dan melaporkannya ke Polsek Tulungagung Kota,” kata Nanang, Selasa (30/9/2025).

    Menindaklanjuti laporan itu, Unit Reskrim Polsek Tulungagung Kota dipimpin Kanit Reskrim segera mendatangi lokasi dan mengamankan pria tersebut. Namun, saat diperiksa di kantor polisi, pria itu justru berbicara tidak nyambung. Petugas kemudian berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan dan Dinas Sosial Tulungagung.

    “Dari hasil koordinasi, yang bersangkutan ternyata memiliki sertifikat ODGJ dan diduga melarikan diri dari perawatan RSJ Lawang, Malang,” ujarnya.

    Hasil penyelidikan polisi mengungkap identitas pria itu bernama Dwi Sunu Herdianto (38), warga Kepanjen, Kabupaten Malang. Setelah dipastikan kondisinya, Dwi Sunu kemudian diserahkan kepada Dinas Kesehatan Tulungagung yang berkoordinasi dengan Dinas Sosial untuk dibawa kembali ke RSJ Lawang.

    “Kasus ini sudah kami tangani sesuai prosedur. Karena terbukti yang bersangkutan adalah pasien ODGJ, maka kami kembalikan kepada pihak berwenang untuk mendapat perawatan medis,” pungkas Nanang. [nm/beq]

  • Mendagri Tito Instruksikan Pemda Gelar Cek Berlapis Kualitas MBG Sebelum Dikonsumsi

    Mendagri Tito Instruksikan Pemda Gelar Cek Berlapis Kualitas MBG Sebelum Dikonsumsi

    Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Dalam Negeri meminta kepala daerah berperan aktif untuk mencegah terjadinya insiden keracunan pada program Makan Bergizi Gratis (MBG).

    Menteri Dalam Negeri, Muhammad Tito Karnavian menyarankan seluruh kepala daerah agar melibatkan dinas kesehatan masing-masing daerah untuk melakukan pengecekan terhadap MBG yang bakal dibagikan ke seluruh siswa, sehingga tidak terjadi lagi insiden keracunan.

    Tito juga meminta Dinas kesehatan beserta jajaran terkait dapat melakukan rapat internal guna membahas proses bisnis, mekanisme pengecekan makanan di lapangan, sekaligus menerbitkan Sertifikat Laik Higiene Sanitasi (SLHS).

    “Jadi sebelum dihidangkan ada UKS, Unit Kesehatan Sekolah yang akan mengecek kualitas,” tuturnya di Jakarta, Senin (29/9/2025).

    Tito pun mengusulkan agar pengecekan itu dilakukan secara berlapis oleh ahli gizi dan pemangku kepentingan terkait lainnya agar MBG benar-benar aman dikonsumsi siswa.

    “Jadi pengecekan yang di dapur juga harus dilakukan, pengecekannya lagi oleh ahli gizi dan mungkin dinas kesehatan juga ikut dan kemudian pada waktu di sekolah sampai, itu ada lagi bisa dilakukan pengecekan oleh Unit Kesehatan Sekolah yang di bawah kendali dari Dinas Pendidikan yang bosnya ya kepala daerah,” katanya.

    Berkaitan dengan itu, Tito juga meminta para kepala daerah untuk memprioritaskan penanganan kasus tuberkulosis (TBC). Pasalnya, menurut Tito, kasus tersebut diketahui telah banyak dialami masyarakat. 

    Bahkan, menurut data Global Tuberculosis Report 2024, Indonesia menjadi negara dengan estimasi kasus dan kematian akibat TBC tertinggi ke-2 di dunia.

    “Ini menjadi atensi yang serius bagi kita, dan mohon ini juga menjadi sinyal bahwa penanganan TB ini menjadi perhatian dan priority dari semua daerah juga,” ujarnya.

    Tito juga menjelaskan Presiden Prabowo Subianto telah memberikan atensi serius dalam penanganan TBC. 

    Bahkan, Tito juga mengatakan Presiden Prabowo Subianto secara langsung menugaskan Menteri Koordinator (Menko) Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Pratikno sebagai koordinator dalam mengatasi kasus tersebut.

    Tito optimistis peran aktif dari Pemerintah Daerah mampu meminimalisir TBC. Hal itu juga terbukti ketika penanganan pandemi Covid-19 beberapa tahun lalu. 

    Pada waktu tersebut, melalui kerja sama lintas sektor baik pusat maupun daerah, pandemi Covid-19 dapat dikendalikan.

    “Kalau TB ini kuncinya nomor satu, teman-teman kepala daerah serius aja tuh, jadikan prioritas,” tuturnya.

  • Wawalkot Tangsel: Bakteri Penyebab Siswa SD di Setu Keracunan MBG
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        29 September 2025

    Wawalkot Tangsel: Bakteri Penyebab Siswa SD di Setu Keracunan MBG Megapolitan 29 September 2025

    Wawalkot Tangsel: Bakteri Penyebab Siswa SD di Setu Keracunan MBG
    Tim Redaksi
    TANGERANG SELATAN, KOMPAS.com –
    Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Tangerang Selatan (Tangsel) menemukan bakteri dalam makanan program Makan Bergizi Gratis (MBG) setelah adanya laporan keracunan massal di salah satu sekolah dasar (SD) di Kecamatan Setu.
    Wakil Wali Kota Tangsel, Pilar Saga Ichsan, mengatakan, hasil pemeriksaan Dinkes Tangsel, penyebab keracunan diduga berasal dari air yang digunakan dalam proses pengolahan makanan.
    Air tersebut terdapat bakteri E.coli yang turut ikut mencemari makanan.
    “Itu karena ada bakteri di situ, kalau tidak salah E. coli. Ada di makanannya, lalu juga di tangannya itu,” ujar Pilar saat ditemui di Gedung Wali Kota Tangsel, Serua, Ciputat, Tangsel, Senin (29/9/2025).
    Adapun kasus tersebut terjadi di wilayah Babakan, Setu, pada September 2025.
    Namun, ia tidak mengingat secara pasti jumlah murid yang keracunan MBG.
    Tetapi saat itu, sejumlah siswa mengalami mual usai mengonsumsi makanan dari program MBG.
    “Ada di Setu, daerah Babakan sempat ada. Itu sekarang SPPG-nya sedang ditutup,” kata dia.
    Untuk mencegah hal itu, pemerintah kini mewajibkan penggunaan air galon untuk proses memasak maupun mencuci bahan makanan.
    Aturan itu mengacu pada arahan Kementerian Kesehatan dan Badan Gizi Nasional (BGN).
    “Sekarang syaratnya dari Kementerian Kesehatan dan BGN, air untuk masak dan merebusnya wajib menggunakan air galon di seluruh Indonesia. Kalau sudah dicuci, dibilas terakhirnya pakai air galon juga,” jelas Pilar.
    Pilar berharap kasus serupa tidak kembali terjadi di wilayah Tangsel.
    Bahkan, ia ingin ada koordinasi antara Pemkot Tangsel dengan BGN untuk memastikan standar kesehatan makanan dalam program MBG benar-benar terjaga.
    “Kami sangat membutuhkan koordinasi agar antara BGN sama Pemda itu, kita kan bukan masing-masing, ini program bersama mensukseskan programnya Presiden,” ucap dia.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Wawalkot Tangsel: Bakteri Penyebab Siswa SD di Setu Keracunan MBG
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        29 September 2025

    Siswa SD Diduga Keracunan MBG, SPPG di Tangsel Ditutup Megapolitan 29 September 2025

    Siswa SD Diduga Keracunan MBG, SPPG di Tangsel Ditutup
    Tim Redaksi
    TANGERANG SELATAN, KOMPAS.com –
    Pemerintah Kota Tangerang Selatan (Pemkot Tangsel) menemukan siswa sekolah dasar (SD) di Kecamatan Setu diduga keracunan Makan Bergizi Gratis (MBG).
    Wakil Wali Kota Tangsel, Pilar Saga Ichsan mengatakan saat ini Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang menyediakan MBG tersebut ditutup.
    “Ada di Setu, daerah Babakan sempat ada. Itu sekarang SPPG-nya sedang ditutup,” ujar Pilar Saga Ichsan saat ditemui di Gedung Wali Kota Tangsel, Serua, Ciputat, Tangsel, Senin (29/9/2025).
    Namun, ia tidak mengingat secara pasti jumlah murid yang keracunan MBG. Begitu pula dengan tanggal pasti peristiwa itu terjadi.
    Namun, ia memastikan kejadian tersebut masih pada bulan September 2025.
    “Lumayan (yang keracunan). Jumlahnya saya lupa. Beberapa waktu lalu tapi masih bulan ini,” kata dia.
    Lebih lanjut, ia menjelaskan, saat keracunan MBG, sejumlah siswa mengalami gejala mual setelah mengonsumsi makanan dalam program tersebut.
    Dari hasil pemeriksaan Dinas Kesehatan (Dinkes) Tangsel menyebut penyebabnya berasal dari air yang digunakan.
    Pilar menjelaskan, berdasarkan temuan Dinkes Tangsel, terdapat bakteri pada air yang digunakan dalam pengolahan makanan.
    Bahkan, bakteri tersebut diduga ikut mencemari makanan hingga menimbulkan gejala keracunan.
    “Itu karena ada bakteri di situ, kalau tidak salah E. coli. Ada di makanannya, lalu juga di tangannya itu,” kata dia.
    Untuk mencegah hal itu terjadi lagi, pemerintah kini mewajibkan penggunaan air galon untuk proses memasak maupun mencuci bahan makanan.
    Aturan itu mengacu pada arahan Kementerian Kesehatan dan Badan Gizi Nasional (BGN).
    “Sekarang syaratnya dari Kementerian Kesehatan dan BGN, air untuk masak dan merebusnya wajib menggunakan air galon di seluruh Indonesia. Kalau sudah dicuci, dibilas terakhirnya pakai air galon juga,” jelas Pilar.
    Pilar berharap kasus serupa tidak kembali terjadi di wilayah Tangsel.
    Bahkan, ia ingin ada koordinasi antara Pemkot Tangsel dengan BGN untuk memastikan standar kesehatan makanan dalam program MBG benar-benar terjaga.
    “Kami sangat membutuhkan koordinasi agar antara BGN sama Pemda itu, kita kan bukan masing-masing, ini program bersama mensukseskan programnya Presiden,” ucap dia.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • SPPG yang Memasak Menu MBG Roti Sosis Berujung Puluhan Siswa Keracunan di Lampung Belum Bersertifikat

    SPPG yang Memasak Menu MBG Roti Sosis Berujung Puluhan Siswa Keracunan di Lampung Belum Bersertifikat

    Sebelumnya, Puluhan pelajar tingkat SD hingga SMP di Kabupaten Lampung Timur mengalami keracunan usai menyantap menu Makan Bergizi Gratis (MBG). Polisi mencatat, total ada 35 siswa yang terdampak insiden tersebut.

    Para pelajar tersebut dilaporkan mengalami gejala pusing, mual, hingga muntah-muntah setelah memakan roti sosis berisi keju yang diduga berjamur.

    Kabid Humas Polda Lampung, Kombes Yuni Iswandari mengonfirmasi peristiwa tersebut. Yuni bilang, sebagian korban masih harus menjalani perawatan medis.

    “Benar, kemarin sejumlah pelajar di Lampung Timur mengalami gejala pusing hingga muntah usai menyantap sosis yang diduga berjamur,” kata Yuni, Sabtu (27/9/2025).

    Yuni menjelaskan, dari total 35 pelajar, 16 di antaranya masih dirawat inap, sementara 19 lainnya sudah diperbolehkan pulang. Pihak kepolisian bersama Dinas Kesehatan Lampung Timur sudah mengambil sampel makanan untuk dilakukan pengujian laboratorium.

    Langkah itu dilakukan guna memastikan penyebab pasti munculnya gejala keracunan tersebut. “Tim Polres Lampung Timur bersama Dinas Kesehatan telah melakukan penyelidikan. Sampel makanan sudah diamankan untuk uji laboratorium,” ujarnya.

    Yuni juga mengingatkan pihak penyedia makanan MBG agar lebih berhati-hati dalam menyiapkan menu untuk siswa. “Kami mengimbau pihak penyedia agar benar-benar memperhatikan kualitas makanan, mengingat program ini menyasar anak-anak sekolah,” tutupnya.

  • Hasil Laboratorium Ungkap Dua Bakteri Penyebab Keracunan Siswa di Bandung Barat

    Hasil Laboratorium Ungkap Dua Bakteri Penyebab Keracunan Siswa di Bandung Barat

    Ia menyarankan makanan disimpan pada suhu di atas 60 derajat Celcius atau di bawah 5 derajat Celcius untuk mencegah pembusukan.

    “Pemasak juga harus mengenakan sarung tangan, pakaian bersih, dan memastikan tidak ada terkontaminasi dari bahan lain,” ucapnya.

    Dinkes Jabar juga mengimbau semua pihak yang terlibat dalam program MBG untuk memperketat protokol keamanan pangan guna mencegah kejadian serupa terulang di masa mendatang.

    Sebelumnya, lebih dari 1.333 orang pelajar diduga mengalami keracunan massal setelah menyantap makanan program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kecamatan Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat, hingga penghitungan Jumat (26/09/2025).

    Selain di Bandung Barat, beberapa waktu sebelumnya, sebanyak 657 orang mengalami gejala keracunan akibat mengkonsumsi MBG di Kecamatan Kadungora, Kabupaten Garut.

  • Keracunan MBG di Jabar Dipicu Salmonella, Dokter Beberkan Dampak Fatal di Pencernaan

    Keracunan MBG di Jabar Dipicu Salmonella, Dokter Beberkan Dampak Fatal di Pencernaan

    Jakarta

    Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Labkesda Dinas Kesehatan Jawa Barat dr Ryan Bayusantika Ristandi mengatakan bahwa bakteri Salmonella dan Bacillus cereus menjadi ‘biang kerok’ keracunan program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Bandung Barat. Salah satu penyebab kontaminasi bakteri ke makanan adalah rentang waktu penyiapan hingga penyajian yang terlalu lama

    “(Bakteri) berasal dari komponen karbohidrat dalam makanan,” kata Ryan, dikutip dari Antara, Minggu (28/9/2025).

    Keracunan yang Bisa Memicu Kematian

    Spesialis penyakit dalam dr Aru Ariadno, SpPD-KGEH mengatakan keracunan yang disebabkan oleh Salmonella dan Bacillus cereus tidak bisa dianggap sepele. Kondisi ini memerlukan tindakan tepat dan cepat untuk menghindari risiko fatal.

    “Yang berbahaya dari kondisi ini adalah keadaan dehidrasi berat, di mana tidak ada asupan cairan sama sekali akibat rasa mual muntah dan kondisi diare yg menyebabkan hilangnya cairan dari tubuh beserta garam2 tubuh. Ini semua bila tidak diatasi dengan segera akan menyebabkan kematian,” kata dr Aru saat dihubungi detikcom, Senin (29/9/2025).

    “Oleh sebab itu perawatan di rumah sakit dibutuhkan untuk mengembalikan cairan tubuh dan garam-garam tubuh yang hilang sekalian mengeradikasi kuman-kuman penyebab diare tersebut,” sambungnya.

    Dampak Infeksi Bakteri Salmonella dan Bacillus cereus

    dr Aru mengatakan bahwa infeksi dua bakteri ini dapat menyerang sistem pencernaan dan mengeluarkan toksin, sehingga berakibat pada gangguan saluran cerna.

    “Kuman-kuman tersebut akan bersarang di dalam saluran cerna dan menyebabkan gangguan seperti mual, muntah, kembung, sampai diare. Hal ini yang sering disebut keracunan makanan,” kata dr Aru.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video: PM Israel Benjamin Netanyahu Keracunan Makanan Basi”
    [Gambas:Video 20detik]
    (dpy/up)

    Gaduh Keracunan MBG

    18 Konten

    Ribuan anak sekolah dilaporkan mengalami keracunan usai menerima Makan Bergizi Gratis (MBG). Apa saja kemungkinan penyebabnya, dan bagaimana mencegahnya di kemudian hari?

    Konten Selanjutnya

    Lihat Koleksi Pilihan Selengkapnya