Kementrian Lembaga: Dinkes

  • Kencing Bocah Jadi Bercabang 5 & Sakit usai Ikut Sunat Massal, Ibu Lapor Polisi: Katanya Mau Operasi

    Kencing Bocah Jadi Bercabang 5 & Sakit usai Ikut Sunat Massal, Ibu Lapor Polisi: Katanya Mau Operasi

    TRIBUNJATIM.COM – Setelah mengikuti sunat massal di kantor camat, seorang bocah 6 tahun di Palembang bernasib pilu.

    Pasalnya bocah berusia enam tahun ini justru merasakan sakit yang beda dari anak-anak lainnya setelah sunat.

    Bahkan kencingnya bercabang lima setelah melakukan sunat massal.

    Sontak hal itu membuat sang ibu tak terima.

    Ia menduga putranya menjadi korban malpraktik.

    Kondisi bocah berusia enam tahun ini kini memprihatikan lantaran kencing bercabang lima dan merasa sakit usai ikut sunatan massal tersebut.

    Sang ibu bernama Rusmiati (40) warga Jakabaring, Palembang, ini pun melapor polisi ke Polrestabes Palembang.

    Di hadapan petugas, Rusmiati mengatakan, kejadian tersebut bermula saat anaknya mengikuti sunatan massal di Kantor Camat Jakabaring pada Rabu (3/7/2024) lalu.

    Setelah disunat, terjadi hal yang aneh kepada anaknya karena saat buang air kecil menjadi bercabang.

    “Awalnya anak saya ini ikut sunat massal pak, seperti anak-anak yang lain,” ungkap Rusmiati.

    “Nah, pas anak saya pipis, maaf, punya anak saya ini lubangnya banyak hingga lima lubang,” jelasnya.

    “Dan hingga saya laporkan masih ada dua lubang pak,” bebernya kepada petugas.

    Rusmiati mengaku sudah mendatangi pihak penyelenggara sunat massal tersebut.

    Namun anaknya hanya diobati penyelenggara, bahkan seharusnya dioperasi, tetapi hingga kini belum terealisasi.

    Seorang bocah 6 tahun yang saat ini mengalami sakit karena kencing bercabang 5 usai sunatan massal di Palembang (Tribun Medan)

    “Katanya akan dijadwalkan mau operasi, namun belum hingga saat ini.”

    “Oleh itu saya melapor ke sini,” ungkapnya.

    Rusmiati pun menerangkan, tak hanya bercabang, saat buang air kecil pun anaknya merasa sakit.

    “Sakit pak anak saya bilang saat pipis,” katanya. 

    Sementara itu, KA SPKT Polrestabes Palembang, AKP Hery membenarkan adanya laporan orang tua korban Rusmiati terkait UU Kesehatan.

    “Laporan sudah kita terima dan akan ditindaklanjuti oleh petugas Pidsus Polrestabes Palembang,” ungkapnya.

    Nasib serupa juga dialami bocah lelaki berinisal MR (9) di Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara, akibat sunat laser.

    MR diduga menjadi korban sunat laser dari rumah sakit apung yang beroperasi di Jembatan Kaledupa, Wakatobi.

    Kini sang ibu kebingungan karena kondisi bocah malang tersebut tak membaik setelah operasi.

    Melati (bukan nama sebenarnya) menceritakan awal kejadian tragis yang menyebabkan area vital anaknya sudah tidak seperti semula.

    Ia menyebut, pada Jumat (4/10/2024) lalu, MR hendak sunat laser di rumah sakit apung yang hanya beroperasi beberapa hari.

    Karena menganggap adanya fasilitas yang memadai, sehingga Melati mempercayakan petugas medis di rumah sakit tersebut bekerja untuk sunat laser anaknya.

    Melati pun menemani, bahkan menunggu dan berada di dekat anaknya sehingga menyaksikan proses sunat laser dilakukan.

    Kata Melati, MR awalnya disuntik sebanyak dua kali.

    Setelah itu dipotong bagian kulit luarnya untuk dibersihkan sebelum dilaser.

    Melati melihat ada dua perawat lainnya yang tetiba berceletuk, ‘Dia hitam (sambil mengarah ke bagian kelamin anak)’.

    Tak lama kemudian, mereka pun memanggil dokter untuk melihat kondisi sang anak.

    Menurut Melati, anaknya baik-baik saja sebelum dilakukan sunat laser.

    Namun tetiba, dokter pun mengatakan jika MR memiliki kelainan.

    Melati yang minim pemahaman tidak mengerti maksud sang dokter.

    Malang nian nasib bocah lelaki MR (9) di Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara, usai sunat laser (TribunnewsSultra.com/Dian Sasmita)

    Namun dari yang disaksikannya, kelamin anaknya pada bagian ujung terlihat berwarna putih.

    Sementara itu, seseorang yang disebutkan Melati adalah Kepala Rumah Sakit, juga ikut berkomentar.

    Kata orang tersebut, si anak sering kencing dengan volume urine sedikit.

    Hal itupun dibenarkan sang ibu, namun menurutnya bahwa pada dasarnya MR sejak kecil sudah terbiasa kencing sedikit.

    Tidak lama, perawat langsung bergerak dengan mengambil kateter dan dipasang pada ujung kelamin MR.

    “Dokter bilang ini anak ada tersumbat (bagian kelamin). Saya tanya lagi, apakah tidak apa jika dipasang kateter? Karena saya juga awam. Tapi dokter bilang tidak apa-apa,” jelas Melati.

    Melati masih menyaksikan sang anak dalam penindakan medis.

    Ia pun melihat dokter memotong kelamin sang anak lalu kembali dijahit. 

    Sayangnya, kondisi MR tak membaik setelah insiden tersebut.

    Melati pun tak diberi penjelasan rinci mengenai kondisi anaknya.

    Sampai pada akhirnya, perawat langsung membawa MR ke RS Buranga yang masih ada di Kaledupa, Wakatobi.

    Di sana, dokter menganjurkan untuk Melati selalu mengompres bagian vital anaknya dengan air hangat selama 30 menit.

    “Saya dikasih juga obat,” tuturnya.

    MR sampai dua hari dirawat di RS Buranga, MR lantas dibawa ke RS Ambeua.

    “Total selama tiga hari saya dan anak saya di sana. Kami disuruh pulang ke rumah saat itu kondisi kelamin MR bengkak,” jelasnya.

    Melati pun menuruti permintaan dokter dan pulang ke rumah.

    Selama dua hari di rumah, mereka tetap menjalani kontrol di RS Ambeua.

    Hingga pada hari ke-17 pada Sabtu (19/10/2024), nasib MR masih tidak ada kejelasan dengan kondisi kesehatannya.

    Mereka kini berada di Pulau Wangiwangi untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut.

    Alhasil dari rujukan dokter di RS Ambeua Kaledupa, Melati membawa anaknya lagi ke RSUD Wakatobi di Pulau Wangiwangi.

    Mereka sampai menumpang ke rumah orang agar bisa tinggal di Wangiwangi untuk beberapa saat.

    Setibanya di RSUD, mereka diarahkan untuk rujuk ke Kota Kendari atau Bau-Bau.

    Sayangnya Melati kebingungan untuk bisa menindaklanjuti rujukan tersebut karena keterbatasan oleh biaya. 

    “’Kami tidak mengikuti rujukan karena kondisi keuangan kami,” kata ibu korban.

    Sementara itu, pihak keluarga Melati terus berusaha mengontak pihak rumah sakit apung yang kini sementara berlayar di wilayah lainnya.

    Kabarnya, mereka akan kembali untuk menindaklanjuti kondisi MR.

    Selain itu, TribunnewsSultra.com juga berusaha mengonfirmasi pihak Dinas Kesehatan Wakatobi terkait permasalahan yang dihadapi Melati dan anaknya.

    Namun sejauh ini belum ada jawab.

    Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com

  • Tunggakan Program UHC Pemkab Pamekasan Capai Rp 41 Miliar

    Tunggakan Program UHC Pemkab Pamekasan Capai Rp 41 Miliar

    Pamekasan (beritajatim.com) – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pamekasan, memiliki tunggakan iuran program Universal Health Coverage (UHC) terhadap Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan dengan nominal yang relatif fantastik, yakni sebesar Rp 41 miliar.

    “Tunggakan sebesar Rp 41 miliar kepada BPJS Kesehatan, akan kita bayar secara bertahap pada 2025,” kata Kepala Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Pamekasan, Sahrul Munir, Rabu (8/1/2025).

    Selain itu pihaknya menyampaikan tunggakan tersebut nantinya dibayar dengan cara cicil hingga lunas. “Pembayaran kita lakukan dengan cara cicil tiap dua bulan hingga lunas, dan anggaran untuk pembayaran sudah dialokasikan,” ungkapnya.

    Hal senada juga disampaikan Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Pamekasan, dr Saifuddin yang menyampaikan pembayaran tunggakan dimulai pada Januari 2025. “Untuk sementara tunggakan tidak bisa dibayar sekaligus karena keterbatasan anggaran, bulan ini hanya mampu membayar empat bulan di 2024, yakni sekitar Rp 27 miliar,” jelasnya.

    Tunggakan iuran program UHC tersebut terjadi selama enam bulan pada 2024, terhitung aejak Juli hingga Desember 2024. “Karena keterbatasan anggaran, pelunasan (tunggakan) kita lakukan secara bertahap,” imbuhnya.

    “Untuk tahun (2025) ini, kami mendapatkan anggaran sebesar Rp 101 miliar. Dari anggaran itu, sebesar Rp 41 miliar akan dialokasikan untuk tunggakan iuran UHC 2024. Sedangkan sisanya direncanakan untuk pembayaran program UHC 2025,” tegasnya.

    Lebih lanjut ditegaskan jika Pemkab Pamekasan, komitmen menyelesaikan tunggakan dalam dua tahap. “Jadi langkah (pembayaran bertahap) ini kita ambil agar program UHC tetap berjalan sebagaimana mestinya, tentunya tanpa mengganggu alokasi anggaran lain yang sudah direncanakan,” pungkasnya. [pin/kun]

  • Viral Bocah di Palembang Buang Air Kecil Bercabang Lima Setelah Ikut Sunat Massal

    Viral Bocah di Palembang Buang Air Kecil Bercabang Lima Setelah Ikut Sunat Massal

    TRIBUNJATENG.COM – Bocah asal Palembang, Sumatera Selatan buang kecil bercabang lima setelah mengikuti sunat massal.

    Dilansir Tribun Sumsel kejadian tak lazim ini dialami oleh anak berinsial AL (6).

    Alat kelamin AL diduga mengalami malpraktik saat mengikuti sunatan massal yang digelar di Kantor Camat Jakabaring, Kelurahan 15 Ulu, Kecamatan Jakabarng pada Rabu (3/7/2024) lalu.

    Setelah melakukan sunat gratis, dalam masa pengobatan, ternyata alat kelamin AL memiliki 5 lubang dan membutnya buang air kecil bercabang.

    “Nah pas anak saya pipis, maaf punya anak saya ini lubangnya banyak hingga 5 lubang, dan  hingga saya laporkan masih ada 2 lubang pak,” beber Rusmiati (40) ibu dari AL, dikutip dari Tribun Sumsel.

    Rusmiati lalu mendatangi pihak yang menggelar acara sunat massal tersebut.

    Pihak penyelenggara mengatakan akan bertanggungjawab.

    Namun karena tak ada kejelasan hingga kini, Rusmianti membawa sang anak ke dokter dan hanya diobati saja.

    Setelah diobati, lubang yang awalnya lima kini tinggal satu.

    “Katanya akan jadwalkan mau operasi, namun belum hingga saat ini. Oleh itu saya melapor ke sini ,” ungkap Rusmiati, dikutip dari Tribun Sumsel.

    Selain memiliki lubang lebih dari satu, AL juga merasakan sakit saat buang air kecil.

    “Sakit pak anak saya bilang saat pipis. Karena maaf kelamin anak saya saat pipis keras dulu baru keluar air senihnya,’ katanya. 

    Rusmiati pun tak terima dan membuat laporan ke Polrestabes Palembang pada Senin (6/1/2025).

    “Untuk laporan sudah diterima oleh petugas SPKT, namun terkait laporan korban akan dilakukan konfirmasi terlebih dahulu,” ungkap Kapolrestabes Palembang Kombes Pol Harryo Sugihartono.

    Setelah dilakukan konfirmasi ke Dinas Kesehatan Kota Palembang, AL dijadwalkan operasi pada Kamis (9/1/2025).

    (*)

  • Tiga kecamatan tembus 700 kasus DBD selama 2024, Ini penjelasan Jakbar

    Tiga kecamatan tembus 700 kasus DBD selama 2024, Ini penjelasan Jakbar

    Jakarta (ANTARA) – Suku Dinas Kesehatan Jakarta Barat menjelaskan perihal tiga kecamatan di wilayah setempat, yakni Cengkareng, Kebon Jeruk dan Kalideres yang masing-masing mencatat 700 lebih kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) selama 2024.

    Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Suku Dinas Kesehatan (Sudinkes) Jakarta Barat, Arum Ambarsari menyebutkan bahwa jumlah penduduk dan kebersihan tampungan air yang tidak terkontrol menjadi faktor utama.

    “Jumlah penduduk yang banyak dan terdapat wilayah yang banyak perkantoran atau institusi sekolah atau pasar yang relatif tidak ada yang mengontrol kebersihan tampungan air,” kata Arum saat dihubungi di Jakarta pada Rabu.

    Adapun Kecamatan Cengkareng mencatat 795 kasus DBD, kemudian Kalideres (718 kasus) dan Kebon Jeruk (712 kasus) selama 2024.

    Pada tahun yang sama wilayah Kecamatan Kembangan mencatat 537 kasus, Taman Sari (215 kasus), Palmerah (280 kasus), Grogol Petamburan (245 kasus) dan Tambora sebanyak 198 kasus.

    Per bulannya, jumlah kasus DBD di Jakarta Barat (Jakbar) terhitung fluktuatif mulai dari 1 Januari sampai dengan 31 Desember 2024.

    “Januari tercatat 94 kasus, Februari (249 kasus), Maret (626 kasus), April (799 kasus), Mei (797 kasus),” kata Arum merinci data DBD yang meningkat drastis pada awal tahun.

    Kemudian, kasus DBD mulai turun sejak Juni 2024 dengan 354 kasus, pada Juli (216 kasus), Agustus (188 kasus), September (101 kasus), Oktober (79 kasus), November (97 kasus) dan Desember sebanyak 100 kasus.

    Pihaknya juga telah melakukan sejumlah langkah antisipasi serta penanganan DBD di wilayah setempat.

    “Pertama itu pemantauan vektor atau jentik nyamuk DBD dilakukan dengan mengutamakan peran serta masyarakat seperti Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dan optimalisasi Juru Pemantau Jentik (Jumantik) mandiri,” kata Arum.

    Selain itu, kata Arum, dengan meningkatkan promosi kesehatan tentang DBD kepada masyarakat.

    “Terus (fogging’ (pengasapan) fokus sesuai indikasi dan terus mengimbau warga untuk segera melakukan pemeriksaan apabila ada anggota keluarga yang bergejala DBD,” katanya.

    Pewarta: Redemptus Elyonai Risky Syukur
    Editor: Sri Muryono
    Copyright © ANTARA 2025

  • DKI perlu sosialisasikan HMPV pada masyarakat

    DKI perlu sosialisasikan HMPV pada masyarakat

    Jakarta (ANTARA) – Dinas Kesehatan DKI Jakarta perlu menyosialisasikan tentang “Virus Human Metapneumovirus” (HMPV) termasuk pencegahannya kepada masyarakat sebagai upaya meningkatkan kewaspadaan.

    “Untuk pemerintah, memberikan sosialisasi kesehatan yang luas, khususnya karena HMPV sudah jadi berita utama di berbagai media,” kata pakar kesehatan Prof. Tjandra Yoga Aditama saat dihubungi di Jakarta, Rabu.

    Hal itu perlu dilakukan mengingat informasi HPMV telah mencuat di berbagai media dalam beberapa waktu terakhir seiring merebaknya kasus penyakit tersebut di China dan dilaporkan telah ditemukan di Indonesia.

    Selain sosialisasi, Tjandra juga meminta Pemprov DKI mengamati dengan cermat perkembangan kasus di China.

    “Ini mengingat HMPV baru-baru ini merebak di China,” kata Direktur Penyakit Menular WHO Kantor Regional Asia Tenggara 2018-2020 itu.

    Pemerintah Provinsi DKI Jakarta juga perlu melakukan pengamatan dan pengumpulan data secara sistematis dan terus-menerus untuk mendapatkan informasi terkait masalah kesehatan atau penyakit (surveilans) terhadap HMPV dari kasus penyakit mirip influenza (Influenza Like Illness/ILI di Jakarta.

    HMPV adalah virus yang dapat menyebabkan infeksi saluran pernapasan dengan gejala mirip flu biasa seperti batuk, pilek, demam dan sesak napas. Dalam kasus berat, virus ini dapat menyebabkan komplikasi seperti bronkitis atau pneumonia.

    Walaupun sejauh ini HMPV bukan kasus berat tapi pemerintah tetap perlu mengamati dengan cermat perkembangan kasus di China. “Lalu, melakukan surveilan (epidemiologik dan genomik) dari kasus di Jakarta,” ujar Tjandra.

    Dia menuturkan, penularan HMPV serupa dengan virus flu lainnya, yaitu melalui percikan air liur atau droplet dari individu yang terinfeksi.

    Karena itu, demi mengurangi risiko tertular virus ini, masyarakat dapat menerapkan langkah-langkah preventif seperti mencuci tangan teratur. Selain itu juga menjaga pola hidup sehat dan menggunakan masker di tempat umum.

    “Mereka yang sakit jangan menulari orang lain misalnya dengan menggunakan masker dan menghindari kerumunan,” kata Tjandra.

    Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
    Editor: Sri Muryono
    Copyright © ANTARA 2025

  • Dinkes Pastikan Virus HMPV Belum Ditemukan di Sumut

    Dinkes Pastikan Virus HMPV Belum Ditemukan di Sumut

    Medan, CNN Indonesia

    Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Sumatera Utara (Sumut) memastikan bahwa virus Human Metapneumovirus (HMPV) yang tengah menjadi perhatian di China belum ditemukan di wilayah Sumut. Meski demikian, seluruh rumah sakit telah diminta untuk tetap waspada dan siap menghadapi berbagai kemungkinan.

    “Alhamdulillah belum ditemukan, mudah-mudahan jangan sampai ditemukan dan diharapkan rumah sakit siap ya, artinya kita dengan pengalaman yang sudah-sudah dengan kondisi apapun kita harus siap,” kata Kepala Dinas Kesehatan Sumut, Muhammad Faisal Hasrimy, Rabu (8/1).

    Muhammad Faisal juga menghimbau masyarakat untuk tetap tenang dan tidak panik. Menurutnya, mengikuti protokol kesehatan yang dianjurkan oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) merupakan langkah penting dalam menghadapi potensi penyebaran virus.

    “Kita harus teruskan dengan budaya hidup sehat, tetap menggunakan masker kembali, tetap mencuci tangan, tetap menjaga imun tubuh, mengkonsumsi vitamin, berolahraga dan intinya tetap menjaga kebugaran dan kondisi fisik,” tegasnya.

    Kasi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Dinkes Sumut, dr. Nora Violita, menjelaskan bahwa HMPV sebenarnya bukan virus baru. Virus ini telah lama ada, namun kembali menjadi sorotan karena lonjakan kasus di China baru-baru ini.

    “Panik tidak akan membuat virus pergi, justru dapat membuat masyarakat lebih stres dan malah menurunkan imun. Fokus pada pencegahan, jaga daya tahan tubuh, dan hindari kontak dengan orang yang sakit,” ujarnya.

    Nora mengatakan virus HMPV mirip dengan flu biasa seperti batuk, pilek, demam, dan terkadang sesak napas. Namun pada kondisi individu tertentu seperti anak-anak, lansia atau orang dengan penyakit kronis, virus tersebut bisa menyebabkan komplikasi lebih serius seperti bronkitis atau pneumonia.

    “HMPV dan virus lain seperti Influenza A dan Rhinovirus, sudah lama ada dan cenderung menyebabkan infeksi musiman. Lonjakan yang terjadi di China karena kombinasi beberapa virus. Jadi, bukan hanya HMPV yang beraksi sendirian, tapi dia bekerja sama dengan Influenza A dan Rhinovirus,” tuturnya.

    Menurut Nora, lonjakan kasus di China disebabkan oleh sejumlah faktor, termasuk musim dingin yang menjadi lingkungan ideal bagi virus pernapasan untuk berkembang. Selain itu, masyarakat yang baru pulih dari pandemi mungkin memiliki sistem imun yang belum sepenuhnya optimal.

    “Virus-virus pernapasan sangat suka cuaca dingin dan musim flu biasanya berlangsung dari November hingga Maret. Kedua, setelah memakai masker dan menjaga jarak selama dua tahun lebih, sekarang perlindungan tersebut mulai longgar dan akibatnya virus punya panggung bebas untuk menyebar,” ungkapnya.

    (fnr/ugo)

    [Gambas:Video CNN]

  • Tengah Merebak dan Jadi Sorotan, Apakah Sudah Ada Kasus HMPV di Jateng? Ini Imbauan Dinkes

    Tengah Merebak dan Jadi Sorotan, Apakah Sudah Ada Kasus HMPV di Jateng? Ini Imbauan Dinkes

    TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG – Human Metapneumovirus atau HMPV jadi topik hangat di tanah air, tak terkecuali di Provinsi Jateng.

    HMPV tersebut merupakan infeksi virus yang menyerang saluran pernapasan manusia.

    Bagi yang terpapar akan merasakan gejala mirip influenza, seperti batuk, demam, sakit tenggorokan hingga sesak nafas.

    Menurut Kepala Dinkes Provinsi Jateng, Yunita Dyah Suminar, HMPV tengah merebak di Tiongkok. 

    Ia juga mengatakan, penyebaran HMPV sangat cepat seperti influenza dan Covid-19.

    Bahkan Yunita menerangkan, hingga detik ini belum ada vaksin khusus untuk HMPV atau obat khusus HMPV.

    “HMPV menular melalui droplet dan kontak erat dengan penderita, HMPV dapat menyerang siapapun,” terangnya, Rabu (8/1/2025).

    Meski demikian, kata Yunita, seseorang yang terjangkit HMPV adalah orang yang berdaya tahan tubuh lemah.

    Ia juga memberikan contoh, seperti, anak di bawah 5 tahun hingga lansia di atas 65 tahun.

    Selain itu, seseorang yang memiliki penyakit seperti diabetes, asma, kanker, penyakit autoimun, dan penderita HIV, diterangkan Yunita patut mewaspadai HMPV. 

    Pasalnya jika tidak ditangani secara benar, gejala HMPV akan semakin parah, hingga mengarah ke bronkitis atau pneumonia. 

    “Namun HMPV bukan penyakit mematikan, jadi masyarakat tidak perlu panik. Yang paling utama adalah menjaga kesehatan dan pola hidup bersih,” paparnya.

    Yunita juga mengimbau meski bukan penyakit mematikan namun masyarakat wajib waspada. 

    Dikatakannya seperti saat Pandemi Covid-19, untuk menghindari HMPV dianjurkan selalu cuci tangan sebelum makan, makan bergizi seimbang, protein sayuran dan buah. 

    Jika mengalami gejala, masyarakat diminta menggunakan masker dan berobat ke klinik atau dokter.

    “Saat tubuh merasa tidak sehat, demam, atau pilek bisa mengkonsumsi obat sesuai gejala,” terangnya.

    Ditambahkannya, di Jateng belum ada temuan kasus HMPV yang mewabah di Tiongkok. 

    Ia berujar, pelarangan atau kedatangan dari luar negeri hingga kini juga belum diberlakukan.

    Namun demikian, sinergi terus dijalin dengan kantor kesehatan pelabuhan atau KKP, untuk mengantisipasi hal yang tidak diinginkan. 

    “Kalaupun ada yang dari atau mau ke Tiongkok, kami sarankan menggunakan masker dan menjauhi kerumunan serta mengkonsumsi vitamin,” imbuhnya. (*)

  • Belum Ada Vaksin Khusus HMPV, Yunita: Bukan Penyakit Mematikan

    Belum Ada Vaksin Khusus HMPV, Yunita: Bukan Penyakit Mematikan

    TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG – Human Metapneumovirus atau HMPV jadi topik hangat di tanah air, tak terkecuali di Provinsi Jateng.

    HMPV tersebut merupakan infeksi virus yang menyerang saluran pernapasan manusia.

    Bagi yang terpapar akan merasakan gejala mirip influenza, seperti batuk, demam, sakit tenggorokan hingga sesak nafas.

    Menurut Kepala Dinkes Provinsi Jateng, Yunita Dyah Suminar, HMPV tengah merebak di Tiongkok. 

    Ia juga mengatakan, penyebaran HMPV sangat cepat seperti influenza dan Covid-19.

    Bahkan Yunita menerangkan, hingga detik ini belum ada vaksin khusus untuk HMPV atau obat khusus HMPV.

    “HMPV menular melalui droplet dan kontak erat dengan penderita, HMPV dapat menyerang siapapun,” terangnya, Rabu (8/1/2025).

    Meski demikian, kata Yunita, seseorang yang terjangkit HMPV adalah orang yang berdaya tahan tubuh lemah.

    Ia juga memberikan contoh, seperti, anak di bawah 5 tahun hingga lansia di atas 65 tahun.

    Selain itu, seseorang yang memiliki penyakit seperti diabetes, asma, kanker, penyakit autoimun, dan penderita HIV, diterangkan Yunita patut mewaspadai HMPV. 

    Pasalnya jika tidak ditangani secara benar, gejala HMPV akan semakin parah, hingga mengarah ke bronkitis atau pneumonia. 

    “Namun HMPV bukan penyakit mematikan, jadi masyarakat tidak perlu panik. Yang paling utama adalah menjaga kesehatan dan pola hidup bersih,” paparnya.

    Yunita juga mengimbau meski bukan penyakit mematikan namun masyarakat wajib waspada. 

    Dikatakannya seperti saat Pandemi Covid-19, untuk menghindari HMPV dianjurkan selalu cuci tangan sebelum makan, makan bergizi seimbang, protein sayuran dan buah. 

    Jika mengalami gejala, masyarakat diminta menggunakan masker dan berobat ke klinik atau dokter.

    “Saat tubuh merasa tidak sehat, demam, atau pilek bisa mengkonsumsi obat sesuai gejala,” terangnya.

    Ditambahkannya, di Jateng belum ada temuan kasus HMPV yang mewabah di Tiongkok. 

    Ia berujar, pelarangan atau kedatangan dari luar negeri hingga kini juga belum diberlakukan.

    Namun demikian, sinergi terus dijalin dengan kantor kesehatan pelabuhan atau KKP, untuk mengantisipasi hal yang tidak diinginkan. 

    “Kalaupun ada yang dari atau mau ke Tiongkok, kami sarankan menggunakan masker dan menjauhi kerumunan serta mengkonsumsi vitamin,” imbuhnya.

  • Kronologi ASN Wanita Dirampok di Ogan Ilir Sumsel, Korban Ditodong Pisau, Mobil Honda Jazz Raib – Halaman all

    Kronologi ASN Wanita Dirampok di Ogan Ilir Sumsel, Korban Ditodong Pisau, Mobil Honda Jazz Raib – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, Ogan Ilir– Kasus perampokan yang menimpa seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Sumatera Selatan berinisial WA, masih dalam penyelidikan pihak kepolisian.

    Mobil Honda Jazz milik korban raib setelah ditodong pisau oleh pelaku di wilayah Desa Kedukan Bujang, Kecamatan Pemulutan, Ogan Ilir.

    Kejadian ini berlangsung pada hari Senin (6/1/2025), sekitar pukul 17.00 WIB.

    Korban awalnya mengendarai mobil dari arah Plaju menuju Jakabaring.

    Saat melintas di bawah Fly Over Simpang Jakabaring, WA berhenti di sebuah toko untuk membeli sesuatu.

    Setelah selesai berbelanja, saat kembali ke mobil, salah satu pelaku dengan cepat masuk ke dalam mobil dan menodongkan pisau ke arah WA.

    Pelaku kemudian menyuruh korban untuk membawa mereka menjemput dua orang pelaku lainnya.

    Setelah itu, korban diturunkan di wilayah Pemulutan, sementara mobil Honda Jazz warna silver dengan pelat nomor B 1735 NMV dibawa kabur oleh pelaku.

    Penanganan Kasus

    Polisi dari Satreskrim Polres Ogan Ilir bersama Polsek Pemulutan saat ini masih melakukan penyelidikan dan pengejaran terhadap para pelaku.

    “Kami masih melakukan penyelidikan kejadian pencurian dengan kekerasan tersebut,” ungkap Reskrim Polres Ogan Ilir AKP Muhammad Ilham.

    Sementara itu, Kepala Dinkes Provinsi Sumatera Selatan, dr. Trisnawarman, membenarkan bahwa WA adalah ASN di organisasi perangkat daerah yang dipimpinnya.

    “Iya benar,” kata Trisnawarman melalui pesan WhatsApp.

    (TribunSumsel.com/Agung Dwipayana)

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • HMPV Terdeteksi di Indonesia, Surabaya Perketat Pintu Masuk dari LN

    HMPV Terdeteksi di Indonesia, Surabaya Perketat Pintu Masuk dari LN

    Surabaya, CNN Indonesia

    Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi menegaskan belum ditemukan gejala Virus Human Metapneumovirus (HMPV) di Surabaya saat ini. Hal itu disampaikan setelah virus yang merebak di China disebut telah terdeteksi di Indonesia.

    Namun, ia menegaskan Pemkot Surabaya berkoordinasi dengan imigrasi, pelabuhan dan bandara, untuk memperketat pemeriksaan kesehatan di setiap jalur kedatangan warga dari luar negeri, terutama turis dari China.

    “Belum ada [laporan terkait HMPV] di Surabaya, belum ada. Ya semoga mohon doanya agar Kota Surabaya tetap aman,” kata Eri.

    “Kami sudah berkoordinasi dengan pemerintah provinsi, untuk menguatkan di setiap pintu masuk agar ada pemeriksaan kesehatan. Terutama bagi warga yang datang dari China,” tambah Eri.

    Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Surabaya Nanik Sukristina mengatakan, HMPV bukan kategori virus yang mematikan. Namun, paparannya mudah menyasar kelompok rentan imunitas rendah, seperti anak-anak dan lansia.

    “Gejala HMPV ini, seperti demam, batuk, pilek, atau kesulitan bernapas. Jika mengalami gejala tersebut, harap segera memeriksakan diri ke Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Fasyankes) terdekat,” tutur Nanik.

    “Deteksi dini sangat penting untuk mencegah penyebaran lebih lanjut,” ia menegaskan.

    Selain itu, Nanik mengungkapkan telah berkolaborasi dengan Dinas Pendidikan Surabaya dalam upaya sosialisasi dan deteksi penyakit menular sejak dini, seperti memberikan edukasi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

    “Dinas Kesehatan terus bekerja sama dengan OPD terkait termasuk Dinas Pendidikan untuk sosialisai langkah-langkah pencegahan penyakit menular di sekolah-sekolah. Edukasi ini diberikan kepada guru, siswa, dan orang tua melalui kegiatan sosialisasi dan penyuluhan,” ucapnya.

    Dinkes Surabaya mengimbau agar orang tua dan anak menerapkan sering mencuci tangan secara rutin menggunakan sabun dan air mengalir Memakai masker jika sedang sakit, dan saat berada di kerumunan.

    “Menjaga jarak dari seseorang yang sedang mengalami gejala flu atau batuk. Istirahat yang cukup, mengonsumsi makan-makanan bergizi seperti buah dan sayur untuk meningkatkan daya tahan tubuh,” ucapnya.

    Menjaga hidrasi tubuh, selain menjaga tubuh dari dehidrasi, cairan dalam tubuh berfungsi mengantarkan nutrisi dan oksigen ke seluruh tubuh.

    “Tidak panik dan tetap waspada, serta menghindari berita hoax dengan memantau perkembangan kasus melalui kanal-kanal resmi Kementerian Kesehatan RI,” pungkasnya.

    Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) China pada Kamis (26/12/2024) mencatat ada tren peningkatan kasus HMPV selama sepekan pada 16 Desember hingga 22 Desember 2024.

    Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin turut mengatakan HMPV sudah terdeteksi di Indonesia. Publik diimbau melakukan langkah-langkah pencegahan. Budi menegaskan virus HMPV sudah ada sejak lama dan bukan penyakit mematikan.

    (frd/chri)