Kementrian Lembaga: Dinkes

  • Pasca Banjir, Relawan Pertamina Bantu Pembersihan dan Cek Kesehatan

    Pasca Banjir, Relawan Pertamina Bantu Pembersihan dan Cek Kesehatan

    Jakarta, CNBC Indonesia – PT Pertamina (Persero) melalui tim Relawan Pertamina Peduli bersama tim pemadam kebakaran (damkar) Divisi HSSE PT Pertamina (Persero), serta tenaga medis PT Pertamina Bina Medika IHC turun langsung ke lokasi terdampak membantu pemulihan dan pemeriksaan kesehatan masyarakat terdampak banjir Bekasi. Banjir besar yang merendam Bekasi, kini mulai surut. BPBD mendata sebanyak 61.648 jiwa terdampak banjir sejak Selasa hingga Rabu, pekan ini.

    Pasca banjir, masyarakat terdampak biasanya mengantisipasi kondisi pemulihan dan gangguan kesehatan. VP Corporate Communication PT Pertamina (Persero) Fadjar Djoko Santoso mengatakan relawan Pertamina Peduli yang turun membantu proses pembersihan lumpur hingga Jumat, (7/3/2025).

    “Selain itu, Pertamina juga membantu kebutuhan logistik, kesehatan dan pemulihan pasca banjir. Terdiri dari pekerja dari berbagai profesi dan tenaga medis dari Pertamina IHC, mereka membantu warga terdampak,” jelas Fadjar.

    Warga terdampak banjir di Kecamatan Jatiasih misalnya, menderita gangguan kesehatan seperti diare akut, ISPA, luka-luka, gangguan lambung, dan tekanan darah tinggi. Tenaga medis Pertamina IHC, sejak Rabu hingga Jumat mengunjungi warga di kediamannya, serta membuka posko untuk memberi bantuan kesehatan. Sebanyak 26 personil medis diturunkan ke lapangan, setelah sebelumnya berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan dan BPBD Bekasi.

    Sementara itu, warga di Kampung Lengkak, Bekasi Jaya, Jawa Barat, menghadapi tantangan berbeda. Pasca banjir yang merendam pemukiman warga hingga sampai ke atap, kini mereka harus berjibaku membersihkan endapan lumpur yang tertinggal. Di beberapa titik, endapan lumpur bahkan mencapai lutut orang dewasa.

    VP CSR & SMEPP Pertamina Rudi Ariffianto yang mengikuti kegiatan pembersihan menambahkan, Kampung Lengkak merupakan daerah yang sangat terdampak karena berada di bantaran sungai Bekasi. Luapan sungai meninggalkan endapan lumpur yang kemudian mengeras, menyulitkan proses pemulihan. Selama ini, warga berupaya membersihkan dengan peralatan sederhana.

    Selama dua hari proses pemulihan pemukiman warga, Damkar HSSE Pertamina mengerahkan satu unit mobil pemadam, dua unit mobil rescue, pompa portabel dan total 29 personil. Selain itu, sebanyak 12 Relawan Pertamina Peduli turut membantu proses pembersihan lumpur.

    “Pada Kamis, kami mengerahkan 14 personil dan satu unit pompa portable untuk membantu membersihkan lumpur. Sedangkan hari Jumat, kami menurunkan 15 personil. Kondisi lumpur di lokasi cukup tebal, sehingga proses pembersihan membutuhkan waktu dan tenaga ekstra,” ujar Abdul, perwakilan HSSE Pertamina.

    Abdul menambahkan, pada hari Kamis, tim bekerja hingga malam hari. Sementara pada Jumat, tim kedua akan melanjutkan kembali kegiatan pembersihan sejak pagi hari.

    Rusmini, salah satu warga yang rumahnya terdampak, menyampaikan harapannya agar kejadian serupa tidak terulang. “Terima kasih kepada Pertamina yang telah membantu membersihkan lumpur dengan pompa air. Kami sangat terbantu karena lumpur sudah mulai terangkat. Harapan kami ke depan ada solusi agar banjir seperti ini tidak terjadi lagi,” ungkap Rusmini.

    Senada, Nuraini, warga lain yang terdampak banjir, juga mengapresiasi tindakan cepat Pertamina dalam membantu masyarakat.

    “Kami sudah kelelahan membersihkan lumpur selama berhari-hari. Berkat bantuan Pertamina, rumah kami bisa lebih cepat bersih dan bisa segera ditempati lagi. Terima kasih kepada seluruh tim yang sudah membantu kami,” tutur Nuraini.

    Sebelumnya, Pertamina juga telah menyalurkan bantuan logistik berupa obat-obatan, popok bayi, sembako dan makanan cepat saji, hingga perlengkapan pribadi, yang diserahkan melalui BPBD Kota Bekasi, Selasa (4/5).

    (rah/rah)

  • Segeralah mandi usai beraktivitas di lokasi banjir

    Segeralah mandi usai beraktivitas di lokasi banjir

    Jakarta (ANTARA) – Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan mengingatkan masyarakat untuk segera mandi usai beraktivitas di lokasi banjir untuk menghindari terserang penyakit.

    “Jika harus beraktivitas di air banjir, gunakan sepatu boot atau sarung tangan, lalu segera mandi dan ganti pakaian setelahnya,” kata Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan Yudi Dimyati saat dihubungi di Jakarta, Jumat.

    Yudi mengatakan, air banjir bisa mengandung kuman berbahaya. Karena itu disarankan menghindari kontak langsung jika memungkinkan.

    Dia juga mengimbau kepada masyarakat untuk mengonsumsi air bersih dan makanan yang aman saat musim hujan. “Gunakan air matang untuk minum dan memasak serta hindari makanan yang sudah terkontaminasi air banjir,” ujarnya.

    Kemudian, untuk mewaspadai gejala penyakit seperti demam, diare dan gatal-gatal disarankan jika badan merasa tidak sehat segera periksa ke fasilitas kesehatan.

    “Selain itu, jaga kebersihan lingkungan dan waspada terhadap tempat-tempat penampungan/genangan air yang bisa menjadi sarang nyamuk,” katanya.

    Suku Dinas Kesehatan (Sudinkes) Jakarta Selatan juga mengimbau warga untuk selalu menjaga kebersihan dan kesehatan agar terhindar dari penyakit terutama bagi warga terdampak banjir.

    Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta menyebutkan lokasi-lokasi yang terkena banjir dipastikan telah surut dan warga mulai membersihkan sisa material banjir.

    Banjir yang melanda sebagian wilayah Jakarta pada Senin (3/3) dini hari dipastikan telah surut pada Rabu (5/3) malam sekitar pukul 23.00 WIB.

    Dari data yang ada banjir terparah terjadi pada Selasa (4/3), ketika itu jumlah RT yang terendam mencapai 122 dan ketinggian air lebih dari tiga meter.

    Pewarta: Luthfia Miranda Putri
    Editor: Sri Muryono
    Copyright © ANTARA 2025

  • Penjelasan Kepsek di Karawang soal Siswi Hamil Korban Rudapaksa Dikeluarkan dari Sekolah – Halaman all

    Penjelasan Kepsek di Karawang soal Siswi Hamil Korban Rudapaksa Dikeluarkan dari Sekolah – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Seorang siswi SMP berusia 15 tahun di Karawang, Jawa Barat, terpaksa putus sekolah usai menjadi korban rudapaksa.

    Ia diminta mengundurkan diri dari sekolah pada Oktober 2024 karena hamil.

    “Iya disuruh mengundurkan diri sama sekolah karena anak saya hamil,” kata ibu korban, D, Kamis (6/3/2025), dilansir Wartakotalive.com.

    D mengaku sempat memohon agar putrinya tetap bisa sekolah.

    Namun, kata dia, pihak sekolah justru meminta D menandatangani surat pengunduran diri anaknya.

    “Malah disuruh anak saya daftar sekolah paket, nomor handphone sekolah paket pun saya dapat dari pihak sekolah,” ungkap Dwi.

    Sementara itu, Kepala SMPN 2 Karawang Timur, Nedi Somantri membantah telah mengeluarkan korban dari sekolah.

    Ia menyebut, orang tua korban lah yang ingin memindahkan anaknya.

    Dengan nada tinggi, Nedi meminta agar korban datang ke sekolah bersama pelaku.

    “Bawa saja korban dan orang tua korbannya ke sini, walaupun korban pemerkosaan itu kan pergaulan. Siapa yang menjebak?”

    “Bawa pelakunya sekalian ke sini, saya kan harus objektif, nanti kita kumpulkan dengan Tata Usaha (TU) dan yang mengeluarkannya,” kata Nedi dengan nada tinggi kepada pewarta pada Rabu, (5/3/2025).

    Nedi bahkan mengaku tak mengetahui tentang pengeluaran siswi tersebut dari sekolah.

    Ia kemudian menyinggung soal sekolah yang memiliki aturan dan prosedural tersendiri untuk mengeluarkan siswa yang melanggar tata tertib.

    “Saya tidak mengetahui mengenai pengeluaran ini, sekolah juga kan punya aturan tata tertib dan prosedural. Harus ada Surat Peringatan (SP) 1, SP 2 dan SP 3 terlebih dahulu,” tegas Nedi.

    Sementara itu, Kasi Humas Polres Karawang, Ipda Solihkin menegaskan, proses penyelidikan masih berjalan.

    “Proses berjalan sesuai tahapan demi tahapan,” katanya.

    Kanit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polres Karawang, Ipda Rita Zahara menyebut, kasus tersebut sudah diproses dan naik penyidikan.

    Ia membantah adanya upaya perdamaian antara korban dan pelaku.

    “Kalau kami tidak ada mediasi. Maksudnya tidak ada memfasilitasi mediasi,” terangnya.

    Di sisi lain, korban kini sudah mendapat perlindungan dan pendampingan penuh dari pemerintah.

    Hal itu diungkapkan Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPPA) Karawang, Wiwiek Krisnawati.

    Perlindungan itu, kata Wiwiek, terutama pada aspek kesehatan.

    Korban kini tengah hamil 7 bulan pada usia yang sangat muda dan berisiko tinggi.

    Pihaknya tengah berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan untuk memastikan korban mendapat pemantauan khusus dari fasilitas pelayanan kesehatan terdekat.

    “Korban harus mendapatkan BPJS, kita akan memperjuangkan,” jelasnya, Kamis.

    Saat ini, lanjut Wiwiek, korban yang yang berhenti di SMP, sudah terdaftar di lembaga pendidikan nonformal Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) dan nantinya tetap akan mendapat ijazah sekolah.

    “Selama masa pemulihan, korban akan dipastikan keamanannya dan terjaga dengan baik,” kata dia.

    Sebagian artikel ini telah tayang di WartaKotalive.com dengan judul Bocah 15 Tahun Korban Rudapaksa Hamil 7 Bulan Dipaksa Sekolah Keluar di Karawang dan di TribunJabar.id dengan judul Siswi SMP Korban Rudapaksa di Karawang Dapat Perlindungan Pemerintah, DPPPA Kordinasi dengan Dinkes

    (Tribunnews.com/Nanda Lusiana, Wartakotalive.com/Muhammad Azzam, TribunJabar.id/Cikwan Suwandi)

  • Pertamina Salurkan Obat, Alat Mandi-Sembako untuk Korban Banjir di Bekasi

    Pertamina Salurkan Obat, Alat Mandi-Sembako untuk Korban Banjir di Bekasi

    Jakarta

    Bencana banjir di Jabodetabek pada Selasa (4/3) berdampak pada terganggunya aktivitas warga di sejumlah lokasi. Salah satunya di Kampung Lengkak, Kelurahan Bekasi Jaya, di mana banjir pada Selasa malam nyaris setinggi atap rumah.

    Melihat kondisi ini, Pertamina Group menurunkan puluhan relawan Perwira Pertamina Peduli untuk membantu melalui posko banjir Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bekasi.

    Mereka menggelontorkan bantuan logistik berupa obat-obatan, popok bayi, sembako dan makanan cepat saji, serta perlengkapan untuk kebutuhan sehari-hari warga seperti handuk, sarung, selimut dan peralatan mandi. Tak ketinggalan, tenaga medis juga memberikan bantuan kesehatan yang dibutuhkan warga.

    VP Corporate Communication Pertamina Fadjar Djoko Santoso mengatakan aksi cepat tanggap yang diinisiasi korporasi disambut antusias oleh para pekerja Pertamina dari beragam profesi, yang tergabung dalam relawan Perwira Pertamina Peduli.

    “Sinergi relawan dari Pertamina grup baik Holding hingga Sub Holding menyalurkan bantuan bagi korban bencana banjir. Tak kurang dari 30 relawan Pertamina Peduli menyalurkan lebih dari 2.700 item bantuan melalui posko BPBD Bekasi sesuai arahan Kementerian BUMN, maupun langsung ke masyarakat terdampak,” jelas Fadjar dalam keterangan tertulis, Kamis (6/3/2025).

    Sementara itu PLT Sekretaris BPBD Kota Bekasi Wiratma mengapresiasi antusiasme dan bantuan dari Relawan Perwira Pertamina Peduli. Ia juga menyampaikan apresiasi atas bantuan yang diberikan Pertamina.

    “Pertamina sangat proaktif. Pada awalnya kami belum terpikir, untuk meminta sumbangan kemanapun karena fokusnya masih evakuasi. Ketika Pertamina menghubungi dan menyampaikan akan datang memberikan bantuan, kami sudah tenang. Atas nama Pemerintah Kota Bekasi, saya mengucapkan terima kasih kepada Pertamina, atas perhatiannya kepada masyarakat Kota Bekasi. Melalui bantuan ini saya yakin, dapat mengurangi beban yang diderita masyarakat Kota Bekasi”, ungkapnya.

    Dalam memberikan bantuan, relawan tenaga medis Pertamina Peduli dari PT Pertamina Bina Medika IHC berkoordinasi dengan Dinkes Bekasi. Tenaga Medis IHC diarahkan memberi bantuan medis di lokasi konsentrasi pengungsi di gedung BNTB. Mereka juga mengunjungi warga door-to-door di wilayah Pondok Gede Permai serta Villa Nusa Indah, hingga malam hari.

    Di lokasi Kampung Lengkak, Kelurahan Bekasi Jaya, relawan membagikan bantuan logistik dan makanan cepat saji bagi warga. Lokasi kampung di bantaran sungai, menyebabkan rumah-rumah warga ditelan lumpur pekat setinggi lutut pasca banjir. Relawan pun mengupayakan kehadiran mobil Damkar Pertamina untuk membantu pembersihan rumah-rumah warga.

    Sementara di Perumahan Duren Jaya RW 12, warga masih harus berjibaku dengan banjir setinggi pinggang. Karena keterbatasan ketersediaan perahu karet, sebagian warga lansia dan menderita sakit, terjebak di kediaman mereka. Para relawan pun membagikan bantuan logistik dan makanan cepat saji.

    Salah satu Relawan Perwira Pertamina Peduli Alih Istik Wahyuni mengatakan dirinya dan para relawan turun membantu karena keprihatinan.

    “Saya mewakili rekan-rekan Perwira PT Pertamina International Shipping, Subholding IML Pertamina, kami semua ikut prihatin atas musibah yang dialami oleh saudara-saudara kami terutama di wilayah Bekasi, Jabodetabek dan sekitarnya. Ini merupakan suatu peristiwa yang sangat menyayat hati, seandainya kami yang mengalami, tentu kami pun membutuhkan bantuan dari pihak lain. Hal itulah yang membuat kami tergerak untuk terjun langsung menyalurkan bantuan,” paparnya.

    Pada kesempatan yang sama, Ketua RT Kampung Lengkak Madan menyampaikan apresiasi atas kehadiran relawan Pertamina Peduli.

    “Pada kesempatan ini saya ingin mengucapkan terima kasih kepada tim relawan Pertamina Peduli yang sudah bersedia turun langsung, melihat kondisi kami. Saya bersyukur atas kepedulian dan kehadiran mereka. Tim datang berkunjung dengan sepenuh hati, ketika kami berbincang, mereka seolah merasakan apa yang kami rasakan, sama sekali tidak cuek, intinya para tim relawan Pertamina Peduli ini, benar-benar datang mendukung dengan hati,” pungkas Madan.

    (ega/ega)

  • Awasi Takjil, BBPOM Periksa 50 Sampel dari 3 Lokasi di Kota Mataram
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        6 Maret 2025

    Awasi Takjil, BBPOM Periksa 50 Sampel dari 3 Lokasi di Kota Mataram Regional 6 Maret 2025

    Awasi Takjil, BBPOM Periksa 50 Sampel dari 3 Lokasi di Kota Mataram
    Tim Redaksi
    MATARAM, KOMPAS.com
    – Tim gabungan Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) di Mataram melakukan pengawasan terhadap
    jajan takjil
    Ramadhan yang tersebar di sejumlah titik di Kota Mataram.
    BBPOM memeriksa 50 sampel makanan takjil dari tiga lokasi sentra takjil di Kota Mataram, yaitu Jalan Majapahit, Jalan Airlangga, dan Panji Tilar.
    “Saat ini kita sudah mengambil sebanyak 50 sampel dan kita bisa melihat yang berpotensi adalah kerupuk, tapi sudah kita uji 50 sampel,
    insha Allah
    aman semuanya.”
    Demikian kata Kepala BPOM Mataram, Yosef Dwi Irwan Prakasa, usai pemeriksaan sampel makanan takjil, Rabu (5/3/2025) kemarin.
    Pemeriksaan jajan takjil Ramadhan ini dilakukan sebagai salah satu komitmen Pemerintah untuk mengawal keamanan jajan takjil yang dijual.
    “Kita bersama-sama mengawal memastikan bahwa pangan takjil di seputaran Kota Mataram memenuhi aspek mutu dan keamanan,” kata Yosef.
    Yosef mengatakan, pada momen Ramadhan biasanya terjadi peningkatan kebutuhan akan pangan.
    Di samping itu, banyak pasar Ramadhan yang menyediakan berbagai macam jenis takjil untuk berbuka puasa.
    “Tentunya kita harus memastikan mengawal makanan yang diproduksi dan beredar itu aman, bermutu, dan bergizi,” kata Yosef.
    Sebelumnya, BBPOM juga telah melakukan pengawasan takjil di sejumlah lokasi seperti di Pasar Mandalika, Pasar Jelojok, dan Pasar Renteng.
    “Dari 76 sampel itu, 69 sampel memenuhi syarat, artinya tidak ditemukan
    bahan berbahaya
    baik formalin, boraks, dan rodhamin B,” kata Yosef.
    Dari tujuh sampel jenis makanan yang mengandung boraks, kandungan bahan berbahaya ditemukan pada kerupuk terigu dan mi basah.
    Yosef mengatakan kerupuk yang mengandung boraks dikirim dari luar NTB, sementara mi basah dibuat di Lombok Tengah.
    Pihaknya juga sudah melakukan penelusuran ke lokasi pembuatan mi basah dan memberikan pembinaan.
    “Yang terpenting bukan hanya kandungan bahan berbahaya, tapi melihat
    keamanan pangan
    harus bebas dari cemaran fisik, cemaran kimia, dan cemaran biologi,” kata Yosef.
    Kepala Dinas Kesehatan Kota Mataram, Emirald Isfihan menambahkan, untuk menghindari cemaran fisik, para pedagang diminta untuk menutup dagangan, memakai sarung tangan, dan melakukan pembayaran dengan cara
    cashless.
    Menurut Emirald, bahan-bahan berbahaya ini termasuk karsinogenik dan sangat berbahaya bagi kesehatan.
    “Penggunaan jangka panjang terus menerus dalam kadar tertentu akan menimbulkan kanker berbahaya, justru kalau dikonsumsi secara terus menerus dengan jumlah yang melebihi kadar normal, bahkan harusnya tidak ada, itu pemicu terjadinya kanker,” kata Emirald.
    Selain kanker, bahan berbahaya tersebut bila dikonsumsi secara sering dan lama, maka akan merusak hati dan ginjal.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Wanita di Medan Diamputasi Kakinya Tanpa Izin Keluarga, Polda Sumut Selidiki Dugaan Malapraktik – Halaman all

    Wanita di Medan Diamputasi Kakinya Tanpa Izin Keluarga, Polda Sumut Selidiki Dugaan Malapraktik – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Dugaan malapraktik yang dialami wanita berinisial JS di Medan, Sumatra Utara telah dilaporkan pada Senin (3/3/2025) lalu.

    Pelapor merupakan suami korban bernama Everedy Sembiring (49), sedangkan terlapor seorang dokter di Rumah Sakit Mitra Sejati, Medan.

    Everedy Sembiring tak terima JS diamputasi kakinya tanpa persetujuan keluarga.

    Kasubbid Penmas Polda Sumut, Kompol Siti Rohani Tampubolon, mengatakan keluarga hanya menyetujui korban diamputasi di bagian telunjuk kaki kanan karena diabetes.

    Namun, dokter justru melakukan amputasi dari telapak kaki hingga lutut.

    “Laporannya sudah diterima dan tentunya akan ditindaklanjuti, akan diproses,” bebernya, Selasa (4/3/2025).

    Kasus ini berawal ketika korban masuk rumah sakit pada Minggu (23/2/2025) karena telunjuk kaki menghitam.

    Korban menjalani operasi pada Senin (24/2/2025) sekitar pukul 15.00 WIB.

    Everedy telah menandatangani persetujuan melakukan amputasi di bagian telunjuk kaki istrinya.

    Sekitar pukul 1800 WIB, Everedy memasuki ruang bedan dan kaget melihat kaki istrinya diamputasi.

    Kuasa hukum korban, Hans Benny Silalahi, mengatakan Everedy meluapkan emosinya ke pihak rumah sakit karena istri menjadi cacat permanen.

    “Nah, setelah itu, keluarga semua terkejut rupanya bukan jari-jari yang dioperasi tapi kaki JS diamputasi dari bagian betis,” ujarnya, Selasa (4/3/2025).

    Kepala Hukum Rumah Sakit Mitra Sejati, Erwinsyah Lubis, belum dapat memberikan penjelasan mengenai kronologi operasi JS.

    “Ini sedang diproses, untuk penyelesaian nanti saya konfirmasi kembali,” ucapnya, Selasa.

    Kata Dinkes Sumut

    Dinas Kesehatan Sumatra Utara telah memeriksa dokter serta perawat yang melakukan tindakan operasi.

    Kepala Dinkes Sumut, Faisal Hasrimy, mengaku telah mendengar insiden tersebut beberapa hari lalu dan langsung melakukan pemeriksaan.

    “Jadi kami Dinkes begitu dapat informasi dari masyarakat kita langsung melakukan pemeriksaan mulai dari kendali mutu hingga mengecek prosedur yang dikerjakan RS Mitra Sejati,” ungkapnya, Selasa.

    Ia menerangkan operasi amputasi jari kaki dilakukan pada Senin (24/2/2025) atas persetujuan pasien.

    “Jadi dari informasi yang kami dapatkan dari pihak rumah sakit bahwa prosedur sudah dijalankan.”

    “Memang yang kebetulan si ibu ini ada riwayat diabetes, nah tinggi 449, ya. Namun, pada saat diambil tindakan operasi, ternyata jaringan itu yang mati sudah menyebar ke atas bukan hanya di jari saja,” lanjutnya.

    Perawat sempat mencari keluarga untuk melakukan konfirmasi terkait amputasi lanjutan.

    “Nah pada saat mau di konfirmasi kembali, keluarga ibu itu enggak di dekat ruang operasi. Sementara, inikan harus diambil tindakan. karena, sedang proses operasi berjalan tapi dipanggil beberapa kali keluarganya enggak ada yang hadir,” tuturnya.

    Pihak keluarga merasa keberatan lantaran kaki korban diamputasi tanpa kesepakatan.

    “Itulah posisinya, nah di sinilah keberatan keluarganya. Kenapa penjelasan awal yang diamputasi jari kaki kenapa sampai ke kaki,” ucapnya.

    Pihak rumah sakit dan keluarga korban telah melakukan mediasi.

    “Tapi ini sudah ada pertemuan dan dibicarakan. Kita pun dari rumah sakit, ini sudah kita sampaikan ke kita lakukan pemeriksaan nanti akan kita lakukan evaluasi,” lanjutnya.

    Dinkes mendalami dugaan kelalian yang dilakukan perawat serta dokter.

    “Nanti temuan-temuan apa yang kita dapatkan akan kita publish. Karena saat ini tim kami serang melakukan pengecekan apakah ini memang ada kelalaian, atau apa karena salah prosedural. Ini sedang proses tim sedang bekerja,” sambungnya.

    Pasien yang mengalami amputasi telah menerima keputusan dokter, namun keluarga masih melayangkan protes ke rumah sakit.

    “Jadi hasil mediasi, kalau menurut management rumah sakit, ke tim kami, si ibu sudah menerima legawa, tapi yang belum menerima suami dan pengacara,” pungkasnya.

    Sebagian artikel telah tayang di TribunMedan.com dengan judul Viral Dokter Diduga Lakukan Amputasi Kaki Pasien Tanpa Izin, Begini Kata RS Mitra Sejati Medan

    (Tribunnews.com/Mohay) (TribunMedan.com/Annisa Ramadhani/Fredy Santoso)

  • Wanita di Medan Diamputasi Kakinya Tanpa Izin Keluarga, Polda Sumut Selidiki Dugaan Malapraktik – Halaman all

    Klarifikasi RS di Medan Diduga Malapraktik, Dikira Hanya Jari, Malah Kaki Pasien yang Diamputasi – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Viral video dugaan malapraktik terhadap seorang wanita penderita diabetes di Rumah Sakit Umum Mitra Sejati Medan, Sumatera Utara (Sumut).

    Kasus dugaan malapraktik ini bermula saat seorang pasien diabetes menjalani operasi amputasi bagian tubuh yang mengalami luka akibat terdampak penyakit tersebut.

    Keluarga pasien awalnya setuju dengan dokter untuk melakukan operasi amputasi jari kaki korban.

    Namun, betapa terkejutnya keluarga saat melihat hasil operasi yang mana dokter justru mengamputasi kaki pasien, bukan hanya bagian jari.

    Akibat kejadian ini, keluarga korban pun menuntut direktur rumah sakit untuk bertanggung jawab.

    “Saya menuntut direktur RS ini karena saudara saya kakinya dipotong, dipotong kakinya,” kata seorang pria dalam video viral dilansir Tribun-Medan.com. 

    “Gak ada bilang, jari kakinya dioperasi okelah kami setuju, dioperasilah hari Kamis. Dibawa ke ruang operasi rupanya kaki dipotong tanpa sepengetahuan,” timpal pria lain yang merekam video viral itu.

    Klarifikasi Rumah Sakit

    Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Sumatera Utara, Faisal Hasrimy mengatakan, pihaknya langsung mendatangi lokasi kejadian dan menggelar mediasi antara keluarga korban dengan RSU Mitra Sejati.

    “Jadi kami dinkes begitu dapat informasi dari masyarakat kita langsung melakukan pemeriksaan mulai dari kendali mutu hingga mengecek prosedur yang dikerjakan RS Mitra Sejati,” ujar Faisal saat dikonfirmasi Tribun Medan, Selasa (4/3/2025). 

    Faisal pun menjelaskan kronologi kejadian yang terjadi pada Senin (24/2/2025) ini.

    Mulanya, atas persetujuan pasien, dokter di RS Mitra Sejati melakukan tindakan operasi amputasi jari kaki pasien. 

    “Jadi dari informasi yang kami dapatkan dari pihak rumah sakit bahwa prosedur sudah dijalankan. Memang yang kebetulan si ibu ini ada riwayat diabetes nah tinggi 449 ya. Namun, pada saat diambil tindakan operasi, ternyata jaringan itu yang mati sudah menyebar ke atas bukan hanya di jari saja,” ungkap Faisal.

    Tetapi, pada saat akan dikonfirmasi kembali ke keluarga pasien, kata Faisal, pihak keluarga tidak ada di dekat ruangan operasi.

    “Nah pada saat mau di konfirmasi kembali, keluarga ibu itu enggak di dekat ruang operasi. Sementara, inikan harus diambil tindakan. karena, sedang proses operasi berjalan tapi dipanggil beberapa kali keluarganya enggak ada yang hadir,” terangnya.

    Di sisi lain, keluarga pasien keberatan karena merasa tidak ada konfirmasi dari rumah sakit untuk amputasi kaki tersebut.

    “Itulah posisinya, nah di sinilah keberatan keluarganya. Kenapa penjelasan awal yang diamputasi jari kaki kenapa sampai ke kaki,” jelas Faisal.

    Menurut Faisal, pihaknya akan melakukan evaluasi terhadap pihak rumah sakit.

    “Tapi ini sudah ada pertemuan dan dibicarakan. Kita pun dari rumah sakit, ini sudah kita sampaikan ke kita lakukan pemeriksaan nanti akan kita lakukan evaluasi,” tutur Faisal.

    “Nanti temuan-temuan apa yang kita dapatkan akan kita publish. Karena saat ini tim kami serang melakukan pengecekan apakah ini memang ada kelalaian, atau apa karena salah prosedural. Ini sedang proses tim sedang bekerja,” lanjutnya.

    Adapun mengenai hasil mediasi, pihak rumah sakit mengaku bahwa pasien sendiri sudah menerima. Hanya saja, pihak keluarga yang belum.

    “Jadi hasil mediasi, kalau menurut management rumah sakit, ke tim kami, si ibu sudah menerima legowo, tapi yang belum menerima suami dan pengacara,” sebut Faisal.

    “Jadi sekarang belum ada sanksi baik itu ke dokter atau rumah sakit. Karena pemeriksaan masih diproses,”jelasnya imbuhnya.

    Sebagian artikel ini telah tayang di Tribun-Medan.com dengan judul Kata Dinkes Sumut soal Dugaan Dokter Lakukan Amputasi Tanpa Izin Keluarga di RS Mitra Sejati Medan

    (Tribunnews.com/Nina Yuniar) (Tribun-Medan.com/Anisa Rahmadani)

  • Dokter RS Mitra Sejati Medan Dilaporkan, Diduga Amputasi Kaki Pasien Tanpa Izin Keluarga – Halaman all

    Dokter RS Mitra Sejati Medan Dilaporkan, Diduga Amputasi Kaki Pasien Tanpa Izin Keluarga – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Seorang wanita berinisial JS diduga menjadi korban malapraktik saat operasi di Rumah Sakit Mitra Sejati, Medan, Sumatra Utara.

    Dokter rumah sakit diduga tak melakukan konfirmasi ke keluarga sebelum mengamputasi kaki JS.

    Keluarga hanya mengiyakan proses amputasi pada jari telunjuk kaki kanan korban karena penyakit diabetes.

    Kuasa hukum korban, Hans Benny Silalahi, mengatakan korban tiba di RS Mitra Sejati pada Minggu (23/2/2025) dan menjalani operasi pada Senin (24/2/2025).

    Suami JS sempat menandatangani berkas operasi serta pembiusan pada jari kaki korban.

    Namun, setelah operasi selesai, keluaga kaget lantaran dokter mengamputasi kaki kanan korban hingga betis.

    “Nah, setelah itu, keluarga semua terkejut rupanya bukan jari-jari yang dioperasi tapi kaki JS diamputasi dari bagian betis,” ujarnya, Selasa (4/3/2025).

    Suami korban telah melaporkan dugaan malapraktik ke Polda Sumut.

    Kepala Hukum Rumah Sakit Mitra Sejati, Erwinsyah Lubis, belum dapat memberikan penjelasan mengenai kronologi operasi JS.

    “Ini sedang diproses, untuk penyelesaian nanti saya konfirmasi kembali,” ucapnya, Selasa.

    Dinas Kesehatan Sumatra Utara telah memeriksa dokter serta perawat yang melakukan tindakan operasi.

    Kepala Dinkes Sumut, Faisal Hasrimy, mengaku telah mendengar insiden tersebut beberapa hari lalu dan langsung melakukan pemeriksaan.

    “Jadi kami Dinkes begitu dapat informasi dari masyarakat kita langsung melakukan pemeriksaan mulai dari kendali mutu hingga mengecek prosedur yang dikerjakan RS Mitra Sejati,” ungkapnya, Selasa.

    Ia menerangkan operasi amputasi jari kaki dilakukan pada Senin (24/2/2025) atas persetujuan pasien.

    “Jadi dari informasi yang kami dapatkan dari pihak rumah sakit bahwa prosedur sudah dijalankan.”

    “Memang yang kebetulan si ibu ini ada riwayat diabetes, nah tinggi 449, ya. Namun, pada saat diambil tindakan operasi, ternyata jaringan itu yang mati sudah menyebar ke atas bukan hanya di jari saja,” lanjutnya.

    Perawat sempat mencari keluarga untuk melakukan konfirmasi terkait amputasi lanjutan.

    “Nah pada saat mau di konfirmasi kembali, keluarga ibu itu enggak di dekat ruang operasi. Sementara, inikan harus diambil tindakan. karena, sedang proses operasi berjalan tapi dipanggil beberapa kali keluarganya enggak ada yang hadir,” tuturnya.

    Pihak keluarga merasa keberatan lantaran kaki korban diamputasi tanpa kesepakatan.

    “Itulah posisinya, nah di sinilah keberatan keluarganya. Kenapa penjelasan awal yang diamputasi jari kaki kenapa sampai ke kaki,” ucapnya.

    Pihak rumah sakit dan keluarga korban telah melakukan mediasi.

    “Tapi ini sudah ada pertemuan dan dibicarakan. Kita pun dari rumah sakit, ini sudah kita sampaikan ke kita lakukan pemeriksaan nanti akan kita lakukan evaluasi,” lanjutnya.

    Dinkes mendalami dugaan kelalian yang dilakukan perawat serta dokter.

    “Nanti temuan-temuan apa yang kita dapatkan akan kita publish. Karena saat ini tim kami serang melakukan pengecekan apakah ini memang ada kelalaian, atau apa karena salah prosedural. Ini sedang proses tim sedang bekerja,” sambungnya.

    Pasien yang mengalami amputasi telah menerima keputusan dokter, namun keluarga masih melayangkan protes ke rumah sakit.

    “Jadi hasil mediasi, kalau menurut management rumah sakit, ke tim kami, si ibu sudah menerima legawa, tapi yang belum menerima suami dan pengacara,” pungkasnya.

    Sebagian artikel telah tayang di TribunMedan.com dengan judul Viral Dokter Diduga Lakukan Amputasi Kaki Pasien Tanpa Izin, Begini Kata RS Mitra Sejati Medan

    (Tribunnews.com/Mohay) (TribunMedan.com/Annisa Ramadhani)

  • Dokter RS Mitra Sejati Medan Dilaporkan, Diduga Amputasi Kaki Pasien Tanpa Izin Keluarga – Halaman all

    Awal Mula Kaki Pasien Diabetes di Medan Diamputasi, Keluarga Menduga Dokter Lakukan Malapraktik – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Beredar viral di media sosial dugaan malapraktik yang dilakukan pihak Rumah Sakit Mitra Sejati, Medan, Sumatra Utara.

    Keluarga pasien kaget lantaran kaki korban diamputasi sedangkan perjanjian dokter hanya jari kaki yang diamputasi.

    Diketahui, pria yang menjalani operasi menderita sakit diabetes.

    Dinas Kesehatan Sumatera Utara telah memeriksa dokter serta perawat yang melakukan tindakan operasi.

    Kepala Dinkes Sumut, Faisal Hasrimy, mengaku telah mendengar insiden tersebut beberapa hari lalu dan langsung melakukan pemeriksaan.

    “Jadi kami Dinkes begitu dapat informasi dari masyarakat kita langsung melakukan pemeriksaan mulai dari kendali mutu hingga mengecek prosedur yang dikerjakan RS Mitra Sejati,” ungkapnya, Selasa (4/3/2025). 

    Ia menerangkan operasi amputasi jari kaki dilakukan pada Senin (24/2/2025) atas persetujuan pasien.

    “Jadi dari informasi yang kami dapatkan dari pihak rumah sakit bahwa prosedur sudah dijalankan.”

    “Memang yang kebetulan si ibu ini ada riwayat diabetes, nah tinggi 449, ya. Namun, pada saat diambil tindakan operasi, ternyata jaringan itu yang mati sudah menyebar ke atas bukan hanya di jari saja,” lanjutnya.

    Perawat sempat mencari keluarga untuk melakukan konfirmasi terkait amputasi lanjutan.

    “Nah pada saat mau di konfirmasi kembali, keluarga ibu itu enggak di dekat ruang operasi. Sementara, inikan harus diambil tindakan. karena, sedang proses operasi berjalan tapi dipanggil beberapa kali keluarganya enggak ada yang hadir,” tuturnya.

    Pihak keluarga merasa keberatan lantaran kaki korban diamputasi tanpa kesepakatan.

    “Itulah posisinya, nah di sinilah keberatan keluarganya. Kenapa penjelasan awal yang diamputasi jari kaki kenapa sampai ke kaki,” ucapnya.

    Pihak rumah sakit dan keluarga korban telah melakukan mediasi.

    “Tapi ini sudah ada pertemuan dan dibicarakan. Kita pun dari rumah sakit, ini sudah kita sampaikan ke kita lakukan pemeriksaan nanti akan kita lakukan evaluasi,” lanjutnya.

    Dinkes mendalami dugaan kelalian yang dilakukan perawat serta dokter.

    “Nanti temuan-temuan apa yang kita dapatkan akan kita publish. Karena saat ini tim kami serang melakukan pengecekan apakah ini memang ada kelalaian, atau apa karena salah prosedural. Ini sedang proses tim sedang bekerja,” sambungnya.

    Pasien yang mengalami amputasi telah menerima keputusan dokter, namun keluarga masih melayangkan protes ke rumah sakit.

    “Jadi hasil mediasi, kalau menurut management rumah sakit, ke tim kami, si ibu sudah menerima legowo, tapi yang belum menerima suami dan pengacara,” pungkasnya.

    Sebagian artikel telah tayang di TribunMedan.com dengan judul Viral Dokter Diduga Lakukan Amputasi Kaki Pasien Tanpa Izin, Begini Kata RS Mitra Sejati Medan

    (Tribunnews.com/Mohay) (TribunMedan.com/Annisa Ramadhani)

  • Dokter RS Mitra Sejati Medan Dilaporkan, Diduga Amputasi Kaki Pasien Tanpa Izin Keluarga – Halaman all

    Diduga akibat Malapraktik, Pasien Diabetes di Medan Kehilangan Kaki Saat Operasi Amputasi Jari – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Seorang wanita berinisial JS (43) diduga menjadi korban malapraktik salah satu dokter di Rumah Sakit Mitra Sejati, Kota Medan, Sumatra Utara (Sumut).

    Sebuah video yang viral memperlihatkan seorang pasien diabetes diduga menjadi korban malapraktik.

    Menurut keputusan dokter bersama keluarga, pasien seharusnya menjalani amputasi pada jari kakinya yang terluka.

    Namun, setelah operasi selesai, keluarga pasien terkejut karena bukan hanya jari kaki yang diamputasi, melainkan juga kaki pasien.

    Akibat kejadian ini, keluarga korban menuntut pihak rumah sakit untuk bertanggung jawab.

    “Saya menuntut direktur RS ini karena saudara saya kakinya dipotong, dipotong kakinya,” kata seorang pria dalam video viral, Selasa (4/3/2025). 

    Sementara itu, perekam video tersebut juga mengungkapkan bahwa amputasi seharusnya hanya dilakukan pada jari korban.

    “Gak ada bilang, jari kakinya dioperasi okelah kami setuju, dioperasilah hari Kamis. Dibawa ke ruang operasi rupanya kaki dipotong tanpa sepengetahuan,” kata pria lain yang merekam video itu.

    Respons Dinas Kesehatan Sumut

    Di sisi lain, Dinas Kesehatan (Dinkes) Sumatera Utara telah buka suara.

    Kepala Dinas Kesehatan Sumatera Utara, Faisal Hasrimy menjelaskan bahwa pihaknya sudah mendengar informasi tersebut beberapa hari lalu.

    Setelah mengetahui informasi tersebut, pihaknya langsung mendatangi pihak rumah sakit dan menggelar mediasi kepada korban dan RS Mitra Sejati.

    “Jadi kami Dinkes begitu dapat informasi dari masyarakat kita langsung melakukan pemeriksaan mulai dari kendali mutu hingga mengecek prosedur yang dikerjakan RS Mitra Sejati,” terangnya, Selasa (4/3/2025), dikutip dari Tribun-Medan.com.

    Faisal pun menceritakan kejadian tersebut terjadi pada hari Senin (24/2/2025). Atas persetujuan pasien, dokter di RS Mitra Sejati melakukan tindakan operasi amputasi jari kaki pasien. 

    “Jadi dari informasi yang kami dapatkan dari pihak rumah sakit bahwa prosedur sudah dijalankan. Memang yang kebetulan si ibu ini ada riwayat diabetes nah tinggi 449 ya. Namun, pada saat diambil tindakan operasi, ternyata jaringan itu yang mati sudah menyebar ke atas bukan hanya di jari saja,” katanya. 

    Namun, pada saat akan dikonfirmasi kembali, kata Faisal, pihak keluarga tidak ada di dekat ruangan operasi.

    “Nah, pada saat mau dikonfirmasi kembali, keluarga ibu itu enggak di dekat ruang operasi. Sementara, inikan harus diambil tindakan. karena, sedang proses operasi berjalan, tapi dipanggil beberapa kali keluarganya enggak ada yang hadir,” katanya.

    Sementara itu, keluarga merasa keberatan karena pihak rumah sakit diduga tidak memberikan konfirmasi sebelum melakukan amputasi kaki.

    “Itulah posisinya, nah di sinilah keberatan keluarganya. Kenapa penjelasan awal yang diamputasi jari kaki kenapa sampai ke kaki,” katanya. 

    Namun, kata Faisal, sudah ada pertemuan antara keluarga pasien dan juga pihak rumah sakit.

    “Tapi ini sudah ada pertemuan dan dibicarakan. Kita pun dari rumah sakit, ini sudah kita sampaikan ke kita lakukan pemeriksaan nanti akan kita lakukan evaluasi,” katanya.

    Ia menyatakan bahwa meskipun prosedur telah dijalankan, evaluasi terhadap rumah sakit tetap akan dilakukan.

    “Nanti temuan-temuan apa yang kita dapatkan akan kita publish. Karena saat ini tim kami serang melakukan pengecekan apakah ini memang ada kelalaian, atau apa karena salah prosedural. Ini sedang proses tim sedang bekerja,” katanya.

    Selain itu, berdasarkan hasil mediasi, pihak rumah sakit mengklaim bahwa pasien telah menerima tindakan tersebut, tetapi keluarga masih belum menerimanya.

    “Jadi hasil mediasi, kalau menurut management rumah sakit, ke tim kami, si ibu sudah menerima legowo, tapi yang belum menerima suami dan pengacara,” katanya.

    Faisal Hasrimy menegaskan pihaknya akan memberikan sanksi tegas kepada rumah sakit apabila terdapat kesalahan.

    “Jadi sekarang belum ada sanksi baik itu ke dokter atau rumah sakit. Karena pemeriksaan masih diproses,” katanya.

    Suami Korban Melapor kepada Polda Sumut

    Suami korban, Everedy Sembiring (49), telah melaporkan salah satu dokter RS tersebut kepada Polda Sumut.

    Laporan Polisi ini tertulis dalam bukti laporan LP/ B/303/III/SPKT Polda Sumut tertanggal 3 Maret 2025.

    Kasubbid Penmas Polda Sumut, Kompol Siti Rohani Tampubolon, menyatakan bahwa pihaknya telah menerima laporan tersebut dan akan segera menindaklanjutinya.

    “Laporannya sudah diterima dan tentunya akan ditindaklanjuti, akan diproses,” kata Kasubbid Penmas Polda Sumut Kompol Siti Rohani Tampubolon, Selasa (4/3/2025).

    Berdasarkan bukti laporan (LP), Everedy Sembiring membawa istrinya, JS, ke RS tersebut pada Minggu, 23 Februari 2025.

    Jari telunjuk kaki sebelah kanan JS mengalami luka hingga membuat jari kakinya itu menghitam akibat terkena paku.

    Pada Senin (24/2/2025) sekira pukul 15.00 WIB, Everedy menandatangani surat persetujuan operasi jari telunjuk istrinya. Setelah itu, JS dibawa ke ruang operasi.

    Saat Everedy menunggu bersama anaknya, ia dipanggil oleh perawat sekira pukul 18.00 WIB.

    Everedy sangat kaget ketika perawat tiba-tiba menyerahkan kaki kanan istrinya yang telah diamputasi hingga bagian lutut.

    Akibatnya, sang istri mengalami cacat permanen karena setengah kaki kanannya diamputasi, diduga tanpa persetujuan.

    (Tribunnews.com/Falza) (Tribun-Medan.com/Fredy Santoso)