Kementrian Lembaga: Departemen Luar Negeri AS

  • Jembatan Runtuh di India, 9 Orang Tewas

    Jembatan Runtuh di India, 9 Orang Tewas

    Anda sedang membaca rangkuman berita-berita yang terjadi dalam 24 jam terakhir untuk memudahkan Anda mengikuti perkembangan Dunia Hari Ini.

    Edisi Kamis, 10 Juli 2025, kami buka dengan kabar dari India.

    Jembatan runtuh, sembilan orang tewas

    Jembatan di atas sungai di negara bagian Gujarat, India barat, runtuh setelah hujan lebat turun selama beberapa hari terakhir.

    Menteri Kesehatan Gujarat, Rushikesh Patel, mengatakan beberapa kendaraan berada di jembatan ketika sebagian jembatan runtuh, menyebabkan banyak orang jatuh ke sungai.

    Sembilan korban tewas, dan setidaknya lima orang berhasil diselamatkan, menurutnya.

    Perdana Menteri India, Narendra Modi, mengatakan kecelakaan ini “sangat menyedihkan” dan menyampaikan belasungkawa kepada keluarga korban yang meninggal dunia.

    Ratusan anak keracunan makanan

    Otoritas kesehatan China mengidentifikasi 233 dari total 251 anak-anak di tempat penitipan anak di kota Tianshui, Provinsi Gansu, memiliki kadar timbal abnormal dalam darah mereka.

    Setidaknya 201 anak dirawat di rumah sakit.

    Sementara itu delapan orang telah ditangkap polisi, yakni kepala pusat penitipan anak, dengan nama akhir Zhu, dan seorang investor dengan nama akhir Li, serta enam orang lainnya, atas dugaan “memproduksi makanan beracun atau berbahaya”, lapor media di China.

    Penyelidik menemukan mereka mengizinkan staf dapur untuk memproduksi makanan menggunakan pigmen cat yang dibeli daring yang kemudian ditemukan mengandung timbal dan ditandai tidak dapat dimakan.

    Hamas setuju membebaskan 10 sandera

    Pernyataan ini datang dari kelompok Hamas setelah empat hari perundingan yang ditengahi oleh Qatar.

    Utusan khusus Amerika Serikat Steve Witkoff mengatakan bagian dari kesepakatan adalah mengembalikan 10 sandera hidup yang ditawan sejak serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober 2023.

    Dari 251 sandera yang ditawan, 49 masih ditahan di wilayah perbatasan Israel di dekat Gaza, termasuk 27 orang yang menurut militer Israel sudah tewas.

    Hamas mengatakan masih terdapat hambatan dalam perundingan, terutama aliran bantuan bebas ke Gaza, penarikan militer Israel dari Gaza, serta “jaminan nyata” untuk perdamaian abadi.

    Pemerintahan Trump jatuhkan sanksi untuk pelapor HAM PBB

    Francesca Albanese, yang dijatuhkan sanksi, adalah seorang pengacara hak asasi manusia dan pelapor khusus PBB untuk wilayah Palestina.

    Ia memanfaatkan profilnya di media sosial untuk menyuarakan tuduhan kejahatan perang di Gaza dan perlakuan terhadap warga Palestina di Tepi Barat.

    Seorang juru bicara Departemen Luar Negeri AS mengonfirmasi sanksi tersebut berarti semua propertinya di Amerika Serikat akan dibekukan, dan ia beserta keluarga dekatnya kemungkinan besar tidak akan diizinkan masuk ke Amerika Serikat.

    Dalam sebuah pernyataan, Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio mengatakan Francesca Albanese “melancarkan antisemitisme tanpa malu-malu, menyatakan dukungan terhadap terorisme, dan secara terbuka menghina Amerika Serikat, Israel, dan Barat”, tapi Fransesca belum memberikan tanggapan.

  • Meningkat, Lebih dari 3.600 Warga Palestina Ditahan Israel

    Meningkat, Lebih dari 3.600 Warga Palestina Ditahan Israel

    Jakarta

    Kantor informasi tahanan Palestina mengungkapkan jumlah warga Palestina yang ditahan tanpa dakwaan di penjara Israel. Mereka mengatakan jumlah tahanan telah mencapai ‘jumlah tertinggi yang pernah tercatat’.

    Dilansir Aljazeera, Senin (7/7/2025), jumlahnya telah meningkat di atas 3.600. Angka ini disebut “berbahaya”.

    Mayoritas tahanan Palestina ditangkap berdasarkan proses kuasi-yudisial yang dikenal sebagai penahanan administratif, di mana mereka awalnya dipenjara selama enam bulan. Penahanan mereka kemudian dapat diperpanjang berulang kali untuk jangka waktu yang tidak terbatas tanpa dakwaan atau pengadilan.

    Pelecehan Seksual di Tahanan

    Diketahui, ada pelecehan seksual di tahanan Israel. Warga Palestina bernama Said Abdel Fattah yang merupakan mantan tahanan Israel pernah memberikan kesaksian di PBB.

    “Saya dipermalukan dan disiksa,” kata Fattah dilansir Al-Jazeera, Rabu (12/3).

    Dalam kesaksiannya, Fattah mengaku ditelanjangi dalam cuaca dingin. Dia juga dipukul hingga diancam diperkosa dan mengalami rentetan pelecehan lainnya selama 2 bulan sejak dia ditahan dan dipindahkan ke fasilitas penahanan yang penuh sesak.

    Warga lainnya yang bersaksi, Mohamed Matar, juga menuturkan kisah serupa. Dia mengaku mengalami penyiksaan selama berjam-jam di tangan petugas keamanan di Tepi Barat dan polisi Israel menolak untuk memberikan pertolongan.

    Juru bicara Departemen Luar Negeri AS saat itu, Matthew Miller, seperti dilansir AFP dan Reuters, Kamis (8/8/2024), menegaskan bahwa “tidak ada toleransi” bagi para pelaku tindak pelecehan seksual.

    Sebuah video CCTV yang bocor dan disiarkan oleh televisi lokal Israel, Channel 12, menunjukkan sejumlah tentara Israel memilih-milih tahanan di pangkalan Sde Teiman, di mana Tel Aviv menahan para tahanan Palestina selama perang berkecamuk di Jalur Gaza.

    Tentara-tentara Israel itu, menurut video tersebut, tampak melakukan tindakan seksual terhadap tahanan di balik perisai, dengan setidaknya salah satu tentara meletakkan tangannya di selangkangannya sendiri. Ketika ditanya soal video tersebut, Miller mengatakan para pejabat AS telah melihatnya dan sedang melakukan peninjauan.

    Lihat juga video: Ditahan Israel 8 Tahun, Israa Jabis Akhirnya Bertemu Keluarganya

    (zap/yld)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • AS Ungkap Sistem Rudal Canggih THAAD Kini Beroperasi di Arab Saudi

    AS Ungkap Sistem Rudal Canggih THAAD Kini Beroperasi di Arab Saudi

    Riyadh

    Amerika Serikat (AS) mengungkapkan bahwa baterai sistem pertahanan rudal canggih Terminal High Altitude Area Defense (THAAD) yang pertama milik Arab Saudi kini telah beroperasi penuh.

    Hal tersebut, seperti dilansir Al Arabiya, Jumat (4/7/2025), diungkapkan oleh Komandan Komando Pusat AS, Jenderal Erik Kurilla, setelah melakukan kunjungan ke kawasan Timur Tengah pada Kamis (3/7) waktu setempat.

    Kurilla mengunjungi Saudi pada 30 Juni hingga 1 Juli lalu, di mana dia bertemu dengan Kepala Staf Umum Angkatan Bersenjata Saudi, Jenderal Fayyad bin Hamed Al-Ruwaili.

    Pembahasan keduanya, menurut CENTCOM, berpusat pada masalah keamanan bersama dan penguatan hubungan antara militer, termasuk kerja sama dan interoperabilitas.

    “Jenderal Kurilla mengucapkan selamat kepada Angkatan Bersenjata Kerajaan Saudi atas pencapaian kemampuan operasional penuh untuk sistem Pertahanan Area Ketinggian Terminal (THAAD) pertama mereka pada 1 Juli,” kata CENTCOM dalam pernyataannya.

    Saat berada di Saudi, Kurilla juga bertemu dengan Kepala Staf Angkatan Bersenjata Yaman. Keduanya membahas ancaman regional dan upaya untuk mempertahankan kebebasan navigasi di Laut Merah dan Selat Bab al-Mandab.

    Bulan lalu, Departemen Luar Negeri AS menyetujui penjualan rudal dan senjata canggih senilai US$ 3,5 miliar ke Saudi. Perjanjian itu melibatkan penjualan 1.000 unit Rudal Udara-ke-Udara Jarak Menengah Canggih (AMRAAM) dan 50 bagian pemandu AIM-120C-8 AMRAAM untuk Riyadh.

    Tonton juga Video Pentagon Rilis Cara Kerja Bom Bunker yang Digunakan di Iran

    Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.

    Washington juga menyetujui penjualan sistem senjata berpemandu presisi ke Saudi pada Maret lalu.

    Selain mengunjungi Saudi, Kurilla juga mengunjungi Israel, Qatar, Yordania, dan Yunani untuk mengunjungi tentara-tentara AS yang “terlibat dalam pertahanan pasukan AS dan kepentingannya di seluruh kawasan tersebut”.

    Kurilla mendatangi Pangkalan Udara Al-Udeid di Qatar untuk mengunjungi pasukan AS yang berhasil menembak jatuh rudal-rudal balistik yang menargetkan pangkalan tersebut, yang diluncurkan oleh Iran sebagai balasan atas pengeboman Washington terhadap tiga fasilitas nuklir Teheran.

    Tonton juga Video Pentagon Rilis Cara Kerja Bom Bunker yang Digunakan di Iran

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • AS Mencak-mencak Usai Iran Setop Kerja Sama Badan Nuklir PBB

    AS Mencak-mencak Usai Iran Setop Kerja Sama Badan Nuklir PBB

    Jakarta

    Amerika Serikat (AS) mencak-mencak usai Iran menangguhkan akses bagi para inspektur Badan Energi Atom Internasional (IAEA) ke fasilitas nuklir Iran. AS mengatakan tindakan Iran itu tak bisa diterima.

    Dirangkum detikcom, Kamis (3/7/2025), Presiden Iran Masoud Pezeshkian pada hari Rabu (2/7) menandatangani undang-undang yang menangguhkan akses bagi para inspektur Badan Energi Atom Internasional (IAEA) ke fasilitas nuklir Iran. Langkah ini diambil sampai ada jaminan keamanan terhadap fasilitas dan ilmuwan nuklir Iran.

    Keputusan ini berpotensi semakin membatasi kemampuan IAEA dalam memantau program nuklir Iran, yang diketahui telah memperkaya uranium hingga mendekati tingkat senjata.

    Penangguhan ini terjadi setelah serangan udara dari Amerika Serikat (AS) dan Israel yang menargetkan fasilitas nuklir Iran pada 22 Juni lalu.

    Ditangguhkan hingga Sejumlah Syarat Terpenuhi

    Menurut televisi pemerintah Iran, penangguhan ini akan tetap berlaku hingga beberapa syarat terpenuhi, termasuk jaminan keamanan bagi fasilitas dan ilmuwan nuklir Iran. Namun, rincian lebih lanjut mengenai implementasinya masih belum jelas.

    IAEA sendiri sebelumnya sudah ditolak aksesnya ke fasilitas nuklir yang rusak akibat serangan bulan lalu.

    Pada Minggu (29/06) lalu, Duta Besar Iran untuk PBB, Amir Saeid Iravani, menyatakan bahwa pekerjaan para inspektur IAEA telah ditangguhkan, tetapi membantah adanya ancaman terhadap mereka.

    AS Tak Terima

    Foto: Bendera Iran dan AS (Dok Reuters).

    Pemerintah Amerika Serikat mengecam penangguhan kerja sama Iran dengan badan nuklir PBB, Badan Energi Atom Internasional (IAEA). Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Tammy Bruce mengatakan bahwa tindakan Iran itu tak dapat diterima.

    “Kami akan menggunakan kata tidak dapat diterima, bahwa Iran memilih untuk menangguhkan kerja sama dengan IAEA pada saat ia memiliki kesempatan untuk membalikkan arah dan memilih jalan perdamaian dan kemakmuran,” kata Bruce dalam sebuah briefing di Washington, dilansir kantor berita AFP, Kamis (3/7).

    Washington mendukung upaya Israel untuk merusak program nuklir Iran dengan mengebom tiga lokasi nuklir pada malam hari tanggal 21-22 Juni lalu. Presiden AS Donald Trump sejak itu memperingatkan bahwa ia akan memerintahkan lebih banyak serangan udara jika Teheran mencoba memperoleh senjata nuklir.

    Republik Islam tersebut selalu membantah bahwa mereka berusaha mengembangkan senjata atom.

    Bruce mengatakan Iran harus bekerja sama tanpa penundaan dengan IAEA, termasuk dengan memberikan “informasi yang diperlukan untuk mengklarifikasi dan menyelesaikan pertanyaan lama mengenai material nuklir yang tidak dideklarasikan di Iran, serta memberikan akses tanpa batas ke fasilitas pengayaan yang baru diumumkan.”

    “Iran tidak dapat dan tidak akan memiliki senjata nuklir,” cetusnya.

    Lihat juga Video ‘Jepang Tak Gentar Menghadapi Komplain Trump soal Ogah Impor Beras AS’:

    Halaman 2 dari 2

    (whn/maa)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • AS Mencak-mencak Usai Iran Setop Kerja Sama Badan Nuklir PBB

    Iran Setop Kerja Sama dengan Badan Nuklir PBB, AS: Tak Bisa Diterima!

    Jakarta

    Pemerintah Amerika Serikat mengecam penangguhan kerja sama Iran dengan badan nuklir nuklir PBB, Badan Energi Atom Internasional (IAEA). Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Tammy Bruce mengatakan bahwa hal itu tak dapat diterima.

    Teheran secara resmi menangguhkan kerja samanya dengan IAEA, sebuah langkah yang dipicu oleh serangan Israel dan AS sebelumnya terhadap fasilitas-fasilitas nuklirnya pada bulan Juni lalu.

    “Kami akan menggunakan kata tidak dapat diterima, bahwa Iran memilih untuk menangguhkan kerja sama dengan IAEA pada saat ia memiliki kesempatan untuk membalikkan arah dan memilih jalan perdamaian dan kemakmuran,” kata Bruce dalam sebuah briefing di Washington, dilansir kantor berita AFP, Kamis (3/7/2025).

    Washington mendukung upaya Israel untuk merusak program nuklir Iran dengan mengebom tiga lokasi nuklir pada malam hari tanggal 21-22 Juni. Trump sejak itu memperingatkan bahwa ia akan memerintahkan lebih banyak serangan udara jika Teheran mencoba memperoleh senjata nuklir.

    Republik Islam tersebut selalu membantah bahwa mereka berusaha mengembangkan senjata atom.

    Bruce mengatakan Iran harus bekerja sama tanpa penundaan dengan IAEA, termasuk dengan memberikan “informasi yang diperlukan untuk mengklarifikasi dan menyelesaikan pertanyaan lama mengenai material nuklir yang tidak dideklarasikan di Iran, serta memberikan akses tanpa batas ke fasilitas pengayaan yang baru diumumkan.”

    “Iran tidak dapat dan tidak akan memiliki senjata nuklir,” ulangnya.

    Halaman 2 dari 2

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • WN China Jadi Buron FBI Karena Pasok Teknologi AS ke Iran

    WN China Jadi Buron FBI Karena Pasok Teknologi AS ke Iran

    Jakarta

    Belum lama ini, FBI memajang poster pencarian warga negara China bernama Baoxia ‘Emily’ Liu yang berstatus buron. FBI menyebut Departemen Luar Negeri AS menawarkan hadiah hingga USD 15 juta atau Rp 243 miliar untuk informasi tentangnya, yang dituduh menyelundupkan teknologi senjata AS ke Iran.

    Dikutip detikINET dari Fox News, Jumat (27/6/2025), Liu dan tiga warga negara China lain didakwa Departemen Kehakiman bulan Januari 2024 dalam dugaan konspirasi selama bertahun-tahun.

    Mereka disebut secara tidak sah mengekspor dan menyelundupkan barang AS melalui China dan Hong Kong ke entitas yang berafiliasi dengan Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran dan Kementerian Pertahanan Iran yang mengawasi produksi rudal, senjata, dan drone negara itu.

    Para terdakwa lain adalah Li Yongxin, juga dikenal sebagai Emma Lee, lalu Yung Yiu Wa, yang juga dikenal sebagai Stephen Yung, dan terakhir Zhong Yanlai, yang juga dikenal sebagai Sydney Chung.

    Sejak awal 2007, Liu dan rekannya diduga memanfaatkan perusahaan cangkang di China untuk mengirim komponen elektronik asal AS ke perusahaan-perusahaan yang terkait IRGC yang dapat dimanfaatkan untuk membantu produksi drone, sistem rudal balistik, dan penggunaan lain di militer.

    Menurut Deplu AS, IRGC dan para pendukungnya menghasilkan dan memindahkan jutaan dolar ke seluruh dunia dengan mendirikan perusahaan-perusahaan cangkang untuk mendapat teknologi mutakhir. Itu adalah strategi untuk menghindari sanksi dan kontrol perdagangan yang selama ini menimpa Iran.

    Departemen Luar Negeri mengatakan Liu dan tiga terdakwa lainnya diduga mengelabui, sehingga menyebabkan perusahaan-perusahaan AS mengekspor barang-barang ke perusahaan-perusahaan yang berbasis di China. Rupanya mereka mengira bahwa tujuan akhir dari produk-produk ini adalah China, bukan Iran.

    “Akibatnya, sejumlah besar produk asal AS dengan kemampuan militer telah diekspor dari AS ke perusahaan terkait IRGC, Shiraz Electronics Industries (SEI), Rayan Roshd Afzar, dan afiliasinya, yang melanggar sanksi AS dan undang-undang serta peraturan pengendalian ekspor,” sebut Deplu AS.

    IRGC dan MODAFL dituding telah memanfaatkan teknologi AS untuk mengembangkan dan memproduksi senjata dan sistem lain seperti drone. Produk Iran itu lalu dijual ke negara sekutu Iran seperti Rusia, Sudan, dan Yaman.

    (fyk/fay)

  • G7 Tegaskan Iran Tak Boleh Mengembangkan Senjata Nuklir

    G7 Tegaskan Iran Tak Boleh Mengembangkan Senjata Nuklir

    JAKARTA – Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio mengadakan pertemuan dengan menlu negara-negara G7. Mereka sepakat Iran tidak boleh mengembangkan senjata nuklir.

    Dalam pertemuan yang berlangsung di sela-sela KTT NATO di Den Haag, Belanda, Rubio dan para menlu G7 membahas tindakan tegas Presiden AS Donald Trump terhadap fasilitas nuklir utama Iran, kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS Tammy Bruce.

    “Mereka sepakat Iran tidak akan pernah mengembangkan atau memperoleh senjata nuklir, dan meninjau langkah selanjutnya untuk mempromosikan perdamaian yang langgeng antara Israel dan Iran,” kata Bruce dilansir ANTARA dari Sputnik/RIA Novosti-OANA, Kamis, 26 Juni.

    Ia mengatakan para menlu G7 juga telah membahas perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan, meningkatkan kerja sama terkait dugaan aktivitas China yang mengganggu stabilitas di Laut China Selatan, serta peran negara mereka dalam “menjaga kawasan Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka.”

    Eskalasi konflik di Timur Tengah meningkat pada 13 Juni, ketika Israel melancarkan serangan besar-besaran terhadap Iran dengan alasan Teheran melaksanakan program nuklir militer rahasia. Iran membalas dengan menyerang militer Israel.

    Pada 22 Juni, AS memutuskan ikut serta dalam konflik dengan menyerang tiga fasilitas nuklir Iran yang terletak di Natanz, Fordow, dan Isfahan.

     

    Sebagai balasan, pada Senin (23/6), Iran melancarkan serangan rudal terhadap Pangkalan Udara Al Udeid milik AS di Qatar.

    Pada hari yang sama, Presiden AS Donald Trump mengumumkan Israel dan Iran telah menyetujui gencatan senjata yang akan mengakhiri 12 hari perang.

    Trump mengatakan gencatan senjata antara Israel dan Iran mulai berlaku pada Selasa (24/6), dan mendesak kedua belah pihak untuk tidak melanggarnya.

  • Ada Apa Trump, AS Tiba-Tiba Kucurkan Rp489 M Bantuan ke Gaza?

    Ada Apa Trump, AS Tiba-Tiba Kucurkan Rp489 M Bantuan ke Gaza?

    Jakarta, CNBC Indonesia – Di tengah kontroversi dan kekhawatiran atas kekerasan di Gaza, pemerintah Amerika Serikat (AS) menyetujui hibah sebesar US$30 juta (sekitar Rp489 miliar) kepada Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF). Ini merupakan sebuah organisasi kontroversial yang menyalurkan bantuan di wilayah konflik tersebut.

    Melansir Reuters Rabu (25/6/2025), bantuan ini merupakan dukungan finansial langsung pertama dari pemerintah AS kepada GHF. Meski sejumlah pejabat AS mempertanyakan transparansi dan rekam jejak organisasi tersebut.

    Keputusan ini diambil berdasarkan arahan prioritas dari Gedung Putih dan Departemen Luar Negeri, sebagaimana tertuang dalam dokumen USAID yang ditinjau oleh Reuters. Sebanyak US$7 juta di antaranya telah dicairkan sebagai tahap awal.

    “Biasanya organisasi penerima hibah USAID pertama kali harus melalui audit menyeluruh yang bisa memakan waktu berbulan-bulan,” ujar seorang mantan pejabat senior AS.

    “Namun untuk GHF, seluruh proses tersebut dilompati karena dianggap mendesak.”

    Sumber yang mengetahui langsung keputusan ini menyebut bahwa GHF juga dibebaskan dari proses verifikasi tambahan yang biasanya diterapkan untuk memastikan tidak ada hubungan dengan kelompok ekstremis di Gaza, wilayah yang dikendalikan oleh Hamas.

    GHF bekerja sama dengan perusahaan logistik asal AS, Safe Reach Solutions, yang dipimpin oleh mantan perwira CIA, dan UG Solutions, perusahaan keamanan yang mempekerjakan veteran militer bersenjata.

    Namun, beberapa pejabat AS menolak pendanaan ini karena kekhawatiran terhadap risiko kekerasan di lapangan, kurangnya pengalaman GHF, serta keterlibatan perusahaan swasta yang mengambil keuntungan dari operasi kemanusiaan.

    Sejak Israel mencabut blokade bantuan pada 19 Mei, lebih dari 400 warga Palestina dilaporkan tewas saat mencoba mengakses bantuan dari PBB dan GHF.

    “Mayoritas korban ditembak atau dibombardir saat mendekati lokasi distribusi yang berada di zona militer,” kata Jonathan Whittall, pejabat senior PBB untuk wilayah Palestina yang diduduki.

    “Sisanya tewas karena ditembaki pasukan Israel atau terjebak dalam kekacauan akibat geng bersenjata.”

    Sementara itu, pihak GHF mengklaim sejauh ini telah menyalurkan 40 juta porsi makanan dan menyatakan operasi mereka aman.

    “Tidak ada satu pun truk kami yang dijarah,” ujar juru bicara GHF. “Daripada menyalahkan satu sama lain, kami mengundang PBB dan kelompok lain untuk bekerja bersama kami demi menyalurkan bantuan secara efektif. Kami terbuka untuk kolaborasi.”

    GHF sempat menghentikan distribusi selama satu hari awal bulan ini untuk menekan Israel agar menjamin keselamatan warga sipil di dekat titik distribusi, setelah laporan puluhan warga Palestina tewas saat mencari bantuan. Namun, mereka membantah ada korban jiwa di lokasi yang mereka kelola langsung.

    Sementara itu, PBB terus menyoroti sulitnya mendistribusikan bantuan karena kendala militer, pembatasan akses, dan aksi penjarahan.

    “Ketika masyarakat tahu aliran bantuan stabil, kekacauan akan berkurang,” tegas Whittall.

    Saat berita ini diturunkan, Kedutaan Israel dan pihak GHF menolak berkomentar lebih lanjut soal pendanaan AS ini. Departemen Luar Negeri AS juga belum memberikan tanggapan resmi atas pendanaan tersebut.

    (tfa/tfa)

    [Gambas:Video CNBC]

  • 7 Update Perang Iran-Israel, Trump Murka ke Israel-Tiba-Tiba Bela Iran

    7 Update Perang Iran-Israel, Trump Murka ke Israel-Tiba-Tiba Bela Iran

    Daftar Isi

    Jakarta, CNBC Indonesia – Israel dan Iran mengatakan pada Selasa bahwa mereka telah menyetujui usulan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk gencatan senjata setelah perang memasuki hari ke-12.

    Israel menyatakan telah mencapai semua tujuan militernya, termasuk menghentikan ancaman dari program nuklir dan rudal balistik Iran.

    “Kami telah menyingkirkan ancaman eksistensial ganda. Namun, kami tetap waspada dan akan menanggapi tegas setiap pelanggaran,” ujar juru bicara Kementerian Pertahanan Israel, Letkol Ariel Mizrachi, seperti dikutip AFP.

    Sementara itu, Presiden Iran Masoud Pezeshkian menegaskan bahwa Teheran akan mematuhi kesepakatan selama Israel juga menahan diri.

    “Jika rezim Zionis tidak melanggar gencatan senjata, Iran juga tidak akan melanggarnya,” kata Pezeshkian dalam percakapan dengan PM Malaysia Anwar Ibrahim, dikutip dari situs resmi kepresidenan Iran.

    Berikut perkembangan terbaru dari panasnya perang Iran dan Israel serta AS, seperti dihimpun dari berbagai sumber pada Rabu (25/6/2025).

    1. Serangan Terakhir Sebelum Gencatan Senjata

    Menjelang dimulainya gencatan senjata, Israel masih melancarkan serangan udara terakhir yang menghancurkan instalasi radar Iran. Serangan itu dilakukan setelah percakapan telepon antara Presiden Trump dan PM Netanyahu.

    “Setelah percakapan Presiden Trump dengan Perdana Menteri Netanyahu, Israel menahan diri dari serangan lebih lanjut,” bunyi pernyataan resmi Kantor Perdana Menteri Israel.

    Namun, pada saat yang hampir bersamaan, media pemerintah Iran melaporkan peluncuran gelombang rudal ke Israel. Serangan tersebut menyebabkan empat orang tewas dan dua lainnya luka-luka di Beersheba, Israel selatan.

    Kementerian Kesehatan Iran menyebut sedikitnya 610 warga sipil tewas akibat serangan Israel selama konflik. Termasuk di antaranya ilmuwan nuklir Mohammad Reza Seddighi Saber, yang disebut media Iran sebagai korban serangan malam terakhir sebelum gencatan senjata.

    2. Ilmuwan Nuklir Kembali Iran Jadi Korban Israel

    Iran telah mengidentifikasi seorang ilmuwan nuklir senior negaranya tewas dalam sebuah serangan Israel. Hal ini disampaikan saat Tel Aviv berada dalam ketegangan geopolitik dengan Tehran.

    Media Pemerintah Iran, Press TV, pada Selasa (24/6/2025), mengatakan bahwa ilmuwan yang tewas itu bernama Mohammad Reza Seddighi Saber. Ia diduga sedang bekerja dalam pengembangan dan pengayaan nuklir Tehran.

    “Saber dibunuh dalam serangan terbaru Israel di wilayah utara ibu kota, Tehran,” ujar laporan itu yang juga dikutip CNN International.

    Kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada hari Selasa juga mengkonfirmasi bahwa Pasukan Pertahanan Israel (IDF) telah menewaskan seorang lagi ilmuwan nuklir Iran. Namun mereka tidak menyebutkan nama Seddighi Saber.

    “Dalam 24 jam terakhir, IDF telah menyerang target-target utama rezim di jantung kota Teheran, melenyapkan ratusan anggota Basij-pasukan penindas internal rezim-dan membunuh seorang lagi ilmuwan nuklir senior,” demikian pernyataan dari kantor Netanyahu.

    Seddighi Saber termasuk di antara beberapa individu yang dijatuhi sanksi awal tahun ini oleh Departemen Luar Negeri dan Departemen Keuangan Amerika Serikat (AS) karena keterkaitan mereka dengan program nuklir Iran.

    Menurut Departemen Luar Negeri AS, ia adalah kepala sebuah kelompok yang mengerjakan proyek-proyek terkait bahan peledak diorganisasi pertahanan, inovasi, dan riset Iran, SPND. Proyek-proyek kelompok tersebut mencakup penelitian dan pengujian yang dapat diterapkan pada pengembangan perangkat peledak nuklir.

    Sementara itu, sejauh ini kedua negara telah berada dalam tahapan gencatan senjata yang dimediasi Washington. Meski begitu, Israel menyebut akan kembali menyerang Iran lantaran menuding Negeri Para Mullah itu telah melanggar kesepakatan untuk menghentikan serangan.

    3. Trump Kecam Israel di Tengah Gencatan Senjata yang Goyah

    Presiden AS Donald Trump melontarkan kritik tajam terhadap Israel pada Selasa pagi, setelah gencatan senjata antara Israel dan Iran yang ia mediasi tampak mulai runtuh.

    Meski menyalahkan kedua pihak atas ketegangan terbaru, Trump secara khusus menyoroti tindakan Israel yang dinilainya gegabah.

    “Segera setelah kami mencapai kesepakatan, Israel langsung meluncurkan serangan udara besar-besaran ke Iran. Itu belum pernah saya lihat sebelumnya,” kata Trump saat berbicara kepada wartawan sebelum bertolak ke KTT NATO di Belanda. “Saya tidak senang dengan mereka.”

    Trump menegaskan bahwa ia belum menganggap gencatan senjata resmi dilanggar, namun menuduh Israel bertindak di luar batas.

    “Saya katakan, ‘Kalian punya waktu 12 jam.’ Tapi mereka langsung menyerang di jam pertama. Itu bukan tindakan yang bijak,” ujarnya. “Saya juga tidak senang dengan Iran, tapi Israel melangkah terlalu jauh.”

    Melalui unggahan di Truth Social, Trump menegaskan kembali kekecewaannya dengan nada lebih keras: “ISRAEL. JANGAN JATUHKAN BOM ITU. JIKA ANDA MELAKUKANNYA, ITU ADALAH PELANGGARAN BESAR. BAWA PILOT KALIAN PULANG, SEKARANG!”

    Trump menggambarkan konflik ini sebagai pertikaian lama yang sulit diurai. “Kedua negara ini sudah terlalu lama berperang hingga mereka lupa apa yang sebenarnya sedang mereka lakukan,” katanya.

    4. Trump: Tidak Ada Agenda Perubahan Rezim

    Dalam perjalanan menuju KTT NATO di Belanda, Presiden Trump menepis dugaan bahwa AS ingin menggulingkan rezim Iran.

    “Saya tidak menginginkan perubahan rezim. Saya hanya ingin semuanya segera tenang,” kata Trump kepada wartawan di Air Force One. “Perubahan rezim berarti kekacauan, dan kami tidak mencari kekacauan lebih lanjut.”

    Sebelumnya, Trump sempat mengisyaratkan ide perubahan rezim melalui media sosial, sementara Netanyahu secara terbuka meminta rakyat Iran menggulingkan pemimpinnya.

    5. Dunia Sambut Gencatan Senjata dengan Hati-Hati

    Berbagai pemimpin dunia menyambut baik kesepakatan gencatan senjata antara Iran dan Israel, meskipun tetap mengingatkan akan rapuhnya situasi.

    “Jika gencatan senjata memang telah tercapai, ini hanya dapat disambut baik,” kata juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov.

    Presiden Prancis Emmanuel Macron menyatakan, “Sangat baik bahwa Presiden Trump menyerukan gencatan senjata, tapi situasinya masih sangat rapuh.”

    Sementara itu, Kanselir Jerman Friedrich Merz menambahkan, “Jika gencatan senjata ini berhasil, itu bisa menjadi perkembangan yang sangat positif bagi stabilitas Timur Tengah dan dunia.”

    Arab Saudi menyambut baik perkembangan ini, sementara China menekankan pentingnya “gencatan senjata yang sesungguhnya”.

    Pasar keuangan merespons positif: indeks saham menguat dan harga minyak dunia menurun setelah Trump menyatakan bahwa China tetap dapat membeli minyak Iran.

    6. AS Evakuasi Ratusan Warganya dari Wilayah Konflik

    Departemen Luar Negeri AS mengonfirmasi telah membantu sekitar 400 orang, termasuk warga negara AS, penduduk tetap, dan keluarga dekat mereka, meninggalkan Israel sejak Sabtu.

    “Kami tahu masih banyak warga yang ingin keluar dari Israel. Situasi wilayah udara sangat dinamis,” kata seorang pejabat senior Departemen Luar Negeri kepada pers.

    Informasi evakuasi telah dibagikan kepada lebih dari 27.000 orang. Evakuasi dilakukan melalui penerbangan terbatas, jalur darat ke Yordania dan Mesir, serta kapal ke Siprus.

    Ratusan warga AS juga dilaporkan telah meninggalkan Iran melalui Azerbaijan. Turkmenistan yang awalnya membatasi akses kini telah membuka pintunya bagi warga AS setelah intervensi diplomatik.

    Meski demikian, pejabat tersebut mengaku masih memverifikasi laporan tentang beberapa warga AS yang kemungkinan ditahan di Iran, tanpa memberikan rincian lebih lanjut.

    7. Gencatan Senjata Iran-Israel Angkat Wall Street, Harga Minyak Turun

    Saham-saham di Wall Street melonjak pada Selasa setelah gencatan senjata antara Iran dan Israel tampak bertahan di hari pertama, disertai penurunan harga minyak.

    Tiga indeks utama bergerak di zona hijau sepanjang hari, seiring kedua negara menahan diri dari serangan lanjutan usai rentetan serangan menit terakhir.

    “Dengan deeskalasi konflik, pasar terlihat membaik,” kata Art Hogan, Kepala Strategi Pasar di B. Riley Wealth. Ia juga menyebut kesaksian Ketua Federal Reserve Jerome Powell di Kongres sebagai sinyal positif bagi pasar saham.

    Melansir AFP, Dow Jones naik 1,2% ke 43.089,02, S&P 500 menguat 1,1% ke 6.092,18, dan Nasdaq melonjak 1,4% ke 19.912,53.

    Dalam kesaksian pertamanya, Powell menyatakan The Fed masih menunggu dampak penuh dari tarif sebelum memutuskan langkah suku bunga berikutnya.

    Meski demikian, menurut Hogan, Powell “tidak menutup pintu” bagi kemungkinan pemotongan suku bunga di masa mendatang.

    (tfa)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Kekuatan Baru Militer China Bikin Amerika Ketakutan

    Kekuatan Baru Militer China Bikin Amerika Ketakutan

    Jakarta, CNBC Indonesia – Amerika Serikat (AS) kembali dibuat ketar-ketir oleh manuver teknologi militer China. Kali ini, kekhawatiran AS muncul dari perusahaan kecerdasan buatan (AI) asal Hangzhou, DeepSeek.

    Perusahaan yang sempat menghebohkan industri teknologi AS itu dituding secara aktif mendukung operasi militer dan intelijen Negeri Tirai Bambu. Pejabat senior AS menyebut bahwa startup teknologi ini mencoba menggunakan perusahaan cangkang di Asia Tenggara untuk memperoleh chip semikonduktor canggih yang dilarang dikirim ke China berdasarkan peraturan ekspor AS.

    DeepSeek juga disebut menyuplai teknologi dan data kepada Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) serta aparat pengawasan Beijing.

    Perusahaan AI ini mengejutkan dunia teknologi pada Januari lalu dengan mengklaim bahwa model kecerdasan buatannya (reasoning model) setara atau bahkan lebih baik daripada model AI terdepan milik perusahaan AS, dengan biaya yang jauh lebih murah.

    “Kami memahami bahwa DeepSeek secara sukarela telah dan kemungkinan akan terus memberikan dukungan kepada operasi militer dan intelijen China,” kata seorang pejabat senior dari Departemen Luar Negeri AS dikutip dari Reuters, Selasa (24/6/2025).

    “Upaya ini lebih dari sekadar akses terbuka terhadap model AI DeepSeek,” lanjut pejabat tersebut.

    Penilaian pemerintah AS terhadap aktivitas dan hubungan DeepSeek dengan pemerintah China belum pernah dilaporkan sebelumnya. Informasi ini muncul di tengah perang dagang besar-besaran antara AS dan China.

    Lebih dari 150 dokumen pengadaan militer China disebut menyebut nama DeepSeek, mulai dari institusi riset pertahanan hingga unit utama PLA. Ini mengindikasikan bahwa perusahaan teknologi tersebut punya peran strategis dalam pengembangan kekuatan militer generasi baru China.

    Pejabat tersebut juga menyatakan bahwa DeepSeek menggunakan celah hukum untuk mendapatkan akses terhadap chip-chip canggih buatan AS, seperti Nvidia H100, yang telah dibatasi sejak 2022 karena kekhawatiran AS bahwa chip ini bisa mempercepat pengembangan kekuatan militer dan AI China.

    “DeepSeek berusaha menggunakan perusahaan cangkang di Asia Tenggara untuk menghindari kontrol ekspor, serta mencoba mengakses pusat data di kawasan itu untuk memakai chip buatan AS secara remote,” ujarnya.

    Tak hanya itu, DeepSeek juga menjadi sorotan karena diduga mengirim data pengguna global, termasuk dari AS, ke server milik China melalui infrastruktur yang terhubung dengan China Mobile, operator telekomunikasi milik negara. Tuduhan ini muncul di tengah kekhawatiran soal kebocoran data dan pengawasan digital skala besar.

    Di sisi lain, layanan AI DeepSeek tetap ditawarkan lewat platform cloud besar seperti Amazon Web Services, Microsoft Azure, dan Google Cloud, sehingga bisa diakses secara global.

    Namun keberadaan hukum China yang mewajibkan perusahaan menyerahkan data jika diminta menimbulkan alarm serius soal keamanan data pengguna internasional.

    Meskipun pihak DeepSeek belum merespons tuduhan ini, laporan tersebut mempertegas bahwa persaingan teknologi antara AS dan China kini tak sekadar soal ekonomi, tetapi juga soal kekuatan militer.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]