Kementrian Lembaga: Departemen Luar Negeri AS

  • Sosok Peter Berkowitz, Profesor Pro-Zionis yang Diundang UI

    Sosok Peter Berkowitz, Profesor Pro-Zionis yang Diundang UI

    Daftar Isi

    Jakarta, CNBC Indonesia – Universitas Indonesia (UI) menuai kontroversi karena mengundang Peter Berkowitz, akademisi asal Stanford University yang dikenal luas dengan pandangan pro-Zionis. Berkowitz sendiri telah menyampaikan orasi ilmiahnya di Balairung UI, Depok pada Sabtu (23/8/2025).

    Kehadiran tokoh yang kerap bersuara lantang soal politik Timur Tengah ini menjadi sorotan, mengingat rekam jejaknya yang panjang di dunia akademik, riset, hingga pemerintahan Amerika Serikat (AS).

    Berkowitz saat ini menjabat sebagai Tad and Dianne Senior Fellow di Hoover Institution, sebuah lembaha think tank kebijakan publik yang bernaung di Stanford University. Hoover dikenal sebagai salah satu pusat riset ternama di AS dengan fokus pada isu kesejahteraan ekonomi, kebebasan individu, hingga keamanan global. Di lembaga inilah Berkowitz aktif melakukan penelitian sekaligus terlibat dalam kelompok kerja tentang kewarganegaraan dan sejarah militer kontemporer.

    Tak hanya di Hoover, Berkowitz juga memegang posisi strategis sebagai Direktur Studi The Public Interest Fellowship (TPIF). Program dua tahun ini merekrut lulusan baru maupun profesional muda untuk memperdalam pemahaman mereka soal tradisi liberal, demokrasi konstitusional, sekaligus melatih keterampilan kepemimpinan. Melalui TPIF, Berkowitz ikut membentuk generasi muda Amerika yang terjun di bidang kebijakan dan pemerintahan.

    Jejak Pendidikan

    Perjalanan akademik Berkowitz dimulai dari Swarthmore College, tempat ia meraih gelar BA Sastra Inggris. Ia kemudian melanjutkan studi ke Hebrew University of Jerusalem, Israel, dengan gelar MA Filsafat. Universitas ini memiliki sejarah panjang karena didirikan tokoh-tokoh besar seperti Albert Einstein dan Chaim Weizmann.

    Setelah itu, ia menempuh studi lanjut di Yale University dengan gelar profesional hukum Juris Doctor (JD) sekaligus meraih PhD Ilmu Politik. Dari sinilah kiprah akademiknya kian mengerucut ke bidang pemerintahan konstitusional, konservatisme, progresivisme, politik Timur Tengah, keamanan nasional, hingga pendidikan liberal.

    Riset, Tulisan, dan Pandangan Berkowitz

    Selama berkarier, Berkowitz dikenal produktif menulis. Ia kerap menjadi kontributor di RealClearPolitics, membahas topik sensitif mulai dari kesepakatan Israel-Hamas, agresi Iran terhadap Israel dan Barat, hingga perdebatan soal posisi profesor konservatif di kampus Amerika.

    Selain artikel, ia juga menerbitkan sejumlah buku, antara lain Explaining Israel: The Jewish State, the Middle East, and America; Constitutional Conservatism: Liberty, Self-Government, and Political Moderation; serta Israel and the Struggle over the International Laws of War. Karya-karya tersebut menunjukkan fokusnya pada isu Zionisme, konservatisme, hingga hukum internasional.

    Kiprah di Pemerintahan AS

    Nama Berkowitz tidak hanya dikenal di kampus dan think tank, tapi juga pernah masuk ke lingkaran pemerintahan. Pada periode pertama Presiden Donald Trump (2019-2021), ia dipercaya sebagai Direktur Staf Perencanaan Kebijakan Departemen Luar Negeri AS. Ia juga sempat menjadi sekretaris eksekutif Komisi Hak-Hak yang Tidak Dapat Dicabut serta penasihat senior Menteri Luar Negeri AS.

    Pengalaman ini menambah panjang daftar kiprahnya dalam bidang kebijakan luar negeri, termasuk dalam isu strategis terkait Timur Tengah, keamanan nasional, dan hubungan internasional.

     

    (hsy/hsy)

    [Gambas:Video CNBC]

  • AS Cabut 6.000 Visa Pelajar Asing, Sebagian karena Ikut Demo Palestina

    AS Cabut 6.000 Visa Pelajar Asing, Sebagian karena Ikut Demo Palestina

    Jakarta

    Departemen Luar Negeri AS telah mencabut lebih dari 6.000 visa pelajar internasional karena melanggar hukum AS dan tinggal melebihi batas waktu, demikian disampaikan departemen tersebut kepada BBC.

    Deplu AS mengatakan bahwa “sebagian besar” pelanggaran berupa penyerangan, mengemudi dalam keadaan mabuk (DUI), perampokan, dan “mendukung terorisme”.

    Langkah ini diambil ketika pemerintahan Presiden Donald Trump melanjutkan kebijakan ketat imigrasi, termasuk penindakan terhadap mahasiswa internasional.

    Meskipun Deplu AS tidak merinci apa yang mereka maksud dengan “dukungan terhadap terorisme”, pemerintahan Trump telah menargetkan sejumlah mahasiswa yang melakukan unjuk rasa mendukung Palestina.

    Alasan pemerintah AS, mahasiswa-mahasiswa tersebut menunjukkan perilaku antisemit.

    Dari 6.000 visa pelajar yang dicabut, Deplu AS mengatakan sekitar 4.000 di antaranya dicabut karena mereka melanggar hukum.

    Sebanyak 200-300 visa lainnya juga dicabut karena “terorisme yang dilakukan di bawah INA 3B”, kata Deplu AS.

    Awal tahun ini, pemerintahan Trump menghentikan sementara penjadwalan janji temu pembuatan visa untuk pelajar internasional.

    Pada Juni, ketika janji temu pembuatan visa dimulai lagi, pemerintah AS meminta semua pemohon visa untuk mempublikasikan akun media sosial mereka untuk memperketat penyaringan.

    Pemerintah AS mengatakan penyaringan bertujuan untuk mencari “setiap indikasi permusuhan terhadap warga negara, budaya, pemerintah, institusi, atau prinsip-prinsip dasar Amerika Serikat”.

    Para pejabat Deplu AS juga diinstruksikan untuk menyaring pemohon visa “yang mengadvokasi, membantu, atau mendukung lembaga atau sosok yang telah ditetapkan sebagai teroris asing, dan ancaman lain terhadap keamanan nasional; atau yang melakukan pelecehan atau kekerasan yang bersifat anti-Semit.”

    Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, mengatakan kepada para anggota parlemen AS pada bulan Mei bahwa ia memperkirakan “ribuan” visa pelajar telah dibatalkan sejak Januari.

    “Saya tidak tahu jumlah terakhirnya, tapi kami mungkin akan melakukan lebih banyak lagi,” kata Rubio pada 20 Mei.

    Getty ImagesIlustrasi mahasiswa AS saat mengikuti acara wisuda.

    “Kami akan terus mencabut visa orang-orang yang berada di sini sebagai tamu dan mengganggu fasilitas pendidikan tinggi kami.”

    Partai Demokrat menentang upaya pemerintahan Trump untuk mencabut visa pelajar. Partai berlambang keledai itu menggambarkannya sebagai serangan terhadap proses hukum.

    Lebih dari 1,1 juta siswa internasional dari lebih dari 210 negara terdaftar di perguruan tinggi AS pada tahun ajaran 2023-2024, menurut Open Doors, sebuah organisasi yang mengumpulkan data pelajar asing.

    Dari jumlah itu, berdasarkan data Open Doors, sebanyak 8.348 pelajar berasal dari Indonesia.

    (ita/ita)

  • Polemik Rencana Permukiman Israel yang Akan Kubur Ide Negara Palestina

    Polemik Rencana Permukiman Israel yang Akan Kubur Ide Negara Palestina

    Jakarta

    Rencana proyek pemukiman kontroversial yang menurut Menteri Keuangan sayap kanan Israel, Bezalel Smotrich, akan “mengubur ide negara Palestina” telah memicu kontroversi

    Skema yang disebut E1 untuk membangun 3.401 rumah di Tepi Barat yang diduduki antara Yerusalem Timur dan permukiman Maale Adumim telah dibekukan selama beberapa dekade di tengah-tengah penentangan keras.

    Sebagian besar masyarakat internasional menganggap permukiman tersebut ilegal menurut hukum internasional, meskipun Israel membantahnya.

    Pada Rabu (13/08), Smotrich mendukung skema ini, menyebut keputusan tersebut sebagai “pencapaian bersejarah”.

    Kementerian Luar Negeri Palestina menyebut rencana tersebut sebagai “perpanjangan dari kejahatan genosida, pemindahan dan pencaplokan”sebuah tuduhan yang telah lama dibantah Israel.

    PBB, Uni Eropa, dan berbagai negara, seperti Inggris dan Turki, juga mengkritik rencana pemukiman E1 dan menyerukan agar rencana tersebut dihentikan.

    Apa itu rencana pemukiman E1?

    Israel telah membangun banyak permukiman seperti Maale Adumim di Tepi Barat yang diduduki (Reuters)

    Proyek pemukiman E1yang pertama kali diusulkan di bawah pemerintahan Yitzhak Rabin pada 1990-andimulai dengan rencana awal untuk 2.500 rumah.

    Pada 2004, jumlah unit bertambah menjadi sekitar 4.000 unit, ditambah dengan fasilitas komersial dan pariwisata.

    Antara 2009 dan 2020, tahapan-tahapan baru dari rencana pemukiman ini diumumkan, termasuk penyitaan lahan, rencana desain dan pembangunan jalan.

    Namun, proposal-proposal tersebut selalu dibekukan karena tekanan internasional.

    Mengapa rencana pemukiman E1 kontroversial?

    Hal ini dikarenakan posisi strategis situs E1 yang memisahkan wilayah selatan dan utara Yerusalem, serta akan mencegah daerah perkotaan Palestina yang bersebelahan yang menghubungkan Ramallah, Yerusalem Timur, dan Betlehem.

    Menurut kelompok Israel Peace Now yang memantau aktivitas permukiman di Tepi Barat, unit-unit rumah baru tersebut akan mewakili 33% perluasan permukiman Maale Adumim, yang saat ini memiliki populasi sekitar 38.000 penduduk.

    BBC

    Proyek ini akan menghubungkan daerah permukiman dengan zona industri di sekitarnya dan akan membuka jalan untuk memperluas kontrol Israel atas sebagian besar wilayah Tepi Barat, menurut Peace Now.

    Kelompok ini mengatakan sidang persetujuan akhir untuk rencana penyelesaian E1 akan diadakan pada Rabu (20/08) mendatang oleh sebuah komite teknis yang telah menolak semua keberatan atas proposal-proposal tersebut.

    Apa itu Tepi Barat yang diduduki?

    Tepi Barat adalah wilayah yang terletak di antara Israel dan Sungai Yordan dan merupakan rumah bagi sekitar tiga juta warga Palestina.

    Bersama dengan Yerusalem Timur dan Gaza, kota ini merupakan bagian dari apa yang secara luas dikenal sebagai Wilayah Palestina yang Diduduki.

    Ada sekitar 160 permukiman Israel, yang menampung sekitar 700.000 orang Yahudi, di Tepi Barat dan Yerusalem Timur.

    Israel masih menguasai Tepi Barat secara keseluruhan, namun sejak 1990-an, pemerintah Palestinayang dikenal sebagai Otoritas Palestinatelah menjalankan sebagian besar kota dan kotanya.

    Sejak serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober 2023 silam, tekanan Israel terhadap warga Palestina di Tepi Barat meningkat tajam, yang dibenarkan sebagai tindakan keamanan yang sah.

    Pada Juni lalu, PBB mencatat jumlah korban luka bulanan tertinggi warga Palestina dalam lebih dari dua dekade terakhir menyatakan bahwa 100 warga Palestina telah terluka oleh pemukim Israel.

    Selama paruh pertama 2025, tercatat 757 serangan pemukim yang mengakibatkan korban jiwa atau kerusakan properti warga Palestina meningkat 13% dari periode yang sama pada 2024.

    Warga Palestina dan kelompok-kelompok hak asasi manusia juga menuduh pasukan keamanan Israel gagal dalam menjalankan tugas hukum mereka sebagai penjajah untuk melindungi warga Palestina dan juga warga negara mereka sendiri tidak hanya menutup mata terhadap serangan pemukim, tetapi bahkan ikut serta, menurut laporan tahun 2024 dari Human Rights Watch.

    Israel mengklaim Konvensi Jenewa yang melarang pemukiman di wilayah pendudukan tidak berlaku, sebuah pandangan yang diperdebatkan oleh banyak sekutunya sendiri dan juga oleh para ahli hukum internasional.

    Para pemukim Israel menyaksikan dari kejauhan ketika tentara Israel menolak akses petani Palestina untuk memanen zaitun di dekat Ramallah di Tepi Barat yang diduduki Israel. (Reuters)

    Warga Palestina ingin semua permukiman Israel dihapuskan karena mereka melihat Tepi Barat yang diduduki sebagai tanah bagi negara Palestina merdeka di masa depan.

    Namun, pemerintah Israel tidak mengakui hak Palestina untuk memiliki negara sendiri dan berargumen bahwa Tepi Barat adalah bagian dari tanah air Israel.

    Pada Juli 2024, pengadilan tertinggi PBB, Mahkamah Internasional (ICJ), mengatakan bahwa keberadaan Israel di Wilayah Palestina yang Diduduki adalah ilegal dan Israel harus menarik para pemukim.

    Di antara putusan-putusannya, ICJ mengatakan bahwa pembatasan Israel terhadap warga Palestina di wilayah pendudukan merupakan “diskriminasi sistemik yang didasarkan pada, antara lain, ras, agama, dan asal-usul etnis”.

    Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa ICJ telah membuat “putusan bohong”.

    “Orang-orang Yahudi bukanlah penjajah di tanah mereka sendiritidak di ibu kota abadi kami Yerusalem, atau di warisan leluhur kami di Yudea dan Samaria [Tepi Barat],” kata Netanyahu dalam sebuah pernyataan.

    Bagaimana reaksi dunia soal rencana pemukiman E1?

    Setelah mengumumkan rencana tersebut, Smotrich berterima kasih kepada Presiden AS Donald Trump dan Duta Besar Mike Huckabee atas dukungan mereka.

    Smotrich menegaskan dalam pandangannya, Tepi Barat adalah “bagian tak terpisahkan dari Tanah Israel yang dijanjikan Tuhan”.

    Dia juga mengatakan bahwa Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mendukung rencananya untuk membawa satu juta pemukim baru ke Tepi Barat.

    Kementerian Luar Negeri Palestina mengutuk proyek pemukiman E1, menyebutnya sebagai serangan terhadap kesatuan wilayah Palestina dan sebuah pukulan terhadap kemungkinan pendirian sebuah negara.

    Dikatakan bahwa rencana tersebut merusak kohesi geografis dan demografis serta mengukuhkan pembagian Tepi Barat menjadi daerah-daerah terisolasi yang dikelilingi oleh ekspansi kolonial, sehingga membuat pencaplokan menjadi lebih mudah.

    Menanggapi rencana pembangunan di area E1, Departemen Luar Negeri AS mengatakan, “Tepi Barat yang stabil membuat Israel tetap aman dan sejalan dengan tujuan pemerintahan ini untuk mencapai perdamaian di wilayah tersebut”.

    Namun, PBB dan Uni Eropa malah mendesak Israel untuk tidak melanjutkan rencana tersebut.

    PBB mengatakan pembangunan di wilayah E1 akan memisahkan Tepi Barat bagian utara dan selatan, “sangat merusak prospek terwujudnya Negara Palestina yang layak dan berdampingan”.

    Kaja Kallas, kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, bilang rencana baru terkait E1 “semakin melemahkan solusi dua negara dan juga melanggar hukum internasional”.

    Menteri Luar Negeri Inggris, David Lammy, menentang rencana tersebut, dengan mengatakan bahwa rencana tersebut akan “membagi negara Palestina di masa depan menjadi dua dan menandai pelanggaran mencolok terhadap hukum internasional”.

    Kementerian Luar Negeri Turki juga mengutuk keputusan tersebut, dengan mengatakan bahwa keputusan tersebut “mengabaikan hukum internasional” dan menargetkan “integritas teritorial” negara Palestina.

    Mesir menyebut proyek tersebut sebagai “pelanggaran mencolok terhadap hukum internasional dan resolusi Dewan Keamanan.”

    Tentara Israel berhadapan dengan dua petani tua Palestina, mencegah mereka memetik buah zaitun di Tepi Barat yang diduduki Israel. (Reuters)

    Kementerian Luar Negeri Yordania juga menentang skema tersebut, dan menggambarkannya sebagai serangan terhadap “hak yang tidak dapat dicabut dari rakyat Palestina untuk mendirikan sebuah negara yang merdeka dan berdaulat berdasarkan perbatasan 4 Juni 1967, dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya”.

    Pengumuman rencana pemukiman E1 datang tak lama setelah beberapa negara, seperti Prancis dan Kanada, mengatakan mereka berencana untuk mengakui negara Palestina akhir tahun ini.

    Saat ini sebagian besar negara147 dari 193 negara anggota PBB secara resmi mengakui negara Palestina.

    Perdana Menteri Inggris Sir Keir Starmer mengatakan bahwa Inggris juga akan mengakui negara Palestina pada bulan September kecuali jika Israel memenuhi syarat-syarat tertentu, termasuk menyetujui gencatan senjata di Gaza dan menghidupkan kembali prospek solusi dua negara.

    Setelah pengumuman rencana penyelesaian baru E1, Smotrich mengatakan bahwa “tidak akan ada negara yang mengakui”.

    “Siapapun di dunia ini yang mencoba untuk mengakui negara Palestina hari ini akan menerima jawaban dari kami di lapangan.”

    “Bukan dengan dokumen atau keputusan atau pernyataan, tetapi dengan fakta. Fakta-fakta tentang rumah-rumah, fakta-fakta tentang lingkungan,” tambahnya.

    Laporan tambahan oleh Alla Daraghme dan Muhannad Tutanji dari BBC News Arabic.

    (ita/ita)

  • Pemerintah Israel Wacanakan Perluasan Pendudukan di Tepi Barat

    Pemerintah Israel Wacanakan Perluasan Pendudukan di Tepi Barat

    Jakarta

    Menteri Keuangan Israel Bezalel Smotrich pada hari Kamis (14/8) mengungkap rencana perluasan pemukiman di Tepi Barat yang diduduki Israel. Ekspansi pemukiman akan semakin menggerogoti wilayah Palestina dan dipandang sebagai batu sandungan terbesar bagi kedaulatan Palestina.

    Pendudukan Israel di Tepi Barat telah berlangsung sejak tahun 1967.

    Smotrich mengisyaratkan, ekspansi juga diniatkan untuk mencegah lebih banyak negara mengakui kedaulatan Palestina.

    Juru bicara PBB sebabnya mendesak Israel untuk membatalkan rencana ekspansi pemukiman karena akan mengakhiri prospek Solusi Dua Negara. PBB kembali menegaskan bahwa pemukiman Israel di Tepi Barat bertentangan dengan hukum internasional.

    Bagaimana rencana perluasan pemukiman?

    Menteri keuangan dari blok ekstrem kanan itu mengumumkan rencana perluasan pemukiman Israel, Maale Adumim, dengan membangun 3500 apartemen baru di sebidang tanah seluas 12 km2 di sebelah timur Yerusalem, yang dikenal sebagai wilayah East 1 (E1).

    Rencana perluasan area pemukiman Israel ini menurut para pakar akan “secara efektif” membelah wilayah Tepi barat, Israel menjadi dua bagian. Dalam pernyataan yang dirilis Smotrich, pihaknya akan “mengubur gagasan tentang negara Palestina.”

    Pengumuman Smotrich datang bersamaan dengan rencana Prancis, Inggris, dan Kanada untuk secara formal mengakui kedaulatan Palestina pada Sidang Umum PBB di bulan September mendatang.

    “Siapa pun di dunia yang saat ini mencoba mengakui negara Palestina, akan mendapat jawaban dari kami di lapangan,” tambahnya.

    Smotrich, yang juga pemimpin Partai Religious Zionism, mengancam akan menegaskan kedaulatan penuh Israel di semua wilayah Yudea dan Samaria, jika Prancis, Inggris, dan Kanada melanjutkan rencana pengakuan mereka atas negara Palestina.

    Istilah “Yudea dan Samaria” sering digunakan Israel merujuk wilayah Tepi Barat yang diduduki.

    Apa reaksi AS terhadap rencana Smotrich?

    Rencana perluasan pemukiman Yahudi di wilayah E1 sempat dibekukan sebelumnya pada masa pemerintahan AS di bawah Presiden Obama dan Biden dari partai Demokrat.

    Dalam konferensi pers tersebut, Smotrich menyebut Presiden Trump dan Duta Besar AS untuk Israel, Mike Huckabee, sebagai “sahabat sejati”, yang selalu memperkuat posisi Israel.

    Namun juru bicara Departemen Luar Negeri AS, mengelak memberikan tanggapen terkait ekspansi pemukiman, dan hanya mengatakan bahwa “Tepi Barat yang stabil ikut menjaga keamanan Israel ,dan sejalan dengan hal tersebut perdamaian di kawasan dapat tercapai.”

    Meski demikian, Trump dan Huckabee belum memberikan komentar atas rencana tersebut.

    Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu juga belum memberikan tanggapan resmi kepada publik terkait rencana Smotrich, meski Smotrich mengklaim Netanyahu dan Trump telah mendukung pembangunan unit perumahan baru.

    Posisi Smotrich sebagai menteri keuangan dalam pemerintahan koalisi, memberinya ruang untuk mendulang dukungan dari pemilih konservatif dan pemukim Yahudi garis keras.

    Meski belum mendapat persetujuan resmi dari Netanyahu atau Trump, agenda Smotrich berpotensi memperkuat pengaruh sayap kanan, dan mempengaruhi arah kebijakan pemerintah Israel.

    Rencana E1 masih membutuhkan persetujuan resmi dari pemerintah. Jika disetujui, pembangunan perumahan baru di pemukiman Maale Adumim bisa dimulai dalam waktu sekitar satu tahun.

    Bagaimana reaksi Palestina?

    Manuver untuk pembangunan kawasan E1 mendapat kecaman dari pejabat Palestina, kelompok hak asasi, dan negara-negara Arab.

    Kementerian Luar Negeri Otonomi Palestina di Tepi Barat dan kaum ekspatriat Palestina juga mengecam rencana tersebut, dan menuntut “pemberian sanksi” pada Israel untuk menghentikan pendudukan baru di E1. Mereka menyebut rencana ini sebagai kelanjutan rencana Israel untuk “menghancurkan eksistensi negara Palestina.”

    Organisasi kemanusiaan Israel Peace Now, yang memantau pemukiman Yahudi di Tepi Barat, menyebut rencana pemerintah “membunuh masa depan Israel, dan mematikan setiap peluang tercapainya solusi-dua negara yang damai.”

    Solusi-dua negara mengacu pada visi dua negara merdeka, Israel dan Palestina, yang hidup berdampingan secara damai.

    Kecaman negara-negara Arab

    Kritik juga datang dari kawasan Teluk. Qatar menilai rencana perluasan pemukiman di Tepi Barat sebagai “pelanggaran nyata terhadap legitimasi internasional,” dan menekankan urgensi “tindakan dari komunitas internasional untuk bersatu menghentikan Israel memperluas pemukiman dan, untuk mematuhi resolusi internasional.”

    Kementerian Luar Negeri Mesir mengecam keras rencana perluasan pemukiman Yahudi tersebut, dan mengecam “pernyataan ekstrem menteri Israel yang menyerukan perluasan pemukiman dan kedaulatan Israel di Tepi Barat.”

    Artikel ini pertama kali terbit dalam bahasa Inggris

    Diadaptasi oleh Sorta Caroline

    Editor :Rizki Nugraha/Agus Setiawan

    Lihat juga Video ‘Trump Ingin Jurnalis Dapat Akses Masuk Gaza’:

    (ita/ita)

  • TikTok Angkat Eks Tentara Israel Atur Konten, Pro-Palestina Terancam

    TikTok Angkat Eks Tentara Israel Atur Konten, Pro-Palestina Terancam

    Jakarta, CNBC Indonesia – TikTok menunjuk Erica Mindel, mantan instruktur militer Israel, sebagai Manajer Kebijakan Publik untuk ujaran kebencian (hate speech). Langkah ini memicu perdebatan di tengah sorotan tajam terhadap penanganan TikTok terhadap konten antisemit dan ekstremis.

    Mengutip Economic Times, Mindel resmi menjabat penuh waktu sejak Juli lalu di kantor pusat TikTok di New York. Berdasarkan profil LinkedIn dan deskripsi pekerjaannya, Mindel akan menyusun kebijakan ujaran kebencian, memimpin strategi, dan menjadi pakar internal-eksternal TikTok dalam isu antisemitisme.

    Penunjukan ini dilakukan di tengah tekanan dari anggota parlemen AS, kelompok advokasi, dan organisasi Yahudi, yang menuding TikTok membiarkan konten antisemit berkembang pesat, terutama setelah serangan pada 7 Oktober 2023 di Gaza.

    Sebelum bergabung dengan TikTok, Mindel pernah menjadi kontraktor Departemen Luar Negeri AS di bawah pemerintahan Presiden Joe Biden. Ia memberi masukan kepada Duta Besar Deborah Lipstadt, Utusan Khusus AS untuk Memantau dan Memerangi Antisemitisme, serta menjabat sebagai Asisten Direktur di American Jewish Committee (AJC).

    Foto: REUTERS/RONEN ZVULUN
    Israeli soldiers stand near the opening to a tunnel at Al Shifa Hospital compound in Gaza City, amid the ongoing ground operation of the Israeli army against Palestinian Islamist group Hamas, in the Gaza Strip, November 22, 2023. REUTERS/Ronen Zvulun EDITOR’S NOTE: REUTERS PHOTOGRAPHS WERE REVIEWED BY THE IDF AS PART OF THE CONDITIONS OF THE EMBED. NO PHOTOS WERE REMOVED. TPX IMAGES OF THE DAY

    Mindel juga memiliki latar belakang akademik di bidang Ilmu Politik di University of Michigan dan Kebijakan Publik di Johns Hopkins University. Dalam wawancara video AJC 2023, ia mengungkap pernah menghabiskan lebih dari dua tahun bertugas di Pasukan Pertahanan Israel (IDF) sebagai instruktur di Korps Lapis Baja.

    Keputusan TikTok ini mendapat respons beragam. Kelompok pendukung, seperti Anti-Defamation League (ADL) dan sejumlah organisasi advokasi Yahudi, menilai langkah tersebut tepat untuk memperkuat perlindungan terhadap komunitas Yahudi dari ujaran kebencian. Namun, kritik datang dari pihak yang khawatir kebijakan moderasi TikTok akan bias, khususnya terhadap konten pro-Palestina.

    TikTok sudah lama dikritik karena penegakan kebijakan moderasi konten yang tidak konsisten dan algoritmanya yang dianggap tidak transparan, yang menurut para pengkritik telah memperkuat pesan ekstremis, rasis, dan antisemit.

    Platform yang dimiliki ByteDance asal China ini juga tengah menghadapi tekanan regulasi ketat di AS dan Eropa terkait penyebaran konten berbahaya.

    Dengan antisemitisme yang disebut mencapai rekor tertinggi secara global, peran Mindel akan menjadi sorotan. Ia dituntut untuk menjaga keseimbangan antara melindungi komunitas rentan dan memastikan kebebasan berekspresi tetap terjaga di platform yang kini menjadi salah satu ruang diskusi politik paling panas di dunia digital.

    (dem/dem)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Trump Bertemu Putin di Alaska pada 15 Agustus Pekan Depan

    Trump Bertemu Putin di Alaska pada 15 Agustus Pekan Depan

    JAKARTA – Presiden AS Donald Trump akan bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk merundingkan akhir perang di Ukraina pada Jumat, 15 Agustus di Alaska.

    Trump membuat pengumuman tersebut di media sosial setelah mengatakan kedua belah pihak, termasuk Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, hampir mencapai kesepakatan gencatan senjata yang dapat menyelesaikan konflik tiga setengah tahun tersebut, yang dapat mengharuskan Ukraina menyerahkan sebagian besar wilayahnya.

    Berbicara kepada wartawan di Gedung Putih pada Jumat, 8 Agustus, Trump mengisyaratkan kesepakatan akan melibatkan pertukaran wilayah.

    “Akan ada pertukaran wilayah untuk kebaikan keduanya,” kata presiden dari Partai Republik tersebut dilansir Reuters.

    Dalam pidato malamnya kepada rakyat, Zelenskyy mengatakan gencatan senjata dapat dicapai selama tekanan yang memadai diberikan kepada Rusia.

    Presiden Ukraina mengatakan telah melakukan lebih dari belasan percakapan dengan para pemimpin berbagai negara dan timnya terus berkomunikasi dengan Amerika Serikat.

    Sementara Putin mengklaim empat wilayah Ukraina – Luhansk, Donetsk, Zaporizhzhia, dan Kherson – serta semenanjung Laut Hitam Krimea, yang dianeksasinya pada tahun 2014. Pasukannya tidak sepenuhnya menguasai seluruh wilayah di keempat wilayah tersebut.

    Sebelumnya, Bloomberg News melaporkan para pejabat AS dan Rusia sedang mengupayakan kesepakatan yang akan mengunci pendudukan Moskow atas wilayah yang direbut selama invasi militernya.

    Seorang pejabat Gedung Putih mengatakan berita Bloomberg tersebut hanyalah spekulasi. Seorang juru bicara Kremlin tidak menanggapi permintaan komentar.

    Ukraina sebelumnya telah mengisyaratkan kesediaan untuk bersikap fleksibel dalam upaya mengakhiri perang yang telah menghancurkan kota-kotanya dan menewaskan banyak tentara dan warganya.

    Namun, menerima hilangnya sekitar seperlima wilayah Ukraina akan menyakitkan dan menantang secara politis bagi Zelenskiy dan pemerintahannya.

    Tyson Barker, mantan wakil khusus Departemen Luar Negeri AS untuk pemulihan ekonomi Ukraina, mengatakan proposal perdamaian sebagaimana diuraikan dalam laporan Bloomberg akan segera ditolak oleh Ukraina.

    “Yang terbaik yang bisa dilakukan Ukraina adalah tetap teguh pada keberatan dan persyaratan mereka untuk penyelesaian yang dinegosiasikan, sambil menunjukkan rasa terima kasih mereka atas dukungan Amerika,” kata Barker, seorang peneliti senior di Atlantic Council.

    Berdasarkan kesepakatan yang diusulkan, menurut Bloomberg, Rusia akan menghentikan serangannya di wilayah Kherson dan Zaporizhzhia di sepanjang garis pertempuran saat ini.

  • AS Wajibkan Uang Jaminan hingga Rp 240 Juta untuk Turis Asing

    AS Wajibkan Uang Jaminan hingga Rp 240 Juta untuk Turis Asing

    Jakarta

    Sejumlah kelompok turis yang berkunjung ke Amerika Serikat (AS) nantinya akan diminta untuk menandatangani perjanjian jaminan (visa bond) hingga $15.000 (sekitar Rp240 juta). Aturan ini dirilis oleh pemerintah AS dalam sebuah program percobaan baru yang akan dimulai dalam dua minggu ke depan.

    Program yang diusulkan oleh Departemen Luar Negeri AS ini bertujuan untuk menekan jumlah pengunjung yang tinggal melebihi masa berlaku visa mereka.

    Petugas konsuler akan memiliki tiga pilihan nilai jaminan: $5.000 (sekitar Rp80 juta), $10.000 (sekitar Rp160 juta), atau $15.000 (sekitar Rp240 juta). Namun, secara umum mereka diharapkan menetapkan minimal $10.000, menurut pemberitahuan resmi pemerintah.

    Persyaratan jaminan bagi turis dan pengunjung ke AS ini diusulkan di tengah upaya pemerintahan Donald Trump memperketat aturan terhadap imigrasi ilegal.

    Aturan akan berdampak pada visa wisata dan bisnis

    Program visa ini memberi wewenang kepada petugas konsuler AS untuk menetapkan jaminan uang bagi pengunjung dari negara-negara dengan tingkat pelanggaran visa yang tinggi, menurut keterangan Departemen Luar Negeri AS dalam pemberitahuan resminya yang dipublikasikan Selasa (05/08) di Federal Register AS.

    Jaminan ini juga berlaku bagi warga negara dari negara-negara yang dianggap tidak memberikan informasi pemeriksaan dan verifikasi yang memadai.

    Kebijakan ini berlaku untuk visa non-imigran jenis B-1 (bisnis) dan B-2 (wisata). Mereka yang diminta membayar jaminan hanya boleh masuk dan keluar dari AS melalui daftar bandara tertentu yang telah ditentukan sebelumnya.

    “Program uji coba ini menegaskan komitmen pemerintahan Trump dalam menegakkan hukum imigrasi AS dan menjaga keamanan nasional,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri kepada kantor berita AFP.

    Siapa saja yang diwajibkan menyetor uang jaminan visa AS?

    Pemberitahuan tersebut tidak menyebutkan secara spesifik negara mana saja yang akan terdampak, tetapi dipastikan tidak semua negara akan terkena kebijakan ini.

    Pelancong dari negara-negara yang termasuk dalam Visa Waiver Program, sebuah program yang memungkinkan kunjungan ke AS tanpa visa untuk keperluan bisnis atau wisata selama maksimal 90 hari, akan dibebaskan dari kewajiban membayar uang jaminan.

    Daftar negara yang terdampak akan diumumkan setelah program mulai berlaku. Selain itu, kewajiban membayar jaminan bisa saja dikecualikan tergantung pada kondisi individu pemohon. Uang jaminan akan dikembalikan jika pengunjung meninggalkan AS sesuai dengan ketentuan visa mereka.

    Artikel ini diadaptasi dari bahasa Inggris

    Diadaptasi oleh Tezar Aditya

    Editor: Hani Anggraini

    (ita/ita)

  • Agen Khusus Amerika Latih Imigrasi Indonesia Identifikasi Dokumen Palsu

    Agen Khusus Amerika Latih Imigrasi Indonesia Identifikasi Dokumen Palsu

    Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah Amerika Serikat melalui Unit Investigasi Kriminal Internasional (OCIU) memperkuat kerja sama dengan Direktorat Jenderal Imigrasi Indonesia untuk mendeteksi dokumen palsu dan kejahatan lintas negara.

    Agen khusus OCIU Shane Liyod menyebut pihaknya akan memberikan pelatihan bagi petugas imigrasi di Indonesia pada tahun ini. Wilayah yang dilatih mencakup kota utama gerbang internasional Indonesia seperti Batam, Bali, dan Balikpapan.

    Adapun materi pelatihan berupa deteksi dokumen palsu, perdagangan manusia, pendeteksian penyamar, hingga teknik wawancara.

    “Salah satu tujuan utama pemerintah AS adalah memberantas imigrasi ilegal dan dokumen palsu. Kantor Imigrasi Indonesia telah menjadi mitra penting kami dalam mencapai tujuan ini,” ujar Shane dalam keterangan tertulis, Selasa (5/8/2025).

    Selain menyiapkan kerja sama pelaihan, OCIU juga meninjau alat pendeteksi dokumen identitas dan perjalanan palsu berteknologi tinggi yang telah diserahkan ke Kantor Imigrasi Bandara Internasional Kualanamu.

    Perangkat ini merupakan bagian dari hibah senilai US$200.000 yang disalurkan melalui Biro Narkotika Internasional dan Penegakan Hukum Departemen Luar Negeri AS.

    Alat pendeteksi tersebut dirancang untuk membantu petugas di lapangan dalam mengidentifikasi berbagai bentuk manipulasi terhadap dokumen imigrasi, dan kini digunakan di berbagai wilayah termasuk Medan, Jakarta, Denpasar, Batam, dan Bandung.

  • Mantan Presiden Sahabat Dekat Trump Ditangkap Polisi Gegara Kudeta

    Mantan Presiden Sahabat Dekat Trump Ditangkap Polisi Gegara Kudeta

    Jakarta, CNBC Indonesia – Mahkamah Agung Brasil menempatkan mantan Presiden Jair Bolsonaro dalam tahanan rumah, Senin (4/8/2025). Hal ini dilakukan sebagai buntut dari tudingan melakukan kudeta pada 2022 lalu.

    Mengutip Reuters, Hakim Agung Brasil Alexandre de Moraes mengeluarkan perintah penangkapan terhadap Bolsonaro. Keputusannya menyebutkan kegagalan untuk mematuhi perintah penahanan yang dijatuhkannya kepada Bolsonaro sehingga membuat otoritas Brasil perlu mengambil tindakan paksa.

    Perintah Moraes yang dikeluarkan pada hari Senin juga melarang Bolsonaro menggunakan ponsel atau menerima kunjungan, kecuali pengacaranya dan orang-orang yang diberi wewenang oleh pengadilan. Seorang perwakilan pers Bolsonaro mengatakan ia ditempatkan dalam tahanan rumah di kediamannya di Brasilia oleh polisi yang menyita ponselnya.

    “Kami akan mengajukan banding atas keputusan tersebut, dengan alasan bahwa mantan presiden tersebut tidak melanggar perintah pengadilan apa pun,” ujar pihak Bolsonaro.

    Bolsonaro sedang diadili di Mahkamah Agung atas tuduhan berkonspirasi dengan sekutu untuk secara paksa membatalkan kekalahannya dalam pemilu 2022 dari Presiden sayap kiri Luiz Inácio Lula da Silva.

    Penangkapan Bolsonaro ini sempat memicu reaksi yang panas dari sekutunya yang juga Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump. Trump menyebut kasus ini sebagai “perburuan penyihir” dan menyebutnya sebagai dasar untuk tarif 50% atas barang-barang Brasil yang akan berlaku mulai hari Rabu

    Departemen Luar Negeri AS mengecam perintah tahanan rumah tersebut, dengan mengatakan Moraes menggunakan institusi-institusi Brasil untuk membungkam oposisi dan mengancam demokrasi. Washington juga menjatuhkan sejumlah pinalti bagi Brasil atas penahanan yang disebut ‘melanggar hak asasi manusia’ ini

    “AS akan meminta pertanggungjawaban semua pihak yang membantu dan bersekongkol dalam perilaku yang dikenai sanksi,” ujar lembaga itu.

    (tps/luc)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Pemohon Visa AS Wajib Setor Uang Jaminan hingga Rp 245 Juta, WNI Juga?

    Pemohon Visa AS Wajib Setor Uang Jaminan hingga Rp 245 Juta, WNI Juga?

    Washington DC

    Pemerintah Amerika Serikat (AS) akan mewajibkan uang jaminan hingga US$ 15.000 atau setara Rp 245,8 juta untuk sejumlah visa turis dan bisnis di bawah program percontohan yang diluncurkan dalam dua pekan ke depan. Langkah ini menjadi upaya pemerintahan Presiden Donald Trump untuk menindak warga asing yang kerap overstay.

    Aturan baru ini, seperti dilansir Reuters dan AFP, Selasa (5/8/2025), merupakan bagian dari program percontohan yang akan berlangsung selama 12 bulan, dan akan dimulai pada 20 Agustus mendatang.

    Program ini akan berlaku bagi para pemohon visa bisnis B-1 dan visa turis B-2 dari negara-negara yang dianggap berisiko tinggi untuk overstay visa.

    Menurut pemberitahuan Federal Register AS, program ini memberikan keleluasaan terhadap para petugas konselor AS untuk mengenakan jaminan atau visa bonds kepada para pemohon dari negara-negara dengan tingkat overstay visa yang tinggi.

    “Petugas konsuler dapat mewajibkan pemohon visa non-imigran yang tercakup untuk membayar jaminan hingga US$ 15.000 sebagai syarat penerbitan visa,” sebut pemberitahuan Departemen Luar Negeri AS, yang akan dipublikasikan oleh Federal Register AS pada Selasa (5/8) waktu setempat.

    Ada tiga pilihan bagi para pemohon visa yang diwajibkan membayar jaminan, yakni sebesar US$ 5.000 (Rp 81,9 juta), US$ 10.000 (Rp 163,8 juta), atau US$ 15.000 (Rp 245,8 juta).

    Jaminan itu juga dapat diterapkan kepada orang-orang yang datang dari negara-negara di mana informasi pemeriksaan dan verifikasi dianggap tidak memadai.

    Federal Register AS menambahkan bahwa uang jaminan akan dikembalikan sepenuhnya jika pemegang visa mematuhi persyaratan, atau masuk dan keluar dari AS sesuai ketentuan visa. Bagi mereka yang tetap berada di AS melebihi batas waktu yang diizinkan, akan kehilangan seluruh uang jaminan tersebut.

    Program ini juga membatasi akses masuk dan keluar di bandara-bandara tertentu di AS bagi mereka yang diwajibkan membayar jaminan tersebut.

    Belum diketahui secara jelas soal negara-negara yang terdampak aturan baru ini.

    Departemen Luar Negeri AS mengatakan program tersebut menargetkan warga dari negara-negara dengan “tingkat overstay visa yang tinggi”, seperti diidentifikasi dalam laporan Departemen Keamanan Dalam Negeri AS (DHS).

    Menurut data DHS dan data bea cukai serta perlindungan perbatasan AS, seperti dikutip Reuters, negara-negara seperti Chad, Eritrea, Haiti, Myanmar, Yaman, Burundi, Djibouti, dan Togo telah menunjukkan tingkat overstay yang tinggi.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)