Kementrian Lembaga: Departemen Luar Negeri AS

  • Badan Anti-Korupsi Korea Selatan Desak Polisi Tangkap Yoon Suk Yeol

    Badan Anti-Korupsi Korea Selatan Desak Polisi Tangkap Yoon Suk Yeol

    Seoul

    Badan Anti-Korupsi Korea Selatan (Korsel) telah meminta polisi untuk mengambil alih eksekusi surat perintah penangkapan untuk Presiden Korea Selatan yang dimakzulkan, Yoon Suk Yeol, pada Senin (6/01). Sebelumnya upaya penangkapan gagal dilakukan pada Jumat (3/1). Saat itu, para pengawal Yoon membentuk rantai manusia untuk memblokir akses para penyelidik.

    Tim penyelidik gabungan dari Kantor Investigasi Korupsi untuk Pejabat Tinggi (CIO) dan polisi sedang menyelidiki tuduhan bahwa Yoon mendalangi pemberontakan dengan pemberlakuan darurat militer yang hanya berlangsung singkat.

    Dalam pernyataannya kepada wartawan, CIO telah mengirimkan pemberitahuan kepada polisi untuk mengambil alih wewenang. Langkah ini dilakukan di tengah rasa frustrasi para pengkritik Yoon terhadap CIO karena hingga saat ini belum juga mengeksekusi surat perintah penangkapan, yang berakhir pada Senin, 6 Januari 2025.

    Melansir Reuters, seorang pejabat polisi mengatakan bahwa mereka sedang “meninjau hukum secara internal” menyusul permintaan dari CIO.

    Pengacara Yoon berargumen bahwa pasukan anti-korupsi yang memimpin investigasi kriminalnya tidak memiliki wewenang di bawah hukum Korea Selatan untuk menyelidiki kasus apa pun yang melibatkan tuduhan pemberontakan.

    Pengadilan Distrik Barat Seoul pada Minggu (5/1) menolak keberatan yang diajukan oleh tim hukum Yoon yang berusaha untuk membatalkan surat perintah penangkapan presiden dan menggeledah kediaman resminya.

    Melansir AP, tim kuasa hukum Yoon mengatakan bahwa mereka akan mengajukan tuntutan terhadap Kepala Jaksa Penuntut Umum Badan Anti-korupsi Korsel, Oh Dong-woon, dan sekitar 150 penyelidik dan petugas polisi yang terlibat dalam upaya penahanan pada Jumat (3/1), yang menurut mereka melanggar hukum.

    Menteri Luar Negeri AS akan berkunjung ke Korea Selatan

    Melansir Reuters, di tengah ketegangan politik yang sedang berlangsung, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken akan mengunjungi Korea Selatan pada minggu ini. Menurut Departemen Luar Negeri AS, Blinken akan bertemu dengan para pejabat senior pemerintah untuk menegaskan kembali aliansi dengan Seoul.

    Kunjungannya dilakukan setelah deklarasi darurat militer yang dilakukan oleh Yoon bulan lalu membuat Korea Selatan mengalami kekacauan politik, yang memicu kecaman dari para pejabat di Washington.

    CIO sendiri adalah lembaga independen yang diluncurkan pada Januari 2021 untuk menyelidiki pejabat tinggi termasuk presiden dan anggota keluarga mereka, tetapi tidak memiliki wewenang untuk mengadili presiden.

    Sebaliknya, CIO diwajibkan oleh hukum untuk merujuk kasus tersebut ke kantor kejaksaan untuk mengambil tindakan apa pun termasuk dakwaan setelah pemeriksaan selesai.

    Yoon sebut akan “berjuang sampai akhir” untuk tak digulingkan

    Melansir AP, Pengadilan Distrik Barat Seoul pada Selasa (31/12) telah mengeluarkan surat perintah untuk menahan Yoon dan surat perintah terpisah untuk menggeledah kediamannya setelah Yoon menolak hadir untuk diinterogasi terkait dekrit darurat militer yang dikeluarkannya pada tanggal 3 Desember 2024. Namun, mengeksekusi surat perintah tersebut menjadi rumit selama Yoon masih berada di kediaman resminya.

    Yoon telah bersumpah untuk “berjuang sampai akhir” melawan upaya untuk menggulingkannya. Meskipun darurat militer hanya berlangsung beberapa jam, hal ini memicu gejolak yang mengguncang politik, diplomasi, dan pasar keuangan Korsel selama berminggu-minggu dan mengekspos kerapuhan demokrasi Korea Selatan di tengah masyarakat yang sangat terpolarisasi.

    Kekuasaan kepresidenan Yoon dibekukan setelah Majelis Nasional yang didominasi oleh oposisi memilih untuk memakzulkannya pada tanggal 14 Desember 2024, dengan menuduhnya melakukan pemberontakan, dan nasibnya sekarang berada di tangan Mahkamah Konstitusi, yang sedang mempertimbangkan apakah akan secara resmi mencopot Yoon dari jabatannya atau mengembalikan jabatannya.

    Jumat (3/1), puluhan penyidik badan anti-korupsi dan polisi gagal menahan Yoon. Setelah melewati unit militer yang menjaga kediaman Yoon, para penyelidik dan polisi berhasil mendekat sekitar 218 meter dari kediaman Yoon, tapi dihentikan oleh barikade yang terdiri dari sekitar 10 kendaraan dan sekitar 200 anggota pasukan keamanan presiden dan tentara. Namun, tak bisa dipastikan apakah saat itu Yoon berada di dalam kediamannya.

    Dalam sebuah pesan video pada Minggu (5/1), Kepala Dinas Keamanan Kepresidenan, Park Jong-joon, mengatakan bahwa mereka memiliki kewajiban hukum untuk melindungi presiden yang sedang menjabat. Park mengatakan bahwa ia menginstruksikan anggotanya untuk tidak menggunakan kekerasan dan menyerukan kepada badan anti-korupsi dan polisi untuk mengubah pendekatan mereka.

    Pengacara Yoon pun berargumen bahwa penahanan dan penggeledahan terhadap presiden tidak dapat dilakukan di kediamannya karena adanya undang-undang yang melindungi lokasi yang berpotensi terkait dengan rahasia militer tanpa persetujuan orang yang bertanggung jawab, yaitu Yoon sendiri.

    Ratusan warga Korsel berunjuk rasa di dekat kediaman Yoon

    Sejak Senin (6/1) dini hari, selama berjam-jam, ratusan warga Korea Selatan berunjuk rasa di dekat kediaman Yoon dengan membungkus diri mereka dengan tikar berlapis perak untuk melawan suhu yang sangat dingin. Ini adalah malam kedua protes berturut-turut dilakukan para demonstran yang menyerukan penggulingan dan penangkapan Yoon.

    Sejak Minggu (5/1), ribuan pengunjuk rasa turun ke jalan-jalan yang bersalju di Seoul untuk berunjuk rasa, baik mendukung dan menentang penangkapan Yoon.

    “Kita harus membangun kembali fondasi masyarakat kita dengan menghukum presiden yang telah mengingkari konstitusi,’ kata Yang Kyung-soo, Pemimpin Konfederasi Serikat Buruh Korea, kelompok buruh utama yang turut serta dalam aksi unjuk rasa tersebut.

    “Kita harus menjatuhkan penjahat Yoon Suk Yeol dan menangkap serta menahannya sesegera mungkin,” tambahnya.

    Unjuk rasa pro Yoon

    Tidak jauh dari demonstrasi anti-Yoon terdapat kelompok pendukung yang memegang spanduk bertuliskan “Kami akan berjuang untuk Presiden Yoon Suk Yeol.”

    Plakat lainnya bertuliskan “Hentikan Pencurian” – frasa yang dipopulerkan oleh para pendukung Presiden AS terpilih Donald Trump setelah ia kalah dari Joe Biden dalam Pemilu AS 2020.

    Mereka mengecam pemakzulannya dan berjanji untuk memblokir setiap upaya untuk menahannya.

    mel/rs (Reuters, AP)

    (nvc/nvc)

  • Jelang Lengser, Biden Berniat Jual Senjata ke Israel Rp 129,6 T

    Jelang Lengser, Biden Berniat Jual Senjata ke Israel Rp 129,6 T

    Jakarta

    Jelang purna tugas sebagai Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden dikabarkan hendak menjual senjata senilai US$ 8 miliar atau sekitar Rp 129.603.200.000.000 (asumsi kurs Rp 16.200) ke Israel.

    Mengutip laporan dari Reuters, usul tersebut Biden dalam kongres kepada dua pejabat AS. Laporan tersebut juga menyebut Washington mempertahankan dukungannya kepada sekutunya yang tengah berperang dengan menewaskan puluhan ribu orang.

    Adapun kesepakatan itu memerlukan persetujuan dari Parlemen AS, Komite Senat, dan mencakup amunisi untuk jet tempur dan helikopter serang serta peluru artileri. Paket itu juga mencakup bom berdiameter kecil dan hulu ledak, menurut sumber Reuters.

    Paket tersebut mencakup rudal udara-ke-udara AIM-120C-8 untuk mempertahankan diri dari pesawat tak berawak dan ancaman udara lainnya, peluru artileri 155 mm, rudal Hellfire AGM-114, bom, serta sistem pemandu lainnya senilai US$ 6,75 miliar.

    Kendati begitu, Departemen Luar Negeri AS belum memberikan tanggapan terkait hal tersebut. permintaan komentar. Sementara itu, para pengunjuk rasa telah menuntut embargo senjata terhadap Israel selama berbulan-bulan , tetapi kebijakan AS sebagian besar tetap tidak berubah.

    Diketahui, pada bulan Agustus lalu AS menyetujui penjualan jet tempur dan peralatan militer lainnya senilai US$ 20 miliar kepada Israel. Pemerintahan Biden mengatakan, pihaknya membantu sekutunya mempertahankan diri dari kelompok militan yang didukung Iran seperti Hamas di Gaza, Hizbullah di Lebanon, dan Houthi di Yaman.

    Menghadapi kritik internasional, Washington telah mendukung Israel selama serangannya terhadap Gaza yang telah menyebabkan hampir seluruh dari 2,3 juta penduduk Gaza mengungsi dan memperpanjang krisis kelaparan yang menyebabkan tuduhan genosida yang kemudian dibantah Israel.

    Sementara itu, Kementerian Kesehatan Gaza memperkirakan jumlah korban tewas lebih dari 45.000 orang, dan banyak tambahan yang dikhawatirkan terkubur di bawah reruntuhan.

    Upaya diplomatik sejauh ini diketahui gagal untuk mengakhiri perang Israel yang telah berlangsung selama 15 bulan di Gaza yang dipicu oleh serangan pada 7 Oktober 2023 oleh militan Hamas Palestina di Israel yang menewaskan 1.200 orang dan sekitar 250 orang disandera.

    Untuk diketahui, Biden dari Partai Demokrat akan meninggalkan jabatannya pada tanggal 20 Januari. Pada saat yang sama, Presiden terpilih dari Partai Republik, Donald Trump, akan menggantikan Biden.

    (rrd/rrd)

  • Israel Berencana Batasi Bantuan ke Gaza Usai Pelantikan Trump

    Israel Berencana Batasi Bantuan ke Gaza Usai Pelantikan Trump

    Jakarta, CNN Indonesia

    Israel berencana membatasi bantuan kemanusiaan ke Gaza setelah Donald Trump dilantik menjadi presiden Amerika Serikat pada akhir bulan ini. Hal tersebut merupakan upaya untuk mengurangi sumber daya Hamas.

    Menurut salah satu pejabat Israel yang mengetahui hal tersebut, kelompok militan Hamas memiliki kemampuan untuk memerintah dengan cara menyita bantuan kemanusiaan. Menurut dia langkah seperti itu berisiko memperburuk situasi kemanusiaan yang sudah mengerikan.

    “Bantuan kemanusiaan tidak sampai ke tangan yang tepat,” kata pejabat tersebut, yang menambahkan bahwa ini adalah salah satu dari ‘beberapa’ opsi yang sedang dipertimbangkan, Sabtu (4/1), melansir CNN.

    Organisasi-organisasi bantuan secara konsisten menyerukan peningkatan jumlah bantuan kemanusiaan yang diizinkan masuk ke wilayah yang terkepung tersebut, dan telah memperingatkan selama berbulan-bulan tentang meningkatnya risiko kelaparan bagi warga sipil.

    Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA) mengatakan bahwa hanya 2.205 truk bantuan yang telah memasuki Gaza pada bulan Desember, tidak termasuk kendaraan komersial dan bahan bakar.

    Israel membantah jumlah tersebut, dengan mengatakan bahwa tidak ada batasan jumlah bantuan yang dapat masuk ke Gaza dan bahwa lebih dari 5.000 truk telah masuk selama bulan itu, menurut sebuah pernyataan dari Koordinasi Kegiatan Pemerintah di Wilayah (COGAT), yang mengelola aliran bantuan ke jalur tersebut.

    Para pejabat PBB mengatakan jumlah truk yang masuk ke Gaza sebelum perang adalah sekitar 500 truk per hari, atau 15.000 truk per bulan.

    OCHA memperkirakan 91 persen dari 2,1 juta penduduk di wilayah tersebut menghadapi tingkat kerawanan pangan akut yang tinggi

    Pada bulan Oktober, kurang dari sebulan sebelum pemilihan presiden AS, pemerintahan Biden mengirimkan surat kepada pemerintah Israel yang menuntut mereka bertindak untuk memperbaiki situasi kemanusiaan di Gaza dalam waktu 30 hari atau berisiko melanggar undang-undang AS yang mengatur bantuan militer asing, yang menunjukkan bahwa bantuan militer AS dapat terancam.

    Daftar tuntutan tersebut termasuk mengizinkan setidaknya 350 truk per hari untuk memasuki Gaza sembari menerapkan jeda tempur untuk meningkatkan arus dan keamanan bagi konvoi dan pergerakan kemanusiaan.

    Seminggu setelah Trump memenangkan pemilu dan tenggat waktu berakhir, pemerintahan Biden menilai bahwa Israel tidak memblokir bantuan, meskipun tuntutan utama yang terkandung dalam surat tersebut masih belum terpenuhi.

    Departemen Luar Negeri AS mengatakan bahwa meskipun perubahan diperlukan, kemajuan telah dicapai – sehingga tidak akan ada gangguan terhadap pasokan senjata AS.

    Pada hari Jumat, Departemen Luar Negeri secara informal memberitahu Kongres bahwa mereka berniat untuk menjual senjata senilai US$8 miliar kepada Israel, kata seorang pejabat AS dan sumber lainnya.

    (tim/dmi)

    [Gambas:Video CNN]

  • Joe Biden Bakal Pasok Senjata Senilai Rp129,5 Triliun Buat Israel

    Joe Biden Bakal Pasok Senjata Senilai Rp129,5 Triliun Buat Israel

    Jakarta, CNN Indonesia

    Pemerintahan Presiden Amerika Serikat Joe Biden telah memberi tahu Kongres tentang rencana penjualan senjata senilai US$8 miliar (setara Rp129,5 triliun) kepada Israel untuk membantu agresi ke wilayah Gaza.

    Salah seorang sumber yang mengetahui hal tersebut mengungkap bahwa rencana penjualan senjata itu untuk mendukung rencana jangka panjang Israel.

    “Departemen Pertahanan secara informal telah memberi tahu Kongres mengenai rencana penjualan amunisi senilai US$8 miliar untuk mendukung keamanan jangka panjang Israel dengan memasok kembali persediaan amunisi penting dan kemampuan pertahanan udara,” ujar sumber tersebut, Sabtu (4/1), mengutip AFP.

    Departemen Luar Negeri AS mengirimkan pemberitahuan informal mengenai penjualan tersebut kepada Komite Hubungan Luar Negeri DPR dan Komite Hubungan Luar Negeri Senat pada hari Jumat, hari pertama Kongres yang baru dan hanya beberapa minggu sebelum pemerintahan Biden meninggalkan jabatannya.

    Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu tahun lalu menuduh pemerintahan Biden menahan penjualan senjata ke Israel. Kendati begitu, utusan Biden menyebut bahwa klaim tersebut “tidak bermutu” dan “yang lebih penting lagi, sama sekali tidak benar.”

    Israel terus menghadapi tuduhan dari kelompok-kelompok hak asasi manusia atas pelanggaran hukum internasional, termasuk dalam penggunaan senjata AS. Pada bulan Mei, Departemen Luar Negeri AS mengatakan bahwa “masuk akal untuk menilai” bahwa senjata AS telah digunakan oleh pasukan Israel di Gaza dengan cara-cara yang “tidak sesuai” dengan hukum kemanusiaan internasional, namun tidak secara resmi mengatakan bahwa Israel telah melanggar hukum tersebut.

    Melansir CNN, penjualan yang diusulkan mencakup rudal AIM-120C-8 AMRAAM yang akan digunakan untuk melawan ancaman dari udara, termasuk pesawat tak berawak. Ini juga mencakup peluru artileri; rudal Hellfire AGM-114; Bom Diameter Kecil (SDB); perangkat ekor JDAM; hulu ledak seberat 500 pon; dan sekering bom FMU-152A/B.

    Pejabat AS itu mengatakan bahwa penjualan yang diusulkan itu dimaksudkan “untuk mendukung keamanan jangka panjang Israel dengan memasok kembali persediaan amunisi penting dan kemampuan pertahanan udara.”

    “Presiden telah menegaskan bahwa Israel memiliki hak untuk membela warga negaranya, sesuai dengan hukum internasional dan hukum humaniter internasional, dan untuk menghalangi agresi dari Iran dan organisasi-organisasi proksi,” kata mereka.

    “Kami akan terus menyediakan kemampuan yang diperlukan untuk pertahanan Israel,” lanjutnya.

    Pejabat itu juga mencatat bahwa beberapa produksi dan pengiriman amunisi dapat dipenuhi melalui stok AS saat ini, tetapi “sebagian besar akan membutuhkan waktu lebih dari satu tahun hingga beberapa tahun untuk dikirim.”

    Proses pemberitahuan informal adalah praktik umum di mana komite kongres yang relevan – dalam hal ini Hubungan Luar Negeri DPR dan Hubungan Luar Negeri Senat – mendapatkan informasi tentang penjualan yang direncanakan, yang memungkinkan pimpinan komite untuk menyampaikan keprihatinan, memberikan masukan, atau melakukan penangguhan.

    (tim/dmi)

    [Gambas:Video CNN]

  • AS Berencana Pasok Senjata Senilai Rp 129,6 Triliun ke Israel

    AS Berencana Pasok Senjata Senilai Rp 129,6 Triliun ke Israel

    Washington DC

    Pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden telah memberitahu Kongres AS soal usulan penjualan senjata senilai US$ 8 miliar (Rp 129,6 triliun) ke Israel. Washington terus mempertahankan dukungan untuk Tel Aviv, sekutunya, dalam perang melawan Hamas yang menewaskan puluhan ribu orang di Gaza.

    Kesepakatan penjualan senjata itu, seperti dilansir Reuters, Sabtu (4/1/2025), memerlukan persetujuan lebih lanjut dari House of Representatives atau DPR dan komite Senat AS untuk bisa diwujudkan.

    Diungkapkan seorang pejabat AS yang enggan disebut namanya dan dikutip media Axios bahwa paket penjualan senjata untuk Israel itu mencakup amunisi untuk jet tempur dan helikopter tempur, serta peluru artileri.

    Paket tersebut juga mencakup bom-bom berdiameter kecil dan sejumlah hulu ledak.

    Departemen Luar Negeri AS belum memberikan tanggapan atas laporan tersebut.

    Rencana penjualan senjata untuk Israel ini mencuat saat para demonstran di AS selama berbulan-bulan menuntut embargo senjata terhadap Tel Aviv. Namun sebagian besar kebijakan AS terhadap Israel tidak berubah.

    Pada Agustus tahun lalu, AS menyetujui penjualan jet tempur dan peralatan militer lainnya senilai US$ 20 miliar ke Israel.

  • Abaikan Ancaman Sanksi AS Soal Pasukan Kurdi, Turki Luncurkan Serangan Artileri ke Suriah – Halaman all

    Abaikan Ancaman Sanksi AS Soal Pasukan Kurdi, Turki Luncurkan Serangan Artileri ke Suriah – Halaman all

    Abaikan Ancaman Sanksi AS, Turki Luncurkan Serangan Artileri ke Suriah

    TRIBUNNEWS.COM – Artileri Turki dilaporkan menembaki daerah ‘Ain Isa’, ‘Tal Tamr’ dan kota ‘Ain al-Arab’ (Kobani) yang terletak di Suriah utara.

    Menurut al-Mayadeen, Selasa (2/12/2024) sumber-sumber lokal mengatakan kalau serangan Turki menyasar posisi pasukan Kurdi Suriah yang didukung oleh Amerika Serikat (AS), yang dikenal sebagai Pasukan Demokratik Suriah (SDF), di Ain al-Arab dan Ain Isa.

    Aksi Turki ini mengabaikan ancaman Amerika Serikat (AS) yang menyatakan akan terus mendukung SDF.

    Sejauh ini, tidak ada laporan yang diberikan tentang jumlah korban dan kemungkinan kerusakan yang disebabkan oleh serangan ini.

    Adapun Departemen Pertahanan AS (Pentagon) mengumumkan kalau gencatan senjata antara Turki dan SDF dilakukan di sekitar kota Manbij di Suriah utara.

    Sementara itu, seorang pejabat Kementerian Pertahanan Turki mengklaim tidak ada pembicaraan tentang perjanjian gencatan senjata antara Ankara dan pasukan Kurdi yang didukung oleh AS.

    AS Ancam Sanksi Turki Kalau Sentuh Kurdi dengan Menginvasi Suriah

    Terkait manuver Turki di Suriah dengan alasan membasmi PKK-YPG, kelompok yang menjadi basis SDF, politisi senior AS sebelumnya sudah menyiratkan kekhawatiran kalau invasi Turki ke wilayah timur laut Suriah sudah dekat.

    Atas hal itu, dia mengindikasikan AS siap menjatuhkan sanksi pada Turki, meski negara itu adalah sekutu NATO Washington.

    Senator Republik John Kennedy memperingatkan kalau ia khawatir Turki akan menginvasi Suriah saat negara itu berupaya membangun kembali setelah pasukan oposisi menyingkirkan rezim Bashar Al Assad setelah 13 tahun perang.

    Kennedy menyampaikan pidato di gedung Senat minggu ini yang menyatakan pesan kepada Ankara: “Biarkan Kurdi sendiri… jangan lakukan itu.”

    Washington telah mempertahankan kehadiran pasukan yang relatif terbatas di Suriah.

    Pada Kamis, lewat pengumuman Pentagon, AS mengungkapkan sendiri peran besar mereka dalam cawe-cawe penggulingan Assad.

    Pentagon menyatakan telah menggandakan kehadiran pasukan mereka dari sekitar 900 menjadi 2.000 tentara, dalam kemitraan dengan Pasukan Demokratik Suriah untuk misi memberantas ISIS.

    Adapun Turki menuduh pasukan SDF yang dipimpin Kurdi sebagai teroris.

    Turki memandang, Unit Perlindungan Rakyat Kurdi Suriah (YPG), yang mendominasi SDF, sebagai cabang dari Partai Pekerja Kurdistan (PKK) yang dilarang hukum mereka.

    “Jika Anda menyerang Suriah dan menyentuh sehelai rambut pun di kepala suku Kurdi, saya akan meminta Kongres Amerika Serikat untuk melakukan sesuatu,” lanjut Kennedy.

    “Dan sanksi kami tidak akan membantu perekonomian Turki. Saya tidak ingin melakukan itu.”

    Senator terkemuka dari dua partai di AS – Chris Van Hollen dari Partai Demokrat dan Lindsey Graham dari Partai Republik  – pekan ini mengancam sanksi terhadap Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan jika pasukan yang didukung Ankara tidak mencapai kesepakatan gencatan senjata dengan Kurdi di timur laut Suriah.

    Para senator menuduh Turki menolak “untuk memperpanjang gencatan senjata, termasuk tawaran zona demiliterisasi di sepanjang perbatasan, khususnya kota Kobani”.

    “Meskipun Turki memiliki sejumlah masalah keamanan yang sah yang dapat diatasi, perkembangan ini merusak keamanan regional dan Amerika Serikat tidak dapat tinggal diam,” tulis Van Hollen dan Graham dalam sebuah pernyataan.

    Pihak AS mengklaim, berkepentingan mendukung SDF demi terus memerangi kelompok ISIS yang menjadi musuh Washington.

    “Setelah jatuhnya rezim Assad, pasukan yang didukung Turki telah meningkatkan serangan terhadap mitra Suriah-Kurdi kami, yang sekali lagi mengancam misi penting untuk mencegah kebangkitan ISIS,” tulis pernyataan senator AS tersebut.

    Militer Turki memerangi kelompok Parti Karkerani Kurdistan (PKK) alias Partai Pekerja Kurdistan. (AFP)

    Peluang dan Tantangan Bagi Turki, Damai atau Terus Perangi Kurdi?

    Sanksi AS dapat memiliki implikasi nyata bagi Ankara, kata Yerevan Saeed, direktur Inisiatif Kurdi Global untuk Perdamaian di Universitas Amerika di Washington.

    “Ekonomi Turki tidak berjalan dengan baik. Inflasi sangat, sangat tinggi. Lira terus menurun. Jadi harapan para senator, orang-orang di Washington DC, para pembuat kebijakan, adalah bahwa sanksi ini akan menghalangi Presiden Erdogan untuk menginvasi Rojava ,” katanya kepada The National.

    “Apakah hal itu akan menghentikan Turki atau tidak, masih belum diketahui secara pasti.”

    Saeed mengatakan, “Kurdi sangat, sangat khawatir, tidak hanya dari tingkat kepemimpinan, tetapi juga rakyat dan publik” tentang masuknya Turki ke Suriah.

    Namun, beberapa pihak meragukan apakah aksi militer Turki merupakan ancaman yang akan segera terjadi.

    Mouaz Moustafa, direktur eksekutif Satuan Tugas Darurat Suriah yang berpusat di Washington, baru-baru ini kembali dari Damaskus tempat ia mencari tahanan Amerika Austin Tice.

    “Orang-orang mungkin membesar-besarkan masalah dengan menyerukan sanksi kepada sekutu NATO sementara kita belum melihat adanya operasi militer besar oleh Turki di Suriah timur laut,” katanya.

    Minggu ini, Turki menunjuk kuasa usaha sementara untuk menjalankan kedutaannya di Damaskus , setelah kepala intelijen Ankara Ibrahim Kalin mengunjungi ibu kota Suriah.

    Moustafa mengatakan pertunjukan keterlibatan seperti itu akan sangat penting dalam membangun stabilitas di Suriah, termasuk di timur laut.

    “Saya pikir semuanya kembali kepada pemerintahan baru Damaskus. Apakah mereka akan mampu membuat semacam kesepakatan dengan SDF, YPG [Unit Pertahanan Rakyat Kurdi], elemen PKK [Partai Pekerja Kurdistan], dan memastikan keamanan dan stabilitas Suriah timur laut, bersama dengan seluruh negara dan memastikan tidak ada kejahatan terhadap Kurdi atau bagian lain dari mosaik Suriah,” katanya kepada The National.

    Namun, Saeed mengatakan kalau pasukan Turki tidak berada di perbatasan “untuk berpiknik”.

    Namun, ia juga menekankan: “Turki memiliki peluang yang sangat bersejarah untuk berdamai dengan Kurdi di Suriah, dengan cara yang sama … Presiden Erdogan mampu mengubah kebijakan Turki terhadap Kurdi di Irak. Ini akan menjadi situasi yang saling menguntungkan bagi semua pihak. Akan ada banyak peluang bagi perusahaan-perusahaan Turki untuk datang dan berinvestasi di Rojava, alih-alih membuat ancaman militer ini, yang akan menimbulkan ketidakstabilan.”

    Faktor Trump

    Pemerintahan baru di Washington dapat semakin memperumit sikap AS terhadap Suriah dan Turki.

    Presiden terpilih Donald Trump , yang akan mulai berkuasa bulan depan dan telah menunjukkan pendekatan yang lebih tidak ikut campur terhadap Suriah, menyebut penggulingan Al Assad sebagai “pengambilalihan kekuasaan secara tidak bersahabat” yang diatur oleh Turki.

    “Saya pikir Turki sangat cerdas… Turki melakukan pengambilalihan yang tidak bersahabat, tanpa banyak nyawa yang hilang. Saya dapat mengatakan bahwa Assad adalah seorang tukang jagal, apa yang dia lakukan terhadap anak-anak,” tambah presiden terpilih  AS dari partai Republik itu.

    Trump mengindikasikan, ragu untuk terus mempertahankan kehadiran kecil pasukan Washington di Suriah, dan mencoba menarik diri sepenuhnya selama masa jabatan presiden pertamanya.

    Saeed mengatakan kalau tindakan seperti itu tidaklah bijaksana.

    “Nilai yang diperoleh AS dan negara-negara Barat sungguh tinggi dan besar, karena pasukan AS ada di sana untuk melakukan intelijen dan juga memberikan dukungan bagi para pejuang Kurdi… Jika AS menarik diri, tentu saja, itu akan membuka jalan bagi ISIS untuk kembali.”

    Analisis lain menyerukan pemikiran ulang mengenai misi anti-ISIS Washington setelah jatuhnya rezim Assad, termasuk mantan duta besar AS untuk Damaskus, Robert Ford.

    “Pasukan yang dipimpin YPG telah gagal mengalahkan kekuatan ISIS yang bertahan lama. Setelah enam tahun, saatnya bagi Amerika untuk memikirkan kembali strateginya,” tulis Ford dalam sebuah posting di X sebagai tanggapan atas ancaman sanksi para senator.

    Reuters mengutip pernyataan Menteri Pertahanan Turki, Yasar Guler yang mengatakan bahwa “dalam periode baru, organisasi teroris PKK/YPG di Suriah cepat atau lambat akan dilenyapkan”.

    Pasukan ISIS berpawai di Raqqa, Suriah. (AFP)

    Turki Tak Lihat Tanda Kebangkitan ISIS

    Bertentangan dengan penilaian Washington, Guler mengatakan Turki tidak melihat tanda-tanda kebangkitan ISIS di Suriah.

    Bagi Moustafa, keterlibatan internasional dengan pemerintahan baru pada akhirnya akan menjadi penting bagi Suriah dan bagi kepentingan regional AS di sana.

    “Suriah tidak akan menjadi negara demokrasi dalam waktu semalam. Namun, Suriah sekarang adalah negara Arab yang paling dekat dengan demokrasi dibandingkan negara Arab lainnya. Itu fakta, dan janji-janji pemerintah serta tindakan mereka sungguh meyakinkan,” katanya.

    “Pemerintahan baru di Damaskus layak mendapatkan dukungan masyarakat internasional untuk membantu mereka dalam perjalanan menuju republik yang demokratis, bukan hanya terus mendengar kekhawatiran dan menyebut semua warga Suriah sebagai teroris padahal mereka sendiri telah membebaskan negara mereka dari para teroris.”

    Pada hari Kamis, para petinggi Demokrat di komite urusan luar negeri Senat dan DPR memperkenalkan sebuah resolusi yang “menekankan pentingnya melindungi kelompok minoritas agama dan etnis, termasuk Kurdi Suriah, Yazidi, dan Chaldea” di Suriah, dan meminta Departemen Luar Negeri AS untuk meningkatkan bantuan kemanusiaan.

    Resolusi tersebut mencatat kalau “pasukan oposisi Suriah telah berulang kali mengisyaratkan niat mereka untuk menghormati hak dan martabat kaum minoritas agama dan etnis di Suriah, tetapi ada beberapa insiden di mana anggota kaum minoritas tersebut melarikan diri dari rumah mereka, sementara ada kekerasan dan pengusiran yang terdokumentasikan terhadap komunitas Kurdi oleh unsur-unsur Tentara Nasional Suriah”.

     

    (oln/thentnl/*)

  • Amerika Serikat Kirim Bantuan Militer Lebih dari Rp 356 Triliun untuk Israel Sejak 7 Oktober 2023 – Halaman all

    Amerika Serikat Kirim Bantuan Militer Lebih dari Rp 356 Triliun untuk Israel Sejak 7 Oktober 2023 – Halaman all

    AS Mengirimkan Lebih dari 22 Miliar Dolar Bantuan Militer untuk ‘Israel’ Sejak 7 Oktober 2023

    TRIBUNNEWS.COM- Israel Hayom mengatakan total pendapatan dari tiga perusahaan manufaktur senjata utama “Israel” meningkat sebesar 15 persen setelah dimulainya agresi di Gaza, mencapai $13,6 miliar.

    “Israel” telah menerima bantuan militer dari Amerika Serikat senilai lebih dari $22 miliar (lebih dari Rp 356 Triliun)  sejak 7 Oktober 2023, surat kabar Israel, Israel Hayom, mengungkapkan dalam sebuah laporan.

    Laporan tersebut menunjukkan bahwa lebih dari 10.000 ton amunisi, senilai $2,4 miliar, awalnya dikirim ke “Israel”, mencatat bahwa jumlah ini telah meningkat lima kali lipat, mencapai 50.000 ton pada Agustus 2024.

    Menurut laporan itu, Washington juga mengirim “Israel” berbagai peralatan militer canggih, termasuk rudal untuk sistem pertahanan Iron Dome, bom berpemandu presisi, helikopter angkut berat CH-53, helikopter serang AH-64 Apache, peluru artileri 155 mm, bom penghancur bunker, dan kendaraan lapis baja.

    Israel Hayom menyoroti bahwa total pendapatan dari tiga perusahaan manufaktur senjata utama “Israel” meningkat sebesar 15 persen setelah dimulainya agresi di Gaza, mencapai $13,6 miliar.

    Pada akhir Desember, Saluran 13 Israel mengisyaratkan bahwa kesepakatan pertukaran tahanan dan diakhirinya perang di Gaza tidak akan disetujui oleh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu “kecuali jika itu datang sebagai arahan atau perintah yang jelas dari presiden AS .”

    Saluran tersebut menambahkan bahwa, sejauh ini, tampaknya “Israel” belum menerima perintah yang jelas dari presiden Amerika, meskipun kerugian terus menerus dialami oleh militer Israel.

    Namun, hal ini dapat berubah jika “Donald Trump mengambil alih kekuasaan di Gedung Putih dan mengatakan kepada Netanyahu: Cukup. Pada titik itu, mungkin kita akan mencapai titik yang cukup,” menurut media tersebut.

    Pada pertengahan November, Amerika Serikat mengonfirmasi akan melanjutkan bantuan militernya yang besar kepada “Israel “, meskipun terjadi genosida di Gaza, yang mengakibatkan terbunuhnya lebih dari 45.000 warga Palestina.

    Saat itu, Departemen Luar Negeri AS menyatakan bahwa tidak ada perubahan pada kebijakannya mengenai aliran senjata ke “Israel”.

    Keputusan Washington muncul bahkan ketika “Israel” telah mengabaikan batas waktu 30 hari yang ditetapkan oleh sekutu terbesarnya untuk meningkatkan bantuan ke Jalur Gaza Palestina yang dilanda perang.

    SUMBER: AL MAYADEEN

  • Tiongkok Kecam ‘Campur Tangan’ AS atas Hadiah Uang untuk Hong Kong – Halaman all

    Tiongkok Kecam ‘Campur Tangan’ AS atas Hadiah Uang untuk Hong Kong – Halaman all

    Tiongkok Kecam ‘Campur Tangan’ AS atas Hadiah Uang untuk Hong Kong

    TRIBUNNEWS.COM- Juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Mao Ning menekankan “urusan Hong Kong adalah urusan dalam negeri Tiongkok.”

    Tiongkok mengeluarkan peringatan keras kepada Amerika Serikat pada hari Jumat, dengan menyatakan bahwa mereka “tidak akan menoleransi campur tangan,” menyusul kecaman Departemen Luar Negeri AS terhadap pengumuman Hong Kong tentang hadiah bagi enam aktivis yang tinggal di luar negeri.

    AS menggambarkan tindakan itu sebagai “bentuk penindasan transnasional.”

    Pada hari Selasa, Hong Kong mengumumkan hadiah sebesar HK$1 juta (sekitar $130.000) untuk informasi yang mengarah pada penangkapan enam orang yang saat ini tinggal di luar negeri, yang dituduh oleh otoritas kota melakukan pelanggaran keamanan nasional.

    Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Matthew Miller menyatakan pada hari Kamis bahwa “penerapan undang-undang keamanan nasional Hong Kong secara ekstrateritorial merupakan bentuk penindasan transnasional yang mengancam kedaulatan AS dan hak asasi manusia serta kebebasan fundamental orang-orang di seluruh dunia.”

    Pada hari Jumat, Tiongkok menekankan bahwa penerapan hukum ekstrateritorial “sepenuhnya sejalan dengan hukum internasional dan praktik standar,” dan menuduh Amerika Serikat “menyalahgunakan konsep keamanan nasional.”

    “China sangat tidak puas dan menentang keras [ini]. Urusan Hong Kong adalah urusan internal China, dan kami tidak menoleransi campur tangan dan campur tangan dari kekuatan eksternal mana pun,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Mao Ning dalam jumpa pers rutin.

    “Kami mendesak pihak AS untuk sungguh-sungguh menghormati kedaulatan Tiongkok dan hukum Hong Kong, serta berhenti mendukung tokoh-tokoh anti-Tiongkok yang menebar kekacauan di Hong Kong,” katanya.

    Pengumuman hadiah Hong Kong minggu ini menandai ketiga kalinya pihak berwenang menawarkan hadiah sebesar HK$1 juta untuk bantuan menangkap individu yang dicari atas tuduhan keamanan nasional.

    Miller mengonfirmasi bahwa beberapa aktivis dalam daftar terbaru berdomisili di Amerika Serikat.

    Hadiah-hadiah tersebut sebagian besar dianggap simbolis karena diberikan kepada orang-orang yang tinggal di negara-negara yang kecil kemungkinannya mengekstradisi aktivis politik ke Hong Kong atau China.

     

    SUMBER: AL MAYADEEN

  • China Ngamuk ke AS Gegara Hong Kong, Ada Apa?

    China Ngamuk ke AS Gegara Hong Kong, Ada Apa?

    Jakarta, CNBC Indonesia – China mengeluarkan ultimatum kepada Amerika Serikat (AS) pada Jumat (27/12/2024). Hal ini terjadi lantaran Beijing menyebut Washinton ikut campur tangan terkait pengumuman hadiah untuk penangkapan pegiat demokrasi di Hong Kong.

    “China sangat tidak puas dan dengan tegas menentang (ini),” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Mao Ning kepada wartawan dalam jumpa pers rutin, seperti dikutip AFP.

    “Urusan Hong Kong adalah urusan dalam negeri China, dan kami tidak menoleransi campur tangan dan campur tangan oleh kekuatan eksternal mana pun,” tambahnya.

    Sebelumnya Hong Kong mengumumkan hadiah sebesar HK$1 juta atau sekitar Rp 2 miliar bagi orang yang mengetahui informasi terkait para pegiat demokrasi yang bermarkas di luar negeri.

    Pihaknya menerima informasi yang mengarah pada penangkapan enam orang yang dituduh melakukan kejahatan keamanan nasional, termasuk menghasut pemisahan diri, subversi, dan berkolusi dengan pasukan asing.

    Pihak berwenang juga mengatakan mereka akan membatalkan paspor tujuh orang lainnya yang telah diberi hadiah, termasuk mantan anggota parlemen Ted Hui dan Dennis Kwok, demikian dilaporkan media lokal.

    Departemen Luar Negeri AS pada Kamis (26/12/2024) merespon ini dengan menyebut pengumuman Hong Kong tentang hadiah bagi enam pegiat demokrasi yang bermarkas di luar negeri “merupakan bentuk penindasan transnasional.”

    “Penerapan undang-undang keamanan nasional Hong Kong secara ekstrateritorial merupakan bentuk penindasan transnasional yang mengancam kedaulatan AS dan hak asasi manusia serta kebebasan fundamental orang-orang di seluruh dunia,” kata Matthew Miller, juru bicara Departemen Luar Negeri AS.

    Perbedaan pendapat politik di Hong Kong secara efektif ditumpas oleh undang-undang keamanan nasional yang diberlakukan oleh Beijing pada tahun 2020 setelah protes besar-besaran yang terkadang disertai kekerasan.

    Banyak tokoh oposisi melarikan diri ke luar negeri, sementara yang lain telah ditangkap dan dijatuhi hukuman penjara bertahun-tahun.

    Pengumuman hadiah Hong Kong minggu ini merupakan ketiga kalinya pihak berwenang menawarkan hadiah sebesar HK$1 juta untuk membantu menangkap orang-orang yang dicari atas tuduhan keamanan nasional.

    Beijing minggu ini membela hadiah tersebut karena diberikan “sesuai dengan hukum.”

    “Hong Kong adalah masyarakat yang diatur oleh aturan hukum, dan tidak seorang pun memiliki hak istimewa di luar hukum,” kata Mao Ning pada Selasa.

    Hadiah tersebut sebagian besar dianggap simbolis mengingat hadiah tersebut diberikan kepada orang-orang yang tinggal di negara-negara yang tidak mungkin mengekstradisi aktivis politik ke Hong Kong atau China.

    Mereka yang terkena dampak termasuk Carmen Lau yang berusia 29 tahun, mantan anggota dewan distrik yang sekarang tinggal di Inggris, mantan pencatat jajak pendapat Chung Kim-wah, dan Victor Ho Leung-mau, seorang YouTuber berusia 69 tahun yang sekarang tinggal di Kanada.

    (pgr/pgr)

  • Warga AS Divonis Pengadilan Rusia Penjara 15 Tahun Setelah Dituduh Memata-matai Moskow – Halaman all

    Warga AS Divonis Pengadilan Rusia Penjara 15 Tahun Setelah Dituduh Memata-matai Moskow – Halaman all

     

    TRIBUNNEWS.COM — Pengadilan Kota Moskow Rusia menjatuhkan hukuman kepada seorang warga Amerika Serikat dengan penjara selama 15 tahun.

    Warga AS bernama Eugene Spector dijatuhi hukuman berat dengan keamanan tinggi tersebut setelah dituduh melakukan aksi mata-mata dan penyuapan di Rusia.

    Media Rusia Mediazona mengungkapkan, Spector, 52 tahun, telah menjalani hukuman tiga setengah tahun penjara karena penyuapan ketika ia didakwa melakukan spionase.

    Pengadilan Kota Moskow pada Selasa (24/12/2024) menambahkan 13 tahun pada hukuman Spector setelah memvonisnya sebagai mata-mata dalam persidangan tertutup. 

    Dakwaan sebelumnya atas penyuapan ditambahkan ke masa hukuman ini, sehingga total hukumannya menjadi 15 tahun. Spector juga didenda 14.116.805 rubel (sekitar Rp2 miliar), menurut.

    Spector pada tahun 2020 mengaku bersalah karena bertindak sebagai perantara suap. Ia dituduh menjadi penengah suap untuk Anastasia Alekseyeva, yang pernah menjadi ajudan mantan Wakil Perdana Menteri Rusia Arkady Dvorkovich, menurut kantor berita negara Rusia TASS.

    Rincian tuduhan spionase terhadap Spector belum dipublikasikan. Ia didakwa melakukan mata-mata pada Agustus 2023.

    Spector lahir di Rusia tetapi pindah ke Amerika Serikat, tempat ia memperoleh kewarganegaraan.

    Banyak warga negara AS yang ditangkap di Rusia kini tengah menunggu persidangan atau menjalani hukuman yang panjang. Washington menuduh Moskow mengatur penahanan warga negara AS untuk mendapatkan pengaruh bagi pertukaran tahanan di masa mendatang.

    Sejumlah warga negara AS, termasuk reporter Wall Street Journal Evan Gershkovich, dibebaskan dalam pertukaran tahanan bersejarah pada 1 Agustus, dengan Rusia dan beberapa negara Barat menukar total 24 tahanan.

    Departemen Luar Negeri AS telah memperingatkan warga Amerika agar tidak bepergian, dengan mengatakan bahwa mereka “mungkin menghadapi pelecehan atau penahanan oleh pejabat keamanan Rusia.”

    Pembunuhan tokoh pro-perang bertujuan untuk melemahkan semangat Rusia dan menghukum penjahat perang.