Kementrian Lembaga: Bursa Efek Indonesia

  • Bukalapak Angkat Suara Alasan Perkuat Produk Virtual

    Bukalapak Angkat Suara Alasan Perkuat Produk Virtual

    Jakarta, FORTUNE – PT Bukalapak Tbk (BUKA) memberikan keterangan mengenai alasannya mempertahankan produk virtual ketimbang produk nonfisik. 

    Direktur Utama Bukalapak, Willix Halim, mengatakan dalam beberapa tahun terakhir, produk virtual telah memberikan manfaat dan menghasilkan kinerja positif terhadap posisi keuangan. 

    Sementara itu, layanan operasional produk fisik pada aplikasi dan situs web Bukalapak hanya berkontribusi kurang dari 3 persen dari seluruh pendapatan emiten E-commerce ini, seperti terungkap pada data per 30 September 2024.

    “Sehingga penghentian layanan operasional produk tersebut tidak memiliki dampak material terhadap kelangsungan usaha dan kondisi keuangan perseroan,” kata Willix dalam keterbukaan informasi untuk menjawab permintaan penjelasan Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (15/1).

    Penutupan layanan produk fisik pada aplikasi dan situs web Bukalapak justru berdampak bagi efisiensi operasional perseroan. Hal ini diyakini bakal memberikan kontribusi terhadap perbaikan kondisi keuangan BUKA dalam jangka panjang. 

    Di samping itu, ia juga memastikan penajaman fokus usaha ini tidak akan mengubah model bisnis dan kegiatan usaha BUKA. Mada dari itu, tidak akan ada perubahan Anggaran Dasar terkait kegiatan usaha dengan penutupan produk fisik pada lokapasar milik BUKA. 

    Untuk para penjual di Bukalapak, Willix mengatakan perubahan ini akan dilakukan secara bertahap. Ia pun memastikan proses transisi dilakukan dengan lancar dengan cara menjaga komunikasi secara terbuka dengan para pelapak, menyediakan berbagai panduan dan sumber daya, serta memberikan edukasi mengenai transisi yang dilakukan.a

    Mengenai waktu transformasinya, Bukalapak akan melakukan pembatasan transaksi produk fisik hingga 9 Februari 2025. Kemudian, penyelesaian proses pesanan oleh penjual hanya sampai 2 Maret 2025. Setelah tanggal tersebut, pelapak tidak lagi bisa melakukan aktivitas apa pun yang terkait produk fisik. 

    Willix menargetkan proses transisi ini akan selesai pada Maret 2025, dan aplikasi Bukalapak akan beralih ke versi baru yang berfokus pada produk virtual. 

  • Bayarkan Dividen Interim Rp20,33 Triliun, Komitmen BRI Berikan Keuntungan Nyata Kepada Pemegang Saham, Terutama Negara

    Bayarkan Dividen Interim Rp20,33 Triliun, Komitmen BRI Berikan Keuntungan Nyata Kepada Pemegang Saham, Terutama Negara

    FAJAR.CO.ID, JAKARTA -– PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BRI) terus menunjukkan komitmennya dalam menciptakan nilai tambah bagi para pemegang saham melalui pembayaran dividen interim sebesar Rp135 per lembar saham dengan total nilai mencapai Rp20,33 triliun pada Rabu, 15 Januari 2025.

    Terkait dengan hal tersebut, Direktur Utama BRI Sunarso mengungkapkan bahwa keputusan pembagian dividen ini merupakan wujud nyata dari dedikasi perseroan untuk memberikan keuntungan berkelanjutan bagi para pemegang saham. Langkah ini juga mencerminkan keyakinan BRI terhadap fundamental bisnis yang kuat serta prospek pertumbuhan yang menjanjikan di masa depan.

    Sunarso mengungkapkan bahwa yang menjadi dasar pertimbangan pembagian dividen interim ini komitmen BRI untuk selalu memberikan keuntungan yang nyata kepada pemegang saham, terutama negara. “Ini adalah wujud pembuktian bahwa BRI berkomitmen untuk meng-create value dan memberikan keuntungan nyata kepada pemegang saham, terutama bagi negara sebagai pemegang saham mayoritas,” ujarnya.

    Dalam struktur kepemilikan saham BRI, diketahui bahwa negara menguasai 53,19% saham atau setara dengan 80,61 miliar lembar saham perseroan. Sisanya sebesar 46,81% atau setara dengan 70,95 miliar lembar saham dimiliki oleh publik. Dengan demikian, dari total dividen interim Rp20,33 triliun, negara menerima Rp10,88 triliun, sementara pemegang saham publik mendapatkan Rp9,45 triliun.

    Pembagian dividen ini bukan hanya memberikan manfaat langsung bagi negara sebagai pemegang saham mayoritas, tetapi juga bagi masyarakat umum yang menjadi pemegang saham ritel. Seperti diketahui bahwa jumlah pemegang saham BBRI merupakan yang terbanyak di Bursa Efek Indonesia dengan jumlah mencapai 653.251 pemegang saham (per Desember 2024). Dengan pemegang saham yang terus meningkat tersebut, maka jumlah yang menikmati keuntungan BRI juga akan semakin banyak, tak terkecuali ritel/masyarakat Indonesia, dan juga negara sebagai pemegang saham pengendali.

  • Wakil Direktur RS Hermina Borong Saham HEAL Rp4 Miliar

    Wakil Direktur RS Hermina Borong Saham HEAL Rp4 Miliar

    Jakarta, FORTUNE – Wakil Direktur Utama PT Mediakaloka Hermina Tbk (HEAL), Yulisar Khiat, belakangan ini aktif menambah kepemilikan sahamnya pada perusahaan yang dia pimpin itu. Dalam sepekan, total saham HEAL yang telah dia beli mencapai 2,5 juta lembar dengan nilai sekitar Rp4 miliar.

    Berdasarkan laman keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Yulisar sejak awal tahun ini telah melakukan pembelian saham HEAL sebanyak dua kali.

    Aksi pembelian pertama berlangsung pada 2 Januari 2025. Pada saat itu, Yulisar membeli 600.000 saham HEAL yang dihargai Rp1.580 per lembar. Investasi yang ditujukan untuk aksi ini bernilai Rp948 miliar.

    Tidak jauh dari waktu tersebut, yakni pada 7 Januari 2025, Yulisar kembali memborong saham HEAL sebanyak 1,9 juta lembar dengan harga Rp1.608 per lembar. Dalam transaksi kali ini, dana yang dikeluarkan Yulisar setara dengan Rp3,05 miliar. 

    “Tujuan transaksi adalah untuk investasi,” kata Yulisar dikutip dari keterbukaan informasi, Rabu (15/1).

    Dengan demikian, setelah transaksi ini jumlah kepemilikan saham Yulisar pada HEAL bertambah menjadi 1,96 miliar lembar dengan porsi kepemilikan 12,77 persen dan menjadi pengendali dengan kepemilikan saham terbesar di RS Hermina.

    Selain Yulisar, sejumlah pengendali saham HEAL lainnya adalah Binsar Parasian, Wakil Presiden Direktur HEAL dengan kepemilikan sebesar 5,34 persen, kemudian Meijani Wibowo dengan jumlah kepemilikan 2,15 persen, dan Hasmoro dengan 4,71 persen.

    Di sisi lain, PT Astra International tercatat memiliki 7,23 persen saham HEAL. Kendati memiliki porsi kepemilikan yang signifikan, Astra bukan pengendali Emiten rumah sakit ini.

    Hingga akhir September 2024, RS Hermina mencatatkan pendapatan mencapai Rp5,03 triliun atau naik 18,83 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Sedangkan, laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk mencapai Rp468,14 miliar atau tumbuh 34,20 persen secara tahunan. 

  • Bayarkan Dividen Interim Rp20,33 Triliun, Komitmen BRI Beri Keuntungan Nyata kepada Pemegang Saham, Terutama Negara

    Bayarkan Dividen Interim Rp20,33 Triliun, Komitmen BRI Beri Keuntungan Nyata kepada Pemegang Saham, Terutama Negara

    Jakarta: PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BRI) terus menunjukkan komitmen dalam menciptakan nilai tambah bagi para pemegang saham melalui pembayaran dividen interim sebesar Rp135 per lembar saham dengan total nilai mencapai Rp20,33 triliun pada Rabu, 15 Januari 2025.
     
    Terkait dengan hal tersebut, Direktur Utama BRI Sunarso mengungkapkan bahwa keputusan pembagian dividen ini merupakan wujud nyata dari dedikasi perseroan untuk memberikan keuntungan berkelanjutan bagi para pemegang saham. Langkah ini juga mencerminkan keyakinan BRI terhadap fundamental bisnis yang kuat serta prospek pertumbuhan yang menjanjikan di masa depan.
     
    Sunarso mengungkapkan bahwa yang menjadi dasar pertimbangan pembagian dividen interim ini komitmen BRI untuk selalu memberikan keuntungan yang nyata kepada pemegang saham, terutama negara. “Ini adalah wujud pembuktian bahwa BRI berkomitmen untuk meng-create value dan memberikan keuntungan nyata kepada pemegang saham, terutama bagi negara sebagai pemegang saham mayoritas,” ujarnya.
     

    Dalam struktur kepemilikan saham BRI, diketahui bahwa negara menguasai 53,19 persen saham atau setara dengan 80,61 miliar lembar saham perseroan. Sisanya sebesar 46,81 persen atau setara dengan 70,95 miliar lembar saham dimiliki oleh publik. Dengan demikian, dari total dividen interim Rp20,33 triliun, negara menerima Rp10,88 triliun, sementara pemegang saham publik mendapatkan Rp9,45 triliun.

    Direktur Utama BRI Sunarso (Foto:Dok.BRI)
     
    Pembagian dividen ini bukan hanya memberikan manfaat langsung bagi negara sebagai pemegang saham mayoritas, tetapi juga bagi masyarakat umum yang menjadi pemegang saham ritel. Seperti diketahui bahwa jumlah pemegang saham BBRI merupakan yang terbanyak di Bursa Efek Indonesia dengan jumlah mencapai 653.251 pemegang saham (per Desember 2024).
     
    Dengan pemegang saham yang terus meningkat tersebut, maka jumlah yang menikmati keuntungan BRI juga akan semakin banyak, tak terkecuali ritel/masyarakat Indonesia, dan juga negara sebagai pemegang saham pengendali.
     

    Di samping itu, Sunarso menambahkan bahwa pertimbangan BRI membagikan dividen interim ini menunjukkan keberhasilan BRI dalam menjaga kinerja keuangannya, yang didukung oleh modal yang kuat dan likuiditas memadai. Sebagaimana ditunjukkan oleh rasio kecukupan modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR) dan pengelolaan likuiditas internal yang baik.
     
    Hal ini ditunjukkan dari CAR BRI per September 2024 yang mencapai sebesar 26,76 persen dan Loan Deposit Ratio (LDR) Bank yang terjaga di level 89,18 persen. “Dengan likuiditas yang memadai dan permodalan yang kuat tersebut, BRI masih memiliki ruang yang cukup untuk tumbuh lebih baik,” ujar Sunarso.
     
    Selain menjadi sinyal positif bagi pasar modal Indonesia. Langkah strategis BRI membagikan dividen interim ini juga menunjukkan konsistensi BRI dalam menjalankan transformasi bisnisnya, tidak hanya untuk mempertahankan kinerja, tetapi juga menciptakan nilai jangka panjang bagi pemegang saham dan seluruh stakeholder. Dengan fundamental yang kuat, BRI optimistis dapat terus memberikan kontribusi nyata dalam pembangunan ekonomi nasional.
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (ROS)

  • Alasan Saham Dividen Yield di Bawah 3% Masuk IDX HIDIV20

    Alasan Saham Dividen Yield di Bawah 3% Masuk IDX HIDIV20

    Jakarta, FORTUNE – Bursa Efek Indonesia (BEI) membeberkan sejumlah alasan saham yang memiliki Dividend yield di bawah 3 persen masuk indeks High Dividend 20.

    Direktur Pengembangan BEI, Jeffrey Hendrik, mengatakan dalam pemilihan saham yang masuk dalam Indeks HIDIV20, terdapat beberapa faktor yang dipertimbangkan.

    Sebagai informasi, IDX High Dividend 20 adalah indeks yang mengukur kinerja harga dari 20 saham yang membagikan dividen tunai selama 3 tahun terakhir dan memiliki dividend yield tinggi. 

    Sejumlah faktor tersebut meliputi pembagian dividen 3 tahun terakhir, besaran dividend yield, nilai transaksi, dan kapitalisasi pasar free float. 

    “Faktor-faktor tersebut memiliki bobot yang berbeda, sehingga bisa saja ada saham yang dividend yield relatif kecil tapi faktor lain memiliki nilai yang cukup bagus,” ujar Jeffrey dalam keterangannya kepada wartawan, Selasa (14/1).

    Lebih lanjut, ia menyatakan tidak terdapat strategi khusus dalam evaluasi daftar saham pada indeks tersebut. Sebab, pemilihan saham yang masuk dalam konstituen indeks—termasuk indeks HIDIV20—mengacu pada SOP yang berlaku. 

    Menggunakan data terakhir BEI, terdapat lebih dari 200 emiten yang membagikan dividen dalam 3 tahun terakhir.

    “Untuk menjaga agar indeks dapat diterima oleh pelaku dan sesuai dengan perkembangan pasar, kami juga secara rutin melakukan review atas kriteria-kriteria yang ada,” ujarnya.

    Dalam kesempatan lain, Head of Propietary Investment Mirae Asset Sekuritas, Handiman Soetoyo. mengatakan menurut data tahun lalu, dari 20 saham yang termasuk dalam indeks IDX High Dividen 20, hanya 8 saham yang memberikan yield tinggi, yaitu ADRO, ITMG, PTBA, ASII, UNTR, ANTM, BBRI, dan BMRI. 

    Sementara itu, sisanya memiliki dividend yield di bawah 5 persen. Di samping itu, beberapa saham yang telah dikeluarkan dari IDXHIDIV20 terbukti memiliki yield dividen tinggi seperti BJBR, BJTM, BNGA, BSSR, HEXA, HMSP, hingga MPMX.

    “Apakah masih bisa jadi acuan dan masih bisa kasih yield tinggi? Enggak juga,” ujarnya dalam agenda Mirae Asset Media Day: Januari 2025, Selasa (14/1).

    Handiman menyatakan prediksi total dividen seluruh emiten yang tercatat di BEI pada 2025 mencapai Rp322,4 triliun. 

    Dari 80 saham yang dipilih oleh Mirae Asset Sekuritas, terdapat lima saham utama pilihan dari Mirae Asset adalah PT BPD Jawa Timur Tbk (BJTM), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), dan PT Trans Power Marine Tbk (TPMA).

    Di samping kelima saham di atas, sektor keuangan dan sektor energi dinilai masih akan memberikan kontribusi terbesar bagi pembagian dividen.

  • Pembagian Dividen Interim BRI, Negara Terima Rp10,88 Triliun dan Publik Nikmati Rp9,45 Triliun – Page 3

    Pembagian Dividen Interim BRI, Negara Terima Rp10,88 Triliun dan Publik Nikmati Rp9,45 Triliun – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BRI) membagikan dividen interim sebesar Rp135 per saham, dengan total nilai mencapai Rp20,33 triliun, kepada seluruh pemegang saham. Pembagian dividen ini bukan hanya memberikan manfaat langsung bagi negara sebagai pemegang saham mayoritas, tetapi juga bagi masyarakat umum yang menjadi pemegang saham ritel.

    Perlu diketahui, jumlah pemegang saham BBRI merupakan yang terbanyak di Bursa Efek Indonesia dengan jumlah mencapai 653.251 pemegang saham (per Desember 2024). Dengan pemegang saham yang terus meningkat tersebut, maka jumlah yang menikmati keuntungan BRI juga akan semakin banyak, tak terkecuali ritel/masyarakat Indonesia, dan juga negara sebagai pemegang saham pengendali.

    Dalam struktur kepemilikan saham BRI, negara menguasai 53,19% saham atau setara dengan 80,61 miliar lembar saham perseroan. Sisanya sebesar 46,81% atau setara dengan 70,95 miliar lembar saham dimiliki oleh publik. Dengan demikian, dari total dividen interim Rp20,33 triliun, negara menerima Rp10,88 triliun, sementara pemegang saham publik mendapatkan Rp9,45 triliun.

    Direktur Utama BRI Sunarso mengungkapkan bahwa keputusan pembagian dividen ini merupakan wujud nyata dari dedikasi perseroan untuk memberikan keuntungan berkelanjutan bagi para pemegang saham. Langkah ini juga mencerminkan keyakinan BRI terhadap fundamental bisnis yang kuat serta prospek pertumbuhan yang menjanjikan di masa depan.

    “Ini adalah wujud pembuktian bahwa BRI berkomitmen untuk meng-create value dan memberikan keuntungan nyata kepada pemegang saham, terutama bagi negara sebagai pemegang saham mayoritas,” ujarnya.

  • Analis: Saham perbankan terdampak kekhawatiran jelang pelantikan Trump

    Analis: Saham perbankan terdampak kekhawatiran jelang pelantikan Trump

    Karena menjelang kepemimpinan Donald Trump, pasar khawatir kebijakan Trump cenderung merugikan negara berkembang termasuk Indonesia.

    Jakarta (ANTARA) – Ekonom dan Praktisi Pasar Modal Hans Kwee menyampaikan bahwa alasan utama saham-saham perbankan di pasar saham Indonesia cenderung melemah akhir-akhir ini, dikarenakan pelaku pasar utamanya asing khawatir menjelang pelantikan Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

    Hans menjelaskan, telah terjadi aliran dana asing keluar (capital outflow), yang utamanya pelaku pasar asing menjual saham- saham Blue Chip, terutama saham bank- bank besar di tanah air.

    “Kenapa asing keluar? Karena menjelang kepemimpinan Donald Trump, pasar khawatir kebijakan Trump cenderung merugikan negara berkembang termasuk Indonesia,” ujar Hans Kwee saat dihubungi, di Jakarta, Rabu.

    Selain itu, ia menjelaskan bahwa faktor lain yang menyebabkan terjadinya capital outflow adalah adanya potensi inflasi yang lebih tinggi di AS, serta imbal hasil (yield) obligasi 10 tahun AS yang naik.

    “Potensi inflasi lebih tinggi, yield oblgiasi naik. Ekonomi AS akan naik dan laba serta pasar saham AS akan naik. Jadi, dana balik ke AS,” ujar Hans.

    Sementara itu, dari dalam negeri, ia menyampaikan bahwa kenaikan yield obligasi di AS akan memberikan tekanan, yaitu pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dan tren suku bunga acuan yang tinggi dalam jangka waktu lama.

    “Di dalam negeri, menghadapi tekanan kenaikan yield obligasi, pelemahan nilai tukar rupiah dan suku bunga yang tinggi waktu yang lama,” ujar Hans.

    Data perdagangan penutupan sesi I di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Rabu (15/1), dalam sepekan terakhir saham BBRI tercatat melemah 3,92 persen ke posisi 3.920, dalam sepekan saham BBTN melemah 7,42 persen ke posisi 1.060, saham BMRI dalam sepekan melemah 4,35 persen ke posisi 5.500.

    Kemudian, saham BBCA dalam sepekan melemah 0,78 persen ke posisi 9,575, saham BBNI dalam sepekan melemah 3,65 persen ke posisi 4.210, saham BNGA dalam sepekan melemah 1,16 persen ke posisi 1.705, dan saham NISP dalam sepekan melemah 0,76 persen ke posisi 1.300.

    Pewarta: Muhammad Heriyanto
    Editor: Budisantoso Budiman
    Copyright © ANTARA 2025

  • Pemerintah Targetkan Swasembada Pangan, Emiten Baru Gencarkan Ekspansi – Halaman all

    Pemerintah Targetkan Swasembada Pangan, Emiten Baru Gencarkan Ekspansi – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Emiten  PT Delta Giri Wacana Tbk (DGWG) belum lama ini mencatatkan saham perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI).

    Pada sesi perdagangan hari pertama pada Senin (13/1/2025), saham DGWG naik 24,4 persen dan sempat menyentuh auto reject atas (ARA) pada level Rp 286 per saham, dari harga penawaran perdana di Rp230 per saham. 

    Tren positif ini terus berlanjut hingga Selasa (14/1/2025), saham DGWG bahkan sempat menyentuh level tertinggi Rp 328 sebelum akhirnya ditutup di Rp 314 per saham pada akhir perdagangan.

    Mengutip Kontan, perusahaan perdagangan besar pupuk dan produk agrokimia ini menawarkan sebanyak 882,35 juta saham. Jumlah tersebut setara dengan 15 persen dari modal ditempatkan dan disetor pasca IPO. 

    Harga penawaran umum perdana saham atau Initial Public Offering (IPO) senilai Rp 230 setiap sahamnya. Sehingga, memperoleh dana segar sebanyak Rp 202,94 miliar saham lewat hajatan IPO ini. 

    Sekitar 53,2?na IPO akan digunakan untuk pemenuhan modal kerja DGWG berupa pembelian bahan baku pembuatan pestisida. Pembelian ini akan melibatkan banyak pihak pemasok dan merupakan pihak ketiga. 

    Kemudian sisanya sekitar 46,8% akan disetorkan oleh Delta Giri kepada anak usahanya PT Fertilizer Inti Technology dalam bentuk penyertaan modal. Nantinya dana ini bakal dipakai Fertilizer Inti Technology sebagai modal kerja.

    Presiden Direktur DGWG, David Yaory, mengatakan perseroan akan menggunakan dana hasil IPO untuk penyertaan modal kerja, fokus utamanya adalah untuk pembelian bahan baku produk.

    Hal ini sejalan dengan langkah pemerintah dalam mencapai ketahanan pangan.

    Ia menyebut, pemerintah melalui Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan, yang mana Presiden Prabowo Subianto menyatakan telah memperkuat komitmen target swasembada dan menambah anggaran ketahanan pangan hingga Rp 159 triliun.

    “Di tengah upaya pemerintah Indonesia dalam mendorong swasembada pangan, kami ingin memastikan bahwa visi bisnis kami selaras dengan tujuan besar ini,” ujar David di Jakarta, Rabu (15/1/2025). 

    Ia menyatakan, DGWG berkomitmen memperluas distribusi produk ke semua wilayah pertanian di Indonesia, dengan tujuan menjadi pemimpin di negeri sendiri dalam bisnis penyediaan suplai pertanian yang terintegrasi. 

    Langkah ini tidak hanya memperkuat posisi DGWG sebagai pemimpin di industri agro-input, tetapi juga sebagai mitra strategis pemerintah dalam mencapai swasembada pangan.

    Untuk mewujudkan komitmen tersebut dan sebagai bagian dari langkah ekspansi, kata David, DGWG akan melakukan penambahan sarana produksi produk-produk agro-chemicalnya sampai dengan tahun 2027 melalui penambahan lini produksi pabrik bahan baku serta membangun beberapa pabrik pupuk premium di beberapa daerah di Sumatera. 

     

     

  • BRI bayarkan dividen interim Rp20,33 triliun

    BRI bayarkan dividen interim Rp20,33 triliun

    Dari total dividen interim Rp20,33 triliun, maka negara menerima Rp10,88 triliun dan pemegang saham publik mendapatkan Rp9,45 triliun

    Jakarta (ANTARA) – PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI membagikan dividen interim kepada para pemegang saham sebesar Rp135 per lembar saham dengan total nilai mencapai Rp20,33 triliun pada Rabu ini.

    Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan bahwa komitmen BRI untuk selalu memberikan keuntungan yang nyata kepada pemegang saham, terutama negara, menjadi dasar pertimbangan dalam pembagian dividen interim ini.

    “Ini adalah wujud pembuktian bahwa BRI berkomitmen untuk meng-create value dan memberikan keuntungan nyata kepada pemegang saham, terutama bagi negara sebagai pemegang saham mayoritas,” kata Sunarso dalam keterangannya di Jakarta, Rabu.

    Dalam struktur kepemilikan saham BRI, negara menguasai 53,19 persen saham atau setara dengan 80,61 miliar lembar saham perseroan. Sedangkan, sisanya dimiliki oleh publik dengan porsi sebesar 46,81 persen atau setara dengan 70,95 miliar lembar saham.

    Dari total dividen interim Rp20,33 triliun, maka negara menerima Rp10,88 triliun dan pemegang saham publik mendapatkan Rp9,45 triliun.

    Menurut perseroan, pembagian dividen ini bukan hanya memberikan manfaat langsung bagi negara sebagai pemegang saham mayoritas, melainkan juga manfaat bagi masyarakat umum yang menjadi pemegang saham ritel.

    Perseroan menyebutkan, jumlah pemegang saham BBRI merupakan yang terbanyak di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan jumlah mencapai 653.251 pemegang saham per Desember 2024.

    Sunarso menambahkan bahwa pertimbangan pembagian dividen interim ini juga menunjukkan keberhasilan BRI dalam menjaga kinerja keuangan, yang didukung oleh modal yang kuat dan likuiditas memadai.

    Menurut catatan perseroan, rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) dan pengelolaan likuiditas internal menunjukkan kinerja baik. CAR BRI per September 2024 mencapai sebesar 26,76 persen dan loan deposit ratio (LDR) bank yang terjaga di level 89,18 persen.

    “Dengan likuiditas yang memadai dan permodalan yang kuat tersebut, BRI masih memiliki ruang yang cukup untuk tumbuh lebih baik,” kata Sunarso.

    Langkah strategis untuk membagikan dividen interim ini, menurut perseroan, juga menunjukkan konsistensi BRI dalam menjalankan transformasi bisnisnya.

    Dalam hal ini, tidak hanya untuk mempertahankan kinerja tetapi juga menciptakan nilai jangka panjang bagi pemegang saham dan seluruh stakeholder.

    Dengan fundamental yang kuat, BRI menyampaikan bahwa pihaknya optimis dapat terus memberikan kontribusi nyata dalam pembangunan ekonomi nasional.

    Pewarta: Rizka Khaerunnisa
    Editor: Kelik Dewanto
    Copyright © ANTARA 2025

  • 5 Emiten Bagikan Dividen Interim Hari Ini, BBRI hingga ADRO

    5 Emiten Bagikan Dividen Interim Hari Ini, BBRI hingga ADRO

    Bursa Efek Indonesia (BEI) melaporkan sejumlah aksi korporasi dipenuhi dengan pembayaran dividen tunai interim dari lima emiten. Dividen Interim yang menjadi sorotan oleh pemegang Saham, yakni dari PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) dengan nilai Rp20,3 triliun, menjadi yang terbesar hari ini, Rabu (15/1).

    Kemudian, emiten pertambangan batu baru PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO) akan membagikan dividen interim sebesar Rp3,23 triliun.

    Simak lima emiten yang akan membagikan dividen interim hari ini, 15 Januari 2025:

    1. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI)

    PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) telah mengumumkan pembagian dividen interim untuk tahun buku 2024 sebesar Rp135 per saham, dengan total nilai mencapai Rp20,46 triliun. Pencairan dividen interim yang besar ini dijadwalkan akan dilakukan pada Rabu (15/1) hari ini.

    Nilai dividen interim BBRI pada 2024 mengalami lonjakan sebesar 60,7% dibandingkan dengan dividen interim tahun sebelumnya yang sebesar Rp84 per saham atau total Rp12,66 triliun.

    Kenaikan dividen tersebut mencerminkan kinerja keuangan BBRI yang sangat baik, dengan laba bersih yang terus menunjukkan pertumbuhan positif.

    2. PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO)

    PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO) menetapkan kurs dividen sebesar Rp16.157 per dolar AS. Dengan demikian, investor akan menerima dividen interim sebesar Rp106,84 per saham.

    Kurs yang digunakan untuk pembagian dividen interim mengacu pada kurs tengah Bank Indonesia (BI) per 2 Januari 2025.

    “Sehingga total dividen tunai interim yang akan dibagikan ADRO dalam rupiah adalah Rp3.231.367.081.856 atau sekitar Rp3,23 triliun,” ujar Sekretaris Perusahaan ADRO, Mahardika Putranto, dikutip Rabu (15/1).

    3. PT Baramulti Suksessarana Tbk (BSSR)

    PT Baramulti Suksessarana Tbk (BSSR) akan menebar dividen interim sebesar 25 juta dolar Amerika Serikat (AS), atau sekitar Rp154,39 per saham.

    Sebelumnya, BSSR juga membagikan dividen interim sebesar 30 juta dolar AS, yang setara dengan Rp178,8 per saham dengan asumsi kurs Rp15.629. Dividen interim tersebut telah dicairkan pada 21 November 2024. Dengan demikian, total dividen interim yang berasal dari laba bersih 2024 mencapai 55 juta dolar AS, atau setara dengan Rp333,19 per saham.

    4. PT Bank Amar Indonesia Tbk (AMAR)

    Emiten bank digital, PT Bank Amar Indonesia Tbk (AMAR) membagikan dividen interim kepada investor sebesar Rp25,21 miliar, atau setara dengan Rp1,40 per saham.

    Adapun AMAR mencatatkan laba bersih sebesar Rp152,26 miliar pada kuartal III-2024. Angka tersebut mengalami penurunan sebesar 6,11% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, yaitu Rp162,17 miliar pada kuartal III-2023.

    5. PT Roda Vivatex Tbk (RDTX)

    PT Roda Vivatex Tbk (RDTX) akan membagikan dividen tunai interim sebesar Rp40,6 miliar atau setara dengan Rp151 per lembar saham.

    Pembagian dividen ini didasarkan pada kinerja keuangan perusahaan selama periode sembilan bulan yang berakhir pada 30 September 2024.

    Pada periode tersebut, perseroan mencatatkan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp203,6 miliar. Selain itu, saldo laba ditahan yang tidak dibatasi penggunaannya tercatat sebesar Rp2,84 triliun, dengan total ekuitas mencapai Rp2,99 triliun.