Kementrian Lembaga: Bursa Efek Indonesia

  • Pemerintah Beri Sinyal Insentif untuk Dorong Perdagangan Bursa Karbon

    Pemerintah Beri Sinyal Insentif untuk Dorong Perdagangan Bursa Karbon

    JAKARTA – Pemerintah ungkap berikan sejumlah insentif untuk mendorong kesadaran perusahaan dan emiten untuk berpartisipasi dalam bursa karbon Indonesia (IDX Carbon).

    Menteri Lingkungan Hidup dan Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (BPLH) Hanif Faisol Nurofiq menyampaikan pihaknya akan memberikan berbagai insentif bagi perusahaan yang aktif di bidang energi terbarukan dan mengurangi karbonnya.

    “Yang utama insentif fiskal, pengurangan pajak atau tax holiday, tax allowance, pemerintah memberikan keringanan pajak bagi perusahaan yang berinvestasi dengan teknologi yang ramah lingkungan dan berhubungan dengan energi terbarukan,” ungkap Hanif dalam inaugurasi perdagangan karbon internasional, Senin, 20 Januari.

    Selain insentif fiskal, pemerintah melalui bank dan pemerintah menyediakan skema pembiayaan hijau dengan suku bunga rendah untuk proyek lingkungan seperti energi terbarukan.

    Kemudian, pemerintah juga menyediakan dana dari Badan Pengelola Dana Lingkungan Hidup (BPDLH) untuk proyek inovasi, rehabilitasi ekosistem, pengendalian pencemaran, dan aksi lingkungan lainnya. Pemerintah juga menyediakan kredit usaha hijau bagi pelaku usaha, termasuk UMKM.

    Sementara di sisi insentif non-fiskal, pemerintah memberikan pengadaan green label bagi perusahaan yang menggunakannya untuk meningkatkan harga dan mengembangkan pasar. Selain itu, pemerintah berkomitmen untuk mempermudah perizinan bagi perusahaan-perusahaan tersebut.

    Selanjutnya, pemerintah juga menyediakan program kerja sama dengan korporasi melalui proyek Corporate Social Responsibility (CSR) lingkungan.

    “Kemudian yang berikutnya adalah perdagangan karbon yang hari ini kita launching bersama, dan semoga ini sekali lagi menjadi simpul kita untuk bersama-sama interaksi agar dunia usaha yang akan memacu kepedulian lingkungan,” ujarnya.

    Sementara itu, Direktur Utama BEI Iman Rachman mengatakan, pihaknya juga menawarkan berbagai insentif bagi perusahaan yang berpartisipasi sebagai pembeli unit karbon di IDX Carbon.

    “Sebagai pembeli karbon, itu kita berikan pembebasan pembiayaan administrasi bagi pengguna jasa, ada pembebasan biaya pencatatan unit karbon, dan tidak ada membership fee dan annual fee bagi peserta. Kepada penjual juga kita juga mengadakan IDX net zero incubator, untuk membantu perusahaan menghitung gas rate nya,” ungkapnya.

    Untuk diketahui, Pemerintah dan Bursa Efek Indonesia (BEI) resmi meluncurkan Perdagangan Karbon Internasional pertama di Indonesia melalui Bursa Karbon Indonesia (IDXCarbon). Dimana pada awal perdagangan perdananya, volume transaksi perdagangan tercatat sebanyak 41,822 setara CO2 atau tCO2e.

    Adapun, dari total transaksi yang tercatat terdapat lima proyek, sembilan pengguna jasa, dan sembilan pembeli dalam Perdagangan Karbon Internasional. Harga Authorized Indonesian Tech Based Solution atau IDTBSA sebesar Rp96.000, serta Authorized Indonesian Tech Based Solution Renewable Energy atau IDTBSA-RE sebesar Rp144.000.

    Diketahui lima proyek awal yang diperdagangkan dalam bursa karbon tersebut yaitu pertama, pembangkit listrik tenaga air minihidro Gunung Wugul yang dapat mengurangi 5.000 ton CO2 ekuivalen. Kedua, pengoperasian pembangkit listrik baru berbahan bakar gas bumi Priok Blok IV sebesar 763.653 ton CO2 ekuivalen.

    Ketiga, pembangkit single cycle menjadi combined cycle di pembangkit listrik baru berbahan bakar gas bumi Grati Blok II dengan potensi penurunan emisi 495.000 ton CO2 ekuivalen. Keempat, Blok II unit pembangkit di Muara Tawar yang berpotensi mengurangi emisi 30.000 ribu ton CO2 ekuivalen.

    Kelima, pembangkit listrik baru berbahan bakar gas bumi Blok III PJB Muara Karang yang mampu mengurangi emisi 750.000 ton CO2 ekuivalen.

  • IHSG ditutup menguat di tengah `wait and see` pelantikan Trump

    IHSG ditutup menguat di tengah `wait and see` pelantikan Trump

    Sumber foto: Antara/elshinta.com.

    IHSG ditutup menguat di tengah `wait and see` pelantikan Trump
    Dalam Negeri   
    Editor: Sigit Kurniawan   
    Senin, 20 Januari 2025 – 17:46 WIB

    Elshinta.com – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Senin sore ditutup menguat di tengah pelaku pasar bersikap wait and see menjelang pelantikan Presiden Terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

    IHSG ditutup menguat 16,08 poin atau 0,22 persen ke posisi 7.170,74. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 naik 1,35 poin atau 1,16 persen ke posisi 833,63.

    “IHSG dan bursa regional Asia menguat, kenaikan bursa Amerika Serikat (AS) juga menopang sentimen positif di saat pasar fokus menanti pelantikan Donald Trump sebagai Presiden AS,” sebut Tim Riset Pilarmas Investindo Sekuritas dalam kajiannya di Jakarta, Senin.

    Di sisi lain, pelaku pasar juga ditopang pembicaraan via telepon antara Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping menjelang pelantikan Presiden terpilih AS akhir pekan kemarin.

    Dalam pembicaraan itu, Donald Trump mengatakan bahwa bersama Xi Jinping akan melakukan kemungkinan apapun untuk membuat dunia lebih damai dan aman.

    Komunikasi ini tentunya memberikan pandangan positif, sehingga pasar menilai ini akan menurunkan tensi ketegangan antara kedua negara besar itu.

    Sebelumnya, pelaku pasar dicemaskan ketidakpastian mengenai sejumlah kebijakan Donald Trump, seperti tarif perdagangan yang berpotensi meningkatkan tekanan inflasi dan menghambat penurunan suku bunga oleh The Fed, telah memberikan dampak negatif pada pasar saham dalam beberapa minggu terakhir.

    Dibuka menguat, IHSG betah di teritori positif sampai penutupan sesi pertama perdagangan saham. Pada sesi kedua, IHSG masih betah di zona hijau hingga penutupan perdagangan saham.

    Berdasarkan Indeks Sektoral IDX-IC, delapan sektor menguat dipimpin oleh sektor teknologi sebesar 1,44 persen, diikuti oleh sektor barang baku dan sektor energi yang masing- masing sebesar 1,27 dan 0,84 persen.

    Sementara itu, tiga sektor melemah yaitu sektor kesehatan turun paling dalam minus 0,68 persen, diikuti oleh sektor industri dan sektor kesehatan yang masing- masing turun sebesar 0,67 persen dan 0,60 persen.

    Saham-saham yang mengalami penguatan terbesar yaitu PYFA, INDO, KJEN, DATA dan CMNP. Sedangkan, saham-saham yang mengalami pelemahan terbesar yakni BTEK, GPSO, PTIS, TAXI dan GULA.

    Frekuensi perdagangan saham tercatat sebanyak 1.207.000 kali transaksi dengan jumlah saham yang diperdagangkan sebanyak 19,08 miliar lembar saham senilai Rp10,62 triliun.

    Sebanyak 336 saham naik 296 saham menurun, dan 323 tidak bergerak nilainya.

    Bursa saham regional Asia sore ini antara lain, indeks Nikkei menguat 451,04 poin atau 1,17 persen ke level 38.902,50, indeks Shanghai menguat 2,56 poin atau 0,08 persen ke posisi 3.244,38, indeks Kuala Lumpur menguat 5,62 poin atau 0,36 persen ke posisi 1.575,34, dan indeks Straits Times melemah 2,81 poin atau 0,07 persen ke 3.807,97.

    Sumber : Antara

  • Summarecon Akuisisi 58% Saham PT Duta Wahana Asri

    Summarecon Akuisisi 58% Saham PT Duta Wahana Asri

    Jakarta, FORTUNE – PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) melalui perusahaan anak terkendali, yaitu PT Summarecon Property Development (SMPD), mengAkuisisi PT Duta Wahana Asri (DWA) sekaligus menjadi pengendali barunya. 

    Dikutip dari keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (20/1), Summarecon mengambil alih perusahaan tersebut melalui pembelian 2,5 juta Saham seri A dengan nilai transaksi mencapai Rp2,85 miliar. 

    Sekertaris Perusahaan SMRA, Lydia Tijo, menyatakan transaksi ini menggunakan dana yang bersumber dari kas perusahaan. SMDP tidak memiliki hubungan afiliasi dalam melaksanakan transaksi tersebut dengan DWA. 

    “Setelah pelaksanaan transaksi, SMDP akan menjadi pemegang saham pengendali baru dengan persentase kepemilikan sebesar 51 persen,” kata Lydia, dikutip Senin (20/1). 

    Dia mengatakan dalam transaksi ini, DWA telah mendapat persetujuan dari rapat umum pemegang saham luar biasa pada 15 Januari 2025. Pada hari itu pula, dilakukan penandatanganan akta pengambilalihan serta akta pemindahan hak. 

    Emiten properti ini berhasi membukukan laba bersih Rp933,71 miliar hingga akhir kuartal III-2024. Nilai tersebut mengalami peningkatan 42,9 persen jika dibandingkan dengan periode sama pada tahun sebelumnya. 

    Tidak hanya itu, pendapatan perusahaan ini juga berkinerja baik dengan mencatat kenaikkan 45,9 persen year-on-year (yoy) menjadi Rp7,54 triliun.

    Pendapatan ini berasal dari berbagai segmen di SMRA. Salah satunya segmen pengembangan properti yang berkontribusi Rp5,23 triliun. Nilai ini naik dari periode yang sama pada tahun sebelumnya yang sebesar Rp3,18 triliun per kuartal III-2023.

    Kemudian segmen properti investasi berkontribusi Rp1,59 triliun atau naik sekitar 28 persen dari Rp1,24 triliun pada periode sama tahun lalu. Sedangkan, segmen lain-lain menyumbang Rp706,76 miliar, meningkat Rp638,67 miliar dari periode sama tahun lalu. 

    Pada penutupan perdagangan hari ini, Senin (20/1), saham SMRA ditutup pada zona hijau dengan harga Rp464 per saham. 

  • BEI Denda 46 Emiten Belum Sampaikan LapKeu Interim

    BEI Denda 46 Emiten Belum Sampaikan LapKeu Interim

    Jakarta, FORTUNE – Bursa Efek Indonesia (BEI) menyatakan hingga 30 Desember 2024, terdapat 46 perusahaan tercatat yang belum menyampaikan Laporan Keuangan interim yang tidak diaudit untuk periode yang berakhir pada 30 September 2024. Oleh sebab itu, sejumlah Emiten tersebut akan dikenakan denda Rp150 juta dan peringatan tertulis III.

    Selain itu, terdapat 1 perusahaan tercatat yang belum menyampaikan laporan keuangan yang diaudit oleh akuntan publik hingga 2 Januari 2025. Emiten tersebut akan dikenakan peringatan tertulis I.

    Batas akhir penyampaian laporan keuangan interim untuk periode yang berakhir pada 30 September 2024 yang tidak diaudit dan tidak ditelaah secara terbatas oleh akuntan publik setelah peringatan tertulis II adalah 30 Desember 2024. Sedangkan batas akhir penyampaian laporan keuangan interim yang diaudit oleh akuntan publik adalah 2 Januari 2025.

    Aturan tersebut tercatat dalam Ketentuan III.1.1.5 Peraturan Bursa Nomor I-E tentang Kewajiban Penyampaian Informasi yang mengatur Laporan Keuangan Interim.

    Di samping itu, BEI mengungkapkan dari 1.053 perusahaan tercatat, 885 perusahaan wajib menyampaikan laporan keuangan interim untuk periode yang berakhir pada 30 September 2024. Dari 885 perusahaan tercatat tersebut, telah terdapat 838 emiten yang telah menyampaikan laporan keuangan interim untuk periode yang berakhir pada September 2024.

    Sementara itu, terdapat 7 perusahaan tercatat berbeda tahun buku, dan 161 emiten yang tidak wajib menyampaikan laporan keuangannya berdasarkan beberapa ketentuan. Hal tersebut meliputi 10 perusahaan tercatat yang baru mencatatkan sahamnya setelah 30 September 2024, 44 perusahaan tercatat pada papan akselerasi, 52 perusahaan tercatat yang hanya mencatatkan obligasi dan/atau sukuk.

    “Serta 1 perusahaan tercatat yang mencatatkan Obligasi dan EBA-SP, 43 Efek ETF, 3 Efek DIRE, 1 Efek DINFRA, 1 Efek EBA-KIK, 5 penerbit waran terstruktur, dan 1 DJPPR,” demikian Kepala Divisi Peraturan dan Layanan Perusahaan Tercatat BEI, Teuku Fahmi Ariandar, dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), yang dikutip Senin (20/1).

  • Anak Usaha TOWR Mau Akuisisi 40% Saham DATA

    Anak Usaha TOWR Mau Akuisisi 40% Saham DATA

    Transaksi itu dilakukan melalui entitas anak TOWR, iForte, yang telah mengumumkan perkembangan negosiasi rencana akuisisi, Senin (20/1). Berdasarkan pengumuman itu, iFortee dan Verah Wahyudi Singgih Wong dan Jimmi Anka selaku para penjual, telah menandatangani perjanjian pengikatan jual beli pada 23 Desember 2024.

    “Setelah penyelesaian transaksi itu, iForte akan menjadi pengendali baru Remala [Abadi],” demikian menurut Corporate Secretary TOWR, Monalisa Irawan, dikutip dari keterbukaan informasi di situs web Bursa Efek Indonesia (BEI).

    Adapun, rencana akuisisi itu bertujuan untuk pengembangan usaha serta memperluas jaringan usaha dalam rangka memperkuat posisi bisnis grup iForte di bidang digital infrastruktur telekomunikasi. 

    Lantas, apa saja hal-hal yang masih didiskusikan dalam negosiasi rencana akuisisi saham itu? “Antara lain mengenai nilai final rencana pengambilalihan dan waktu penyelesaian rencana pengambilalihan sebagaimana diatur dalam perjanjian pengikatan jual beli,” kata Direktur PT iForte Solusi Infotek, Hartono Tanuwidjaja dan Handoko Siputro.

    Apabila rencana akuisisi itu sudah mencapai kata sepakat, iForte sebagai pengendali baru Remala, akan melaksanakan tender wajib sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan OJK No. 9 Tahun 2018. 

    Namun, untuk saat ini, iForte dan TOWR tidak memiliki saham yang diterbitkan oleh DATA, baik secara langsung maupun tidak langsung. 

    Pada Senin sore menjelang penutupan perdagangan, saham TOWR menguat 0,76 persen ke harga Rp665, setelah ditutup melemah pada Jumat (17/1). Selama seminggu belakangan ini, harga TOWR sudah menguat 2,31 persen.

    Pada waktu yang sama, saham DATA melejit menyentuh ARA dengan penguatan 25 persen ke harga Rp1.225. Ini melanjutkan penguatan 6,52 persen pada Jumat pekan lalu. Dalam sepekan terakhir, harga DATA sudah melonjak 59,09 persen. 

    Sejalan dengan penguatan tersebut, IHSG juga menuat 0,22 persen ke level 7.170,74.

  • Profil Emiten hingga Harga Historinya

    Profil Emiten hingga Harga Historinya

    Baru-baru ini, emiten Saham PACK telah berganti nama perusahaan menjadi PT Abadi Hijau Investama Tbk di awal tahun 2025. Aksi korporasi tersebut telah disetujui dalam rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) di akhir tahun 2024.

    Emiten saham ini sendiri mengalami pertumbuhan harga saham yang signifikan dalam beberapa waktu terakhir. Pada 14 Oktober 2024 lalu, harga saham masih Rp37 dan kini harganya sudah melambung tinggi ke harga Rp1.888 per 17 Januari 2025.

    Kira-kira, saham PACK bergerak di bidang apa? Simak profil emiten sahamnya yang menarik untuk diketahui di bawah ini.

    Profil emiten saham PACK

    Saham PACK merupakan kode emiten dari perusahaan PT Abadi Nusantara Hijau Investama Tbk yang sebelumnya dikenal sebagai PT Solusi Kemasan Digital Tbk.

    Perusahaan tersebut memiliki kantor pusat yang terletak di Jalan Jababeka 2 Blok C/11-D Kawasan Industri Jababeka Cikarang Utara Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.

    Dari sejarah pendiriannya, perusahaan resmi berdiri sebagai Perseroan Terbatas (PT) pada tanggal 18 November 2019.

    Mengenai saham PACK bergerak di bidang apa, perusahaan satu ini fokus di bidang industri percetakan digital untuk kemasan fleksibel. Tepatnya pada produksi kemasan plastik untuk berbagai kebutuhan.

    Lewat merek FlexyPack, perseroan menawarkan layanan produksi kemasan untuk makanan ringan, minuman, frozen food, hingga pakaian. Mereka menawarkan tiga pilihan kemasan, mulai dari standing pouch, lid cup, dan roll stock.

    Dalam menjalankan kegiatan usahanya, PT Abadi Nusantara Hijau Investama Tbk menargetkan pemilik usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Total ada lebih dari 4 ribu UMKM yang mempercayakan kemasan produknya pada perusahaan satu ini.

    Kinerja keuangan

    Selain profil saham PACK, kinerja keuangan perusahaan satu ini juga menarik untuk diketahui. Berikut beberapa poin penting terkait aspek fundamental perusahaan yang bisa dijadikan referensi bagi investor.

    1. Angka penjualan

    Selama dua tahun terakhir, PACK menunjukkan kinerja yang solid, terutama pada angka penjualannya. Dilansir laporan keuangan FlexyPack, perusahaan berhasil membukukan nilai penjualan sebesar Rp44,15 miliar di tahun 2022 atau melonjak sekitar 21,89 persen dari tahun 2021.

    Perusahaan berhasil meraih nilai penjualan sebesar Rp52,3 miliar sepanjang tahun 2023. Angka tersebut memperlihat peningkatan yang signifikan dibandingkan tahun 2022.

    Dengan begitu, perusahaan berhasil mencatatkan bottom line positif senilai Rp2,29 miliar, yakni naik daripada capaian di tahun 2022 yang senilai Rp2,05 miliar.

    Hal tersebut juga didukung dengan pertumbuhan perusahaan sebesar 80,16 persen penjualan year-on-year dari 2020 sampai 2022. 

    2. Pendapatan

    Sejalan dengan angka penjualan yang menunjukkan peningkatan, pendapatan perusahaan juga memiliki kinerja positif. Di tahun 2023, perusahaan berhasil membukukan pendapatan sebesar Rp52,931 miliar.

    Pencapaian tersebut menunjukkan peningkatan signifikan dibandingkan tahun 2022 yang sebesar Rp44,150 miliar.

    Harga historis saham tertinggi dan terendah

    Emiten saham PACK tercatat telah melakukan IPO per tanggal pencatatan 8 Februari 2023 di Bursa Efek Indonesia (BEI). Perseroan juga tercatat sebagai perusahaan ke-16 yang tercatat di BEI pada tahun 2023.

    Dilansir situs id.investing.com, harga saham emiten PACK sempat berada di harga tertinggi sebesar Rp1.888 pada Jumat (17/1/2025) dan terendah di angka Rp25 pada Minggu (12/8/2024) dengan rata-rata harga saham Rp124,06 berdasarkan data historisnya sejak IPO.

    Dilihat dari pertumbuhan harga sahamnya, PACK mengalami lonjakan harga yang signifikan. Harga saham emiten PACK yang melambung tinggi juga diketahui dari aksi korporasi yang dilakukan perusahaan.

    Perubahan nama perusahaan dan akuisisi perusahaan

    Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, saham emiten PACK resmi berganti nama perseroan menjadi PT Abadi Nusantara Hijau Investasi Tbk.

    Diketahui perubahan nama tersebut telah disetujui dalam RUPSLB yang digelar pada 30 Desember 2024. Perubahan tersebut efektif pada tanggal 15 Januari 2025 berdasarkan pengumuman bursa yang dirilis BEI.

    “Menyetujui dan mengubah nama perseroan menjadi PT Abadi Nusantara Hijau Investama Tbk.,” tertulis pada keterbukaan informasi yang dirilis BEI pada 2 Januari 2025, dikutip Senin (20/1).

    Saham PACK mengalami lonjakan harga diketahui setelah diakuisisi oleh PT Eco Energi Perkasa (EEP). Berdasarkan laporan tertulis BEI atas pembelian atau penjualan saham perusahaan yang nilainya material, EEP berhasil mengakuisisi 49 persen saham PACK pada 24 Oktober 2024.

    Hal tersebut juga berdampak pada perubahan pengendalian atas persesoran. 

    “Pengambilalihan 49 persen saham Perseroan tersebut menyebabkan adanya perubahan pengendalian atas Perseroan sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 9/POJK.04/2018 tentang Pengambilalihan Perusahaan Terbuka POJK No. 9/2018. Namun demikian, kejadian tersebut tidak berpengaruh material terhadap kegiatan operasional, hukum, kondisi keuangan, atau kelangsungan usaha Perseroan,” ungkap Denny Winoto dalam keterangan tertulis yang dikutip Senin (20/1).

    Emiten saham PACK alami suspensi

    Berdasarkan pengumuman yang dirilis BEI, saham PT Abadi Nusantara Hijau Investama Tbk (PACK) disuspensi dari perdagangan yang berlaku efektif per 20 Januari 2025.

    Penghentian sementara tersebut berlaku untuk saham PACK di pasar reguler dan pasar tunai serta waran seri I PT Abadi Nusantara Hijau Investama Tbk (PACK-W) di seluruh pasar.

    Tindakan yang dilakukan BEI tersebut sehubungan dengan adanya peningkatan harga kumulatif yang signifikan pada emiten saham tersebut.

    Hingga saat ini, BEI belum menginformasikan pembukaan pasar atas emiten PACK dan masih menunggu keterbukaan informasi dari perseroan.

  • IHSG Senin dibuka menguat 35,58 poin

    IHSG Senin dibuka menguat 35,58 poin

    Ilustrasi – Karyawan berada di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/YU/pri.

    IHSG Senin dibuka menguat 35,58 poin
    Dalam Negeri   
    Editor: Novelia Tri Ananda   
    Senin, 20 Januari 2025 – 10:41 WIB

    Elshinta.com – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Senin pagi dibuka menguat 35,58 poin atau 0,50 persen ke posisi 7.190,24. Sementara, kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 naik 4,37 poin atau 0,53 persen ke posisi 836,65.

    Sumber : Antara

  • Aset Kripto Jadi Tantangan Baru Pasar Modal Indonesia pada 2025, Investor Siap Beralih?

    Aset Kripto Jadi Tantangan Baru Pasar Modal Indonesia pada 2025, Investor Siap Beralih?

    Jakarta, Beritasatu.com – Pasar modal Indonesia menghadapi tantangan baru di tengah maraknya pasar aset kripto, termasuk peluncuran Trump Coin, yang nilainya hampir mencapai Rp 90 triliun.

    Dengan kapitalisasi pasar kripto yang empat kali lebih besar dari indeks harga saham gabungan (IHSG), maka muncul pertanyaan tentang apakah investor akan mengalihkan portofolio mereka dari saham ke kripto.

    Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa Irvan Susandy mengakui, aset kripto memang menjadi magnet besar bagi investor global. Namun, ia menekankan pentingnya edukasi dan literasi keuangan untuk masyarakat.

    “Diversifikasi portofolio itu wajar, tetapi kita harus tetap optimistis. Pasar modal kita punya potensi besar untuk terus berkembang,” jelasnya di gedung BEI, Jakarta, Senin (20/1/2025).

    Menurutnya, pergerakan aset investasi, termasuk saham dan kripto, sangat bergantung pada tren pasar yang bersifat siklikal.

    “Kalau kita bicara dua tahun lalu, pasar modal Indonesia atau saham jauh lebih baik daripada aset kripto. Jadi semua ini ada masanya. Investor yang bijak biasanya akan menyebar investasinya di berbagai instrumen,” jelasnya.

    Sebagai informasi, dalam waktu dekat pemerintah Amerika Serikat (AS) segera melantik kembali Donald Trump sebagai presiden Amerika Serikat yang dikenal dengan inisiatifnya di dunia kripto. Hal ini berpotensi memengaruhi aliran modal asing ke Indonesia.

    Irvan mencatat, pasar sedang menanti kebijakan konkret dari pemerintahan Trump sebelum menentukan arah investasi selanjutnya. 

    “Kami memperkirakan mungkin butuh waktu hingga akhir kuartal I atau kuartal II untuk melihat dampaknya terhadap aliran dana asing. Namun, kebijakan Bank Indonesia yang menurunkan suku bunga baru-baru ini sudah memberi dorongan positif ke pasar modal kita,” ungkapnya.

    Sementara itu, Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Iman Rachman menyarankan investor untuk melihat indikator makro, termasuk pergerakan indeks, sebagai gambaran sentimen pasar. 

    “Indeks mencerminkan semua dampak makro. Hari ini kita bisa lihat bagaimana indeks bergerak, itu adalah jawabannya,” kata Iman.

    Kendati demikian, para pelaku pasar tetap optimistis terhadap prospek pasar modal Indonesia. Menurut Irvan, aset kripto mungkin sedang dalam tren positif saat ini, tetapi aset seperti saham memiliki keunggulan tersendiri, terutama dari sisi regulasi dan stabilitas.

    “Kita percaya pasar modal kita punya keunikan dan daya tariknya sendiri dari aset kripto. Memang tahun ini penuh tantangan, tetapi kami yakin dengan langkah literasi yang kuat, investor akan tetap mempertimbangkan pasar modal sebagai bagian penting dari portofolio mereka,” pungkas Irvan.

  • Perdagangan Karbon Internasional Bakal Perkuat Posisi Indonesia di Pasar Global

    Perdagangan Karbon Internasional Bakal Perkuat Posisi Indonesia di Pasar Global

    Jakarta, Beritasatu.com – Indonesia Carbon Exchange atau Bursa Karbon Indonesia (IDXCarbon) resmi meluncurkan perdagangan karbon internasional pada Senin (20/1/2025). Peluncuran ini dilakukan untuk menarik partisipasi internasional dan memperkuat posisi Indonesia sebagai pemain utama dalam perdagangan karbon global.

    Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Iman Rachman menyampaikan, peluncuran bursa karbon internasional ini merupakan komitmen Indonesia untuk menjaga perubahan iklim. Dia menegaskan, langkah ini menjadi tonggak menjaga mengatasi perubahan iklim di Indonesia.

    “Hari ini merupakan momen bersejarah bagi Indonesia dalam upaya kita untuk mengatasi perubahan iklim. Inisiatif perdagangan karbon internasional Indonesia menandai tonggak penting yang menunjukkan kesediaan Indonesia untuk memberikan kontribusi signifikan dalam mencapai target global,” kata Iman di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI).

    Iman mengatakan, bahwa sebelumnya perdagangan karbon di Indonesia hanya dilakukan dalam pasar domestik. Dalam pelaksanaannya, ia mengakui bahwa keterlibatan peserta dalam perdagangan bursa karbon Indonesia masih minim.

    Tahun lalu, jumlah peserta yang terdaftar sebagai pengguna layanan karbon mencapai 104 peserta, meningkat signifikan dari 16 peserta sejak peluncuran pada 26 September 2023.

    “Baru-baru ini, perdagangan karbon Indonesia merayakan pencapaian luar biasa dengan memperingati 1 juta ton karbon yang diperdagangkan secara kumulatif,” katanya.

    Iman menyampaikan, salah satu faktor utama kesuksesan 1 juta ton karbon adalah kontribusi dari perusahaan-perusahaan di BEI dan anak perusahaannya.

    “Ketertarikan mereka dalam membeli unit karbon menyumbang sekitar 83% dari total volume perdagangan karbon,” katanya.

    Perdagangan karbon internasional ini diatur dalam Peraturan Presiden (Perpres) 98 Tahun 2021 dan Peraturan Menteri (Permen) Lingkungan Hidup Dan Kehutanan (LHK) Nomor 21 Tahun 2022, tentang Tata Laksana Penerapan Nilai Ekonomi Karbon, yang mencakup mekanisme otorisasi dari menteri untuk carbon credit dapat diperdagangkan ke pihak asing.

  • LPEI Siap Lunasi Utang Obligasi Senilai Rp206 Miliar

    LPEI Siap Lunasi Utang Obligasi Senilai Rp206 Miliar

    Jakarta, FORTUNE – Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) atau Eximbank menyampaikan kesiapannya melakukan pembayaran Obligasi yang akan jatuh tempo pada bulan depan. 

    Corporate Secretary LPEI, Wahyu Prihadi, mengatakan pihaknya telah menyiapkan dana sebesar Rp206 miliar, atau sesuai dengan jumlah pokok obligasi.

    Pelunasan tersebut ditujukan untuk Obligasi Berkelanjutan Indonesia Eximbank III Tahap VI Tahun 2018 Seri C (BEXI03CCN6) dengan tenor 7 tahun dan bunga 6,90 persen yang akan jatuh tempo pada 14 Februari 2025.

    “Dana tersebut kami tempatkan pada berbagai instrumen keuangan yang likuid, di antaranya penempatan pada bank,” demikian keterangannya dikutip dari keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (17/1). 

    Sebagai konteks, ada sejumlah obligasi LPEI yang akan jatuh tempo pada tahun ini, yakni Obligasi Indonesia Eximbank Shelf Bonds IV Phase I of 2018 seri C dengan total emisi Rp1,75 triliun, dengan bunga 8,30 persen dan tenor tujuh tahun. Obligasi tersebut akan berakhir pada 6 Juni 2025.

    Kemudian Indonesia Eximbank Shelf Registration Offering Bonds IV Phase II of 2018 seri D dengan nilai jatuh tempo sebesar Rp1,3 triliun. Obligasi ini memiliki bunga 8,75 persen, dan akan jatuh tempo pada 5 September 2025.

    Selanjutnya ada Indonesia Eximbank Shelf Registration Offering Bonds IV Phase III of 2018 seri D. Obligasi ini memiliki total emisi Rp380 miliar, dengan bunga 9,75 persen. Adapun obligasi ini akan jatuh tempo pada 8 November 2025.

    Selain itu, obligasi Indonesia Eximbank Sukuk Mudharabah I Phase II of 2018 seri D juga akan jatuh tempo pada 8 November 2025. Total nilai akan jatuh tempo pada obligasi syariah ini sebesar Rp155 triliun, sementara bunganya 9,75 persen.