Kementrian Lembaga: Bursa Efek Indonesia

  • Dirut BEI ungkap alasan IHSG terkoreksi

    Dirut BEI ungkap alasan IHSG terkoreksi

    Sumber foto: Antara/elshinta.com.

    Dirut BEI ungkap alasan IHSG terkoreksi
    Dalam Negeri   
    Editor: Sigit Kurniawan   
    Jumat, 28 Februari 2025 – 17:05 WIB

    Elshinta.com – Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Iman Rachman menyampaikan berbagai alasan utama terkoreksinya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selama beberapa waktu terakhir ini.

    Ia menjelaskan, adanya perang tarif antara Amerika Serikat (AS) dengan mitra dagang telah menimbulkan kekhawatiran pelaku pasar, sehingga mereka menarik dananya dari emerging market, termasuk Indonesia.

    “Menarik, kemarin saya hadir bersama Bu Mari Elka Pangestu, dia bilang bahwa 70 persen dana itu flat to quality to US (United States). Jadi (dana) asing itu sekarang masuk ke US (Amerika Serikat) ya,” ujar Iman di Ruang Seminar BEI, Jakarta, Jumat.

    Ia melanjutkan, yaitu kebijakan suku bunga acuan bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) yang cenderung higher for longer, sebagai upaya menjaga stabilitas tingkat inflasi AS.

    “Walaupun saya juga diupdate, paling banyak The Fed akan nurunin satu tahun ini sekali. Jadi, sebenarnya kita tahu, interest rate ini sensitif terhadap bursa, terhadap equity. Kalau interest rate naik di US, orang lebih senang beli phisycal product gitu,” ujar Iman.

    Kemudian, ia melanjutkan yaitu indeks keyakinan konsumen (IKK) AS yang mengalami penurunan signifikan pada Februari 2025, yang mana indeks keyakinan konsumen The Conference Board mencatatkan penurunan bulanan terbesar sejak Agustus 2021.

    Sementara itu, dari Asia, ia menyebut Bank of Korea telah menurunkan suku bunga acuannya dari 3 persen menjadi 2,75 persen, yang memberikan sentimen terhadap pelaku pasar, khususnya di kawasan Asia.

    “Kita musti aware bahwa sekarang ini 40 persennya asing. Sementara kalau turun terus, ya dari 60 persen (domestik) itu ada hampir 40 persennya retail gitu kan,” ujar Iman.

    Dari dalam negeri, Ia menjelaskan adanya pemangkasan rating oleh Morgan Stanley Capital International (MSCI) telah memberikan sentimen cukup signifikan ke pasar saham Indonesia.

    Sebagai informasi, Pada Rabu (26/02), Presiden AS Donald Trump mengindikasikan rencana untuk mempertimbangkan tarif “timbal balik” sebesar 25 persen pada mobil Eropa dan barang-barang lainnya.

    Selain itu, juga mengonfirmasi bahwa tarif pada Meksiko dan Kanada akan berlaku pada tanggal 2 April, bukan batas waktu yang ditetapkan sebelumnya yaitu tanggal 4 Maret.

    Sumber : Antara

  • Bos Bursa Sebut Tiga Faktor Penyebab IHSG Sepekan Anjlok

    Bos Bursa Sebut Tiga Faktor Penyebab IHSG Sepekan Anjlok

    Jakarta, Beritasatu.com – Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Iman Rachman menyampaikan penyebab indeks harga saham gabungan (IHSG) sepekan yang anjlok.

    Dikatakan Iman, indeks tercatat mengalami pelemahan 4,67% sepekan atau week on week (wow) pada periode 21-27 Februari 2025. Pelemahan ini disebabkan oleh faktor global, domestik, dan korporasi perusahaan itu sendiri.

    “Indeks itu (turun) pasti karena tiga hal, yakni bagaimana global, domestik, dan korporasinya sendiri. Itu tiga hal yang jadi isu,” ujar Iman di kantornya, Jakarta, Jumat (28/2/2025) siang.

    Pertama, yakni perang tarif antara Amerika Serikat (AS) dan negara mitra dagang, seperti Meksiko dan Kanada sehingga memengaruhi aliran modal asing.

    Menurutnya, banyak dana asing yang mengalir ke AS karena faktor keamanan. Hal ini pun turut berdampak pada negara emerging market, termasuk Indonesia.

    “Trump 2.0 tidak gampang dan menarik, bahwa ya 70% dana itu fly to quality to US. Jadi memang juga tidak gampang. Asing itu sekarang masuk ke US ya, termasuk juga selalu ada ancaman tarif. Kemarin Meksiko sama Kanada, Kanada melawan, lalu muncul lagi UE (Uni Eropa). Jadi selalu ada cerita tentang tarif,” ucapnya saat IHSG sepekan anjlok.

    Di sisi lain, kebijakan The Fed yang diekspektasikan dapat menurunkan suku bunga, ternyata tidak memberikan dampak sesuai ekspektasi. Menurutnya, The Fed paling banyak akan menurunkan suku bunga acuan satu kali pada tahun ini.

    “Jadi sekarang kita tahu interest rate ini sensitif terhadap bursa, terhadap equity. Kalau interest yang naik di US,” ujar Iman.

    Kedua, yakni ketidakpastian ekonomi domestik dan dominasi asing. Iman mengungkapkan, jumlah investor di pasar modal Indonesia masih didominasi oleh investor asing, yakni sebesar 40%.

    Iman menyebut, kondisi tersebut memengaruhi kondisi indeks karena ketika investor asing menarik diri sehingga pasar domestik yang lebih terbatas tidak mampu menopang pergerakan indeks.

    Ketiga, yakni koreksi pasar dan laporan keuangan emiten. Iman mengatakan, meskipun ada beberapa emiten yang melaporkan kenaikan laba, tetapi hasil tersebut masih di bawah ekspektasi konsensus pasar.

    “Ini yang menjadi kondisi-kondisi yang juga memperparah (IHSG),” tandasnya ketika berkomentar terkait IHSG sepekan yang anjlok.

  • BEI: Transaksi emiten naungan Danantara beri efek signifikan di bursa

    BEI: Transaksi emiten naungan Danantara beri efek signifikan di bursa

    Secara market cap dan trading valuenya cukup signifikan berdampak kepada transaksi di pasar modal.

    Jakarta (ANTARA) – Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Iman Rachman mengungkapkan bahwa nilai transaksi perusahaan- perusahaan BUMN dan anak usaha yang di bawah naungan BPI Danantara, memiliki efek yang signifikan terhadap total nilai transaksi di pasar modal Indonesia.

    Dari sisi nilai transaksi, ia mengungkapkan kontribusi perusahaan BUMN dan anak usaha di bawah naungan BPI Danantara mencapai 27 persen dari total nilai transaksi di BEI.

    “Secara market cap dan trading valuenya cukup signifikan berdampak kepada transaksi di pasar modal,” ujar Iman saat Temu dengan Media, di Ruang Seminar BEI, Jakarta, Jumat.

    Ia mengungkapkan nilai kapitalisasi pasar (market cap) perusahaan BUMN dan anak usaha di bawah naungan BPI Danantara mencapai senilai Rp1.700 triliun per 26 Februari 2025, dari total kapitalisasi pasar di BEI yang senilai Rp11.400 triliun.

    “Sehingga, kira-kira kontribusinya sebesar 15 persen dari total nilai transaksi perusahaan tercatat,” ujar Iman.

    Pada tahap awal, perusahaan di bawah naungan BPI Danantara terdapat sebanyak tujuh perusahaan BUMN, di antaranya PT Pertamina, PT PLN, MIND ID, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), dan PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM).

    Dari tujuh perusahaan BUMN itu, Iman menjelaskan terdapat beberapa panak usahanya yang juga tercatat di BEI, sehingga total terdapat sebanyak 12 perusahaan di bawah naungan BPI Danantara yang tercatat di BEI.

    Sebanyak 12 perusahaan itu, di antaranya anak usaha PT Pertamina, yaitu PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), PT Elnusa Tbk (ELSA), PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO), dan PT Asuransi Tugu Pratama Indonesia Tbk (TUGU).

    Lalu, anak usaha MIND ID, yaitu PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Timah Tbk (TINS).

    Kemudian, ada PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), serta anak usaha BMRI, yaitu PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS).

    Dalam kesempatan itu, Iman menyampaikan BEI akan terus memberikan dukungan seiring telah terbentuknya BPI Danantara, dan meminta para pelaku pasar untuk menantikan pemaparan lebih lanjut dari Danantara.

    “Kalau kita bicara market itu kan persepsi. Jadi, berikan waktu bagi Danantara untuk menjelaskan profil business model daripada Danantara. Kami melihat ini satu hal yang positif, dan sebagaimana pemerintah, saya cukup positif Danantara akan lebih agile,” ujar Iman.

    Pewarta: Muhammad Heriyanto
    Editor: Budisantoso Budiman
    Copyright © ANTARA 2025

  • Analis paparkan sentimen domestik pemicu koreksi IHSG BEI

    Analis paparkan sentimen domestik pemicu koreksi IHSG BEI

    Jakarta (ANTARA) – Analis sekaligus Founder Stocknow.id Hendra Wardana memaparkan berbagai sentimen dari domestik yang memicu terkoreksinya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Bursa Efek Indonesia (BEI) selama sepekan terakhir ini.

    Ia menjelaskan keputusan Morgan Stanley yang menurunkan peringkat saham MSCI Indonesia dari ‘equal weight’ menjadi ‘underweight’ merupakan salah satu pemicu utama tertekannya IHSG.

    “Lembaga ini menilai return on equity (ROE) saham-saham di Indonesia terus melemah, sementara pertumbuhan ekonomi masih stagnan,” ujar Hendra saat dihubungi oleh Antara di Jakarta, Jumat.

    Menurut Ahli Strategi Morgan Stanley Jonathan Garner, investasi terhadap PDB Indonesia bergerak sideways sepanjang 2025, yang berisiko menekan penciptaan lapangan kerja dan pertumbuhan pendapatan.

    “Akibatnya, investor global lebih memilih untuk mengalihkan portofolio mereka ke negara lain di ASEAN yang dinilai lebih prospektif,” ujar Hendra.

    Lanjutnya, tekanan terhadap IHSG semakin diperparah oleh ketidakpastian pasar terhadap keberadaan Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara).

    Ia menyebut, badan ini diharapkan mampu mengoptimalkan aset negara dan menarik investasi asing, namun masih banyak pertanyaan yang muncul terkait efektivitas dan transparansi pengelolaannya.

    “Investor tampaknya masih ragu apakah Danantara akan benar-benar menjadi katalis positif bagi perekonomian atau justru menambah risiko baru bagi stabilitas keuangan negara. Sentimen itu tercermin dari tekanan besar pada saham-saham perbankan, yang mayoritas melemah tajam,” ujar Hendra.

    Di sisi lain, meskipun sentimen negatif mendominasi, menurutnya, kondisi ini juga membuka peluang bagi investor yang jeli dalam mencari saham berfundamental kuat dengan valuasi yang sudah lebih murah.

    “Dalam kondisi seperti ini, strategi terbaik bagi investor adalah tetap selektif dalam memilih saham, menghindari kepanikan, dan fokus pada saham dengan prospek jangka panjang yang kuat,” ujar Hendra.

    Dari mancanegara, sebagaimana diketahui, pelaku pasar tengah khawatir terhadap penerapan tarif oleh Amerika Serikat (AS) terhadap negara- negara mitra dagangnya.

    Pada Rabu (26/02), Presiden AS Donald Trump mengindikasikan rencana untuk mempertimbangkan tarif timbal balik sebesar 25 persen pada mobil Eropa dan barang-barang lainnya.

    Kemudian, Ia juga mengonfirmasi bahwa tarif pada Meksiko dan Kanada akan berlaku pada 2 April 2025, bukan pada batas waktu yang ditetapkan sebelumnya yaitu pada 4 Maret 2025.

    Data penutupan perdagangan Bursa pada Jumat (28/02) sore, IHSG ditutup melemah 214,85 poin atau 3,31 persen ke posisi 6.270,60. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 turun 27,76 poin atau 3,80 persen ke posisi 703,63.

    Selama sepekan mulai dari Senin (24/02) sampai Jumat (28/02), IHSG tercatat terkoreksi sebesar 7,83 persen.

    Pewarta: Muhammad Heriyanto
    Editor: Zaenal Abidin
    Copyright © ANTARA 2025

  • Jatuh Makin Dalam, IHSG Hari Ini Ditutup pada Level 6.270

    Jatuh Makin Dalam, IHSG Hari Ini Ditutup pada Level 6.270

    Jakarta, Beritasatu.com – Indeks harga saham gabungan (IHSG) tak berdaya dan anjlok ke level 6.270 pada penutupan perdagangan hari ini, Jumat (28/2/2025).

    IHSG sejak awal perdagangan bergerak di zona merah dalam rentang 6.246-6.485. Hingga akhir perdagangan, IHSG hari ini melemah 3,31% atau 214,85 poin ke level 6.270,5.

    Perdagangan IHSG pada hari ini mencatatkan 21,6 miliar lembar saham senilai Rp 20,3 triliun dari 1,2 juta kali transaksi.

    Hanya sebanyak 91 saham yang diperdagangkan hari ini menguat. Sementara itu, sebanyak 555 saham turun, dan sebanyak 146 saham stagnan.

    Mengantisipasi penurunan IHSS lebih dalam seperti hari ini, Bursa Efek Indonesia (BEI) akan melakukan upaya stabilitas pasar.

    Direktur Utama BEI Iman Rachman menyampaikan, pihaknya tengah berkoordinasi dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan akan menggelar pertemuan dengan pelaku pasar pada awal pekan depan.

    Salah satu opsi yang dipertimbangkan adalah kebijakan short selling. Otoritas bursa akan mendengar masukan dari para pelaku pasar terkait penerapan kebijakan ini dan juga dampaknya terhadap pergerakan indeks.

    Selain itu, menghadirkan sentimen positif juga sangat penting agar investor asing tetap memiliki kepercayaan terhadap pasar modal Indonesia agar IHSG tidak semakin jatuh seperti hari ini.

  • IHSG ditutup melemah seiring kekhawatiran pasar penerapan tarif AS

    IHSG ditutup melemah seiring kekhawatiran pasar penerapan tarif AS

    Jakarta (ANTARA) – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Jumat sore ditutup melemah seiring pelaku pasar, utamanya asing khawatir di tengah penerapan kebijakan tarif oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

    IHSG ditutup melemah 214,85 poin atau 3,31 persen ke posisi 6.270,60. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 turun 27,76 poin atau 3,80 persen ke posisi 703,63.

    “Bursa saham regional Asia melemah, dimana pasar bergulat setelah pernyataan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump bahwa tarif terhadap Meksiko dan Kanada akan tetap diberlakukan pekan depan, sementara China akan dikenai tarif tambahan sebesar 10 persen,” sebut Tim Riset Pilarmas Investindo Sekuritas dalam kajiannya di Jakarta, Jumat.

    Selain itu, peningkatan tarif terhadap China tentu berdampak signifikan terhadap perekonomian mereka, yang sangat bergantung pada ekspor dan perdagangan bebas.

    Secara umum, hal itu menimbulkan kekhawatiran terhadap perang dagang global yang dapat membebani perekonomian dunia.

    Dari dalam negeri, setelah diresmikan oleh pemerintah, pelaku pasar menantikan kinerja Danantara.

    Pelaku pasar berharap lembaga yang baru dibentuk ini dapat mengimplementasikan prinsip Good Corporate Governance (GCG) di tengah sorotan terhadap sejumlah kasus korupsi di dalam negeri.

    Sentimen lainnya yaitu penurunan peringkat saham MSCI Indonesia oleh Morgan Stanley dari equal-weight menjadi underweight.

    Selain itu, partisipasi emiten perbankan BUMN dalam mendukung program pembangunan tiga juta rumah juga menjadi perhatian pasar. Pemerintah dikabarkan akan menugaskan bank milik negara untuk membiayai program tersebut.

    Namun demikian, pasar khawatir ketidakjelasan terkait kualitas aset dalam pembiayaan, tenor pembiayaan, calon debitur, serta faktor lainnya dapat berpotensi menekan kinerja perbankan BUMN.

    Dibuka melemah, IHSG betah di teritori negatif hingga penutupan sesi pertama perdagangan saham. Pada sesi kedua IHSG masih betah di zona merah hingga penutupan perdagangan saham.

    Berdasarkan Indeks Sektoral IDX-IC, sepuluh atau semua sektor melemah yaitu dipimpin sektor barang baku yang turun sebesar 5,82 persen, diikuti oleh sektor energi dan sektor infrastruktur yang turun sebesar 3,53 persen dan industri 3,21 persen.

    Adapun saham-saham yang mengalami penguatan terbesar yaitu XSSI, LIVE, FMII, HITS dan INAI. Sedangkan saham-saham yang mengalami pelemahan terbesar yakni RONY, TRUS, LION, JAWA, dan ELIT.

    Frekuensi perdagangan saham tercatat sebanyak 1.139.000 kali transaksi dengan jumlah saham yang diperdagangkan sebanyak 18,51 miliar lembar saham senilai Rp12,98 triliun. Sebanyak 209 saham naik 435 saham menurun, dan 311 tidak bergerak nilainya.

    Bursa saham regional Asia sore ini antara lain Indeks Nikkei menguat 1.100,67 poin atau 2,88 persen ke 37.155,50, indeks Shanghai melemah 67,16 poin atau 1,98 persen ke 3.320,90, indeks Kuala Lumpur melemah 11,90 persen atau 0,75 poin ke posisi 1,574,70, dan indeks Straits Times menguat 24,35 poin atau 0,62 persen ke 3.896,84.

    Pewarta: Muhammad Heriyanto
    Editor: Adi Lazuardi
    Copyright © ANTARA 2025

  • Indo Premier rilis produk ETF baru fokus saham konstituen perbankan

    Indo Premier rilis produk ETF baru fokus saham konstituen perbankan

    Jakarta (ANTARA) – PT Indo Premier Investment Management (IPIM) meluncurkan produk Exchange-Traded Fund (ETF) terbaru yaitu Reksa Dana Indeks Premier ETF IDX-PEFINDO Prime Bank (XIPB), sebagai upaya memberikan solusi investasi bagi investor di pasar modal Indonesia.

    Direktur IPIM Suwito Haryatno menjelaskan XIPB akan berfokus pada konstituen saham sektor perbankan yang memiliki peringkat investment grade, likuiditas transaksi tinggi, serta kinerja keuangan yang solid.

    “Metodologi pemilihan konstituen XIPB mempertimbangkan peringkat, kapasitas bersaing, kapitalisasi pasar, likuiditas, serta valuasi saham, menjadikannya pilihan investasi utama bagi investor yang ingin mendapatkan manfaat investasi pada sektor perbankan,” ujar Suwito di Main Hall BEI, Jakarta, Jumat,

    Dalam 10 tahun terakhir, reksa dana indeks dan ETF telah tumbuh pesat, dengan pertumbuhan tahunan rata-rata total dana kelolaan mencapai 28,90 persen selama periode 2014 sampai 2024.

    Suwito menjelaskan, saat ini IPIM mengelola tidak kurang dari 65 persen total dana kelolaan ETF saham di Indonesia, yang menjadikannya sebagai pemimpin pasar dalam industri ini.

    Menurutnya, sektor perbankan Indonesia memiliki fundamental yang kuat, dengan kontribusi laba sektor perbankan yang mencapai 47 persen dari total laba emiten di IHSG, dengan kapitalisasi pasar sektor perbankan sebesar 27,05 persen dari kapitalisasi pasar IHSG.

    “Hal ini menjadikan sektor perbankan sebagai penggerak utama kinerja IHSG,” ujar Suwito.

    Ia menyebut, Backtesting kinerja portofolio XIPB menunjukkan imbal hasil di atas indeks sektor keuangan, termasuk Indeks Infobank15 dan IHSG sejak tanggal dasar 3 Januari 2017.

    Sehingga, lanjutnya, investor dapat menyesuaikan porsi portofolio bertema sektor perbankan secara cepat dan mudah, baik melalui strategi tactical asset allocation maupun buy and hold strategy.

    Direktur IPIM Noviono Darmosusilo menyampaikan bahwa di tengah dinamika pasar dan tantangan makroekonomi global saat ini, valuasi serta histori pembayaran dividen di sektor perbankan yang atraktif membuka peluang bagi investor untuk memanfaatkan XIPB sebagai instrumen investasi.

    Lanjutnya, ETF ini memberikan eksposur ke sektor perbankan yang tumbuh dan resilien, serta menciptakan nilai tambah bagi investor untuk dapat mengoptimalkan imbal hasil portofolionya.

    “Dengan berorientasi pada inovasi digital, efisiensi operasional, serta pertumbuhan berkelanjutan di tengah peluang tantangan makroekonomi global, ETF kini bukan sekedar instrumen investasi tapi juga telah menjadi pilar utama dalam transformasi industri reksa dana di Indonesia,” ujar Noviono.

    Selain itu, Ia menyebut ETF juga mendorong inklusi investasi melalui peningkatan transparansi, likuiditas, serta akses yang lebih luas bagi pemodal Indonesia baik pemodal kelembagaan maupun masyarakat luas.

    Dengan strategi yang dirancang agar mudah dipahami dan dipantau, lanjutnya, ekosistem ETF yang dihadirkan IPIM memberikan solusi inovatif bagi investor untuk mengelola portofolio mereka dengan lebih fleksibel dan strategis secara real-time selama jam perdagangan di Bursa Efek Indonesia.

    Noviono menjelaskan ETF atau Reksa Dana Bursa memiliki beberapa keunggulan utama, diantaranya perdagangan Real-Time yaitu Investor tidak perlu menunggu Nilai Aktiva Bersih (NAB) di akhir hari karena ETF dapat diperjualbelikan selama jam perdagangan di Bursa Efek Indonesia, menggunakan indikatif NAB.

    Kemudian, diversifikasi Portofolio Secara Instan: ETF saham terdiri dari portofolio saham unggulan, sehingga membantu mengurangi volatilitas dan risiko investasi dibandingkan dengan membeli satuan saham secara langsung.

    Direktur Indo Premier Sekuritas Soehianto menjelaskan ​​​​​XIPB dilengkapi dengan fitur unggulan Power Fund Series (PFS), yang memungkinkan investor untuk berinvestasi dengan nominal yang sangat terjangkau.

    “Instrumen investasi ETF semakin digemari oleh investor, baik ritel maupun institusi, karena kemudahan transaksi yang ditawarkan, termasuk transparansi, real-time NAV, likuiditas pasar yang tinggi, dan efisiensi biaya, serta eksekusi cepat melalui teknologi mutakhir, yang memberikan kendali penuh bagi investor dalam menghadapi berbagai kondisi pasar.” ujar Soehianto

    Pewarta: Muhammad Heriyanto
    Editor: Evi Ratnawati
    Copyright © ANTARA 2025

  • BEI perkuat kolaborasi dengan 18 Galeri Investasi di NTT

    BEI perkuat kolaborasi dengan 18 Galeri Investasi di NTT

    Galeri Investasi BEI pada 18 titik di wilayah NTT harus terus berkolaborasi dan berbagi ilmu investasi pasar modal agar semakin maju di tahun yang baru ini

    Kupang, NTT (ANTARA) – PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Perwakilan Nusa Tenggara Timur (NTT) memperkuat kolaborasi dengan 18 Galeri Investasi demi menyebarluaskan edukasi investasi pasar modal di provinsi berbasis kepulauan tersebut.

    “Galeri Investasi BEI pada 18 titik di wilayah NTT harus terus berkolaborasi dan berbagi ilmu investasi pasar modal agar semakin maju di tahun yang baru ini,” kata Kepala BEI NTT Adevi Sabath Sofani di Kupang, Jumat.

    Demi memperkuat kolaborasi tersebut, pihaknya menggelar acara gathering secara hybrid bersama perwakilan 18 Galeri Investasi dari Perguruan Tinggi dan SMA/SMK di sejumlah wilayah di NTT.

    “Acara gathering ini sebagai komitmen BEI dalam bersinergi dan berkolaborasi dengan Galeri Investasi dalam pengembangan pasar modal, khususnya pada lembaga pendidikan dengan tujuan edukasi kepada mayoritas civitas akademika,” kata Adevi.

    Ia mengatakan salah satu fokus BEI adalah meningkatkan literasi dan inklusi keuangan seluruh masyarakat serta mendorong generasi muda untuk turut berpartisipasi aktif di pasar modal Indonesia.

    Untuk itu, pihaknya sangat mengapresiasi peran lembaga pendidikan yang telah mendirikan Galeri Investasi BEI sebagai wujud kolaborasi dan edukasi bagi segenap civitas akademika maupun peserta didik.

    “Harapannya seluruh Galeri Investasi BEI yang tersebar di wilayah NTT semakin ‘merakyat’ dalam memberikan edukasi investasi di pasar modal agar lebih luas menjangkau masyarakat,” ucap dia.

    Pewarta: Yoseph Boli Bataona
    Editor: Ahmad Buchori
    Copyright © ANTARA 2025

  • IHSG Jumat dibuka melemah 73,27 poin

    IHSG Jumat dibuka melemah 73,27 poin

    Ilustrasi – Seorang pria memantau pergerakan saham melalui gawainya di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay

    IHSG Jumat dibuka melemah 73,27 poin
    Dalam Negeri   
    Editor: Calista Aziza   
    Jumat, 28 Februari 2025 – 11:02 WIB

    Elshinta.com – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Jumat pagi dibuka melemah 73,27 poin atau 1,13 persen ke posisi 6.412,18.

    Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 turun 12,25 poin atau 1,67 persen ke posisi 719,14. 

    Sumber : Antara

  • IHSG Anjlok Hampir 3 Persen, BEI Siapkan Jurus Penyelamatan Pasar

    IHSG Anjlok Hampir 3 Persen, BEI Siapkan Jurus Penyelamatan Pasar

    Jakarta, Beritasatu.com – Indeks harga saham gabungan (IHSG) terus melemah. Bahkan pada sesi I hari ini, Jumat (28/2/2025), IHSG anjlok hingga 185,3 poin atau 2,86% mencapai level 6.300,1.

    Mengantisipasi penurunan lebih dalam, Bursa Efek Indonesia (BEI) telah menyiapkan sejumlah langkah guna menjaga stabilitas pasar.

    Direktur Utama BEI Iman Rachman menyampaikan, pihaknya tengah berkoordinasi dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan akan menggelar pertemuan dengan pelaku pasar.

    “Kami tidak diam. Senin nanti, kami akan mengumpulkan para pelaku pasar untuk membahas langkah-langkah yang bisa diambil. Sebagai self-regulatory organization (SRO), BEI memiliki peran dalam ekosistem ini dan akan berdiskusi untuk mencari solusi terbaik,” ujar Iman di gedung BEI, Jumat (28/2/2025).

    Salah satu opsi yang dipertimbangkan BEI adalah kebijakan terkait short selling. Otoritas bursa akan mendengar masukan dari pelaku pasar terkait penerapan kebijakan ini serta dampaknya terhadap pergerakan indeks.

    Selain itu, Iman menekankan pentingnya menghadirkan sentimen positif agar investor asing tetap memiliki kepercayaan terhadap pasar modal Indonesia.

    “Kita harus menjaga kepercayaan investor, terutama asing, agar mereka tidak semakin menjauh,” tambahnya.

    IHSG selama sesi I hari ini bergerak dalam rentang  6.292-6.485. Hanya sebanyak 79 saham yang menguat. Sementara itu, sebanyak 541 saham turun, dan sebanyak 158 saham stagnan.