Kementrian Lembaga: Bursa Efek Indonesia

  • IHSG Hari Ini Terbang Tinggi Tembus Level 6.200-an

    IHSG Hari Ini Terbang Tinggi Tembus Level 6.200-an

    Jakarta, Beritasatu.com – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatat penguatan tajam pada perdagangan hari ini, berhasil kembali menembus level 6.200 setelah sebelumnya beberapa hari bertahan di bawah angka 6.000.

    Mengacu pada data Bursa Efek Indonesia yang diolah Beritasatu.com, IHSG tercatat menguat 265 poin atau setara 4,49% hingga menyentuh posisi 6.233 pada pukul 09.10 WIB. Dari keseluruhan saham yang diperdagangkan, sebanyak 453 saham mengalami kenaikan, 51 saham terkoreksi, dan 92 saham stagnan.

    Di awal sesi perdagangan pertama IHSG hari ini, volume transaksi mencapai 3,4 miliar saham dengan total nilai transaksi sebesar Rp 3,1 triliun. Frekuensi perdagangan juga cukup aktif, tercatat sebanyak 156.212 kali transaksi.

    Kinerja saham sektor-sektor utama turut mendorong kenaikan indeks secara keseluruhan. Sektor bahan baku menjadi yang paling menonjol dengan lonjakan 6,44%.

    Sektor teknologi menyusul dengan kenaikan 5,06%, disusul sektor konsumsi primer yang naik 4,81%, dan infrastruktur yang turut menguat 3,48%.

    Saham-saham unggulan yang tergabung dalam indeks LQ45 juga bergerak positif, mencatatkan kenaikan sebesar 5,42%. Indeks saham syariah Jakarta Islamic Index (JII) turut bertambah 4,96%, sedangkan indeks Investor33 melonjak 4,56% saat IHSG hari ini naik.

  • Ini Tentang Kebijakan di Tengah Badai

    Ini Tentang Kebijakan di Tengah Badai

    PIKIRAN RAKYAT – Ada momen yang tak biasa dan sarat makna spiritual dalam Sarasehan Ekonomi yang digelar di Assembly Hall, Menara Mandiri, Jakarta Selatan, pada Selasa, 8 April 2025.

    Pada saat Presiden terpilih Prabowo Subianto berdialog dengan para ekonom, pelaku usaha, dan investor pasar modal, seorang tokoh pasar modal menyampaikan permohonan yang mengejutkan namun menyentuh: permintaan agar Prabowo Subianto rutin melaksanakan salat Tahajud dan membaca Surah Yusuf.

    Ajakan Spiritual untuk Pemimpin Negara

    Permintaan itu datang dari Budi Hikmat, Direktur Strategi Investasi PT Bahana TCW Investment Management. Dalam forum yang dihadiri tokoh-tokoh penting dari dunia keuangan dan industri itu, Budi Hikmat tidak hanya menyampaikan pandangan ekonomi, tetapi juga menyerukan pendekatan spiritual untuk menghadapi kompleksitas tantangan global.

    “Saya doakan saja, kalau Bapak Tahajud, buka atau baca Surah Yusuf ayat 12. Walaupun kata Ray Dalio siklus berat, tetapi saran beliau (Nabi Yusuf) itu luar biasa,” katanya.

    Pernyataan itu sontak menarik perhatian. Di tengah dominasi pembicaraan soal fiskal, investasi, dan struktur industri, Budi Hikmat justru membawa tafsir religius sebagai bekal kepemimpinan.

    Dia menyiratkan bahwa kondisi dunia saat ini tak cukup hanya dihadapi dengan logika ekonomi semata, tetapi juga dengan kebijakan yang dipandu oleh nilai spiritual dan kearifan historis.

    Analogi Perang Dunia dan Rivalitas Global

    Budi Hikmat mengibaratkan situasi global saat ini dengan masa sebelum meletusnya Perang Dunia II, khususnya saat Jepang menyerang Pearl Harbor. Namun, perangnya kini tak lagi konvensional, melainkan berupa rivalitas geopolitik dan ekonomi yang mengerucut antara dua kekuatan besar: Amerika Serikat dan China.

    “Dunia sedang mengalami pergeseran besar. Ini seperti sebelum Perang Dunia II. Tapi kali ini bukan tank dan kapal perang, melainkan perang pengaruh dan teknologi,” ujarnya.

    Dalam konteks tersebut, Budi Hikmat menilai bahwa pemimpin nasional seperti Prabowo Subianto harus mampu menjadi navigator yang tidak hanya kuat secara politik, tetapi juga memiliki kemampuan untuk transform dan inform—dua kata kunci yang menurutnya krusial dalam merespons perubahan global.

    Kritik atas Struktur Pasar Modal

    Di luar isu geopolitik dan spiritualitas, Budi Hikmat juga menyampaikan kritik terhadap kondisi pasar modal Indonesia. Menurutnya, Bursa Efek Indonesia saat ini masih terlalu bergantung pada sektor perbankan, padahal sektor-sektor disruptif seperti kecerdasan buatan (AI) dan teknologi digital justru sedang mendominasi pertumbuhan ekonomi global.

    “Di dunia, yang naik adalah sektor disruptif. Tapi di bursa kita, perbankan masih mendominasi sekitar 35%. Kita butuh lebih banyak sektor industrialisasi, inovasi. Bukan hanya bikin susu, tapi juga jadi yogurt—itu artinya hilirisasi,” tuturnya.

    Budi Hikmat menilai reformasi mendalam dalam struktur pasar modal mutlak diperlukan jika Indonesia ingin menjadi kekuatan ekonomi yang mampu bersaing secara global.

    Doa, Refleksi, dan Pesan Nabi Yusuf

    Pernyataan Budi Hikmat ditutup dengan doa yang menggambarkan harapan agar kepemimpinan ke depan berani mengambil keputusan meski di tengah tekanan. Dia mengutip peran Nabi Yusuf dalam menghadapi krisis ekonomi di Mesir kuno sebagai inspirasi.

    “Saya hanya bisa mendoakan. Kalau saya jadi Nabi Yusuf, mungkin saya akan berkata: ‘Bercocok tanamlah kalian secara berkelanjutan.’ Karena ini tentang manajemen permintaan. Ini tentang keberanian membuat kebijakan di tengah badai,” katanya.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Auto Rejection Turun Jadi 15%, Trading Halt Kini Lebih Fleksibel

    Auto Rejection Turun Jadi 15%, Trading Halt Kini Lebih Fleksibel

    PIKIRAN RAKYAT – Mulai Selasa, 8 April 2025, Bursa Efek Indonesia (BEI) resmi memberlakukan dua peraturan terbaru yang bertujuan menjaga stabilitas pasar modal nasional.

    Perubahan ini mencakup penyesuaian batasan Auto Rejection Bawah serta mekanisme penghentian sementara perdagangan (trading halt) dalam kondisi darurat, sebagaimana diatur dalam Surat Keputusan Direksi BEI Nomor Kep-00002/BEI/04-2025 dan Kep-00003/BEI/04-2025.

    Langkah ini dilakukan untuk memastikan perdagangan efek tetap berjalan secara teratur, wajar, dan efisien, sejalan dengan dukungan dan persetujuan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

    Auto Rejection Bawah Disesuaikan Jadi 15%

    BEI menetapkan penyesuaian batasan Auto Rejection Bawah menjadi 15% bagi efek berupa saham yang tercatat pada:

    Papan Utama Papan Pengembangan Papan Ekonomi Baru Exchange-Traded Fund (ETF) Dana Investasi Real Estat (DIRE)

    Penyesuaian ini berlaku untuk seluruh rentang harga, dan diharapkan dapat memberi ruang gerak yang lebih luas dalam dinamika harga saham tanpa mengorbankan perlindungan terhadap investor.

    “Penyesuaian persentase Auto Rejection Bawah dilakukan untuk menjaga volatilitas pasar dan memastikan pelindungan investor,” ujar Kautsar Primadi Nurahmad, Sekretaris Perusahaan BEI, dalam siaran pers resmi yang dirilis Selasa 8 April 2025.

    Auto Rejection adalah batas atas dan bawah perubahan harga saham dalam satu hari bursa. Jika harga melewati batas itu, sistem perdagangan akan secara otomatis menolak transaksi yang tidak sesuai.

    Trading Halt: Sistem Baru Penanganan Krisis

    Selain Auto Rejection, BEI juga memperbarui mekanisme penghentian sementara perdagangan (trading halt) sebagai respons terhadap kondisi pasar yang ekstrem. Ketentuan baru ini diterapkan ketika Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan drastis dalam satu hari bursa:

    Penurunan IHSG lebih dari 8%

    BEI akan menghentikan perdagangan selama 30 menit (trading halt).

    Penurunan lanjutan IHSG lebih dari 15%

    Diberlakukan trading halt tambahan selama 30 menit.

    Penurunan lanjutan IHSG lebih dari 20%

    BEI dapat menghentikan perdagangan (trading suspend) dengan opsi: Sampai akhir sesi perdagangan, atau Lebih dari satu sesi, atas persetujuan atau perintah OJK.

    Tujuan dari kebijakan ini adalah memberi waktu bagi investor untuk mencerna informasi dan merespons secara rasional tanpa kepanikan berlebihan.

    “Penyesuaian ketentuan pelaksanaan penghentian sementara perdagangan Efek dilakukan sebagai upaya BEI untuk memberikan ruang likuiditas yang lebih luas bagi investor dalam menentukan strategi investasi dengan mempertimbangkan informasi yang ada,” tutur Kautsar.

    Belajar dari Bursa Dunia, Dengarkan Suara Pelaku Pasar

    BEI menyatakan bahwa perubahan ini tidak dilakukan secara sepihak. Selain mempertimbangkan best practice dari bursa-bursa efek global, kebijakan ini juga menyerap berbagai masukan dari pelaku pasar, mulai dari investor institusi, pialang saham, hingga emiten.

    Perubahan regulasi ini juga menjadi respons atas dinamika pasar yang semakin cepat dan kompleks, sehingga dibutuhkan mekanisme perlindungan yang adaptif namun tetap memberi ruang pada efisiensi dan likuiditas.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • IHSG ditutup menguat 38,26 poin pada hari terakhir perdagangan bursa jelang libur Lebaran

    IHSG ditutup menguat 38,26 poin pada hari terakhir perdagangan bursa jelang libur Lebaran

    Kamis, 27 Maret 2025 17:38 WIB

    Pekerja melintas di depan layar digital yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (27/3/2025). Pada penutupan perdagangan sebelum memasuki libur Lebaran, IHSG ditutup di zona hijau naik sebesar 38,26 poin ke level 6.510,62 atau naik 0,59 persen. ANTARA FOTO/Bayu Pratama S/tom.

    Pekerja melintas di depan layar digital yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (27/3/2025). Pada penutupan perdagangan sebelum memasuki libur Lebaran, IHSG ditutup di zona hijau naik sebesar 38,26 poin ke level 6.510,62 atau naik 0,59 persen. ANTARA FOTO/Bayu Pratama S/tom.

  • IHSG Terus Melemah, BEI Yakinkan Fundamental Emiten Tetap Sehat

    IHSG Terus Melemah, BEI Yakinkan Fundamental Emiten Tetap Sehat

    Jakarta, Beritasatu.com – Pasar modal Indonesia tengah diguncang sentimen perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan negara-negara lain di Dunia. Tercatat setelah periode libur Panjang Idulfitri, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus melemah, bahkan sempat mencatatkan pelemahan 9,19% pada Selasa (8/4/2025) pagi.

    Meski demikian, Bursa Efek Indonesia (BEI) meyakinkan para investor bahwa secara fundamental emiten tetap dalam kondisi baik. Hal tersebut dibuktikan dengan kinerja keuangan emiten yang positif.

    “Kami juga meyakini fundamental perusahaan-perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia Sampai saat ini juga masih kuat,” ungkap Direktur BEI Jeffrey Hendrik, Rabu (9/4/2025).

    Berdasarkan laporan keuangan yang diserahkan emiten-emiten ke otoritas bursa tersebut, dia menyebutkan kondisi mayoritas perusahaan tersebut dalam kondisi baik walau indikator IHSG melemah.

    “Dari 738 perusahaan itu Ada 703 yang bisa dibandingkan dengan laporan keuangan tahun sebelumnya. Terdapat pertumbuhan aset sebesar 6,31% Pertumbuhan ekuitas 7,91% Pertumbuhan pendapatan atau revenue 3,24% Dan pertumbuhan laba bersih 19,32%. Dari data tersebut Menunjukkan bahwa tahun 2024 kemarin perusahaan-perusahaan yang tercatat di Bursa Bank Indonesia secara agregat masih membukukan pertumbuhan yang baik,” ucap Jeffrey.

    Ke depannya, dia juga mengungkapkan harapannya agar pertumbuhan kinerja perusahaan tersebut dapat konsisten hingga tahun 2025.

    “Tentu kita berharap resiliensi itu tetap ada Untuk sepanjang tahun 2025 ini Agar laporan keuangan di tahun 2025 ini juga semakin baik Sehingga pada giliran yang nanti Akan bisa memberikan benefit bagi para pemegang saham baik dalam bentuk dividen yang lebih baik maupun dari capital gain yang lebih baik,” pungkas Jeffrey.

    Sebagai informasi, IHSG bergerak fluktuatif cenderung terkoreksi pada perdagangan hari ini. Sempat menyentuh level tertingginya pada 6.092, kini IHSG melemah 0,64% ke level 5.956.
     

  • Puan Minta Pemerintah Tak Anggap Sepele Rupiah Melemah dan IHSG Anjlok – Page 3

    Puan Minta Pemerintah Tak Anggap Sepele Rupiah Melemah dan IHSG Anjlok – Page 3

    Pasar saham Indonesia membuka perdagangan pasca libur panjang Lebaran dengan gejolak luar biasa. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) langsung anjlok 9,19% ke level 5.912,06 pada sesi pembukaan dan memicu penghentian sementara perdagangan (trading halt) selama 30 menit, sesuai ketentuan Bursa Efek Indonesia (BEI).

    Kepanikan pasar tercermin bukan hanya pada indeks utama, tetapi juga pada LQ45 yang berisi saham-saham unggulan, yang terjun 11,31% ke posisi 651,46. Saham-saham blue chip menjadi korban utama aksi jual. Di antaranya, BBCA turun 12,94%, BBRI melemah 14,57%, TLKM terkoreksi 14,94%, BBNI merosot 13,21%, dan ASII turun lebih ringan sebesar 3,46%.

    Menurut Pengamat Pasar Modal sekaligus Founder Stocknow.id, Hendra Wardhana, penurunan tajam ini bukan terjadi tanpa alasan. Selama libur bursa, pasar dihantam berbagai sentimen negatif global yang belum sempat direspons secara bertahap, dan akhirnya meledak dalam satu hari perdagangan.

    “Penurunan ini sangat dalam karena seluruh sentimen negatif global yang menumpuk selama libur langsung dicerminkan dalam satu sesi perdagangan,” jelas Hendra Wardhana dalam keterangan resmi yang diterima Kanal Bisnis Liputan6.com, Selasa (8/4/2025).

    Hendra menilai pemicu utama dari tekanan masif ini adalah kebijakan terbaru Presiden AS Donald Trump, yang menaikkan tarif dagang hingga 32% terhadap beberapa negara berkembang, termasuk Indonesia.

    Meski kontribusi ekspor Indonesia ke AS hanya sekitar 9,9%, pasar meresponsnya secara berlebihan karena melihat potensi perang dagang global yang kembali memanas, risiko perlambatan ekonomi dunia, hingga terganggunya rantai pasok global.

    Lebih lanjut, absennya pernyataan atau reaksi cepat dari otoritas Indonesia menjelang pembukaan pasar juga ikut memperparah kepanikan.

    “Ketiadaan reaksi cepat dari pemerintah RI sebelum pasar dibuka juga membuat pelaku pasar kehilangan kepercayaan,” tegas Hendra.

  • BEI Sebut Fundamental Emiten Kuat, Apa Buktinya?

    BEI Sebut Fundamental Emiten Kuat, Apa Buktinya?

    Jakarta

    PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mengklaim fundamental perusahaan yang tercatat di pasar modal dalam kondisi yang kuat. Hal ini mengacu pada kinerja keuangan tahun 2024 yang telah diaudit dan dilaporkan hingga akhir Maret 2025 kemarin.

    Direktur Pengembangan BEI Jeffrey Hendrik mengatakan, fundamental solid kinerja keuangan telah disampaikan 738 emiten dari total 954 perusahaan tercatat. Artinya, ada 216 emiten yang belum menyampaikan laporan keuangan 2024.

    “Fundamental perusahaan-perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia sampai saat ini juga masih kuat. Hal ini ditunjukkan dengan laporan keuangan yang sudah disampaikan kepada kami di Bursa Efek Indonesia sampai dengan kemarin (8/4) paling tidak ada 738 perusahaan yang menyampaikan laporan,” kata Jeffrey kepada wartawan di Gedung BEI, Jakarta Selatan, Rabu (9/4/2025).

    Jeffrey menyebut, terdapat pertumbuhan kinerja keuangan yang solid pada 2024 dibandingkan tahun sebelumnya. Dari 738 emiten, 703 laporan kinerja keuangan perusahaan tumbuh.

    “Dari perbandingan tersebut, dari 703 perusahaan yang sudah menyampaikan laporan keuangan tersebut, terdapat pertumbuhan aset sebesar 6,31%, pertumbuhan ekuitas 7,91%, pertumbuhan pendapatan atau revenue 3,24%, dan pertumbuhan laba bersih 19,32%,” ungkap Jeffrey.

    Ia menilai, data tersebut mencerminkan kinerja positif emiten tumbuh solid. Jeffrey berharap, capaian positif ini dapat dilanjutkan pada 2025.

    “Sehingga pada giliran nanti akan bisa memberikan benefit bagi para pemegang saham, baik dalam bentuk dividen yang lebih baik maupun dari capital gain yang lebih baik,” tutupnya.

    Lihat juga video: Curi Start Minggu Depan, Ada Emiten Cuan!

    (ara/ara)

  • Jumlah Investor Saham Naik 38 Ribu Selama Lebaran, Kini Tembus 15,8 Juta

    Jumlah Investor Saham Naik 38 Ribu Selama Lebaran, Kini Tembus 15,8 Juta

    Jakarta

    PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat jumlah investor pasar modal sebanyak 15.888.836 per 8 April 2025. Angka ini naik 1 juta investor jika dihitung sejak awal tahun hingga Selasa (8/4) kemarin.

    Khusus untuk investor saham atau SID yang tercatat di PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) hingga 8 April, ada 6.744.128 atau tumbuh 362.684 investor saham.

    “Tentu ini adalah pencapaian atau pertumbuhan investor yang cukup menggembirakan bagi kita,” kata Direktur Pengembangan BEI Jeffrey Hendrik di Gedung BEI, Jakarta Selatan, Rabu (9/4/2025).

    Jeffrey mengatakan, lonjakan pertumbuhan investor terjadi signifikan pada periode Lebaran 2025, yakni pada 28 Maret hingga 8 April. Penambahan pada periode tersebut mencapai 38.676 investor saham baru.

    “Artinya lebih dari 10% pencapaian kita dari awal tahun sampai hari ini, itu terjadi di hari libur kemarin,” ungkapnya.

    Berdasarkan analisis sejumlah sekuritas, kata Jeffrey, data ini menunjukkan tingginya kepercayaan publik terhadap pasar modal Indonesia kendati tengah berfluktuasi.

    “Ada satu sekuritas yang menyatakan selama liburan, tercatat di mereka itu ada yang penambahan investornya 10.000-20.000. Artinya, pertama tentu ini adalah hal yang sangat baik. Pelayanan kepada calon investor itu tetap bisa berjalan, walaupun sedang libur,” pungkasnya.

    (ara/ara)

  • Harga Saham IHSG Hari Ini 9 April 2025 Diproyeksi Bakal Terus Melemah

    Harga Saham IHSG Hari Ini 9 April 2025 Diproyeksi Bakal Terus Melemah

    PIKIRAN RAKYAT – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali mencatat pelemahan signifikan, menandai periode tekanan berat di pasar modal Indonesia. Pada perdagangan Selasa 8 April 2025, IHSG ditutup melemah tajam sebesar 514,48 poin atau 7,90 persen, ke posisi 5.996,14.

    Level ini menempatkan IHSG dalam wilayah krusial dan menimbulkan kekhawatiran akan pelemahan lanjutan.

    Pelemahan IHSG Didorong Sentimen Eksternal

    Pengamat pasar modal sekaligus Founder Stocknow.id, Hendra Wardana, memproyeksikan bahwa IHSG masih berpotensi melemah dalam jangka pendek akibat tekanan eksternal, terutama kebijakan tarif resiprokal Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

    “Dari sisi teknikal, IHSG kini berada di area support 5.945 sampai 6.045, dengan level krusial selanjutnya di 5.500 sampai 5.636. Artinya, secara jangka pendek, masih ada risiko pelemahan lanjutan,” ujar Hendra kepada Antara di Jakarta, Rabu 9 April 2025.

    Meski demikian, Hendra menyebut masih ada peluang technical rebound apabila pemerintah Indonesia memberikan sinyal positif terkait negosiasi dagang dengan AS.

    “Namun, kemungkinan technical rebound tetap terbuka, terutama jika ada sinyal diplomasi tegas dari Presiden Prabowo Subianto dalam menanggapi kebijakan tarif Trump,” ucap Hendra.

    Menurutnya, reaksi pasar yang berlebihan terhadap tarif AS mencerminkan kekhawatiran lebih luas terhadap ketegangan dagang global dan potensi perlambatan ekonomi dunia.

    “Meskipun ekspor Indonesia ke AS hanya sekitar 9,9 persen dari total ekspor nasional, reaksi pasar yang berlebihan mengindikasikan adanya kekhawatiran lebih dalam terhadap ketegangan dagang global, potensi perlambatan ekonomi dunia, serta belum adanya respons cepat dari pemerintah RI sebelum pasar dibuka,” tuturnya.

    Trading Halt Diberlakukan, IHSG Anjlok Tajam

    Pada Selasa pagi, IHSG sempat mengalami penurunan lebih dari 9 persen dan dibuka melemah 596,33 poin ke posisi 5.914,28, memicu trading halt selama 30 menit. Hal ini dilakukan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) sebagai bentuk perlindungan dari volatilitas ekstrem.

    “IHSG terkena trading halt. Pasar dikejutkan kebijakan pemerintah AS yang mengumumkan kebijakan tarif impor baru pada Rabu (2 April 2025), dimana Indonesia terkena tarif sebesar 32 persen,” kata Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus.

    Maximilianus menyebut kekhawatiran investor dipicu oleh potensi perlambatan ekonomi global dan kemungkinan dampaknya terhadap pemutusan hubungan kerja (PHK) di dalam negeri.

    “Tarif ini membuat pelaku pasar khawatir akan terjadi perlambatan ekonomi global dan berimbas ke ekonomi dalam negeri,” tuturnya.

    Pendekatan Diplomatis Jadi Kunci Stabilisasi Pasar

    Pengamat dari Indonesia Strategic and Economic Action Institution (ISEAI), Ronny P. Sasmita, menilai bahwa langkah diplomatis yang cepat dan tepat dari pemerintah Indonesia menjadi sangat penting untuk mengatasi gejolak pasar saat ini.

    “Pemerintah harus menunjukkan langkah-langkah strategis yang terukur untuk melakukan pendekatan diplomatis ke Amerika maupun rencana kebijakan yang terukur. Itu yang dibutuhkan,” ujar Ronny.

    Ronny menekankan bahwa kebijakan tarif Trump sangat memukul sektor ekspor Indonesia, khususnya perusahaan yang mengandalkan pasar AS.

    “Selain itu juga pengaruhnya terhadap prospek ekonomi Indonesia kan cukup besar sehingga membuat prospek investasi dan rate of return dari investasi juga akan memburuk,” tuturnya.

    Ronny P. Sasmita juga menyebut bahwa tekanan ini adalah kulminasi dari sentimen negatif sebelumnya, baik dari faktor domestik maupun global. Oleh karena itu, pemerintah perlu mengembalikan optimisme pasar dan memperbaiki citra ekonomi Indonesia di mata investor.

    “Yang dibutuhkan adalah bagaimana pemerintah mengeluarkan sikap dan kebijakan yang bisa mengembalikan optimisme para investor ini di pasar Indonesia,” ucapnya.

    IHSG Terseret Semua Sektor

    Berdasarkan data Indeks Sektoral IDX-IC, semua sektor mengalami penurunan, dengan penurunan terdalam terjadi pada:

    Sektor barang baku: -11,12% Sektor teknologi: -10,18% Sektor barang konsumen non-primer: -8,80%

    Hanya 33 saham yang tercatat naik, sementara 710 saham melemah dan 215 saham stagnan, dari total 22,33 miliar lembar saham yang diperdagangkan dengan nilai Rp20,97 triliun dalam 1,42 juta transaksi.

    Saham-saham top gainer: SOSS, CTBN, NETV, IPAC, LINKJ Saham-saham top loser: MTFN, PANI, INCO, AREA, RAJA Pasar Asia Bergerak Positif, Tapi IHSG Masih Tertekan

    Berbeda dengan IHSG, bursa saham regional Asia justru bergerak menguat:

    Nikkei Jepang: +0,60% ke 37.799,97 Shanghai: +1,58% ke 3.145,55 Kuala Lumpur: +0,02% ke 1.443,73 Straits Times: +2,01% ke 3.469,57

    Sentimen positif di kawasan didorong oleh isyarat dari Trump yang membuka kemungkinan negosiasi dagang dengan mitra utama, termasuk China. Namun, ketegangan tetap tinggi setelah Trump mengancam tarif tambahan 50% terhadap impor China dan China merespons dengan tarif balasan 34% atas produk AS mulai Kamis ini.

    Peluang di Tengah Kepanikan

    Meski pasar sedang diliputi kepanikan, Hendra Wardana justru melihat ini sebagai peluang bagi investor jangka panjang.

    “Justru saat investor panik, ini bisa menjadi peluang strategis untuk mulai mengoleksi saham-saham unggulan yang harganya terkoreksi dalam,” ujarnya.

    Dia menegaskan bahwa fundamental ekonomi Indonesia tetap kuat, dengan pertumbuhan PDB di kisaran 5 persen, neraca perdagangan surplus, dan kinerja emiten besar yang masih solid.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • IHSG Hari Ini Rabu 9 April 2025 Dibuka Kembali Melemah Dihantam Krisis Eksternal

    IHSG Hari Ini Rabu 9 April 2025 Dibuka Kembali Melemah Dihantam Krisis Eksternal

    PIKIRAN RAKYAT – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali dibuka di zona merah pada perdagangan Rabu pagi 9 April 2025, menandakan tekanan di pasar modal Indonesia masih belum mereda pasca kejutannya kemarin.

    Berdasarkan data dari Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG dibuka melemah 17,70 poin atau 0,30 persen ke posisi 5.978,44. Sementara itu, indeks LQ45—yang mencerminkan performa 45 saham unggulan—juga turun tipis 1,00 poin atau 0,15 persen ke posisi 666,77.

    Melanjutkan Tren Pelemahan Sehari Sebelumnya

    Pada penutupan perdagangan Selasa 8 April 2025, IHSG mengalami penurunan tajam sebesar 514 poin atau 7,9 persen ke level 5.996. Saat itu, sebanyak 710 saham melemah, hanya 33 saham yang naik, dan 215 stagnan.

    Tim Analis Pilarmas Investindo Sekuritas menyebut bahwa pelemahan IHSG disebabkan oleh kurangnya respons konkret pemerintah terhadap kebijakan tarif dari Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump.

    “Di dalam negeri, IHSG ditutup melemah cukup dalam. Tanggapan pemerintah terkait pengenaan tarif oleh AS belum memenuhi ekspektasi pasar,” ucap tim analis Pilarmas dalam risetnya.

    Sektor saham yang mengalami penurunan paling tajam adalah bahan baku sebesar 10,55 persen, diikuti oleh sektor finansial dan sektor energi. Saham-saham seperti INCO, MAPI, SMGR, MDKA, dan MBMA mendominasi daftar penurunan LQ45.

    Volume transaksi cukup tinggi, yakni 22,38 miliar lembar saham diperdagangkan dalam 1,42 juta kali transaksi, dengan nilai total Rp20,94 triliun. Meski demikian, kapitalisasi pasar menyusut menjadi Rp10,28 triliun.

    Dinamika Eksternal Masih Bayangi Pasar

    Gejolak pasar saham Indonesia masih dipicu oleh kebijakan tarif tinggi dari pemerintah AS. Pada pekan ini, Trump mengumumkan rencana tarif 50 persen terhadap produk impor Tiongkok dan Indonesia, jika negara-negara tersebut tidak mencabut bea masuk terhadap barang-barang AS.

    “Tiongkok dengan tegas menolak ultimatum Trump yang disebutnya sebagai ‘pemerasan’. Tiongkok menegaskan akan membela kepentingan nasionalnya,” ujar Pilarmas Investindo dalam analisanya.

    Ketegangan antara dua raksasa ekonomi dunia ini memperburuk sentimen global, yang turut menyeret indeks saham di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.

    Pilihan Jalur Negosiasi, Pasar Internasional Menilai Positif

    Pengamat pasar sekaligus Founder Stocknow.id, Hendra Wardana, menyatakan bahwa langkah pemerintah Indonesia yang memilih jalur negosiasi ketimbang retaliasi dalam menghadapi kebijakan tarif AS menjadi sinyal positif bagi pasar.

    “Rencana pemerintah untuk memilih jalur negosiasi, bukan retaliasi, dinilai positif pasar internasional karena menunjukkan Indonesia tetap terbuka terhadap investasi dan menjaga stabilitas jangka panjang,” ujar Hendra saat dihubungi di Jakarta, Rabu 9 April 2025.

    Menurutnya, beberapa strategi negosiasi telah disiapkan pemerintah Indonesia, antara lain:

    Relaksasi aturan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) di sektor teknologi informasi dan komunikasi (ICT), Evaluasi larangan terbatas (lartas) untuk barang ekspor/impor AS, Peningkatan impor produk agrikultur dan energi dari AS, termasuk minyak dan gas (migas), Insentif fiskal dan non-fiskal, seperti pengurangan bea masuk, PPh impor, dan PPN impor.

    “Relaksasi aturan TKDN untuk sektor ICT, evaluasi larangan terbatas (lartas), hingga rencana peningkatan impor produk agrikultur dari AS adalah bagian dari strategi negosiasi yang disiapkan pemerintah,” tutur Hendra.

    Diplomasi Jadi Kunci Stabilitas Pasar

    Sementara itu, menurut informasi dari Kementerian Perdagangan, pemerintah Indonesia tengah mempersiapkan paket diplomasi dalam bentuk proposal konkret untuk dibahas bersama U.S. Trade Representative (USTR) di Washington D.C. Salah satu usulannya adalah revitalisasi Trade & Investment Framework Agreement (TIFA) antara Indonesia dan AS.

    “Saat ini, diplomat Indonesia telah menjalin komunikasi dengan USTR, yang tengah menunggu proposal konkret dari Indonesia,” ujar Hendra.

    Langkah ini dianggap sebagai upaya penting untuk memulihkan kepercayaan investor dan mengembalikan stabilitas pasar saham dalam negeri yang sempat terpuruk dalam dua hari terakhir.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News