Kementrian Lembaga: Bursa Efek Indonesia

  • IHSG Bisa Terkapar ke 5.500, Gara-gara Trump Naikkan Tarif Impor!

    IHSG Bisa Terkapar ke 5.500, Gara-gara Trump Naikkan Tarif Impor!

    Jakarta: Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali jadi sorotan. Setelah libur panjang, IHSG langsung dibuka melemah tajam. Penyebab utamanya? Kebijakan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, yang menaikkan tarif impor untuk hampir semua negara, termasuk Indonesia.
     
    Langkah agresif Trump dalam perang dagang ini bukan cuma bikin panas hubungan internasional, tapi juga bikin pasar keuangan dalam negeri limbung.
    Trump naikkan tarif, pasar langsung panik
    Trump mengumumkan tarif impor baru yang mencapai 49 persen, dengan Indonesia masuk dalam daftar negara terdampak. Produk asal Indonesia kini dikenai tarif sebesar 32 persen. 
     
    Meski kemudian diberi masa penangguhan selama 90 hari, pasar terlanjur keburu cemas. Untuk sementara, negara-negara selain Tiongkok dikenakan tarif umum sebesar 10 persen. Tapi efek domino dari kebijakan ini tetap terasa di banyak pasar, termasuk Indonesia. Bursa Wall Street dan bursa saham Asia juga ikut anjlok, menambah tekanan di pasar global.
     

    IHSG jadi cermin ekonomi Indonesia ke depan
    Penurunan IHSG kali ini bukan sekadar reaksi sesaat. Menurut Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas, Dimas Krisna Ramadhani, ini adalah sinyal serius tentang arah ekonomi Indonesia ke depan.

    “Sebagai indikator awal perekonomian atau leading indicator, IHSG memberikan sinyal penting mengenai arah perekonomian Indonesia ke depan dan oleh karena itu pergerakan IHSG harus diperhatikan dengan seksama oleh para investor,” ujar Dimas keterangan tertulis, Kamis, 10 April 2025.
     
    Menurutnya, tantangan ekonomi Indonesia tidak bisa diselesaikan hanya dengan kebijakan moneter yang terbatas. Diperlukan strategi kebijakan yang lebih jitu untuk menanggulangi tekanan global yang sedang terjadi.

    ARB 15% dinilai kurangi likuiditas
    Di tengah gejolak pasar, Bursa Efek Indonesia sempat mengaktifkan trading halt demi meredam tekanan jual yang berlebihan. Langkah ini diapresiasi oleh Dimas. Namun, ia juga mengkritik kebijakan Auto Reject Bawah (ARB) sebesar 15 persen karena justru bisa membuat pasar makin kering.
     
    “Jika ekonomi global mengalami perlambatan, Indonesia juga berisiko mengalami hal yang sama,” ujar dia.
     
    Kondisi ini membuat investor semakin hati-hati dalam mengambil keputusan, apalagi dengan risiko perlambatan ekonomi global yang membayangi.
    IHSG Bisa Terkoreksi Lebih Dalam
    Melihat kondisi saat ini, Dimas memproyeksikan IHSG masih punya ruang untuk turun lebih dalam. Target koreksi terdekat ada di level 5.500.
     
    Ia juga menyarankan investor untuk tetap tenang dan disiplin menjalankan strategi. Hindari keputusan emosional yang bisa memperbesar kerugian.

     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (ANN)

  • Analis: Penundaan tarif Trump beri katalis positif bagi pasar global

    Analis: Penundaan tarif Trump beri katalis positif bagi pasar global

    Jakarta (ANTARA) – Analis Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta menilai penundaan pemberlakuan tarif selama 90 hari yang diumumkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada Rabu (9/4/2025) telah memberikan katalis positif bagi pasar secara global.

    “Pagi pada waktu ini (Kamis) bursa di AS juga mengalami penguatan. Jadi, ini diharapkan bisa memberikan efek domino ekonomi yang positif untuk market,” kata Nafan saat dihubungi di Jakarta, Kamis.

    Trump pada Rabu (9/4/2025) waktu setempat mengumumkan penundaan kebijakan tarif impor hingga 90 hari ke berbagai mitra dagang, kecuali untuk China dengan tarif impor yang tetap 125 persen.

    Pascapengumuman tersebut, saham-saham AS meroket. Pada perdagangan Rabu (9/4/2025), bursa AS Wall Street berhasil rebound dengan indeks S&P 500 melonjak 9,5 persen, indeks Dow Jones naik 7,69 persen, indeks Nasdaq naik 12,16 persen, serta Russell 2000 naik 8,66 persen.

    Dari dalam negeri, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis pagi dibuka menguat signifikan 302,62 poin atau 5,07 persen ke posisi 6.270,61. IHSG pada Kamis ditutup ke posisi 6.254,02.

    Sebelumnya, IHSG sempat mengalami pelemahan pada pembukaan perdagangan Selasa (8/4/2025) setelah libur panjang Idul Fitri, di tengah kekhawatiran pasar terhadap kebijakan tarif impor AS terbaru yang diumumkan pada 2 April 2025.

    Pada Selasa (8/4/2025) pagi, IHSG dibuka melemah 596,33 poin atau 9,16 persen ke posisi 5.914,28 dan ditutup ke posisi 5.996,14. Pelemahan IHSG berlanjut hingga Rabu (9/4/2025) yang mana pada akhir perdagangan ditutup melemah 28,15 poin atau 0,47 persen ke posisi 5.967,99.

    Nafan turut mengapresiasi dialog yang dibuka oleh Pemerintah Indonesia dengan mengundang para pelaku ekonomi melalui Sarasehan Ekonomi pada Rabu (8/4/2025) yang bertujuan untuk menciptakan ketenangan bagi market.

    Ia menilai langkah diplomasi ekonomi yang ditempuh Pemerintah Indonesia terhadap AS juga sudah on the right track, alih-alih melakukan retaliasi.

    Dengan adanya jeda selama 90 hari untuk tarif resiprokal, Indonesia diharapkan dapat memaksimalkan waktu tersebut agar bisa mencapai kesepakatan yang komprehensif dengan AS.

    “Daripada kita melakukan retaliasi, lebih baik kita menempuh perundingan (dengan AS) supaya bisa menghasilkan kesepakatan yang memang bersifat win win solution dengan mengedepankan pula kepada kepentingan nasional Indonesia,” kata Nafan.

    Sebelumnya, Pemerintah Indonesia mempersiapkan sejumlah paket negosiasi yang akan dibawa ke perundingan untuk menghadapi kebijakan tarif timbal balik atau resiprokal AS di Washington DC.

    Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menilai jalur diplomasi dipilih sebagai solusi yang saling menguntungkan tanpa mengambil langkah retaliasi terhadap kebijakan tarif resiprokal tersebut.

    Namun, Pemerintah Indonesia akan melakukan pertemuan lebih dulu dengan pimpinan negara-negara ASEAN pada 10 April 2025 untuk menyamakan sikap.

    Pewarta: Rizka Khaerunnisa
    Editor: Kelik Dewanto
    Copyright © ANTARA 2025

  • Suminto & Suryo Utomo Kompak Mundur dari Dewan Komisaris PT SMI

    Suminto & Suryo Utomo Kompak Mundur dari Dewan Komisaris PT SMI

    Jakarta

    PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) Tbk (SMII) mengumumkan pengunduran diri dua anggotanya di jajaran komisaris. Mereka adalah Suminto sebagai Komisaris Utama dan Suryo Utomo sebagai Komisaris.

    Kedua sosok tersebut mengundurkan diri dari jabatannya di PT SMI per 9 April 2025. Sebagai informasi, Suminto merupakan Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan, sementara Suryo Utomo merupakan Direktur Jenderal Pajak Kementerian Keuangan.

    “Bapak Suminto mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Komisaris Utama berdasarkan surat pengunduran diri tertanggal 9 April 2025. Bapak Suryo Utomo mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Komisaris berdasarkan surat pengunduran diri tertanggal 9 April 2025,” ungkap manajemen dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (10/4/2025).

    Tidak dijelaskan secara rinci alasan pengunduran diri keduanya. Perusahaan memastikan bahwa perubahan ini tidak memberikan dampak material terhadap kondisi keuangan maupun keberlangsungan operasional PT SMI.

    “Tidak terdapat dampak material terhadap kondisi keuangan atau kelangsungan usaha PT SMI terkait informasi atau fakta material,” ucap perseroan.

    Sebagai informasi, Suminto diangkat sebagai Komisaris Utama PT SMI sejak 17 Juli 2024 sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 296 Tahun 2024. Sebelumnya ia telah dinyatakan lulus dan memenuhi penilaian kemampuan dan kepatutan OJK berdasarkan Surat Tanggapan No. S-16/D.06/2024 tanggal 19 Desember 2024.

    Sementara itu, Suryo Utomo menjadi Komisaris PT SMI sejak 29 November 2019 sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Keuangan No. 889/KMK.06/2019 dan dipercaya kembali sejak 17 Juli 2024 sesuai Keputusan Menteri Keuangan Nomor 296 Tahun 2024. Beliau juga telah dinyatakan lulus dan memenuhi penilaian kemampuan dan kepatutan OJK berdasarkan Surat Tanggapan No. S-17/D.06/2024 tanggal 20 Desember 2024.

    Perlu diketahui, Suryo Utomo telah ditunjuk menjadi Komisaris Utama PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk atau BTN. Hal itu diputuskan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (UPS) pada 26 Maret 2025.

    (aid/rrd)

  • Ini Dampaknya bagi Saham, ETF, dan DIRE

    Ini Dampaknya bagi Saham, ETF, dan DIRE

    PIKIRAN RAKYAT – PT Bursa Efek Indonesia (BEI) resmi memberlakukan perubahan penting dalam kebijakan perdagangan efek, khususnya terkait batas Auto Rejection Bawah (ARB) dan ketentuan trading halt pada hari ini, Selasa 8 April 2025.

    Penyesuaian ini dilakukan guna menjaga stabilitas dan efisiensi pasar modal di tengah dinamika ekonomi global yang terus bergerak cepat.

    Langkah ini dituangkan dalam dua Surat Keputusan Direksi terbaru, yakni:

    Kep-00002/BEI/04-2025 tentang Perubahan Panduan Penanganan Kelangsungan Perdagangan di Bursa Efek Indonesia dalam Kondisi Darurat Kep-00003/BEI/04-2025 tentang Peraturan Nomor II-A tentang Perdagangan Efek Bersifat Ekuitas

    Kedua surat keputusan tersebut menjadi tindak lanjut dari penyesuaian atas SK Direksi sebelumnya, yaitu Kep-00196/BEI/12-2024 dan Kep-00024/BEI/03-2020, dan telah mendapat dukungan penuh dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

    Batas Auto Rejection Bawah Jadi 15 Persen

    Salah satu perubahan signifikan adalah pada batasan Auto Rejection Bawah (ARB). Per 8 April 2025, ARB ditetapkan sebesar 15% untuk seluruh rentang harga bagi:

    Saham yang tercatat di Papan Utama Saham di Papan Pengembangan Saham di Papan Ekonomi Baru Exchange-Traded Fund (ETF) Dana Investasi Real Estat (DIRE)

    Dengan kata lain, harga saham dan instrumen efek lainnya di kategori tersebut dapat turun maksimal 15 persen dalam satu sesi perdagangan sebelum ditolak sistem secara otomatis.

    Langkah ini diambil sebagai bentuk pengelolaan risiko yang lebih adaptif terhadap gejolak pasar, sekaligus membuka ruang pergerakan harga yang lebih luas dan realistis.

    “Penyesuaian persentase Auto Rejection Bawah dilakukan untuk menjaga volatilitas pasar dan memastikan pelindungan investor,” ujar Kautsar Primadi Nurahmad, Sekretaris Perusahaan BEI dalam siaran pers resmi, Selasa 8 April 2025.

    Trading Halt dan Suspend: Penyesuaian Tahapan di Tengah Krisis

    Selain ARB, perubahan juga terjadi dalam ketentuan penghentian sementara perdagangan (trading halt) dan penangguhan perdagangan (trading suspend) yang diberlakukan bila terjadi penurunan tajam Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dalam satu hari.

    Berikut skema baru yang berlaku:

    Trading Halt 30 Menit: Jika IHSG turun lebih dari 8% dalam satu hari bursa. Trading Halt 30 Menit tambahan: Jika penurunan IHSG berlanjut hingga lebih dari 15%. Trading Suspend: Jika IHSG anjlok lebih dari 20%, maka BEI dapat menghentikan perdagangan: Sampai akhir sesi perdagangan hari itu; atau Lebih dari satu sesi perdagangan, dengan persetujuan atau perintah dari OJK.

    BEI menyatakan bahwa perubahan ini bertujuan untuk memberi waktu bagi pelaku pasar untuk menilai situasi secara rasional dan menghindari kepanikan massal.

    “Penyesuaian ketentuan pelaksanaan penghentian sementara perdagangan Efek dilakukan sebagai upaya BEI untuk memberikan ruang likuiditas yang lebih luas bagi investor dalam menentukan strategi investasi dengan mempertimbangkan informasi yang ada,” tutur Kautsar.

    Dampak bagi Investor dan Pasar

    Kebijakan baru ini dinilai akan berdampak langsung pada strategi perdagangan harian, terutama bagi pelaku pasar jangka pendek seperti trader dan manajer investasi.

    Untuk Saham: Ruang gerak harga lebih lebar, tetapi juga berpotensi mempercepat tekanan jual saat sentimen negatif tinggi. Untuk ETF dan DIRE: Investor di produk-produk ini harus lebih waspada terhadap fluktuasi harian, meski tetap terlindungi oleh sistem auto rejection. Untuk Pasar Secara Umum: Kebijakan ini diharapkan meningkatkan efisiensi, likuiditas, dan transparansi perdagangan di Bursa Efek Indonesia. Mengacu pada Praktik Global

    BEI menegaskan bahwa penyesuaian kebijakan ini telah memperhatikan best practice dari bursa-bursa besar dunia dan mendapat masukan dari pelaku pasar domestik. Hal ini penting agar pasar modal Indonesia tetap kompetitif dan adaptif terhadap tantangan ekonomi global.

    “Dalam penerapan kebijakan ini, BEI juga telah mempertimbangkan best practice pada Bursa-bursa di dunia serta memperhatikan masukan pelaku pasar,” kata Kautsar.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • BEI Buka Peluang Kembalikan Batas Trading Halt ke 5 Persen

    BEI Buka Peluang Kembalikan Batas Trading Halt ke 5 Persen

    Jakarta, Beritasatu.com – Bursa Efek Indonesia (BEI) memutuskan untuk menurunkan batas pembekuan perdagangan otomatis (trading halt) menjadi pada level koreksi indeks harga saham gabungan (IHSG) sebesar 8%. Sebelumnya, batas trading halt ditetapkan pada koreksi 5%.

    Direktur Utama BEI Iman Rachman mengatakan, apabila IHSG terkoreksi hingga 8%, BEI akan menghentikan sementara perdagangan selama 30 menit. Jika koreksi berlanjut hingga 15%, maka trading halt akan kembali diberlakukan selama 30 menit.

    Ia menuturkan bahwa perubahan batas trading halt ini mempertimbangkan dinamika pasar global serta kebijakan serupa yang diterapkan oleh bursa-bursa negara lain.

    “Perubahan ini dilakukan untuk memberikan ruang likuiditas yang cukup kepada investor. Kebijakan ini juga bertujuan menjaga agar perdagangan tetap berlangsung secara teratur, wajar, dan efisien,” ujar Jeffrey di gedung BEI, Jakarta, Rabu (9/4/2025).

    Ia menambahkan, kebijakan batas trading halt ini mengacu pada praktik terbaik (best practice) dari beberapa bursa global, seperti Thailand dan Korea Selatan, yang menerapkan batas trading halt pada level -8%, -15%, dan -20%.

    “Hal itu pula yang menjadi pertimbangan kami untuk mulai menerapkannya sejak Selasa (8/4/2025). Di sisi lain, kami juga meningkatkan perlindungan bagi investor melalui kebijakan auto rejection bawah (ARB) yang kini bersifat asimetris, dengan batas maksimal penurunan harga sebesar 15%,” jelasnya.

    Lebih lanjut, Jeffrey menyampaikan bahwa peluang untuk mengembalikan batas trading halt ke level -% tetap terbuka, tergantung evaluasi dan masukan dari regulator serta pelaku pasar.

    “Kita lihat nanti. Seperti yang saya sampaikan, seluruh kebijakan yang diambil BEI tentu harus dikomunikasikan dengan OJK dan seluruh pemangku kepentingan. Jika nantinya OJK dan stakeholder menilai bahwa sudah waktunya dilakukan revisi, kami pasti akan menindaklanjuti,” pungkas Jeffrey terkait trading halt.

  • BEI Uji Kebijakan ARB 15% dan Trading Halt Bertingkat

    BEI Uji Kebijakan ARB 15% dan Trading Halt Bertingkat

    PIKIRAN RAKYAT – PT Bursa Efek Indonesia (BEI) resmi menerapkan kebijakan baru yang memengaruhi sistem perdagangan saham di Indonesia.

    Kebijakan ini mengatur ulang batas Auto Rejection Bawah (ARB) dan mekanisme penghentian sementara perdagangan (trading halt), yang kini juga diikuti dengan simulasi transaksi saham terbaru agar pelaku pasar dapat menyesuaikan diri secara optimal.

    “Penyesuaian ini dilakukan dalam rangka menjaga perdagangan efek yang teratur, wajar, dan efisien,” ucap Kautsar Primadi Nurahmad, Sekretaris Perusahaan BEI dalam siaran pers resmi, Selasa 8 April 2025.

    “Kami juga memberikan ruang bagi investor untuk menyesuaikan strategi dengan kebijakan baru,” ucapnya menambahkan.

    Kebijakan Baru: ARB 15% dan Trading Halt Bertingkat

    Berdasarkan Surat Keputusan Direksi BEI:

    ARB disesuaikan menjadi maksimal 15% untuk: Saham di Papan Utama, Papan Pengembangan, dan Papan Ekonomi Baru Exchange-Traded Fund (ETF) Dana Investasi Real Estat (DIRE) Mekanisme trading halt berdasarkan penurunan IHSG: >8%: Trading halt 30 menit >15%: Tambahan trading halt 30 menit >20%: Trading suspend hingga akhir sesi atau lebih dari satu sesi atas persetujuan OJK Simulasi Transaksi Saham

    Untuk memahami dampak nyata kebijakan ini, BEI telah merancang simulasi transaksi saham terbaru yang menggambarkan situasi pasar dengan ARB 15%. Berikut adalah ilustrasinya:

    Simulasi 1: Penurunan Harga Saham Hingga Batas ARB

    Saham PT ABCD Tbk ditutup kemarin di harga Rp1.000. Hari ini, pasar sedang dilanda sentimen negatif, dan saham ABCD mulai turun. Dengan kebijakan baru, harga hanya bisa turun maksimal 15% dalam satu sesi perdagangan, yakni:

    Rp1.000 – (15% x Rp1.000) = Rp850

    Jika harga turun sampai Rp850, sistem akan otomatis menolak order jual di bawah harga tersebut (auto reject bawah). Implikasi: Investor tidak bisa menjual saham di bawah Rp850. Mencegah panic selling ekstrem. Memberi waktu kepada investor untuk mengevaluasi informasi pasar.

    Simulasi 2: Trading Halt karena IHSG Anjlok

    IHSG dibuka di 6.800. Di tengah sesi pagi, IHSG turun drastis hingga 6.200, atau sekitar 8,8%. Sistem BEI otomatis melakukan trading halt 30 menit. Setelah perdagangan dibuka kembali, IHSG kembali anjlok ke 5.700 (penurunan 16,1%). Trading halt kedua dilakukan selama 30 menit. Jika IHSG turun lagi ke 5.400 (turun 20,6%), maka trading suspend diberlakukan.

    Tujuan simulasi ini adalah:

    Melatih pelaku pasar menghadapi krisis. Mengedukasi investor agar tidak panik. Menjaga kestabilan pasar secara sistemik. BEI: Edukasi Investor Jadi Prioritas

    BEI menekankan bahwa implementasi kebijakan ini bukan hanya soal teknis perdagangan, tetapi juga menyangkut literasi dan kesiapan investor.

    “Dalam penerapan kebijakan ini, BEI juga telah mempertimbangkan best practice pada Bursa-bursa di dunia serta memperhatikan masukan pelaku pasar,” tutur Kautsar.

    BEI juga telah menyediakan berbagai sarana edukasi, termasuk simulasi daring, modul pelatihan, hingga workshop digital trading bagi investor ritel dan institusi.

    Apa yang Harus Dilakukan Investor?

    Dengan kebijakan baru ini, investor disarankan untuk:

    Memonitor pergerakan pasar secara aktif Memahami batas risiko portofolio masing-masing Tidak terburu-buru menjual saat pasar bergejolak Menggunakan fitur-fitur proteksi seperti stop loss atau limit order

    Simulasi transaksi saham yang dilakukan BEI dapat dijadikan referensi penting untuk mempersiapkan langkah strategis di tengah volatilitas pasar yang tinggi.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Buyback Tanpa RUPS, 19 Emiten Serbu Pasar Saham Triliunan Rupiah

    Buyback Tanpa RUPS, 19 Emiten Serbu Pasar Saham Triliunan Rupiah

    Jakarta, Beritasatu.com – Sejak Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menetapkan relaksasi kebijakan buyback tanpa melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) pada 19 Maret 2025, gelombang pembelian kembali saham oleh emiten terus mengalir deras.

    Hingga awal April 2025, tercatat 19 emiten telah memanfaatkan kebijakan ini untuk melakukan aksi buyback dengan nilai total mencapai triliunan rupiah.

    Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK Inarno Djajadi menyatakan, langkah ini diambil sebagai respons atas gejolak pasar saham yang terjadi belakangan ini.

    “Buyback kini dapat dilakukan tanpa perlu melalui RUPS. Ini memberikan fleksibilitas bagi emiten dalam menjaga kestabilan harga sahamnya,” ujar Inarno dalam konferensi pers di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (9/4/2025).

    Relaksasi ini memberikan batas maksimum buyback saham sebesar 20% dari modal disetor dan berlaku selama enam bulan sejak 18 Maret 2025. Emiten juga diwajibkan untuk menyampaikan laporan pelaksanaan buyback secara berkala.

    “Kami tetap melakukan pengawasan agar pelaksanaan buyback berjalan sesuai regulasi. Apabila kondisi pasar membaik, emiten boleh menghentikan aksi buyback saham, tetapi fleksibilitas ini penting dalam situasi seperti sekarang,” tambah Inarno.

    Beberapa emiten papan atas langsung merespons kebijakan ini dengan mengumumkan rencana buyback besar-besaran. Grup Barito milik konglomerat Prajogo Pangestu menjadi salah satu yang paling agresif.

    PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) menetapkan nilai buyback sebesar Rp2 triliun, yang berlangsung dari 24 Maret hingga 23 Juni 2025. PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) juga melaksanakan aksi serupa senilai Rp2 triliun dari 21 Maret hingga 20 Juni 2025, dengan batas harga maksimal Rp10.000 per saham.

    Sementara itu, PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) mengalokasikan Rp500 miliar untuk buyback dalam periode yang sama. Di luar Grup Barito, PT Citra Marga Nusaphala Persada Tbk (CMNP) milik Jusuf Hamka, ikut serta dengan nilai buyback mencapai Rp815,61 miliar yang akan dimulai pada 2 Mei hingga 2 Juni 2025.

    Langkah buyback ini dinilai bukan sekadar upaya menjaga harga saham, tetapi juga mencerminkan kepercayaan diri manajemen terhadap kinerja perusahaan.

    Pendiri Stocknow.id Hendra Wardana menyebut, kebijakan ini sebagai penyangga IHSG di tengah volatilitas.

    “Ketika saham-saham mengalami tekanan berlebih, aksi buyback memberi sinyal kuat bahwa saham tersebut undervalued dan manajemen mengambil langkah konkret,” ujarnya.

    Ia menambahkan, mekanisme buyback tanpa RUPS memungkinkan emiten bertindak cepat tanpa terhambat proses birokrasi yang bertele-tele. 

    Selain itu, kebijakan ini juga mampu menstabilkan psikologi pasar, mencegah kepanikan, serta menarik kembali minat investor.

    VP, Head of Marketing, Strategy & Planning PT Kiwoom Sekuritas Indonesia menyatakan, aksi buyback menjadi instrumen penting di tengah tekanan eksternal, seperti kebijakan tarif impor Presiden AS Donald Trump terhadap produk Tiongkok dan Indonesia.

    “Aksi buyback menjadi sinyal bahwa harga saham mulai menyimpang dari nilai intrinsiknya. Jika dilakukan oleh emiten dengan fundamental kuat dan valuasi rendah, ini bisa jadi penopang signifikan untuk harga saham maupun indeks secara keseluruhan,” jelasnya.

    Namun, ia juga mengingatkan bahwa dampak buyback akan sangat bergantung pada kekuatan neraca keuangan emiten dan dinamika pelaku institusi. Emiten dengan modal dan likuiditas kuat akan lebih mudah menahan tekanan dan menjadi incaran investor institusi kembali.

    Hendra menambahkan, dalam kondisi pasar yang oversold, buyback secara masif dapat mengurangi tekanan jual, menambah permintaan, dan memperkecil jumlah saham beredar. Hal ini berpotensi memperbaiki struktur harga dan menjaga indeks dari penurunan yang lebih tajam.

    “Buyback memang bukan satu-satunya alat untuk menahan IHSG, tetapi bisa sangat membantu menjaga psikologi pasar. Investor akan merasa bahwa perusahaan tidak tinggal diam menghadapi gejolak,” imbuhnya.

    Menurut data OJK, hingga awal April 2025, terdapat 16 emiten yang telah menyampaikan keterbukaan informasi terkait rencana pembelian kembali saham. Jumlah ini kemungkinan masih akan bertambah, seiring respons dunia usaha terhadap dinamika pasar yang belum stabil.

    “Jumlahnya terus bergerak dan kami prediksi akan bertambah, karena fleksibilitas ini berlaku hingga enam bulan sejak 18 Maret,” tutur Inarno.

    Kebijakan ini mengacu pada Peraturan OJK (POJK) Nomor 13 Tahun 2023 yang memberikan keleluasaan bagi perusahaan terbuka melakukan buyback tanpa harus menggelar RUPS dalam situasi pasar bergejolak.

    Dengan semakin banyak emiten yang terlibat, buyback saham berpotensi menjadi katalis positif jangka pendek untuk pasar modal Indonesia, sekaligus menjaga kepercayaan investor di tengah tekanan eksternal dan ketidakpastian global.

  • Pasar Jangan Panik! BEI Siapkan Langkah Mitigasi Hadapi Dampak Tarif Impor AS

    Pasar Jangan Panik! BEI Siapkan Langkah Mitigasi Hadapi Dampak Tarif Impor AS

    Jakarta: Ketegangan akibat kebijakan tarif impor Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump tak pelak membuat pasar keuangan global ikut bergolak. 
     
    Namun, investor dan pelaku pasar di Indonesia tak perlu cemas berlebihan. PT Bursa Efek Indonesia (BEI) memastikan bahwa langkah-langkah mitigasi telah disiapkan jika tekanan pasar kembali terjadi.
     
    Direktur Pengembangan BEI Jeffrey Hendrik menegaskan BEI siap beradaptasi dan melakukan berbagai penyesuaian jika kondisi pasar memburuk, terutama pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

    “Kita sama-sama memantau perkembangan di pasar global seperti apa, kalau memang nanti dirasa atau disepakati diperlukan penyesuaian-penyesuaian lain, kenapa tidak?” ujar Jeffrey dilansir Antara, Kamis, 10 April 2025.
     

    Langkah cepat dan adaptif dari BEI
    BEI memastikan terbuka terhadap segala bentuk penyesuaian regulasi untuk menjaga stabilitas dan kepercayaan pasar. 
     
    Menurut Jeffrey, fleksibilitas ini penting agar likuiditas pasar tetap terjaga dan tidak kehilangan momentum di tengah gejolak global.
     
    “Kalau dirasa nanti diperlukan penyesuaian-penyesuaian, kita sangat terbuka. Apapun penyesuaian yang perlu kita lakukan, bisa kita lakukan,” ucap dia.
     
    Salah satu langkah yang sedang dikaji adalah pembukaan kode Anggota Bursa (broker) dan domisili investor dalam sistem online trading. Tujuannya? Memberikan transparansi lebih dan menenangkan investor ritel agar tidak terjebak kepanikan.
     
    “Itu (pembukaan kode broker) termasuk yang sedang kita diskusikan secara intensif dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk bisa kita berikan sebagai informasi tambahan kepada investor, khususnya investor ritel,” jelas Jeffrey.
    Langkah antisipatif yang sudah dijalankan
    Tak hanya sekadar wacana, BEI bersama OJK sudah melakukan beberapa penyesuaian penting, seperti:
     
    – Mengubah ketentuan penghentian sementara perdagangan efek (trading halt) dan batas auto rejection bawah (ARB) per 8 April 2025.
    – Menerbitkan kebijakan buyback saham tanpa harus melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) sejak 19 Maret 2025.
    – Menunda pelaksanaan short selling untuk sementara waktu.
     
    Langkah-langkah tersebut menunjukkan bahwa regulator pasar modal tidak tinggal diam dan siap merespons cepat terhadap ketidakpastian global.

     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (ANN)

  • Bursa Asia Ikut Rebound, Investor Tarik Napas Lega

    Bursa Asia Ikut Rebound, Investor Tarik Napas Lega

    PIKIRAN RAKYAT – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) melesat tajam pada Kamis pagi, 10 April 2025. IHSG dibuka menguat 302,62 poin atau 5,07 persen ke level 6.270,61.

    Kenaikan ini menjadi salah satu lonjakan terbesar yang tercatat sejak awal tahun, mencerminkan sentimen pasar yang sangat positif terhadap perkembangan geopolitik global, khususnya kebijakan perdagangan Amerika Serikat.

    Selain IHSG, indeks LQ45 yang mencerminkan kinerja 45 saham unggulan juga melonjak signifikan. LQ45 dibuka naik 44,78 poin atau 6,69 persen ke posisi 714,15, menandai kepercayaan tinggi investor terhadap saham-saham berkapitalisasi besar dan likuid.

    Pemicu Rebound: Penundaan Tarif Trump

    Kenaikan ini terjadi setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan penundaan implementasi tarif impor selama 90 hari terhadap berbagai negara. Meski tidak berlaku untuk China, kebijakan ini tetap dipandang sebagai langkah meredakan ketegangan dagang global.

    “IHSG hari ini berpotensi rebound mengikuti pergerakan bursa AS karena melemahnya tensi perang dagang setelah Presiden Trump menunda pengenaan tarif 90 hari, kecuali untuk China,” ujar Head of Retail Research BNI Sekuritas, Fanny Suherman di Jakarta, Kamis 10 April 2025.

    Trump memang memberikan ruang jeda bagi beberapa negara dari beban tarif berat, namun tetap mengenakan bea masuk sebesar 10 persen secara luas terhadap hampir semua impor AS. Sementara untuk China, tarif justru dinaikkan menjadi 125 persen.

    Ini disebut sebagai respons atas kebijakan China yang menetapkan bea masuk 84 persen terhadap barang-barang dari AS mulai 10 April 2025.

    Bursa AS dan Asia Ikut Menguat

    Langkah AS ini memberi efek domino ke berbagai bursa global. Pada perdagangan Rabu 9 April 2025, Wall Street mengalami rebound tajam. Indeks S&P 500 naik 9,5 persen, Dow Jones melonjak 7,69 persen, Nasdaq terbang 12,16 persen, dan Russell 2000 menguat 8,66 persen.

    Sektor teknologi memimpin reli dengan kenaikan 14,15 persen, sementara sektor utilitas naik 3,91 persen. Saham Nvidia meroket 18,7 persen dan Apple melonjak 15,3 persen.

    Dampaknya juga terasa hingga Asia. Berikut adalah pergerakan indeks saham utama di kawasan:

    Nikkei (Jepang): Naik 2.630,18 poin atau 4,46% ke 34.344,21 Kuala Lumpur (Malaysia): Naik 62,41 poin atau 4,46% ke 1.463,00 Shanghai (Tiongkok): Naik 47,38 poin atau 1,49% ke 3.234,19 Strait Times (Singapura): Terkoreksi 203,86 poin atau turun 6,01% ke 3.597,55

    Lonjakan indeks ini biasanya turut memengaruhi penguatan nilai tukar rupiah, karena aliran modal asing cenderung masuk kembali ke pasar negara berkembang ketika sentimen global membaik. Investor kini akan mencermati arah kebijakan lanjutan dari Washington dan Beijing serta rilis data ekonomi berikutnya.

    Dengan tensi global yang sedikit mereda, pasar domestik mendapat momentum untuk bangkit. Namun demikian, pelaku pasar tetap perlu berhati-hati terhadap ketidakpastian yang mungkin muncul kembali apabila konflik dagang kembali memanas, khususnya jika jeda tarif AS bersifat sementara.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Buyback Tanpa RUPS, 19 Emiten Serbu Pasar Saham Triliunan Rupiah

    DPR Anggap IHSG Turun Hal Wajar, tetapi Perlu Dicermati

    Jakarta, Beritasatu.com – Penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dianggap sebagai hal yang wajar dalam dinamika ekonomi, tetapi perlu dicermati secara hati-hati karena berdampak pada stabilitas ekonomi nasional.

    “Kebijakan Presiden AS Donald Trump yang memberlakukan tarif resiprokal untuk produk impor dari berbagai negara membuat pasar keuangan global bergejolak, termasuk saham di Indonesia,” kata Wakil Ketua Komisi XI DPR Fauzi Amro kepada wartawan, Kamis (10/4/2025).

    Menurutnya, berbagai faktor eksternal berdampak pada tren penurunan IHSG saat ini, seperti kebijakan suku bunga The Fed dan kondisi geopolitik yang memengaruhi sentimen investor.

    Sementara dari faktor domestik, kata Fauzi, pelaku pasar masih menantikan kepastian kebijakan ekonomi pascapemilu, termasuk komitmen pemerintah terhadap keberlanjutan fiskal dan reformasi struktural.

    “Penurunan ini mencerminkan adanya tekanan, baik dari dalam negeri maupun luar negeri yang memengaruhi sentimen investor. Kita harus tetap waspada dan menjaga kepercayaan pasar agar jangan sampai tren ini berlarut dan berdampak sistemik,” tuturnya.

    Dia juga mengaku khawatir terhadap dampak yang lebih luas, seperti terganggunya kepercayaan investor terhadap stabilitas ekonomi Indonesia.

    Pasalnya, hal tersebut dapat berpotensi memicu terjadinya capital outflow, pelemahan nilai tukar, serta tekanan pada sektor-sektor riil yang erat kaitannya dengan pasar modal.

    Karena itu, Komisi XI DPR terus memantau perkembangan ini dan mendorong langkah-langkah yang lebih proaktif untuk menjaga stabilitas pasar.

    Fauzi mengatakan, pihaknya telah melakukan diskusi intensif dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Bank Indonesia (BI) melalui berbagai forum, termasuk rapat kerja dan rapat dengar pendapat.

    Ia juga menekankan pentingnya sinergi antara pemerintah, Kemenkeu, OJK dan BEI untuk memperkuat insentif fiskal bagi investor, seperti relaksasi pajak transaksi saham, serta percepatan kebijakan green economy guna menarik investasi yang berkelanjutan.

    Untuk mencegah tren penurunan IHSG secara terus menerus, Komisi XI DPR akan mengawasi upaya-upaya stabilisasi yang dilakukan oleh BI dan OJK dalam menghadapi fluktuasi pasar.