Kementrian Lembaga: Bursa Efek Indonesia

  • IHSG akhir tahun ditutup menguat ikuti mayoritas bursa kawasan Asia

    IHSG akhir tahun ditutup menguat ikuti mayoritas bursa kawasan Asia

    Sumber foto: Antara/elshinta.com.

    IHSG akhir tahun ditutup menguat ikuti mayoritas bursa kawasan Asia
    Dalam Negeri   
    Editor: Sigit Kurniawan   
    Senin, 30 Desember 2024 – 17:46 WIB

    Elshinta.com – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Senin sore ditutup naik mengikuti penguatan mayoritas bursa saham kawasan Asia.

    IHSG ditutup menguat 43,33 poin atau 0,62 persen ke posisi 7.079,90. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 naik 1,52 poin atau 0,18 persen ke posisi 826,62.

    “Kawasan Asia, pasar saham mencatatkan kinerja yang solid di tahun 2024, dengan indeks MSCI Asia Pasifik sudah naik sekitar 8 persen di tengah pelonggaran kebijakan moneter oleh bank sentral dan juga optimisme seputar Kecerdasan Buatan atau Artificial Intelligence (AI),” sebut Tim Riset Phillip Sekuritas Indonesia dalam kajiannya di Jakarta, Senin.

    Dari sisi makroekonomi, investor mencerna rilis data Industrial Production Korea Selatan yang keluar merosot 0,7 persen month to month (mtm), dibandingkan sebelumnya sebesar 0,1 persen year on year (yoy) pada November 2024.

    Sementara itu, penjualan ritel Korea Selatan naik 0,4 persen (mtm) pada November 2024, atau pulih dari penurunan 0,8 persen (mtm) pada Oktober 2024, menandakan pertumbuhan positif pertama dalam empat bulan terakhir.

    Dari Jepang, perhitungan akhir data Jibun Bank Manufacturing PMI berada di level 49,6 pada Desember 2024, atau sedikit di atas perhitungan awal 49,5 dan naik dari level 48,0 pada November 2024.

    Meskipun tertinggi sejak September 2024, data ini memperpanjang kontraksi di sektor manufaktur Jepang menjadi enam bulan beruntun.

    Dibuka melemah, IHSG bergerak ke teritori positif sampai penutupan sesi pertama perdagangan saham. Pada sesi kedua, IHSG masih betah di zona hijau hingga penutupan perdagangan saham.

    Berdasarkan Indeks Sektoral IDX-IC, sembilan sektor menguat dipimpin oleh sektor teknologi sebesar 2,67 persen, diikuti oleh sektor barang baku dan sektor kesehatan yang menguat sebesar 1,59 persen dan 1,31 persen.

    Sementara itu, dua sektor melemah yaitu sektor keuangan turun paling dalam minus 0,66 persen, diikuti oleh sektor industru yang turun sebesar 0,06 persen.

    Saham-saham yang mengalami penguatan terbesar yaitu WAPO, MMIX, KEJU, SSMS dan TRST. Sedangkan saham-saham yang mengalami pelemahan terbesar yakni VTNY, JGLE, ANDI, KREN dan XSSI.

    Frekuensi perdagangan saham tercatat sebanyak 1.001.000 kali transaksi dengan jumlah saham yang diperdagangkan sebanyak 24,71 miliar lembar saham senilai Rp12,11 triliun. Sebanyak 363 saham naik 261 saham menurun, dan 323 tidak bergerak nilainya.

    Bursa saham regional Asia sore ini antara lain, indeks Nikkei melemah 386,62 poin atau 0,96 persen ke level 38.894,54, indeks Shanghai menguat 7,19 poin atau 0,21 persen ke posisi 3.407,33, indeks Kuala Lumpur menguat 9,54 poin atau 0,59 persen ke posisi 1.637,68, dan indeks Straits Times menguat 9,08 poin atau 0,24 persen ke 3.780,71.

    Sumber : Antara

  • BEI gandeng MSCI kenalkan kontrak berjangka indeks asing 

    BEI gandeng MSCI kenalkan kontrak berjangka indeks asing 

    Dukungan OJK atas penerbitan KBIA sejalan dengan amanat UU Nomor 4 Tahun 2023 tentang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan

    Jakarta (ANTARA) – PT Bursa Efek Indonesia (BEI) bersama PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI) dan PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), serta dukungan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) akan meluncurkan produk derivatif baru yang disebut Kontrak Berjangka Indeks Asing (KBIA).

    Upaya ini bertujuan untuk menambah keragaman instrumen yang diperdagangkan, mendorong perkembangan derivatif, serta menambah eksposur investasi luar negeri di pasar modal Indonesia.

    Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif dan Bursa Karbon OJK Inarno Djajadi saat Penutupan Perdagangan BEI 2024 di Jakarta, Senin, menjelaskan KBIA akan menggunakan indeks atas efek yang tercatat di bursa luar negeri sebagai underlying, yang dapat dimanfaatkan oleh investor untuk mendapatkan eksposur atas pergerakan Indeks dengan konstituen saham-saham luar negeri.

    “Dukungan oleh OJK atas rencana penerbitan KBIA sejalan dengan amanat Undang Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2023 tentang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (UUP2SK),” ujar Inarno.

    Adapun, aturan itu mengatur pengalihan kewenangan pengaturan dan pengawasan produk derivatif keuangan ke OJK yang akan efektif pada 10 Januari 2025.

    “Selanjutnya pada sore hari ini, kita juga akan meluncurkan produk derivatif baru, yaitu Kontrak Berjangka Indeks Asing (KBIA), dengan underlying MSCI Hong Kong Listed Large Cap, yang diterbitkan BEI bekerja sama secara resmi dengan MSCI. Melalui penerbitan produk baru ini, diharapkan pasar derivatif Indonesia akan memiliki variasi investasi yang lebih luas dan pertumbuhannya akan semakin meningkat di masa mendatang,” ujar Inarno.

    BEI telah menerbitkan KBIA dengan underlying indeks MSCI Hong Kong Listed Large Cap, yang merepresentasikan pergerakan saham-saham dengan kapitalisasi pasar yang besar dan tercatat di Bursa Hong Kong.

    KBIA MSCI Hong Kong Listed Large Cap memiliki contract size sebesar Rp10.000 per poin indeks dengan leverage sampai dengan 33 kali lipat sehingga modal yang dibutuhkan untuk bertransaksi KBIA sangat terjangkau bagi investor.

    Untuk menjaga kewajaran transaksi dan risiko dari KBIA, Direktur Pengembangan BEI Jeffrey Hendrik menjelaskan rentang pergerakan harga harian atau auto rejection KBIA dibatasi sebesar 15 persen dari harga penyelesaian hari sebelumnya.

    “Produk KBIA MSCI Hong Kong Listed Large Cap yang diterbitkan BEI telah mendapatkan izin OJK dan lisensi dari MSCI. Pada tahun 2025, BEI akan terus menambah efek luar negeri yang digunakan sebagai underlying KBIA, sehingga investor memiliki lebih banyak pilihan untuk mendapatkan eksposur dari pergerakan pasar luar negeri,” ujar Jeffrey.

    Bagi investor yang telah memiliki rekening Saham dan ingin melakukan transaksi KBIA, lanjutnya, maka cukup dengan membuka Sub Rekening Efek (SRE) Derivatif pada Anggota Bursa (AB) yang telah memiliki izin Derivatif dari BEI.

    Ia menjelaskan KBIA juga melalui proses kliring serta penjaminan transaksi yang dilakukan oleh KPEI pada SRE Derivatif milik masing-masing nasabah untuk memastikan hak dan kewajiban pihak yang bertransaksi terpenuhi.

    Selain KBIA, terdapat pula produk Derivatif Keuangan lainnya yang telah tersedia di BEI, seperti Single Stock Futures (SSF) yang baru diluncurkan pada tahun 2024, kemudian LQ45 Futures, IDX30 Futures, Indonesia Government Bond Futures, dan Basket Bond Futures.

    Pewarta: Muhammad Heriyanto
    Editor: Agus Salim
    Copyright © ANTARA 2024

  • Wow! Kapitalisasi Pasar Modal Indonesia Rp12.264 Triliun

    Wow! Kapitalisasi Pasar Modal Indonesia Rp12.264 Triliun

    Jakarta: PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatatkan kapitalisasi pasar modal (market cap) senilai Rp12.264 triliun per 27 Desember 2024.
     
    Rata-rata Nilai Transaksi Harian (RNTH) pasar modal Indonesia tercatat senilai Rp12,85 triliun pada 2024, atau meningkat 19,6 persen year on year (yoy) dibandingkan senilai Rp10,75 triliun pada 2023.
     
    “Rata- rata transaksi kita tumbuh hampir 20 persen ke Rp12,85 triliun per hari. Surat utang kita transaksi per harinya Rp1,04 triliun. Non saham kita sudah Rp4,38 triliun, di dalam non saham ini ada Single Stock Futures (SSF) yang kita launching di November 2024 transaksi sudah Rp1,1 miliar,” kata Direktur Utama BEI Iman Rachman dikutip dari Antara, Senin, 30 Desember 2024.
    Sementara itu, RNTH untuk Efek Bersifat Utang dan Sukuk (EBUS) di Sistem Penyelenggara Pasar Alternatif (SPPA) tercatat senilai Rp1,04 triliun pada 2024, atau meningkat 51,9 persen (yoy) dibandingkan senilai Rp686 miliar pada 2023.
     

     

    Investor pasar modal capai 14,8 juta

    Kemudian, total nilai transaksi non saham (rights, warrant, Structured Warrant (SW), SSF, Kontrak Investasi Kolektif (KIK) dan derivatif) tercatat senilai Rp4,38 triliun per 27 Desember 2024.
     
    Untuk produk derivatif baru yaitu Bursa Karbon tercatat total transaksi karbon senilai Rp19,73 miliar per 27 Desember 2024. Sampai 27 Desember 2024, investor pasar modal Indonesia tercatat mencapai sebanyak 14,8 juta investor, dengan investor saham tercatat sebanyak 6,4 juta investor.
     
    Terkait pencatatan saham baru atau aksi Initial Public Offering (IPO), sebanyak 41 perusahaan telah mencatatkan saham perdana di BEI dengan dana terhimpun mencapai senilai Rp14,35 triliun, dengan pipeline (antrean) masih terdapat sebanyak 41 perusahaan. Dengan demikian, saat ini total perusahaan tercatat di pasar modal Indonesia tercatat sebanyak 943 perusahaan.
     
    Lebih lanjut, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatatkan rekor tertinggi sepanjang masa atau All Time High (ATH) di posisi 7.905 pada 19 September 2024.
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (HUS)

  • OJK Ungkap Tantangan Ekonomi 2025 dan Capaian Pasar Modal di Akhir 2024

    OJK Ungkap Tantangan Ekonomi 2025 dan Capaian Pasar Modal di Akhir 2024

    Jakarta, Beritasatu.com – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan sejumlah tantangan yang diperkirakan akan memengaruhi kinerja perekonomian nasional pada tahun 2025. Deputi Komisioner Pengawas Pengelolaan Investasi Pasar Modal dan Lembaga Efek OJK, IB Aditya Jayaantara, menekankan pentingnya antisipasi terhadap tren inflasi global, pertumbuhan produk domestik bruto (PDB), suku bunga The Fed, serta tensi geopolitik yang masih berlangsung.

    “Alhamdulillah, perekonomian nasional saat ini masih cukup positif dan stabil. Pada kuartal III 2024, pertumbuhan ekonomi mencapai 4,95 persen year-on-year,” ujar Aditya di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Senin (30/12/2024).

    Menurutnya, beberapa tantangan yang perlu diantisipasi pada 2025 meliputi tren inflasi global, pertumbuhan PDB dunia, kebijakan suku bunga bank sentral, serta arah kebijakan ekonomi Amerika Serikat.

    Meski menghadapi berbagai tantangan sepanjang 2024, kinerja pasar modal Indonesia menunjukkan resiliensi yang cukup kuat. OJK mencatat penghimpunan dana di pasar modal hingga 27 Desember 2024 mencapai Rp 251 triliun, melampaui target tahun ini yang ditetapkan sebesar Rp200 triliun.

    “Dari aktivitas pertumbuhan pasar modal, terdapat 187 penawaran umum, termasuk 35 emiten baru, dengan total penghimpunan dana sebesar Rp 251 triliun. Angka ini membuktikan kepercayaan tinggi terhadap pasar modal Indonesia,” jelas Aditya.

    Aditya juga mencatat peningkatan signifikan jumlah investor di pasar modal. Hingga 24 Desember 2024, jumlah Single Investor Identification (SID) mencapai 14,81 juta, dengan penambahan 2,6 juta investor baru sepanjang tahun ini.

    “Penambahan ini luar biasa. Dari sisi jumlah investor, kita mencapai angka yang sangat positif,” ungkapnya.

    Aditya menjelaskan, capaian pasar modal di tengah berbagai tantangan global dan nasional, seperti Pemilihan Presiden 2024-2029 dan Pilkada serentak, menunjukkan kekuatan pasar modal domestik.

    “Kinerja pasar modal domestik selama satu tahun terakhir ini luar biasa. Di tengah dinamika global, resiliensi pasar modal kita tetap terjaga,” tutup Aditya.

  • BEI Targetkan 2 Juta Investor Baru pada 2025

    BEI Targetkan 2 Juta Investor Baru pada 2025

    Jakarta, Beritasatu.com – Bursa Efek Indonesia (BEI) menargetkan pertumbuhan 2 juta investor baru pasar modal pada 2025. Target ini sama dengan 2024.

    BEI berhasil mencatat 2,5 juta investor baru saham sepanjang 2024, meningkat 25% dari target 2 juta investor. Melihat capaian ini, BEI optimis tahun depan targetnya bisa tercapai. 

    “Kalau bicara investor saham, sampai hari ini sudah ada 14,8 juta investor saham. Tumbuh 2,5 juta investor sepanjang 2024. Sedangkan target kami adalah 2 juta investor,” kata Direktur Utama BEI Iman Rachman dalam konferensi penutupan perdagangan Bursa Efek Indonesia 2024 di BEI Jakarta, Senin (30/12/2024). 

    Iman mengatakan bahwa BEI akan kembali mematok target pertumbuhan 2 juta investor baru pada 2025. Selain itu, Iman juga menyebutkan beberapa target BEI pada tahun baru yang akan dimulai beberapa hari lagi. 

    “Inisiatif kami di 2025, rerata nilai transaksi harian (RNTH) meningkat dari Rp 12,9 triliun menjadi Rp 13,5 triliun per hari. Kalau kita bicara pencatatan efek baru, itu jumlahnya adalah 407. Produk kita tidak hanya terbatas pada saham, tetapi juga ada komplikasi korporasi, efek bersifat hutang, sukuk, ada warrant terstruktur, ada KIK dan SSF. Itu jumlah targetnya adalah 407 efek baru,” sebut Iman. 

    Iman menjelaskan pada 2025, BEI juga akan lebih gencar dalam mengedukasi masyarakat tentang investasi saham. Taktik ini sudah dilakukan pada 2024. Terbukti, tahun ini BEI bisa melampaui jumlah target investor baru. 

    “Pada tahun 2024 BEI melakukan 33.955 kegiatan edukasi dengan total peserta 57,3 juta orang. Hingga hari ini BEI mmeiliki 952 galeri investasi dan 29 kantor perwakilan di seluruh Indonesia. Upaya edukasi ini juga dilakukan secara daring. Hingga hari ini terdapat 227 ribu pengguna aplikasi IDX Mobile,” tutup Iman. 

  • Siap-siap! BFI Finance Lunasi Obligasi Rp227 Miliar di Awal 2025

    Siap-siap! BFI Finance Lunasi Obligasi Rp227 Miliar di Awal 2025

    Jakarta: Kabar gembira bagi pemilik obligasi terbitan PT BFI Finance Indonesia Tbk (BFIN). Di awal 2025, BFI Finance akan melakukan pembayaran untuk Obligasi Berkelanjutan V BFI Finance Indonesia Tahap III Tahun 2023 Seri B. Adapun obligasi ini memiliki jatuh tempo pada 27 Januari 2025 dengan nilai Rp227 miliar.
     
    Dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), Direktur Keuangan BFIN Sudjono menjelaskan dana untuk pelunasan pokok dan bunga obligasi telah sepenuhnya disiapkan dari dana internal perusahaan.
     
    “Kami telah menyediakan dana pelunasan obligasi dengan jumlah total keseluruhan pokok dan kupon bunga dari obligasi yang akan jatuh tempo. Dana pelunasan obligasi tersebut berasal dari dana internal perseroan yang ditempatkan di rekening giro dan deposito di beberapa bank,” kata Sudjono dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin, 30 Desember 2024.
    Obligasi Berkelanjutan V BFI Finance Indonesia Tahap III Tahun 2023 ini mulai dicatatkan di BEI, pada 30 Januari 2023 dengan total nilai penerbitan sebesar Rp1,1 triliun dengan dibagi menjadi tiga seri.
     

     

    Pelunasan akan dilaksanakan tepat waktu

    Untuk Seri A nilainya adalah sebesar Rp617 miliar dengan tingkat bunga tetap 6,25 persen per tahun dan jangka waktu 370 hari kalender. Untuk Seri A ini, pelunasan telah dilakukan pada Februari 2024 lalu.
     
    Lalu Seri B senilai Rp227 miliar dengan tingkat bunga tetap 7,0 persen per tahun dan jangka waktu dua tahun. Dan untuk Seri C senilai Rp256 miliar dengan tingkat bunga tetap 7,375 persen per tahun dan jangka waktu tiga tahun.
     
    “Manajemen perseroan berkeyakinan, akan dapat melunasi kewajiban kepada pemegang obligasi tepat pada waktunya, baik untuk kupon bunga maupun pokok obligasi,” kata Sudjono.
     
    Berdasarkan hasil pemeringkatan dari PT Fitch Rating Indonesia obligasi yang diterbitkan oleh BFI Finance tersebut memiliki rating A+(idn) (single A plus). Adapun bertindak sebagai Wali Amanat dalam emisi ini adalah PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk.
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (HUS)

  • BEI Bidik Rekor Baru pada 2025, 66 IPO dan 2 Juta Investor Baru

    BEI Bidik Rekor Baru pada 2025, 66 IPO dan 2 Juta Investor Baru

    Jakarta, Beritasatu.com – Bursa Efek Indonesia (BEI) memasang target ambisius pada 2025, yakni 66 perusahaan melakukan penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO) serta menarik 2 juta investor baru ke pasar modal. 

    Langkah ini diharapkan dapat memperkuat posisi pasar modal Indonesia sebagai salah satu paling dinamis di kawasan.

    Direktur Bursa Efek Indonesia (BEI) Iman Rachman menuturkan, target itu selaras dengan visi BEI pada 2025 untuk meningkatkan inklusi keuangan dan memperluas akses terhadap investasi pasar modal. 

    “Peningkatan jumlah emiten dan investor dianggap sebagai katalis bagi pertumbuhan ekonomi nasional,” jelasnya dalam konferensi pers penutupan perdagangan pasar modal di Jakarta, Senin (30/12/24).

    Untuk diketahui, pada 2024 ditutup dengan pencapaian gemilang. Hingga 27 Desember, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat penghimpunan dana sebesar Rp 251,04 triliun dari 187 penawaran umum, termasuk 35 emiten baru. Dari jumlah tersebut, 34 emiten berasal dari IPO, sementara satu lainnya merupakan penerbitan efek bersifat utang dan sukuk (EBUS).

    Selain itu, jumlah investor pasar modal terus menunjukkan tren positif. Berdasarkan data OJK, hingga 24 Desember, jumlah single investor identification (SID) melonjak 21,77%, mencapai 14,8 juta, dibandingkan 12,1 juta pada 2023.

    Deputi Komisioner Pengawas Pengelolaan Investasi Pasar Modal dan Lembaga Efek OJK, I B Aditya Jayaantara menyebut, pertumbuhan ini hasil berbagai upaya inklusi keuangan. “Keberhasilan ini adalah kolaborasi seluruh pemangku kepentingan, baik regulator, pelaku pasar, hingga edukasi kepada masyarakat,” ujar Aditya.

    Hingga 20 Desember 2024, 22 perusahaan sudah berada dalam pipeline IPO BEI. Mayoritas merupakan perusahaan berskala besar dengan aset di atas Rp 250 miliar, mencakup sektor-sektor, seperti konsumer nonprimer, energi, dan kesehatan.

    Apabila dilihat dari klasifikasi aset perusahaan, sebanyak satu perusahaan berskala kecil dengan aset dibawah Rp 50 miliar, dua perusahaan berskala menengah dengan aset antara Rp 50 miliar hingga Rp 250 miliar, dan 19 perusahaan berskala besar dengan aset diatas Rp 250 Miliar.

    Berikut jumlah emiten yang tengah mengantre IPO berdasarkan sektornya, yakni tiga perusahaan dari sektor material dasar, satu perusahaan dari sektor konsumer primer, lima perusahaan dari sektor konsumer nonprimer, tiga perusahaan dari sektor energi, dua perusahaan dari sektor finansial, tiga perusahaan dari sektor kesehatan, dan tiga perusahaan dari sektor industri, dan dua perusahaan dari sektor properti.

  • Ekspansi Produk Derivatif, BEI Target Rilis KBIA di Q1-2025

    Ekspansi Produk Derivatif, BEI Target Rilis KBIA di Q1-2025

    Jakarta, FORTUNE – PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menargetkan untuk merilis produk derivatif Kontrak Berjangka Indeks Saham Asing (KBIA) atau foreign index futures pada kuartal I 2025.

    Sebagai langkah awal, BEI akan menggelar soft launching KBIA di penutupan perdagangan tahun 2024, Senin (30/12). Partner pertamanya adalah Indeks MSCI.

    “Kami mulai soft-launching untuk KBIA dari MSCI listed large caps, perusahaan tercatat dengan kapitalisasi pasar besar di Bursa Efek Hong Kong,” kata Iman di Gedung BEI.

    BEI sudah menandatangani kontrak lisensi dengan penyedia indeks yang bermarkas di New York itu. Ke depan, jumlah penyedia indeksnya pun akan bertambah, misalnya dengan menggandeng Indeks Hang Seng yang berbasis di Hong Kong atau Nikkei yang bermarkas di Jepang.

    Iman berujar, “Yang membedakan, bursa tanda tangani kontrak lisensi resmi dengan MSCI. Nanti dengan Hang Seng ataupun Nikkei akan lakukan hal serupa.”

    Langkah itu berkaitan dengan upaya memprbanyak produk derivatif di psar modal. Harapannya, semakin banyak produk derivatif, maka investor akan mempunyai lebih banyak alternatif pendanaan.

    Produk derivatif di pasar modal

    Di bursa sendiri, ada produk derivatif yang sudah dirilis lebih dulu, yakni waran terstruktur. Sepanjang 2024, ada 495 waran terstruktur yang sudah dicatatkan di bursa.

    Pada 2025, BEI berencana untuk menerbitkan tipe put warrant, yang mana memungkinkan investor memiliki hak untuk menjual underlying sekuritas (saham atau indeks efek) pada harga dan  jangka waktu tertentu. Itu kebalikan dari call warrant, yang memberi investor hak untuk membeli underlying sekuritas pada harga dan jangka waktu tertentu.

    “Jadi kalau sekarang, ketika kita punya waran terstruktur, itu lebih ke yang long. Artinya, ketika indeks naik, karena kita punya call structure warrant, maka call akan banyak. Tapi, ketika indeks turun, opsinya terbatas, karena tak bisa short,” jelas Iman.

    Dengan demikian, produk derivatif diharap dapat menjadi alternatif investasi bagi para investor, ketika indeks terkoreksi. 

    Adapun, selama 2024 ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) telah melemah hampir 3 persen secara year to date atau per 30 Desember 2024 sore. 

  • Kapitalisasi pasar modal Indonesia Rp12.264 triliun hingga akhir 2024

    Kapitalisasi pasar modal Indonesia Rp12.264 triliun hingga akhir 2024

    Rata- rata transaksi kita tumbuh hampir 20 persen ke Rp12,85 triliun per hari. Surat utang kita transaksi per harinya Rp1,04 triliun

    Jakarta (ANTARA) – PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatatkan kapitalisasi pasar modal (market cap) senilai Rp12.264 triliun per 27 Desember 2024.

    Rata-rata Nilai Transaksi Harian (RNTH) pasar modal Indonesia tercatat senilai Rp12,85 triliun pada tahun 2024, atau meningkat 19,6 persen year on year (yoy) dibandingkan senilai Rp10,75 triliun pada tahun 2023.

    “Rata- rata transaksi kita tumbuh hampir 20 persen ke Rp12,85 triliun per hari. Surat utang kita transaksi per harinya Rp1,04 triliun. Non saham kita sudah Rp4,38 triliun, di dalam non saham ini ada Single Stock Futures (SSF) yang kita launching di November 2024 transaksi sudah Rp1,1 miliar,” ujar Direktur Utama BEI Iman Rachman dalam Konferensi Pers Peresmian Penutupan Perdagangan BEI di Jakarta, Senin.

    Sementara itu, RNTH untuk Efek Bersifat Utang dan Sukuk (EBUS) di Sistem Penyelenggara Pasar Alternatif (SPPA) tercatat senilai Rp1,04 triliun pada tahun 2024, atau meningkat 51,9 persen (yoy) dibandingkan senilai Rp686 miliar pada tahun 2023.

    Untuk produk derivatif baru yaitu Bursa Karbon tercatat total transaksi karbon senilai Rp19,73 miliar per 27 Desember 2024.

    Sampai 27 Desember 2024, investor pasar modal Indonesia tercatat mencapai sebanyak 14,8 juta investor, dengan investor saham tercatat sebanyak 6,4 juta investor.

    Terkait pencatatan saham baru atau aksi Initial Public Offering (IPO), sebanyak 41 perusahaan telah mencatatkan saham perdana di BEI dengan dana terhimpun mencapai senilai Rp14,35 triliun, dengan pipeline (antrean) masih terdapat sebanyak 41 perusahaan.

    Dengan demikian, saat ini total perusahaan tercatat di pasar modal Indonesia tercatat sebanyak 943 perusahaan.

    Pewarta: Muhammad Heriyanto
    Editor: Agus Salim
    Copyright © ANTARA 2024

  • Pasar Modal Indonesia Sudah Himpun Dana hingga Rp 251 Triliun

    Pasar Modal Indonesia Sudah Himpun Dana hingga Rp 251 Triliun

    Jakarta, Beritasatu.com – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, penghimpunan dana di pasar modal Indonesia pada tahun ini hingga 27 Desember 2024 mencapai Rp 251 triliun. Angka ini berhasil melampaui target tahunan sebesar Rp 200 triliun.

    Deputi Komisioner Pengawas Pengelolaan Investasi Pasar Modal dan Lembaga Efek OJK IB Aditya Jayaantara menyampaikan, capaian tersebut berasal dari 187 penawaran umum, termasuk 35 emiten baru hingga 27 Desember 2024.

    “Total penghimpunan dana mencapai Rp 251 triliun, melampaui target Rp 200 triliun,” kata Aditya di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Senin (30/12/2024).

    Selain itu, jumlah investor pasar modal juga mencatatkan peningkatan signifikan. Hingga 24 Desember 2024, jumlah single investor identification (SID) mencapai 14,81 juta, meningkat sebanyak 2,6 juta investor baru sepanjang tahun ini.

    Aditya menilai kinerja pasar modal Indonesia tetap solid, meskipun menghadapi berbagai tantangan sepanjang 2024, termasuk dinamika global dan agenda politik nasional.

    “Tahun ini pasar modal Indonesia menunjukkan ketahanan yang luar biasa di tengah tantangan global yang dinamis,” ujarnya.