Kementrian Lembaga: BRIN

  • Purnama Harvest Moon Unjuk Gigi Besok Sore, Apa Istimewanya?

    Purnama Harvest Moon Unjuk Gigi Besok Sore, Apa Istimewanya?

    Jakarta, CNN Indonesia

    Bulan purnama Harvest Moon akan menghiasi langit pada Sabtu (10/9). Wilayah RI pun akan kebagian. Apa istimewanya purnama ini?

    Fenomena Harvest Moon terjadi saat Bulan untuk pertama kalinya kembali ke ukuran normal setelah empat bulan berturut-turut dalam fase supermoon ketika Bulan berada di perigee atau titik terdekatnya dengan Bumi.

    Pada fenomena supermoon, Bulan tampak lebih besar dan lebih terang sekitar 16 persen dari biasanya.

    Dikutip dari situs lembaga penerbangan dan Antariksa AS (NASA), puncak bulan purnama ini akan terjadi pada Sabtu (10/9) pukul 05.59 EDT. Meski demikian, fase bulan purnama akan dimulai sejak Jumat (9/9) hingga Minggu (11/9).

    Sementara, menurut Andi Pangerang dari Pusat Riset Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), dari situs resminya, mengatakan Bulan Purnama Panen (Full Harvest Moon) merupakan purnama astronomis yang terjadi berdekatan dengan ekuinoks September, baik sebelum atau pun sesudahnya.

    Ekuinoks sendiri merupakan momen saat lintasan semu Matahari berada di garis khatulistiwa. 

    Andi mengatakan Harvest Moon di RI bisa dinikmati pada Sabtu (10/9) pukul 16.59 WIB atau 17.59 WITA atau 20.59 WIT.

    Asal-usul nama

    Menurut NASA, bulan purnama yang terjadi pada September diberi nama Harvest Moon sejak 1706. Fenomena ini terjadi ketika banyak tanaman dipanen di Belahan Bumi Utara.

    Selain itu, beberapa petani secara historis menggunakan cahaya bulan purnama untuk bekerja hingga larut malam memanen tanaman mereka.

    Bulan purnama sendiri terjadi saat Bulan berada di sisi Bumi yang berlawanan dari Matahari. Orbit Bulan miring sekitar 5 derajat dari bidang orbit Bumi, jadi meskipun bulan berada di belakang Bumi, ia tidak berada dalam bayangan Bumi setiap kali mengelilingi planet kita, seperti dikutip Space.

    Harvest Moon diketahui sering bertepatan dengan beberapa hari libur keagamaan dan budaya, di antaranya Festival Pertengahan Musim Gugur yang dirayakan di Cina dan beberapa negara Asia lainnya, serta periode Pitru Paksha 16 hari dalam kalender Hindu.

    Tahun lalu, Harvest Moon juga bertepatan dengan dimulainya hari raya Sukkot selama tujuh hari dalam Yudaisme.

    Di kebudayaan selain Eropa, Bulan Purnama juga memiliki beberapa nama, salah satu yang paling terkenal adalah Corn Moon. Sebutan ini diciptakan oleh suku Algonquin yang mendiami tempat yang sekarang menjadi timur laut Amerika Serikat dan Kanada tenggara.

    Dilansir dari Live Science, Almanak Petani Maine yang mulai menerbitkan nama bulan asli Amerika pada 1930-an menjelaskan Corn Moon muncul ketika jagung, labu, labu, dan berbagai bahan pokok musim gugur lainnya dipanen.

    (lom/arh)

    [Gambas:Video CNN]

  • Siap-siap Hari Tanpa Bayangan Siang ini, Dimulai di Kota Mana?

    Siap-siap Hari Tanpa Bayangan Siang ini, Dimulai di Kota Mana?

    Jakarta, CNN Indonesia

    Sejumlah wilayah Indonesia akan menikmati hari tanpa bayangan atau kulmimasi secara bergiliran mulai Rabu (7/9) siang ini.

    Periset dari Pusat Riset Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Andi Pangerang mengatakan kondisi geografis Indonesia memungkinkan Matahari untuk pada suatu titik tepat berada tegak lurus di atas Indonesia.

    “Karena nilai deklinasi Matahari sama dengan lintang geografis wilayah Indonesia, maka Matahari akan berada tepat di atas kepala kita saat tengah hari. Ketika Matahari berada di atas Indonesia, tidak ada bayangan yang terbentuk oleh benda tegak tidak berongga saat tengah hari, sehingga fenomena ini dapat disebut sebagai Hari Tanpa Bayangan Matahari,” kata Andi lewat keterangan resmi di situs BRIN, Rabu (7/9).

    Fenomena hari tanpa bayangan atau yang dikenal dengan kulminasi, kata Andi, akan berlangsung pada tengah hari mulai 7 September hingga 21 Oktober 2022. Ini dapat diamati dari berbagai wilayah di Indonesia dalam waktu yang berbeda tergantung dari letak geografis masing-masing.

    Andi mengatakan hari tanpa bayangan terjadi dua kali setahun untuk daerah yang terletak di antara Garis Balik Utara (Tropi of Cancer; 23,4O LU) dan Garis Balik Selatan (Tropic of Capricorn; 23,4O LS) atau di sekitar garis khatulistiwa.

    Sementara, untuk wilayah yang terletak di Garis Balik Utara dan Garis Balik Selatan akan mengalami hari tanpa bayangan hanya sekali setahun, yakni Ketika Solstis Juni (21/22 Juni) maupun Solstis Desember (21/22 Desember).

    Di luar wilayah tersebut, matahari tidak akan berada di atas kepala (zenit) ketika tengah hari sepanjang tahun.

    Di Indonesia sendiri nilai deklinasi Matahari bervariasi antara +6O hingga -11O (6O Lintang Utara hingga 11O Lintang Selatan) sejak pekan kedua bulan September hingga pekan ketiga bulan Oktober.

    “Deklinasi merupakan sudut apit antara lintasan semu Matahari dengan proyeksi ekuator Bumi pada bola langit atau disebut juga dengan ekuator langit,” beber Andi.

    Berikut jadwal sejumlah wilayah yang merasakan fenomena Matahari tanpa bayangan:

    1. Sabang akan terjadi pada Rabu 7 September pukul 12.36 WIB

    2. Banda Aceh terjadi pada 8 September pukul 12.36 WIB

    3. Pontianak akan terjadi ekuinoks pada 23 September pukul 11.35.10 WIB

    4. Pulai Jawa antara tanggal 9 Oktober-13 Oktober

    5. Jakarta akan terjadi 9 Oktober pada 11.39.59 WIB

    6. Semarang pada 11 Oktober 11.25.08 WIB

    7. Surabaya pada 12 Oktober 11.15.34 WIB

    8. Yogyakarta pada 13 Oktober 11.24.51 WIB

    Cara menikmati

    Bagi yang hendak menyaksikan langsung fenomena hari tanpa bayangan, ada sejumlah cara yaotu dengan menyiapkan benda tegak.

    Andi mengatakan benda tegak seperti tongkat atau spidol atau benda lain yang dapat ditegakkan, bisa dijadikan benda untuk menyaksikan fenomena tanpa bayanga.

    Kemudian letakkan di permukaan yang rata dan amati bayangan sesuai dengan waktu yang ditentukan. Jangan lupa untuk mendokumentasikannya dengan foto atau rekaman video saat proses tidak adanya bayangan Mataha4i.

    Andi menambahkan apabila cuaca berawan, fenomena ini dapat disaksikan paling cepat lima menit sebelum atau paling lambat lima menit setelah waktu yang ditentukan.

    Hal ini dikarenakan di luar rentang waktu lima menit tersebut bayangan akan muncul kembali.

    (can/arh)

    [Gambas:Video CNN]