Kementrian Lembaga: BRIN

  • Ekuinoks dan Gerhana Bulan saat Ramadan

    Ekuinoks dan Gerhana Bulan saat Ramadan

    Jakarta

    Setiap bulan selalu ada fenomena astronomi yang terjadi dan menarik untuk diamati. Apa saja fenomena astronomi Maret 2024?

    Peneliti Pusat Riset Antariksa Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa (ORPA) Badan Riset dan Inovasi Nasional Farahhati Mumtahana, saat live BRIEF (BRIN Insight Every Friday) edisi ke 103, Jumat (5/1), sudah menyampaikan dengan rinci fenomena astronomi yang terjadi selama tahun 2024.

    Khusus di bulan Maret, ada fase Bulan Baru pada 10 Maret dan Bulan Purnama pada 25 Maret. Lalu pada 20 Maret, terdapat fenomena Ekuinoks Maret yakni ketika Matahari bersinar tepat di garis khatulistiwa, dan jumlah siang dan malam hampir sama di seluruh dunia. Kemudian planet Merkurius mencapai elongasi timur terbesar pada 24 Maret.

    “Untuk mengamati fenomena-fenomena tersebut, perlu diperhatikan juga presentasi iluminasi Bulan terkait fase Bulan. Bulan baru lebih bagus untuk melakukan pengamatan, dibanding saat Bulan purnama karena cahayanya terlalu terang, mengalahkan objek langit lainnya,” kata Peneliti Ahli Pertama BRIN tersebut, dikutip dari situs BRIN.

    Sebenarnya ada fenomena Gerhana Bulan Penumbra pada 24-25 Maret, berbarengan dengan saat umat Islam di seluruh dunia sedang menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan. Sayangnya, gerhana ini tidak mampir ke Indonesia.

    Gerhana Bulan Penumbra 24-25 Maret hanya melintasi wilayah Eropa, Asia Utara/Timur, Australia, Afrika, Amerika Utara, Amerika Selatan, Samudra Pasifik, Atlantik, dan Antartika.

    “Ada juga fenomena gerhana di tahun 2024, tetapi sayangnya tidak melintas di wilayah Indonesia. Namun dapat dijadikan pertimbangan jika ingin merencanakan wisata atau ekspedisi mengejar gerhana,” ujar Farah.

    Setelah Gerhana Bulan Penumbra pada 24-25 Maret, selanjutnya ada Gerhana Matahari Total 8 April, Gerhana Bulan Sebagian 17-18 September, dan Gerhana Matahari Cincin 2 Oktober.

    (rns/afr)

  • Indonesia Surga Biodiversitas, BRIN Targetkan Temuan 50 Taksa Baru

    Indonesia Surga Biodiversitas, BRIN Targetkan Temuan 50 Taksa Baru

    Jakarta

    Penemuan 49 taksa baru pada tahun 2023, memastikan Indonesia adalah surga bagi penelitian biodiversitas. Karenanya, para peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) optimistis dapat menemukan 50 taksa baru di tahun ini.

    Kepala Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi BRIN, Bayu Adjie mengatakan, pengungkapan biodiversitas Nusantara, khususnya melalui penemuan spesies baru, menjadi salah satu prioritas utama BRIN.

    “Meskipun hanya sebagian kecil dari cakupan riset biosistematika dan evolusi, penemuan jenis baru memiliki dampak besar dalam asesmen biodiversitas serta menarik perhatian publik dan media massa,” ujarnya seperti dikutip dari keterangan tertulis.

    Untuk itu, peneliti BRIN memiliki target jumlah penemuan taksa baru setiap tahunnya. Tahun 2024, BRIN menargetkan penemuan 50 jenis baru, termasuk dari hewan, tumbuhan, dan mikroorganisme.

    “Dalam mendukung upaya itu, berbagai skema pendanaan diluncurkan, seperti Rumah Program dan Riset dan Inovasi Indonesia Maju (RIIM) Ekspedisi. Kami saat ini sedang mempersiapkan RIIM Invitasi Strategis Ekspedisi Biodiversitas Terestrial yang akan difokuskan di pulau Kalimantan,” tambahnya.

    Menurut Bayu, sekitar 96% dari spesies baru yang ditemukan merupakan spesimen asal Indonesia. Ini terjadi karena fokus penelitian yang kuat pada spesies-spesies di Indonesia, yang terkenal dengan kekayaan keanekaragaman hayatinya yang luar biasa.

    Meskipun sudah dieksplorasi sejak zaman kolonial, masih banyak yang belum terungkap di negeri ini, karena luasnya wilayah Indonesia dengan beragam ekosistem yang menjadi tempat penelitian biodiversitas.

    Lebih lanjut, Bayu menjelaskan bahwa wilayah penelitian Indonesia demikian luas baik dari sisi terestrial maupun akuatik. Dengan demikian, banyak tipe ekosistem, pulau-pulau, menjadi surga bagi penelitian biodiversitas.

    Menurutnya, negara-negara maju, rata-rata memiliki keanekaragaman hayati yang relatif rendah. Dengan SDM periset, anggaran dan infrastruktur yang maju, bisa dianggap riset biodiversitas sudah selesai di negara mereka.

    Karenanya, mereka mengincar negara-negara dengan biodiversitas tinggi yang kebanyakan adalah negara berkembang untuk bekerja sama dalam riset biodiversitas.

    “BRIN menjalin kerja sama dengan berbagai pihak, baik dalam maupun luar negeri, seperti lembaga riset, universitas, dan NGO. Kolaborasi menjadi kunci untuk mengatasi kendala-kendala seperti SDM, anggaran, dan infrastruktur dalam riset biodiversitas,” tandas Bayu.

    Di sisi lain, setelah penemuan taksa, Bayu menjelaskan langkah selanjutnya yang dilakukan oleh BRIN adalah melakukan identifikasi dan studi lebih lanjut terhadap spesies baru tersebut.

    Hal ini meliputi studi biologinya, pemanfaatan atau bioprospeksi, serta upaya konservasi jika diperlukan. Penemuan jenis baru membuka potensi baru dalam pemahaman kita akan keanekaragaman hayati dan mendesak perlunya perlindungan dan pelestarian spesies-spesies tersebut mengingat berbagai ancaman yang mereka hadapi.

    Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi BRIN Amir Hamidy menjelaskan proses pencarian dan identifikasi 49 taksa baru yang tahun lalu diumumkan.

    Penemuan itu melalui serangkaian eksplorasi sebelumnya dan validasi spesimen yang ada, peneliti BRIN berhasil mengungkapkan keberadaan taksa baru yang mengagumkan.

    “Dalam menentukan apakah sebuah taksa atau spesies merupakan taksa baru, ada sejumlah kriteria utama, termasuk karakter morfologi, molekuler, fisiologi, dan ekologi,” kata Amir.

    “Pengamatan mendalam terhadap ciri-ciri ini membantu para peneliti dalam mengklasifikasikan dan mengidentifikasi spesies baru dengan akurat,” ungkapnya.

    Waktu yang dibutuhkan untuk menentukan sebuah taksa baru sangat bervariasi, bisa kurang dari satu tahun atau bahkan lebih dari 30 tahun, tergantung pada sejauh mana penelitian manusia telah mempelajari taksa tersebut.

    “Dalam proses identifikasi, metode DNA Barcoding menjadi alat yang sangat berguna. Dengan menggunakan data sekuen DNA terkait, peneliti dapat dengan cepat membandingkan dan mem-validasi keberadaan taksa baru,” jelasnya.

    Amir juga menyebut banyak pengalaman berkesan ia dapatkan dalam penelitian dan eksplorasi biodiversitas di Indonesia. “Setiap pengamatan menawarkan keunikan dan kekayaan keanekaragaman alam Nusantara yang memukau para peneliti,” tutupnya.

    (rns/rns)

  • Ternyata Ini Penyebab Terjadinya Small Tornado di Rancaekek

    Ternyata Ini Penyebab Terjadinya Small Tornado di Rancaekek

    Jakarta

    Peneliti mengungkap hal yang menjadikan rawannya kawasan Rancaekek diterjang pusaran angin. Tata guna lahan menjadi permasalahan yang menyebabkan hal tersebut.

    Dari rilis yang diterima detikINET, Profesor Riset Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN Eddy Hermawan mengatakan bahwa awalnya Rancaekek adalah kawasan hijau yang ditandai dengan banyaknya pepohonan. Itu artinya, lingkungannya masih relatif bersih.

    Namun, sekarang kawasan ini telah beralih fungsi, yang semula hijau, berubah menjadi kawasan industri. Kawasan seperti ini biasanya rawan diterjang pusaran angin.

    “Dengan kata lain, terjadi perubahan tata guna lahan yang semula hutan jati, kini berubah menjadi hutan beton,” ujarnya.

    Menurut Eddy, industri banyak menghasilkan gas emisi. Gas ini tidak dapat leluasa kembali ke atmosfer sehingga menciptakan efek rumah kaca. Dengan Lama Penyinaran Matahari (LPM) lebih dari 12,1 jam, maka kawasan ini sangat panas di siang hari dan relatif dingin di malam hari.

    Lebih lanjut, perbedaan suhu antara malam dan siang sangatlah besar. Tanpa disadari, kawasan ini tiba-tiba berubah menjadi kawasan bertekanan rendah. Kondisi seperti ini dimulai sejak 19 Februari 2024 dan di saat itulah, kumpulan massa uap air dari berbagai penjuru masuk ke Rancaekek.

    Proses tersebut terjadi agak lama, sekitar 24-48 jam. Diawali dengan pembentukan bayi awan-awan Cumulus (dikenal sebagai Pre-MCS) yang lambat laun membesar membentuk kumpulan awan-awan Cumulonimbus (Cb) yang siap untuk diputar hingga membentuk pusaran besar, dikenal sebagai puting beliung.

    “Walaupun mekanisme agak komplek untuk dijelaskan secara rinci, namun dugaan kuat pusaran ini terjadi akibat adanya pertemuan dua massa uap air, dari arah barat dan timur, lalu diperkuat dari arah selatan Samudera Indonesia. Ketiganya berkumpul di satu kawasan yang memang telah mengalami degradasi panas yang cukup tajam,” jabar Eddy.

    Hampir semua kejadian ekstrem, seperti puting beliung di Rancaekek misalnya, relatif sulit diprediksi. Selain terbatasnya data yang beresolusi tinggi, mekanisme pembentukannya belum dipahami dengan baik dan sempurna.

    “Adalah wajar jika kadangkala masing-masing kita memiliki pandangan berbeda,” ungkap Eddy.

    Menurut Eddy, ini memang kejadian langka, kebetulan yang terdampak satu kawasan yang bernama Rancaekek. Ia mengimbau kepada masyarakat, selain tidak usah panik secara berlebihan dan yang lebih penting adalah ikuti terus informasi terkini yang diberikan oleh BMKG atau BPBD.

    (ask/ask)

  • Pondok Petir Ada di Depok, Peneliti Jelaskan Alasan Ilmiahnya

    Pondok Petir Ada di Depok, Peneliti Jelaskan Alasan Ilmiahnya

    Jakarta

    Indonesia merupakan salah satu wilayah yang menjadi penghasil awan hujan terbesar di dunia. Dengan faktor ini, beberapa potensi lain seperti badai dan petir juga sering terjadi bahkan sampai menjadi nama suatu wilayah.

    Salah satu wilayah yang dinamai dengan nama ‘petir’ adalah Pondok Petir, Depok, Jawa Barat. Hal ini bukan tanpa alasan, bahkan setahun lalu Depok sempat mendapat predikat sebagai kota dengan petir terganas oleh Guinness Book of World Record.

    Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi intensitas petir di Depok. Salah satu faktornya adalah posisi topografi Depok yang berada di antara dataran tinggi dan dataran rendah.

    Nah, untuk alasan lebih lengkapnya, simak penjelasan Dr. Erma Yulihastin Ahli Klimatologi dan Perubahan Iklim BRIN di video berikut ini.

    (rnu/rnu)

  • 3 Awan Pertanda Cuaca Ekstrem, Bisa Dicek Setiap Pagi

    3 Awan Pertanda Cuaca Ekstrem, Bisa Dicek Setiap Pagi

    Jakarta

    Membiasakan diri untuk mengecek awan di pagi hari bisa membuat kamu lebih waspada dengan potensi cuaca ekstrem. Setidaknya, ada tiga jenis awan yang menjadi pertanda cuaca ekstrem. Hal ini dipaparkan oleh Dr Erma Yulihastin Pakar Klimatologi Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN dalam talkshow ‘Eureka!: Waspada Cuaca Ekstrem’, Senin (12/2/2024).

    Awan-awan tersebut adalah altocumulus, nimbostratus dan cumulonimbus. Untuk, nimbostratus sebenarnya sudah cukup akrab dengan orang-orang sebagai awan mendung.

    “Nimbustratus orang-orang sudah sangat dikenali sih. Pokoknya yang dinamakan awan mendung,” ujar Dr Erma.

    “Yang saya ingin katakan adalah altocumulus, karena jarang orang bisa meng-capture di langit ada yang abu-abu banget terus sebelahnya kok terang banget. Nah, itu patut curiga itu altocumulus,” sambung pemilik akun X @EYulihanti.

    Altocumulus disebut juga sebagai thunderstorm atau awan badai petir. Altocumulus dapat menimbulkan badai, sehingga ketika kamu menemukan altocumulus di pagi hari, kamu harus waspada.

    Selain itu, ada juga cumulonimbus. Cumulonimbus terbentuk dari gabungan kumulus-kumulus sehingga sulit untuk mendeteksinya di pagi hari.

    “Kalau di pagi hari juga sudah banyak kumulus-kumulus, kita juga khawatir nih, kumulus yang mana yang bisa tinggi banget menembus di lapisan-lapisan menengah sampai menjadi angin menara?” kata Dr Erma.

    “Jadi, pagi hari itu usahakan lihat langit, kalau dia cerah banget aman Insya Allah sampai siang. Tapi kalau sudah ada serpihan-serpihan kumulus, atau serpihan-serpihan yang kayak itu tadi, saya katakan merata banget, itu adalah tanda. Tanda bahwa kemungkinan minimal banget siang atau sore nanti hujan deh,” tandasnya.

    Untuk jelasnya, kamu bisa melihat contoh awan pertanda cuaca ekstrem itu di bawah ini.

    3 Awan Pertanda Cuaca Ekstrem, Cek Setiap Pagi. Foto: Erma Yulihastin/BRIN

    (ask/fay)

  • Suhu Naik 1,5 Derajat Celsius, Bikin Cuaca Ekstrem Menggila

    Suhu Naik 1,5 Derajat Celsius, Bikin Cuaca Ekstrem Menggila

    Jakarta

    Dampak dari pemanasan global terlihat di depan mata. Salah satu yang paling mencolok adalah fenomena cuaca ekstrem yang membahayakan.

    Saat ini, kenaikan suhu Bumi mencapai titik yang meresahkan, yakni 1,52° Celsius pada periode Februari 2023 hingga Januari 2024. Akibatnya pun mengerikan karena dapat menimbulkan potensi cuaca ekstrem yang semakin sering terjadi.

    Dr Erma Yulihastin Pakar Klimatologi Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN di acara ‘Eureka!: Waspada Cuaca Ekstrem’, Senin (12/2/2024), menjelaskan cuaca ekstrem jelas berhubungan dengan kenaikan suhu Bumi.

    “Kalau kita bisa bicara cuaca ekstrem, harusnya tidak normal, kejadiannya sangat langka yaitu kurang dari 10%. Nah, ternyata karena ada faktor perubahan iklim yang naiknya sudah rata-rata tahun 2023 sudah lebih dari plus 1,5° Celcius, konsekuensinya adalah intensitas dan frekuensi dari cuaca ekstrem ini semakin naik,” ujar Dr Erma.

    Akibat global warming, intensitas dan frekuensi dari cuaca ekstrem naik menjadi 1,5 kali lipat dari sebelumnya, hampir mendekati dua kali lipat. Itu artinya bencana akan semakin sering terjadi.

    Contohnya adalah potensi bencana banjir besar di Jakarta yang biasanya memiliki siklus 5 tahun sekali. Dengan kenaikan hampir dua kali lipatnya, berarti angka lima tahun itu bisa dikorting.

    “El Nino juga sama, dulu kita menyangka itu 5-7 tahun sekali. Nah sekarang bisa 2 tahun sekali gitu ya, sudah sampai 3 tahun sekali terjadinya si El Nino ini,” lanjut pemilik akun X @EYulihanti ini.

    Sementara itu, pemanasan global juga terlihat dari panas laut yang meningkat hingga 1,8° Celcius. Saat terjadi kelebihan panas, berlangsung yang namanya ketidakseimbangan panas. Selanjutnya, akan terjadi proses pencarian titik-titik keseimbangan yang menjadikan cuaca ekstrem.

    (ask/fay)

  • Ini Bedanya Cuaca Ekstrem dan Cuaca Hari Biasa, Harus Waspada!

    Ini Bedanya Cuaca Ekstrem dan Cuaca Hari Biasa, Harus Waspada!

    Jakarta

    Cuaca ekstrem berbeda dengan cuaca pada hari-hari biasanya. Fenomena alam ini tidak lazim dan kerap ditandai oleh kondisi curah hujan, arah dan kecepatan angin, suhu udara, serta kelembapan udara tidak normal.

    “Cuaca ekstrem ada perbedaan dalam skala ruang dan waktu. Jadi kita mendefinisikan cuaca itu ekstrem itu pertama dilihat dari aspek peluang terjadinya, sangat langka peluangnya. Dalam statistik dia kurang dari 10% peluangnya,” kata Dr Erma Yulihastin, Pakar Klimatologi dari Pusat Riset Iklim dan Atmosfer Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), dalam live Eureka! Waspada Cuaca Ekstrem, Senin (12/2/2024) malam.

    Selain sifatnya yang tidak biasa dan tidak tergantung musim, lanjut Erma, cuaca dikatakan ekstrem jika dampaknya besar, luas, bahkan parah.

    “Kita menyebutnya bisa juga katastropik terhadap lingkungan yang di dalamnya ada infrastruktur juga yang rusak termasuk juga bisa menghilangkan nyawa, makhluk hidup, dan lain sebagainya,” tuturnya.

    Selain itu, Erma menyebutkan bahwa cuaca ekstrem ditandai dengan skala ruang dan waktu serta bentuk-bentuknya. “Skala ruang meliputi meso hingga sinoptik dan skala waktu meliputi jam hingga mingguan. Sedangkan bentuknya ada seperti bow echo, squall line, dan mesoscale convective complex,” urainya.

    Cuaca ekstrem terjadi ketika terjadi curah hujan lebih banyak dari biasanya, disertai angin kencang, petir, badai, bahkan terjadi puting beliung.

    Erma dan rekan-rekan peneliti cuaca lainnya di BRIN, berupaya agar masyarakat bisa membedakan cuaca ekstrem dengan mengenali tanda-tandanya sehingga bisa waspada.

    “Kalau masyarakat waspada dan diedukasi untuk punya kemampuan melakukan mitigasi mandiri, kita bisa lebih prepare,” ujarnya.

    (rns/fay)

  • Prediksi Cuaca Saat Nyoblos 14 Februari 2024

    Prediksi Cuaca Saat Nyoblos 14 Februari 2024

    Jakarta

    Hujan masih kerap mampir dalam sepekan terakhir. Kira-kira saat hari pencoblosan 14 Februari 2024, akan hujan tidak ya? Cek dulu prediksi cuaca untuk mengantisipasinya.

    Menurut Dr Erma Yulihastin, Pakar Klimatologi dari Pusat Riset Iklim dan Atmosfer Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), ada potensi terjadi hujan pada 14 Februari, namun tidak ekstrem seperti hari-hari sebelumnya.

    “Kalau lihat cuaca ekstrem, percaya pada polanya dulu. Kita harus pahami dulu perilakunya. Sebenarnya kita sudah melewati puncak musim hujan Februari, mulai shifting, mulai minim hujan lagi,” kata Erma dalam live Eureka! Cuaca Ekstrem, Senin (12/2/2024) malam.

    Ia menjelaskan, potensi hujan ekstrem berada di periode 1-10 Februari, ketika pembentukan awan hujan sedang parah-parahnya sehingga terjadi hujan deras secara terus menerus.

    “Kita sebenarnya sudah lepas dari periode itu, hanya saja sekarang awan-awan semua ditarik ke timur. Kondisi yang sekarang awan-awan yang ada di laut Jawa yang lagi panas-panasnya, sehingga dia tiap hari menghasilkan awan-awan,” paparnya.

    Karena posisinya bergeser ke timur, lanjut Erma, tetap ada potensi hujan, namun polanya tidak terlalu ekstrem dan meluas, serta hanya hujan yang bersifat lokal.

    Ia juga mengamati awan-awan tersebut sudah bergeser ke arah utara Bali dan Nusa Tenggara serta sedang terjadi pembentukan bibit siklon di Samudra Pasifik. Meskipun sangat jauh dari Indonesia, inilah sebenarnya yang menarik awan. Artinya, awan-awan tersebut tidak lagi mengumpul di bagian barat namun sudah tertarik ke timur.

    Foto: detikcom

    “Jadi kalau kita bicara tadi, apakah (14 Februari) hujan atau tidak, mungkin hujan. Tapi tidak akan se-ekstrem kemarin-kemarin. Potensinya tetap ada, hujan harian aja. Hujan saat siang, sore, tetap ada potensi itu,” papar Erma.

    Erma mengingatkan agar tetap ada upaya antisipasi oleh petugas KPPS dan seluruh jajaran terkait, terutama untuk kelancaran penyaluran suara setelah dilakukan pencoblosan.

    “Siang setelah jam 11 kan biasanya selesai pencoblosan ya. Artinya tinggal penjagaan penyaluran suara dari bilik suara, dibawa ke mana-mana, itu diusahakan jangan melewati area-area yang jalur-jalur banjir, harus ada skenario mengantisipasi itu,” jelasnya.

    Ia menambahkan, wilayah Jawa Timur, Bali, Lombok, dan sejumlah wilayah Indonesia bagian timur lainnya harus waspada karena berpotensi terjadi hujan lebih besar.

    “Karena tadi saya bilang awan hujan yang tertarik ke timur, saya kira yang perlu untuk mewaspadai kondisi di Pemilu adalah daerah Jawa Timur, Bali, Lombok, ke pusat tenggara sampai ke bagian timur lainnya, saya kira lebih rentan. Karena seperti di Jawa bagian barat dan tengah sudah mulai kering,” imbuhnya.

    (rns/fay)

  • Wow! BRIN Luncurkan 8 Skema Pendanaan Riset Tanpa Deadline

    Wow! BRIN Luncurkan 8 Skema Pendanaan Riset Tanpa Deadline

    Jakarta

    Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) berkomitmen memberikan pendanaan riset dan inovasi untuk memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi. Karena itu, BRIN menyediakan 8 skema pendanaan riset yang dibuka sepanjang tahun. Siapkan proposal terbaik Anda!

    Deputi Bidang Fasilitasi Riset dan Inovasi BRIN Agus Haryono menjelaskan, komitmen tersebut dapat dilihat dari alokasi anggaran riset tahun 2022-2023 sebesar Rp 365.464.651.210 untuk 1.500 judul, dengan jangka waktu penelitian 1-3 tahun, dan telah menghasilkan 712 publikasi internasional, 144 paten, dan 173 prototipe.

    “Alokasi anggaran riset dan inovasi tersebut diberikan melalui berbagai skema pendanaan riset,” ujar Agus seperti dikutip dari tayangan YouTube BRIN ‘Launching Skema Pendanaan dan Fasilitasi Riset dan Inovasi Tahun 2024’ di Auditorium Sumitro Djojohadikusumo, Gedung BJ Habibie, Jakarta, Selasa (6/2/2024).

    Perbedaan dengan Skema Tahun Sebelumnya

    “Kegiatan launching ini sekaligus menandai penerimaan proposal atau Call for Proposal bagi skema-skema pendanaan tersebut. Hal yang membedakan dengan tahun lalu adalah skema-skema ini akan dibuka sepanjang tahun,” kata Direktur Pendanaan Riset dan Inovasi BRIN Ajeng Arum Sari.

    Ia merinci, skema pendanaan riset yang diluncurkan di tahun 2024 antara lain sebagai berikut:

    Pendanaan Riset dan Inovasi untuk Indonesia Maju (RIIM) KompetisiRIIM EkspedisiRIIM Start-UpRIIM InvitasiRIIM KolaborasiPusat Kolaborasi Riset (PKR)Pengujian Produk Inovasi Kesehatan, dan Pengujian Produk Inovasi Pertanian.

    Ajeng menyebutkan, masing-masing skema pendanaan memiliki persyaratan berbeda. Pendanaan RIIM Kompetisi adalah pendanaan riset untuk mencari kebaruan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berpotensi dikembangkan lebih lanjut.

    “Pendanaan RIIM kompetisi ini menerima semua bidang, baik dari science, engineering, sosial dan humaniora, tata kelola pemerintahan dan kesejahteraan masyarakat. Kecuali bidang-bidang yang sudah masuk ke dalam tema di skema RIIM Ekspedisi atau RIIM Invitasi Strategis,” tambahnya.

    RIIM Ekspedisi merupakan pendanaan riset untuk menghasilkan data dan/atau koleksi ilmiah dalam rangkaian penjelajahan dan penyelidikan lapangan secara ilmiah untuk mendapatkan rekaman data dan/ atau koleksi ilmiah. Tema yang dibuka pada RIIM Ekspedisi Gelombang Dua adalah Ekspedisi dan Eksplorasi Keragaman Masyarakat dan Budaya Indonesia.

    “Tema ini mencakup ekspedisi dan eksplorasi terkait agama, etnisitas, seni, tradisi, pengetahuan lokal, bahasa, sastra, dan yang relevan,” sebutnya.

    Dijelaskan Ajeng, skema Pusat Kolaborasi Riset adalah pendanaan yang diberikan kepada institusi/lembaga yang mengembangkan pusat kolaborasi riset dan inovasi pada bidang spesifik secara multi dan interdisiplin ilmu yang dapat bereputasi internasional. Pengusul adalah perguruan tinggi yang sudah memiliki rekam jejak dengan Pusat Riset BRIN.

    Pendanaan riset dan inovasi untuk RIIM juga menjangkau ke pembiayaan untuk calon perusahaan start-up/rintisan berbasis hasil riset BRIN atau hasil riset masyarakat yang disalurkan melalui skema RIIM Start-Up.

    Terkait pengujian produk, BRIN juga meluncurkan skema Pengujian Produk Inovasi Pertanian dan Pengujian Produk Inovasi Kesehatan.

    “Skema RIIM Pengujian Produk Inovasi Pertanian merupakan program untuk pengujian produk inovasi pertanian, peternakan, dan perikanan,” jelasnya.

    Sedangkan Skema Pengujian Produk Inovasi Kesehatan merupakan skema pengujian dari BRIN sebagai penanggung jawab skema dan sponsor bersama industri pengusul untuk melakukan pelaksanaan pengujian praklinik atau uji klinik atas kandidat produk inovasi kesehatan yang akan diedarkan. Pengusul skema pengujian ini adalah industri yang memanfaatkan hasil riset inventor.

    RIIM Invitasi kata Ajeng, adalah pendanaan yang diberikan kepada intitusi/lembaga riset baik pemerintah maupun nonpemerintah dengan tema yang ditentukan oleh penyelenggara RIIM Invitasi dan/atau usulan dari Kementerian/Lembaga/Badan Usaha.

    RIIM Kolaborasi merupakan implementasi dari target BRIN sebagai platform kerja sama nasional dan global yang inklusif dan kolaboratif.

    “Skema RIIM Kolaborasi adalah skema yang dibuka secara khusus berdasarkan kerja sama antara BRIN dengan negara mitra dan/atau lembaga pendanaan dari dalam negeri dan/atau luar negeri untuk meningkatkan kolaborasi riset nasional antar periset Indonesia dan kolaborasi riset internasional antara periset Indonesia dengan periset dari negara lain,” tambahnya.

    Pendanaan riset ini menurut Ajeng tentunya dapat diakses tidak hanya oleh sivitas BRIN, namun juga untuk masyarakat umum, seperti akademisi, start-up, maupun industri. Saat ini pengguna pendanaan riset BRIN pun masih didominasi oleh perguruan tinggi.

    Syarat utama untuk menjadi ketua tim periset yaitu harus berpendidikan S3, maksimal terlibat dalam dua usulan proposal, dan memiliki rekam jejak yang sesuai dengan kegiatan yang diusulkan.

    Selain peluncuran skema pendanaan, BRIN juga mengusung RIIM Award. RIIM Award adalah penghargaan yang diberikan kepada periset, lembaga/institusi riset dan start-up yang produktif dalam mengembangkan dan memanfaatkan kebaruan hasil riset ilmu pengetahuan dan teknologi. Award ini akan dianugerahkan pada saat InaRI Expo Tahun 2024.

    (rns/fay)

  • Apa Itu Smart Farming yang Ditawarkan Gibran ke Anak Muda?

    Apa Itu Smart Farming yang Ditawarkan Gibran ke Anak Muda?

    Jakarta, CNN Indonesia

    Calon wakil presiden (cawapres) nomor urut 2 Gibran Rakabuming Raka mendorong anak muda untuk masuk ke sektor pertanian melalui smart farming.

    Dengan smart farming, produktivitas pertanian diharapkan meningkat.

    “Generasi muda akan kita dorong melalui smart farming,” katanya dalam debat cawapres yang digelar KPU di JCC, Jakarta, Minggu (21/1) malam.

    Gibran menjelaskan smart farming menggunakan Internet of Things (IoT) untuk memantau PH tanah. Serta menggunakan drone untuk penyemprotan pestisida.

    Lalu apa sebenarnya yang dimaksud smart farming?

    Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyebut smart farming merupakan sistem pertanian yang memanfaatkan teknologi guna meningkatkan produktivitas.

    Dengan konsep ini, diharapkan efisiensi, produktivitas dan keberlanjutan dalam produksi tanaman serta peternakan dapat meningkat.

    Peneliti Ahli Madya PRHP BRIN Joko Pitono mengatakan smart farming bisa menarik minat anak muda menjadi petani.

    Namun, ia menekankan desain aplikasi smart farming cukup kompleks, sehingga memerlukan keterlibatan dan sinergi dari berbagai bidang kepakaran seperti elektro, fotonik, agronomi fisiologi, hama penyakit, agroklimat, tanah, dan mekatronika.

    “Smart farming yang berbasis Internet of Thing (IoT) memerlukan dukungan cloud server yang ditunjang oleh beberapa unit untuk proses monitoring parameter penting, big data & analitik, kontrol manajemen dan aktivasi aktuator,” kata Joko dalam acara HortiEs Talk Seri ke-12, dengan topik ‘Penerapan Smart Farming dan Teknologi Pengendalian Residu Pestisida’ beberapa waktu lalu.

    Ia menambahkan bahwa aplikasi smart farming akan berfungsi untuk pengaturan input produksi tanaman. Contohnya untuk irigasi, aplikasi hara, penyiapan lahan, pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT), pencahayaan, iklim mikro, panen, dan evaluasi hasil.

    Di lain sisi, Peneliti Ahli Pertama Pusat Riset Ekonomi Makro dan Keuangan (PREMK) BRIN Agung Budi Santoso menuturkan manfaat penggunaan smart farming dari sisi marketing yaitu petani bisa memangkas distribusi langsung ke konsumen.

    Namun, konsekuensinya aktivitas ekonomi pedagang pengepul dan pedagang eceran akan berkurang.

    Karenanya, dibutuhkan regulasi penerapan smart farming dalam transformasi tenaga kerja dan kompensasi perubahan marginal physical product (MPP) pada sektor pemasaran.

    Selain itu, smart farming juga perlu dikembangkan dalam bentuk komunitas, bukan individual. Komponen penerapan smart farming yang perlu diperhatikan adalah penyedia teknologi, teknologi dan kesiapan petani.

    “Karena tingkat adopsi yang rendah, kita sudah memiliki varietas-varietas unggul tetapi produktivitas masih rendah. Secara ekonomi, pelaku ekonomi melakukan proses produksi berdasarkan optimal quantity yang bisa memaksimalkan keuntungan,” kata Agung.

     

    (fby/agt)